Sie sind auf Seite 1von 9

JOM Vol 2 No 1, Februari 2015

HUBUNGAN STRES DENGAN KUALITAS HIDUP


PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2

Mhd. Zainuddin1, Wasisto Utomo2, Herlina3

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau1


Departemen Keperawatan Komunitas Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau2
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau3

Email: zmhd17@gmail.com

Abstract

Diabetes mellitus is a diasease who will be happen on a life time. The changes in lifestyle, medication and treatment
who must be followed is a cause stress the patient type 2 diabetes mellitus. The aim of this research is to determine the
relationship between stress and quality of life in patient type 2 diabetes mellitus. The research method used a
descriptive correlation design with cross sectional approach. The research was conducted in the impatient unit Arifin
Achmad Pekanbaru hospital on 30 respondents who experienced type 2 diabetes mellitus using accidental sampling
technique based on the inclusion criteria. Research instrument used a questionnaire was adoption based Depression
Anxiety Stress Scale to measure level of stress and WHOQOL-BREEF to measure quality of life. The analysis used
univariate and bivariate analysis using Kolmogorov-Smirnov. The result showed that there is a relationship between
stress and quality of life in patient type 2 diabetes mellitus with degree ρ = 0,024 < α = 0,05. This research concluded
that there is a relationship between stress and quality of life in type 2 diabetes mellitus. Based on the result of this
research, it is expected for nurse give provide nursing care and stress management for patient with type 2 diabetes
mellitus to minimize the stress level, because the severe stress level can also decreased quality of life and aggravate the
patient illness especially diabetes mellitus.

Keywords: Type 2 diabetes mellitus, stress, quality of life

PENDAHULUAN Indonesia kini telah menduduki


Diabetes mellitus merupakan salah satu rangking keempat jumlah penderita diabetes
penyakit kronis yang menyebabkan tingginya terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan
angka morbiditas dan mortalitas. Penyakit India. Berdasarkan data dari Badan Pusat
tersebut termasuk dalam gangguan Statistik (BPS) jumlah penderita diabetes pada
metabolisme yang mempengaruhi produksi tahun 2003 sebanyak 13,7 juta orang dan
energi di dalam sel. Diabetes mellitus ditandai berdasarkan pola pertumbuhan penduduk
dengan hilangnya toleransi karbohidrat yang diperkirakan pada tahun 2030 akan ada 20,1
menyebabkan peningkatan kadar glukosa juta penyandang diabetes. Begitu pula menurut
dalam darah atau hiperglikemia (Price & World Health Organizaition (WHO)
Wilson, 2006). memprediksi kenaikan penyandang diabetes di
Berdasarkan laporan statistik Indonesia pada tahun 2030 akan mencapai
International Diabetes Federation (IDF) saat sekitar 21,3 juta jiwa (Pusat Data dan Informasi
ini sudah ada sekitar 230 juta penderita PERSI, 2011).
diabetes dengan angka kejadian naik 3 % atau 7 Data yang diperoleh dari Dinas
juta orang setiap tahun. American Diabetes Kesehatan Provinsi Riau (2012), menunjukkan
Association (ADA) melaporkan bahwa setiap bahwa angka kejadian penderita DM di
21 detik ada satu orang yang terkena diabetes. Pekanbaru berubah dan cenderung meningkat.
Diperkirakan jumlahnya akan mencapai 350 Pada tahun 2010 terdapat 1.957 penderita DM
juta pada tahun 2025, lebih dari setengahnya dan 2011 terdapat 2.724 penderita DM di
berada di Asia, terutama di India, Cina, wilayah Kota Pekanbaru sedangkan jumlah
Pakistan dan Indonesia (Tandra, 2014). penderita DM pada tahun 2012 khusus RSUD
Arifin Achmad Provinsi Riau terdapat 189

890
pasien rawat inap dan 534 pasien rawat jalan hidup yang rendah serta problem psikologis
dan pada tahun 2013 jumlah penderita DM dapat memperburuk gangguan metabolik, baik
untuk rawat inap mencapai 199 orang dan secara langsung melalui stres hormonal
rawat jalan 566 orang (Medikal Record RSUD ataupun secara tidak langsung melalui
Arifin Achmad Pekanbaru, 2013). komplikasi (Mandagi, 2010).
Secara umum diabetes mellitus terbagi Kualitas hidup juga merupakan salah
dalam 2 kategori yaitu diabetes tipe 1 dan tipe satu faktor penting yang dapat mempengaruhi
2. Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang kondisi kesehatan seseorang. Kualitas hidup
bergantung pada insulin (IDDM), dimana yang buruk akan semakin memperburuk
jumlah penderitanya sekitar 5% sampai 10%, kondisi suatu penyakit, begitu pula sebaliknya,
dan yang terbesar adalah diabetes mellitus tipe suatu penyakit dapat menyebabkan terjadinya
2 adalah diabetes yang tidak bergantung pada penurunan kualitas hidup seseorang, terutama
insulin (NIDDM), jumlah penderitanya penyakit-penyakit kronis yang sangat sulit
mencapai 90% sampai 95% dari seluruh kasus disembuhkan salah satunya seperti diabetes
diabetes di seluruh dunia (Smeltzer & Bare, mellitus. Telah banyak penelitian yang
2000). menyatakan bahwa hidup dengan diabetes
Diabetes melittus tipe 2 adalah diabetes mempunyai pengaruh negatif terhadap kualitas
resisten insulin, pada penderita diabetes tipe 2 hidup penderita walaupun dengan tanpa
pankreas masih bisa membuat insulin, tetapi komplikasi. Sebuah studi atau populasi
kualitasnya buruk. Banyak penderita tidak melaporkan bahwa depresi dan stres umum
menyadari bahwa mereka telah mengidap terjadi pada seseorang dengan diabetes serta
diabetes, karena gejalanya memang perlahan membutuhkan penanganan yang tepat karena
sehingga tidak dirasakan. Penderita biasanya menimbulkan kerusakan yang berat terhadap
baru menyadari setelah mereka mengalami kualitas hidup (Kurniawan, 2008).
berbagai komplikasi dan didiagnosis oleh Kualitas hidup sangat penting untuk
dokter mengalami diabetes (Tandra, 2014). mendapatkan perhatian serius, karena kualitas
Berbagai reaksi muncul setelah hidup ini merupakan sesuatu hal yang
penderita tahu bahwa mereka mengidap berhubungan erat dengan morbiditas dan
diabetes, mulai dari perasaan takut, cemas, mortalitas, hal yang bertanggung jawab
stres, depresi, marah bahkan sampai terhadap kondisi kesehatan seseorang, berat
memberontak (Tandra, 2007). Penderita ringannya penyakit, lama penyembuhan bahkan
diabetes mellitus memiliki tingkat stres dan sampai dapat memperparah kondisi penyakit
kecemasan yang tinggi, yang berkaitan dengan hingga kematian apabila seseorang tersebut
treatment yang harus dijalani dan terjadinya memiliki kualitas hidup yang kurang baik.
komplikasi serius. Stres yang dialami penderita Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
berkaitan dengan treatment yang harus dijalani untuk mengetahui hubungan hubungan stres
seperti diet atau pengaturan makan, kontrol dengan kualitas hidup penderita diabetes
gula darah, konsumsi obat, olahraga dan lain- mellitus tipe 2.
lain yang harus dilakukan sepanjang hidupnya.
Selain itu, risiko komplikasi penyakit yang METODOLOGI PENELITIAN
dapat dialami penderita juga akan Metode penelitian ini menggunakan desain
meningkatkan stres pada penderita (Shahab, deskriftif korelasi dengan pendekatan Cross
2006). Sectional. Penelitian ini dilakukan di ruang
Hidup dengan diabetes menyebabkan rawat inap Arifin Achmad Provinsi Riau yang
stres, hal ini akan menimbulkan efek pada dilaksanakan dari bulan Agustus 2014 sampai
kualitas hidup (Shahab, 2006). Pada penderita Januari 2015. Populasi dalam penelitian ini
diabetes kualitas hidup merupakan tujuan adalah seluruh penderita DM tipe 2 yang
utama perawatan, sebisa mungkin kualitas menjalani rawat inap di RSUD Arifin Achmad
hidup yang baik harus dipertahankan pada dan memenuhi kriteria inklusi, yaitu pasien
penderita diabetes mellitus, karena kualitas diabetes mellitus yang dirawat inap dan

891
bersedia menjadi responden yang dipilih - PT 3 10
dengan teknik accidental sampling sebanyak Jumlah 30 100
30 orang. 4 Pekerjaan
- Ibu rumah tangga 14 46,7
Sebelum pengumpulan data dimulai - Wiraswasta 10 33,3
peneliti meminta calon responden mengisi - PNS 2 6,7
lembar persetujuan responden. Alat pengumpul - Petani 4 13,3
data dalam penelitian ini menggunakan Jumlah 30 100
kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu
data demografi, kuesioner Depression Anxiety Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dilihat
Stress Scale untuk menilai tingkat stres dan gambaran karakteristik responden, dimana
kuisioner WHOQOL-BREFF untuk menilai sebagian besar responden berjenis kelamin
kualitas hidup. Data yang sudah dikumpulkan perempuan yaitu sebanyak 16 orang (53,3%)
diolah dan dianalisa menggunakan software dengan distribusi kelompok umur terbanyak
komputer. Analisa yang digunakan berupa antara umur 40-65 tahun yaitu sebanyak 19,
analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat orang (63,3%), mayoritas responden
digunakan untuk melihat distribusi frekuensi berpendidikan SD yaitu sebanyak 15 orang
setiap variabel dan analisa bivariat untuk (50%), dan berdasarkan pekerjaan terbanyak
melihat hubungan antara variabel. adalah ibu rumah tangga yaitu 14 orang
(46,7%).
HASIL PENELITIAN
Hasil digunakan untuk mendapatkan data Tabel 2
mengenai karakteristik penderita diabetes Distribusi frekuensi responden berdasarkan
mellitus tipe 2, meliputi jenis kelamin, umur, tingkat stres (n=30)
Tingkat Stres Frekuensi %
pendidikan, pekerjaan, tingkat stres serta Normal 4 13,3
keadaan kualitas hidup penderita diabetes Ringan 6 20
mellitus tipe 2, serta menganalisa hubungan Sedang 7 23,3
Berat 11 36,7
antara stres dengan kualitas hidup penderita Sangat Berat 2 6,7
diabetes mellitus tipe 2. Adapun hasil Jumlah 30 100
penelitian yang dilakukan terhadap 30 orang
responden penderita diabetes tipe 2 di RSUD Tabel 2 diatas menunjukkan tingkat
Arifin Achmad Pekanbaru didapatkan hasil stres yang dialami responden, dimana dapat
univariat dan bivariat sebagai berikut: dilihat bahwa dari 30 orang responden
1. Analisa Univariat penderita diabetes mellitus tipe 2 yang diteliti
mayoritas responden mengalami stres berat,
Tabel 1` yaitu sebanyak 11 orang (36,7%).
Gambaran karakteristik demografi
responden berdasarkan jenis kelamin, Tabel 3
umur, pendidikan dan pekerjaan di RSUD Distribusi frekuensi responden berdasarkan
Arifin Achmad Pekanbaru kualitas hidup (n=30)
No Karakteristik Frekuensi % Kualitas Hidup Frekuensi %
1 Jenis Kelamin Baik 14 46,7
Kurang Baik 16 53,3
- Laki-laki 14 46,7 Jumlah 30 100
- Perempuan 16 53,3
Jumlah 30 100
2 Umur Tabel 3 menggambarkan keadaan
- 21-39 Tahun 9 30 kualitas hidup responden, dimana dari 30 orang
- 40-65 Tahun 19 60,3 responden penderita diabetes mellitus tipe 2
- > 65 Tahun 2 6,7 yang diteliti sebagian besar memiliki kualitas
Jumlah 30 100
hidup yang kurang baik, yaitu sebanyak 16
3 Pendidikan
- SD 15 50 orang (53,3%).
- SLTP 7 23,3 2. Analisa Bivariat
- SLTA 5 16,7

892
Tabel 4 (premenstrual syndrome), pasca menopause
Hubungan stres dengan kualitas hidup yang membuat distribusi lemak-lemak
penderita diabetes mellitus tipe 2 tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat
Tingkat Stres
Kualitas Hidup
Total
ρ proses hormonal tersebut. Perubahan
Baik Kurang Baik value hormonal yang terjadi pada perempuan
f % f % f % yaitu dimana telah terjadi penurunan
Normal 4 100 0 0 4 100 hormon estrogen dan progesteron akibat
Ringan 4 66,7 2 33,3 6 100 menopause. Estrogen pada dasarnya
0,024
Sedang 4 57,1 3 42,9 7 100
berfungsi untuk menjaga keseimbangan
1
Berat 2 18,2 9 81,8
1
100 kadar gula darah dan meningkatkan
Sangat Berat 0 0 2 100 2 100 penyimpanan lemak, serta progesteron yang
Total 14 46,7 16 53,3 3 100
0 berfungsi menormalkan kadar gula darah
Berdasarkan tabel 4 diatas hasil analisa dan membantu menggunakan lemak
hubungan stres dengan kualitas hidup penderita sebagai energi (Taylor, 2008).
diabetes mellitus tipe 2 dapat dilihat bahwa dari Distribusi responden menurut umur,
30 orang responden yang diteliti, responden yang terbanyak adalah pada kelompok
dalam keadaan normal seluruhnya memiliki umur 40-65 tahun yaitu sebanyak 19 orang
kualitas hidup baik yaitu sebanyak 4 orang (63,3%). Peningkatan kejadian diabetes
(100%), responden dengan stres ringan yang mellitus sangat erat kaitannya dengan
memiliki kualitas hidup kurang baik sebanyak peningkatan usia, karena lebih dari 50%
orang 2 orang (33,3%), responden dengan stres diabetes mellitus tipe 2 terjadi pada
sedang memiliki kualitas hidup kurang baik kelompok umur lebih dari 40 tahun.
sebanyak 3 orang (42,9%), responden dengan Sunjaya (2009), dalam riset yang
stres berat mayoritas kualitas hidupnya kurang dilakukannya menemukan bahwa kelompok
baik yaitu sebanyak 9 orang (81,8%), dan umur yang paling banyak menderita
responden dengan stres sangat berat seluruhnya diabetes mellitus adalah kelompok umur
memiliki kualitas hidup yang kurang baik yaitu 45-52 tahun (47,5%). Peningkatan diabetes
sebanyak 2 orang (100%). resiko diabetes seiring dengan umur,
Berdasarkan hasil uji statistik khususnya pada usia lebih dari 40 tahun,
Kolmogorov-Smirnov, diperoleh nilai ρ value disebabkan karena pada usia tersebut mulai
sebesar 0,024 < α (0,05). Artinya terdapat terjadi peningkatan intoleransi glukosa.
hubungan antara stres dengan kualitas hidup Adanya proses penuaan menyebabkan
penderita diabetes mellitus tipe 2 di RSUD berkurangnya kemampuan sel beta
Arifin Achmad Pekanbaru. pankreas dalam memproduksi insulin
(Sunjaya, 2009). Selain itu pada individu
PEMBAHASAN yang berusia lebih tua terdapat penurunan
1. Karakteristik Responden aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar
Hasil penelitian yang dilakukan 35%. Hal ini berhubungan dengan
terhadap 30 orang responden penderita peningkatan kadar lemak di otot sebesar
diabetes mellitus di RSUD Arifin Achmad 30% dan memicu terjadinya resistensi
Pekanbaru, diperoleh hasil penderita insulin.
diabetes mellitus berdasarkan jenis kelamin Secara umum distribusi responden
yang menderita diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan pendidikan terbanyak adalah
adalah perempuan, yaitu sebanyak 16 orang SD yaitu sebanyak 15 orang (50%). Hasil
(53,3%). Menurut Irawan (2010) diabetes tersebut menunjukkan bahwa mayoritas
mellitus tipe 2 pada perempuan lebih tinggi responden masih berlatarbelakang
dari pada laki-laki. Perempuan lebih pendidikan rendah, hal ini tentu saja akan
beresiko mengidap diabetes, karena secara berpengaruh terhadap rendahnya
fisik perempuan memiliki peluang pengetahuan responden. Notoadmojo
peningkatan indeks masa tubuh yang lebih (2007), menyatakan bahwa faktor
besar. Sindroma siklus bulanan

893
pendidikan mendukung pengetahuan responden mengalami stres karena
seseorang tentang sesuatu hal, sebab mengidap diabetes mellitus, dimana
dengan pendidikan seseorang dapat lebih sebagian besar berada pada keadaan stres
mengetahui sesuatu hal tersebut. berat, yaitu sebanyak 11 orang (36,7%).
Tingkat pengetahuan yang rendah Stres merupakan ketidakmampuan
akan dapat mempengaruhi pola makan yang seseorang mengatasi ancaman yang
salah sehingga menyebabkan kegemukan. dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan
Diperkirakan sebesar 80-85% penderita spiritual, yang pada suatu saat dapat
diabetes mellitus tipe 2 mengalami mempengaruhi kesehatan fisik seseorang
kegemukan. Hal ini terjadi karena tingginya tersebut. Hidup dengan diabetes mellitus
asupan karbohidrat dan rendahnya asupan secara tidak langsung akan menjadi sumber
serat. Kurangnya pengetahuan masyarakat stressor tersendiri bagi penderitanya.
tentang diabetes melitus, mengakibatkan Penderita diabetes mellitus memiliki tingkat
masyarakat baru sadar terkena penyakit stres dan kecemasan yang tinggi, karena
diabetes melitus setelah mengalami sakit akan merubah kebiasaan dan pola hidup
parah (Qurratuaeni, 2009). seseorang, mengikuti treatment yang harus
Jenis pekerjaan responden dijalani dan kemungkinan munculnya
terbanyak adalah ibu rumah tangga yaitu komplikasi serius. Stres yang dialami
sebanyak 14 orang (46,7%). Jenis pekerjaan penderita berkaitan dengan treatment yang
juga erat kaitannya dengan kejadian harus dijalani seperti diet atau pengaturan
diabetes mellitus. Pekerjaan seseorang makan, kontrol gula darah, konsumsi obat,
mempengaruhi tingkat aktivitas fisiknya. olahraga dan lain-lain yang harus dilakukan
Aktivitas fisik yang dilakukan oleh ibu sepanjang hidupnya. Selain itu, risiko
rumah tangga kemungkinan besar lebih komplikasi penyakit yang dapat dialami
sedikit dibanding orang yang memiliki penderita juga akan meningkatkan stres
aktifitas pekerjaan diluar rumah. Menurut pada penderita (Shahab, 2006).
Black dan Hawks (2005), bahwa aktifitas Stres yang terjadi pada penderita
dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan diabetes mellitus dapat meningkatkan kadar
memiliki efek langsung terhadap penurunan gula darah melalui penigkatan stimulus
kadar glukosa darah. simpatodermal. Stres juga dapat
Aktifitas fisik mengakibatkan meningkatkan selera makan dan membuat
insulin semakin meningkat sehingga kadar penderita sangat lapar, khusunya pada
gula dalam darah akan berkurang. Jika makanan yang kaya karbohidrat dan lemak,
insulin tidak mencukupi untuk mengubah sehingga stres dapat menjadi musuh yang
glukosa menjadi energi maka akan timbul paling berbahaya bagi penderita diabetes
diabetes mellitus. Menurut Soegondo mellitus karena dapat menyebabkan gula
(2009), pekerjaan sebagai ibu rumah tangga darah menjadi tidak terkontrol (Widodo,
termasuk dalam aktivitas ringan. Sejalan 2012). Hal ini sejalan dengan yang
dengan penelitian yang dilakukan oleh disampaikan Nugroho (2010) dalam
Sunjaya (2009), bahwa orang yang aktivitas penelitiannya yang menyatakan bahwa
fisiknya ringan memiliki risiko 4,36 kali terdapat hubungan yang sangat signifikan
lebih besar untuk menderita diabetes antara stres dengan kadar gula darah,
mellitus tipe 2 dibandingkan dengan orang semakin tinggi tingkat stres seseorang maka
yang memiliki aktivitas yang sedang dan akan semakin buruk kadar gula darah orang
berat. tersebut.

2. Stres 3. Kualitas Hidup


Berdasarkan hasil penelitian yang Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan terhadap 30 orang responden dilakukan terhadap 30 orang responden
didapatkan hasil bahwa mayoritas didapatkan hasil bahwa sebagian besar

894
responden memiliki kualitas hidup yang 0,024, dimana ρ value < α (0,05), sehingga
kurang baik, yaitu sebanyak 16 orang dapat disimpulkan bahwa terdapat
(53,3%). Kualitas hidup digambarkan hubungan antara stres dengan kualitas
sebagai suatu persepsi atau pandangan hidup penderita diabetes mellitus tipe 2 di
subjektif dari penderita diabetes mellitus RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
tipe 2 terhadap kepuasan dan penerimaan Kecenderungan stres yang dialami
kondisi dirinya. Kualitas hidup merupakan responden mayoritas adalah stress berat,
suatu konsep yang berhubungan dengan dimana dari 30 orang responden 11 orang
kesejahteraan penderita baik dari segi fisik, (36,7%) diantaranya dalam keadaan stres
psikologis, sosial, maupun lingkungan. berat. Begitu pula dengan kecenderungan
Kualitas hidup sangat penting untuk penderita diabetes mellitus tipe 2
mendapatkan perhatian serius, karena mengalami penurunan kualitas hidup, dapat
kualitas hidup ini merupakan sesuatu hal dilihat bahwa dari 30 orang responden
yang berhubungan erat dengan morbiditas sebagian besar memiliki kualitas hidup
dan mortalitas, hal yang bertanggung jawab yang kurang baik yaitu sebanyak 16 orang
terhadap kondisi kesehatan seseorang, berat (53,3%).
ringannya penyakit, lama penyembuhan Stres bisa memiliki konsekuensi
bahkan sampai dapat memperparah kondisi secara fisik, emosional, intelektual, sosial
penyakit hingga kematian apabila seseorang dan spiritual. Biasanya akibat tercampur
tersebut memiliki kualitas hidup yang aduk, karena akibat yang ditimbulkan oleh
kurang baik. stres mempengaruhi keseluruhan individu.
Menurut Noerhayati (2014) kualitas Secara fisik, stres dapat mengancam
hidup kurang baik yang dialami oleh homeostasis fisiologis individu. Secara
penderita diabetes mellitus tipe 2 emosional stres dapat mengakibatkan
disebabkan karena persepsi penderita perasaan negatif atau konstruktif terhadap
terhadap penyakit yang dideritanya tidak diri. Secara intelektual stres dapat
mengalami peningkatan dalam hal mempengaruhi persepsi dan kemampuan
kesembuhannya. Penderita memiliki memecahkan masalah. Secara sosial, stres
perasaan negatif seperti rasa putus asa, dapat mengubah hubungan seseorang
marah, malu, dan merasa sudah tidak peduli dengan orang lain. Secara spiritual, stres
terhadap peningkatan kesehatannya dapat mempengaruhi nilai dan kepercayaan
sehingga akan mempengaruhi kualitas individu (Kozier, 2004). Secara umum
hidup yang dimiliki penderita. Seperti yang dapat disimpulkan bahwa kondisi stress
dinyatakan oleh Yusra (2011) bahwa akan menimbulkan dampak baik
penyakit diabetes mellitus tipe 2 dapat intrapersonal maupun interpersonal. Stres
meningkatkan risiko pasien untuk dapat mengubah pandangan dan persepsi
mengalami ketidakmampuan baik secara seseorang akan arti hidup, tujuan hidup,
fisik, psikologis, dan sosial akibat keluhan - kepuasan hidup dan dampak terhadap
keluhan yang dialami. Gejala - gejala yang kualitas hidup.
dirasakan mengakibatkan keterbatasan baik Stres pada penderita diabetes
dari segi fisik, psikologis maupun sosial. mellitus dapat muncul akibat stresor-stresor
Gangguan fungsi tersebut dapat berdampak yang terus menerus dihadapi oleh penderita
terhadap kualitas hidup pasien. itu sendiri, baik karena perubahan pola
hidup, medikasi, treatment, komplikasi
4. Hubungan Stres dengan Kualitas Hidup maupun keadaan lingkungan dan dukungan
Hasil analisa hubungan stres dengan yang kurang terhadap penderita diabetes
kualitas hidup penderita diabetes mellitus mellitus. Penelitian Vitaliano et al (2006)
tipe 2 di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dalam Kusumadewi (2011) menunjukkan
dengan menggunakan uji Kolmogorov- bahwa stresor harian yang dialami
Smirnov menunjukkan nilai ρ value sebesar penderita diabetes mellitus dapat

895
menyebabkan peningkatan gula darah dan darah tidak terkontrol. Semakin tinggi
mengurangi kesejahteraan psikologis dalam tingkat stres seseorang maka akan semakin
jangka pendek dan menghasilkan simptom buruk kadar gula darahnya. Hal ini
fisik, sehingga stresor harian dapat dikarenakan tingkat stres yang tinggi akan
menghasilkan stres dan memperburuk memengaruhi kadar gula darah dan
kesehatan fisik dan psikologis. Selain metabolisme insulin, melalui pelepasan
stresor harian, faktor kepribadian juga hormon stres atau kortisol. Sementara
berpengaruh cukup besar tingginya tingkat diabetes dapat memicu stres kronis.
stres dan kualitas hidup individu dengan Tingkat stres yang dialami oleh
diabetes melitus. Faktor kepribadian dapat penderita diabetes mellitus diakibatkan oleh
memperburuk kualitas hidup, terlepas dari adanya perubahan-perubahan dalam dirinya
penderitaan yang diakibatkan penyakit fisik yang bersifat fisik maupun psikologis. Stres
dan jumlah komplikasi yang muncul. Dari yang disertai oleh sikap-sikap emosional
penelitian tersebut ditemukan bahwa pasien lainnya berdampak pada dipatuhi atau tidak
yang lebih optimis terhadap masa depan dipatuhinya penatalaksanaan pengobatan
dan mempunyai efikasi diri yang tinggi, diabetes oleh penderita diabetes. Semakin
dilaporkan memiliki kualitas hidup yang tinggi stres, maka semakin banyak pula
lebih baik, meskipun pada pasien tersebut permasalahan-permasalahan emosional
menderita penyakit sekunder. Seseorang yang dialami oleh penderita diabetes
yang optimis memiliki motivasi dan mellitus, dimana kondisi ini berhubungan
keinginan untuk mengambil bagian dalam dengan melemahnya ketaatan penderita
proses terapi. Motivasi dan keinginan untuk diabetes dalam mematuhi penatalaksanaan
berpartisipasi dalam terapi merupakan pengobatan diabetes mellitus, sehingga
fondasi penting dalam melakukan kadar gula darahnya akan cenderung
manajemen diri yang baik dan meningkat, yang selanjutnya akan
menghasilkan kadar gula darah yang berdampak terhadap penurunan kualitas
optimal karena kualitas hidup pada individu hidup seseorang.
dengan diabetes dipengaruhi oleh
pengaturan kadar gula darah (Kusumadewi, KESIMPULAN
2011). Hasil penelitian tentang hubungan stress
Munculnya gejala yang diakibatkan dengan kualitas hidup penderita diabetes
oleh kadar gula yang tidak terkontrol ini mellitus tipe 2 terhadap 30 rang reponden
dapat mengganggu aktivitas individu didaptkan hasil responden terbanyak adalah
sehari-hari dan menurunkan fungsi individu responden yang berjenis kelamin perempuan,
secara keseluruhan baik fungsi fisik, dengan distribusi kelompok umur terbanyak
psikologis dan sosial. Seseorang dengan antara umur 40-65 tahun, mayoritas responden
diabetes akan merasa energinya berkurang berpendidikan SD dan berdasarkan pekerjaan
sehingga mudah lelah dalam melakukan terbanyak adalah ibu rumah tangga.
aktivitas sehari-hari, dan menyebabkan Dari 30 orang responden yang diteliti 11
aktivitas fisik serta peran dan tanggung orang (36,7%) diantaranya dalam keadaan stres
jawabnya menjadi berkurang. Selain fungsi berat, dan yang memiliki kualitas hidup yang
fisik yang terganggu, perasaan cemas dan kurang baik ada sebanyak 16 orang (53,3%)
mudah tersinggung juga menimbulkan dari keseluruhan responden yang diteliti..
keterbatasan dalam aktivitas sosial. Hal-hal Berdasarkan hasil uji Kolmogorov - Smirnov
tersebut menyebabkan individu merasa untuk menilai hubungan stres dengan kualitas
kurang sejahtera dan mengurangi kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2 di
hidup. RSUD Arifin Achmad Pekanbaru diperoleh
Hal ini sejalan dengan peneltian hasil p value = 0,024, dimana p value < α
Nugroho (2010) yang menyatakan bahwa (0,05), artinya Ho ditolak, sehingga dapat
kondisi stres menyebabkan kadar gula ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan

896
antara stres dengan kualitas hidup penderita content/uploads/2014/03/Peran-Stresor-
diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Arifin Harian-Optimisme-Dan-Regulasi-Diri-
Achmad Pekanbaru. Terhadap-Kualitas-Hidup-Individu-
Berdasarkan hasil penelitian ini Dengan-Diabetes-Melitus-Tipe-2.pdf
disarankan kepada pihak rumah sakit Mandagi, A. M. (2010). Faktor yang
memberikan pelayanan asuhan keperawatan berhubungan dengan status kualitas
dan manajemen stres bagi penderita diabetes hidup penderita diabetes mellitus (studi di
mellitus, sehingga masalah-masalah psikososial Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan
seperti stres yang dapat menyebabkan Kota Surabaya). Diperoleh tanggal 20
penurunan kualitas hidup pada penderita September 2013 dari
diabetes mellitus tipe 2 dapat diminimalkan, http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/41
agar penderita diabetes mellitus tetap memiliki 93836343_abs.pdf
hidup yang berkualitas. Mardiati, R., Joewana, S. (2004). The world
health organization; quality of life
1 (whoqol)-breff Who 2004. Terjemahan..
Mhd. Zainuddin: Mahasiswa Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Dieproleh tanggal 22 November 2014
Indonesia. dari
2 http://www.who.int/subtance_abuse/resea
Wasisto Utomo: Dosen Bidang Keilmuan
Keperawatan Medikal Bedah Program Studi rch_tools_whoqol.pdf
Ilmu Keperawatan Universitas Riau, RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. (2013).
Indonesia. Jumlah penderita diabetes mellitus tahun
3 2012 dan 2013.
Herlina: Dosen Keilmuan Bidang
Keperawatan Komunitas Program Studi Ilmu Notoadmojo, S. (2007). Pendidikan dan
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia. Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta,
Jakarta
DAFTAR PUSTAKA Nugroho, S. A. (2010). Hubungan tingkat stres
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2005). Medical dengan kadar gula darah pada pasien
surgical nursing: Clinical Managemen diabetes mellitus di wilayah kerja
for positive outcomes. (7th). Philadelphia: Puskesmas Sukoharjo I Kabupaten
Elsevier Sauders Sukoharjo. Diperoleh tanggal 25 januari
Irawan, D. (2010). Prevalensi dan Faktor dari http://publikasiilmiah.ums.ac.id
Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Pdpersi. (16 september 2011). RI rangking
di Daerah Urban Indonesia (Analisa keempat jumlah penderita diabetes
Data Sekunder Riskesdas 2007) terbanyak dunia. Diperoleh tanggal 7 juli
Kozier, B., Erb, G., Berman & Snder. (2004). 2014 dari
Fundamental keperawatan: Konsep, http://www.pdpersi.co.id/content/news
proses & praktek, Edisi 7. Jakarta: EGC Price, A. S., & Wilson M. L. (2006).
Kurniawan , Y. (2008). Kualitas hidup Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penderita diabetes mellitus di rumah sakit penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U.
umum daerah cianjur. Vol 10 No. Penerbit. Jakarta: EGC
XIII. Diperoleh tanggal 18 juli 2014 Qurratuaeni. (2009). Faktor-faktor yang
dari berhubungan dengan terkendalinya kadar
http://download.portalgaruda.org/article= gula darah pada pasien diabetes mellitus
139603&val=5728 di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
Kusumadewi, M. D. (2011). Peran stresor Fatmawati Jakarta. Diperoleh Tanggal 2
harian, optimisme dan regulasi diri Februari 2015 dari
terhadap kualitas hidup individu dengan http://repository.uinjkt.ac.id
diabetes melitus tipe 2. Diperoleh tanggal Shahab, A. (2006). Buku ajar ilmu penyakit
31 Januari 2015 dari http//: dalam. Jilid 3. Edisi IV. Jakarta:
http://psikologi.uin-malang.ac.id/wp- Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

897
Smleltzer,. Suzzane C,. Brenda G Bare. (2000).
Buku ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8 Vol 8.
Jakarta: EGC
Soegondo, S. (2009). Panduan
penatalaksanaan diabetes mellitus bagi
dokter dan edukator diabetes:
penatalaksanaan diabetes mellitus
terpadu. Jakarta: Balai Pustaka FKUI
Sunjaya, I. N. (2009). Pola Konsumsi Makanan
Tradisional Bali sebagai Faktor Risiko
Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan.
Jurnal Skala Husada, 6 (1), 22–27.
Tandra, H. (2007). Segala sesuatu yang harus
anda ketahui tentang diabetes. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama
Tandra, H. (2014). Strategi mengalahkan
komlpikasi diabetes dari kepala sampai
kaki. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Taylor, C (2008). Gula darah dan menopause-
kenali tanda awal ketidakseimbangan
menopause. Diperoleh tanggal 20 Januari
2015 dari http://ezinearticles.com
Widodo, A. (2012). Stress pada penderita
diabetes mellitus tipe – 2 dalam
melaksanakan program dietdi klinik
penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi
semarang. Diperoleh tanggal 15 Agustus
2014 dari
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id
Yusra, A. (2011). Hubungan antara dukungan
keluarga dengan kualitas hidup pasien
diabetes mellitus tipe 2 di poliklinik
penyakit Dalam Rumah Sakit Umum
Pusat Fatmawati Jakarta. Dieperoleh
tanggal 19 Desember 2013 dari
http://lib.ui.ac.id?file?file=digital/20280

898

Das könnte Ihnen auch gefallen