Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
DAERAH
PROVINSI BENGKULU
Tahun 2007
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH
PROVINSI BENGKULU
Penerbit :
Bank Indonesia Bengkulu
Tim Ekonomi Moneter – Kelompok Kajian, Statistik dan Survei
Jl. A. Yani No.1
BENGKULU 38116
Telp: (0736) 21735, Fax: (0736) 21736
i|á| UtÇ~ \ÇwÉÇxá|t
Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun
internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang
rendah dan stabil.
Syarifuddin Bassara
Pemimpin
i
DAFTAR ISI
ii
BAB IV KEUANGAN DAERAH ................................................................................ 36
4.1. GAMBARAN SISI PENERIMAAN ............................................................ 36
4.1. GAMBARAN SISI PENGELUARAN.......................................................... 37
BOKS 3 Pencapaian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bengkulu
Tahun 2007
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GRAFIK
v
Grafik 3.1. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non-Performing
Loan Perbankan Provinsi Bengkulu ....................................................... 26
Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit Perbankan Provinsi
Bengkulu ............................................................................................ 27
Grafik 3.3. Komposisi Aktiva Produktif Bank Umum di Provinsi Bengkulu .............. 28
Grafik 3.4. Perkembangan NPL Bank Umum di Provinsi Bengkulu .......................... 29
Grafik 3.5. Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum Provinsi
Bengkulu Tahun 2007.......................................................................... 30
Grafik 3.6. Perkembangan Kepemilikan DPK di Bank Umum ................................. 30
Grafik 3.7. Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Umum di Provinsi
Bengkulu ............................................................................................ 31
Grafik 3.8. Penyaluran Kredit Bank Umum di Provinsi Bengkulu Menurut
Lokasi Penyaluran ............................................................................... 32
Grafik 3.9. Realisasi Kredit Baru dan Kredit yang Disetujui oleh Bank Umum
Tahun 2007 ........................................................................................ 33
Grafik 5.1. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu ............ 38
Grafik 5.2. Perkembangan Rasio PTTB/Inflow Provinsi Bengkulu ............................ 39
Grafik 5.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan/Dilaporkan
ke Bank Indonesia Bengkulu ............................................................... 40
Grafik 6.1. Perkembangan Kependudukan Tahun 2005-2007 ............................... 42
Grafik 6.2. Pengangguran Terbuka Provinsi Bengkulu Tahun 2005-2007 ............... 43
Grafik 6.3. Perkembangan NTP Tahun 2007 .......................................................... 44
Grafik 7.1. Indikator Ekspektasi Dunia Usaha atas Kondisi Ekonomi Provinsi
Bengkulu ............................................................................................ 46
Grafik 7.2. Tingkat Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi di
Provinsi Bengkulu................................................................................. 47
Grafik 7.3. Perkiraan Inflasi Tahun 2008 oleh Dunia Usaha di Bengkulu ................. 48
vi
Ringkasan eksekutif
RINGKASAN EKSEKUTIF
KONDISI MAKROEKONOMI
INFLASI
Inflasi Kota Bengkulu pada tahun 2007 mencapai 5,00%, menurun dibanding
inflasi tahun sebelumnya sebesar 6,53%. Besaran inflasi ini berada dibawah target
inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia sebesar 6% ± 1%.
Kelompok bahan makanan masih menjadi komponen pendorong inflasi daerah.
Hal ini terutama disebabkan adanya supply shocks untuk beberapa komoditas bahan
makanan yang dipengaruhi oleh meningkatnya harga beberapa komoditas primer di
pasaran dunia seperti CPO, gandum dan kedelai. Naiknya harga barang tersebut
mendorong barang-barang konsumsi yang diproduksi dari komoditas primer tersebut
seperti minyak goreng, tepung terigu dan barang dari kedelai meningkat cukup tajam.
PERBANKAN DAERAH
1
Ringkasan eksekutif
Di bidang sistem pembayaran regional, aliran kas keluar dari (cash outflow) Bank
Indonesia Bengkulu tahun 2007 cenderung mengalami penurunan, namun hal ini juga
diikuti dengan signifikannya penurunan aliran kas masuk (cash inflow) sehingga net
outflow yang terjadi di tahun ini meningkat sebesar 19,72% dibanding tahun lalu dari
Rp973.175 menjadi Rp1.165.067 juta.
KEUANGAN DAERAH
Menurut rekapitulasi nota APBD Provinsi, Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu
terlihat adanya kenaikan pada perkiraan penerimaan APBD tahun 2007. APBD Tahun
2007 diperkirakan sebesar Rp4.031.410 juta atau tumbuh sebesar 37,99% dibanding
tahun lalu. Daerah hasil pemekaran umumnya mengalami persentase pertumbuhan
lebih tinggi dibanding daerah lainnya. Kabupaten Muko-muko dan Kepahiang
mengalami persentase pertumbuhan tertinggi pada tahun ini masing-masing sebesar
99,74% dan 56,56% dengan pertumbuhan secara nominal masing-masing Rp233
milyar dan Rp118 milyar.
Data penduduk miskin daerah menunjukkan adanya kenaikan pada tahun 2007
dibandingkan tahun 2005. Jumlah penduduk miskin meningkat 2,60% dari 361.198
orang menjadi 370.600 orang. Sedangkan persentase jumlah penduduk miskin
dibandingkan jumlah penduduk mengalami penurunan dikarenakan adanya
peningkatan jumlah penduduk yang lebih besar di tahun 2007.
2
Ringkasan eksekutif
3
Indikator Perkembangan
Perekonomian dan Perbankan
BANK UMUM
Total Aset (Rp miliar) 2,123 2,471 3,584 4,557
DPK (Rp miliar) 1,771 2,090 2,760 3,491
Giro (Rp miliar) 422 556 940 1,006
Tabungan (Rp miliar) 1,020 1,078 1,353 1,964
Deposito (Rp miliar) 329 456 467 521
Kredit (Rp miliar) 1,296 1,677 2,092 2,973
Modal Kerja (Rp miliar) 431 546 725 1,042
Investasi (Rp miliar) 191 227 235 337
Konsumsi (Rp miliar) 674 904 1,132 1,594
Rasio NPL Gross (%) 2.21% 2.71% 3.06% 2.47%
LDR (%) 73.21% 80.24% 75.80% 85.14%
Rasio Kredit KUK (%) 26.63% 24.26% 28.91% 24.20%
BPR
Total Aset (Rp miliar) 13 18 22 32
DPK (Rp miliar) 8 10 13 19
Tabungan (Rp miliar) 4 5 7 10
Deposito (Rp miliar) 4 5 6 9
Kredit (Rp miliar) 10 14 17 24
LDR (%) 134% 139% 130% 130%
4
Indikator Perkembangan
Perekonomian dan Perbankan
5
Kondisi Makro Ekonomi Regional
BAB
KONDISI MAKROEKONOMI REGIONAL
1
Laju pertumbuhan perekonomian Provinsi Bengkulu pada tahun 2007
menunjukkan arah yang positif. Ekonomi daerah tumbuh sebesar 6,16%, lebih tinggi
dibanding tahun sebelumnya sebesar 5,95%. Berdasarkan data dari BPS, PDRB
meningkat dari Rp6.610.626 juta menjadi Rp7.008.964 juta di tahun 2007.
Grafik 1.1. Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB (y-o-y) Provinsi
Bengkulu (harga konstan 2000)
7,500,000 6.50%
5.95% 6.16%
7,000,000 PDRB Laju PDRB
5.82% 6.00%
6,500,000
5.38%
5.37% 5.50%
6,000,000
5,500,000 5.00%
4.73%
5,000,000 4.50%
4,500,000 4.15%
4.00%
4,000,000
3.50%
3,500,000
3,000,000 3.00%
2000 2001 2002 2003 2004* 2005* 2006* 2007**
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; *) angka sementara **) angka perkiraan
Dari sisi permintaan daerah, konsumsi dan ekspor masih menjadi penopang
ekonomi daerah. Kedua komponen ini memiliki porsi hingga 94,19% terhadap
perekonomian daerah. Sedangkan di tahun laporan, konsumsi pemerintah dan ekspor-
impor memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding komponen lainnya. Harga
komoditas primer yang masih baik dan peningkatan belanja daerah ditengarai sebagai
faktor pendorong pertumbuhan di komponen tersebut.
6
Kondisi Makro Ekonomi Regional
Sedangkan dari sisi penawaran daerah, sektor pertanian, perdagangan-hotel-
restoran, dan sektor jasa-jasa masih memiliki porsi terbesar dalam pembentukan PDRB.
Sektor-sektor tersebut memiliki porsi hingga 76% bagi perekonomian daerah. Adapun
sektor listrik-gas-air bersih, bangunan dan sektor perdagangan-hotel-restoran menjadi
sektor dengan pertumbuhan yang tertinggi dibanding sektor lainnya.
Net Ekspor
15% Konsumsi Rumah
Tangga
PMTDB
63%
6%
Konsumsi
Pemerintah
15%
Konsumsi Lembaga
Nirlaba
1%
7
Kondisi Makro Ekonomi Regional
1,600 90%
gYOY
1,400 80%
70%
1,200
60%
1,000
50%
800
40%
600
30%
400 20%
200 10%
- 0%
2003 2004 2005 2006 2007
8
Kondisi Makro Ekonomi Regional
ketepatan pembelian barang yang bersifat tahan lama cenderung
menurun dibanding tahun 2006. Hal ini menandakan cukup banyaknya
responden yang memilih jawaban negatif dibanding jawaban positif. Atau
lebih banyaknya kondisi negatif yang dirasakan responden dibanding
kondisi positif.
90.00 10.00
80.00 5.00
70.00 -
60.00 (5.00)
2006 2007
Sumber : Buku Survei Ekspektasi Konsumen dan Survei Kegiatan Dunia Usaha, 2006-2007
9
Kondisi Makro Ekonomi Regional
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terlihat juga meningkat dibanding tahun
sebelumnya.
Grafik 1.5. Dana Milik Pemerintah Daerah dan Penempatan Dana
di SBI
jutaan rupiah
750,000
Dana SBI
650,000
550,000
450,000
350,000
250,000
150,000
50,000
2004 2005 2006 2007
0.20 7
6
0.15
5
0.10 4
0.05 3
2
- g(Investasi)-kiri
1
g(PDRB)-kanan
(0.05) 0
2001 2002 2003 2004* 2005* 2006* 2007**
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, *) angka sementara **) angka perkiraan
10
Kondisi Makro Ekonomi Regional
Sementara data investasi yang difasilitasi BKPM sebagaimana
grafik di bawah terlihat adanya kenaikan persetujuan penanaman modal
yang berasal dari dalam negeri. Persetujuan PMDN pada tahun 2007
mencapai Rp760 miliar. Sedangkan penanaman modal asing tahun 2007
menurun menjadi US$1 juta.
Grafik 1.7. Perkembangan Penanaman Modal Provinsi Bengkulu
45.00 0.80
PMA (juta USD, kiri)
40.00 0.70
PMDN (triliun Rp, kanan)
35.00 0.60
30.00
0.50
25.00
0.40
20.00
0.30
15.00
10.00 0.20
5.00 0.10
- -
2002 2003 2004 2005 2006 2007
2006 2007
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Bengkulu, Desember 2007
11
Kondisi Makro Ekonomi Regional
25,000
Ekspor
20,000 Impor
15,000
10,000
5,000
-
2000 2001 2002 2003 2004* 2005* 2006* 2007**
12
Kondisi Makro Ekonomi Regional
70,000 200
50,000 -
2003 2004 2005 2006 2007
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
CPO Karet Batubara
2000
13
Kondisi Makro Ekonomi Regional
Sementara nilai ekspor karet juga menurun 4% dibanding tahun
sebelumnya, yaitu dari US$97.874 ribu menjadi US$94.047 ribu.
Penurunan ini juga diikuti oleh menurunnya kuantitas ekspor karet
sebesar 10% yaitu dari 52.859 ton menjadi 47.769 ton. Sebaliknya, pada
tahun laporan ekspor komoditas batubara mengalami peningkatan
sebesar 17% dimana kuantitas ekspor juga meningkat mencapai 14%
yaitu dari 814.543 ton menjadi 925.086 ton.
Sebagian besar tujuan ekspor komoditas dari Provinsi Bengkulu
pada tahun 2007 adalah Singapura dan Belgia. Ekspor komoditas
Bengkulu ke Singapura mencapai 33% dari total ekspor diikuti Belgia,
Amerika Serikat dan Thailand. Total ekspor ke empat negara tersebut
mencapai 81% dari keseluruhan ekspor di tahun 2007. Bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, pada tahun laporan ekspor ke Belgia dan
Singapura mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi masing-masing
sebesar 47% dan 10%. Sedangkan ekspor ke negara lain cenderung
mengalami penurunan.
Lainnya AS
19% 21%
Singapura
Belgia 33%
Thailand
24%
3%
14
Kondisi Makro Ekonomi Regional
Sektor pertanian masih menjadi sektor dominan dengan porsi mencapai 38%
dari pembentukan PDRB diikuti sektor perdagangan-hotel-restoran (21%) dan
jasa-jasa (17%). Namun jika dilihat pertumbuhan tertinggi dibanding tahun lalu,
sektor listrik-gas-air bersih, bangunan dan sektor perdagangan-hotel-restoran
menjadi sektor dengan laju pertumbuhan tertinggi. Masing-masing sektor
tersebut tumbuh sebesar 8,04%, 7,85% dan 6,94%.
Sektor Lainnya
(15%) Pertanian
Pengangkutan & (40%)
Komunikasi
(9%)
Jasa-jasa
(16%)
Perdagangan,
Hotel, Restoran
(20%)
15
Kondisi Makro Ekonomi Regional
Secara subsektor1 pada tahun 2006, tanaman bahan makanan dan
subsektor perkebunan masih menjadi pemberi nilai tambah terbesar bagi
sektor pertanian. Tanaman bahan makanan mendominasi hingga 45%
sedangkan perkebunan menyumbang 32% sehingga kedua subsektor ini
menyumbang hingga 77%. Sedangkan sisanya disumbangkan subsektor
peternakan, kehutanan dan perikanan. Adapun subsektor yang
meningkat paling tinggi di tahun laporan adalah subsektor perikanan dan
perkebunan dimana masing-masing tumbuh sebesar 6,89% dan 6,83%
dibanding tahun sebelumnya.
1,900,000
1,400,000
900,000
400,000
2000 2001 2002 2003 2004* 2005* 2006* 2007*
1
Data PDRB secara subsektor tersedia hingga tahun 2006 (data lag selama 1 tahun).
16
Kondisi Makro Ekonomi Regional
Kopi
Karet Kelapa Sawit
2007
Padi*)
Kopi
Karet Kelapa Sawit
2006
Padi
1,100,000 40.00%
1,000,000 Bongkar barang (kg) Muat Barang (kg)
Jml. Wisatawan (org) Occupancy Rate (%) 35.00%
900,000
800,000
30.00%
700,000
600,000
25.00%
500,000
400,000
20.00%
300,000
200,000 15.00%
100,000
- 10.00%
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
17
Kondisi Makro Ekonomi Regional
800,000
700,000
600,000
500,000
Jasa Pemerintahan
400,000
300,000
200,000
Jasa Swasta
100,000
-
2000 2001 2002 2003 2004* 2005* 2006*
18
Kondisi Makro Ekonomi Regional
meningkat dari 27.791 ton di tahun 2006 menjadi 30.904 ton tahun
2007 atau meningkat 11,20%.
44,000
39,000
34,000
29,000
24,000
19,000
14,000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2004 2005 2006 2007
19
BOKS 1
KAJIAN DAMPAK GEMPA BUMI TERHADAP PEREKONOMIAN
DAN KINERJA PERBANKAN DI PROVINSI BENGKULU
A. PENDAHULUAN
Kab. Mukomuko
Sumber : airputih.org
Jika dilihat dari sisi perekonomian daerah, dampak gempa bumi ini
diperkirakan tidak terlalu mempengaruhi ekonomi daerah. Hal ini karena
kondisi perkebunan yang berada di daerah terkena gempa tidak mengalami
kerusakan yang berarti. Adanya efek penurunan laju pertumbuhan di
triwulan IV, sebagaimana tabel diatas, diperkirakan karena adanya efek
musiman sebagai pengaruh usainya musim panen pada subsektor tanaman
pangan.
Sementara rehabilitasi pasca gempa diperkirakan memacu inflasi
dikarenakan kenaikan permintaan terhadap beberapa barang. Tingginya
permintaan material bangunan terutama untuk komoditas semen. Menurut
data inflasi hingga bulan Desember 2007, inflasi bulanan untuk komoditas
ini terus meningkat sejak bulan Agustus. Pada bulan Agustus inflasi bulanan
semen sebesar 0,27% kemudian 1,82% di bulan September, sebesar 3,31%
pada Oktober, 19,46% di bulan November dan 2,38% di Desember 2007.
Dari data yang ada terlihat bahwa gempa bumi yang terjadi pada bulan
September 2007 tidak terlalu memberi dampak atas kredit maupun DPK
pada bulan sesudahnya hingga Desember 2007. Kredit terlihat mengalami
peningkatan setelah bulan September. DPK mengalami pergerakan yang
tidak terlalu signifikan. Kecuali untuk bulan November dan Desember yang
memiliki simpangan baku lebih dari 10% dari rata-rata DPK Agustus-
Desember 2007. Hal ini juga diperkirakan karena adanya pergerakan pada
dana milik pemerintah daerah.
Tabel 3. Indikator Perkreditan Kab. Mukomuko dan Kab. Bengkulu
Utara
dalam jutaan rupiah, kecuali disebutkan lain
Bulan
INDIKATOR PERKREDITAN
Agt Sep Okt Nov Des
Kolektibilitas
Lancar 523,777 506,027 536,856 559,624 555,777
DPK 8,985 33,797 13,054 14,167 9,402
Kurang Lancar 666 947 1,930 1,169 1,145
Diragukan 1,410 1,281 1,151 882 1,258
Macet 13,888 13,679 14,279 14,517 14,738
Non-performing Loan
Nilai 15,964 15,907 17,360 16,568 17,141
% 2.91% 2.86% 3.06% 2.81% 2.94%
Jumlah debitur (orang) 2,179 2,337 2,347 2,368 2,423
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum dan LBU BPR
BAB
INFLASI REGIONAL
2
2.1. Kajian Umum
Inflasi Kota Bengkulu pada tahun 2007 mencapai 5,00% dimana inflasi
tersebut menurun dibanding inflasi tahun sebelumnya yang sebesar 6,53%.
Besaran inflasi ini berada dibawah target inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah
dan Bank Indonesia sebesar 6% ± 1%.
Determinan inflasi di sepanjang tahun 2007 umumnya berasal dari sisi
penawaran terutama didorong oleh kelompok bahan makanan. Supply shocks
untuk beberapa komoditas bahan makanan amat mewarnai pergerakan inflasi di
tahun ini. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya harga beberapa komoditas
primer di pasaran dunia seperti CPO, gandum dan kedelai. Dampak berikutnya,
barang-barang konsumsi yang diproduksi dari komoditas primer tersebut seperti
minyak goreng, tepung terigu dan barang dari kedelai meningkat cukup tajam.
30%
Inflasi (q-t-q) Inflasi (y-o-y)
25%
20%
15%
10%
5%
0%
-5%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2003 2004 2005 2006 2007
20
Inflasi Regional
Dalam grafik 2.1 di atas terlihat bahwa inflasi tahunan sejak tahun 2003
relatif terkendali dan berada pada kisaran dibawah 10%. Adanya faktor
ekspektasi masyarakat bahwa Pemerintah akan menaikkan harga BBM di awal
tahun 2005 serta triwulan III mendorong inflasi naik diatas 10%. Hingga
keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM yang cukup tinggi pada
triwulan IV 2005 menyebabkan inflasi merangkak naik hingga diatas 25%.
Memasuki tahun 2006, inflasi kembali berangsur menurun. Penurunan
tersebut cukup signifikan pada triwulan I dan triwulan IV. Tekanan inflasi sedikit
meningkat di triwulan II karena pengaruh beberapa komoditas administered
prices yang harganya dinaikan oleh pemerintah. Sementara itu inflasi secara
triwulanan terlihat ada kecenderungan peningkatan. Pengaruh musiman
(seasonal) terlihat membayangi inflasi antar triwulan.
Dilihat dari agregasi inflasinya, pada tahun 2007 inflasi daerah sebagian
besar berasal dari sisi fundamental. Inflasi inti memberi sumbangan sebesar
2,84% dari inflasi sebesar 5,00% sementara inflasi non-inti menyumbang sebesar
2,15%. Komoditas pendorong inflasi inti diantaranya nilai kontrak rumah, emas
perhiasan, nasi serta semen.
Grafik 2.2. Disagregasi Inflasi Provinsi Bengkulu (Tahunan, y-o-y)
persen
58%
Inflasi (y-o-y) Inti
Volatile Foods Administered
38%
18%
-2%
2002 2003 2004 2005 2006 2007
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; diolah
21
Inflasi Regional
Sedangkan inflasi dari sisi non-fundamental sebagian besar dari komponen
volatile foods dengan sumbangan sebesar 1,66%. Sementara komponen barang-
barang yang harganya diatur pemerintah (administered prices) menyumbang
inflasi yang relatif lebih kecil. Sumbangan komponen ini sebesar 0,49% dari
faktor non-fundamental. Komoditas non-fundamental yang memberi sumbangan
inflasi cukup besar adalah komoditas minyak goreng, bawang merah, tomat
sayur, kelapa dan rokok kretek filter.
Pendidikan,
Rekreasi, Olahraga Transportasi,
Kesehatan 1% Komunikasi, Jasa
1%
Keuangan
Sandang
3% Bahan Makanan
11%
44%
Perumahan, Air,
Listrik, Gas, Bahan
Bakar
28% Makanan Jadi,
Minuman, Rokok
12%
22
Inflasi Regional
rokok-tembakau, perumahan-air-listrik-gas-bahan bakar, dan transpor-
komunikasi-jasa keuangan juga memiliki bobot cukup tinggi terhadap
pembentukan inflasi.
80
70 Bhn Makanan Makanan Jadi
60 Perumahan Transportasi
50
40
30
20
10
0
-10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2003 2004 2005 2006 2007
23
Inflasi Regional
Grafik 2.5. Perkembangan Indeks Harga Konsumen Komoditas Kontrak
Rumah, Minyak Goreng dan Bawang Merah Tahun 2005-2007
300
Total IHK
Kontrak Rumah
250 Minyak Goreng
Bawang Merah
200
150
100
50
Nov
Nov
Nov
Mar
Apr
Agt
Okt
Des
Mar
Apr
Agt
Okt
Des
Mar
Apr
Agt
Okt
Des
Jan
Feb
Mei
Jun
Jul
Sep
Jan
Feb
Mei
Jun
Jul
Sep
Jan
Feb
Mei
Jun
Jul
Sep
2005 2006 2007
24
Inflasi Regional
Tabel 2.1. Komoditas dengan Sumbangan Inflasi Terbesar terhadap
Inflasi Kota Bengkulu Tahun 2006 dan 2007
persen
Tahun 2006 Tahun 2007
No. Komoditas Komoditas
Inflasi Sumb. Inflasi Sumb.
1. Beras 30,08 2,18 Kontrak Rumah 25,80 0,72
2. Cabe Merah 29,42 0,77 Minyak Goreng 48,74 0,63
3. Tarif Rumah Sakit 79,99 0,57 Bawang Merah 120,41 0,54
4. Rokok Kretek Filter 10,18 0,34 Tomat Sayur 91,70 0,29
5. Sewa Rumah 8,14 0,27 Kelapa 57,91 0,29
6. Sekolah (SMA) 46,99 0,26 Emas Perhiasan 24,05 0,25
7. Daun Singkong 112,50 0,14 Nasi 9,99 0,21
8. Angkutan Udara 96,27 0,14 Rokok Kretek Filter 5,64 0,20
9. Emas Perhiasan 15,18 0,14 Daging Ayam Ras 10,77 0,18
10. Ikan Mas 13,36 0,10 Kacang Panjang 80,00 0,17
Total sumbangan 4,91 Total sumbangan 3,48
Komoditas lain 1,62 Komoditas lain 1,52
Inflasi Umum 6,53 Inflasi Umum 5,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; diolah
25
Perkembangan
Perbankan Daerah
BAB
PERKEMBANGAN PERBANKAN
3 DAERAH
3.1. Perbankan
60% 53.91%
51.35%
58.82%
50%
49.25%
40%
29.41%
30%
20%
15.74%
10%
2.94% 3.56% 2.21% 2.71% 3.06% 2.47%
0%
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
26
Perkembangan
Perbankan Daerah
Performing Loan (NPL) tahun 2007 sebesar 2,47% mengalami perbaikan
0,59% dibanding tahun 2006 yang sebesar 3,06% dan masih dibawah
rasio yang dipersyaratkan oleh Bank Indonesia.
Pada grafik 3.2 dibawah terlihat bahwa DPK dan kredit perbankan
di Provinsi Bengkulu memiliki trend peningkatan sejak tahun 2000.
Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit
Perbankan Provinsi Bengkulu
dalam jutaan rupiah
4,000,000
DPK Kredit
3,500,000
3,000,000
2,500,000
2,000,000
1,500,000
1,000,000
500,000
-
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
27
Perkembangan
Perbankan Daerah
Cabang Pembantu, 18 Kantor Kas, 44 Kantor Unit dan 5 Payment
Point serta didukung oleh 56 ATM.
b. Perkembangan Aset
Aset bank umum di Provinsi Bengkulu pada tahun 2007 mengalami
peningkatan cukup signifikan mencapai 27,16% atau sebesar
Rp973.476 juta dibanding tahun 2006. Bank pemerintah
menyumbang kenaikan lebih besar dibanding bank swasta. Porsi aset
bank pemerintah di tahun ini mencapai 79,63% sedangkan bank
swasta hanya 20,37%. Salah satu pendorong kenaikan aset
perbankan dari sisi pasiva adalah meningkatnya dana pihak ketiga
yang dimiliki perorangan.
Grafik 3.3. Komposisi Aktiva Produktif Bank Umum di Provinsi
Bengkulu
dalam jutaan rupiah
4,000,000
3,500,000
3,000,000
Non-kredit
2,500,000
2,000,000
1,500,000
Kredit
1,000,000
500,000
-
2004 2005 2006 2007
28
Perkembangan
Perbankan Daerah
Grafik 3.4. Perkembangan NPL Bank Umum di Provinsi
Bengkulu
4.00%
3.50%
3.00%
2.50% Bank
Pemerintah
2.00%
1.50%
1.00%
0.00%
2004 2005 2006 2007
29
Perkembangan
Perbankan Daerah
dalam menempatkan dananya di tabungan ditengah gejala
menurunnya tingkat imbalan yang diberikan perbankan.
Grafik 3.5. Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum
Provinsi Bengkulu Tahun 2007
dalam jutaan rupiah kecuali disebutkan lain
2,000,000 8.00%
1,800,000
7.00%
1,600,000
6.00%
1,400,000
1,200,000 5.00%
1,000,000 4.00%
800,000
3.00%
600,000
2.00%
400,000
200,000 1.00%
- 0.00%
Jan Feb M ar A pr M ei Jun Jul A ug Sep Oct No v Dec
2007
4,000,000
3,500,000
3,000,000
1,500,000
BUMN, Perseroan,
1,000,000 Yayasan, Koperasi
Pemerintah dan
500,000 Lembaga
- Pemerintah
2004 2005 2006 2,007
30
Perkembangan
Perbankan Daerah
d. Penyaluran Kredit Bank Umum di Provinsi Bengkulu
Perkembangan kredit pada tahun 2007 sangat
menggembirakan ditandai dengan kenaikan kredit yang mendekati
42.11% dibanding tahun sebelumnya. Walaupun sebagian besar
masih disalurkan untuk kredit konsumsi namun terlihat adanya gejala
peningkatan kredit modal kerja. Kredit yang disalurkan untuk
kegiatan modal kerja tumbuh sebesar 43,67% sementara kredit
konsumsi tumbuh 40,78%. Total kredit yang disalurkan perbankan
yang berada di Provinsi Bengkulu pada tahun laporan mencapai
Rp2.972.779 juta dimana 53,62% disalurkan dalam bentuk kredit
konsumsi dan sisanya berbentuk kredit modal kerja dan investasi.
Sektor primer dan sekunder yang merupakan leading sector
perekonomian daerah ini menerima kredit yang lebih dominan
dibanding sektor lain. Kredit yang diterima sektor perdagangan,
pertanian, industri dan konstruksi mencapai Rp1.071.627 juta atau
36,05% dari seluruh kredit yang disalurkan bank umum.
Grafik 3.7. Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Umum di
Provinsi Bengkulu
dalam jutaan rupiah
1800000
1600000
1400000
1200000 Konsumsi
1000000
800000
600000
Modal kerja
400000
200000
Investasi
0
April
Mei
Jul
Mei
Jul
Mei
Jul
Mei
Jul
Jan
Feb
Jun
Aug
Sep
Jan
Feb
Jun
Aug
Sep
Jan
Feb
Jun
Aug
Sep
Jan
Feb
Jun
Aug
Sep
Nov
Dec
Nov
Dec
Nov
Dec
Nov
Dec
Mar
Oct
Mar
Apr
Oct
Mar
Apr
Oct
Mar
Apr
Oct
31
Perkembangan
Perbankan Daerah
Jumlah kredit yang disalurkan ke dalam daerah mencapai 98,43%
dan hanya 1,57% atau sebesar Rp32.870 juta yang disalurkan ke
daerah lain di luar Bengkulu.
Kota Bengkulu masih menjadi daerah favorit dalam penyaluran
kredit oleh perbankan. Kota Bengkulu menerima hampir 60,49% dari
seluruh kredit bank umum dengan pertumbuhan kredit tertinggi
dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 88,22% dan diikuti
Kabupaten Bengkulu Selatan, Seluma dan Kaur mencapai 22,41%.
Grafik 3.8. Penyaluran Kredit Bank Umum di Provinsi
Bengkulu Menurut Lokasi Penyaluran
dalam jutaan rupiah
3,500,000
Luar Provinsi
3,000,000 Kota Bengkulu
Rejang Lebong, Lebong, Kepahiang
Bkl. Utara, Muko-Muko
2,500,000 Bkl. Selatan, Seluma, Kaur
2,000,000
1,500,000
1,000,000
500,000
-
2004 2005 2006 2007
32
Perkembangan
Perbankan Daerah
Tabel 3.1. Perkembangan Kredit yang Disalurkan ke Provinsi
Bengkulu
dalam jutaan rupiah
Tahun Pert.
Keterangan
2005 2006 2007 Thn. Lalu
400,000
350,000
300,000
250,000
200,000
150,000
100,000
-
Jan Feb Mar April Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum – Bank Indonesia Bengkulu
34
Perkembangan
Perbankan Daerah
Tabel 3.4. Perkembangan Kredit BPR Menurut Penggunaan
dalam jutaan rupiah
Tahun Pertumbuhan
Jenis Kredit
2004 2005 2006 2007 Rp %
35
BOKS 2
HASIL SURVEI KREDIT KONSUMSI DAN PERTANIAN
DI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2007
Pada tahun 2007, Kantor Bank Indonesia Bengkulu melakukan dua survei
yaitu Survei Kredit Konsumsi dan Survei Survei Kredit Pertanian dengan target
responden seluruh kantor cabang bank umum pelapor di Provinsi Bengkulu. Kedua
survei tersebut dilakukan untuk mengetahui perkembangan dunia perbankan
dalam penyaluran kredit, permasalahan yang dihadapi, karakteristik debitur, serta
perkiraan penyaluran kredit di masa mendatang.
Kredit konsumsi dipilih karena jenis penggunaan kredit terbesar yang
disalurkan perbankan di daerah ini adalah kredit konsumsi. Sehingga dipandang
perlu untuk diketahui perkembangan saat ini dan perkiraan kedepan. Sedangkan
sektor pertanian dipilih karena menjadi sektor utama dalam perekonomian
Bengkulu, sehingga perlu dilihat perkembangan pembiayaan sektor ini oleh
perbankan.
Grafik 1. Proporsi Konsumsi terhadap Grafik 2. Faktor Pendorong, jika proporsi >
Jenis Kredit Lain 30%
Lainnya,
antara Kegagalan 8%
30%- Proses
Rendah,
50%, Mudah, 14%
24% 7%
Proporsi kredit konsumsi dibandingkan total kredit, saat ini sebagian besar
kurang dari 30%. Bagi responden yang memiliki proporsi kredit konsumsi diatas
atau sama dengan 30% terutama didorong adanya permintaan masyarakat yang
tinggi, tingkat kegagalan pembayaran debitur yang rendah dan proses
penyalurannya lebih mudah dibanding jenis kredit lainnya. Untuk meminimalisir
risiko gagal bayar oleh debitur dilakukan responden dengan meminta agunan dari
nasabah dalam bentuk rumah, tanah dan agunan lainnya seperti Bukti Pemilikan
Kendaraan Bermotor (BPKB).
B. Karakteristik Debitur Kredit Konsumsi
Wira
Lainnya, Lainnya, Pendidikan
usaha,
6% 11% 3% , 13%
Pegawai
Pembelian
Swasta,
Pegawai Pembelian/ Kendara-
11%
Negeri, Renovasi an,
72% Rumah, 13%
71%
Grafik 7. Perkiraan Tahun 2008 Grafik 8. Tingkat Suku Bunga Tahun 2008
Turun, 5%-10%,
15%-
18% 6%
20%, 12%
Tetap, 6%
Naik, 76%
10%-
15%, 82%
Tanaman
Lainnya,
Menurun, Pangan,
20%
29% 20%
Meningkat,
64%
Sama, 7% Perkebunan
, 60%
Perawatan Lebih
Tanaman, Rendah,
42% 43%
Grafik 5. Pertanian Merupakan Sektor Utama Grafik 6. Kredit Pertanian Menjadi Dominasi
Ya, 19%
Tidak, 25%
Ya, 75%
Tidak, 81%
Jaminan
Kurangnya Pengetahuan Pemerintah,
A dministrasi
Jaminan, 39% Petani, 14% 36%
Tidak Dapat
Dipenuhi, 31%
P enjualan
Karakter Peningkatan
P anen
Kurang B aik, Produktivitas Perbaikan
Kurang B aik, Peningkatan
13% , 21% Karakter, 11%
17% Pemasaran,
18%
C. Perkiraan Kedepan
Ko ndisi Harga
Naik, 86% Eko no mi P ermintaan
Ko mo ditas
M embaik, 14% Ko mo ditas M eningkat,
M eningkat, 24%
24%
Grafik 11. Subsektor Penerima Kredit 2008 Grafik 12. Perkiraan Suku Bunga Kredit
Tahun 2008
Tanaman Lainnya, Turun,
Pangan, 6%
27%
29%
Perkebunan Tetap,
67%
71%
Suku bunga kredit pertanian yang diberikan perbankan pada tahun 2008
diperkirakan akan tetap. Hal ini dinyatakan oleh 71% responden. Hanya sedikit
responden (29%) yang menyatakan suku bunga akan turun. Sedangkan suku
bunga ideal untuk kredit pertanian tahun depan, menurut 57% responden, adalah
pada kisaran 10% hingga 15%. Sebesar 36% responden mengatakan suku bunga
ideal di bawah 10% dan sisanya menjawab suku bunga sebaiknya di atas 15%.
Grafik 13. Rencana Kredit Revitalisasi Pertanian Grafik 14. Perkiraan Kredit Revitalisasi
>Rp5 Miliar,
16%
Tidak, 29%
Ya, 71%
Rp1-5 < Rp1
Miliar, 38% Miliar, 46%
BAB
KEUANGAN DAERAH
4
4.1. Gambaran Sisi Penerimaan
36
Keuangan Daerah
Dalam tabel di atas terlihat Provinsi Bengkulu, Kabupaten Mukomuko dan
Rejang Lebong menjadi daerah dengan porsi terbesar masing-masing dengan
persentase sebesar 18,95%, 11,62% dan 10,79%. Sedangkan daerah hasil
pemekaran umumnya masih memiliki persentase yang lebih kecil dalam APBD di
tahun laporan.
37
BOKS 3
PENCAPAIAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
PROVINSI BENGKULU TAHUN 2007
Pada tahun 2007 pencapaian pendapatan asli daerah (PAD) Provinsi Bengkulu
meningkat sebesar Rp54 milyar dibandingkan tahun 2006, yakni dari Rp172 milyar menjadi
sebesar Rp226 Milyar. Pencapaian pendapatan asli daerah di tahun 2007 melebihi target
yang telah ditetapkan yaitu sebesar 112% seperti terlihat dalam tebel berikut.
Penerimaan terbesar diperoleh dari pajak daerah, yang mencapai 65,52 % dari
keseluruhan PAD dengan jumlah sebesar Rp148,09 miliar, diikuti oleh retribusi daerah
sebesar Rp37 milyar. Namun pencapaian retribusi daerah masih dibawah target yaitu
sebesar 98,94%. Realisasi penerimaan dari lain-lain PAD yang sah sebesar Rp32 milyar,
melebihi target yang telah ditetapkan yang sebesar 136,42%. Pencapaian di bawah target
terjadi pula pada hasil bumi dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
sebesar 91,79% dengan nominal Rp8,5 milyar.
Realisasi pendapatan asli daerah Provinsi Bengkulu pada tahun 2007 yang secara
keseluruhan melebihi target yang ditetapkan memberikan sinyal positif terhadap
perkembangan ekonomi Provinsi Bengkulu. Pencapaian ini diharapkan dapat berdampak
pada peningkatan pembangunan Provinsi Bengkulu. Namun, di sisi lain, untuk realisasi
pendapatan asli daerah yang pencapaiannya masih dibawah target seperti hasil BUMD dan
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan nampaknya perlu memperoleh
perhatian lebih banyak.
Perkembangan
Sistem Pembayaran
BAB
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
5
5.1. Sistem Pembayaran
2,700,000
2,200,000
1,700,000
1,200,000
700,000
200,000
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
38
Perkembangan
Sistem Pembayaran
5.1.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Guna memenuhi kebijakan akan uang yang layak diedarkan di
masyarakat (clean money policy) maka secara teratur Bank Indonesia
Bengkulu melakukan pemusnahan uang yang sudah tidak layak untuk
diedarkan dengan cara peracikan. Jumlah uang yang dimusnahkan pada
tahun 2007 meningkat dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2006
jumlah pemusnahan uang oleh Bank Indonesia Bengkulu mencapai
Rp509.248 juta sedangkan di tahun berjalan sebesar Rp292.104 juta.
Grafik 5.2. Perkembangan Rasio PTTB/Inflow Provinsi Bengkulu
600,000 60.00%
PTTB Rasio PPTB/Inflow
54.74%
500,000 50.00%
42.29%
35.93%
400,000 40.00%
300,000 30.00%
23.65%
18.64%
200,000 24.98% 20.00%
14.48% 23.38%
18.71%
100,000 10.00%
- 0.00%
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
39
Perkembangan
Sistem Pembayaran
5.1.3. Perkembangan uang palsu yang ditemukan
40
Perkembangan
Sistem Pembayaran
Tabel 5.1. Perkembangan Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong
Provinsi Bengkulu
Tahun
Keterangan
2004 2005 2006 2007
Bank Peserta 9 11 11 11
Perputaran Kliring
Warkat (lembar) 91.265 93.298 89.555 104.113
Nominal (juta Rp.) 1.718.978 1.204.145 1.133.431 1.463.488
Rata-rata Perputaran Kliring per Hari
Warkat (lembar) 371 382 395 418
Nominal (juta Rp.) 6.988 4.935 4.993 5.887
% Penolakan Cek dan Bilyet Giro
Warkat (lembar) 1,21 0,98 1,08 2,12
Nominal (juta Rp.) 0,84 1,19 1,45 1,42
Sumber : Bank Indonesia Bengkulu
41
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah
Dan Kesejahteraan
BAB
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN
6.1. Kependudukan
1,640,000 400,000
390,000
1,620,000 Penduduk (axis kiri)
Penduduk Miskin (axis kanan) 380,000
1,600,000 370,000
360,000
1,580,000
350,000
1,560,000
340,000
1,540,000 330,000
320,000
1,520,000
310,000
1,500,000 300,000
2005 2006 2007
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu , data sementara BPS Pusat, “Indikator Utama Sosial Ekonomi
Indonesia Edisi Maret 2008”, angka proyeksi
42
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah
Dan Kesejahteraan
mencapai 30,42% dari Rp96.175 perkapita menjadi Rp125.433 perkapita.
Sementara garis kemiskinan untuk non-makanan meningkat 22,21% dari
Rp32.365 menjadi Rp39.552. Kenaikan tersebut menggambarkan adanya
pengaruh inflasi yang cukup besar terutama untuk makanan.
6.2. Ketenagakerjaan
10
8
6.91
7
6.04
6 6.15
5 5.12
4
Feb Feb Agt Feb
43
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah
Dan Kesejahteraan
NTP disebabkan meningkatnya indeks harga yang diterima petani dibanding
indeks harga yang dibayar petani.
110 108.31
102.28 103.23
100 97.17
90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2007
Sumber : BPS Provinsi Bengkulu
44
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
BAB
PERKIRAAN EKONOMI DAN
7 INFLASI DAERAH
30.00
20.00
10.00
(10.00)
(20.00)
I II III IV I II III IV I II III IV I
46
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
7.1.3. Ekspektasi Masyarakat terhadap Perekonomian
Berdasarkan Survei Ekspektasi Konsumen (SEK)1 yang dilakukan
secara triwulanan, indeks ekspektasi konsumen terlihat mengalami
kecenderungan penurunan dibanding tahun sebelumnya. Hal ini
2
digambarkan dari nilai saldo; NS pada akhir tahun 2007 yang sebesar
95,39 menurun dari NS tahun lalu yang sebesar 100,88, bahkan terus
menurun hingga awal tahun 2008. Responden umumnya menyatakan
bahwa penurunan tersebut disebabkan adanya perkiraan penurunan
penghasilan responden pada 6 bulan yang akan datang. Selain itu,
responden juga cukup pesimis akan ketersediaan lapangan kerja pada 6
bulan yang akan datang.
Grafik 7.2. Tingkat Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi
Ekonomi di Provinsi Bengkulu
130
125 Indeks Ekspektasi Ko nsumen Ko ndisi eko no mi 6 bulan yad
P erkiraan penghasilan 6 bulan yad Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yad
120
115
110
105
100
95
90
85
80
75
Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1
2006 2007 2008
1
Jumlah responden SEK sebanyak 152 responden.
2
NS merupakan selisih antara prosentase responden yang memberikan jawaban positif dengan jawaban
negatif, ditambah 100.
47
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
daerah dimana inflasi daerah akan lebih tinggi dari inflasi nasional. Hal ini
dikarenakan sebagian besar barang-barang konsumsi di Bengkulu didatangkan
dari luar daerah. Sehingga dengan adanya kenaikan tarif pengangkutan akan
mempengaruhi tingkat harga di daerah. Bank Indonesia memperirakan laju inflasi
secara tahunan akan mencapai 15% (± 1%).
5-7%, 39.00%
48
Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah
mengalami penurunan di tahun mendatang. Sementara itu, alasan utama
konsumen memperkirakan kenaikan harga barang dan jasa ini adalah
karena kondisi ekonomi yang tidak stabil, inflasi tidak terkendali
pelemahan kurs rupiah, dan gangguan pada distribusi barang.
49
LAMPIRAN DATA
PEREKONOMIAN DAN PERBANKAN
PROVINSI BENGKULU
Lampiran Data
Perekonomian dan Perbankan
Berdasarkan penggunaan
a. Harga berlaku 8,104,894 10,134,451 11,397,004 12,739,623
Konsumsi Rumah Tangga 4,997,596 6,336,640 7,049,924 7,922,895
Konsumsi Lembaga Nirlaba 75,553 94,414 107,124 114,278
Konsumsi Pemerintah 1,269,420 1,505,922 1,736,045 1,935,310
Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto 663,746 821,342 929,175 1,018,078
Perubahan stok (367,815) (413,120) (447,993) (469,795)
Ekspor 2,605,765 3,267,797 3,638,158 3,984,458
Impor (1,139,371) (1,478,544) (1,615,429) (1,765,601)
b. Harga konstan 5,896,255 6,239,364 6,610,626 7,008,964
Konsumsi Rumah Tangga 3,689,196 3,947,843 4,173,234 4,417,961
Konsumsi Lembaga Nirlaba 58,773 63,921 68,352 70,617
Konsumsi Pemerintah 868,311 919,889 994,676 1,064,549
Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto 475,606 530,809 563,481 580,785
Perubahan stok (161,171) (162,887) (171,002) (173,311)
Ekspor 1,819,620 1,910,281 2,003,701 2,144,969
Impor (854,079) (970,492) (1,021,816) (1,096,606)
Berdasarkan sektor ekonomi
a. Harga berlaku 8,104,894 10,134,451 11,397,004 12,739,623
Pertanian 3,242,792 4,077,708 4,566,247 5,130,323
Pertambangan dan Penggalian 248,231 324,249 370,314 412,951
Industri Pengolahan 325,434 401,755 455,817 510,585
Listrik, Gas dan Air 41,184 49,465 55,097 61,015
Bangunan 236,488 300,488 340,493 394,942
Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,620,948 1,982,440 2,244,313 2,548,022
Pengangkutan dan Komunikasi 709,709 951,544 1,050,042 1,133,376
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perhubungan 395,609 478,362 529,454 576,691
Jasa – jasa 1,284,499 1,568,439 1,785,227 1,971,718
b. Harga konstan 5,896,255 6,239,364 6,610,626 7,008,964
Pertanian 2,344,921 2,481,395 2,623,533 2,770,378
Pertambangan dan Penggalian 185,209 198,489 211,515 223,768
Industri Pengolahan 251,770 256,100 269,873 285,546
Listrik, Gas dan Air 25,354 27,108 28,791 31,105
Bangunan 171,517 180,693 191,390 206,421
Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,200,584 1,254,313 1,339,933 1,432,887
Pengangkutan dan Komunikasi 507,046 539,863 564,811 595,825
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perhubungan 273,177 294,626 310,487 325,360
Jasa – jasa 936,677 1,006,777 1,070,293 1,137,674
51
Lampiran Data
Perekonomian dan Perbankan
2. Data Perbankan
1. Kelembagaan
a. Jumlah Bank Umum (dalam satuan) 9 11 11 12
b. Jumlah kantor bank (dalam satuan) 88 103 109 122
2. Total Asset 2,122,488 2,471,097 3,583,789 4,557,265
3. Total Dana yang dihimpun 1,770,955 2,089,617 2,759,774 3,491,443
a. Giro 421,649 555,433 940,206 1,006,404
b. Tabungan 1,019,859 1,078,227 1,353,067 1,963,901
c. Deposito Berjangka 329,447 455,957 466,501 521,138
Sumber : Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
1. Kelembagaan
a. Jumlah Bank (dlm satuan) 4 5 5 5
b. Jumlah Kantor (dlm satuan) 6 7 7 12
2. Total Asset 13,087 17,638 21,758 32,123
3. Total Dana 7,701 9,909 12,729 18,685
a. Tabungan 3,583 5,126 6,835 10,056
b. Deposito Berjangka 4,118 4,783 5,894 8,629
4. Kredit 10,290 13,789 16,595 24,233
5. Rasio
a. LDR 133.62% 139.16% 130.37% 129.69%
b. NIM 28.76% 28.33% 27.24% 25.29%
Sumber : Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
52
Lampiran Data
Perekonomian dan Perbankan
53
Lampiran Data
Perekonomian dan Perbankan
1. Perputaran Kliring:
a. Nominal 1,718,978 1,204,145 1,133,431 1,463,487
b. Warkat (lembar) 91,265 93,298 89,555 104,113
2. Perputaran perhari
a. Nominal 6,988 4,935 4,993 5,877
b. Warkat (lembar) 371 382 395 418
3. Penolakan cek/BG
a. Nominal 14,451 14,292 16,417 31,041
b. Warkat (lembar) 1,100 911 964 1,477
Jumlah hari 246 244 227 249
4. Penolakan cek/BG
a. Nominal (%) 0.84% 1.19% 1.45% 2.12%
b. Warkat (%) 1.21% 0.98% 1.08% 1.42%
Mutasi kas
a. Remise
- Masuk 642,895 1,097,702 1,519,521 1,053,830
- Keluar 13 14 28 -
b. PTTB 447,649 408,275 509,248 292,104
Aliran uang masuk/inflow 1,791,990 1,726,118 2,178,584 700,149
Aliran uang keluar/outflow 1,957,889 2,400,072 3,151,759 1,865,215
Net Inflow (Outflow) (165,899) (673,955) (973,175) (1,165,067)
54
Lampiran Data
Perekonomian dan Perbankan
55