Sie sind auf Seite 1von 10

Media Gizi Pangan, Vol.

25, Edisi 1, 2018 Edukator Sebaya, Gizi Seimbang

PELATIHAN EDUKATOR SEBAYA DAN PENGETAHUAN TENTANG


GIZI SEIMBANG PADA SISWA DI SMUN 16 MAKASSAR

Nurhaedar Jafar1, Rahayu Indriasari1, Aminuddin Syam1, Yessy Kurniati2


1
Program Studi Ilmu Gizi, FKM Unhas
2
Akademi Kebidanan, Ina U Makassar

Korespondensi, E-Mail : yessy.kurniati@gmail.com

ABSTRACT

Adolescents are susceptible to nutritional problems for many reasons. One way to
overcome these nutritional problems is to apply a balanced lifestyle nutrition.
Peers become one of the prospective mediators to seek to change the value and
behavior of health in adolescents. But before peer educators educate their friends,
they need to improve their knowledge of balanced nutrition. This study would like
to see the effectiveness of peer educator training on students' knowledge about
balanced nutrition. This research was conducted in SMUN 16 Makassar. This
study is an intervention study. Sampling was done by purposive sampling method
and the number of selected samples was 40 students. Data analysis was
performed with SPSS version 16 using paired T test to assess the difference of
respondent knowledge before and after intervention. The results showed that after
peer education training, there was an increase in respondents' knowledge of well-
balanced nutrition in the good category, from 17.5% before training to 70% after
training, an increase of 52.5%. knowledge of the respondents in the category
quite decreased, ie from 45% before training to 25% after training, decreased by
20%. Knowledge of respondents in the category of less decreased as well, ie from
37.5% before training to 5% after training, decreased by 32.5%. From this study
concluded, that the training is done effectively to improve the knowledge of
respondents. Nutrition educators who have been trained are expected to transmit
the knowledge they have to their peers. In addition, health promotion programs,
especially balanced nutrition should be aggressively conducted in schools,
considering the school is a place to form healthy behaviors that are expected to
continue to survive until adolescence into adulthood phase

Key Word: adolescent, diet, nutrition, peer, training

PENDAHULUAN menyebabkan mereka membutuhkan


Remaja adalah individu yang asupan nutrisi yang lebih besar dari pada
tengah mengalami perkembangan masa anak-anak. Ditambah lagi pada masa
psikologi dan pola identifikasi dari anak- ini, remaja sangat aktif dengan berbagai
anak menjadi dewasa. Pada remaja, terjadi kegiatan, baik itu kegiatan sekolah maupun
peralihan dari ketergantungan sosial dan olahraga. Khusus pada remaja putri,
ekonomi yang penuh kepada orang tua asupan nutrisi juga dibutuhkan untuk
menuju keadaan yang relatif lebih mandiri. persiapan reproduksi (Jafar, N. 2012).
Pertumbuhan fisik pada remaja

1
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Edukator Sebaya, Gizi Seimbang

Remaja rentan mengalami masalah perubahan itu telah terjadi hampir 20 tahun
gizi karena berbagai hal. Pertama, remaja lamanya. Melihat hal tersebut perlu ada
mengalami percepatan pertumbuhan dan upaya untuk menyebarluaskan informasi
perkembangan tubuh sehingga dalam pesan gizi seimbang, sehingga
memerlukan energi lebih banyak. Kedua, semua lapisan masyarakat termasuk remaja
remaja suka mengikuti perubahan gaya siswa sekolah menengah pertama dapat
hidup dan kebiasaan makan yang belum mengetahui pesan-pesan yang terkandung
tentu sehat. Ketiga, kehamilan, dalam pesan gizi seimbang serta dapat
keikutsertaan dalam olah raga, kecanduan menerapkannya dalam kehidupan sehari-
alkohol dan obat-obatan meningkatkan hari.
kebutuhan energi dan zat gizi(Jafar, N. Teman sebaya (peer group)
2012). merupakan remaja yang memiliki tingkat
Berbagai faktor yang memicu kematangan yang kurang lebih sama.
terjadinya masalah gizi pada usia remaja Mereka saling berinteraksi dan masing-
antara lain adalah kebiasaan makan yang masing memiliki peran yang unik. Remaja
buruk di mana remaja makan seadanya cenderung memiliki kelompok-kelompok
tanpa mengetahui kebutuhan akan berbagai sebaya. Dalam kelompok tersebut akan
zat gizi dan dampak tidak dipenuhinya berkembang iklim dan norma-norma
kebutuhan zat gizi tersebut terhadap tertentu. Pada masa ini, remaja lebih
kesehatan mereka, pemahaman gizi yang mementingkan perannya sebagai anggota
keliru yang menyebabkan remaja kelompok dari pada pola pribadinya. Pada
menerapkan pengaturan pembatasan saat yang bersamaan, remaja cenderung
makanan secara keliru sehingga memisahkan diri dari orang tuanya
kebutuhan gizi mereka tak terpenuhi, (Santrock, 2003).
kesukaan yang berlebihan terhadap Remaja memiliki kebutuhan yang
makanan tertentu terkait trend yang marak kuat untuk disukai dan diterima oleh teman
di kalangan remaja menyebabkan sebayanya. Interaksi diantara teman sebaya
kebutuhan gizi tak terpenuhi. Selain itu sangat berperan penting dalam
promosi yang berlebihan melalui media perkembangan sosial seseorang. Salah satu
massa yang dimanfaatkan oleh pengusaha fungsi terpenting dari teman sebaya adalah
makanan untuk mempromosikan produk sebagai sumber informasi mengenai dunia
mereka dengan cara yang sangat di luar keluarga. Termasuk dalam hal ini
mempengaruhi remaja. Padahal, produk adalah informasi kesehatan. Karena itu,
makanan tersebut bukanlah makanan yang beberapa intervensi kesehatan melibatkan
sehat bila dikonsumsi dalam jumlah yang peran teman sebaya dalam menyampaikan
berlebihan. pesan kesehatan ataupun membentuk nilai
Untuk mencegah timbulnya dan perilaku tertentu. Seperti studi yang
masalah gizi tersebut, perlu dilakukan oleh Setyawati di Yogyakarta,
disosialisasikan pedoman gizi seimbang menemukan bahwa upaya pencegahan
yang bisa dijadikan sebagai pedoman HIV-AIDS pada remaja dapat melibatkan
makan, beraktivitas fisik, hidup bersih dan peran teman sebaya. Remaja lebih terbuka
mempertahankan berat badan normal. dalam membicarakan tentang seks dan
Penyebarluasan informasi mengenai perilaku-perilaku berisiko tertular
“pedoman gizi seimbang” selama ini HIV/AIDS. (Setyawati et al., 2015).
dianggap kurang begitu berhasil, banyak Demikian pula yang ditemukan
masyarakat tidak mengetahui perubahan oleh Aisah yang mengkaji pengaruh
slogan empat sehat lima sempurna ke edukasi kelompok sebaya terhadap
pedoman umum gizi seimbang meskipun perubahan perilaku pencegahan anemia

2
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Edukator Sebaya, Gizi Seimbang

gizi besi pada wanita usia subur di Kota Makassar. Pemilihan sampel dilakukan
Semarang. Studi tersebut menemukan secara purposive sampling sesuai dengan
bahwa pengetahuan, sikap dan kriteria inklusi yang ditetapkan. Kriteria
keterampilan responden tidak dipengaruhi inklusi pada studi ini adalah (1). Siswa
oleh umur dan tingkat pendidikan. Namun kelas X dan XI (2). Berkepribadian supel
dipengaruhi oleh intervensi edukasi teman dan menarik (3). Bersedia Mengikuti
sebaya. (Aisah, 2008) Pelatihan (4) Bersedia menjadi educator
Di Makassar, studi yang dilakukan sebaya Berdasarkan kriteria yang telah
oleh Suriah di Kecamatan Tallo terhadap ditetapkan terpilih 40 siswa
60 orang responden berusia 15-19 tahun Metode pengumpulan data
tentang peran teman sebaya dalam Pengumpulan data dilakukan oleh
meningkatkan pengetahuan tentang enumerator terlatih. Data pengetahuan
pernikahan dini menemukan bahwa terjadi responden diukur dengan kuesioner yang
peningkatan pengetahuan pada kelompok telah divalidasi. Selain itu, dikumpulkan
intervensi dibandingkan kontrol. juga data tentang status gizi.
Peningkatan pengetahuan remaja yang Analisis data
diedukasi oleh teman sebayanya juga Data penelitian diolah
cukup tinggi. Studi tersebut menggunakan SPSS versi 16. Untuk
merekomendasikan pelibatan teman sebaya mengetahui perbedaan pengetahuan
pada program yang menyasar remaja. responden sebelum dan setelah intervensi
(Suriah, 2013) digunakan uji t berpasangan
Teman sebaya menjadi mediator
yang cukup prospektif dalam HASIL
mengupayakan perubahan perilaku pada Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa
remaja. Termasuk dalam hal ini adalah responden pada penelitian ini paling
perilaku gizi seimbang. Namun, hal banyak berusia 15 tahun yaitu 67,5% dan
penting yang dibutuhkan untuk merubah paling sedikit berusia 16 tahun, yaitu
perilaku adalah melalui peningkatan 12,5%. Berdasarkan jenis kelamin,
pengetahuan. Meski pengetahuan yang sebagian besar responden adalah
baik tidak serta merta akan diikuti oleh perempuan, yaitu 67,5% dan selebihnya
perilaku yang baik pula. Sebelum remaja adalah laki-laki yaitu 32,5%. Berdasarkan
bisa menularkan pengetahuan tersebut agama, responden paling banyak beragama
pada orang lain, maka mereka perlu Islam yaitu 82,5%. Berdasarkan suku,
memperbaiki pengetahuannya sendiri. responden paling banyak berasal dari suku
Penelitian ini dilakukan untuk melihat Bugis yaitu 57,5%, namun ada juga
efektifitas pelatihan edukator sebaya responden yang berasal dari Suku Jawa
terhadap pengetahuan gizi seimbang pada dan Alor, yaitu masing-masing 2,5%.
siswa calon edukator sebaya di SMUN 16 Berdasarkan status gizi, sebagian besar
Makassar. responden normal, yaitu 85%, tetapi ada
juga yang memiliki masalah gizi.
METODE Responden ada yang berstatus gizi kurang,
Lokasi dan Rancangan Penelitian yaitu 7,5%, gizi lebih 2,5% dan obesitas
Penelitian ini dilaksanakan di 5%.
SMUN 16 Makassar. Jenis penelitian yang
dilakukan adalah studi intervensi
Populasi dan sampel
Populasi penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X di SMUN 16

3
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Edukator Sebaya, Gizi Seimbang

Tabel 1. pentingnya aktifitas fisik untuk mencegah


Karakteristik Responden Penelitian penyakit tidak menular yaitu 52,5%.
Sedangkan yang paling sedikit tidak
Karakteristik diketahui oleh responden, adalah konsumsi
n %
Responden (n=40) beraneka ragam makanan. Pertanyaan yang
Usia paling banyak dijawab salah oleh
14 8 20 responden adalah pentingnya sarapan
15 27 67.5 untuk mencegah obesitas dan pentingnya
16 5 12.5 membaca label, yaitu 37,5%. Pertanyaan
yang paling banyak dijawab benar oleh
Jenis kelamin
responden adalah tentang konsumsi
Laki-laki 13 32.5 beraneka ragam jenis makanan.
Perempuan 27 67.5
Agama
Islam 33 82.5
Kristen Protestan 5 12.5
Kristen Katolik 2 5
Suku
Bugis 23 57.5
Makassar 10 25
Toraja 5 12.5
Jawa 1 2.5
Alor 1 2.5
Status Gizi
Kurang 3 7.5
Normal 34 85
Gizi Lebih 1 2.5
Obesitas 2 5
Berdasarkan tabel 2, terlihat bahwa
pengetahuan tentang gizi seimbang yang
paling banyak tidak diketahui responden
adalah tentang pola konsumsi pangan
hewani dan nabati yaitu 52,5% dan

Tabel 2.
Pengetahuan Responden tentang Gizi Seimbang Sebelum Pelatihan Edukator Sebaya

Tidak tahu Salah Benar


Aspek Pengetahuan
n % n % n %
Konsumsi makanan beraneka ragam dalam pesan gizi seimbang 1 2.5 3 7.5 36 90
Pentingnya ASI untuk bayi 10 25 4 10 26 65
Pentingnya konsumsi sayur dan buah untuk mencegah SM 7 17.5 2 5 31 77.5
Pola konsumsi pangan hewani dan nabati sesuia pesan gizi seimbang 21 52.5 3 7.5 16 40
Pola konsumsi sumber karbohidrat 8 20 10 25 22 55
Pola konsumsi lemak 16 40 5 12.5 19 47.5
Pentingnya sarapan untuk mencegah obesitas 15 37.5 15 37.5 10 25

4
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Edukator Sebaya, Gizi Seimbang

Tidak tahu Salah Benar


Aspek Pengetahuan
n % n % n %
Pentingnya kecukupan air 18 45 13 32.5 9 22.5
Pentingnya membaca label 3 7.5 15 37.5 22 55
Pentingnya kebiasaan mencuci tangan 5 12.5 2 5 33 82.5
Cara mempertahankan berat badan normal 9 22.5 8 20 23 57.5
Pentingnya keanekaragaman makanan 15 37.5 9 22.5 16 40
Perilaku hidup bersih untuk mencegah penyakit infeksi 11 27.5 7 17.5 22 55
Pentingnya aktivitas fisik 21 52.5 8 20 11 27.5
Pemantauan berat badan 20 50 2 5 18 45

Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa dijawab salah oleh responden adalah cara
pengetahuan tentang gizi seimbang yang mempertahan berat badan normal yaitu
paling banyak tidak diketahui responden 30% . Pertanyaan yang paling banyak
adalah tentang pola konsumsi pangan dijawab benar oleh responden adalah
hewani dan nabati yaitu 22,5%. Sedangkan tentang pentingnya ASI untuk bayi serta
yang paling sedikit tidak diketahui oleh pentingnya konsumsi sayur dan buah untuk
responden, adalah pentingnya konsumsi mencegah SM, yaitu 95%.
sayur dan buah untuk mencegah SM yaitu
2,5%. Pertanyaan yang paling banyak

Tabel 3.
Pengetahuan Responden tentang Gizi Seimbang Setelah Pelatihan Edukator Sebaya

Tidak tahu Salah Benar


Aspek Pengetahuan
n % n % n %
Konsumsi makanan beraneka ragam dalam pesan gizi seimbang 6 15 1 2.5 33 82.5
Pentingnya ASI untuk bayi 1 12.5 1 2.5 38 95
Pentingnya konsumsi sayur dan buah untuk mencegah SM 1 2.5 1 2.5 38 95
Pola konsumsi pangan hewani dan nabati sesuia pesan gizi seimbang 9 22.5 11 27.5 20 50
Pola konsumsi sumber karbohidrat 2 5 7 17.5 31 77.5
Pola konsumsi lemak 5 12.5 12 30 23 57.5
Pentingnya sarapan untuk mencegah obesitas 6 15 4 10 30 75
Pentingnya kecukupan air 5 12.5 8 20 27 67.5
Pentingnya membaca label 4 10 7 17.5 29 72.5
Pentingnya kebiasaan mencuci tangan 3 7.5 5 12.5 32 80
Cara mempertahankan berat badan normal 1 2.5 14 35 25 62.5
Pentingnya keanekaragaman makanan 3 7.5 9 22.5 28 70
Perilaku hidup bersih untuk mencegah penyakit infeksi 3 7.5 3 7.5 34 85
Pentingnya aktivitas fisik 3 7.5 3 7.5 34 85
Pemantauan berat badan 5 12.5 5 12.5 30 75

Berdasarkan tabel 4, terlihat bahwa pelatihan menjadi 70% setelah pelatihan,


setelah pelatihan edukator sebaya, terjadi meningkat sebesar 52,5%. Sedangkan
peningkatan pengetahuan responden pada pengetahuan responden yang pada kategori
kategori baik, yaitu dari 17,5% sebelum cukup mengalami penurunan, yaitu dari

5
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Edukator Sebaya, Gizi Seimbang

45% sebelum pelatihan menjadi 25% hasil uji statistic yang dilakukan,
setelah pelatihan, menurun sebesar 20%. menunjukkan nilai p=0,000, yang berarti
Demikian pula, pengetahuan responden terdapat perbedaan yang bermakna pada
pada kategori kurang mengalami pengetahuan responden sebelum dan
penurunan juga, yaitu dari 37,5% sebelum setelah dilakukan pelatihan edukator
pelatihan menjadi 5% setelah pelatihan sebaya.
dilakukan, menurun sebesar 32,5%. Dari

Tabel 4.
Perubahan Pengetahuan Responden Tentang Gizi Seimbang
Setelah Pelatihan Edukator Sebaya

Sebelum Pelatihan Setelah Pelatihan


Pengetahuan
n % n % Nilai p* Interpretasi
Baik 7 17.5 28 70
Cukup 18 45 10 25 0,000 Berbeda
Kurang 15 37.5 2 5
*Uji t Berpasangan

PEMBAHASAN pangan hewani dapat memicu terjadinya


Remaja merupakan salah satu penyakit tidak menular. Kekurangan
fase kehidupan yang berisiko mengalami konsumsi pangan hewani dapat
masalah gizi dan masalah kesehatan menyebabkan terjadinya defisiensi besi
terkait. Salah satu penyebab timbulnya (anemia) dan defisiensi zink
masalah gizi dan kesehatan tersebut adalah (hipozinkemia).
kurangnya pengetahuan remaja tentang Pangan nabati merupakan sumber
gizi maupun kesehatan secara umum. utama serat, vitamin dan mineral serta
Informasi gizi maupun kesehatan kadang antioksidan. Pangan nabati diperlukan
diperoleh dari berbagai sumber yang dalam pencegahan penyakit tidak menular.
belum tentu akurat ataupun informasi yang Konsumsi yang berlebihan pada pangan
diterima tidak lengkap atau menyeluruh nabati akan menyebabkan terjadinya
sehingga dapat menimbulkan kurangnya defisiensi mineral-mineral penting seperti
pemahaman remaja. Fe dan Zink, karena pangan nabati
Berdasarkan hasil penelitian, biasanya mengandung zat-zat yang
tergambar bahwa responden belum banyak menghambat penyerapan Fe dan Zink.
yang mengetahui bagaimana pola Dilain sisi, konsumsi yang kurang pada
konsumsi pangan hewani dan nabati yang pangan nabati dapat memicu terjadinya
seharusnya sesuai pola gizi seimbang. penyakit degenerative. Serat tumbuhan
Pangan hewani dan nabati perlu sangat dibutuhkan untuk mencegah
dikonsumsi secara tepat dan seimbang. berbagai gangguan metabolic, seperti
Karena masing-masing sumber pangan menjaga kadar gula darah maupun
tersebut memiliki peran dalam menjadi kolesterol. Masalah utama yang sering
kesehatan tubuh manusia. Pangan hewani dijumpai pada remaja adalah mereka tidak
merupakan sumber protein dan lemak serta suka mengkonsumsi sayur dan buah.
berbagai mineral penting. Pangan hewani Berdasarkan hasil FGD yang telah
dibutuhkan sebagai sumber Fe dan zink. dilakukan, remaja tidak menyukai sayur
Konsumsi yang berlebihan pada sumber dan buah, biasanya karena tidak tahu

6
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Edukator Sebaya, Gizi Seimbang

manfaatnya, tidak suka rasanya yang dibandingkan remaja yang aktifitas sedang
hambar ataupun karena tidak tersedia di (3,1%) dan tinggi (2,6%).Mark, dkk,
rumah ataupun sekolah. Hasil temuan menemukan bahwa waktu menonton
tersebut serupa dengan studi yang berhubungan dengan peningkatan risiko
dilakukan pada mahasiswa obesitas di SM pada remaja. Penemuan tersebut
Universitas Hasanuddin. Bahkan dalam merekomendasikan intervensi gaya hidup
studi tersebut ditemukan bahwa meskipun sehat pada remaja harus mengikutsertakan
pengetahuan dan sikap responden dalam komponen yang bertujuan untuk
kategori baik namun pola konsumsi sayur mengurangi waktu menonton (screen
dan buah responden masih kurang dari time). McMurray, dkk, (2008) menemukan
standar gizi seimbang (Muchtar NL. et al., bahwa remaja yang mengalami SM
2015). sepertinya 6,08 kali lebih kurang
Studi yang dilakukan pada siswa melakukan senam aerobic di waktu kecil
SMAN 2 Rantepao Toraja Utara dan 5,16 kali memiliki tingkat aktifitas
menemukan bahwa meski remaja telah fisik yang rendah.
terpapar dengan informasi tentang Aktivitas fisik secara teratur atau
pentingnya konsumsi sayur dan buah rutin memiin efek ringan sampai moderat
namun belum dapat meningkatkan terhadap penurunan sejumlah risiko
konsumsi sayur dan buah pada remaja gangguan metabolisme, penyakit jantung
(Welti et al., 2015). Demikian pula studi dan pembuluh darah, dan SM. Aktivitas
yang dilakukan pada remaja siswa SMPN fisik yang rutin juga mencegah terjadinya
1 Kesu’ Toraja Utara, menemukan bahwa diabetes mellitus type 2 serta berpengaruh
konsumsi sayur dan buah masih dibawah terhadap berbagai komponen SM seperti
rekomendasi minimum. Selain itu, studi memberikan efek positif terhadap
tersebut menemukan adanya hubungan resistensi insulin, intoleransi glukosa,
yang bermakna antara sikap dan konsumsi dislipidemia, dan hipertensi serta
sayur buah pada remaja (Khatima H., et penurunan berat badan (Lakka dan
al., 2015) Laaksonen, 2007).
Aspek pengetahuan lain yang Sejumlah penelitian epidemiologi
paling banyak tidak diketahui responden menunjukkan bahwa aktifitas fisik yang
adalah pentingnya aktivitas fisik dalam teratur maupun latihan aerobik dapat
mencegah penyakit tidak menular. Salah memperbaiki metabolisme tubuh sekaligus
satu masalah yang dijumpai pada remaja menurunkan risiko SM dan diabetes
zaman sekarang adalah kurang beraktifitas mellitus tipe 2. Sampai tahun 1990an,
fisik. Berbagai kemudahan serta fasilitas aktifitas fisik yang paling banyak
yang mereka jumpai dalam kesehariannya, direkomendasikan untuk mencegah
menyebabkan mereka kurang melakukan penyakit tidak menular (degeratif)
aktifitas fisik. Penggunaan gadget telah berfokus pada latihan aerobik kuat. Akan
menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan tetapi, berjalan kaki juga merupakan salah
dari keseharian remaja. Padahal, aktivitas satu bentuk aktifitas fisik yang banyak
fisik sangat dibutuhkan untuk menjaga dilakukan di berbagai negara. Hasil
agar tubuh tetap sehat dan bugar. Terutama penelitian terbaru merekomendasikan
untuk mencegah terjadinya penyakit tidak bahwa jalan cepat (berjalan kaki dengan
menular. SM berhubungan dengan aktifitas cepat, bukan berjalan kaki santai) dan
fisik dan sedentary. Pan, dkk, (2008) bentuk aktifitas fisik lain yang melibatkan
menemukan bahwa SM lebih sering gerakan aerobik intensitas sedang dapat
ditemukan pada remaja yang tingkat memberikan efek yang sama dengan
aktifitas fisiknya rendah (4,3%) melakukan latihan aerobik kuat dalam

7
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Edukator Sebaya, Gizi Seimbang

meperbaiki metabolisme tubuh dan seimbang.Pekan Sarapan nasional


mengurangi risiko penyakit jantung dan (PESAN) yang diperingati setiap tanggal
pembulluh darah. Meskipun sejumlah 14-20 Februari diharapkan dapat dijadikan
penelitian lain juga menemukan sebaliknya sebagai momentum berkala setiap tahun
bahwa latihan fisik kuat lebih efektif untuk selalu mengingatkan dan mendorong
menignkatkan metabolisme tubuh dan masyarakat agar melakukan sarapan yang
mencegah SM dan penyakit jantung sehat sebagai bagian dari upaya
coroner dibandingkan hanya melakukan mewujudkan Gizi Seimbang.
aktifitas fisik sedang (Lakka dan Sarapan sehat setiap pagi dapat
Laaksonen, 2007). Hal ini menunjukkan diwujudkan dengan bangun pagi,
bahwa untuk mencegah atau menurunkan mempersiapkan dan mengonsumsi
risiko SM, setidaknya kita perlu makanan dan minuman pagi sebelum
melakukan minimal aktifitas fisik melakukan aktifitas harian. Sarapan yang
intensitas sedang setiap hari seperti baik terdiri dari pangan karbohidrat,
berjalan kaki cepat atau melakukan latihan pangan lauk-pauk, sayuran atau buah-
aerobik sedang. buahan dan minuman. Bagi orang yang
Sarapan sangat penting untuk tidak biasa makan kudapan pagi dan
mencegah terjadinya obesitas yang kudapan siang, porsi makanan saat sarapan
merupakan komponen utama dari SM. sekitar sepertiga dari total makanan sehari.
Sarapan adalah kegiatan makan dan Bagi orang yang biasa makan kudapan
minum yang dilakukan antara bangun pagi pagi dan makanan kudapan siang, jumlah
sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian porsi makanan sarapan sebaiknya
kebutuhan gizi harian(15-30% kebutuhan seperempat dari makanan harian.
gizi) dalam rangka mewujudkan hidup Pola makan merupakan perilaku
sehat, aktif, dan produktif. Masyarakat paling penting yang dapat mempengaruhi
Indonesia masih banyak yang belum keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena
membiasakan sarapan. Padahal dengan kuantitas dan kualitas makanan dan
tidak sarapan akan berdampak buruk minuman yang dikonsumsi akan
terhadap proses belajar di sekolah bagi mempengaruhi asupan gizi yang
anak sekolah, menurunkan aktifitas fisik, selanjutnya akan mempengaruhi kesehatan
menyebabkan kegemukan pada remaja, individu. Gizi yang optimal sangat penting
orang dewasa, dan meningkatkan risiko untuk pertumbuhan normal serta
jajan yang tidak sehat. Sebaliknya, sarapan perkembangan fisik dan kecerdasan
membekali tubuh dengan zat gizi yang remaja. Gizi baik membuat berat badan
diperlukan untuk berpikir, bekerja, dan normal atau sehat, tubuh tidak mudah
melakukan aktivitas fisik secara optimal terkena penyakit infeksi, produktivitas
setelah bangun pagi. Bagi anak sekolah, kerja meningkat serta terlindung dari
sarapan yang cukup terbukti dapat penyakit kronis dan kematian dini. Agar
meningkatkan konsentrasi belajar dan tubuh tetap sehat dan terhindar dari
stamina. Bagi remaja dan orang dewasa berbagai penyakit kronis atau penyakit
sarapan yang cukup terbukti dapat tidak menular terkait gizi, maka pola
mencegah kegemukan. Membiasakan makan remaja perlu ditingkatkan ke arah
sarapan juga berarti membiasakan disiplin konsumsi gizi seimbang.
bangun pagi dan beraktifitas pagi dan Gizi seimbang adalah makanan
tercegah dari makan berlebihan dikala yang dikonsumsi sehari-hari yang
makan kudapan atau makan siang. Karena mengandung zat gizi dalam jenis dan
itu sarapan merupakan salah satu perilaku jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
penting dalam mewujudkan gizi tubuh dengan memperhatikan prinsip

8
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Edukator Sebaya, Gizi Seimbang

keanekaragaman atau variasi makanan, DAFTAR PUSTAKA


aktivitas fisik, kebersihan, dan Aisah, S. (2008, Agustus 20). Pengaruh
mempertahankan berat badan normal untuk Edukasi Kelompok Sebaya
mencegah masalah gizi. Berbagai definisi Terhadap Perubahan Perilaku
atau pengertian mengenai Gizi Seimbang {encegahan Anemia Gizi Besi pada
(Balanced Diet) telah dinyatakan oleh Wanita Usia Subur di Kota
berbagai institusi atau kelompok ahli, Semarang. Retrieved Januari1 13,
tetapi pada intinya definisi Gizi Seimbang 2017, from Universitas Indonesia
mengandung komponen-komponen yang Library:
lebih kurang sama, yaitu: cukup secara http://lib.ui.ac.id/detail.jps?id=2043
kuantitas, cukup secara kualitas, 8042
mengandung berbagai zat gizi (energi, Jafar, N. 2012. Perilaku Gizi Seimbang
protein, vitamin dan mineral) yang Pada Remaja. In: PRODI ILMU
diperlukan tubuh untuk tumbuh (pada GIZI, F. K. M. U. (ed.). Makassar.
anak-anak, remaja), untuk menjaga Khatima H, Jafar, N, Salam A. (2015, 01
kesehatan dan untuk melakukan aktivitas 21). Hubungan Perilaku dan
dan fungsi kehidupan sehari-hari (bagi Preferensi Dengan Konsumsi Sayur
semua kelompok umur dan fisiologis), dan Buah pada Remaja SMPN 1
serta menyimpan zat gizi untuk mencukupi Kesu' di Kabupaten Toraja Utara.
kebutuhan tubuh saat konsumsi makanan Retrieved 01 12, 2017, from
tidak mengandung zat gizi yang Repository Unhas:
dibutuhkan. http://repository.unhas.ac.id/handle
/123456789/12568
KESIMPULAN DAN SARAN Muchtar NL, Jafar N, Syam A. (2015, 081
Pelatihan edukator sebaya dengan 19). Gambaran Pengetahuan,
modul edukasi gizi yang dikembangkan Sikap Gizi Seimbang dan Pola
pada studi ini berhasil meningkatkan Konsumsi Sayur dan Buah pada
pengetahuan responden tentang gizi Mahasiswa Obesitas. Retrieved
seimbang pada kategori baik, yaitu dari 011 10, 2017, from Repository
17,5% menjadi 70%, meningkat sebesar Unhas:
52,5%, pengetahuan responden pada http://repository.unhas.ac.id/handle
kategori cukup mengalami penurunan, /123456789/15344
yaitu dari 45% menjadi 25%, menurun Santrock, J. W. (2003). Adolescence :
sebesar 20%. Pengetahuan responden pada Perkembangan Remaja. Jakarta:
kategori kurang mengalami penurunan Erlangga.
juga, yaitu dari 37,5% menjadi 5%, Setyawati E, Yuningtyas, Meylani. (2015,
menurun sebesar 32,5%. Edukator gizi Maret 182). Strategi Komunikasi
yang telah dilatih diharapkan dapat Pencegahan HIV-AIDS Dengan
menularkan pengetahuan yang dimilikinya Menggunakan Pendekatan Peer
kepada teman-teman sebayanya. Selain itu, Group pada Kelompok Remaja di
program-program promosi kesehatan, SMA Daerah Istimewa Yogyakarta
terutama gizi seimbang harusnya gencar (Studi Komunikasi dan Sosiologi
dilakukan di sekolah, mengingat sekolah Mengenai Pencegahan HIV-AIDS
merupakan tempat membentuk perilaku di Kalangan Kelompok Remaja di
sehat yang diharapkan akan terus bertahan DIY). Retrieved Januari 1 12, 2017,
hingga remaja memasuki fase dewasa from http://e-
journal.uajy.ac.id/id/eprint/7044

9
Media Gizi Pangan, Vol. 25, Edisi 1, 2018 Edukator Sebaya, Gizi Seimbang

Suriah. (2013, 10 24). Analysis of Peer


Education Towards Knowledge and
Attitude of Peer Education About
Early Marriage in Makassar, South
Sulawesi. Retrieved 1 14, 2017,
from Repository Unhas:
http://repository.unhas.
ac.id/handle/123456789/7687
Welti, Jafar N. Najamuddin U. (2015, 01
212). Hubungan Preferensi dan
Keterpaparan Informasi Dengan
Pola Konsumsi Sayur dan Buah
pada Siswa SMA Negeri 2
Rantepao di Kabupaten Toraja
Utara. Retrieved 11 10, 2017, from
Repository Unhas:
http://repository.unhas.ac.id/handle
/123456789/12575

10

Das könnte Ihnen auch gefallen