Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PECTORIS
DI
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK 6
ANGGOTA :
Nuraina Syafira
Rika Kurnia
Rahma Br Manik
Rio Rianto
Nurtuah Panjaitan
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya. Salawat dan salam kita sanjungkan kepangkuan Nabi besar Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pe-
ngetahuan. Ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan
dan masukan sehingga makalah yang berjudul ”ASKEP ANGINA PECTORIS”dapat penulis
selesaikan.
Pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas kami dalammenempuh pembelaj
aran di semester ini, kami mengucapkan terimah kasih kepada Dosen pembimbing.
Kiranya makalah ini bisa bermanfa’at bagi pihak yang membaca. Meski begitu, kami
sadar bahwa makalah ini perlu perbaikan dan penyempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik
yang membangun dari pembaca akan diterima dengan senang hati. Akhirnya, kami ucapkan
terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
PENULIS
i
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini yaitu untuk mengetahui tentang penyakit angina
pectoris dan memahami tentang asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien
dengan penyakit angina pectoris.
b. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan tentang pengertian angina pektoris
2. Menjelaskan tentang etiologi angina pektoris
3. Membahas tentang patofisiologi angina pektoris
4. Menjelaskan klasifikasi angina pektoris
5. Menyebutkan manifestasi angina pektoris
6. Menjelaskan pemeriksaan diagnosis angina pektoris
7. Membahas asuhan keperawatan angina pektoris
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Penyebab angina pectoris adalah adanya arterosklerosis pada arteri koroner. Adapun
faktor resikonya dibagi menjadi yaitu:
a. Faktor resiko yang dapat dirubah:
- merokok
- Hipertensi
-Aktifitas fisik
- Obesitas
- Dislipidemia
b. Faktor resiko yang tidak dirubah:
- Umur
5
- Jenis Kelamin
- Herediter
c. Faktor resiko lainnya:
- Diabetes Mellitus
- Stress
- Alkohol
- Hormon
3. Patofisiologi
Angina pectoris terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen
miokardium dan suplai oksigen miokardium. Hal ini dikarenakan adanya aterosklerotik
pada arteri koroner menyebabkan kekakuan/penyempitan pada arteri koroner sehingga
arteri koroner tidak mampu berdilatasi dan suplai O2 ke miokard juga berkurang (tidak
adekuat). Akhirnya untuk memenuhi kebutuhan energi, sel-sel miokardium melakukan
proses glikolisis anaerob yakni proses pembentukan energy tanpa menggunakan oksigen,
pada proses ini juga terjadi penimbunan asam laktat yang kemudian menyentuh ujung-
ujung saraf an sebagai nyeri.
Apabila kebutuhan oksigen miokard berkurang, suplai oksigen menjadi adekuat,
sehingga proses pembentukan asam laktat tidak terjadi. Dengan menghilangnya
penimbunan asam laktat, nyeri angina pectoris mereda. Dengan demikian, angina pectoris
merupakan suatu kondisi yang berlangsung singkat.
6
4. Klasifikasi Angina Pectoris
a. Angina Stabil
Angina stabil adalah nyeri dada yang kemungkinan terjadi karena aktifitas.
Gejala dari angina stabil biasanya terjadi karena berkurangnya oksigen miokardium,
pemakaian oksigen dan suhu yang ekstrim. Penanganan pada angina stabil yaitu
dengan pemberian nitrogliserin dan istirahat. Pada beberapa pasien juga
menggunakan kalsium chanel bloker dan beta adrenergic blockers (Reigle, 2005).
7
b. Angina Prinzmetal (variant)
Karakteristik dari nyeri dada pada angina prizmetal (Variant) terjadi pada saat
istirahat atau tidak beraktivitas. Penyebab angina variant yaitu karena adanya
vasospasme arteri koroner, dimana dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan
oksigen neokardium dan adanya segmen ST elevasi. Jenis ini penanganannya dengan
kalsium chanel blockers.
5. Manifestasi Klinis
a. Angina Stabil
- Rasa tidak nyaman sering menyebar ke leher, bahu dan punggung.
- Sesak pada saat beraktifitas, kelelahan
- Merasa tidak nyaman pada sternum seperti rasa tertekan
b. Angina tidak stabil
- Ciri khas ketidaknyamanan di dada pada angina ini berupa: nyeri dada retrosternal
atau percordial yang tertekan, sering menyebar ke leher, lengan kiri, dan bahu.
- Mual, muntah, palpitasi dan sesak napas
- Gejala terjadi pada saat istirahat atau pada saaat beraktifitas ringan
c. Angina Varians
- Ketidaknyamanan retrosternal mungkin menyebar ke lengan, leher atau rahang
biasanya terjadi pada saat istirahat, sering terjadi pada waktu pagi hari.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. EKG
EKG merekam adanya nyeri mungkin disebabkan iskemia dengan menggambarkan
tanda ST elevasi atau depresi. Rekaman EKG selama episode nyeri memberi kesan
8
adanya kekakuan arteri koroner dan meluasnya otot jantung menandakan adanya atau
terjadinya iskemia.
b. Latihan EKG
Selama stress tes, pasien berlatih dengan treadmill atau sepeda yang tidak berjalan
sampai mencapai 85% dari frekuensi jantung. EKG atau vital sign mungkin
mengindikasikan adanya iskemia
c. EBCT (Electron Beam Computed Temography)
Tindakan non invasive ini memungkinkan mendeteksi jumlah dari kalsium dalam
arteri koroner. Karena klasifikasi terjadi dengan adanya pembentukan dari plak
aterosklerosis dikoroner. Tingginya nilai kalsium koroner mempunyai hubungan
dengan penyakit sumbatan koroner.
d. Koroner Angiography
Angiography merupakan tes atau pemeriksaan diagnostic yang paling akurat dalam
menegakkan diagnose adanya sumbatan pada arteri koroner karena adanya
aterosklerosis.
e. Foto Thoraks
Foto thorak adalah teknik yang mudah untuk melihat atau mendeteksi adanya
cardiomegaly dan penyebab nyeri dada yang bukan pada bagian jantung (misalnya;
pleuritis atau pneumonia).
7. Pemeriksaan Laboratorium
Ketika sel miokardium mengalami kerusakan karena adanya infark, biokimia dalam
aliran darah dapat dideteksi dengan tes laboratorium.
1. Kreatinin Kinase
Kreatinin kinase adalah enzim yang ditemukan di jantung dan otot skeletal. Ketika
otot jantung mengalami kerusakan, kreatinin kinase beredar dalam darah. Tingkat
kreatinin kinase menjadi tidak normal ketika 6-8 jam setelah onset infark, memuncak
pada 12-28 jam, dan berkurang atau menurun atau kembali normal dalam 24-36 jam.
Isoenzim dari kreatinin kinase adalahttindakan yang menentukan apakah kreatinin
kinase berasal dari jantung (MB) atau dari otot skeletal. Tingginya CK-MB
menandakan adanya indikasi dari kerusakan miokardium. Untuk pasien IM, CK-MB
9
terlihat dalam serum, dalam 3-12 jam, memuncak pada 24 jam, dan kembali normal
dalam 48-72 jam. CK-MB positif ketika lebih besar 3% dari total kreatinin kinase.
Nilai normal: Total kreatinin kinase Pria: 60 – 400 u/L
Total kreatinin kinase wanita: 40 – 150 u/L
CK-MB < 3% atau 0 – 7,5 ng/ml
2. Troponin
Troponin adalah komponen dasar dari otot jantung yang menyebabkan kontraksi dari
otot jantung. Troponin tidak ditemukan pada orang yang sehat. Troponin dibagi
menjadi 2 yaitu troponin I dan troponin T. Troponin I dan troponin T sangat bagus
untuk digunakan dalam diagnose IMA.
- Troponin I; meningkat dalam 3-12 jam, memuncak 24 jam, dan tetap meningkat
dalam 5-10 hari. Troponin I sangat spesifik dan sensitive indikasi dari IMA dan
tidak meempengaruhi dari penyakit lainnya atau injuri dari otot lain kecuali otot
jantung.
- Troponin T; mirip dengan CK-MB, meningkat dalam 3 – 6 jam setelah nyeri, dan
tetap meningkat dalam 14 – 21 hari. Troponin dapat ditemukan sampai 6 jam setelah
gejala dimulai. Oleh karena itu, AHA merekomendasikan bahwa pasien yang
meempunyai troponin negative pada 6 jam dari gejala onset hingga 8 – 12 jam setelah
onset.
Nilai Rujuk; Troponin I < 0,6 ng/ml
> 1,5 ng/ml konsisten dengan IM
Troponin T > 0,1-0,2 ng/ml konsisten dengan IM
Dapat dideteksi pada batas rendah 0,08 ng/ml
3. Myoglobin
Myoglobin adalah protein yang mengikat oksigrn yang ditemukan pada tulng dan otot
jantung. Pengeluaran myoglobin dari otot yang mengalami iskemia lebih dulu darri
pada pengeluaran kreatinin kinase. Sehingga peningkatan serum myoglobin dapat
diketahui segera setelah gejala onset. Myoglobin meningkat dalam 1-4 jam dari IMA
dan memuncak dalam 6 – 7 jam. Karena myoglobin juga berada dalam otot skeletal
maka peningkatan myoglobin tidak dapat mendiagnosa IM secara spesifik.
Nilai rujuk; Myoglobin 50 – 120 ug/ml
10
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesa
Identitas
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekerang
Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat psikososial
Pengumpulan informasi diperlukan untuk mengetahui seluruh aktivitas pasien,
terutama yang beresiko mengalami serangan jantung atau angina pectoris. Tanyakan
mengenai :
Kapan biasanya terjadi serangan? Setelah melakukan aktivitas tertentu?
Bagaimana gambaran nyeri yang dirasakan?
Apakah awitan nyeri mendadak atau bertahap?
Berapa lama nyeri tersebut berlangsung dalam beberapa detik? Menit? Jam?
Apakah kualitas nyeri menetap dan terus-menerus?
Apakah rasa tidak nyaman disertai rasa mual, sakit kepala, palpitasi dan napas
pendek?
Bagaimana nyeri berkurang?
b. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breath) : Dyspnea
B2 (Blood) : Palpitasi
B3 (Brain) : normal, biasanya ditemukan pusing
B4 (Bladder) : normal
B5 (Bowel) : Obesitas, biasa ditemukan mual dan muntah
B6 (Bone) : normal
11
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan ateroskelorosis atau spasme koroner
b. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakpahaman proses dan pengobatan
penyakit
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi konduksi listrik
d. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
12
3. Intervensi Keperawatan
14
3. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Menilai pengetahuan 1. Pemberian informasi awal
berhubungan dengan keperawatan selama ….x24 jam sebelumnya tentang penyebab merupakan tahap
ketidakpahaman proses dan diharapkan pasien dapat angina, prsosedur diagnosa, pembelajaran.
pengobatan penyakit mengetahui tentang proses rencana pengobatan dan faktor
penyakit dan pengobatan, resiko terjadinya penyakit
dengan kriteria hasil : arteri koroner.
1. Pasien menyatakan
pemahaman tentang 2. Dorong untuk menghindari 2. Dapat menurunkan insiden
kondisi dan proses factor resiko serangan angina, episode iskemik.
penyakit, serta seperti kerja fisik, stress
pengobatan. emosional.
2. Pasien dapat
berpartisipasi dalam 3. Diskusikan langkah yang 3. Menyiapkan pasien untuk
program pengobatan. diambil jika terjadi serangan menghilangkan rasa takut
3. Pasien dapat melakukan angina. pada pasien ketika tidak tahu
perubahan pola hidup. apa yang harus dilakukan
bila terjadi serangan.
4. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tekanan darah, adanya 1. Takikardi dapat terjadi
berhubungan dengan keperawatan selama ….x 24 sianosis dan status pernapasan. karena nyeri, cemas,
disfungsi konduksi listrik jam diharapkan peningkatan hipoksemia, dan menurunnya
curah jantung, dengan kriteria curah jantung.
hasil :
1. Menunjukkan penurunan 2. Mempertahankan tirah baring 2. Menurunkan kebutuhan
curah jantung teratasi pada posisi nyaman selama oksigen dan menurunkan
15
dibuktikan dengan episode akut kerja jantung.
keefektifan pompa
jantung, status sirkulasi 3. Berikan kesempatan kepada 3. Penghematan energy dan
dan perfusi jaringan. pasien untuk istirahat yang menurunkan kerja jantung.
2. Menunjukkan status adekuat dan bantu dalam
sirkulasi dibuktikan melakukan ADL
dengan tekanan darah 4. NTG mempunyai efek
dalam batas normal, 4. Kolaborasi dengan dokter sebagai vasodilator, yang
bunyi napas tambahan untuk pemberian obat anti menyebabkan aliran darah ke
tidak ada, distensi vena aritmia, nitrogliserin dan miokardium lebih terpenuhi,
jugularis tidak ada.. fasodilator untuk sehingga nyeri dada pun
mempertahankan kontraktilitas berkurang.
prelod dan afterlod.
5. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda dan gejala dari 1. Perasaan yang tidak
dengan ancaman kematian keperawatan selama ….x 24 ansietas. diekspresikan dapat
jam diharapkan klien dalam menimbulkan kekacauan
keadaan rileks dan tidak cemas, internal.
dengan kriteria hasil :
1. Pasien dalam tenang, 2. Berikan informasi tentang 2. Menurunkan cemas dan takut
tidak ditemukan adanya penyakit dan prognosis pasien. terhadap diagnose dan
palpitasi. prognosis penyakit.
2. Pasien mengekspresikan
perasaan yang positif. 3. Dorong pasien untuk 3. Membantu pasien dalam
3. Pasien dapat mengekspresikan perasaan mengurangi tingkat
menunjukkan koping pada orang yang penting pada kecemasan.
dalam memecahkan pasien.
masalah.
4. Pasien melaporkan cemas
berkurang atau teratasi. 4. Kolaborasi dengan dokter 4. Membantu pasien untuk
pemberian obat (misalnya, dapat rileks.
sedative)
16
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Saat istirahat, jantung menggunakan oksigen dalam jumlah yang cukup besar (75%)
dari aliran darah koroner, lebih besar daripada beberapa organ utama yang lain dalam tubuh.
Saat metabolism, beban kerja jantung dan suplay oksigen meningkat sehingga kebutuhan
akan oksigen meningkat berlipat ganda. Bila aliran darah koroner tidak dapat menyuplai
kebutuhan sejumlah oksigen yang diperlukan oleh otot jantung, maka terjadi
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan.
3.2 Saran
Saran dari penulis yaitu diharapkan mahasiswa/I dapat mengaplikasikan tentang proses
asuhan keperawatan kepada pasien dengan penyakit angina pectoris.
18
DAFTAR PUSTAKA
Houn, H. Gray, Keith D. Dawkins, Iain A. Simpson & Jhon M. Morgan. 2005. Lecture notes
kardiologi. Jakarta : Erlangga.
Kathleen, Ouimet Perrin. 2009. Understanding the essentials of critical care nurshing. London :
PEARSON
Morton, Patricia gonce & Fontaine, Dorrie K. 2009. Critical care nurshing a holistic approach.
USA: Wolters Kluwer Health
Ruhyanudin, faqih. 2006. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
kardiovaskuler. Malang : UMM Press
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan
kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC
19