Sie sind auf Seite 1von 8

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

VOLUME 12 No. 03 September l 2009 Halaman 140 - 147


Herkutanto, dkk.: Hambatan dan Harapan Sistem ...
Artikel Penelitian

HAMBATAN DAN HARAPAN SISTEM KREDENSIAL DOKTER:


STUDI KUALITATIF DI EMPAT RUMAH SAKIT INDONESIA
OBSTACLES AND EXPECTATION OF PHISICIAN CREDENTIALING SYSTEM:
A QUALITATIVE STUDY IN FOUR INDONESIAN HOSPITALS

Herkutanto1, Astrid Pratidina Susilo2


1
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ SMF Forensik
Klinik/Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
2
Departemen Pendidikan Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, Samarinda

ABSTRACT Hasil: Hambatan terwujudnya sistem kredensial ideal adalah


Background : The accountability of the physicians serving in mispersepsi bahwa kredensial identik dengan proses
health care is a crucial factor to establish the patient safety. penerimaan dokter sebagai karyawan rumah sakit. Harapan
The credentialing system, a process to grant clinical privilege, partisipan tercermin dari kebutuhan proses monitoring,
aims to ensure the accountability. Credentialing processes vary hubungan baik tim kredensial dengan pihak manajemen,
in different Indonesian Institutions, and frequently are standardisasi aturan dan instrumen kredensial, adanya tim
inadequately performed. Information about obstacles and kredensial yang obyektif, dan hubungan baik antar sejawat.
expectations on current credentialing process is needed to Kesimpulan: Indonesia membutuhkan sistem kredensial yang
design a strategy to develop credentialing system. dapat menjamin keselamatan pasien. Harapan partisipan sejalan
Methods: A qualitative study using Focus Group Discussions dengan elemen-elemen sistem kredensial yang
(FGD) were conducted in four hospitals in Indonesia with direkomendasikan, yaitu yang berdasar pada konsep
different characteristics. Every FGD was attended by 10-20 profesionalisme.
participants, consisted of physicians and hospital management.
The results of the FGDs were analyzed with qualitative Kata kunci : sistem kredensial dokter, profesionalisme,
approach. keselamatan pasien
Results: The obstacles of the establishment of ideal credential
system rooted in the inappropriate perception that credential is PENGANTAR
the same as physicians recruitment as hospital employees.
The expectations of the participants are the needs of monitoring
“You medical people will have more lives to answer
process, sound relationship between credential team and for in the other world than even we generals.”
hospital management, standardization of policy and credential (Napoleon Bonaparte)
instruments, existence of objective credential team, and good
relationships among colleagues.
Conclusions: Indonesia needs a credentialing system that is
Salah satu tonggak keselamatan pasien adalah
able to establish the patient safety. The expectations of akuntabilitas sumber daya manusia yang terlibat
participants are in line with the recommended credential dalam layanan kesehatan. Dokter, perawat, atau
system, which is based on the concept of professionalism. tenaga kesehatan lainnya dituntut untuk memiliki
Keywords: physicians credentialing system, professionalism,
kompetensi yang adekuat.1,2 Berpijak pada prinsip
patient safety dasar gerakan keselamatan pasien untuk ‘non
blaming culture’ atau budaya tidak menyalahkan,2,3,4
ABSTRAK jaminan kompetensi yang adekuat inipun berbasis
Latar Belakang: Salah satu tonggak keselamatan pasien pada pendekatan sistem. Oleh karena itu, dalam
adalah akuntabilitas dokter yang terlibat dalam layanan tataran makro (sistem layanan kesehatan nasional),
kesehatan. Akuntabilitas ini dijamin melalui proses kredensial,
yaitu suatu proses untuk memberikan kewenangan klinis atas dibutuhkan suatu sistem yang dapat
suatu tindakan medis. Proses kredensial di berbagai institusi di mengakomodasi kebutuhan jaminan kompetensi
Indonesia masih bervariasi dan belum adekuat. Untuk menyusun tersebut. Jaminan kompetensi ini telah diatur dalam
strategi pengembangan sistem kredensial, dibutuhkan informasi Keputusan Menteri Kesehatan RS No. 631/
tentang hambatan dan harapan atas sistem kredensial.
Metode: Studi kualitatif dengan diskusi kelompok terfokus MENKES/SK/IV/2005 tentang Peraturan Internal Staf
(Focus Group Discussion – FGD) dilaksanakan di empat rumah Medis (Medical Staff Bylaws), dimana ditetapkan
sakit Indonesia dengan karakteristik berbeda-beda. Tiap FGD bahwa subkomite kredensial komite medis di rumah
dihadiri oleh 10-20 partisipan yang terdiri dari dokter dan sakit bertugas mengatur masalah kewenangan klinis
manajemen rumah sakit. Hasil FGD dianalisis berdasarkan
prinsip-prinsip analisis data kualitatif. (clinical privilege) setiap dokter yang bekerja di
rumah sakit tersebut. 5

140 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 12, No. 3 September 2009
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Terdapat hubungan yang bermakna antara kredensial bervariasi di berbagai institusi.8 Kondisi
jumlah klaim terhadap dokter dan rumah sakit yang ini yang menyebabkan proses kredensial yang
terkait dengan kelalaian tindakan medik dokter. Dari dilakukan oleh komite medik di Indonesia saat ini
98.609 kejadian yang tak diharapkan yang terjadi di masih belum adekuat.
rumah sakit di New York tahun 1984 ternyata 27.179 Di masa mendatang di Indonesia, kredensial
di antaranya merupakan kelalaian medis.6 Leape yang mengarah kepada pemberian kewenangan
dkk7 melakukan penelitian lebih rinci terhadap tipe klinis yang lebih rinci (“delineation of clinical
kesalahan medis. Dari 1.133 pasien yang cedera privilege”). Pada proses kredensial dengan sistem
akibat tindakan medis, komplikasi medikamentosa “delineation of clinical privilege” tersebut, kompetensi
adalah bentuk yang tersering dijumpai (19%) dokter untuk setiap jenis tindakan medis disebuah
dibandingkan dengan komplikasi teknis (13%). rumah sakit lebih terkendali. Dengan demikian,
Kelalaian akibat pembedahan tercatat lebih sedikit keselamatan pasien akan lebih terjamin atas setiap
(17%) dibandingkan tindakan non-bedah (37%). jenis tindakan medis yang dilakukan oleh dokter.
Proporsi kelalaian di bidang diagnostik cukup tinggi Dengan terjaminnya keselamatan pasien atas
(75%), sedangkan di bidang terapeutik, proporsi tindakan medis yang dilakukan dokter tentu akan
kelalaian prosedur non-invasif adalah 77%. Untuk menurunkan jumlah klaim pasien terhadap dokter
mencegah terjadinya potensi klaim akibat tindakan dan rumah sakit.
medis, setiap rumah sakit harus mengembangkan Untuk menyusun strategi pengembangan sistem
strategi sistem kredensial yang adekuat.7 kredensial yang dapat memberikan jaminan
Proses kredensial adalah proses untuk akuntabilitas, dibutuhkan informasi tentang kondisi
memberikan kewenangan klinis (clinical privilege) yang ada saat ini. Oleh karena itu, suatu proses
bagi tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan penggalian kebutuhan dilaksanakan di empat rumah
klinis tertentu. Kewenangan ini diberikan oleh sakit Indonesia menjawab rumusan masalah berikut:
institusi kesehatan setelah mendapat rekomendasi 1) Bagaimana proses kredensial dokter yang ada di
dari mitra bestari. Dalam proses ini, jika seorang lapangan saat ini?, 2) Bagaimana harapan atas
dokter atau tenaga kesehatan dianggap memiliki sistem kredensial dokter di rumah sakit di masa
kompetensi tertentu, ia akan mendapat penugasan mendatang?
klinis (clinical appointment) dari Badan Pengampu
(Governing Board) rumah sakit yang dapat saja BAHAN DAN CARA PENELITIAN
didelegasikan kepada Direktur Rumah Sakit.1,8 Untuk menjawab rumusan masalah di atas,
Setiap kewenangan klinis tertentu yang dimiliki suatu studi kualitatif dengan diskusi kelompok
seorang dokter harus ditinjau secara berkala, sesuai terfokus (Focus Group Discussion – FGD)
dengan perkembangan kompetensi si dokter atau dilaksanakan di empat rumah sakit di Indonesia.
tenaga kesehatan tersebut.1 Metode ini dipilih karena diharapkan dapat
Beberapa literatur memaparkan bahwa proses memberikan informasi naratif yang diperkaya dengan
kredensial merupakan sistem yang terintegrasi interaksi antar partisipan.12,13
dalam layanan kesehatan di berbagai negara. Di Sesuai dengan prinsip studi kualitatif yang
USA, proses kredensial telah menjadi standar di mementingkan maximum diversity,12 rumah sakit
setiap rumah sakit. 1 Sebuah publikasi yang dipilih memiliki karakteristik yang berbeda-
mendeskripsikan proses kredensial untuk dokter beda. Rumah Sakit 1 (RS1) adalah rumah sakit
spesialis anak.9 Sebuah Fakultas Kedokteran Gigi pemerintah tipe A. Rumah Sakit 2 (RS2) adalah
di USA bahkan mengimplementasikan sistem rumah sakit swasta tipe B berbasis agama. Rumah
kredensial untuk menjamin kompetensi staf Sakit 3 (RS3) adalah rumah sakit khusus yang
pengajar.10 melayani satu jenis spesialisasi, sedangkan Rumah
Sama seperti negara lain, Indonesia Sakit 4 (RS4) adalah rumah sakit khusus yang
membutuhkan proses kredensial untuk menjamin membutuhkan layanan terpadu multispesialisasi.
akuntabilitas tenaga kesehatan. Proses ini adalah Keempat rumah sakit berlokasi di ibukota provinsi
bentuk tanggung jawab institusi kesehatan terhadap di Pulau Jawa dan berperan sebagai rumah sakit
masyarakat atas kepercayaan yang diberikan untuk pendidikan. Rumah Sakit 2 (RS2) hanya menjadi
menjaga keselamatan pasien.11 Walaupun istilah pusat pendidikan keperawatan saja, bukan
kredensial sendiri bukan hal yang baru dalam sistem kedokteran.
layanan kesehatan Indonesia, namun gambaran Setiap FGD dilaksanakan dalam forum
implementasi proses dan pencapaian tujuan pertemuan Komite Medis di tiap-tiap rumah sakit

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 12, No. 3 September 2009 l 141
Herkutanto, dkk.: Hambatan dan Harapan Sistem ...

dan tiap FGD dihadiri oleh 10-20 partisipan yang dokter dengan kualifikasi tertentu serta untuk
terdiri dari dokter dan pihak manajemen rumah sakit. menjamin keselamatan pasien.
Focus Group Discussion (FGD) ini dilaksanakan Persepsi bahwa proses kredensial adalah
selama satu jam, dipimpin oleh seorang moderator proses penerimaan karyawan melandasi bagaimana
dan didampingi oleh seorang sekretaris. Partisipan prosedur kredensial saat ini. Dokter kandidat yang
melakukan diskusi atas beberapa pertanyaan yang dikredensial diminta menyerahkan lamaran dan
dilemparkan oleh moderator. Pertanyaan disusun dokumen penyerta seperti ijazah, transkrip
oleh para penulis, dimodifikasi sesuai kondisi rumah akademis, dan surat rekomendasi. Selanjutnya
sakit, serta direvisi berdasarkan hasil FGD rumah kandidat akan menjalani wawancara serta beberapa
sakit sebelumnya, tanpa mengubah topik-topik tes tambahan seperti tes kesehatan dan tes
utama (Tabel 1). psikologi. Pelaksana kredensial bisa Tim Kredensial
Komite Medis, panitia kredensial atau kelompok
Tabel 1. Daftar Pertanyaan Focus Group Discussion sejenis yang ditunjuk Direksi. Proses ini bervariasi
1 Hal-hal apa yang menurut pengalaman sejawat di keempat rumah sakit dan terdapat perbedaan
telah Anda ketahui tentang proses kredensial pelaksana dan tes yang diterapkan. Namun ide
selama menjalankan profesi?
2 Bagaimanakah proses kredensial yang seharusnya dasarnya sama yaitu seleksi karyawan. Prinsipnya,
menurut pendapat sejawat? proses kredensial yang ada saat ini mencoba
3 Bagaimana pendapat sejawat tentang proses memotret pengetahuan, sikap, karakter,
kredensial di Rumah Sakit Anda
a. Apakah telah cukup ideal? keterampilan, dan profesionalisme kandidat.
b. Hambatan-hambatan apa yang dijumpai? Hasil proses kredensial adalah rekomendasi
c. Hal-hal yang bisa dikembangkan? kepada Direksi tentang kelayakan dokter.
Berdasarkan rekomendasi ini, Direksi akan
Tidak semua FGD direkam secara elektronik karena
mengeluarkan Surat Keputusan pengangkatan
tidak semua partisipan berkenan. Seluruh FGD
kandidat sebagai dokter karyawan. Pada kasus saat
dituangkan dalam notulensi terperinci. Notulensi FGD
kandidat melamar sebagai dokter tamu, maka yang
dianalisis berdasarkan prinsip-prinsip analisis data
bersangkutan mendapat surat ijin merawat di rumah
kualitatif.14 Analisis dilakukan oleh tiap-tiap penulis,
sakit.
kemudian didiskusikan sampai kesepakatan
Partisipan FGD berpendapat bahwa proses ini
tercapai. Pada akhir FGD atau pada pertemuan
belum ideal, karena sering kali ditemukan false
berikutnya, hasil analisis FGD dipresentasikan
positive. Dokter yang di awal nampak “baik-baik
kepada partisipan. Partisipan diberi kesempatan
saja”, seiring dengan berjalannya waktu mulai
bertanya dan melakukan klarifikasi. Prosedur yang
menunjukkan sikap-sikap yang bermasalah. Rumah
disebut member checking ini bertujuan meyakinkan
sakit kesulitan untuk memutuskan hubungan kerja
bahwa interpretasi penulis sesuai dengan informasi
dokter yang telah berstatus karyawan tetap karena
yang disampaikan oleh partisipan. Pada studi
dibatasi oleh UU Tenaga Kerja atau karena rasa
kualitatif, prosedur ini bermanfaat untuk
segan (ewuh pakewuh – bahasa Jawa) antar kolega.
meningkatkan kualitas studi.12
Partisipan FGD melihat masalah ini timbul karena
Sebelum FGD dilaksanakan, para partisipan
proses kredensial saat ini hanya memotret kandidat
diberi informasi bahwa hasil FGD akan
pada satu titik waktu.
dipublikasikan untuk kepentingan advokasi
pengembangan sistem kredensial di Indonesia, dan
Harapan Sistem Kredensial di Masa Datang
diminta persetujuan. Nama partisipan dirahasiakan.
Partisipan keempat FGD sepakat bahwa suatu
Partisipan memahami bahwa FGD ini dilakukan
sistem kredensial yang baik akan menjamin kualitas
bukan sebagai studi ilmiah, namun sebagai
layanan rumah sakit terhadap pasien. Partisipan juga
penggalian kebutuhan untuk pengembangan proses
sepakat bahwa proses kredensial belum ideal.
kredensial di rumah sakit masing-masing.
Harapan partisipan tercermin dari kebutuhan yang
tercetus dalam FGD, yaitu kebutuhan proses
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
monitoring, hubungan baik tim kredensial dengan
Proses Kredensial Saat Ini
pihak manajemen, standardisasi aturan dan
Pada keempat FGD, persepsi dominan adalah
instrumen kredensial, serta kebutuhan tim
bahwa kredensial identik dengan proses penerimaan
kredensial yang ideal. Selain itu, partisipan juga
dokter sebagai karyawan rumah sakit. Beberapa
menggarisbawahi bahwa hubungan baik antar kolega
partisipan memiliki pendapat lain, bahwa tujuan
sangat penting untuk dijaga.
proses kredensial dokter adalah untuk mencari

142 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 12, No. 3 September 2009
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Kebutuhan monitoring lahir dari keterbatasan “Kalau ada hubungan senioritas, hubungan
proses kredensial yang hanya memotret kandidat kerja, atau sering menggantikan praktik,
kayaknya kurang pas....” [dr Y, RS2]
pada satu titik waktu. Salah satu usul adalah
diterapkannya periode uji coba bagi kandidat. Dalam Terakhir, FGD juga menunjukkan bahwa sistem
periode ini kompetensi kandidat diobservasi dan kredensial seharusnya tidak menjadi sumber konflik
disupervisi saat bekerja di lapangan. Usul lain adalah antar dokter, misalnya karena perebutan lahan antar
pemanfaatan data rekam medis sebagai bahan spesialisasi. Proses kredensial diharapkan dapat
evaluasi track record dokter di rumah sakit. Salah menjaga hubungan baik antar sejawat. Kompetisi
seorang partisipan FGD RS3 mengusulkan proses yang muncul diharapkan bersifat positif, yaitu untuk
rekredensial. Kewenangan klinis tidak diberikan meningkatkan mutu dokter. Proses kredensial dapat
seumur hidup, namun disesuaikan dengan menjadi sarana untuk legitimasi kompetensi seorang
kompetensi dan kondisi fisik dokter. dokter yang telah memiliki kewenangan klinis. Selain
Kebutuhan hubungan baik tim kredensial dengan itu, peserta FGD RS1 juga berharap agar kredensial
pihak manajemen muncul sebagai salah satu tidak kontradiktif dengan proses yang dilakukan oleh
harapan perbaikan sistem kredensial. Pada FGD di kolegium.
RS1 dan RS2, hubungan baik ini tercermin salah
satunya dalam bentuk umpan-balik atas Tabel 2. Rangkuman Topik Hasil Analisis FGD
rekomendasi Tim Kredensial kepada Direksi. Tim Empat Rumah Sakit
Kredensial ingin tahu apakah dokter yang 1 Proses kredensial saat ini
direkomendasikan pada akhirnya diterima di rumah 1.1. Tujuan
sakit atau tidak. a. Penerimaan karyawan
b. Keselamatan pasien
“Kita hanya melakukan pertemuan pertama 1.2 Prosedur
dengan calon karyawan, tetapi kita tidak Melalui dokumen aplikasi, wawancara, tes untuk
mendapat evaluasinya.” [dr X, RS2] memotret pengetahuan, sikap, karakter,
keterampilan, dan profesionalisme
Partisipan melihat umpan-balik sebagai salah 1.3 Pelaksana
Tim/panitia kredensial
satu motivasi bagi anggota tim kredensial, supaya 1.4 Keluaran kredensial
proses ini tidak dipersepsi sebagai formalitas belaka. Rekomendasi kepada Direksi , diikuti SK
Partisipan juga mengharapkan kewenangan lebih penerimaan karyawan
untuk memutuskan diterima atau tidaknya seorang Proses kredensial saat ini dianggap tidak ideal
karena banyak false positive
dokter, sebagai bentuk kepercayaan Direksi. Focus 2 Harapan sistem kredensial masa datang
Group Discussion (FGD) RS3 melihat hubungan baik 2.1. Kebutuhan monitoring
dapat dibangun melalui kesepakatan wewenang dan a. Periode uji coba
b. Analisis track record dokter melalui data rekam
kedudukan tim kredensial dalam rumah sakit. medis
Kebutuhan standardisasi aturan dan instrumen c. Proses rekredensial
kredensial merupakan usaha untuk mengurangi 2.2 Kebutuhan hubungan baik dengan pihak
manajemen
subjektivitas kolega pada proses kredensial. Aturan
a. Umpan balik manajemen atas rekomendasi
dan instrumen dikembangkan sesuai kebutuhan lokal dari tim kredensial
rumah sakit, dan divalidasi oleh komite medis. Pada b. Kesepakatan atas kewenangan dan
FGD di RS1, seorang partisipan yang menyebutkan kedudukan tim kredensial di rumah sakit
2.3 Kebutuhan standardisasi aturan dan instrumen
bahwa proses kredensial menghasilkan kewenangan a. Mengurangi subyektivitas
klinis. Panitia kredensial membuat suatu kebijakan b. Kebijakan atau petunjuk dibuat oleh mitra
atau petunjuk berdasarkan rekomendasi mitra bestari
2.4 Kebutuhan tim ideal
bestari. Tiap tahap proses kredensial diberi batas a. Anggota Komite Medis atau dokter tamu
waktu. Sanksi dapat diterapkan jika batas waktu b. Bijak, berpengaruh, netral
terlewati. c. Menghindari budaya ewuh pakewuh
2.5 Kebutuhan hubungan baik antar sejawat
Selanjutnya, kebutuhan tim ideal untuk proses
kredensial digambarkan sebagai tim yang solid,
sungguh-sungguh bekerja, dan netral. Anggota tim PEMBAHASAN
berasal dari komite medis maupun dokter tamu. Tujuan utama pembentukan komite medis
Mereka adalah orang-orang bijak dan berpengaruh adalah menjaga profesionalisme para tenaga medis
dari setiap spesialisasi. Partisipan juga berharap di sebuah rumah sakit. Dengan dijaminnya
supaya budaya segan (ewuh pakewuh – bahasa profesionalisme tenaga medis maka keselamatan
Jawa) tidak menghambat proses kredensial. dan harkat martabat pasien di rumah sakit akan

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 12, No. 3 September 2009 l 143
Herkutanto, dkk.: Hambatan dan Harapan Sistem ...

senantiasa terjaga dengan baik. Dua komponen Model kredensial ini bertumpu pada tiga proses
utama profesionalisme kedokteran yang harus inti. Pertama, praktisi medis melakukan aplikasi
senantiasa dijaga rumah sakit adalah masalah clinical pivilege dengan metode self assessment.
perilaku (conduct) dan kompetensi tenaga medis.15,16 Kedua, mitra bestari mengkaji dan memberikan
Rumah sakit berkewajiban menjaga kedua persetujuan aplikasi berdasarkan buku putih (white
komponen utama profesionalisme kedokteran paper) yang memuat syarat seorang dokter
tersebut melalui komite medis, bahkan memiliki melakukan tindakan medis tertentu. Ketiga, rumah
tanggung jawab hukum atas akibat tidak sakit menerbitkan clinical appointment berdasarkan
diterapkannya profesionalisme (non-delegable duty). rekomendasi dari mitra bestari. Secara periodik,
Sayangnya, komite medis pada kebanyakan dokter akan melalui proses rekredensial, di mana
rumah sakit di Indonesia belum melaksanakan tugas tiga proses inti tersebut akan berulang. Selain itu,
untuk menjaga kedua komponen utama jika seorang dokter dianggap akan membahayakan
profesionalisme tenaga medis dengan baik. Komite keselamatan pasien, clinical privilegenya dapat
medis masih dipersepsikan sebagai kelompok yang ditangguhkan (suspension of clinical privilege)
berfungsi untuk menjaga kepentingan (ekonomis) sebagian atau seluruhnya, sehingga dokter yang
para dokter di rumah sakit.11 Fungsi kredensial, bersangkutan tidak diperkenankan melakukan
peningkatan mutu profesi, dan penjagaan disiplin tindakan medis di rumah sakit tersebut.8
profesi belum terlaksana dengan baik karena konsep Mungkin saja ada pendapat yang
profesionalisme belum diimplementasikan oleh mempertanyakan kewenangan rumah sakit dalam
komite medis. mengatur dokter dalam melakukan tindakan medis
Upaya utama untuk melindungi keselamatan di rumah sakit tersebut. Dokter yang memiliki surat
pasien adalah rumah sakit menjamin kompetensi tanda registrasi (STR) dari Konsil Kedokteran
setiap dokter yang melakukan tindakan medis melalui Indonesia (KKI) memang berwenang untuk
mekanisme kredensial. Dengan kurang berfungsinya melakukan tindakan medis di wilayah Indonesia
komite medis, tentu ingin diketahui hal apa sajakah sesuai dengan ijazah spesialisnya yang diterbitkan
yang dapat menghambat proses kredensial yang oleh kolegium. Namun demikian, KKI dan Kolegium
baik di rumah sakit. Penelitian ini telah menunjukkan tidak dapat digugat atau dituntut oleh pihak pasien
bahwa proses kredensial belum seperti yang bila ternyata seorang dokter tidak kompeten
diharapkan karena adanya mispersepsi dari para melakukan tindakan medis tertentu, sehingga
dokter. Namun demikian, perbaikan terhadap proses menimbulkan kecederaan. Selain dokter tersebut,
kredensial di rumah sakit sangat memungkinkan rumah sakit juga bertanggung jawab terhadap dokter
dilakukan karena para dokter masih memiliki yang tidak kompeten (non-delegable duty). Rumah
kebutuhan untuk perbaikan dan telah memiliki sakit berkewajiban melindungi pasien dari dokter
pemikiran yang sejalan dengan elemen-elemen yang tidak kompeten dengan menerapkan
proses kredensial yang ideal. mekanisme kredensial. Konsep kredensial rumah
sakit model ini (delineation of clinical privileges)
Mispersepsi Dokter tentang Konsep Kredensial diikuti di dunia internasional dalam akreditasi rumah
dan Kebutuhan Masa Mendatang di Indonesia sakit oleh Joint Commission International (JCI). 17
Dalam penelitian ini nampak bahwa akar Model kredensial ini dapat dilihat pada Gambar
mispersepsi proses kredensial adalah tumpang- 1, sementara Tabel 3 membandingkan mispersepsi
tindih proses kredensial dengan proses penerimaan dan rekomendasi model.
karyawan. Persepsi dominan ini melandasi seluruh Model kredensial di atas banyak diterapkan di
proses kredensial yang ada saat ini. Selama ini, berbagai negara karena merupakan bentuk klasik
kredensial bukan menjadi prosedur untuk menjamin konsep professionalisme yang didasarkan pada
profesionalisme dokter, tetapi berperan sebagai kontrak sosial.18 Konsep kontrak sosial ini berawal
bagian proses seleksi karyawan rumah sakit. dari daratan Eropa sekitar lebih dari 150 tahun yang
Studi ini juga menunjukkan bahwa dokter lalu, dan tetap bertahan hingga saat ini yang di
berpendapat bahwa proses kredensial yang ada banyak negara dituangkan dalam bentuk Undang-
sekarang belum ideal. Untuk menjawab kebutuhan Undang Praktik Kedokteran (medical practice act).
Indonesia, kami merekomendasikan suatu model Dalam kontrak sosial tersebut, kelompok profesi
yang: (1) menjawab tujuan keselamatan pasien, (2) dokter terikat untuk memproteksi masyarakat
sesuai dengan konsep profesionalisme, (3) telah dengan melakukan penapisan (kredensial) terhadap
dicoba di berbagai negara dengan hasil yang baik.1 dokter yang akan menjalankan praktik dalam

144 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 12, No. 3 September 2009
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Gambar 1. Tiga proses inti kredensial

Tabel 3. Mispersepsi Sistem Kredensial dan masyarakat terhindar dari praktisi medis yang tidak
Rekomendasi Masa Depan
profesional. 19
Mispersepsi Rekomendasi Model kredensial di atas sangat dimungkinkan
Tujuan Seleksi karyawan Keselamatan Pasien
Prosedur Telaah dokumen Self assessment atas untuk diterapkan pada berbagai rumah sakit di
aplikasi, wawancara, clinical privilege dan Indonesia. Pada awalnya profesi medis Indonesia
dan tes atas dokter approval dari Mitra memang belum mengenal konsep profesionalisme
pelamar Bestari
Standar White Paper
dengan model kontrak sosial karena pemerintahan
Pelaksana Tim kredensial Mitra Bestari Kolonial Belanda tidak memperkenalkan hal tersebut
Keluaran SK penerimaan Clinical Appointment di Hindia Belanda pada masa lampau. 20 Namun saat
karyawan
ini, dasar utama untuk menerapkan model kredensial
tersebut telah terdapat di Indonesia karena konsep
masyarakat. Sebaliknya, kelompok profesi dokter profesionalisme dengan model kontrak sosial di atas
memperoleh hak istimewa (privilege) untuk telah mulai diterapkan di dunia kedokteran Indonesia
melakukan praktik kedokteran dengan mekanisme sejak tahun 2004. 21,22 Penerapan konsep
perizinan. Perizinan ini dilaksanakan oleh suatu profesionalisme dengan model kontrak sosial saat
lembaga yang dibentuk oleh UU (statutory body) di Indonesia ini telah dilakukan oleh KKI dan Majelis
yang biasanya disebut sebagai medical council atau Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.20, 21, 22, 23
medical board.19 Mereka yang tidak mempunyai izin
praktik dilarang melakukan praktik kedokteran Adanya Pemikiran Dokter yang Sejalan dengan
dengan ancaman pidana. Dokter yang telah memiliki Elemen-Elemen Sistem Kredensial yang Ideal
izin praktik (clinical privilege) akan menikmati Walaupun ada mispersepsi atas proses
manfaat ekonomis dalam bentuk honorarium dari kredensial, studi ini juga menunjukkan bahwa
pasien. Namun demikian, bila dokter itu melakukan harapan para dokter sebenarnya sejalan dengan
pelanggaran standar profesi (professional elemen-elemen sistem kredensial yang
misconduct) maka izin praktik tersebut dapat direkomendasikan oleh penulis seperti terangkum
ditangguhkan (suspension of clinical privilege) agar dalam Tabel 4.

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 12, No. 3 September 2009 l 145
Herkutanto, dkk.: Hambatan dan Harapan Sistem ...

Tabel 4. Sistem Kredensial: Harapan dan Bentuk Ideal 2. Wachter RM. Understanding Patient Safety.
Mekanisme Kredensial McGraw Hills, USA, 2008.
Harapan dokter Bentuk Ideal 3. WHO. World Alliance For Patient Safety.
Kebutuhan monitoring Proses rekredensial dan
audit medis
Forward Programme 2008-2009. World Health
Kebutuhan hubungan baik Clinical Appointment dan Organization, Geneva, 2008.
dengan pihak manajemen Clinical Privilege 4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kebutuhan standardisasi Clinical Privilege Forms, Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah
aturan dan instrumen White Papers
Kebutuhan tim ideal Mitra Bestari Sakit (Patient Safety). Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, 2006.
Dengan demikian, perbaikan terhadap proses 5. Keputusan Menteri Kesehatan Rumah Sakit No.
kredensial di rumah sakit sangat memungkinkan 631/MENKES/SK/IV/2005 tentang Peraturan
dilakukan karena para dokter masih memiliki Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws).
kebutuhan untuk perbaikan dan telah memiliki Jakarta. 2005.
pemikiran yang sejalan dengan elemen-elemen 6. Localio AR, Lawthers AG, Brennan TA, Laird
proses kredensial yang ideal. NM, Hebert LE, Peterson LM, et al. Relation
Between Malpractice Claims and Adverse
Keterbatasan Studi Events Due to Negligence. Results of the Harvard
Keterbatasan dalam studi ini adalah: 1) Keempat Medical Practice Study III. N Engl J Med.
rumah sakit ini berlokasi di ibu kota provinsi yang 1991;25(Juli):245-51.
berada di Pulau Jawa. Gambaran proses kredensial 7. Leape LL, Brennan TA, Laird N, Lawthers AG,
di lokasi-lokasi lain, misalnya di rumah sakit Localio AR, Barnes BA, et al. The Nature of
kabupaten atau di rumah sakit di luar Pulau Jawa Adverse Events in Hospitalized Patients.
perlu digali. Results of the Harvard Medical Practice Study
Sebagai suatu studi kualitatif, temuan ini II. N Engl J Med. 1991;7:324(6)Feb:377-84.
menyumbang informasi untuk menyusun strategi 8. Herkutanto. Credential and Clinical Privileges,
pengembangan sistem kredensial di Indonesia. The Way to Patient Safety. Presentasi pada
Untuk menguji penerapan model dengan konteks Kongres Nasional PERSI, Jakarta, 2008.
layanan kesehatan di Indonesia, dibutuhkan suatu 9. O’Connor, ME, Commitee on Hospital Care.
studi eksperimental atau evaluasi lebih lanjut. Medical Staff Appointment and Delineation of
Pediatric Privileges in Hospitals. Pediatrics,
KESIMPULAN DAN SARAN 2002; 110:414-8.
Studi ini menunjukkan tiga hal utama yaitu : 1) 10. Valenza JA, George LA, O’Neil PN. A Model for
Proses kredensial dokter di rumah sakit Indonesia Clinical Credentialing of Dental School Faculty,
sering dicampuradukkan dengan proses penerimaan Journal of Dental Education, 2005; 69:8.
karyawan. 2) Pada dasarnya dokter memiliki 11. Herkutanto. Profil Komite Medis di Indonesia
kebutuhan perbaikan sistem kredensial. 3) Harapan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Dokter selaras dengan model kredensial yang Kinerjanya dalam Menjamin Keselamatan
mengarah kepada “delineation of clinical privilege”. Pasien. Jurnal Manajemen Pelayanan
Model ini bertonggak pada proses segitiga kredensial Kesehatan, 2009; 2(1) Maret: 41-7.
yang terdiri dari clinical privilege, white paper, dan peer 12. Berg BL. Qualitative Research Methods for the
group, dengan keluaran berupa clinical appointment. Social Sciences. Pearson Education, Boston,
4) Sistem kredensial dokter di rumah sakit dengan 2004.
menggunakan model “delineation of clinical privilege” 13. Wong LP. Focus Group Discussion: A Tool for
sangat memungkinkan untuk diterapkan karena Health and Medical Research. Singapore Med J,
berbagai elemen yang diperlukan telah terdapat dalam 2008;49(3):256.
profesi medis di Indonesia saat ini. 14. Lacey A, Luff D. Qualitative Research Analysis.
Trent RDSU, Sheffield, 2007.
KEPUSTAKAAN 15. Browne K, Freeling P. The Doctor-Patient
1. The Joint Commission on Accreditation of Relationship. E&S Livingstone Ltd., Edinburgh,
Healthcare Organization. Credentialing, 1967.
Privileging, Competency, and Peer Review. Joint 16. Tahka V. The Patient Doctor Relationship. ADIS
Commission Resources, Illinois, 2003. Health Science Press, Sydney, 1984.

146 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 12, No. 3 September 2009
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

17. Joint Commission International, Joint Master of Laws Thesis, La Trobe University,
Commission International Accreditation Melbourne, 2006.
Standards for Hospitals, 3rd Edition, USA, 2007. 21. Herkutanto, Freckelton. I, Indonesian Health
18. Cruess RL, Cruess SR, Johnston SE. Practitiones Regulation. Law in Context, Special
Professionalism and Medicine’s Social Edition: Regulating Health Practitioners, The
Contract. Journal of Bone and Joint Surgery, Federation Press, New South Wales, 2006; 23
2000;82A:1189. (2): 229-42.
19. The Royal College of Physicians. Doctors in 22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29
Society: Medical Professionalism in a Changing Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.
World. The Royal College of Physicians, Jakarta, 2004.
2005;18. 23. Konsil Kedokteran Indonesia, Penyelenggaraan
20. Herkutanto, Protecting Patient’s Rights and Praktik Kedokteran yang Baik di Indonesia.
Safety: A Comparative Study of Recent Jakarta, 2007.
Regulatory Reforms in Indonesia and Victoria,

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 12, No. 3 September 2009 l 147

Das könnte Ihnen auch gefallen