Sie sind auf Seite 1von 8

EVALUASI CEPAT STRUKTUR PORTAL BETON BERTULANG

TERHADAP GEMPA

Muhammad Akbar Muttaqin1, Enno Yuniarto2, Andy Hendri2


1
Jurusan Teknik Sipil, Program Studi Teknik Sipil S-1, Fakultas Teknik, Universitas Riau
2
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru
Email: mhd.akbar.muttaqin.07@gmail.com

ABSTRACT

Earthquakes from 2004 to 2009 in Indonesia has resulted in many deaths and the
collapse of the building. The American Society of Civil Engineers (ASCE) with the
Federal Emergency Management Agency (FEMA) has published FEMA 310 as a
handbook for seismic evaluation of buildings. FEMA 310 evaluation includes
evaluation of phase one, two and three. Evaluation of phase one (tier 1) using a
checklist of structural, non-structural, region of low sismicity and also geologic
site hazard and foundation. Evaluation of the second phase (tier 2) is a linear
analysis for structures such as static equivalence analysis and dynamic.
Evaluation of the third stage (tier 3) is non- linear analysis of such a pushover. If
the evaluation phase of the assessment does not meet the criteria, then it should
proceed to the second phase, as well as for further evaluation. The building is
located in the city of Pekanbaru that is reviewed and evaluated up to the second
phase. Calculation of seismic shear force have used seismic hazard map of
Indonesia has been published in 2010. This is one step to improve the
performance of structures to resist earthquakes, it is expected that this will reduce
structural damage and avoid loss of life. The results of the evaluation phase one
(tier 1) that has been conducted shows that the buildings that were reviewed non-
compliant for weak story and soft story. Evaluation of the second phase (tier 2)
shows that all the columns in buildings were able to bear the load, while some
beam were over strength, however both of building can be declared the buildings
are safe against earthquakes (compliant).

Keywords : Earthquake, FEMA 310, quick assessment, seismic evaluation

PENDAHULUAN Indonesia, diantaranya Tsunami di


The American Society of Civil Aceh, Gempa Yogya dan Gempa
Engineers (ASCE) dan Federal Padang yang mengakibatkan
Emergency Management Agency hilangnya ribuan jiwa, runtuhnya
(FEMA) telah menerbitkan FEMA ribuan infrastruktur dan trilyunan
310 di tahun 1998 yang menjadi rupiah untuk rehabilitasi dan
buku pegangan untuk evaluasi rekonstruksi (Kirmanto, 2010).
bangunan gedung terhadap gempa. Gedung-gedung yang berada di
Di Indonesia, sejak tahun 2004 kota Pekanbaru pernah mengalami
sampai dengan 2009 tercatat getaran gempa yang berasal dari
kejadian gempa yang hebat di daerah lain, seperti Sumatera Barat,

1
walaupun pusat gempa tidak berasal struktural, nonstruktural, kondisi
dari Pekanbaru namun getaran ini geologi dan kegempaan bangunan
memberikan goyangan pada gedung yang ditinjau. Ceklis yang digunakan
yang berada di Pekanbaru. Hal itu di penelitian ini ialah ceklis
menjadi alasan untuk mengevaluasi struktural mendasar, nonstruktural
bangunan yang berada di kota mendasar dan ceklis geologi yang
Pekanbaru yang termasuk wilayah beresiko serta pondasi. Kategori
gempa 2 (SNI 03-1726-2002). penilaian evaluasi ada 3, yaitu
Rumusan masalah dalam compliant (C), non compliant (NC)
penelitian ini adalah bagaimanakah dan not applicable (NA). Compliant
kinerja gedung objek penelitian (C) berarti memenuhi kriteria yang
terhadap pembebanan gempa melalui disyaratkan, non compliant (NC)
evaluasi gempa FEMA 310, apakah berarti memerlukan evaluasi lebih
gedung menunjukkan kinerja yang lanjut serta not applicable (NA) jika
memadai atau kinerja yang tidak tidak dapat dievaluasi.
memadai terhadap beban gempa. Tahap kedua (tier 2) ialah
Tujuan dari penelitian ini adalah analisa struktur, dalam penelitian ini
sebagai berikut : menggunakan analisis statik
1. Evaluasi yang dilakukan akan ekivalen. Analisis statik ekivalen
memberikan penilaian dilakukan untuk gedung dengan
ketahanan struktur terhadap tinggi kurang dari 30,48 m dan tidak
gempa, apakah penilaian terjadi ketidakteraturan massa,
memenuhi(compliant), tidak kekakuan atau geometrik bangunan.
memenuhi(non compliant) atau Evaluasi tahap kedua(tier 2)
tidak bisa diterapkan(not dilakukan jika ditemukan pernyataan
applicable). di tahap satu yang tidak memenuhi
2. Hasil evaluasi akan menjadi persyaratan (non compliant) pada
pertimbangan langkah ceklis struktural mendasar,
selanjutnya yang perlu nonstruktural mendasar atau ceklis
dilakukan terhadap struktur geologi yang beresiko serta pondasi.
dan manusia yang beraktifitas Tahap ketiga yaitu analisis
di gedung tersebut. non-linear dengan analisa dorong
Penelitian yang dilakukan statik (pushover). Analisa ini tidak
Asneindra (2011), menyimpulkan dilakukan karena analisis statik
bahwa balok B249 di lantai 5,6,7,8 ekivalen di tahap kedua dianggap
mampu menahan kombinasi mampu menunjukkan kinerja
pembebanan menurut SNI 03-1726- struktur.
2002 tetapi mengalami overstrength Data yang dibutuhkan dalam
pada pembebanan menurut RSNI 03- penelitian ini antara lain adalah data
1726-201X. tanah, data perencanaan berupa
gambar konstruksi (shopdrawing)
METODOLOGI PENELITIAN dan observasi atau survei ke lokasi
Evaluasi FEMA 310 meliputi gedung.
evaluasi tahap satu, dua dan tiga. Survei bertujuan untuk melihat
Tahap pertama menggunakan ceklis dan melakukan verifikasi terhadap
tentang penilaian komponen kondisi gedung dan lokasi gedung.

2
Data komponen struktural dari hasil Kriteria yang terpenuhi maka dinilai
survei dan gambar rencana didapat compliant (C), tidak terpenuhi non
dari penelitian sebelumnya yang compliant (NC) dan tidak dapat
dilakukan oleh Humaidi (2011). dievaluasi not applicable (N/A).
Membuat algoritma dengan Evaluasi komponen situs yang
menyusun langkah-langkah untuk beresiko dan pondasi secara
mengevaluasi struktur portal beton keseluruhan dapat dilihat di Tabel 2.
bertulang dengan dinding pengisi Semua pernyataan di ceklis
bata (masonry) terhadap beban non struktural berjumlah 31
gempa dalam bentuk bagan alir. pernyataan dinyatakan Not
Studi kasus yang menjadi Applicable (N/A), hal ini
objek penelitian adalah gedung disebabkan karena belum diperoleh
Rektorat UIN Suska Pekanbaru. data non struktural gedung Rektorat
Pemilik Gedung adalah Pemerintah, UIN Suska Pekanbaru.
beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM.
15, Provinsi Riau. Wilayah gempa Tabel 1. Checklist Struktural
rendah (low), tingkat kinerja gedung Mendasar
ialah immediate occupancy (segera No Pernyataan
Hasil
dihuni). Sistem pondasi ialah pondasi Evaluasi
1 Alur Beban C
tiang, tinggi gedung ialah 23,65 m,
2 Weak story NC
gedung 5 lantai, mutu beton rencana 3 Soft story NC
25 Mpa, mutu tulangan rencana, 400 4 Geometri C
Mpa, kategori resiko gedung II Ketidaksinambungan
5 C
(Perkantoran), faktor keutamaan Vertikal
gempa = 1, spektra perc. 0,2 detik 6 Massa C
(Ss) = 0,4 g, spektra perc. 1 detik 7 Puntir C
8 Bangunan Bersebelahan C
(S1) = 0,25 g, kondisi tanah ialah 9 Deteriorasi Beton C
lunak (SE), dan kategori desain Mortar Sambungan
seismik = D. 11 N/A
Pasangan Bata
Analisis statik ekivalen adalah 12 Retak di dinding pengisi C
evaluasi tahap kedua (tier 2) FEMA 13 Retak di kolom batas C
310. Analisis ini merupakan evaluasi 14 Redudansi C
Pengecekan Tegangan
lanjut dari tahap pertama (tier 1).
15 Geser pada Dinding N/A
Analisis ini akan dibantu dengan Pengisi Bertulang
software ETABS ver 9.0.0. Gedung Pengecekan Tegangan
dimodelkan sesuai dengan kondisi 16 Geser pada Dinding C
sebenarnya, baik kolom, balok dan Pengisi tak Bertulang
pelat. 17 Sambungan Dinding C
Transfer ke Dinding
18 N/A
Geser
HASIL DAN PEMBAHASAN 19 Kolom Beton C
Penilaian evaluasi tahap
pertama (tier 1) gedung Rektorat
UIN Suska Pekanbaru diringkas
dalam Tabel 1 untuk memudahkan
dalam melihat hasil evaluasi
komponen struktural mendasar.

3
Tabel 2. Ceklis lokasi geologi yang Tabel 3. Perbandingan kapasitas
beresiko/berbahaya dan geser tingkat gedung
pondasi Rektorat UIN Suska
Hasil Persentase
No Pernyataan Persentase
Evaluasi kapasitas
1 Likuifaksi N/A Tingkat kapasitas geser
geser thd
2 Kegagalan lereng C ke- thd tingkat di
tingkat di
Pecahnya lempeng C atasnya
3 bawahnya
permukaan
4 Kinerja pondasi C 1 100,00%
5 Deteriorasi N/A 2 100,00% 121,37%
6 Pondasi tiang N/A
7 Guling C 3 82,39% 120,20%
Sengkang antara elemen 4 83,20% 161,06%
8 N/A
pondasi
9 Pondasi dalam N/A Atap 62,09%
10 Kemiringan lokasi C Kekakuan gedung berasal dari
Evaluasi tahap satu (tier 1) elemen kolom karena tidak ada
yang dilakukan pada gedung dinding geser di gedung ini. Hasil
Rektorat UIN Sultan Syarif Kasim evaluasi tahap satu (tier 1)
Pekanbaru menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa terjadi
ditemukan pernyataan yang tidak perbedaan kekakuan di beberapa
memenuhi (non-compliant), yaitu lantai.
pada ceklis struktural, pernyataan Kekakuan lantai tiga terhadap
weak story dan soft story. lantai dua dan lantai atap terhadap
Pernyataan Weak story dinilai lantai empat kurang dari persyaratan
Non Compliant, hal ini yaitu 70%, di samping itu kekakuan
menunjukkan bahwa gedung lantai tiga, empat dan atap
Rektorat UIN Suska tidak memiliki dinyatakan kurang dari 80%
kapasitas geser yang memadai untuk terhadap rata-rata tiga tingkat di
menahan gempa. Kapasitas geser bawahnya.
pada gedung ini berasal dari elemen Dimensi kolom di lantai satu
kolom karena tidak ada dinding dan dua adalah sama, dimensi
geser di gedung ini. kolom di lantai tiga dan empat
Perbedaan kapasitas geser atap adalah sama, sedangkan kolom di
terhadap tingkat empat disebabkan atap berbeda dengan kolom-kolom
oleh perbedaan dimensi kolom di tingkat di bawahnya, semakin ke
lantai atap yang lebih kecil dari pada tingkat atas, ternyata dimensi kolom
kolom yang berada di lantai empat. semakin mengecil. Perbandingan
Hal ini dapat dilihat di Tabel 3. dimensi kolom lantai empat dan
Pernyataan Soft story dinilai atap dapat dilihat di Tabel 4.
non Compliant untuk gedung Dimensi panjang kolom di tiap
Rektorat UIN Suska. Hal ini berarti tingkat adalah sama, namun tinggi
bahwa gedung Rektorat UIN Suska dan lebar kolom yang berbeda akan
tidak memiliki kekakuan yang menyebabkan perbedaan inersia
memadai untuk menahan beban yang akhirnya menyebabkan
gempa. terjadinya soft story.

4
utama. Gaya gempa terdistribusi di
Tabel 4. Perbandingan dimensi setiap tingkatnya. Distribusi gaya
kolom lantai empat dan geser di setiap tingkat dapat dilihat di
atap Tabel 5.
Distribusi gaya geser untuk
Lantai 4 Atap
gedung Rektorat UIN Suska terbagi
tipe kolom b h
tipe
b h tidak sama besar di tiap tingkatnya,
kolom
akan tetapi dengan perbandingan
k1 500 500 k1 400 400
tertentu. Gaya geser gempa pada
k2 650 650 k2 550 550
arah x dan y tidak sama besar, hal ini
k3 650 650 k3 550 550 disebabkan perbedaan jumlah portal
k4 750 750 k4 700 700 pada arah x dan y. Portal arah y
k5 700 700 kD 420 420 berjumlah lima lebih sedikit
k6 & dibandingkan portal arah x yang
k6 & k6a 750 750 700 700
k6a
k7 200 600 k7 200 600
berjumlah tujuh, sehingga gaya geser
k8 200 700 k8 200 700
gempa arah x lebih besar
dibandingkan pada arah y.
kT 600 600 k9 450 200
Tabel 5. Distribusi gaya geser gempa
Keterangan :
b dan h dalam satuan mm. Gaya geser
Soft story akan berakibat pada tingkat arah
Tingkat ke
simpangan antar tingkat, jika 1/5Fix 1/7Fiy
simpangan antar tingkat melampaui
nilai batas tertentu, maka dapat Atap 63,66 45,47
mengakibatkan keruntuhan di salah 4 55,62 39,73
satu tingkat gedung. 3 48,26 34,47
Hasil evaluasi tahap satu (tier 2 26,68 19,06
1) menunjukkan bahwa ditemukan 1 11,30 8,07
pernyataan yang tidak memenuhi Distribusi gaya geser gempa di
(non compliant) pada pernyataan setiap tingkatnya pada arah x dan y
soft story dan weak story, oleh dapat dilihat pada Gambar 1. dan 2.
karena itu gedung ini harus
dievaluasi ke tahap selanjutnya,
yaitu evaluasi tahap dua (tier 2)
dengan analisa statik ekivalen
karena tinggi gedung lebih rendah Gambar 1. Distribusi gaya geser
dari 30,48 m, walaupun terjadi gempa arah x
ketidakteraturan kekakuan (soft
story). Evaluasi tahap dua dibantu
software ETABS ver 9.0.0.
RSNI 03-1726-201X
menyatakan bahwa simulasi arah
pengaruh gempa rencana yang
sembarangan terhadap struktur, Gambar 2. Distribusi gaya geser
pengaruh pembebanan gempa arah gempa arah x
utama dianggap 100 % ditambah
30% searah tegak lurus gempa

5
Perhitungan simpangan pada Perencanaan struktur mengharuskan
lantai dua sampai dengan atap dapat kapasitas harus lebih besar dari
dilihat di Tabel 6 dan 7. beban rencana, sehingga sebaiknya
digunakan kolom dan balok yang
Tabel 6. Simpangan Struktur arah X berwarna selain ungu dan merah.
Simpan
Simpangan Batas
Kinerja struktur dapat dilihat
gan
Tingkat
arah X
tingkat(mm Simpanga Ket dari warna yang muncul di balok
) n (mm)
(mm) atau kolom, setiap warna memiliki
Atap 9,30 1,29 66,9231 Ok arti yang berbeda-beda. Penjelasan
4 8,01 1,24 67,6923 Ok
dari warna yang muncul di kolom
3 6,77 1,87 67,6923 Ok
dan balok di Tabel 8.
2 4,90 3,16 67,6923 Ok
Tabel 8. Penilaian tingkat keamanan
1 1,74 1,74 67,6923 Ok
struktur dari hasil ETABS
Tingkat
Rasio Kekuatan
No Warna Keamana
Tabel 7. Simpangan Struktur arah Y (DCR)
n
Simpang Simpangan Batas Biru Sangat
Tingkat an arah tingkat(mm Simpang Ket 1 0,00 s/d 0,50
muda aman
Y (mm) ) an 2 Hijau 0,50 s/d 0,70 Aman
Atap 7,10 0,77 66,9231 Ok 3 Kuning 0,70 s/d 0,90 Aman
Cukup
4 6,33 1,23 67,6923 Ok 4 Ungu 0,90 s/d 0,95
aman
3 5,10 1,83 67,6923 Ok Kritis s/d
melebihi
2 3,27 2,00 67,6923 Ok 5 Merah ≥ 0,95 kapasitas
(overstre
1 1,27 1,27 67,6923 Ok ngth)
Perhitungan simpangan (Sumber : Analisis Struktur Gedung
menunjukkan bahwa simpangan dengan ETABS versi
antar tingkat gedung Rektorat UIN 9.0.7)
Suska lebih kecil dari yang Beberapa balok di gedung ini
disyaratkan di RSNI 03-1726-201X. berwarna merah (overstrength). Hal
Hal ini berarti gedung Rektorat UIN ini ditemukan di lantai satu dan tiga
Suska tidak mengalami keruntuhan dan dapat dilihat di gambar 3.
semata-mata akibat gaya geser Kolom di gedung ini berwarna
gempa, akan tetapi kombinasi selain merah, secara umum berwarna
pembebanan yang termasuk beban biru muda atau hijau yang berarti
mati, hidup dan gempa. kinerja kolom aman atau sangat
Kinerja struktur dapat aman seperti terlihat di Tabel 8.
dievaluasi dari hasil ETABS. Balok yang mengalami
ETABS membantu evaluasi tahap overstrength berkemungkinan besar
dua (tier 2) menjadi lebih mudah. disebabkan karena gedung Rektorat
Input data dimensi kolom dan balok UIN Suska tidak direncanakan
dilakukan setelah terlebih dulu menggunakan beban gempa periode
model gedung Rektorat UIN Suska 2500 tahun sesuai RSNI 03-1726-
selesai dimodelkan dalam model tiga 201X, akan tetapi dengan periode
dimensi. ulang 500 tahun sesuai SNI 03-1726-
Rasio kekuatan (DCR) adalah 2002. Hal ini sesuai dengan
perbandingan atau rasio beban penelitian yang dilakukan Asneindra
terhadap kapasitas kolom atau balok. (2011), bahwa beberapa balok

6
Menara Dang Merdu mengalami 2. Evaluasi tahap dua (tier 2)
overstrength akibat pembebanan menggunakan salah satu analisis
gempa RSNI 03-1726-201X, linear yaitu analisis statik
sedangkan terhadap beban gempa ekivalen dibantu software
SNI 03-1726-2002 balok dalam ETABS ver 9.0.0.
kinerja aman. 3. Evaluasi tahap pertama (tier 1)
Gedung Rektorat UIN Suska
tidak memenuhi penilaian pada
ceklis struktural, yaitu pada
pernyataan weak story dan soft
story, sedangkan pada ceklis non
struktural dan ceklis lokasi
geologi yang berbahaya dan
pondasi dinilai memenuhi
(compliant).
4. Gedung Rektorat UIN Suska
dievaluasi ke tahap kedua (tier
2) karena ditemukan dua
Gambar 3. Kinerja Struktur Gedung pernyataan yang non compliant
Rektorat UIN Suska pada ceklis struktural. Hasil
Hasil evaluasi tahap dua (tier evaluasi menggunakan ETABS
2), gedung Rektorat UIN Suska ver 9.0.0 menunjukkan bahwa
dinyatakan memenuhi (compliant) kemungkinan besar gedung
kriteria keamanan terhadap gempa Rektorat UIN Suska akan
menurut FEMA 310. Penilaian ini mampu bertahan jika terjadi
didasarkan pada kondisi kolom yang gempa. Penilaian ini bersandar
tidak mengalami overstrength, pada kondisi kolom yang aman
walaupun beberapa balok mengalami (not overstrength), walaupun
overstrength, oleh karena itu ditemukan beberapa balok yang
berkemungkinan besar keruntuhan mengalami kelebihan beban
gedung dapat dihindari saat terjadi (overstrength) di lantai satu dan
gempa. tiga.
5. Evaluasi untuk gedung Rektorat
KESIMPULAN UIN Suska dilakukan sampai
1. Peta gempa di RSNI 03-1726- dengan tahap kedua (tier 2)
201X menggunakan gempa karena tidak ditemukan kolom
periode ulang 2500 tahun dengan nilai DCR (demand
sedangkan peraturan capacity ratio) yang lebih besar
sebelumnya SNI 03-1726-2002 dari 2 yang mengindikasikan
menggunakan peta gempa bahwa perlu dilakukan evaluasi
dengan periode ulang 500 tahun, tahap ketiga (tier 3) dengan
sehingga gaya geser gempa analisis pushover.
menurut RSNI 03-1726-201x
lebih besar dibandingkan gaya SARAN
geser gempa SNI 03-1726-2002. 1. Evaluasi gedung dengan
dokumen FEMA 310 seharusnya

7
dilakukan setelah terlebih dahulu Jakarta : Kementerian
dilakukan penilaian visual secara Pekerjaan Umum.
cepat (rapid visual screening) Bismillahirrahmanirrahim
dengan dokumen FEMA 154. alhamdulillahirabbil a’lamin
2. FEMA 310 telah diperbaharui
menjadi code atau aturan yang
disebut ASCE 31 dan ASCE 41.

DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, H.R. 2006. Analisa
Struktur Gedung dengan
ETABS versi 9.0.7. Jakarta :
Elex Media Komputindo.
Asneindra, Mario. 2011. Analisis
Perbandingan Kinerja
Struktur Gedung Tak
Beraturan Akibat Beban
Gempa SNI 03-1726-2002
dan RSNI3 03-1726-201X.
Repository Universitas Riau.
Badan Standardisasi Nasional. 2012.
Tata cara perencanaan
ketahanan gempa untuk
struktur bangunan gedung
dan non gedung. Jakarta :
Badan Standardisasi
Nasional.
Federal Emergency Management
Agency (FEMA
310).1998.Handbook for the
Seismic Evaluation of
Buildings – A Prestandard.
Washington D.C.: American
Society of Civil Engineer.
Humaidi, Erik. 2011. Evaluasi Cepat
Struktur Portal Beton
Bertulang Dengan Dinding
Pengisi. Skripsi Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik.
Pekanbaru : Universitas Riau.
Kementerian Pekerjaan Umum.
2010. Peta Hazard Gempa
Indonesia 2010 Sebagai
Acuan Dasar Perencanaan
dan Perancangan
Infrastruktur Tahan Gempa.

Das könnte Ihnen auch gefallen