Sie sind auf Seite 1von 7

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI INDONESIA

(Telaah dari Aspek pembelajaran)

NURUL AFIFAH, M.Pd.I


Dosen Prodi PGMI STAIN Jurai Siwo Metro

Abstrak
Education in Indonesia quantitatively have achieved significant progress. It is can be proved by
statistics that 67.24% of the population in Indonesia has been freed from illiteracy. But this success
unfollowed by the success of output education. There are various problems of education became in
Indonesia, for example : children’s moral decline of the nation, lacking work ethic, low skills, corruption
and increased of unemployment intellectuals.
At least, there are three factors causes the problem of education in Indonesia from the learning aspect,
first; approach in learning, all this time education and learning just emphasizes on uniformity behavior,
it hope be regularity, order and certainty. Second; curriculum change. Often curriculum change lead to
confusion in determining the direction of teacher learning. and the third is the competence of teacher.
The solution is. Should a teacher looking at students as a person who should be developed, and equipped
with the solution of various problems of life, the ultimate goal of learning which includes cognitive,
affective and psychomotor. The conventional and modern methods should be applied equally. A teacher
should be master the four competencies, namely: pedagogical competence, personal competence, social
competence, and professional competence. And the teacher should be a role model for their students.

Keywords : problem education, learning, competence of teacher.

A. PENDAHULUAN kalangan pemerhati pendidikan di Indonesia,


hingga berujung pada satu kesimpulan bahwa
Persoalan pendidikan di Indonesia begitu
ada yang salah dalam sistem pendidikan di
komplek. Berbagai problematika muncul tidak
negara kita. Dan perlu adanya perbaikan yang
hanya dalam permasalahan konsep pendidikan,
menyeluruh terhadap masalah pendidikan di
peraturan, dan anggaran saja, namun persoalan
negara kita ini.
pelaksanaan pendidikan dari berbagai sistem
Asri budiningsih dalam bukunya belajar
di Indonesia juga turut serta menambah kom-
dan pembelajaran menuliskan bahwa memasuki
pleknya problematika pendidikan di Indonesia.
era milenium ketiga, masyarakat dan bangsa In-
Sejak bergulirnya era reformasi, banyak
donesia perlu mempersiapkan diri menghadapi
kalangan terperanjat dengan problematika pen-
berbagai tuntutan global. Tidak hanya berupa
didikan yang ada di negara kita ini. Hal ini ber-
materi namun pengetahuan dan keterampilan
mula dari penilaian banyak orang terhadap out
yang cukup memadai hendaknya dimiliki oleh
put hasil pendidikan di Indonesia yang belum
generasi muda kita. Anak-anak bangsa perlu di-
sesuai dengan tujuan pendidikan di Indonesia.
persiapkan menjadi generasi yang tangguh, siap
Kemerosotan moral anak-anak bangsa, etos ker-
bersaing dan berkompeten. Maksudnya anak-
ja yang kurang, keterampilan yang masih ren-
anak dipersiapkan menjadi pribadi yang berfikir
dah, korupsi yang kian bertambah dan angka
kreatif, mampu mengambil keputusan tepat,
pengangguran dari kalangan intelektual (sar-
memcahkan masalah, belajar bagaimana belajar,
jana) dari hari ke hari angka statistiknya kian
naik. Tentu hal ini sangat memprihatinkan bagi

41
42| Elementary Vol. I Edisi 1 Januari 2015

berkolaborasi dan pengeloalaan diri.1 bersifat pasif, serta penggunaan teknologinyang


Dari uraian problematika di atas, penulis terpisah dari proses pembelajaran.
akan memfokuskan tulisan ini pada problema- Dari aspek perilaku keseharian juga bayak
tika pendidikan dari aspek pembelajaran, men- kekurang puasan terhadap siswa. Banyak orang
gapa terjadi problem serta apa solusi yang bisa mengeluh dengan adanya siswa yang kurang so-
ditawarkan sebagai jalan keluar. pan terhadap guru maupun orang tua, banyak
siswa tidak lagi mau membantu orang tua dalam
B. PEMBAHASAN mengerjakan tugas sehari- hari di rumah. Begitu
1. Realita dan Problematika Pendidikan di besar pengaruh media sosial dan telekomunikasi
Indonesia pada generasi muda. Mereka cenderung untuk
Secara kuantitatif dapat dikatakan bah- berhura-hura merayakan kelulusan UN dengan
wa pendidikan di Indonesia telah mengalami pesta sex dan minuman keras, undangan pesta
kemajuan. Indikator pencapaiannya dapat dili- berbikini, mencoret-coret baju seragam dan
hat pada kemampuan baca tulis masyarakat konfoi merayakan kelulusan. Bahkan tawuran
yang mencapai 67,24%.2 Hal ini sebagai akibat massal telah menjadi hal yang lumrah bagi siswa
dari program pemerataan pendidikan, terutama dan mahasiswa. Yang lebih parah tawuran terse-
melaui IMPRES SD yang dibangun oleh rezim but diikuti pengrusakan fasislitas umum dan
Orde Baru. Namun demikian, keberhasilan dari jatuhya korban jiwa. Disamping itu terjadi keti-
segi kualitatif pendidikan di Indonesia belum dakpuasan berjenjang. Kalangan industri sering
berhasil membangun karakter bangsa yang cer- mengeluhkan tentang ketidaksiapan atau mutu
das dan kreatif apalagi unggul.3 sarjana, diploma, dan lulusan SMK yang diang-
Banyaknya lulusan lembaga pendidikan gap telah memenuhi harapan dunia kerja. Pihak
formal, baik sekolah tingkat menegah mau- Perguruan Tinggi mengeluhkan lulusan SMA,
pun perguruan tinggi, terkesan belum mampu pihak SMA mengeluhkan lulusan SMP dan pi-
mengembangkan kreativitas dalam kehidupan hak SMP mengeluhkan lulusan SD4.
mereka. Lulusan sekolah menengah sulit untuk Padahal, sumberdaya manusia yang diper-
bekerja di sektor formal karena belum tercuku- lukan dalam pasar kerja saat ini adalah mereka
pinya keahlian mereka, demikian juga lulusan yang mampu mencari solusi masalah berdasar-
sekolah atas yang bukan kejuruan (SMK) men- kan konsep ilmiyah, memiliki keterampilan
galami problem yang sama. Bagi sarjana hanya team work, mempelajari bagaiaman belajar yang
sebagian kecil yang bekerja di sektor formal, se- efektif, berorientasi pada peningkatan yang ter-
bagian besar dari mereka memiliki karakteristik us menerus dan tidak dibatas oleh target terten-
hanya memahami teori dan lemah di praktek, tu. Saat ini banyak lembaga industri (BUMN,
motivasi belajar hanya untuk sekedar lulus ujian, Swasta dan Pemerintah) menetukan standart
berorientasi pada pencapaian grade atau pem- tertentu terhadap lulusan pendidikan formal un-
batasan target, orientasi belajar hanya pada mata tuk bekerja di lembaga-lembaga tersebut. Pen-
kuliah indivdual secara terpisah, proses belajar guasaan bahasa asing, keterampilan komputer
dan pengalaman kerja merupakan persyaratan
utama yang diminta. Sementara ijazah yang
1
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran ( Jakarta
: Rineka Cipta, 2005), 5 diperoleh selama menempuh pendidikan for-
2
Mulyani A.N. Pokok-pokok pikiran Mengenai mal kurang lebih selama 20-25 tahun terabai-
Implikasi Pelaksanaan UU No. 22 dan 25 Tahun 1999 kan begitu saja. hal inilah merupakan salah satu
(Makalah disajikan dalam semiloka di UNJ Tanggal 3
November 1999)
3
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Problema-
tika, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia ( Jakarta 4
Muchlas Samani, Menggagas Pendidikan Bermakna
: Bumi Aksara, 2007), 6. (Surabaya : SIC, 2007), 2-3
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI INDONESIA | 43

indikasi bahwa lulusan pendidikan kita belum gambarkan hakekat belajar dan pembelajaran
layak pakai. Dari kenyataan ini terlihat adanya secara komperehensif6. Namun selama ini pen-
kesenjangan anatar tujuan yang ingin dicapai didikan dan pembelajaran hanya menekankan
dalam menghasilkan output pendidikan formal pada prilaku keseragaman, dengan harapan
dengan pengelolaan pendidikan, termasuk di- akan mengasilkan keteraturan, ketertiban, dan
dalamnya pengelolaan pembelajaran.5 kepastian7. Paradigma pembelajaran yang men-
Pemerintah dalam upayanya memperbaiki gutamakan keseragaman telah berhasil mem-
sistem pendidikan nasional memberlakukan belajarkan siswa untuk menghargai kesamaan
standarsasi pendidikan nasional. Kualitas pen- dan sulit menghargai perbedaan. Prilaku yang
didikan antara lain menghasilkan ujian nasional berbeda di antara mereka lebih dilihat sebagai
sebagai tolak ukur untuk menentukan nasib kesalahan yang harus di hukum.
anak. Dengan materi ujian berupa bahasa In- Maka perlu dilakukan reformasi, redefi-
donesia, Matematika, Bahasa Inggris dan mata nisi, dan reorientasi bahkan revormasi terhadap
pelajaran jurusan. Maka untuk mengantisipasi landasan teoritik dan konseptual belajar dan
rendahnya angka ketidaklulusan, maka bebera- pembelajaran agar dapat menumbuhkembang-
pa mata pelajaran dikurangi jam belajarnya, ter- kan anak-anak bangsa yang bisa menghargai
masuk didalamnya pendidikan Agama. Lantas keberagaman dan perbedaan. Peserta didik
dimanakah fungsi pendidikan nasional untuk adalah manusia yang identitas insaninya sebagai
membentuk manusia yang bertaqwa pada Tu- subjek kesadaran perlu dibela dan ditegakkan.
hannya, jika mata pelajaran agama tidak dima- Melalui proses pendidikan yang bersifat ”bebas
sukkan dalam materi ujian nasional? dan egaliter”8. Peserta didik harus diperlakukan
dengan hati-hati, demokratis, bebas melakukan
2. Sebab Terjadinya Problem Pembelajaran.
tindakan belajar sesuai dengan karakteristiknya
Adanya problem pembelajaran di Indone-
dan kreaktifan siswa menjadi unsur utama
sia, menurut penulis terjadi karena beberapa fak-
dalam menentukan hasil belajar.
tor. Dalam hal ini penulis akan membatasi pe-
Konsekuensi dari penemuan di atas adalah
nyebab terjadinya problem pembelajaran karena
adanya pembaharuan hubungan antara guru dan
tiga faktor; pertama faktor pendekatan dalam
murid. Jika selama ini guru lebih otoriter, sarat
pembelajaran, kedua dari faktor perubahan kuri-
komando, instruktif, perlu dirubah peranannya
kulum dan ketiga faktor kompetensi guru.
sebagai ibu/bapak, kakak, sahabat, bahkan mi-
a. Faktor Pendekatan Pembelajaran. tra. Bisa jadi dalam beberapa hal guru berperan
Menurut Degeng problematika yang mun- sebagai murid dan murid justru sebagai gurunya.
cul pada masyarakat Indonesia, bermula dari Proses belajar tidak perlu menggunakan praktek
gagalnya sistem pendidikan. Bermula dari pen- kompetensi dengan pemberian rangking. Kare-
diidkan keluarga, lingkungan sekitar, dan pen- na hal tersebut akan membentuk manusia-ma-
didikan sekolah. Semuanya kurang memiliki
kemampuan untuk menyelesaikan kekacauan, 6
Belajar atas prakarsa anak. Anak diberi kebebasan
sehinga anak yang menjadi korbannya. belajar sesuai dengan karakteristiknya. Pembelajaran
dilaksanakan dengan yang mengutamakan kebebasan
Lebih lanjut Degeng menjelaskan bahwa masing-masing individu. Disini keaktifan siswa menjadi
asumsi-asumsi yang melandasi program pen- kunci kesuksesan dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Asri Budiningsinh, Belajar dan Pembelajaran, 5.
didikan sering tidak sejajar dengan hakekat 7
Degeng N.S, Pandangan Behavioristik vs Konstruk-
belajar. Menurutnya dunia belajar, didekati tifistik : Pemecahan Masalah Belajar Abad XXI, Malang :
Makalah Seminar TEP.
dengan paradigma yang kurang mampu meng- 8
Proses pendidikan yang bebas dan metode pembe-
lajaran yang aksi diagonal. Lihat Asri Budiningsih, Belajar
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, 6.
5
dan Pembelajaran, 5.
44| Elementary Vol. I Edisi 1 Januari 2015

nusia eksklusif, mengembangkan kebanggaan, kurikulum yang diterapkan dalam pembelajaran.


dan disisi lain menyebabkan penderitaan batin Fenomena yang sering terjadi di Indonesia yaitu
siswa yang lemah. setiap pergantian kabinet pemerintahan, dalam
Dalam pandangan Islam ketika seseorang hal ini menteri pendidikan, maka berubah pula
mencari ilmu, maka ia harus bersusah payah kurikulum yang diterapkan.
dahulu, menjaukan diri dari kemaksiatan, tekun, Kurikulum merupakan pijakan guru kema-
mencintai dan menghormati gurunya, serta na arah pembelajarannya, apa tujuan yang harus
membutuhkan waktu yang panjang. al-Ghazali dicapai, perubahan tingkah laku apa yang harus
dalam bukunya Ihya Ulum al-Din, menjelaskan dibangkitkan, apa kesulitan, kelemahan, hingga
bahwa setidaknya ada enam kewajiban yang ha- bagaimana tindakan yang tepat yang harus di-
rus dilakukan murid dalam belajar, yaitu: lakukan siswa untuk pembelajaran selanjutnya.
1) Mendahulukan kesucian jiwa; Kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah
2) Merantau untuk mencari ilmu pen- dapat dikatakan harga mati yang harus di-
getahuan penuhi. Hanya gurulah yang memberi “hidup”
3) Tidak menentang guru (menyom- pada pedoman kurikulum yang diterbitkan oleh
bongkan ilmunya) pemerintah. Karena guru merupakan tokoh
4) Mengetahui kedudukan ilmu penge- utama dalam untuk mewujudkan kurikulum
tahuan tersebut agar terjadi perubahan kelakuan siswa
5) Rajin, tekun belajar menurut apa yang diharapkan.
6) Menjadikan ilmu jangka panjang seb-
c. Faktor Kompetensi Guru.
agai prioritas utama9
Profesionalisme guru merupakan suatu
Demikian juga Al-Abrashi dalam kitabnya
keharusan dalam mewujudkan sekolah ber-
al-Tarbiyah al-Islamiyah menambahkan tugas
basis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang
siswa dalam belajar adalah :
pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan
1) Menerima guru dengan baik
manusia termasuk gaya belajar. Berdasarkan
2) Tidak menipu guru
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun
3) Menjaga adab
2007 tentang guru, dinyatakan bawasannya
4) Belajar sampai akhir hayat10
salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh
Dari kedua pendapat ulama’ Islam di atas
guru adalah kompetensi profesional. Kompe-
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tidak-
tensi profesional yang dimaksud dalam hal ini
lah mudah, seorang siswa harus menghormati
merupakan kemampuan guru dalam pengua-
gurunya dan bertindak santun terhadapnya,
saan materi pelajaran secara luas dan mendalam.
selain itu mereka harus menjujung tinggi ilmu
Maksudnya seorang guru harus menguasai ke-
pengetahuan dan bersusah payah dahulu un-
mampuan akademik lainnya yang berperan seb-
tuk memperoleh keberhasilan dalam menuntut
agai pendukung profesionalisme guru. Kemam-
ilmu.
puan akademik tersebut antara lain, memiliki
kemampuan dalam menguasai ilmu, jenjang dan
b. Faktor Perubahan Kurikulum
jenis pendidikan yang sesuai.
Jatuh bangunnya kualitas pendidikan di In-
Berbagai kendala yang dihadapi sekolah
donesia juga disebabkan oleh sering berubahnya
terutama di daerah terpencil, pada umumnya
mengalami kekurangan guru yang sesuai den-
9
Muhammad bin Muhammad Abu Hamid al- gan kebutuhan. Kebutuhan yang di maksud
Ghazaly, Mukhtasar Ihya’ Ulum al-Din, jilid I (Beirut :
Dar al-Fikr, 1993), 24. adalah kebutuhan sabjek atau bidang study yang
10
Muhammad ‘Atiyah al-Abrashi, al-Tarbiyah al- sesuai dengan pendidikan guru. Akhirnya seko-
Islamiyah wa Falasifatuha (Beirut : Dar –al Fikr, tt), 148.
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI INDONESIA | 45

lah terpaksa menempuh kebijakan yang tidak lah adalah untuk mendapatkan bekal guna men-
populer bagi anak, guru mengajar tidak sesuai capai kesuksesan setelah dewasa kelak.
dengan bidang keahliannya. Dalam konsep pembelajaran antara metode
konvensional dan metode modern hendaknya
3. Solusi. diterapkan secara seimbang. Metode konven-
sional, pendidikan satu arah jangan selamanya
a. Arah Baru Pembelajaran Di Indonesia.
ditinggalkan, karena metode pembelajaran ini
Hendaknya seorang guru tidak hanya men-
sangat relevan dengan materi keagamaan. Upa-
gutamakan mata pelajaran, tetapi harus mem-
ya menanamkan jiwa ke-Tauhid-an bisa dilaku-
perhatikan anak itu sendiri sebagai manusia
kan dengan cara melakukan doktrin terhadap
yang harus dikembangkan pribadinya. Seorang
siswa. Pendidikan konvensional dapat memben-
guru harus memelihara perkembangan intelek-
tuk siswa yang memiliki akhlaq mulia, tawadhu,
tual dan psikologi anak secara seimbang. Tujuan
ahli ibadah, patriotik mencegah kemungkaran
utama dalam pembelajaran tidak hanya cukup
dan kebatilan.
penguasaan aspek kognitif saja, tetapi juga as-
Sedangkan accelerated theaching and learn-
pek afektif dan psikomotorik. Pendidikan me-
ing (pembelajaran menyenangkan) dapat diter-
merlukan kebebasan sekaligus pengendalian.
apkan pada materi tentang ilmu keduniaan yang
Larangan dan konflik maupun kebebasan dan
terus berkembang, sehingga seorang guru mem-
kepuasan merupakan bagian dari penddikan.
butuhkan metode yang bervariasi dalam me-
Terlalu banyak tekanan atau kebebasan dapat
nyampaikan materi. Atau jika dalam pendidi-
menghalangi perkembangan siswa. Demikian
kan di perguruan tinggi, dibutuhkan perubahan
juga terlalu banyak otoritas dapat menghalangi
proses belajar dari metode konvensional berupa
siswa bersikap mandiri.11
kuliah atau ceramah, menjadi case problem based
Siswa harus diberi kesempatan yang cukup
learning yang mengandalkan analisis kasus dan
untuk berkarya tampa diatur atau diawasi ketat
solusii masalah sehingga memperoloh keter-
oleh seorang guru. Disamping itu mereka juga
ampilan sebagai problem solver yang handal.
harus melakukan kegiatan sesuai dengan petun-
juk dan dibawah pengawasan guru. Dalam ke- b. Tugas dan Tanggung Jawab Guru.
hidupan riil manusia akan lebih banyak meng-
1). Kompetensi Profesionalisme Guru.
hadapi berbagai persoalan yang berat, mem-
bosankan dan menimbulkan konflik, dari pada Guru merupakan suatu profesi, yang be-
kegiatan yang bebas dan menyenangkan. Ia ha- rarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian
rus menyesuaikan diri dengan dunia nyata, adat khusus sebagai guru, dan tidak dapat dilakukan
kebiasaan serta norma-norma dunia sekitarnya. oleh sembarang orang di luar bidang pendidi-
Oleh sebab itu siswa/atau anak-anak perlu sejak kan12. Utuk itu seorang guru harus mempun-
dini diperkenalkan dengan kenyataan yang ter- yai kompetensi dalam bidangnya. Kompetensi
jadi di dalam kehidupan. menurut Louise Moqvist adalah “competency has
Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah been defined in the light of actual circumstances re-
bukan hanya diarahkan utuk melanjutkan ke lating to the individual and work. Sementara itu,
jenjang yang lebih tinggi, tetapi harus diarahkan dari Trainning Agency sebagaimana disampai-
untuk membekali anak didik agar dapat sukses kan Len Holmes (1992) menyebutkan bahwa:
dalam menghadapi problema kehidupan yang “A competence is a description of something which
beraneka ragam. Jadi tujuan anak didik berseko- a person who works in a given occupational area
should be able to do. It is a description of an action,
11
S.Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses
Belajar dan Mengajar ( Jakarta:Bumi Aksara 2006),120 12
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, 15.
46| Elementary Vol. I Edisi 1 Januari 2015

behaviour or outcome which a person should be able masi secara fungsional; bergaul secara efektif
to demonstrate.”13 dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
Dari kedua pendapat di atas kita dapat kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan
menarik benang merah bahwa kompetensi bergaul secara santun dengan masyarakat seki-
pada dasarna merupakan apa yang seyogyanya tar.
dapat dilakukan (be able to do) seseorang dalam d) Kompetensi profesional merupakan ke-
suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan mampuan penguasaan materi pembelajaran se-
hasil yang seyogyanya dapat ditamplkan atau cara luas dan mendalam yang meliputi: konsep,
ditunjukkan. Agar dapat melakukan (be able to struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni
do) sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja se- yang menaungi/koheren dengan materi ajar;
seorang harus memiliki kemampuan (ability) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;
dalam bentuk pengetahuan (knowledge), sikap hubungan konsep antar mata pelajaran terkait;
(uttitude) dan keterampilan (skill) yang sesuai penerapan konsep-konsep keilmuan dalam ke-
dengan bidang pekerjaannya. hidupan sehari-hari; dan kompetisi secara pro-
Sementara itu, dalam perspektif kebi- fesional dalam konteks global dengan tetap me-
jakan pendidikan nasional, pemerintah telah lestarikan nilai dan budaya nasional.14
merumuskan empat jenis kompetensi guru se- 2). Guru Sebagai Suri Tauladan.
bagaimana tercantum dalam Penjelasan Per- Definisi yang kita kenal sehari-hari bah-
aturan Pemerintah No 14 Tahun 2005 tentang wa guru adalah orang yang harus digugu dan
Standar Nasional Pendidikan, Yaitu: ditiru, dalam arti bahwa guru adalah orang yang
a) Kompetensi pedagogik yaitu meru- mempunyai wibawa atau kharisma hingga perlu
pakan kemampuan dalam pengelolaan peserta untuk ditiru dan diteladani. Guru mempunyai
didik yang meliputi: pemahaman wawasan atau pengaruh terhadap perubahan prilaku siswa.
landasan kependidikan; pemahaman terhadap Pendidikan adalah usaha membimbing anak
peserta didik; pengembangan kurikulum/sila- ke arah kedewasaan sesuai dengan tujuan pen-
bus; perancangan pembelajaran; pelaksanaan didikan. Ada kalanya guru harus menunjukkan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis; eval- jalan, menyuruh anak, mengatakan kepada mer-
uasi hasil belajar; dan pengembangan peserta eka apa yang harus dilakukan dan bila perlu me-
didik untuk mengaktualisasikan berbagai po- larang mereka apabila melakukan sesuatu yang
tensi yang dimiliki. menyimpang dan merugikan.
b) Kompetensi kepribadiaan yaitu meru- Guru yang membiarkan anak didinya
pakan kemampuan kepribadian yang: mantap; melakukan apa yang mereka inginkan tanpa
stabil; dewasa; arif dan bijaksana; berwibawa; memberi bimbingan, justru akan mengakibat-
berakhlak mulia; menjadi teladan bagi peser- kan anak didiknya mengalami gangguan mental
ta didik dan masyarakat; mengevaluasi kin- karena tidak mempunyai pegangan yang tegas
erja sendiri; dan mengembangkan diri secara dalam hidupnya akibat kebebasan yang berlebi-
berkelanjutan. han, sehingga ia tidak tahu norma-norma yang
c) Kompetensi sosial yaitu merupakan menjadi ukuran tingkah laku mereka.
kemampuan pendidik sebagai bagian dari ma- Pelaksanaan pendidikan selama ini di-
syarakat untuk: berkomunikasi lisan dan tulisan; warnai dengan pendekatan swara negara (state
menggunakan teknologi komunikasi dan infor- driven). Dimasa yang akan datang hendaknya
pendidikan berorientasi pada aspirasi masyara-
13
Akhmad Sudrajat, “Lets talk About Education”,
dalam http//www.kompetensi Guru dan Peran Kepala
Sekolah.mht. (14 November 2008) 14
PP No. 14 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Indonesia.
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI INDONESIA | 47

kat. penddidikan harus mengenal siapa pelang- Budiningsih, Asri, Belajar danPembelajarn, Ja-
gannya, dan dari pengenalan ini pendidikan karta : Rineka Cipta, 2005
memahami aspirasi dan kebutuhannya (need as- B. Uno, Hamzah, Profesi Kependidikan, Prob-
sessment) stelah itu baru ditentukan sistem pen- lema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di
didikan, kurikulum yang tepatdan persyaratan Indonesia, Jakarta : Bumi Aksara, 2007.
bagi pengajaranya. Glover, Derek, Law, Sue, Improving Leraning,
Proffesional Practice in Seconday School,
C. KESIMPULAN Terj. Willie Koen, Jakarta : PT Grasin-
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpul- do, 2002.
kan : Mursell, J. Nasution, S, Mengajar dengan Sukses
1. Pendidikan sebagai suatu sitem pencer- (Succesfull Teaching), Jakarta : Bumi Ak-
dasan anak bangsa saat ini dihadapkan sara, 1995.
pada berbagai tantangan globalisasi. Nasution, S, Berbagai Pendekatan dalam Proses
2. Berbagai persoalan pembelajaran teru- Belajar dan Mengajar, Jakarta : Bumi
tama yang menyangkut metode pembe- Aksara 2006.
lajaran yang tepat bagi anak didik perlu Muchlas, Samani, Menggagas Pendidikan Ber-
dicari jalan tengah yang terbaik sebagai makna, Surabaya : SIC, 2007.
solusinya. Sudjana, Nana, Rivai, Ahmad, Tehnologi Penga-
3. Sejalan dengan tantangan kehidupan jaran, Bandung : Sinar Baru Algesindo,
global, peran dan tanggung jawab guru 2003.
pada masa yang akan datang akan se- Suryosubroto, Beberapa Aspek Dasar-dasar
makin kompleks, sehingga guru ditun- Kependidikan, Jakarta : Rineka Cipta,
tut untuk melakukan berbagai pening- 1998.
katan dan penyesuaian penguasaaan Sutrisno, Revolusi Pendidikan di Indonesia, mem-
kompetensinya. bedah Metode dan Tehnik Pendidikan
Berbasis Kompetensi, Yogjakarta : Ar-
DAFTAR PUSTAKA Ruuz , 2005.
Abu Hamid al-Ghazaly, Muhammmad bin Tillar, H.A.R, Standarisasi Pendidikan Nasional,
Muhammad, Mukhtasar Ihya’ Ulum al- Suatu Tinjuana Kritis, Jakarta : Rineka
Din, Jilid I, Beirut : Dar al-Fikr, 1993. Cipta, 2006.
Al-Abrashi, Muhammad Athiyah, al-Tarbiyah Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif
al-Islamiyah wa Falasifatuha, Beirut : Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta :
Dar al-Fikir, tt. Prestasi Pustaka, 2007.

Das könnte Ihnen auch gefallen