Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Abstract
Sarolangun Karst belongs to the Sarolangun Regency, preserving the cultural remains of the mesolithic
period, which has not been too concerned by environmental researchers, especially geoarchaeology.
This is the issue that covers general geological conditions. The purpose of this research is to mapping
the surface geology in general as an effort to present geological information related to archeological
site. The aim is to know the geomorphological, stratigraphic aspects of the archaeological sites. The
research method is done through literature review, survey, field data analysis and interpretation.
Environmental observations provide information on the landscape of the study area consisting of
terrestrial morphology units, weak wavy morphology, strong corrugated morphology units, and karst
morphology units. The rivers are dendritic and rectangular, along with the mature-old river, the Old
River, Periodic/Permanent River and the Episodic/Intermittent River. The rocks of prehistoric cave
compilers are limestones. The geologic structure is a fracture of the shear fault type. Exploration at
Sarolangun Karst has listed 6 cave sites. From the classification of petrology, litik tools made of jasper,
chert, basalt and andesite rocks. Rock as a raw material litik, found around caves in both the outcrop
and boulder. For obsidian sources are located in Bukit Hulu Simpang and Bukit Legal Tinggi.
Keyword: geology, holocene, mesolithic, closed sites, lithic materials.
Abstrak
Karst Sarolangun termasuk wilayah Kabupaten Sarolangun, menyimpan tinggalan budaya yang berasal
dari masa mesolitik, yang selama ini belum terlalu diperhatikan oleh peneliti lingkungan, khususnya
geoarkeologi. Hal inilah yang menjadi pokok permasalahan yang mencakup kondisi geologi secara
umum. Adapun maksud penelitian ini adalah melakukan pemetaan geologi permukaan secara umum
sebagai salah satu upaya menyajikan informasi geologi terkait dengan situs arkeologi. Tujuannya adalah
untuk mengetahui aspek-aspek geomorfologi, stratigrafi di situs-situs arkeologi. Metode penelitian
dilakukan melalui kajian pustaka, survei, analisis data lapangan dan interpretasi. Pengamatan
lingkungan memberikan informasi tentang bentang alam daerah penelitian yang terdiri dari satuan
morfologi dataran, satuan morfologi bergelombang lemah, satuan morfologi bergelombang kuat, dan
satuan morfologi karst. Sungainya berpola aliran dendritik dan rektangular, berstadia Sungai Dewasa-
Tua, Sungai Tua, Sungai Periodik/Permanen, dan Sungai Episodik/Intermittent. Batuan penyusun gua
prasejarah adalah batugamping. Struktur geologi berupa patahan dari jenis patahan geser. Eksplorasi di
Karst Sarolangun telah mendata 6 situs gua. Dari klasifikasi petrologi, alat-alat litik terbuat dari batuan
jasper, chert, basal dan andesit. Batuan sebagai bahan baku alat litik, banyak ditemukan di sekitar gua-
gua baik dalam bentuk singkapan maupun boulder. Untuk sumber obsidian terdapat di Bukit Hulu
Simpang dan Bukit Legal Tinggi.
Kata Kunci: geologi, holosen, mesolitik, situs tertutup, b ahan alat litik.
301; Vos, 1983). Koleksi fosil dari dataran terbakar dan pecah segar yang intensional.
tinggi Padang (yaitu Lida Ajer, Djambu dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional baru-
Sibrambang) berumur lebih tua dari Holosen baru ini bahkan berhasil menemukan gambar
(Dubois, 1908, pp. 1235–1270). Sebuah cadas untuk pertama kalinya di wilayah
incisor 1 dengan bagian lingual agak Sumatra (Simanjuntak, Saptomo, &
menembilang (semi-shoevel) serta molar Abdillah, 2009). Bukti-bukti arkeologis
kedua, diidentifikasi milik Homo sapiens. tersebut menunjukkan gua dan ceruk di
Berdasarkan pertanggalan Amino Acid Sumatra masih menyimpan misteri sekaligus
Racemization (AAR) himpunan fauna dari akan potensi temuan-temuan baru yang
Lida Ajer diperkirakan berasal dari 60-70 penting peranannya dalam rekonstruksi
ribu tahun yang lalu (Fauzi et al., 2015; Vos, kebudayaan nusantara, khususnya dari masa
Ostende, & Bergh, 2007, pp. 417–425). prasejarah (Fauzi et al., 2015).
Selain itu, dinyatakan bahwa himpunan Hasil penelitian penulis memberikan
fauna tersebut menunjukkan karakter gambaran tentang lokasi penelitian berupa,
lingkungan hutan hujan tropis berdasarkan morfologi yang khas dengan litologi yang
kemunculan fosil primata arboreal seperti mudah larut, dan penyaluran yang tidak
Pongo pygmaeus, Symphalangus teratur. Umumnya situs-situs gua
syndactylus dan Presbtis (Fauzi et al., 2015; mempunyai pintu yang umumnya rendah,
Vos et al., 2007, pp. 417–425). namun ruangannya lebar dan atapnya tinggi,
Bukti paling jelas adanya hunian gua lorong gua panjang dan tembus di kedua sisi
prasejarah di wilayah Sumatera berasal dari bukit. Wilayah penelitian yang mengalami
situs gua Tiangko Panjang (Jambi), gua Togi gangguan struktur geologi, namun
Ndrawa (Nias), dan gua Pandan (Sumatra dampaknya terhadap situs-situs gua, dari
Selatan) (Bronson & Asmar, 1975, pp. 128– segi ketinggian dari muka airlaut tidak
145; Simanjuntak, Forestier, Driwantoro, mengalami perubahan, sama seperti pada
Jatmiko, & Siregar, 2006, pp. 21–34). Pada saat batugamping tersebut muncul ke
gua-gua tersebut ditemukan sisa-sisa permukaan bumi. Namun akibat pergerakan
aktivitas manusia seperti artefak serpih dari batugamping ini, menyebabkan sebagian
batuan jenis obsidian dan rijang serta tulang besar pintu-pintu gua tersebut menjadi
vertebrata dengan jejak pemanfaatan seperti runtuh atau tertutup oleh blok-blok
Sumatera. Kegiatan tektonik di daerah ini masa lalu. Di Asia Tenggara, kehidupan di
menghasilkan struktur-struktur geologi gua (cave) atau ceruk (rock shelter)
seperti Sesar. Sesar/patahan (fault) yang mencapai puncaknya pada Kala Holosen
melalui daerah penelitian termasuk pada (Nurani, 2005, pp. 1–10). Survei di
jenis Sesar Geser (strike fault) (Billing, Kabupaten Sarolangung dilaksanakan di
1972), dengan indikasi primer berupa Kecamatan Limun, dan Tim Penelitian telah
Cermin Sesar (slickenside) yang teramati di berhasil mendata 22 lokasi Situs Tertutup
Bukit Bulan, (gua). Adapun hasil survei yang telah
Struktur geologi yang melintasi dilaksanakan di wilayah Karst Sarolangun
wilayah Sarolangun dan sekitarnya yang adalah sebagai berikut:
dapat diidentifikasi adalah
◆ Sesar geser (strike fault), berarah barat a. Gua Air Lului
laut – tenggara, yang teramati di Gua Air Lului merupakan tipe gua
wilayah Mersip, Maribung, Muara kaki bukit yang termasuk wilayah Dusun
Kutu, Sungai Batang Asai, Bukit Dalam, Desa Napal Melintang, Kecamatan
Tekalakanin, Dusun Bukit, Lubuk Mas Limun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi
dan Sungai Beduri. Jambi. Gua Air Lului terletak pada
◆ Sesar geser (strike fault) berarah, timur 2°39’30,5” Lintang Selatan dan
timurlaut – barat baratdaya, terlihat di 102°26’51,7” Bujur Timur, dengan
wilayah Bukit Bukok, Sungai Beduri, ketinggian 194 meter diatas permukaan
Maribung, Napal Melintang, dan Dusun airlaut, dengan arah hadap N220°E (Barat
Bukit. daya) (Intan, 2015).
Adanya pilar membuat Gua Air
2. Situs Gua Karts Sarolangun Lului mempunyai 3 pintu. Pintu-1 berukuran
Survei di Kabupaten Sarolangun lebar mulut gua 3,7 meter, tinggi mulut gua
dilakukan terhadap “Situs Tertutup” atau 4,5 meter, dan panjang kedalam 6,6 meter.
gua-gua yang mempunyai indikasi hunian Pintu-2 berukuran lebar mulut gua 1,7 meter,
Gambar cadas di Gua Sungai Lului (Fauzi et al., 2015). Terdapat cerita yang
terdiri atas 23 gambar berwarna hitam dan 1 dituangkan dalam gambar sebagai bahasa
gambar berwarna putih. Gambar cadas rupa. Hal ini tidak terlepas dari adanya
dengan figur antropomorfik, binatang (?), interaksi dari kondisi lingkungan,
dan motif geometris, terletak di dinding gua mewujudkan kehidupan yang bisa terjaga,
dengan ketinggian 0,9-2 meter di atas lestari dengan bahasa tanda simbolik
permukaan lantai gua, pada sebuah lorong (Mas’ud, 2015).
masuk gua yang penuh lukisan (Fauzi et al.,
2015). Gambar cadas berwarna hitam 4. Klasifikasi Petrologi Alat Litik
didominasi oleh oleh gambar garis-garis Salah satu hasil industri pendukung
dinamis, figur antropomorfik, reptil, hewan budaya gua-gua Karst Sarolangun, adalah
melata, sarang lebah, serta bentuk geometrik alat-alat litik. Alat-alat litik yang ditemukan
(lingkaran, bujur sangkar dan persegi tersebut, berdasarkan atas hasil klasifikasi
panjang) yang tidak (Fauzi, 2016). petrologi, ternyata mereka memilih batuan-
Gambar cadas di Gua Kerbau-1 batuan yang mempunyai sifat-sifat khusus
terdiri atas 1 gambar berwarna hitam dan 9 antara lain, struktur batuan yang kompak
lainnya yang berwarna putih. Gambar- (massive), sifat mudah terbelah
gambar tersebut terletak di langit-langit gua (breakability) yang baik, tidak mempunyai
dengan ketinggian 4 meter meter diatas pecahan (fracture), mempunyai kekerasan
permukaan lantai gua, berupa gambar (hardness) yang tinggi, kesamaan mineral
berwarna hitam menyerupai figur binatang (homogenity), dan beberapa sifat fisik lain
yang ditunggangi oleh manusia, yang yang mendukung (Intan, 2004, pp. 153–
diwarnai secara penuh (block) tanpa ada 256).
ruang kosong di tengahnya. Selain itu, Klasifikasi petrologi dilakukan
terdapat gambar bermotif antropomorfik dan terhadap semua alat-alat litik yang
geometris yang menggunakan pigmen putih ditemukan selama penelitian, yang bertujuan
biotit, dan piroksen. Sedangkan mineral Alat-alat litik dari obsidian yang hanya
tambahan adalah apatite, zircon, sphene, ditemukan di Gua Mesiu dan Ceruk
dan iron ore (Huang, 1962). Semedi, sedangkan di gua-gua lainnya
◆ Obsidian, berdasarkan klasifikasi tidak ditemukan. Lokasi sumber
petrologi adalah, obsidian termasuk obsidian di wilayah Sarolangun,
batuan beku, berwarna segar hitam ditemukan di sebelah barat dan barat
mengkilat dan lapuk berwarna hitam. laut dari situs-situs gua tersebut. Lokasi
Berstruktur kompak (massive), dengan obsidian yang dekat dari situs-situs
tekstur holohialin, gelas silika. Berat adalah Bukit Hulu Simpang dan Bukit
jenisnya 3,36-2,5 gram/cm3, dengan Legal Tinggi. Jarak terjauh dari situs ke
kekerasan 5-5,5 Skala Mohs. lokasi obsidian adalah 40 km (garis
Berdasarkan klasifikasi tempat lurus) dan jarak terdekat adalah 33 km
terbentuknya termasuk dalam batuan (garis lurus).
beku lelehan (volkanic rocks) yaitu
magma yang membeku secara tiba-tiba 5. Bentang Alam Karts Salorangun
dipermukaan bumi. Berdasarkan Kawasan kars adalah kawasan yang
klasifikasi atas dasar sifat kimia dan terdiri dari bentangalam yang secara khusus
komposisi mineral, termasuk pada terjadi pada batuan karbonat (batugamping
batuan beku asam yaitu mengandung dan dolomit) yang disebabkan oleh proses
silikat lebih besar dari 60%, kaya akan karstifikasi. Formasi batuan kawasan karst
unsur alkali dan miskin terhadap memiliki ciri morfologis yang berada di
kalsium/kapur dan mineral bawah permukaan bumi (endokars) maupun
ferromagnesian, umumnya berwarna yang berada di permukaan (eksokars).
muda atau terang. Obsidian terbentuk Bentukan morfologis endokarst dan
dari magma yang bersifat rhyolitis, eksokarst kawasan karst antara lain adalah
dasitis, mengandung air kurang dari 1%, bukit-bukit kerucut, lereng-lereng nyaris
bila kandungan airnya kira-kira 10% tegak (tower karst), danau, mata air, lorong-
maka disebut pitchstone (Huang, 1962). lorong sungai bawah tanah, luweng (dolina),
dan gua-gua (Nasruddin, 2016, pp. 1–16).
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2017). Sarolangun Dalam Angka. Jambi: Badan Pusat Statistik Kab.
Sarolangung.
Billing, M. P. (1972). Structural Geology. In New jersey. New Jersey: Inc. Englewood.
Bronson, B., & Asmar, T. (1975). Prehistoric Investigation at Tiangko Panjang Cave, Sumatra.
Asian Perspectives, 18(2), 128–145.
Desaunetes, J. R. (1977). Catalogue of Landforms for Indonesia": Examples of a Physiographic
Approach to Land Evaluation for Agricultural Development. Bogor: Trust Fund of
the Government of Indonesia Food and Agriculture Organization.
Desaunettes, J. R. (1977). Catalogue of landforms for Indonesia : examples of a physiographic
approach to land evaluation for agricultural development (unpublished). Bogor:
Trust Fund of the Government of Indonesia Food and Agriculture Organization.
Dubois, E. (1908). Das geologische alter der Kendeng-oder Trinil-Fauna. Aardijkskundig
Genot: Tijdschr. Van Het K. Ned.
Eriawati, Y. J. (1999). Adaptasi Penghuni Gua Prasejarah Leang Burung, Kabupaten Maros,
Provinsi Sulawesi Selatan. Universitas Indonesia.
Fauzi, M. R. (2016). Beberapa Hasil Awal Penelitian Arkeologi Di Kawasan Kars Bukit Bulan,
Sarolangun. Siddhayatra Jurnal Arkeologi, 21(1), 1–12.
Fauzi, M. R., Prasetyo, E. S., Andhifani, R. W., Ade, A. O. H. O., & Intan, M. F. S. (2015).
Laporan Penelitian Arkeologi: Survei Arkeologis Potensi Gua Di Provinsi Jambi