Sie sind auf Seite 1von 76

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

SEKTOR KONSTRUKSI - SUB SEKTOR SIPIL


JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN
PERKERASAN JALAN BETON

MELAKSANAKAN PENGENDALIAN MUTU DAN WAKTU


DALAM PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON
KODE UNIT KOMPETENSI
SPL.KS21.225.00

BUKU INFORMASI

2011

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
KATA PENGANTAR

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi untuk jabatan kerja Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan
Beton ini dibuat sesuai dengan ketentuan dalam Surat Perjanjian Kerja Konsultansi No.
10/KONTRAK/PPK/Kt/2011, tanggal 14 Juni 2011 yang telah ditanda tangani oleh Pihak Kesatu
Pejabat Pembuat Komitmen Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi, Badan
Pembinaan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Pihak Kedua Direktur Utama PT
Binatama Wirawredha Konsultan.

Dalam penyusunan Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi jabatan kerja Pelaksana Lapangan
Perkerasan Jalan Beton ini adalah agar tercapai penyusunan materi latih di bidang perkerasan
jalan beton dalam upaya mendukung kelancaran pelatihan berbasis kompetensi. Selain itu
penyusunan Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi menuangkan hasil identifikasi silabus,
strategi pencapaian tujuan pelatihan dan pembelajaran dalam formal Kurikulum Pelatihan
Berbasis Kompetensi yang terdiri dari Buku Kerja, Buku Informasi dan Buku Penilaian.

Demikian Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi untuk Jabatan Kerja Pelaksana Lapangan
Perkerasan Jalan Beton kami susun sesuai dengan ketentuan Permen No. 14/PRT/M/2009 dan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tahapan-
tahapan kegiatan yang telah dilaksanakan.

Kepala Pusat Pembinaan Kompetensi


dan Pelatihan Konstruksi

Dr. Ir. Andreas Suhono, M.Sc.


NIP : 110033451
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI i

BAB I
PENGANTAR 1

1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1


1.2 Penjelasan Materi Pelatihan 1
1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini (RCC) 2
1.4 Pengertian-Pengertian Istilah 3

BAB II
STANDAR KOMPETENSI 4
2.1 Peta Paket Pelatihan 4
2.2 Pengertian Unit Standar 4
2.3 Unit Kompetensi yang dipelajari 4
2.3.1 Judul Unit 4
2.3.2 Kode Unit 4
2.3.3 Deskripsi Unit 5
2.3.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja 5
2.3.5 Batasan Variabel 6
2.3.6 Panduan Penilaian 6
2.3.7 Kompetensi Kunci 7

BAB III
STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 8
3.1 Strategi Pelatihan 8
3.2 Metode Pelatihan 8

BAB IV
PENGENDALIAN MUTU DAN WAKTU DALAM PELAKSANAAN PERKERASAN
JALAN BETON 10
4.1 Umum 10
4.1.1 Urutan Pelaksanaan Pekerjaan 10
4.1.2 Jadwal Waktu Pelaksanaan 10
4.1.3 Percepatan Pekerjaan 10
4.1.4 Pengendalian Mutu 11

4.2 Penyusunan Urutan Pelaksanaan Pekerjaan 11

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan


Halaman : i
Perkerasan Jalan Beton
Ver : 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

4.2.1 Penyusunan Urutan Pembuatan Sambungan 12


4.2.2 Penyusunan Urutan Pengecoran, Penghamparan, Pemadatan dan
Penyelesaian Akhir Permukaan Beton 14
4.2.3 Penyusunan Urutan Penyelesaian, Pengujian Kerataan Permukaan,
Perawatan dan Perlindungan Beton 15

4.3 Penyiapan Jadwal Waktu Pelaksanaan 18

4.3.1 Perhitungan Jadwal Waktu Pelaksanaan 18


4.3.2 Penyiapan Jadwal Waktu Pelaksanaan 19
4.3.3 Penyiapan Kurva-S 23

4.4 Percepatan Pekerjaan 26

4.4.1 Evaluasi Penyebab Keterlambatan 26


4.4.2 Rencana Penanggulangan Keterlambatan 27
4.4.3 Rencana Jadwal Waktu Uji Coba kemampuan 28
4.4.4. Pelaksanaan Uji Coba Kemampuan 29

4.5 Pengendalian Mutu 29

4.5.1 Pengendalian Pembuatan Sambungan 33


4.5.2 Pengendalian Pengecoran, Penghamparan, Pemadatan dan
Penyelesaian Akhir Beton 42
4.5.3 Pengendalian Penyelesaian Permukaan dan Pengujian Kerataan
Permukaan, Perawatan dan Perlindungan Beton
46
4.5.4 Pembuatan Catatan Pengendalian Mutu dan Waktu 51

BAB V
SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI 55
5.1 Sumber Daya Manusia 55
5.1.1 Pelatih (Instruktur) 55
5.1.2 Penilai 59
5.1.3 Peserta Pelatihan 59
5.1.4 Teman Kerja/Sesama Teman pelatihan 59

5.2 Sumber-Sumber Perpustakaan 59

5.3 Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan 59

LAMPIRAN 61

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan


Halaman : ii
Perkerasan Jalan Beton
Ver : 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

BAB I
PENGANTAR

1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi

1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi


Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan yang memperhatikan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang diperlukan di tempat kerja agar dapat melakukan pekerjaan
dengan kompeten.

1.1.2 Arti menjadi kompeten di tempat kerja


Jika anda kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka anda memiliki seluruh keterampilan,
pengetahuan dan sikap yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai
dengan standar yang telah disetujui.

1.2 Penjelasan Materi Pelatihan


1.2.1 Desain materi pelatihan
Materi Pelatihan didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan
Individual/Mandiri :
1. Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang pelatih di kelas.
2. Pelatihan Individual/Mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan
bela jar sendiri menggunakan modul-modul yang diperlukan dengan bantuan pelatih
(siswa aktif).

1.2.2 Isi materi pelatihan


1. Buku informasi
Buku Informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan.
Materi pelatihan yang ditulis dalam Buku Informasi ini telah disusun sesuai dengan
cakupan 4 Elemen Kompetensi dan 14 Kriteria Unjuk Kerja untuk unit kompetensi
dengan kode unit SPL.KS21.225.00 Elemen-elemen Kompetensi dan Kriteria-kriteria
Unjuk Kerja tersebut diuraikan dalam 4 Sub Bab yaitu
1) Pengertian Umum,
2) Penyusunan Urutan Pelaksanaan Pekerjaan,
3) Penyiapan Jadwal Waktu Pelaksanaan,
4) Percepatan Pekerjaan, dan
5) Pengendalian Mutu

Selain itu, sebelum penulisan Bab IV, Buku Informasi ini dilengkapi dengan 3 Bab yang
mendahuluinya yaitu berturut-turut Kata Pengantar, Standar Kompetensi, dan Strategi
dan Metode Pelatihan. Kemudian setelah penulisan Bab IV selesai, Buku Informasi
diselesaikan dengan Bab V Sumber-sumber Yang Diperlukan Untuk Mencapai
Kompetensi, yang menguraikan Sumber Daya Manusia, Sumber Perpustakaan, dan
Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan. Dengan substansi-substansi yang dicakup dalam
Buku Informasi tersebut diharapkan pelatih maupun peserta pelatihan mendapatkan
informasi yang cukup untuk mencapai maksud dan tujuan pelatihan.

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 1 dari 1
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

2. Buku kerja
Buku Kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap
pertanyaan dan kegiatan praktek baik dalam pelatihan klasikal maupun pelatihan
individual /mandiri.
Buku diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:
1) Kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan
memahami informasi.
2) Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memantau pencapaian keterampilan
peserta pelatihan .
3) Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan
praktek kerja.

3. Buku penilaian
Buku Penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta
pelatihan pada Buku Kerja dan berisi:
1) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan
keterampilan.
2) Metode-metode yang disarankan adalah proses penilaian keterampilan peserta
pelatihan.
3) Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai
keterampilan.
4) Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja.
5) Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek.
6) Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

1.2.3 Pelaksanaan materi pelatihan


1. Pada pelatihan klasikal pelatih akan:
1) Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai
sumber pelatihan.
2) Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.
3) Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan
pelatihan.
4) Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban/tanggapan dan
menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja.

2. Pada pelatihan individual/mandiri peserta pelatihan akan:


1) Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan.
2) Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja.
3) Memberikan jawaban pada Buku Kerja.
4) Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja.
5) Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih.

1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini / Recognition of Current Competency (RCC)


Apakah yang dimaksud dengan Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current
Competency) ?
Jika anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk seluruh elemen
kompetensi dari suatu unit kompetensi tertentu, anda dapat mengajukan pengakuan kompetensi

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 2 dari 2
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

terkini (RCC). Berarti anda tidak akan dipersyaratkan untuk belajar kembali agar dapat diakui telah
memiliki kompetensi pada unit kompetensi dimaksud.
Anda mungkin telah memiliki pengetahuan dan keterampilan, karena anda telah:
1.3.1 Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan keterampilan
yang sama,
1.3.2 Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama, atau
1.3.3 Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang
sama.

1.4 Pengertian-Pengertian Istilah


Profesi
Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta ketrampilan /
keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan dan pengalaman kerja
atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan.

Standardisasi
Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu.

Penilaian / Uji Kompetensi


Penilaian / Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan
dan peninjauan ulang (review) serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai
dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan.

Pelatihan
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuik mencapai suatu kompetensi
tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus
pada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.

Sertifikat Lulus Pelatihan


Sertifikat Lulus Pelatihan adalah pengakuan tertulis kepada Peserta Pelatihan yang telah mengikuti
Pelatihan Berbasis Kompetensi, yang dinilai memperoleh nilai hasil pelatihan sama atau melebihi
standar batas lulus yang disyaratkan dalam pelatihan dimaksud.

Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunukkan aspek sikap, pengetahuan dan
keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut di tempat kerja untuk mencapai unjuk
kerja yang ditetapkan.

Standar Kompetensi
Standar Kompetensi adalah standar yang ditampilkan dalam istilah-istilahhasil serta memiliki
format standar yang terdiri dari judul unit, deskripsi unit, elemen kompetensi, kriteria unjuk kerja,
ruang lingkup serta pedoman bukti.

Sertifikat Kompetensi
Sertifikat Kompetensi adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu
kepada seseorang yang dinyatakan kompeten, yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi.

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 3 dari 3
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Sertifikasi Kompetensi
Sertifikasi Kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses penilaian/uji
kompetensi.

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 4 dari 4
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

BAB II
STANDAR KOMPETENSI

2.1 Peta Paket Pelatihan


Untuk mempelajari materi latihan ini perlu membaca dan memahami ketentuan-
ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang antara lain berkaitan dengan:
1. Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Pengaman Pantai untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan.
2. Keselamatan dan Keselamatan Kerja.

2.2 Pengertian Unit Standar


Standar Kompetensi?
Standar Kompetensi menentukan:
Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kompetensi.
Standar yang diperlukan untuik mendemonstrasikan kompetensi.
Kondisi dimana kompetensi dicapai.

Yang akan anda dipelajari dari Unit Kompetensi ini


Anda akan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan dipersyaratkan untuk “menerapkan
prosedur-prosedur mutu”.

Lama unit kompetensi ini dapat diselesaikan


Pada sistem pelatihan berdasarkan kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan
pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula
untuk menjadi kompeten dalam keterampilan tertentu.

Banyak kesempatan yang anda miliki untuk mencapai kompetensi


Jika anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih anda akan
mengatur rencana pelatihan dengan anda. Rencana ini akan memberikan anda kesempatan
kembali untuk meningkatkan level kompetensi anda sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah
maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 kali.

2.3 Unit Kompetensi yang dipelajari


Dalam sistem pelatihan, standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta
pelatihan untuk dapat:
1. Mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan oleh peserta pelatihan.
2. Mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan oleh peserta pelatihan.
3. Memeriksa kemajuan peserta pelatihan.
4. Meyakinkan bahwa semua elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam
pelatihan dan penilaian.

2.3.1 Judul unit


Melaksanakan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton

2.3.2 Kode unit


SPL.KS21.225.00

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 5 dari 5
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

2.3.3 Deskripsi unit


Unit Kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang
diperlukan untuk dapat melaksanakan pengendalian mutu dan waktu dalam pelaksanaan
perkerasan jalan beton

2.3.4 Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1. Menyusun urutan 1.1 Urutan pemasangan sambungan memanjang dan
pelaksanaan pekerjaan sambungan melintang untuk pekerjaan perkerasan jalan
beton disusun
1.2 Urutan pelaksanaan pengecoran, penghamparan,
pemadatan dan penyelesaian akhir beton untuk
pekerjaan perkerasan jalan beton disusun
1.3 Urutan pelaksanaan penyelesaian permukaan dan
pengujian kerataan permukaan jalan beton, perawatan
dan perlindungan beton serta pemenuhan terhadap
toleransi sesuai spesifikasi teknis. disusun
2. Menghitung waktu 2.1. Kebutuhan waktu pelaksanaan pekerjaan untuk setiap
pelaksanaan pekerjaan untuk jenis pekerjaan dihitung
setiap jenis pekerjaan dan 2.2. Jadwal waktu pelaksanaan untuk setiap jenis pekerjaan
menyiapkan jadwal waktu disiapkan
pelaksanaan pekerjaan 2.3. Kuva-S sebagai jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan
perkerasan jalan beton disiapkan

3. Melaksanakan percepatan 3.1. Data pekerjaan yang diduga menjadi penyebab


pekerjaan jika terjadi keterlambatan di lapangan dikumpulkan dan dianalisis
keterlambatan di lapangan
3.2. Data dan rencana penanggulangan keterlambatan
pekerjaan diajukan ke forum Show Cause Meeting
3.3. Rencana jadwal rinci pelaksanaan uji coba kemampuan
sebagaimana ditentukan dalam Show Cause Meeting
dibuat sesuai kesepakatan
3.4. Uji coba kemampuan untuk memastikan kemajuan
pelaksanaan kontrak dilaksanakan sesuai jadwal
pelaksanaan yang disepakati
4. Melaksanakan pengendalian 4.1. Pemasangan sambungan memanjang dan sambungan
mutu pekerjaan di lapangan melintang untuk pekerjaan perkerasan jalan beton
dengan berpedoman pada dikendalikan
spesifikasi teknis yang 4.2. Pelaksanaan pengecoran, penghamparan,
digunakan pemadatan dan penyelesaian akhir beton untuk
pekerjaan perkerasan jalan beton dikendalikan
4.3. Pelaksanaan penyelesaian permukaan dan pengujian
kerataan permukaan jalan beton, perawatan dan
perlindungan beton serta pemenuhan terhadap toleransi
sesuai spesifikasi dikendalikan

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 6 dari 6
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

4.4. Catatan pengendalian mutu dan waktu dalam


pelaksanaan perkerasan jalan beton dibuat sesuai
format dan prosedur SOP

2.3.5 Batasan variabel


1. Kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja secara mandiri.
2. Unit ini berlaku untuk semua kegiatan pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton.
3. Peralatan uji mutu dan peralatan penganmbilan benda uji tersedia.
4. Tugas yang harus dilakukan meliputi: kemampuan menyusun urutan pekerjaan,
menghitung waktu pelaksanaan pekerjaan, melaksanakan percepatan pelaksanaan
pekerjaan, dan kemampuan melaksanakan pengendalian mutu.
5. Peraturan Perundang-undangan tentang Jalan tersedia.
6. Peraturan Perundang-undangan tentang Jasa Konstruksi tersedia.
7. Peraturan Perundang-undangan tentang Keselamatan Kerja tersedia.
8. Standar Nasional Indonesia terkait dengan pekerjaan perkerasan jalan betron tersedia.
.
2.3.6. Panduan Penilaian
1. Pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku untuk mendemonstrasikan kompetensi
ini terdiri dari :
1) Kemampuan menyusun urutan pelaksanaan pekerjaan, kemampuan menghitung
waktu pelaksanaan pekerjaan untuk setiap jenis pekerjaan dan menyiapkan jadwal
waktu pelaksanaan, melaksanakan percepatan waktu pelaksanaan pekerjaan,
melaksanakan pengendalian mutu pekerjaan di lapangan, keterampilan berinteraksi
di tempat kerja, menerapkan UUJK di tempat kerja, dan menerapkan etika progesi
dalam melaksanakan pekerjaan,
2) Penerapan butir a. tersebut di atas untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan
perkerasan jalan beton.
3) Cermat, teliti, tekun, obyektif, dan konsisten dalam menerapkan ketentuan Undang-
undang Jasa Konstruksi untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan
beton
2. Konteks penilaian
1) Unit kompetensi ini dapat dinilai di dalam atau di luar tempat kerja yang
menyangkut pengetahuan teori.
2) Penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap/perilaku.
3) Unit kompetensi ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai
pengetahuan dan keterampilan penunjang yang ditetapkan melalui Materi Uji
Kompetensi (MUK).

3. Aspek penting penilaian


1) Kemampuan dan kecermatan dalam menerapkan ketentuan keteknikan untuk
pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton.
2) Kemampuan dan kecermatan dalam menerapkan ketentuan tentang keselamatan
dan kesehatan kerja.

4. Unit ini mendukung kinerja efektif unit kompetensi yang diperlukan dalam Pelaksanaan
Lapangan Perekerasan Jalan Beton yang terkait dengan :
1) Penerapan ketentuan keteknikan.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 7 dari 7
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

2) Penerapan ketentuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

2.3.7. Kompetensi kunci

No. Kompetensi Tingkat


1. Mengumpulkan, menganalisa, dan mengorganisasikan
2
informasi
2. Mengkomunikasikan informasi dan ide – ide 2
3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 2
4. Bekerja sama dengan orang lain dan kelompok 2
5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 2
6. Memecahkan masalah 2
7. Menggunakan teknologi 3

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 8 dari 8
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

BAB III
STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1 Strategi Pelatihan


Belajar dalam suatu sistem ”Berdasarkan Kompetensi” berbeda dengan yang sedang diajarkan di
kelas oleh pelatih. Pada sistem ini anda akan bertanggung jawab terhadap belajar anda sendiri,
artinya bahwa anda perlu merencanakan belajar anda dengan pelatih dan kemudian
melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

3.1.1 Persiapan / perencanaan


1. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan
tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar anda.
2. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.
3. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan
pengetahuan dan pengalaman yang telah anda miliki.
4. Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan anda.

3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran


1. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap
belajar.
2. Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan anda.

3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktek


1. Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang
yang telah berpengalaman lainnya.
2. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang konsep sulit yang anda temukan.

3.1.4 Implementasi
1. Menerapkan pelatihan kerja yang aman.
2. Mengamati indikator kemajuan personal melalui kegiatan praktek.
3. Mempraktekkan keterampilan baru yang telah anda peroleh.

3.1.5 Penilaian
Melaksanakan tugas penilaian untk penyelesaian belajar anda.

3.2. Metode pelatihan


Terdapat 3 (tiga) prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus kombinasi
metode belajar mungkin dapat digunakan.

3.2.1 Belajar secara mandiri


Belajar secara mandiri membolehkan anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan
kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas,
anda disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan
dan mengatasi kesulitan belajar.

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 9 dari 9
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

3.2.2 Belajar berkelompok


Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan
berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip
sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi
antar peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja.

3.2.3 Belajar terstruktur


Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh
pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu.

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 10 dari 10
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

BAB IV
PENGENDALIAN MUTU DAN WAKTU PELAKSANAAN
PERKERASAN JALAN BETON

4.1 Umum
Materi Pelatihan ini mencakup pengendalian mutu dan waktu pelaksanaan dalam pelaksanaan
pekerjaan perkerasan jalan beton, dibatasi pada 4 (empat) elemen kompetensi yang telah
ditentukan dalam SKKNI Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton, yaitu :
1. Menyusun urutan pelaksanaan pekerjaan
2. Menghitung waktu pelaksanaan pekerjaan untuk setiap jenis pekerjaan dan menyiapkan
jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan
3. Melaksanakan percepatan pekerjaan jika terjadi keterlambatan di lapangan
4. Melaksanakan pengendalian mutu pekerjaan di lapangan dengan berpedoman pada
spesifikasi teknis yang digunakan
Dengan demikian substansi jasa konstruksi yang diambil untuk materi Pelatihan ini adalah yang
terkait dengan ketiga elemen kompetensi dimaksud.

4.1.1 Urutan pelaksanaan pekerjaan


Pekerjaan perkerasan jalan beton dilaksanakan dengan urutan pelaksanaan sebagai
berikut:
1. Penyiapan tanah dasar dan lapis pondasi
2. Penyiapan pembetonan
3. Pembetonan
4. Pembuatan sambungan

4.1.2 Jadwal waktu pelaksanaan


Jadwal pelaksanaan dimaksudkan sebagai dasar bagi semua pihak penyelenggara
proyek termasuk pengguna jasa, kontraktor dan konsultan untuk :
1. Memantau kemajuan pekerjaan kontraktor di lapangan
2. Menjadi rujukan bagi pembayaran eskalasi / de-eskalasi harga
3. Mendukung pengalokasian anggaran biaya
4. Mempertimbangkan permintaan tambahan biaya sebagai akibat dari perubahan pe-
kerjaan
5. Mendukung permintaan perpanjangan waktu pelaksanaan konstruksi
Garis besar jadwal pelaksanaan dipersiapkan oleh kontraktor sebagai bagian dari
dokumen kontrak pelaksanaan dengan mempertimbangkan 3 aspek yaitu aspek
perencanaan, aspek analisa dan aspek pemilihan jenis/cara penjadwalan.

4.1.3 Percepatan pekerjaan


Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan adalah kondisi pelaksanaan di mana realisasi
pekerjaan fisik lebih lambat dari rencana pekerjaan fisik. Jika keterlambatan
pelaksanaan mencapai batasan kritis sebagaimana ditentukan oleh kontrak, maka
sebenarnya penyedia jasa dalam posisi tidak stabil. Jika terbukti penyedia jasa tidak
mampu menunjukkan prestasi yang memadai untuk upaya pengatasan keterlambatan,
maka penyedia jasa akan berada pada pilihan-pilihan bahwa pekerjaan harus dilakukan
upaya penyelesaiaan yang saling menguntungkan para pihak atau bahkan pemutusan

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 11 dari 11
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

kontrak. Oleh karena itu apabila penyedia jasa mulai memasuki “wilayah terlambat
dalam pelaksanaan” maka penyedia jasa harus segera mengevaluasi kemampuannya,
mencari penyebabnya, dan mencari jalan keluar untuk keluar dari keterlambatan. Jika
penyebab keterlambatan adalah karena kesalahan pengguna jasa, penyedia jasa harus
segera mengajukan perpanjangan waktu kepada pengguna jasa dan tidak terkena denda
keterlambatan.
Perpanjangan waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh pengguna jasa kepada penyedia
jasa apabila terjadi peristiwa kompensasi atau adanya perubahan-perubahan pekerjaan
yang tidak memungkinkan bagi penyedia jasa untuk menyelesaikan rencana tanggal
penyelesaian sesuai dengan jadwal yang direncanakan semula.

4.1.4 Pengendalian mutu


Pengendalian mutu merupakan upaya untuk mewujudkan salah satu dari 4 (empat)
sasaran utama manajemen proyek yaitu tepat mutu, tepat biaya, tepat waktu dan tertib
administrasi. Pengendalian mutu didefinisikan sebagai suatu upaya pengawasan dan
tindak turun tangan terhadap pelaksanaan pekerjaan konstruksi (jalan dan jembatan)
agar memenuhi persyaratan-persyaratan teknis yang telah ditetapkan di dalam
dokumen kontrak.
Untuk mewujudkan mutu hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknis sebagaimana
dipersyaratkan dalam dokumen kontrak pada pelaksanaan pekerjaan jalan harus
dilakukan 3 (tiga) tahap pengendalian, yaitu :
1. Pengendalian mutu bahan baku (tanah, pasir, batu kali dan sebagainya)
2. Pengendalian mutu bahan olahan (agregat sub base, agregat base, aspal, semen,
adukan aspal beton, adukan beton semen dan sebagainya).
3. Pengendalian mutu hasil pekerjaan (subgrade yang telah dipadatkan, lapis pondasi
bawah, lapis pondasi atas, lapis permukaan jalan, tiang pancang beton yang telah
terpasang, beton struktur dan sebagainya). Pengertian pengendalian hasil pekerjaan
di sini adalah pengendalian mutu terhadap jenis pekerjaan menurut item pekerjaan
di dalam dokumen kontrak yang dilaksanakan oleh kontraktor.

4.2. Penyusunan Urutan Pelaksanaan Pekerjaan


Pekerjaan perkerasan jalan beton dilaksanakan dengan urutan pelaksanaan sebagai berikut:

1. Penyiapan tanah dasar dan lapis pondasi


Pelat beton semen mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat menyebarkan beban pada
bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada lapisan-lapisan di
bawahnya.
Lapis pondasi bawah pada perkerasan beton semen adalah bukan merupakan bagian utama
yang memikul beban, tetapi merupakan bagian yang berfungsi sebagai berikut :
1) Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar.
2) Mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan dan tepi-tepi pelat.
3) Memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat.
4) Sebagai perkerasan lantai kerja selama pelaksanaan.
Penyiapan tanah dasar dan atau lapis pondasi mencakup pekerjaan pembersihan,
pengupasan, pembongkaran, penggalian dan penimbunan, atau pelaksanaan lapis pondasi
dengan atau tanpa bahan pengikat, sesuai dengan spesifikasi yang diteapkan dalam kontrak.

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 12 dari 12
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

2. Penyiapan pembetonan
Sebelum memulai pekerjaan beton, setelah terselesaikannya pekerjaan penyiapan tanah
dasar, pekerjaan persiapan selanjutnya adalah:
1) Pemasangan acuan perkerasan beton semen, yang berguna untuk mempermudah pe-
laksanaan penghamparan beton.
2) Pemasangan ruji (dowel), yakni sepotong baja polos lurus yang dipasang pada setiap
jenis sambungan melintang dengan maksud sebagai sistem penyalur beban, sehingga
pelat yang berdampingan dapat bekerja sama tanpa terjadi perbedaan penurunan yang
berarti, batang pengikat dan tulangan pelat,
3) Pemasangan tulangan, yang ditempatkan pada kedudukan yang kokoh sehingga tidak
bergerak saat beton dihampar.

3. Pembetonan
Pekerjaan pembetonan meliputi kegiatan-kegiatan:
1) Penentuan proporsi campuran beton semen.
2) Pengadukan beton semen.
3) Pengangkutan adukan beton.
4) Pengecoran, penghamparan, dan pemadatan.
5) Pembentukan tekstur permukaan.
6) Perlindungan dan perawatan.
7) Pembukaan acuan.

4. Pembuatan sambungan
Jenis sambungan meliputi:
1) Sambungan lidah alur (key ways joint), yakni jenis sambungan pelaksanaan memanjang
dimana sebagai sistem penyalur bebannya digunakan hubungan lidah alur sedangkan
untuk memegang pergerakan pelat ke arah horizontal digunakan batang pengikat.
2) Sambungan muai (expansion joint), yakni jenis sambungan melintang yang dibuat untuk
membebaskan tegangan pada perkerasan beton dengan cara menyediakan ruangan un-
tuk pemuaian.
3) Sambungan pelaksanaan (construction joint), yakni jenis sambungan melintang atau
memanjang yang dibuat untuk memisahkan bagian-bagian yang dicor/dihampar pada
saat yang berbeda, ditempatkan di antara beton hasil penghamparan lama dengan be-
ton hasil penghamparan baru.
4) Sambungan tidak sejalur (mismatched joint), yakni suatu pola sambungan, di mana sam-
bungan di antara pelat-pelat yang berdekatan tidak berada dalam satu garis (jalur).
5) Sambungan susut (contraction joint), yakni jenis sambungan melintang yang dibuat den-
gan maksud untuk mengendalikan retak susut beton, serta membatasi pengaruh tegan-
gan lenting yang timbul pada pelat akibat pengaruh perubahan temperatur dan kelem-
baban.

4.2.1 Penyusunan urutan pembuatan sambungan


Pembuatan sambungan dapat dilaksanakan saat beton masih plastis atau dengan
melakukan penggergajian untuk pengendalian retak.
1. Sambungan dengan penggergajian melintang

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 13 dari 13
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Penggergajian sambungan susut melintang dan memanjang harus dimulai secepat


mungkin setelah beton mengeras dan dijamin tidak terjadi pelepasan butir,
umumnya 4 jam – 8 jam, tergantung dari hasil uji coba lapangan.
Semua sambungan susut harus digergaji sebelum retak-retak yang tidak dikehendaki
terjadi, jika diperlukan pelaksanaan penggergajian, harus dilakukan terus menerus
siang malam tanpa memperhatikan cuaca.
Penggergajian dapat dilakukan lebih awal guna menghindari retak acak.
Penggergajian pada sambungan susut melintang harus dihentikan bilamana retak
sudah terjadi dekat dengan lokasi sambungan. Umumnya penggergajian sambungan
susut harus berurutan pada lajur-lajur yang berurutan.
Bilamana sambungan akan diberi lapis penutup, bagian atas celah dilebarkan dan
dilaksanakan secepat-cepatnya tujuh hari setelah penggergajian awal.
Pelebaran sambungan pelaksanaan memanjang harus dilakukan secepat-cepatnya
tujuh hari setelah penghamparan.
Sesegera mungkin setelah penggergajian, celah-celah dari sambungan harus
dibersihkan dengan menyemprotkan air bersih dan segera ditutup sementara
dengan bahan yang telah direncanakan.

2. Sambungan susut melintang basah


Sambungan susut melintang basah dilakukan dengan memasukkan lembaran plastik
dengan cara menekan batang berbentuk “T” ke dalam beton yang masih plastis.
Sambungan susut melintang basah harus diberi penutup.

3. Penutup sambungan
Permukaan sambungan harus bersih dan bebas dari bahan-bahan lain yang akan
melemahkan ikatan dengan bahan penutup. Kerusakan pada permukan sambungan
seperti lepasnya agregat, masuknya material luar yang akan menghalangi
pergerakan bebas ketika penutup sambungan ditekan perlu diperbaiki.
Lalu-lintas tidak diperbolehkan lewat pada lajur perkerasan sebelum sambungan
diberi bahan penutup permanen atau sementara.

4. Pemasangan penutup sambungan siap pakai


Celah sampai kedalaman dimana penutup sambungan akan dipasang harus
dibersihkan. Celah harus dikeringkan dan dibersihkan dengan menggunakan
kompresor. Sebelum pemasangan lapis penutup, jika ada kerusakan harus diperbaiki
terlebih dahulu.
Sisi-sisi bahan penutup harus diberi lapis pelumas rekat dan dimasukkan ke dalam
sambungan dengan cara ditekan menggunakan roler yang tidak akan merusak bahan
sambungan pada saat pemasangan. Bahan sambungan harus rata, agar tepat masuk
ke dalam celah.

5. Pemasangan penutup sambungan dengan pasta dingin


Sebelum sambungan ditutup, celah sambungan harus dilebarkan sesuai dengan
ukuran yang diinginkan dan dibersihkan dengan semprotan air yang kuat. Sesaat
sebelum pemasangan penutup sambungan, celah sambungan harus dikeringkan
dengan menggunakan kompresor.

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 14 dari 14
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Bilamana resap ikat diperlukan, maka bisa dilakukan dengan kuas atau penyemprot.
Untuk sambungan perkerasan beton pada proyek yang besar penggunaan
penyemprot lebih cocok.
Hampir semua bahan resap ikat memerlukan waktu untuk mengering sebelum
penutup sambungan dipasang. Setelah pembersihan akhir dan pemberian resap ikat
pada sambungan, bahan anti lekat harus dipasang sesuai kedalaman yang cukup
untuk memudahkan pemasangan penutup sambungan.
Setelah sambungan diisi dengan bahan penutup, harus diperiksa untuk memastikan
tidak terdapat rongga udara, ikatan yang baik serta berpenampilan yang seragam
dan rapi.

4.2.2 Penyusunan urutan pengecoran, penghamparan, pemadatan dan penyelesaian akhir


permukaan beton

1. Pengecoran
Pengecoran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi segregasi.
Apabila dalam pengecoran digunakan mesin pengaduk di tempat, penuangan
adukan beton dapat dilakukan menggunakan baket (bucket) dan talang. Untuk
beton tanpa tulangan adukan beton dapat dituangkan di atas permukaan yang telah
disiapkan di depan mesin penghampar. Harus diusahakan agar penumpahan adukan
beton dari satu adukan ke adukan berikutnya berlangsung secara
berkesinambungan sebelum terjadi pengikatan akhir (final setting).

Bila pelaksanaan perkerasan dilakukan pada cuaca panas dan bila temperatur beton
basah (fresh concrete) di atas 240 C, pencegahan penguapan harus dilakukan. Air
harus dilindungi dari panas sinar matahari, dengan cara melakukan pengecatan tanki
air dengan warna putih dan mengubur pipa penyaluran atau dengan cara lain yang
sesuai. Temperatur agregat kasar diturunkan dengan menyemprotkan air.
Kehilangan kadar air yang cepat dari permukaan perkerasan akan menghasilkan
kekakuan yang lebih awal dan mengurangi waktu yang tersedia untuk
menyelesaikan pekerjaan akhir. Dalam keadaan seperti ini tidak diperbolehkan
menambahkan air ke permukaan pelat. Pada kondisi yang sangat terpaksa
berkurangnya kadar air bisa diimbangi dengan melakukan pengkabutan.

2. Penghamparan
Penghamparan beton semen dapat dilakukan dengan dua metoda:
1) Metoda menerus.
Pada metoda ini beton dicor secara menerus. Sambungan-sambungan
melintang dapat dibuat ketika beton masih basah atau dengan cara digergaji
sebelum retak susut terjadi.

2) Metoda panel-berselang.
Pada metoda ini beton dicor dengan sistem panel-panel berselang. Panel-panel
yang kosong di antara panel-panel yang sudah dicor, pengecorannya dikerjakan
setelah 4 – 7 hari berikutnya.
Pada pekerjaan besar harus disediakan penghampar jenis dayung (paddle) atau
ulir (auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah (hopper) dan ulir, kecuali
apabila digunakan penghampar acuan gelincir. Pada mesin penghampar acuan
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 15 dari 15
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

gelincir, peralatan penghampar biasanya sudah menyatu. Semua peralatan


harus dioperasikan secara seksama. Pada pekerjaan yang lebih kecil,
penghamparan dapat dilakukan dengan cara manual.
Beton harus dihampar dengan ketebalan yang sesuai dengan tipe dan kapasitas
alat pemadat.
Apabila perkerasan beton menggunakan tulangan, pemasangan tulangan harus
diperkuat oleh dudukan kemudian beton dicor dan dipadatkan dari atas.

3. Pemadatan
Pemadatan beton dapat dilakukan dengan dua metoda:
1) Pemadatan dengan tangan (hand tamping)
Alat ini biasanya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan kecil. Alat ini dapat
dibuat dari balok kayu berukuran 22,5 x 7,5 mm2 dengan panjang sesuai lebar
jalur yang dicor. Bagian bawah tepi balok kayu diperkuat dengan pelat besi tebal
5 mm.
Untuk memadatkan beton, mula-mula alat ini dipasang mendatar di atas
permukaan beton, kemudian diangkat dan dijatuhkan secara berulang-ulang.
Setelah pemadatan selesai, alat ini bisa sekaligus dipakai untuk meratakan dan
merapikan permukaan beton.

2) Pemadatan dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan (Hand-operated


vibrating beam).
Alat ini berupa balok yang bertumpu di atas acuan-acuan samping. Kepadatan
beton dicapai dengan menggetarkan satu unit balok penggetar yang
dioperasikan secara manual.
Sebagai tambahan untuk pemadatan bagian-bagian tepi atau sudut, dapat
digunakan alat pemadat yang dibenamkan ke dalam beton (immersion vibrator).
Pemadatan beton harus dihentikan sebelum terjadi bliding (bleeding) pada
permukaan beton, dan harus sudah selesai sebelum pengikatan awal terjadi.
Untuk daerah di sekitar ruji dan dudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut sekitar
fasilitas drainase, dan pada pelat-pelat tidak beraturan, pada jalan masuk dan
persimpangan, diperlukan penanganan khusus untuk mencapai kepadatan yang
baik.

4.2.3 Penyusunan urutan penyelesaian, pengujian kerataan permukaan, perawatan dan


perlindungan beton

1. Penyelesaian akhir perkerasan beton semen


Setelah beton dipadatkan, permukaan beton harus diratakan dan dirapihkan dengan
alat perata.
Beton yang masih dalam keadaan plastis diberi tekstur untuk memberikan
kekesatan permukaan.
Permukaan yang kasar bisa dicapai dengan beberapa cara seperti:
1) Penarikan burlap (sejenis karung goni)
Tekstur yang dibuat dengan cara penarikan burlap cocok untuk jalan dengan
kecepatan lalu lintas rendah.
Cara ini dilakukan dengan menarik lembar burlap pada arah memanjang
permukaan perkerasan. Sebagai contoh burlap yang terdiri dari 4 lapis dan berat
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 16 dari 16
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

sekitar 340 gr/m2 dapat menghasilkan tekstur dengan kedalaman sekitar 1,5
mm. Biasanya untuk mendapatkan tekstur permukaan yang memuaskan
diperlukan penarikan burlap sebanyak dua kali, di mana penarikan pertama
untuk pembuatan tekstur awal dan yang berikutnya untuk pembuatan tekstur
permukaan akhir.
Burlap harus dijaga agar selalu lembab dan bersih sepanjang hari.

2) Penyapu/penyikat melintang
Penyapu/penyikat cocok untuk jalan dengan kecepatan lalu-lintas yang rendah
maupun yang tinggi di daerah yang peka terhadap kebisingan. Penyikat bisa
dikerjakan dengan cara manual atau mekanis yang akan menghasilkan tekstur
permukaan yang seragam sampai kedalamam 1,5 mm seperti diperlihatkan
pada Gambar 6a.
Penyikatan biasanya dilakukan dalam arah melintang.
Sikat harus terbuat dari kawat kaku dan lebar sikat tidak boleh kurang dari 45
cm. Sikat harus terdiri dari dua baris dengan jarak 2 cm dari sumbu ke sumbu,
masing-masing baris terdiri dari beberapa ikatan kawat dengan jarak antar
ikatan 1 cm, yang setiap ikatan terdiri dari 14 kawat. Letak ikatan kawat harus
dipasang secara zigzag. Panjang kawat 10 cm dan harus diganti apabila
panjangnya menjadi 9 cm.

3) Pembuatan alur-dalam pada arah melintang


Pembuatan alur harus didahului oleh penarikan karung goni, yang terakhir
diikuti pembuatan alur dengan sisir kawat. Ukuran penampang kawat 0,6 mm x
3 mm dengan panjang 12,5 cm dan jarak antar kawat 2 cm dalam arah
memanjang serta 2,5 cm untuk arah melintang yang dipasang secara acak.
Lakukan penggoresan sampai kedalaman alur mencapai 3 mm – 6 mm. Untuk
mendapatkan alur yang lurus dan dilaksanakan secara manual, penggoresan
harus dilakukan dengan bantuan mistar pelurus (straightedge).

2. Pengujian kerataan
Setelah pelepaan selesai dan kelebihan air dibuang, semetara beton masih lembek,
bagian-bagian yang melesak harus segera diisi dengan beton baru, ditempa,
dikonsolidasi dan dilakukan penyelesaian lagi. Daerah yang menonjol/berlebih harus
dipotong dan dilakukan penyelesaian lagi. Sampbungan harus diperiksa kerataannya
lagi. Permukaan harus terus diperiksa dan dibetulkan sampai tidak ada lagi
perbedaan tinggi pada permukaan dan perkerasan beton sesuai dengan kelandaian
dan tampang melintang yang ditentukan.
Perbedaan tinggi permukaan menurut pengujian mal datar (straightedge) tidak
boleh melebihi toleransi yang ditentukan dalam Spesifikasi.
Pengujian dengan mal datar 3 meter dilakukan saat beton mengeras dengan
ketentuan:
1) Daerah yang menunjukkan ketinggian lebih dari 3 mm tetapi tidak lebih dari
12,5 mm sepanjang 3 meter harus ditandai dan segera diturunkan dengan alat
gerinda sehingga ketidak-rataan permukaan tidak lebih dari 3 mm.
2) Bila penyimpangan penampang melintang lebih dari 12,5 mm, lapisan beton
harus dibongkar. Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3 meter atau
kurang dari lebar jalur yang harus dibongkar.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 17 dari 17
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

3. Perlindungan
Setelah beton dicor dan dipadatkan, hingga berumur beberapa hari, beton harus
dilindungi terhadap kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan.

1) Pencegahan retak susut plastis.


Retak susut plastis adalah retak yang terjadi pada permukaan beton basah dan
pada saat masih plastis.
Penyebab utama dari retak tipe ini adalah pengeringan permukaan beton yang
terlalu cepat yang dipengaruhi oleh kelembaban relatif, temperatur beton dan
udara serta kecepatan angin.
Tingkat penguapan akan sangat tinggi bila kelembaban relatif kecil, temperatur
beton lebih tinggi dari temperatur udara, dan bila angin bertiup pada
permukaan beton. Bilamana terjadi kombinasi panas, cuaca kering dan angin
yang kencang akan mengakibatkan hilangnya kelembaban yang lebih cepat
dibandingkan dengan pengisian kembali rongga oleh proses aliran air.
Pengeringan yang cepat juga terjadi pada cuaca dingin, jika temperatur beton
pada saat pengecoran adalah lebih tinggi dari pada temperatur udara.
Jika laju penguapan air lebih dari 1,0 kg/m2 per jam, pencegahan harus
dilakukan untuk menghindari terjadinya retak susut plastis.
Prosedur untuk meminimalkan retak akibat susut plastis :
(1) buat pelindung angin untuk mengurangi pengaruh angin dan atau sinar ma-
tahari terhadap permukaan beton semen
(2) kendalikan perbedaan temperatur yang berlebihan antara beton dan udara
baik cuaca panas maupun dingin
(3) hindari keterlambatan penyelesaian akhir setelah pengecoran beton
(4) rencanakan waktu antara pengecoran dan permulaan perawatan dengan
memperhatikan prosedur pelaksanaan, apabila terjadi keterlambatan, lin-
dungi beton dengan penutup sementara
(5) lindungi beton selama beberapa jam pertama setelah pengecoran dan pem-
buatan tekstur permukaan untuk meminimalkan penguapan

2) Perlindungan terhadap hujan


Untuk melindungi beton belum berusia 12 jam, harus ditutup dengan bahan se-
perti plastik, terpal atau bahan lain yang sesuai.

3) Perlindungan terhadap kerusakan permukaan.


Perkerasan harus dilindungi terhadap lalu-lintas umum dan proyek, dengan pe-
masangan rambu lalu-lintas, penerangan lampu, penghalang, dan lain seba-
gainya.

4. Perawatan
Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena sangat menentukan mutu akhir
beton.
Setelah pelaksanaan akhir dan pengteksturan seluruh permukaan beton harus dira-
wat.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 18 dari 18
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Perawatan dapat dilakukan dengan cara:

1) Penyemprotan bahan larutan yang sesuai, seperti pigmen putih (white-


pigmented), bahan dasar resin (resin-based) atau bahan dasar karet klorinat
(chlorinated-rubber-base), selaput kompon. Bidang-bidang tepi perkerasan ha-
rus segera dilapisi paling lambat 60 menit setelah acuan dibongkar. Apabila pada
masa perawatan terjadi kerusakan lapisan perawatan, maka lapisan perawatan
tersebut harus segera diperbaiki.
2) Dengan lembaran plastik putih dapat dilakukan bilamana perawatan dengan se-
laput kompon tidak memungkinkan. Penempatan lembaran plastik putih harus
dilaksanakan pada saat permukaan beton masih basah. Jika permukaan terlihat
kering sebelum beton mengeras, harus dibasahi dengan cara pengkabutan
sebelum lembaran plastik tersebut dipasang. Sambungan lembaran penutup
harus dipasang tumpang tindih selebar 50 cm dan harus dibebani sedemikian
rupa sehingga tetap lekat dengan permukaan perkerasan beton. Lembaran
penutup harus dilebihkan pada tepi perkerasan beton dengan lebar yang cukup
sehingga dapat menutup sisi samping dari permukaan pelat beton setelah acuan
samping dibuka. Lembaran tersebut hendaknya masih berada pada tempatnya
selama waktu perawatan.
3) Penggunaan karung goni yang lembab untuk menutup permukaan beton dapat
dipergunakan, lembar penutup harus diletakkan sedemikian rupa sehingga me-
nempel pada permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan sebelum beton
cukup mengeras guna mencegah pelekatan. Penutup harus dipertahankan da-
lam keadaan basah dan pada tempatnya selama minimal 7 hari.

4.3 Penyiapan jadwal waktu pelaksanaan


Jadwal pelaksanaan dimaksudkan sebagai dasar bagi (atau para pejabat terkait di atasnya),
semua pihak dalam pelaksanaan konstruksi untuk :
1. Memantau kemajuan pekerjaan kontraktor di lapangan.
2. Menjadi rujukan bagi pembayaran eskalasi/de-eskalasi harga.
3. Mendukung pengalokasian anggaran biaya.
4. Mempertimbangkan permintaan tambahan biaya sebagai akibat dari perubahan pekerjaan.
5. Mendukung permintaan perpanjangan waktu pelaksanaan konstruksi.
Garis besar jadwal pelaksanaan dipersiapkan oleh kontraktor sebagai bagian dari pengajuan
penawaran pada waktu pelelangan dengan mempertimbangkan 3 aspek yaitu aspek
perencanaan, aspek analisa dan aspek pemilihan jenis/cara penjadwalan.

4.3.1 Perhitungan jadwal waktu pelaksanaan


Untuk dapat menyiapkan jadwal waktu pelaksanana (construction schedule), maka
ditinjau dari aspek perencanaan perlu dilakukan penyiapan tatacara kerja yang
meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1. Melakukan penelaahan awal dokumen kontrak
2. Melakukan penelitian lapangan secara rinci untuk menguji lokasi,sumber daya yang
tersedia dan menentukan tingkat kesulitan yang terkait pada pekerjaan yang akn
dilaksanakan
3. Melakukan pengkajian Daftar Kuantitas secara rinci
4. Melakukan pengkajian Gambar Rencana secara rinci
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 19 dari 19
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

5. Menguji Spesifikasi
6. Menguji Syarat-syarat Kontrak
7. Menganalisa pekerjaan yang diperlukan untuk setiap kegiatan
8. Menentukan urutan pekerjaan
9. Menentukan biaya proyek

Langkah-langkah di atas kemudian ditindaklanjuti dengan membuat analisa terhadap


hal-hal berikut :
1. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap kegiatan
2. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh kegiatan
3. Urutan setiap kegiatan
4. Metoda kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap kegiatan
5. Sumber daya yang diperlukan
6. Resiko yang terkait
7. Biaya sebenarnya untuk menyelesaikan setiap kegiatan
8. Nilai pekerjaan yang diselesaikan.

Setelah menyelesaikan analisa di atas, kontraktor perlu membuat beberapa jadwal


dasar sebagai jadwal perencanaan kerja, yang nantinya di dalam pelaksanaan konstruksi
biasanya memerlukan perubahan-perubahan disesuaikan dengan kondisi lapangan :
1. Jadwal kegiatan, yang menentukan secara jelas kerangka waktu untuk setiap jenis
pekerjaan.
2. Jadwal sumber daya, yang menentukan secara jelas rencana ketersediaan tenaga
kerja, peralatan dan bahan.
3. Jadwal kemajuan keuangan – Kurva S, yang menentukan secara jelas rencana
kemajuan pekerjaan dan keuangan proyek.
4. Jadwal cash flow keuangan, yang menentukan keadaan pemasukan dan
pengeluaran uang.

Ada beberapa jenis jadwal yang dapat dipergunakan, tergantung kepada kebutuhan
proyek antara lain sebagai berikut :
1. Metoda Lintasan Kritis (Critical Path Method/CPM)
2. Diagram Balok – asli dan terkait (Bar Charts – basic and linked)
3. Jadwal Kemajuan Keuangan – Kurva S (Financial Progress Schedule – S Curve)

4.3.2 Penyiapan jadwal waktu pelaksanaan


1. Metoda lintasan kritis (critical path method/CPM)
Metoda Lintasan Kritis (Critical Path Method/CPM) adalah suatu jenis jadwal atau
network planning “durasi” kapan suatu kegiatan paling awal dapat dikerjakan dan
kapan waktu paling akhir yang dapat digunakan untuk menyajikan jadwal
pelaksanaan dalam urutan-urutan kegiatan maupun ketergantungan satu kegiatan
dengan kegiatan lain, yang dilengkapi dengan rencana dari kegiatan tersebut harus
dikerjakan, agar seluruh kegiatan yang merupakan komponen dari suatu pekerjaan
dapat dikendalikan dari awal sampai akhir.
Di dalam network planning yang merupakan jaringan lintasan kegiatan yang saling
tergantung satu sama lain tersebut bisa terdapat satu atau lebih lintasan kritis
yang menggambarkan bahwa kegiatan pada lintasan kritis tersebut harus diawali

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 20 dari 20
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

dan diakhiri tepat waktu, sebab apabila meleset pelaksanaannya akan menunda
penyelesaian proyek.
Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang penggunaan Critical Path Method
untuk keperluan menyiapkan suatu Network Planning :

14
2
17
D(16)
A(14)

0 33 F(17) 50
C(0)
1 4 5
Start 0 33 50

B(15)
E(18)
Finish
15
3
15

A (14) = Kegiatan dengan kode A memerlukan durasi 14 hari untuk menyelesaikannya


= Event

NE = No. of Event EET


NE
EET = Earliest Event Time LET

LET = Latest Event Time


LET

Kegiatan yang penyelesainnya memerlukan waktu


(duration) tertentu

Kegiatan di lintasan kritis (critical path)

Kegiatan semu, dummy, bukan kegiatan tapi dianggap


sebagai kegiatan yang tidak membutuhkan waktu

Contoh sederhana Network Planning di atas menggambarkan ada 6 kegiatan yaitu


kegiatan A, B, C, D, E, dan F dengan durasi masing-masing kegiatan serta saling
ketergantungannya sebagai tersebut dalam tabel di bawah. Dalam tabel di bawah
juga digambarkan perhitungan untuk menentukan lintasan kritis, yang di dalam
Network Planning digambarkan sebagai kegiatan yang menghubungkan antarevent
yang mempunyai EET = LET, yaitu kegiatan B, E dan F.

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 21 dari 21
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Data Perhitungan Untuk Menetapkan Lintasan Kritis


Kegiatan Event EET + Durasi pada Event No.
Kegiatan Durasi Yang No. Terendah Tertinggi EET LET
(Hari) Mendahului (Hari) (Hari) (Hari) (Hari)
1 - - 0 0
A 14 Tidak ada - - - -
B 15 Tidak ada - - - -
2 0+14=14 0+14=14 14 33-16=17
C 0 A - - - -
D 16 A - - - -
3 0+15=15 0+15=15 15 33-18=15
E 18 B dan C - - - -
4 14+16=30 15+18=33 33 50-17=33
F 17 D dan E - - - -
Selesai 5 30+17=47 33+17=50 50 50

Dari lintasan kritis B, E, dan F di atas dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
1) Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan di lintasan
kritis tidak boleh dilampaui sebab apabila dilampaui akan mengakibatkan
tertundanya penyelesian pekerjaan.
2) Controlling secara ketat harus dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan di lintasan
kritis agar penyelesaian pekerjaan tidak tertunda.
3) Sementara kelonggaran waktu yang terdapat pada kegiatan lain (dalam kasus
di atas adalah kegiatan A dan D) dapat dipertimbangkan untuk dimanfaatkan
(tenaga, peralatan, bahan, dan barangkali juga biaya) bagi percepatan
penyelesaian kegiatan B, E, dan F.
Permasalahan yang sering dihadapi adalah bagaimana dengan manajemen
penyelenggaraan proyek jalan dan jembatan, apakah memerlukan network
planning berupa Critical Path Method seperti di atas? Perlu diketahui bahwa
proyek jalan dan jembatan terdiri dari proyek-proyek tahunan dan proyek-proyek
“multi year”. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa jarang ada pelaku proyek
jalan dan jembatan yang memanfaatkan Critical Path Method sebagai salah satu
cara untuk mengendalikan pelaksanaan proyek, namun fakta menunjukkan bahwa
cukup banyak proyek-proyek jalan dan jembatan yang tidak selesai tepat waktu
(memerlukan perpanjangan waktu pelaksanaan konstruksi) baik pada proyek-
proyek tahunan maupun multi year. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai
dari ketidakmampuan kontraktor di lapangan sampai ketidakjelasan kemampuan
pemberi pekerjaan menyediakan alokasi dana yang diperlukan untuk membiayai
proyek sebagai akibat dari berbagai perubahan di sektor ekonomi.
Terlepas dari penyebab-penyebab yang mempengaruhi jadwal penyelesaian
proyek, nampaknya perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Dalam merencanakan construction schedule suatu proyek, kontraktor perlu
secara tajam mencari, dari sejumlah kegiatan yang akan dilakukan dalam
rangka menyelesaikan proyek, kegiatan-kegiatan mana yang potensial menjadi
kritis. Jika telah ditemukan jenis kegiatan di maksud, maka kontraktor perlu

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 22 dari 22
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

merinci kegiatan-kegiatan tersebut ke dalam sub-sub kegiatan dan dari sub-sub


kegiatan ini kemudian dapat dibuat network planning berupa Critical Path
Method.
2) Untuk proyek-proyek yang dikategorikan sebagai proyek crash program,
barangkali pilihan paling baik adalah dengan menambahkan Critical Path
Method yang menggambarkan network planning dari sejak mulai sampai
berakhirnya proyek, selain Bar Chart dan Jadwal Progres Keuangan – S Curve.
Bisa jadi jika dibuat Critical Path Method untuk proyek crash program, setiap
lintasan yang tergambar akan berupa lintasan kritis. Jika terjadi demikian maka
kegiatan yang berupa lintasan kritis tersebut perlu diurai lagi menjadi sub-sub
kegiatan sehingga akan diketahui sub-sub kegiatan mana yang memberikan
kontribusi kritis bagi suatu kegiatan.

3a

3 4 3 3c 4
3
b

Penggunaan Critical Network Planning (CPM)


Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, pengendalian waktu pelaksanaan
merupakan aspek penting dalam menjamin penyelesaian proyek sesuai dengan
yang direncanakan. Bagi kepentingan pemilik proyek, pengendalian ini terkait
dengan ketepatan pencapaian sasaran proyek agar hasilnya dapat dimanfaatkan
bagi kepentingan pemilik proyek, terlebih lagi apabila proyek tersebut
menyangkut kepentingan masyarakat, maka keterlambatan penyelesaian
proyek akan berdampak kerugian terhadap masyarakat banyak abik secara
ekonomi maupun sosial.
Bagi kepentingan kontraktor, pengendalian waktu pelaksanaan terkait langsung
dengan penggunaan sumber daya terutama sumber daya manusia dan alat.
Pengendalian waktu, mutu dan biaya harus dilakukan secara terpadu karena
ketiga aspek tersebut saling mempengaruhi.
Dalam rangka kepentingan pengendalian atas waktu dan biaya tersebut, maka
penggunaan CPM sebagai alat pengendalian proyek sangat bermanfaat seperti:
(1) Pada hari evaluasi, dapat dibuat daftar sisa waktu untuk setiap kegiatan,
dan berdasarkan daftar sisa waktu setiap kegiatan tersebut dapat dibuat ja-
ringan kerja (network) evaluasi yang memberikan informasi total durasi
yang akan terjadi., yang kemudian diperbandingkan dengan jaringan kerja
rencana. Apabila ternyata total durasinya melebihi total durasi rencana,
maka cara mengejar keterlambatan yang terjadi adalah mempercepat sisa
kegiatan yang terletak di lint6asan kritis. Apabila kegiatan yang terletak pa-
da jalur kritis lebih dari satu, maka harus dipilih kegiatan mana yang akan
dipercepat, dengn pertimbangan biaya yang terkecil.
(2) Bagi penanggung jawab proyek, CPM ini sangat bermanfaat untuk penilaian
atas usulan pertambahan waktu yang disampaikan oleh kontraktor, teruta-
ma terkait dengan pemberian pekerjaan tambah. Berdasarkan jaringan kerja
yang direncanakan, pemeberian pekerjaan tambah tersebut akan dilihat
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 23 dari 23
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

apakah terjadi pada kegiatan pada lintasan kritis atau bukan, atau apakh
dengan adanya pekerjaan tambah yang memerlukan waktu tambahan ter-
sebut akan mengubah lintasan kritisnya dan menambah durasi totalnya.

2. Diagram balok (bar charts)


Bar Charts atau diagram balok merupakan diagram yang paling sederhana,
menggambarkan hubungan antara kegiatan dengan waktu. Ada 2 type yang dikenal
yaitu basic chart dan linked chart.
Basic chart menggambarkan bar chart untuk masing-masing kegiatan yang berdiri
sendiri, sedangkan linked chart menggambarkan bar chart untuk masing-masing
kegiatan yang dimulainya tergantung pada selesainya kegiatan lain.
Pada linked chart secara sederhana dinampakkan adanya ketergantungan suatu
kegiatan dengan kegiatan lain meskipun tidak sejelas Critical Path Method. Jika
hanya mengandalkan basic chart, kita tidak akan pernah mengetahui kegiatan atau
sub kegiatan mana yang posisinya berada pada lintasan kritis, yang mengharuskan
kita untuk memberikan prioritas utama dalam ketepatan waktu pelaksanaannya
karena keterlambatan pelaksanaan akan menunda penyelesaian proyek.
Pada halaman selanjutnya digambarkan contoh bar chart dari proyek peningkatan
jalan, hanya diambil resumenya saja, tidak dirinci dalam sub-sub kegiatan yang
menggambarkan jenis-jenis kegiatan yang ada di dalam items pekerjaan.
Bar chart yang dibuat untuk proyek-proyek jalan biasanya dilengkapi dengan no.
pay item sesuai dengan yang ada di dalam kontrak, nama kegiatan atau deskripsi
kegiatan menurut no. pay item, kuantitas pekerjaan menurut no. pay item dan
waktu pelaksanaan untuk masing-masing pay item. Di dalam contoh tidak
digambarkan bar chart lengkap berdasarkan pay item akan tetapi hanya
digambarkan resume berdasarkan kelompok-kelompok pay item.

4.3.3 Penyiapan kurva-S


Financial Progress Schedule – S Curve merupakan suatu jadwal pelaksanaan bulanan
(monthly construction schedule) yang menggambarkan rencana dan realisasi
pelaksanaan pekerjaan bulanan kumulatif dinyatakan dalam % terhadap total biaya
proyek, selama construction period yaitu sejak Tanggal Mulai Kerja (Commencement of
Works/COW) sampai dengan Tanggal Penyelesaian Pekerjaan (Completion Date). Kurva
ini merupakan alat pengendali baik bagi kontraktor, konsultan pengawas maupun
pemilik pekerjaan (Pinbagpro, Pinpro atau para atasan Pinpro terkait). Oleh karena
Kurva-S itu menyangkut informasi pekerjaan yang berkaitan dengan pembayaran
prestasi pekerjaan maka di dalam Kurva-S tercatat :
1. No. item pembayaran (pay item),
2. Deskripsi item pembayaran (pay item),
3. Nama section yang berisi sejumlah item pembayaran (pay item),
4. Kuantitas masing-masing item pembayaran (pay item),
5. Harga satuan masin-masing item pembayaran (pay item),
6. Total harga dari masing-masing item pembayaran (pay item),
7. Rincian kebutuhan biaya bulanan masing-masing item pembayaran (pay item)
dinyatakan dalam prosen terhadap total biaya konstruksi
Dari total % rencana pelaksanaan pekerjaan setiap bulan, dapat dihitung jumlah % ku-
mulatif rencana pelaksanaan pekerjaan tiap bulan mulai dari Tanggal Mulai Kerja s/d

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 24 dari 24
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Tanggal Penyelsaian Pekerjaan. Kurva yang menghubungkan % kumulatif rencana pelak-


sanaan pekerjaan tiap bulan inilah yang disebut Kurva S karena pada umumnya untuk
suatu rencana pelaksanaan yang normatif, kurva tersebut biasanya berbentuk huruf S.
Dengan cara yang sama, sesuai dengan realisasi pelaksanaan di lapangan dibuat kurva
yang menghubungkan realisasi bulanan di maksud sebagai alat pengendali.

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 25 dari 25
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 26 dari 26
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

4.4 Percepatan Pekerjaan


Untuk mencapai “target tepat waktu”, harus dilakukan pengendalian waktu oleh para pihak
terkait, baik yang berada pada posisi pengguna jasa, penyedia jasa maupun konsultan pengawas
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Adapun faktor-faktor yang mempunyai kontribusi yang signifikan dalam pengendalian waktu
adalah sebagai berikut :
1. Penyerahan lapangan.
2. Surat perintah mulai kerja.
3. Rapat persiapan pelaksanaan (pre construction meeting/PCM).
4. Pemeriksaan bersama (mutual check) dan peninjauan ulang desain (review design).
5. Penyiapan request dan penutup request.
6. Rapat-rapat koordinasi pelaksanaan.
7. Rapat pembuktian (show cause meeting).
8. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
9. Perpanjangan waktu pelaksanaan.
10. Percepatan penyelesaian pekerjaan.
11. Klaim dan peringatan dini.
12. Serah terima pekerjaan.
Apabila pengguna jasa menginginkan penyedia jasa menyelesaikan pekerjaan sebelum rencana
tanggal penyelesaian, maka direksi pekerjaan menerima usulan biaya yang diajukan oleh penye-
dia jasa untuk mempercepat penyelesaian tersebut. Bila pengguna jasa dapat menyetujui usulan
tersebut, maka rencana tanggal penyelesaian disesuaikan dan disahkan bersama oleh pengguna
jasa dan penyedia jasa.
Jika pengguna jasa dapat menerima usulan biaya untuk percepatan pekerjaan yang diajukan oleh
penyedia jasa, maka usulan tersebut dimasukkan dalam harga kontrak dan diperlakukan sebagai
perintah perubahan.

4.4.1 Evaluasi penyebab keterlambatan pekerjaan


Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan adalah kondisi pelaksanaan dimana realisasi
pekerjaan fisik < rencana pekerjaan fisik. Jika keterlambatan pelaksanaan mencapai
batasan kritis sebagaimana ditentukan oleh kontrak, maka sebenarnya penyedia jasa
dalam posisi tidak stabil karena sudah berada di ambang harus mengikuti show cause
meeting. Jika terbukti penyedia jasa tidak mampu menunjukkan prestasi yang
memenuhi persyaratan dalam uji coba maka penyedia jasa akan berada pada pilihan-
pilihan bahwa pekerjaan harus diserahkan kepada penyedia jasa lain dalam format
kesepakatan tiga pihak atau bahkan pemutusan kontrak. Oleh karena itu apabila
penyedia jasa mulai memasuki “wilayah terlambat dalam pelaksanaan” maka penyedia
jasa harus segera mengevaluasi kemampuannya, mencari penyebabnya, dan mencari
jalan keluar untuk keluar dari keterlambatan. Jika penyebab keterlambatan adalah
karena kesalahan pengguna jasa, penyedia jasa harus segera mengajukan perpanjangan
waktu kepada pengguna jasa agar tidak terkena rapat pembuktian (show cause meeting)
dan tidak terkena denda keterlambatan.
Jika kemajuan pelaksanaan yang dicapai oleh penyedia jasa masih termasuk kategori
terlambat terhadap rencana tanggal penyelesaian, namun di luar kategori kontrak kritis,
kontraktor masih terkena kewajiban membayar denda keterlambatan.
Penyedia jasa wajib membayar denda keterlambatan kepada pengguna jasa
berdasarkan besaran untuk setiap hari kalender yang tercantum dalam dokumen
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 27 dari 27
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

kontrak untuk setiap hari keterlambatan sejak rencana tanggal penyelesaian. Pengguna
jasa dapat memotong denda keterlambatan tersebut dari pembayaran-pembayaran
kepada penyedia jasa. Pembayaran denda keterlambatan tidak mempengaruhi
kewajiban-kewajiban penyedia jasa.
Apabila rencana tanggal penyelesaian diundurkan setelah denda keterlambatan
dibayarkan, maka direksi pekerjaan wajib melakukan koreksi atas kelebihan
pembayaran denda keterlambatan dengan menyesuaikan sertifikat pembayaran
berikutnya. Penyedia jasa harus mendapatkan pembayaran bunga dari pembayaran
lebih, terhitung dari hari pembayaran kembali dengan sejumlah nilai tertentu yang telah
disahkan oleh direksi pekerjaan dalam waktu tertentu (misalnya 28 hari) terhitung sejak
tanggal disahkannya sertifikat pembayaran oleh direksi pekerjaan.
Apabila penyedia jasa terlambat melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal, maka pengguna
jasa harus memberikan peringatan secara tertulis atau dikenakan ketentuan pasal
kontrak kritis sesuai ketentuan dokumen kontrak.
Apabila keterlambatan pelaksanaan pekerjaan disebabkan oleh pengguna jasa, maka
dikenakan ketentuan pasal kompensasi sesuai ketentuan dokumen kontrak.
Apabila keterlambatan pelaksanaan pekerjaan disebabkan oleh keadaan kahar, maka
butir-butir tersebut di atas tidak diberlakukan.

4.4.2 Rencana penanggulangan keterlambatan


Kriteria penilaian terhadap pelaksanaan pekerjaan diambil dari batasan kontrak kritis
menurut ketentuan kontrak di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum sebagai
berikut:

Batasan Kontrak Kritis


PERIODE RENCANA FISIK BATASAN KRITIS
I 0% - 70% Jika terjadi keterlambatan pekerjaan > 10%
Jika terjadi keterlambatan pekerjaan > 5%,
atau
II 70% - 100%
Jika terjadi keterlambatan < 5% dan penyelesaian pekerjaan akan
melampaui tahun anggaran

1. Rapat pembuktian (show case meeting/scm)


Dalam pelaksanaan pekerjaan mengalami keterlambatan sesuai batasan kontrak kri-
tis tersebut di atas, maka guna menangani kontrak kritis tersebut, pengguna jasa
wajib mengadakan rapat pembuktian atau show cause meeting (SCM)
Show cause meeting (SCM) atau rapat pembuktian adalah pertemuan antara peng-
guna jasa, direksi pekerjaan, direksi teknis dan penyedia jasa, di mana penyedia jasa
diminta membuktikan prospek kemampuannya untuk menyelesaikan pekerjaan
konstruksi sesuai dengan dokumen kontrak, dilihat dari segi manajemen, peralatan
dan keuangan.
SCM ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan pengendalian pekerjaan kon-
struksi sehubungan dengan keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan
oleh penyedia jasa.

1) Rapat pembuktian (show cause meeting/SCM) dilakukan sebagai berikut:

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 28 dari 28
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

(1) Pada saat kontrak dinyatakan kritis direksi pekerjaan menerbitkan surat pe-
ringatan kepada penyedia jasa dan selanjutnya menyelenggarakan SCM Ta-
hap I.
(2) Dalam SCM direksi pekerjaan, direksi teknis dan penyedia jasa membahas
dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh penyedia
jasa dalam periode waktu tertentu (uji coba pertama) yang dituangkan da-
lam berita acara SCM Tahap I.
(3) Apabila penyedia jasa gagal pada uji coba pertama, maka harus diselengga-
rakan SCM Tahap II yang membahas dan menyepakati besaran kemajuan fi-
sik yang harus dicapai oleh penyedia jasa dalam periode waktu tertentu (uji
coba kedua) yang dituangkan dalam berita acara SCM Tahap II.
(4) Apabila penyedia jasa gagal pada uji coba kedua, maka harus diselenggara-
kan SCM Tahap III yang membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik
yang harus dicapai oleh penyedia jasa dalam periode waktu tertentu (uji co-
ba ketiga) yang dituangkan dalam berita acara SCM Tahap III.
(5) Pada setiap uji coba yang gagal, pengguna jasa harus menerbitkan surat pe-
ringatan kepada penyedia jasa atas keterlambatan realisasi fisik pelaksa-
naan pekerjaan.
(6) Apabila pada uji coba ketiga masih gagal, maka pengguna jasa dapat menye-
lesaikan pekerjaan melalui kesepakatan tiga pihak atau memutuskan kon-
trak secara sepihak dengan mengesampingkan pasal 1266 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata.

2) Ketentuan kesepakatan tiga pihak:


(1) Penyedia jasa masih bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan sesuai ke-
tentuan kontrak.
(2) Pengguna jasa menetapkan pihak ketiga sebagai penyedia jasa yang akan me-
nyelesaikan sisa pekerjaan atau atas usulan penyedia jasa.
(3) Pihak ketiga melaksanakan pekerjaan dengan menggunakan harga satuan
kontrak (dalam hal kontrak harga satuan) atau harga lump sum (dalam hal
kontrak lump sum). Dalam hal pihak ketiga mengusulkan harga satuan kon-
trak (dalam hal kontrak harga satuan) atau harga lump sum (dalam hal kon-
trak lump sum) yang lebih tinggi dari harga satuan kontrak (dalam hal kon-
trak harga satuan) atau harga lump sum (dalam hak kontrak lump sum), ma-
ka selisih harga menjadi tanggung jawab penyedia jasa.
(4) Pembayaran kepada pihak ketiga dapat dilakukan secara langsung.
(5) Kesepakatan tiga pihak dituangkan dalam berita acara dan menjadi dasar
pembuatan amandemen kontrak.

4.4.3 Rencana jadwal waktu uji coba kemampuan


Prosedur rapat pembuktian (show cause meeting/SCM)
1. Pengguna jasa, bersama direksi pekerjaan dan direksi teknis meneliti permasalahan
yang menyebabkan pekerjaan konstruksi terlambat;
2. Pengguna jasa, bersama direksi pekerjaan dan direksi teknis membahas dengan
penyedia jasa upaya-upaya dan membuat kesepakatan untuk mengejar keterlam-
batan, kemudian kontraktor harus membuat pernyataan kesanggupan untuk me-
menuhi kesepakatan-kesepakatan tersebut.

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 29 dari 29
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

3. Dalam SCM disepakati target uji coba kemampuan (test case) dalam waktu 1 (satu)
bulan, dengan menyebutkan uraian pekerjaan yang harus dikerjakan dan prosen-
tase prestasi kerja yang harus dicapai oleh kontraktor.
4. Penyedia jasa membuat jadwal pelaksanaan target uji coba kemampuan (test case)
dan program pelaksanaan secara detail dan lengkap dengan data-data pendu-
kungnya.
5. Hasil dari SCM harus dituangkan dalam suatu berita acara dan dikirimkan ke berba-
gai pihak-pihak terkait sebagai laporan.

4.4.4 Pelaksanaan uji coba kemampuan


Tugas SCM antara lain:
1. Menetapkan items, jadwal dan volume yang harus dikerjakan oleh penyedia jasa
dalam uji coba kemampuan, guna menilai layak atau tidaknya penyedia jasa
melanjutkan pekerjaan.
2. Mengevaluasi hasil uji coba kemampuan yang dilakukan oleh penyedia jasa untuk
dinilai kemungkinan/kesanggupannya apakah penyedia jasa tersebut masih dapat
diberi kesempatan guna mengatasi keterlambatan dan atau permasalahan
pelaksanaan kontrak.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji coba kemampuan (test case)
1. Selama pelaksanaan uji coba, direksi pekerjaan melakukan pemantauan terhadap
kegiatan kontraktor.
2. Apabila hasil uji coba menunjukkan tendensi yang tidak sesuai kesepakatan, maka
pengguna jasa mengeluarkan surat peringatan dengan tembusan dikirimkan
kepada direksi pekerjaan.
3. Pada akhir uji coba dilakukan evaluasi terhadap semua pencapaian selama uji coba,
dan bila diperlukan dapat dilakukan uji coba lagi.

4.5 Pengendalian Mutu


1. Mutu bahan
Yang dimaksud mutu bahan adalah mutu bahan baku dan bahan olahan yang disimpulkan
dari hasil pengujian laboratorium. Contoh bahan baku maupun bahan olahan yang telah
diambil dari lapangan berdasarkan jadwal program mutu diuji di laboratorium, hasilnya
dicocokkan dengan persyaratan teknis yang ditetapkan menurut spesifikasi teknis. Jika
ternyata hasil pengujian laboratorium menunjukkan mutu bahan baku maupun bahan
olahan yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan teknis, maka bahan baku maupun
bahan olahan tersebut harus diganti. Pencatatan hasil pengujian laboratorium baik yang
memenuhi syarat maupun yang tidak memenuhi syarat harus tetap dimasukkan ke dalam
arsip dokumentasi, namun dokumentasinya harus dipisah dan diberi tanggal untuk
keperluan bahan pembelajaran agar pelaksana tidak mengulang kesalahan-kesalahan teknis
yang sama di proyek-proyek yang akan datang.
Jika untuk setiap kegiatan sudah dapat dipastikan bahwa bahan baku dan bahan olahan
memenuhi persyaratan mutu, maka kegiatan dapat dilanjutkan dengan menyiapkan bahan
jadi (hasil pekerjaan).

2. Mutu hasil pekerjaan


Urutan proses mengharuskan kontraktor baru dapat memulai menangani “bahan jadi”
apabila bahan baku dan bahan olahan yang diuji telah menunjukkan hasil memenuhi
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 30 dari 30
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

persyaratan teknis. Bahan jadi yang merupakan hasil dari proses lanjut bahan olahan pada
prinsipnya juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan teknis. Namun yang termasuk ke
dalam pengertian persyaratan-persyaratan teknis untuk bahan jadi bukan hanya
persyaratan sebagaimana dicontohkan dalan Tabel 6.1. saja akan tetapi juga mencakup
persyaratan toleransi dimensi dan persyaratan toleransi lainnya misalnnya toleransi
terhadap ketepatan lokasi/posisi konstruksi sebagaimana ditentukan atau diatur di dalam
spesifikasi teknis

3. Kegiatan pengawasan yang harus dilakukan selama pelaksanaan


Hal-hal utama yang harus dilakukan dalam pengawasan selama pelaksanaan perkerasan
beton semen sebagai berikut:

1) Pekerjaan awal
(1) Mempelajari gambar rencana dan spesifikasi.
(2) Pemahaman lebih dalam terhadap lokasi proyek, lajur dan kemiringan.
(3) Peralatan dan organisasi kontraktor.
(4) Penentuan tugas dan tanggung jawab.
(5) Menentukan pengujian, pencacatan dan laporan yang diperlukan.
(6) Peralatan dan fasilitas untuk pemeriksaan, pengujian dan pengendalian.
2) Bahan
Semua bahan harus diidentifikasi mengenai sumber, jumlah dan kesesuaian dengan
persyaratan, penanganan, penimbangan dan pembuangan bahan yang ditolak.
Bahan tersebut meliputi:
(1) Semen.
(2) Agregat
(3) Air.
(4) Bahan tambah.
(5) Tulangan, ruji, dan bahan pengikat.
(6) Material perawatan beton.
(7) Bahan sambungan.
3) Perbandingan campuran
(1) Pengujian agregat meliputi : gradasi, berat jenis, penyerapan, kadar lempung
(2) Data perencanaan campuran meliputi : kadar semen, proporsi agregat, air, rongga
udara, kelecakan dan kekuatan
(3) Volume takaran meliputi : ukuran takaran, berat material dalam takaran dan
koreksi kadar air agregat
4) Unit penakar / penimbang
(1) Pemeriksaan peralatan untuk menimbang dan mengukur: semen, agregat, air dan
bahan tambah
(2) Pemeriksaan peralatan untuk penanganan material, pengangkutan dan skala
timbangan
5) Unit pencampur ;
Pemeriksaan peralatan pencampur, lama waktu pencampuran, alat pengatur waktu dan
penghitungan jumlah takaran sebelum pengecoran beton semen:
(1) Acuan: kecocokan acuan, alinemen, kemiringan dan ruji
(2) Tanah dasar: kerataan, pemeriksaan permukaan akhir dan kadar air
(3) Sambungan muai: bahan sambungan, lokasi, alinemen, dudukan dan ruji
6) Pembetonan
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 31 dari 31
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

(1) Persiapan: bahan, perlengkapan peralatan, tenaga kerja dan bahan pelindung cuaca
(2) Pencampuran: jenis peralatan, konsistensi, kadar udara, pemisahan butir (segrega-
si) dan keterlambatan
(3) Pengangkutan: batas waktu, pengecekan pemisahan butir dan perubahan konsis-
tensi
(4) Pengecoran: penempatan adukan, pemisahan butir, tinggi jatuh, penyebaran,
pemadatan, penggetaran, penempatan sambungan dan pemeriksaan sambungan
(5) Penyelesaian akhir: melintang dan memanjang, kelurusan dan kerataan,
lingkungan, pengteksturan dan perapihan tepi
(6) Pembentukan sambungan susut: pembentukan sambungan, alinemen, perapihan
tepi dan pemeriksaan permukaan sambungan
7) Setelah pembetonan
(1) Waktu pembongkaran acuan: kerusakan agar dihindari
(2) Perawatan: metoda, peralatan dan bahan, keseragaman, waktu mulai perawatan
dan lama waktu perawatan
(3) Perlindungan: beton basah, hujan, lalu-lintas, cuaca dingin, cuaca panas dan
pencatatan temperatur
(4) Sambungan yang digergaji: peralatan, waktu penggergajian dan pelebaran bagian
atas pada sambungan
(5) Penutup sambungan: peralatan, temperatur, bahan penutup, pembersihan
sambungan dan penutupan
(6) Pemeriksaan permukaan: kelurusan dan kerataan, perbaikan atau penggantian
8) Pengujian beton semen.
(1) Campuran beton basah : pengujian kelecakan (dengan slump) dan kadar udara.
(2) Pengujian kekuatan : pengambilan contoh, pembuatan benda uji, penyimpanan dan
perawatan benda uji, pengujian kuat tekan, pengujian kuat tarik lentur, pengambi-
lan contoh inti dan penggergajian perkerasan untuk pengujian kuat tarik lentur.

4. Toleransi penyimpangan

1) Kerataan permukaan baik melintang atau memanjang;


Penyimpangan kerataan permukaan, dari garis lurus bisa ditentukan dengan
menggunakan mistar perata (straight edge) dengan panjang 3 meter.
Toleransi permukaan pada jalan dengan volume lalu lintas ringan untuk jalan perkotaan
dengan kecepatan rendah ialah 6 mm, sedangkan untuk kecepatan tinggi 3 mm dengan
menggunakan mistar perata 3 meter.

2) Ketebalan.
Perkerasan beton harus dilaksanakan sesuai tebal yang diinginkan. Jika dipandang perlu
untuk menentukan ketebalan perkerasan setelah penghamparan, bisa dilakukan dengan
mengukur contoh inti ( core drill) dari perkerasan. Satu bor inti harus diambil dari setiap
140 m2 perkerasan yang dihamparkan pada setiap lajur. Masing masing hasil
pengeboran harus diukur sesuai dengan ASTM C 174. Penerimaan pekerjaan harus
didasarkan pada hasil pengujian contoh inti yang diambil dari pekerjaan yang telah
selesai.
Bilamana hasil pengukuran bor inti meragukan diperlukan dua contoh inti tambahan
yang diambil dengan jarak 10 meter (satu sebelumnya dan satu lagi sesudahnya) dari
lokasi pengambilan bor inti yang pertama, lubang bekas pengeboran harus ditutup
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 32 dari 32
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

kembali dengan sempurna. Pertimbangan yang diperlukan sebagai dasar penerimaan


pekerjaan sehubungan dengan toleransi tebal, sesuai dengan spesifikasi yang berlaku.

DIAGRAM PRINSIP PENGENDALIAN MUTU


(TERHADAP ITEM PEKERJAAN)

Pemilihan Jenis-jenis
Bahan Baku sesuai
dengan item pekerjaan
Lingkup pengendalian
Tidak - Lingkup Dimensi
- Lingkup kualitas
Struktur pengendalian
- Jenis pemeriksaan
Pengendalian
mutu bahan - Metoda pemeriksaan
baku - Frekwensi
- Spesifikasi mutu
- Toleransi
TAHAP I Ya

Bahan
siap olah

Lingkup pengendalian
Tidak - Lingkup Dimensi
- Lingkup kualitas
Struktur pengendalian
Pengendalian - Jenis pemeriksaan
mutu bahan - Metoda pemeriksaan
olahan - Frekwensi
- Spesifikasi mutu
Ya - Toleransi
TAHAP II

Komponen
Bahan untuk
pekerjaan jadi
telah siap

Lingkup pengendalian
- Lingkup Dimensi
Tidak - Lingkup kualitas
Struktur pengendalian
- Jenis pemeriksaan
Pengendalian
mutu pekerja - Metoda pemeriksaan
an jadi - Frekwensi
- Spesifikasi mutu
- Toleransi
Ya
TAHAP III
Pekerjaan jadi
(pelaksanaan pay item
sesuai kontrak)

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 33 dari 33
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

4.5.1 Pengendalian pembuatan sambungan


Sambungan pada perkerasan beton semen ditujukan untuk :
1. Membatasi tegangan dan pengendalian retak yang disebabkan oleh penyusutan,
pengaruh lenting serta beban lalu-lintas.
2. Memudahkan pelaksanaan.
3. Mengakomodasi gerakan pelat.
Semua sambungan harus ditutup dengan bahan penutup (joint sealer), kecuali pada
sambungan isolasi terlebih dahulu harus diberi bahan pengisi (joint filler).

1. Jenis sambungan

1) Sambungan memanjang dengan batang pengikat (tie bars)


Pemasangan sambungan memanjang ditujukan untuk mengendalikan terjadinya
retak memanjang. Jarak antar sambungan memanjang sekitar 3 - 4 m.
Sambungan memanjang harus dilengkapi dengan batang ulir dengan mutu
minimum BJTU-24 dan berdiameter 16 mm.

2) Sambungan memanjang dengan batang pengikat (tie bars)


Pemasangan sambungan memanjang ditujukan untuk mengendalikan terjadinya
retak memanjang. Jarak antar sambungan memanjang sekitar 3 - 4 m.
Sambungan memanjang harus dilengkapi dengan batang ulir dengan mutu
minimum BJTU-24 dan berdiameter 16 mm.

3) Sambungan pelaksanaan memanjang


Sambungan pelaksanaan memanjang umumnya dilakukan dengan cara
penguncian. Bentuk dan ukuran penguncian dapat berbentuk trapesium atau
setengah lingkaran sebagai mana diperlihatkan pada Gambar 2.

Sambungan dibuat saat pelaksanaan Pengecoran selebar jalur

Tulangan pengikat berulir Tulangan pengikat berulir

Gambar 1 Tipikal sambungan memanjang

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 34 dari 34
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Kemiringan 1:4

0,2 h 0,2 h

0,1 h

Trapesium Setengah lingkaran

Gambar 2 Ukuran standar penguncian sambungan memanjang

Sebelum penghamparan pelat beton di sebelahnya, permukaan sambungan


pelaksanaan harus dicat dengan aspal atau kapur tembok untuk mencegah
terjadinya ikatan beton lama dengan yang baru.

4) Sambungan susut memanjang


Sambungan susut memanjang dapat dilakukan dengan salah satu dari dua cara
ini, yaitu menggergaji atau membentuk pada saat beton masih plastis dengan
kedalaman sepertiga dari tebal pelat.

5) Sambungan susut dan sambungan pelaksanaan melintang


Ujung sambungan ini harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang jalan dan
tepi perkerasan. Untuk mengurangi beban dinamis, sambungan melintang harus
dipasang dengan kemiringan 1 : 10 searah perputaran jarum jam.

6) Sambungan susut melintang


Kedalaman sambungan kurang lebih mencapai seperempat dari tebal pelat un-
tuk perkerasan dengan lapis pondasi berbutir atau sepertiga dari tebal pelat un-
tuk lapis pondasi stabilisasi semen sebagai mana diperlihatkan pada Gambar 3
dan 4.
Jarak sambungan susut melintang untuk perkerasan beton bersambung tanpa
tulangan sekitar 4 - 5 m, sedangkan untuk perkerasan beton bersambung
dengan tulangan 8 - 15 m dan untuk sambungan perkerasan beton menerus
dengan tulangan sesuai dengan kemampuan pelaksanaan.
Sambungan ini harus dilengkapi dengan ruji polos panjang 45 cm, jarak antara
ruji 30 cm, lurus dan bebas dari tonjolan tajam yang akan mempengaruhi
gerakan bebas pada saat pelat beton menyusut.
Setengah panjang ruji polos harus dicat atau dilumuri dengan bahan anti lengket
untuk menjamin tidak ada ikatan dengan beton.

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 35 dari 35
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Sambungan yang dibuat dengan menggergaji


atau dibentuk saat pengecoran

h/4

Gambar 3 Sambungan susut melintang tanpa ruji

Sambungan yang dibuat dengan menggergaji


atau dibentuk saat pengecoran
Selaput pemisah antara
ruji dan beton

h/4
225 225
mm mm
h
25 mm

Tulangan polos

Gambar 4 Sambungan susut melintang dengan ruji

7) Sambungan pelaksanaan melintang


Sambungan pelaksanaan melintang yang tidak direncanakan (darurat) harus
menggunakan batang pengikat berulir, sedangkan pada sambungan yang
direncanakan harus menggunakan batang tulangan polos yang diletakkan di
tengah tebal pelat. Tipikal sambungan pelaksanaan melintang diperlihatkan
pada Gambar 5 dan Gambar 6.
Sambungan pelaksanaan tersebut di atas harus dilengkapi dengan batang
pengikat berdiameter 16 mm, panjang 69 cm dan jarak 60 cm, untuk ketebalan
pelat sampai 17 cm. Untuk ketebalan lebih dari 17 cm, ukuran batang pengikat
berdiameter 20 mm, panjang 84 cm dan jarak 60 cm.

Tulangan polos Tulangan pengikat berulir

Direncanakan Darurat (tidak direncanakan)

Gambar 5 Sambungan pelaksanaan yang direncanakan dan yang tidak


direncanakan untuk pengecoran per lajur
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 36 dari 36
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Tulangan pengikat berulir


Tulangan polos

Direncanakan Darurat (tidak direncanakan)

Gambar 6 Sambungan pelaksanaan yang direncanakan dan yang tidak


direncanakan untuk pengecoran seluruh lebar perkerasan

8) Sambungan isolasi
Sambungan isolasi memisahkan perkerasan dengan bangunan yang lain,
misalnya manhole, jembatan, tiang listrik, jalan lama, persimpangan dan lain
sebagainya. Contoh persimpangan yang membutuhkan sambungan isolasi
diperlihatkan pada Gambar 7.
Sambungan isolasi harus dilengkapi dengan bahan penutup (joint sealer) setebal
5 – 7 mm dan sisanya diisi dengan bahan pengisi (joint filler) sebagai mana
diperlihatkan pada Gambar 11.

Sambungan isolasi yang diperlukan


di belakang tulangan

Tegak lurus Tegak lurus/Apron Tegak lurus-Menyudut

Menyudut Jalan Terpisah Menyudut/Menyudut

Gambar 7 Contoh persimpangan yang membutuhkan sambungan isolasi

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 37 dari 37
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Bahan
penutup Pelindung muai
12 mm
Bahan pengisi 20 mm ditumpulkan
50 mm

h/2

h
12 mm
Ruji polos jarak Dilapisi pelumas 1,2 h 1500 mm
30 cm sumbu ke sumbu

a) SAMBUNGAN ISOLASI DENGAN R UJI b) SAMBUNGAN ISOLASI DENGAN PENEBALAN TEPI

Bahan
penutup
Bahan pengisi
Bangunan saluran,
manhole
h

bangunan fasilitas umum,


pekarangan dll
12 mm

c) SAMBUNGAN ISOLASI TANPA RUJI

Gambar 8 Sambungan isolasi

Sambungan isolasi yang digunakan pada bangunan lain, seperti jembatan perlu
pemasangan ruji sebagai transfer beban. Pada ujung ruji harus dipasang
pelindung muai agar ruji dapat bergerak bebas. Pelindung muai harus cukup
panjang sehingga menutup ruji 50 mm dan masih mempunyai ruang bebas yang
cukup dengan panjang minimum lebar sambungan isolasi ditambah 6 mm
seperti diperlihatkan pada Gambar 8a.
Sambungan isolasi pada persimpangan dan ram tidak perlu diberi ruji tetapi
diberikan penebalan tepi untuk mereduksi tegangan. Setiap tepi sambungan
ditebalkan 20% dari tebal perkerasan sepanjang 1,5 meter seperti diperlihatkan
pada Gambar 8b.
Sambungan isolasi yang digunakan pada lubang masuk ke saluran, manhole,
tiang listrik dan bangunan lain yang tidak memerlukan penebalan tepi dan ruji,
ditempatkan di sekeliling bangunan tersebut sebagai mana diperlihatkan pada
Gambar 8c, 9 dan 10.

Sambungan
Sambungan
melintang
memanjang

Sambungan
isolasi lebar 12 mm minimum
30 cm
Sambungan
isolasi lebar 12 mm Sambungan Sambungan
melintang memanjang

Gambar 9 Tampak atas penempatan sambungan isolasi pada manhole

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 38 dari 38
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

> 100 cm ke sambungan Kereb yang menyatu


Kereb yang menyatu terdekat lubang saluran

min
30 cm
min min 30 cm
30 cm

Sambungan
Sambungan isolasi melintang
lebar 12 mm

> 100 cm ke sambungan


Sambungan > 100 cm ke sambungan terdekat lubang saluran
melintang terdekat lubang saluran
Kereb yang menyatu

Sambungan isolasi
lebar 12 mm

Gambar 10 Tampak atas penempatan sambungan isolasi pada lubang masuk saluran

9) Pola sambungan
Pola sambungan pada perkerasan beton semen harus mengikuti batasan-
batasan sebagai berikut :
(1) Hindari bentuk panel yang tidak teratur. Usahakan bentuk panel sepersegi
mungkin. Perbandingan maksimum panjang panel terhadap lebar adalah
1,25.
(2) Jarak maksimum sambungan memanjang 3 - 4 meter.
(3) Jarak maksimum sambungan melintang 25 kali tebal pelat, maksimum 5,0
meter.
(4) Semua sambungan susut harus menerus sampai kerb dan mempunyai keda-
laman seperempat dan sepertiga dari tebal perkerasan masing-masing un-
tuk lapis pondasi berbutir dan lapis stabilisasi semen.
(5) Antar sambungan harus bertemu pada satu titik untuk menghindari terja-
dinya retak refleksi pada lajur yang bersebelahan.
(6) Sudut antar sambungan yang lebih kecil dari 60 derajat harus dihindari den-
gan mengatur 0,5 m panjang terakhir dibuat tegak lurus terhadap tepi per-
kerasan.
(7) Apabila sambungan berada dalam area 1,5 meter dengan manhole atau
bangunan yang lain, jarak sambungan harus diatur sedemikian rupa sehing-
ga antara sambungan dengan manhole atau bangunan yang lain tersebut
membentuk sudut tegak lurus. Hal tersebut berlaku untuk bangunan yang
berbentuk bundar. Untuk bangunan berbentuk segi empat, sambungan ha-
rus berada pada sudutnya atau di antara dua sudut.
(8) Semua bangunan lain seperti manhole harus dipisahkan dari perkerasan
dengan sambungan muai selebar 12 mm yang meliputi keseluruhan tebal
pelat.

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 39 dari 39
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

(9) Perkerasan yang berdekatan dengan bangunan lain atau manhole harus di-
tebalkan 20% dari ketebalan normal dan berangsur-angsur berkurang sam-
pai ketebalan normal sepanjang 1,5 meter seperti diperlihatkan pada Gam-
bar 8b.
(10) Panel yang tidak persegi empat dan yang mengelilingi manhole harus
diberi tulangan berbentuk anyaman sebesar 0,15% terhadap penampang
beton semen dan dipasang 5 cm di bawah permukaan atas. Tulangan harus
dihentikan 7,5 cm dari sambungan.
Tipikal pola sambungan diperlihatkan pada Gambar 11 dan 12.

Ÿ Sambungan tipe C untuk seluruh lebar perkerasan


Ÿ Sambungan tipe B untuk pengecoran setengah lebar
Kemiringan perkerasan
h +75 s/d 150

melintang£ 2%
h

7500 mm

2100 - 3600 mm 2100 - 3600 mm 2100 - 3600 mm 2100 - 3600 mm

Sambungan tipe B
Sambungan tipe C
h +75 s/d 150

atau tipe C Sambungan tipe C


h

7800 - 14400 mm

Gambar 11 Potongan melintang perkerasan dan lokasi sambungan

10) Penutup sambungan


Penutup sambungan dimaksudkan untuk mencegah masuknya air dan atau
benda lain ke dalam sambungan perkerasan. Benda-benda lain yang masuk
ke dalam sambungan dapat menyebabkan kerusakan berupa gompal dan
atau pelat beton yang saling menekan ke atas (blow up).

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 40 dari 40
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00
Masukkan bahan pengisi kedalam
sambungan minimum setebal 12 mm,
dibagian atas kerb hanya bagian cekung
D
E B atau C

7500 mm
A

Awal pengecoran B
B lajur
Akhir dari
kerja harian A F
B atau C
D Bila diperlukan

D B B
D
tauC
B a
B A
B
A
Jarak Jarak
Normal Normal

7800 - 14400 mm

Gambar 12 Detail Potongan melintang sambungan perkerasan

Keterangan Gambar 14 dan 15 :


A = Sambungan isolasi
B = Sambungan pelaksanaan memanjang
C = Sambungan susut memanjang
D = Sambungan susut melintang
E = Sambungan susut melintang yang direncanakan
F = Sambungan pelaksanaan melintang yang tidak direncanakan

2. Pembuatan sambungan
Pembuatan sambungan bisa dilaksanakan pada saat beton masih plastis atau
dengan melakukan penggergajian untuk pengendalian retak. Teknik penggergajian
merupakan cara terbaik saat ini, dan harus dipertimbangkan untuk ruas-ruas jalan
utama. Untuk ruas-ruas yang tidak begitu penting teknik pembentukan basah lebih
ekonomis.

1) Sambungan dengan penggergajian melintang


Penggergajian sambungan susut melintang dan memanjang harus dimulai
secepat mungkin setelah beton mengeras dan dijamin tidak terjadi pelepasan
butir, umumnya 4 jam – 8 jam, tergantung dari hasil uji coba lapangan.
Semua sambungan susut harus digergaji sebelum retak-retak yang tidak
dikehendaki terjadi, jika diperlukan pelaksanaan penggergajian, harus
dilakukan terus menerus siang malam tanpa memperhatikan cuaca.
Penggergajian dapat dilakukan lebih awal guna menghindari retak acak.

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 41 dari 41
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Penggergajian pada sambungan susut melintang harus dihentikan bilamana


retak sudah terjadi dekat dengan lokasi sambungan. Umumnya penggergajian
sambungan susut harus berurutan pada lajur-lajur yang berurutan.
Lebar dari penggergajian awal untuk sambungan susut melintang dan
memanjang tidak lebih dari 3 mm.
Bilamana sambungan akan diberi lapis penutup, bagian atas celah dilebarkan
dan dilaksanakan secepat-cepatnya tujuh hari setelah penggergajian awal.
Pelebaran sambungan pelaksanaan memanjang harus dilakukan secepat-
cepatnya tujuh hari setelah penghamparan.
Sesegera mungkin setelah penggergajian, celah-celah dari sambungan harus
dibersihkan dengan menyemprotkan air bersih dan segera ditutup sementara
dengan bahan yang telah direncanakan.

2) Sambungan basah
Sambungan susut melintang basah dilakukan dengan memasukkan lembaran
plastik dengan cara menekan batang berbentuk “T” ke dalam beton yang masih
plastis, seperti diperlihatkan pada Gambar 13.
Sambungan susut melintang basah harus diberi penutup.

Batang "T"
terbuat dari baja
d/4

Lembar plastik
6 mm

d/2
d

Memasukkan lembar plastik dengan batang T

Pencabutan Batang "T", lembar plastik tertinggal

Gambar 13 Pelaksanaan sambungan susut melintang basah

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 42 dari 42
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

3) Penutup sambungan
Permukaan sambungan harus bersih dan bebas dari bahan-bahan lain yang
akan melemahkan ikatan dengan bahan penutup. Kerusakan pada permukan
sambungan seperti lepasnya agregat , masuknya material luar yang akan
menghalangi pergerakan bebas ketika penutup sambungan ditekan perlu
diperbaiki.
Lalu-lintas tidak diperbolehkan lewat pada lajur perkerasan sebelum
sambungan diberi bahan penutup permanen atau sementara.

4) Pemasangan penutup sambungan siap pakai


Celah sampai kedalaman dimana penutup sambungan akan dipasang harus
dibersihkan. Celah harus dikeringkan dan dibersihkan dengan menggunakan
kompresor. Sebelum pemasangan lapis penutup, jika ada kerusakan harus
diperbaiki terlebih dahulu.
Sisi-sisi bahan penutup harus diberi lapis pelumas rekat dengan bahan yang
sesuai pada ASTM D-2835 dan dimasukkan ke dalam sambungan dengan cara
ditekan menggunakan roler yang tidak akan merusak bahan sambungan pada
saat pemasangan. Bahan sambungan harus rata, agar tepat masuk ke dalam
celah. Pemuluran maksimum bahan penutup setelah pemasangan adalah 10%.
Permukaan bahan penutup harus berada 5 mm - 7 mm di bawah permukaan
perkerasan.

5) Pemasangan penutup sambungan dengan pasta dingin


Sebelum sambungan ditutup, celah sambungan harus dilebarkan sesuai dengan
ukuran yang diinginkan dan dibersihkan dengan semprotan air yang kuat.
Sesaat sebelum pemasangan penutup sambungan, celah sambungan harus
dikeringkan dengan menggunakan kompresor.
Bilamana resap ikat diperlukan, maka bisa dilakukan dengan kuas atau
penyemprot. Untuk sambungan perkerasan beton pada proyek yang besar
penggunaan penyemprot lebih cocok.
Hampir semua bahan resap ikat memerlukan waktu untuk mengering sebelum
penutup sambungan dipasang. Setelah pembersihan akhir dan pemberian
resap ikat pada sambungan, bahan anti lekat harus dipasang sesuai kedalaman
yang cukup untuk memudahkan pemasangan penutup sambungan.
Setelah sambungan diisi dengan bahan penutup, harus diperiksa untuk
memastikan tidak terdapat rongga udara, ikatan yang baik serta berpenampilan
yang seragam dan rapi.

4.5.2 Pengendalian pengecoran, penghamparan, pemadatan dan penyelesaian akhir beton


1. Pengecoran
Pengecoran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi segregasi.
Tinggi jatuh adukan beton harus diperhatikan antara 0,90 m – 1,50 m tergantung
dari konsistensi adukan.
Apabila dalam pengecoran digunakan mesin pengaduk di tempat, penuangan
adukan beton dapat dilakukan menggunakan baket (bucket) dan talang. Untuk
beton tanpa tulangan adukan beton dapat dituangkan di atas permukaan yang
telah disiapkan di depan mesin penghampar. Harus diusahakan agar penumpahan

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 43 dari 43
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

adukan beton dari satu adukan ke adukan berikutnya berlangsung secara


berkesinambungan sebelum terjadi pengikatan akhir (final setting).
Bila pelaksanaan perkerasan dilakukan pada cuaca panas dan bila temperatur
beton basah (fresh concrete) di atas 240 C, pencegahan penguapan harus dilakukan.
Air harus dilindungi dari panas sinar matahari, dengan cara melakukan pengecatan
tanki air dengan warna putih dan mengubur pipa penyaluran atau dengan cara lain
yang sesuai. Temperatur agregat kasar diturunkan dengan menyemprotkan air.
Pengecoran beton harus dihentikan bila temperatur beton pada saat dituangkan
lebih dari 320 C.
Kehilangan kadar air yang cepat dari permukaan perkerasan akan menghasilkan
kekakuan yang lebih awal dan mengurangi waktu yang tersedia untuk
menyelesaikan pekerjaan akhir. Dalam keadaan seperti ini tidak diperbolehkan
menambahkan air ke permukaan pelat. Pada kondisi yang sangat terpaksa
berkurangnya kadar air bisa diimbangi dengan melakukan pengkabutan.

2. Penghamparan
Ada dua metoda penghamparan beton semen:
1) Metoda menerus;
Pada metoda ini beton dicor secara menerus. Sambungan-sambungan
melintang dapat dibuat ketika beton masih basah atau dengan cara digergaji
sebelum retak susut terjadi.

2) Metoda panel-berselang.
Pada metoda ini beton dicor dengan sistem panel-panel berselang. Panel-
panel yang kosong di antara panel-panel yang sudah dicor, pengecorannya
dikerjakan setelah 4 – 7 hari berikutnya.
Pada pekerjaan besar harus disediakan penghampar jenis dayung (paddle)
atau ulir (auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah (hopper) dan ulir,
kecuali apabila digunakan penghampar acuan gelincir. Pada mesin
penghampar acuan gelincir, peralatan penghampar biasanya sudah menyatu.
Semua peralatan harus dioperasikan secara seksama. Pada pekerjaan yang
lebih kecil, penghamparan dapat dilakukan dengan cara manual.
Beton harus dihampar dengan ketebalan yang sesuai dengan tipe dan
kapasitas alat pemadat.
Apabila perkerasan beton menggunakan tulangan, pemasangan tulangan
harus diperkuat oleh dudukan kemudian beton dicor dan dipadatkan dari atas.

3. Pemadatan
Adukan beton harus dipadatkan dengan sebaik-baiknya. Ada dua metoda untuk
memadatkan beton yaitu : pemadatan dengan tangan dan pemadatan dengan
getaran.
1) Pemadatan dengan tangan (hand tamping)
Alat ini biasanya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan kecil. Alat ini dapat
dibuat dari balok kayu berukuran 22,5 x 7,5 mm2 dengan panjang sesuai lebar
jalur yang dicor. Bagian bawah tepi balok kayu diperkuat dengan pelat besi
tebal 5 mm seperti diperlihatkan pada Gambar 14.
Untuk memadatkan beton, mula-mula alat ini dipasang mendatar di atas
permukaan beton, kemudian diangkat dan dijatuhkan secara berulang-ulang.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 44 dari 44
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Setelah pemadatan selesai, alat ini bisa sekaligus dipakai untuk meratakan dan
merapikan permukaan beton.

Gambar 14 Tipikal alat pemadat tangan (Hand Tamping)

2) Pemadatan dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan (Hand-


operated vibrating beam).
Alat ini berupa balok yang bertumpu di atas acuan-acuan samping. Kepadatan
beton dicapai dengan menggetarkan satu unit balok penggetar yang
dioperasikan secara manual seperti diperlihatkan pada Gambar 15.
Sebagai tambahan untuk pemadatan bagian-bagian tepi atau sudut, dapat
digunakan alat pemadat yang dibenamkan ke dalam beton (immersion
vibrator). Pemadatan beton harus dihentikan sebelum terjadi bliding
(bleeding) pada permukaan beton, dan harus sudah selesai sebelum
pengikatan awal terjadi.
Untuk daerah di sekitar ruji dan dudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut
sekitar fasilitas drainase, dan pada pelat-pelat tidak beraturan, pada jalan
masuk dan persimpangan, diperlukan penanganan khusus untuk mencapai
kepadatan yang baik.

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 45 dari 45
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Gambar 15. Pemadat dengan getaran yang dioperasikan


dengan tangan (hand –operated vibrating beam)

4. Penyelesaian akhir beton


1) Penyelesaian permukaan selama konstruksi awal perkerasan beton yang akan
digunakan sebagai Permukaan jalan:
(1) Permukaan harus dialur tegak lurus sumbu jalan.
(2) Alur harus dilakukan dengan sapu kawat yang lebarnya kurang dari 450
mm.
(3) Berkas sapu kawat semula harus 100 mm, terbuat dari kawat berukuran 32
gauge yang terdiri dari 2 baris, dengan jarak antar sumbu 20 mm dan jarak
baris 10 mm.
(4) Berkas kawat harus diganti bila berkas terpendek aus menjadi 90 mm.
2) Perawatan:
(1) Dimulai segera setelah penyapuan dan perapihan tepi selesai.
(2) Bahan dapat berupa 2 lapis kain goni, 2 lembaran katun, selapis pasir.
(3) Bahan perawatan harus tetap terjaga basah selama 5 hari.
3) Pembongkaran Acuan:
(1) Acuan tidak boleh dibongkar sampai beton mengeras, minimal 12 jam.
(2) Setelah dibongkar, ujung semua siar muai harus dibersihkan dari beton.
(3) Setiap daerah yang menunjukan keropos kecil harus ditambal dengan adu-
kan 1 PC : 2 Agregat Halus.
(4) Bila keropos dinyatakan besar oleh Direksi maka harus dibongkar untuk se-
luruh lapisan tebal dan selebar plat yang bersangkutan dan minimal sepan-
jang 3 m.
4) Pembukaan lalu-lintas:
(1) Jalan tidak boleh dibuka untuk lalu-lintas sebelum hasil terhadap sample
mencapai kekuatan lentur minimum 90 % kekuatan umur 28 hari.
(2) Bila tidak ada tes, perkerasan tidak boleh dibuka untuk lalu-lintas sebelum
14 hari dari saat beton dihampar.
(3) Sebelum dibuka permukaan perkerasan harus dibersihkan dan sealing
sambungan telah sempurna.
5) Persyaratan permukaan (trueness test) dengan alat straight-edge 3m:
(1) Jika dalam arah membujur menyimpang lebih dari 4 mm tetapi tidak lebih
dari 8 mm harus diberi tanda dan segera digerinda.

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 46 dari 46
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

(2) Jika menyimpang lebih dari 8 mm, maka perkerasan harus dibongkar.
(3) Penyimpangan permukaan maksimum dalam segala arah beton yang akan
dilapis ulang dengan suatu lapisan aspal tidak boleh lebih dari 10 mm.

4.5.3 Pengendalian penyelesaian permukaan dan pengujian kerataan permukaan,


perawatan dan perlindungan beton
1. Penyelesaian permukaan
1) Penyelesaian akhir perkerasan beton semen
Setelah beton dipadatkan, permukaan beton harus diratakan dan dirapihkan
dengan alat perata. Tipikel alat perata ditunjukkan pada Gambar 16.
Beton yang masih dalam keadaan plastis diberi tekstur untuk memberikan ke
kesatan permukaan. Permukaan yang kasar bisa dicapai dengan beberapa cara.
Ini termasuk penarikan karung goni (burlap), penyikatan dengan kawat atau
paku dan pembuatan alur, seperti diperlihatkan pada Gambar 17 (a) dan 17(b).

Gambar 16 Tipikel alat penyelesaian akhir permukaan beton semen

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 47 dari 47
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

(a) (b)
Gambar 17 Alat dan pembuatan tekstur permukaan dengan sikat kawat

2) Penarikan burlap (sejenis karung goni)


Tekstur yang dibuat dengan cara penarikan burlap cocok untuk jalan dengan
kecepatan lalu lintas rendah.
Cara ini dilakukan dengan menarik lembar burlap pada arah memanjang per-
mukaan perkerasan. Sebagai contoh burlap yang terdiri dari 4 lapis dan berat
sekitar 340 gr/m2 dapat menghasilkan tekstur dengan kedalaman sekitar 1,5
mm. Biasanya untuk mendapatkan tekstur permukaan yang memuaskan diper-
lukan penarikan burlapi dua kali, dimana penarikan pertama untuk pembuatan
tekstur awal dan yang berikutnya untuk pembuatan tekstur permukaan akhir.
Burlap harus dijaga agar selalu lembab dan bersih sepanjang hari.

3) Penyapu/penyikat melintang
Penyapu/penyikat cocok untuk jalan dengan kecepatan lalu-lintas yang rendah
maupun yang tinggi di daerah yang peka terhadap kebisingan. Penyikat bisa di-
kerjakan dengan cara manual atau mekanis yang akan menghasilkan tekstur
permukaan yang seragam sampai kedalamam 1,5 mm seperti diperlihatkan pa-
da Gambar 6a.
Penyikatan biasanya dilakukan dalam arah melintang.
Sikat harus terbuat dari kawat kaku dan lebar sikat tidak boleh kurang dari 45
cm. Sikat harus terdiri dari dua baris dengan jarak 2 cm dari sumbu ke sumbu,
masing-masing baris terdiri dari beberapa ikatan kawat dengan jarak antar ika-
tan 1 cm, yang setiap ikatan terdiri dari 14 kawat. Letak ikatan kawat harus di-
pasang secara zigzag. Panjang kawat 10 cm dan harus diganti apabila panjang-
nya menjadi 9 cm.

4) Pembuatan alur-dalam pada arah melintang


Pembuatan alur harus didahului oleh penarikan karung goni, yang terakhir
diikuti pembuatan alur dengan sisir kawat. Ukuran penampang kawat 0,6 mm x
3 mm dengan panjang 12,5 cm dan jarak antar kawat 2 cm dalam arah
memanjang serta 2,5 cm untuk arah melintang yang dipasang secara acak.
Lakukan penggoresan sampai kedalaman alur mencapai 3 mm – 6 mm. Untuk
mendapatkan alur yang lurus dan dilaksanakan secara manual, penggoresan
harus dilakukan dengan bantuan mistar pelurus (straightedge).

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 48 dari 48
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

2. Pengujian kerataan
1) Kerataan permukaan baik melintang atau memanjang.
Penyimpangan kerataan permukaan, dari garis lurus bisa ditentukan dengan
menggunakan mistar perata (straight edge) dengan panjang 3 meter.
Toleransi permukaan pada jalan dengan volume lalu lintas ringan untuk jalan
perkotaan dengan kecepatan rendah ialah 6 mm, sedangkan untuk kecepatan
tinggi 3 mm dengan menggunakan mistar perata 3 meter.

2) Ketebalan.
Perkerasan beton harus dilaksanakan sesuai tebal yang diinginkan. Jika
dipandang perlu untuk menentukan ketebalan perkerasan setelah
penghamparan, bisa dilakukan dengan mengukur contoh inti ( core drill) dari
perkerasan. Satu bor inti harus diambil dari setiap 140 m2 perkerasan yang
dihamparkan pada setiap lajur. Masing masing hasil pengeboran harus diukur
sesuai dengan ASTM C 174. Penerimaan pekerjaan harus didasarkan pada hasil
pengujian contoh inti yang diambil dari pekerjaan yang telah selesai.
Bilamana hasil pengukuran bor inti meragukan diperlukan dua contoh inti
tambahan yang diambil dengan jarak 10 meter (satu sebelumnya dan satu lagi
sesudahnya) dari lokasi pengambilan bor inti yang pertama, lubang bekas
pengeboran harus ditutup kembali dengan sempurna. Pertimbangan yang
diperlukan sebagai dasar penerimaan pekerjaan sehubungan dengan toleransi
tebal, sesuai dengan spesifikasi yang berlaku.

3. Perawatan dan perlindungan beton


1) Perawatan
Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena sangat menentukan mutu
akhir beton.
Setelah pelaksanaan akhir dan pengteksturan seluruh permukaan beton harus
dirawat. Salah satu perawatan yang baik adalah dengan cara penyemprotan ba-
han larutan yang sesuai, seperti pigmen putih (white-pigmented), bahan dasar
resin (resin-based) atau bahan dasar karet klorinat (chlorinated-rubber-base), se-
laput kompon yang sesuai dengan ASTM C309. Kompon harus disemprotkan
dengan jumlah 0,3 ltr/m2 (3,75 m2/ltr) untuk tebal pelat  12,5 cm dan 0,2 ltr/m2
(2,5 m2/ltr) untuk tebal pelat  12,5 cm.
Bidang-bidang tepi perkerasan harus segera dilapisi paling lambat 60 menit sete-
lah acuan dibongkar. Apabila pada masa perawatan terjadi kerusakan lapisan pe-
rawatan, maka lapisan perawatan tersebut harus segera diperbaiki.
Metoda perawatan yang lain seperti dengan lembaran plastik putih dapat dila-
kukan bilamana perawatan dengan selaput kompon tidak memungkinkan.
Penempatan lembaran plastik putih harus dilaksanakan pada saat permukaan
beton masih basah. Jika permukaan terlihat kering sebelum beton mengeras,
harus dibasahi dengan cara pengkabutan sebelum lembaran plastik tersebut
dipasang. Sambungan lembaran penutup harus dipasang tumpang tindih selebar
50 cm dan harus dibebani sedemikian rupa sehingga tetap lekat dengan
permukaan perkerasan beton. Lembaran penutup harus dilebihkan pada tepi
perkerasan beton dengan lebar yang cukup sehingga dapat menutup sisi
samping dari permukaan pelat beton setelah acuan samping dibuka. Lembaran
tersebut hendaknya masih berada pada tempatnya selama waktu perawatan.
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 49 dari 49
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Penggunaan karung goni yang lembab untuk menutup permukaan beton dapat
dipergunakan, lembar penutup harus diletakkan sedemikian rupa sehingga
menempel pada permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan sebelum beton
cukup mengeras guna mencegah pelekatan. Penutup harus dipertahankan
dalam keadaan basah dan pada tempatnya selama minimal 7 hari.

2) Perlindungan
Setelah beton dicor dan dipadatkan, hingga berumur beberapa hari, beton
harus dilindungi terhadap kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan.

(1) Pencegahan retak susut plastis;


Retak susut plastis adalah retak yang terjadi pada permukaan beton basah
dan pada saat masih plastis.
Penyebab utama dari retak tipe ini adalah pengeringan permukaan beton
yang terlalu cepat yang dipengaruhi oleh kelembaban relatif, temperatur
beton dan udara serta kecepatan angin.
Tingkat penguapan akan sangat tinggi bila kelembaban relatif kecil,
temperatur beton lebih tinggi dari temperatur udara, dan bila angin bertiup
pada permukaan beton. Bilamana terjadi kombinasi panas, cuaca kering dan
angin yang kencang akan mengakibatkan hilangnya kelembaban yang lebih
cepat dibandingkan dengan pengisian kembali rongga oleh proses aliran air.
Pengeringan yang cepat juga terjadi pada cuaca dingin, jika temperatur
beton pada saat pengecoran adalah lebih tinggi dari pada temperatur udara.
Jika laju penguapan air lebih dari 1,0 kg/m2 per jam, pencegahan harus
dilakukan untuk menghindari terjadinya retak susut plastis. Besarnya laju
penguapan dapat diestimasi dengan menggunakan nomogram seperti
diperlihatkan pada Gambar 18.
Prosedur untuk meminimalkan retak akibat susut plastis :
a. buat pelindung angin untuk mengurangi pengaruh angin dan atau sinar
matahari terhadap permukaan beton semen
b. kendalikan perbedaan temperatur yang berlebihan antara beton dan
udara baik cuaca panas maupun dingin
c. hindari keterlambatan penyelesaian akhir setelah pengecoran beton
d. rencanakan waktu antara pengecoran dan permulaan perawatan den-
gan memperhatikan prosedur pelaksanaan, apabila terjadi keterlamba-
tan, lindungi beton dengan penutup sementara
e. lindungi beton selama beberapa jam pertama setelah pengecoran dan
pembuatan tekstur permukaan untuk meminimalkan penguapan

(2) Perlindungan terhadap hujan


Untuk melindungi beton belum berusia 12 jam, harus ditutup dengan bahan
seperti plastik, terpal atau bahan lain yang sesuai.

(3) Perlindungan terhadap kerusakan permukaan.


Perkerasan harus dilindungi terhadap lalu-lintas umum dan proyek, dengan
pemasangan rambu lalu-lintas, penerangan lampu, penghalang, dan lain se-
bagainya.

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 50 dari 50
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Gambar 18 Nomogram penentuan besar laju penguapan

3) Perawatan
Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena sangat menentukan mutu
akhir beton.
Setelah pelaksanaan akhir dan pengteksturan seluruh permukaan beton harus
dirawat. Salah satu perawatan yang baik adalah dengan cara penyemprotan ba-
han larutan yang sesuai, seperti pigmen putih (white-pigmented), bahan dasar
resin (resin-based) atau bahan dasar karet klorinat (chlorinated-rubber-base), se-
laput kompon yang sesuai dengan ASTM C309. Kompon harus disemprotkan
dengan jumlah 0,3 ltr/m2 (3,75 m2/ltr) untuk tebal pelat  12,5 cm dan 0,2 ltr/m2
(2,5 m2/ltr) untuk tebal pelat  12,5 cm.

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 51 dari 51
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Bidang-bidang tepi perkerasan harus segera dilapisi paling lambat 60 menit sete-
lah acuan dibongkar. Apabila pada masa perawatan terjadi kerusakan lapisan
perawatan, maka lapisan perawatan tersebut harus segera diperbaiki.
Metoda perawatan yang lain seperti dengan lembaran plastik putih dapat dila-
kukan bilamana perawatan dengan selaput kompon tidak memungkinkan.
Penempatan lembaran plastik putih harus dilaksanakan pada saat permukaan
beton masih basah. Jika permukaan terlihat kering sebelum beton mengeras,
harus dibasahi dengan cara pengkabutan sebelum lembaran plastik tersebut
dipasang. Sambungan lembaran penutup harus dipasang tumpang tindih selebar
50 cm dan harus dibebani sedemikian rupa sehingga tetap lekat dengan
permukaan perkerasan beton. Lembaran penutup harus dilebihkan pada tepi
perkerasan beton dengan lebar yang cukup sehingga dapat menutup sisi
samping dari permukaan pelat beton setelah acuan samping dibuka. Lembaran
tersebut hendaknya masih berada pada tempatnya selama waktu perawatan.
Penggunaan karung goni yang lembab untuk menutup permukaan beton dapat
dipergunakan, lembar penutup harus diletakkan sedemikian rupa sehingga
menempel pada permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan sebelum beton
cukup mengeras guna mencegah pelekatan. Penutup harus dipertahankan
dalam keadaan basah dan pada tempatnya selama minimal 7 hari.

4.5.4 Pembuatan catatan pengendalian mutu dan waktu


1. Catatan lapangan
Inspektor harus menyiapkan dan menyimpan dengan baik catatan lapangan
mengenai proyek, yakni :
1) Catatan Harian Proyek
2) Buku Pengukuran (Buku Opname)
3) Pengambilan Contoh Bahan dan Hasil Pengujian
4) Gambar Rencana Proyek dan Catatan-catatan terlaksana
5) Grafik Kemajuan dan Catatan-catatan
6) Laporan Kemajuan Pekerjaan

2. Catatan harian proyek


Adalah satu persyaratan umum bagi inspektor untuk menyimpan dengan baik
catatan harian yang memuat kejadian sehari-hari mengenai pekerjaan pelaksanaan
proyek.
Untuk pekerjaan-pekerjaan besar diperlukan satu catatan yang luas termasuk
kejadian-kejadian yang dapat dilihat pada daftar seperti di bawah ini
Untuk proyek-proyek kecil, catatan yang rinci tersebut, dibatasi pada kegiatan
kegiatan pokok saja.
1) Jumlah dan klasifikasi tenaga kerja dan peralatan yang digunakan di lapangan
dan lokasi penempatan pada pekerjaan tersebut;
2) Bahan-bahan yang disediakan untuk kontraktor dan diterima olehnya, serta ba-
han-bahan yang didatangkan sendiri oleh kontraktor (lihat juga buku opname /
hasil pengukuran);
3) Pengiriman, pemasangan, dan pemindahan peralatan kontraktor serta rincian
mengenai peralatan utama yang sebelumnya tidak bekerja namun kembali lagi
berfungsi;
4) Kondisi Lokasi dan uraian mengenai pekerjaan yang dilaksanakan setiap hari;
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 52 dari 52
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

5) Hasil pengujian bahan-bahan di lapangan ; tanggal dan cara pengiriman contoh-


contoh bahan uji ke laboraturium;
6) Tanggal mulai dan berakhirnya macam-macam bagian pekerjaan kontruksi ; ser-
ta tanggal pembukaan bagian-bagian jalan untuk lalu-lintas;
7) Rincian dan tanggal-tanggal pengesahan (notifikasi) amandemen yang benar
pada gambar rencana dan spesifikasi;
8) Rincian mengenai setiap konstruksi atau peringatan yang diberikan, dan perca-
kapan-percakapan yang penting yang dilakukan dengan kontraktor atau wakil-
nya;
9) Keterangan mengenai jalan pengalihan sementara (detour) atau jalan khusus
termasuk tanggal pembukaan dan penutupannya;
10) Kondisi cuaca, termasuk perkiraan curah hujan dan pengaruh terhadap kema-
juan pekerjaan; Kondisi banjir harus dicatat apabila kondisi tersebut mempenga-
ruhi bagian konstruksi jembatan (diperinci mempengaruhi bagian mana saja dari
bangunan jembatan yang bersangkutan) dan sistem drainase yang dipersiapkan;
11) Keterangan mengenai setiap keterlambatan yang terjadi pada pekerjaan dan
alasan keterlambatan yang bersangkutan;
12) Catatan mengenai bentuk-bentuk pekerjaan yang tidak biasa terjadi atau insi-
den terkait;
13) Tanggal-tanggal kunjungan ke lapangan dilakukan oleh Pimpinan Proyek dan
anggota-anggota penting perusahaan kontraktor.
14) Instruksi-instruksi yang diterima dari pimpinan proyek;

Catatan :Apabila bahan yang serupa diambil dari sumber-sumber yang berbeda
maka lokasi dari bahan-bahan ini pada pekerjaan harus dicatat.

3. Catatan hasil pengambilan contoh bahan dan hasil pengujian.


Perlu dijamin bahwa pengambilan contoh bahan dan prosedur pengujian sesuai
dengan persyaratan spesifikasi, dan (untuk proyek-proyek kecil) di mana
spesifikasinya dibatasi atau tidak diberikan, pengujian seharusnya dilaksanakan
sehingga memenuhi persyaratan umum dari Ditjen. Bina Marga. Pengawas akan
mempelajari prosedur pengujian yang dikehendaki, dan menetapkan jadwal
pengujian lapangan dan pengujian laboratorium.
Hasilnya akan dicatat dalam :
1) Pengujian rutin yang dikehendaki ;
2) Pengujian khusus, termasuk rencana campuran untuk pekerjaan
3) Keandalan mutu.

4. Grafik dan catatan kemajuan pekerjaan

Catatan-catatan mengenai kemajuan pekerjaan harus disiapkan dan selalu


dimutakhirkan oleh Pengawas yang mencakup :
1) Data keandalan dan kemajuan.
Ini termasuk suatu catatan mengenai kemajuan dan pengeluaran biaya untuk
setiap aktivitas pekerjaan utama, hendaknya dibuat atas dasar harian.

2) Informasi mengenai pengendalian.

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 53 dari 53
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Ini termasuk daftar kemajuan pekerjaan, bagan alir kegiatan (analisa jalur kritis
untuk pekerjaan-pekerjaan). Dan grafik mengenai pengendalian pengeluaran
biaya proyek diplot untuk menggambarkan biaya dan kemajuan proyek . Harus
juga dibuat persiapan untuk membandingkan pelaksanaan pengeluaran biaya
yang sebenarnya terhadap rencana pengeluaran biaya.

3) Ramalan proyek.
Ramalan ini diperlukan untuk mengantisipasi pengeluaran biaya dan
pengendalian di masa mendatang atau keperluan-keperluan proyek yang lain.
Ramalan ini akan memperhitungkan kualitas pekerjaan, keterlambatan yang
disebabkan karena kerusakan-kerusakan atau modifikasi / perubahan, dan
penampilan pelaksanaan Kontraktor secara umum.

4) Keandalan mutu.
Ini akan dicatat untuk menunjukkan banyaknya inspeksi dan pengujian lapangan
yang dilaksanakan (sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan). Hasil-hasil akan
dibandingkan terhadap spesifikasi, dan tindakan yang dicatat dan ditindak-
lanjuti terhadap semua cacat-cacat dan kerusakan.

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 54 dari 54
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

BAB V
SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN
UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI

5.1 Sumber Daya Manusia


Yang dimaksud dengan Sumber Daya Manusia di dalam pelatihan ini adalah Pelatih (Instruktur),
Penilai, dan Teman Kerja / Sesama Peserta Pelatihan. Interaksi dari Pelatih, Penilai, Teman Kerja
/ Sesama Peserta Pelatihan dimaksud diharapkan dapat menjadi pendorong suksesnya
penyelenggaraan pelatihan, dalam arti hasil akhir dari pelatihan adalah peserta pelatihan dapat
menyerap secara maksimal seluruh materi yang disampaikan oleh Pelatih, yang dibuktikan
dengan hasil penilaian (ujian) yang dapat dicapai oleh masing-masing peserta menunjukkan
predikat baik atau bahkan amat baik.
Bagi peserta pelatihan yang nilai ujiannya mencapai ambang batas (passing grade) kelulusan, ia
akan mendapatkan Sertifikat Lulus Pelatihan, dan selanjutnya ia mempunyai hak untuk
mengikuti ujian kompetensi yang penyelenggaraannya di luar pelatihan ini. Sedangkan bagi
peserta pelatihan yang nilai ujiannya di bawah amabang batas (passing grade), ia tidak akan
mendapatkan Sertifikat Lulus Pelatihan, akan tetapi ia akan mendapatkan sertifikat
keikutsertaan dalam pelatihan. Konsekwensi dari “tidak lulus” adalah bahwa ia harus ikut ujian
lagi yang waktunya akan ditentukan oleh Penyelenggara Pelatihan, dan sebelum memiliki
Sertifikat Lulus Pelatihan ia belum boleh mengikuti Ujian Kompetensi.

Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut tentang Sumber Daya Manusia :

5.1.1 Pelatih (Instruktur)


1. Kualifikasi Pelatih
1) Pelatih (Instruktur) minimal berijazah S1 Teknik Sipil dengan pengalaman kerja
di bidang Perencanaan/Pengawasan/Pelaksanaan Jalan atau S2 Bidang Jalan
Raya dengan pengalaman kerja di bidang
Perencanaan/Pengawasan/Pelaksanaan Jalan minimum 3 tahun.
2) Harus mampu mengajar, dibuktikan dengan sertifikat TOT (Training of Trainer)
atau pengalaman mengajar di pelatihan-pelatihan bidang jalan.
3) Menguasai substansi teknis yang diajarkan secara mendalam.
4) Konsisten mengacu pada SKKNI Jabatan Kerja Pelaksana Lapangan Perkerasan
Jalan Beton.
5) Pembelajaran materi pelatihan untuk pencapaian unit kompetensi disertai
dengan inovasi dan improvisasi yang relevan dengan metodologi yang tepat.

2. Peran Pelatih
Pelatih (instruktur) dipilih karena dia telah berpengalaman.

Peran pelatih adalah untuk :


1) Membantu peserta untuk merencanakan proses belajar.
2) Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap
belajar.
3) Membantu peserta untuk memahami konsep dan praktik baru dan untuk
menjawab pertanyaan peserta mengenai proses belajar.

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 55 dari 55
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

4) Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain


yang diperlukan untuk belajar.
5) Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
6) Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan.

3. Kurikulum Pelatihan

Kode Unit : SPL.KS21.225.00


Judul Unit : Melaksanakan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan
Perkerasan Jalan Beton
Deskripsi : Unit Kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan
Unit sikap perilaku yang diperlukan untuk dapat melaksanakan
pengendalian mutu dan waktu dalam pelaksanaan perkerasan jalan
beton
.

Unit / Elemen Jam Pelajaran (JPL)


No. Kurikulum / Silabus
Kompetensi Teori Praktek Jumlah
1. Melaksanakan Judul Materi Pelatihan:
3.49 3.51 7.00
Pengendalian Mutu dan Pengendalian Mutu dan
Waktu Dalam Waktu dalam Pelaksanaan
Pelaksanaan Perkerasan Perkerasan Jalan Beton
Jalan Beton
1.1 Menyusun urutan Penyusunan Urutan 0.67 0.67 1.33
pelaksanaan pekerjaan Pelaksanaan Pekerjaan
1.2 Menghitung waktu Penyiapan Jadwal Waktu 0.44 0.44 0.88
pelaksanaan pekerjaan Pelaksanaan
untuk setiap jenis
pekerjaan dan
menyiapkan jadwal
waktu pelaksanaan
pekerjaan

1.3 Melaksanakan Percepatan Pekerjaan 0.67 0.67 1.33


percepatan pekerjaan )
jika terjadi
keterlambatan di
lapangan
1.4 Melaksanakan Pengendalian Mutu 1.27 1.28 2.55
pengendalian mutu
pekerjaan di lapangan
dengan berpedoman
pada spesifikasi teknis
yang digunakan
Jumlah Jam Pelajaran 3.49 3.51 7.00

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 56 dari 56
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

4. Proses pembelajaran
Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung
1. Ceramah Pembukaan :
 Menjelaskan Tujuan Pelatihan  Mengikuti penjelasan
sesuai dengan KPBK.  Mengajukan
 Merangsang motivasi peserta pertanyaan apabila
dengan memberi kesempatan kurang jelas. HO – 1 atau
kepada peserta untuk OHT -1
mengajukan pertanyaan-
pertanyaan selama proses
pembelajaran.
Waktu : 5 menit.
2. Penjelasan : Bab 1 Pengantar, Bab 2
Standar Kompetensi dan Bab 3  Mengikuti penjelasan
Strategi dan Metode Pelatihan instruktur dengan
 Materi Pelatihan ini tekun dan aktif.
merepresentasikan unit  Mencatat hal-hal
kompetensi. penting.
 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis  Mengajukan
Kompetnsi pertanyaan bila perlu.
 Penjelasan Materi Pelatihan (Buku
Informasi, Buku Kerja dan Buku HO – 2 atau
Penilaian) OHT - 2
 Pengakuan Kompetensi Terkini
 Pengertia-pengertian istilah
 Pengertian Unit Standar
 Unit Kompetensi yang dipelajari
 Panduan Penilaian
 Kompetensi Kunci
 Strategi pelatihan
 Metode pelatihan
Waktu : 5 menit.
 Mengikuti penjelasan
3. Penjelasan Sub Bab 4.1. Umum
instruktur dengan
mengenai:
tekun dan aktif.
 Urutan pelaksanaan pekerjaan
 Mencatat hal-hal HO – 3 atau
 Jadwal waktu pelaksanaan
penting. OHT - 3
 Percepatan pekerjaan
 Mengajukan
 Pengendalian mutu
pertanyaan bila perlu.
Waktu : 5 menit.
4. Penjelasan Sub Bab 4.2 Penyusunan  Mengikuti penjelasan
Urutan Pelaksanaan Pekerjaan instruktur dengan
mengenai: tekun dan aktif. HO – 4 atau
 Penyusunan Urutan Pembuatan  Mencatat hal-hal OHT - 4
Sambungan penting.
 Penyusunan Urutan Pengecoran,  Mengajukan

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 57 dari 57
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung


Penghamparan, Pemadatan dan pertanyaan bila perlu.
Penyelesaian Akhir Permukaan
Beton
 Penyusunan Urutan Penyelesaian,
Pengujian Kerataan Permukaan.,
Perawatan dan Perlindungan
Beton
Waktu : 45 menit.
5. Penjelasan Sub Bab 4.3 Penyiapan  Mengikuti penjelasan
Jadwal Waktu Pelaksanaan instruktur dengan
mengenai: tekun dan aktif.
 Perhitungan Jadwal Waktu  Mencatat hal-hal
HO – 5 atau
Pelaksanaan penting.
OHT - 5
 Penyiapan Jadwal waktu  Mengajukan
Pelaksanaan pertanyaan bila perlu.
 Penyiapan Kurva-S
Waktu : 40 menit.
7. Penjelasan Sub Bab 4.4 Percepatan 
Pekerjaan mengenai:
 Evaluasi Penyebab Keterlambatan
 Rencana Penanggulangan
Keterlambatan HO – 6 atau
 Rencana Jadwal Waktu Uji Coba OHT - 6
Kemampuan
 Pelaksanaan Uji Coba
Kemampuan
Waktu : 60 menit.
8. Penjelasan Sub Bab 4.5 Pengenda-  Mengikuti penjelasan
lian Mutu mengenai: instruktur dengan
 Pengendalian Pembuatan Sam- tekun dan aktif.
bungan  Mencatat hal-hal
 Pengendalian Pengecoran, Peng- penting.
hamparan, pemadatan dan Pe-  Mengajukan
nyelesaian Akhir Beton. pertanyaan bila perlu. HO – 7 atau
 Pengendalian Penyelsaian Permu- OHT - 7
kaan dan Pengujian Kerataan
Permukaan, Perawatan dan Per-
lindungan Beton
 Pembuatan Catatan Pengendalian
Mutu dan Waktu
Waktu : 115 menit.
Jumlah Waktu Pelatihan :
1). Teori = 157 menit ( 3.49 JPL)
2). Praktek = 158 menit (3.51 JPL)

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 58 dari 58
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

5.1.2 Penilai
Penilai melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat kerja.

Penilai akan :
1. Melaksanakan penilaian apabila peserta telah siap dan merencanakan proses belajar
dan penilaian selanjutnya dengan peserta.
2. Menjelaskan kepada peserta mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan
merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan peserta.
3. Mencatat pencapaian / perolehan peserta dalam memahami substansi Buku
Informasi.

5.1.3 Peserta Pelatihan


Persyaratan untuk dapat diterima sebagai Peserta Pelatihan adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan : D3 Teknik Sipil


Minimal
2. Pengalaman :  Minimal 3 (tiga) tahun berpengalaman di bidang
Kerja pelaksanaan pekerjaan jalan
3. Persyaratan Lain  Memiliki sertifikat kompetensi kerja di bidang keahlian
pelaksanaan jalan

5.1.4 Teman kerja/sesama peserta pelatihan


Teman kerja/sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber dukungan dan bantuan.
Peserta juga dapat mendiskusikan proses belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan
menjadi suatu yang berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan
belajar/kerja dan dapat meningkatkan pengalaman belajar peserta.

5.2 Sumber-Sumber Perpustakaan


Sumber-sumber bacaan yang dapat dipergunakan adalah Peraturan Perundang-undangan
terkait dengan substansi-substansi Unit Kompetensi dan beberapa judul buku yang diharapkan
dapat menambah wawasan baik Pelatih maupun Peserta Pelatihan, sebagai berikut :
1. Clifford F Gray & Erik W Larson, Manajemen Proyek, Jakarta 2007
2. Departemen Permukiman dan Prasarana Wlayah, Pedoman Pelaksanaan Jalan Beton
Semen
3. Direktorat Jenderal Bina Marga, Pedoman Mutu (Quality Manual) Direktorat Jenderal
Bina Marga, Jakarta 2007
4. Direktorat Bina Teknik, Direktorat Jenderal Bina Marga, Manual Pengawasan Pekerjaan
Fisik, Jakarta 2009
5. Direktorat Jenderal Bina Marga, Spesifikasi Umum, Jakarta 2010
6. Harry Purwantara & Aberor Dachwan, Manajemen Proyek Jalan, Jakarta, 2010
7. Nancy Mingus, Alpha Teach Yourself Project Management Dalam 24 Jam, Jakarta 2004
8. Wulfram I Ervianto, Manajemen Proyek Konstruksi, Jakarta 2002

5.3 Daftar peralatan / mesin dan bahan


1. Untuk menayangkan paparan (hand out) materi pelatihan agar bisa diikuti oleh Peserta
Pelatihan, Pelatih (Instruktur) memerlukan OHP (Overhead Projector) dan layar, jika paparan
Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 59 dari 59
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

(hand out) tersebut berupa OHT (overhead transparency). Namun apabila Pelatih
menyiapkan bahannya dalam bentuk file komputer yang disimpan di flash disk atau
CD/DVD, maka yang diperlukan adalah laptop (yang telah diisi dengan sistem operasi
misalnya Windows dan sejumlah software yang dapat digunakan untuk membuka dan
menayangkan bahan paparan (hand out), proyektor LCD dan layar. Mungkin Pelatih
menganggap perlu menayangkan film-film dokumentasi yang berkaitan dengan materi
pelatihan, maka lap top tersebut perlu dilengkapi dengan peralatan audio berupa speaker
yang bisa dihubungkan ke laptop agar suara tayangan film dokumentasi tersebut dapat
didengar oleh peserta pelatihan. Selain itu, ada kemungkinan penayangan paparan (hand
out) perlu dibantu dengan menambahkan white board untuk memudahkan pelatih
menggambarkan/menuliskan rincian penjelasan materi pelatihan. Fungsi white board dapat
juga digantikan dengan papan tulis atau blackboard sesuai dengan pertimbangan, bahan
yang mana yang mudah didapatkan di lokasi pelatihan.

2. Untuk menyelenggarakan pengujian yang akan dilakukan oleh asesor, peralatan/bahan yang
diperlukan tergantung jenis uji kompetensi yang akan dilakukan. Jika ujian kompetensi
dilakukan secara tertulis, bahan yang diperlukan adalah materi uji kompetensi yang
digandakan sebanyak peserta uji kompetensi dan format penilaian beberapa rangkap sesuai
kebutuhan untuk pertanggungjawaban administrasi penyelenggaraan uji kompetensi.

3. Untuk Peserta Pelatihan, yang diperlukan adalah ruang kelas, meja dan kursi yang layak
untuk keperluan pelatihan dilengkapi dengan OHP atau LCD jika Pelatih akan menayangkan
materi pelatihan, Buku Informasi dan Buku Kerja, bahan-bahan hand out dan lain-lain sesuai
dengan kondisi di tempat pelatihan.

4. Kesimpulan
Untuk dapat menyelenggarakan pelatihan ini, peralatan dan bahan yang diperlukan adalah :
1) Ruang kelas, pendingin ruangan (AC), saklar listrik, rol kabel listrik, microphone, meja
tulis dan kursi sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pelatihan.
2) OHP (Overhead Projector) dan layar, jika paparan (hand out) tersebut berupa OHT
(overhead transparency), atau laptop, LCD dan layar sesuai dengan yang dikehendaki
oleh pelatih.
3) White board dilengkapi dengan alat tulis dan penghapus tulisan di white board atau,
4) Black board dilengkapi dengan alat tulis dan penghapus tulisan di black board.
5) Hand out, Buku Informasi, Buku Kerja dan Materi Uji Kompetensi.

Jumlah dan jadwal penggunaan peralatan dan bahan tersebut di atas disesuaikan dengan
kebutuhan penyelenggaraan pelatihan dan uji kompetensi.

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 60 dari 60
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

LAMPIRAN

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 61 dari 61
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 62 dari 62
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 63 dari 63
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 64 dari 64
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 65 dari 65
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 66 dari 66
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 67 dari 67
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 68 dari 68
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 69 dari 69
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 70 dari 70
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 71 dari 71
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Judul Modul : Pelaksanaan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Halaman: 72 dari 72
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Ver: 1.1.2011
Buku Informasi

Das könnte Ihnen auch gefallen