Sie sind auf Seite 1von 6

AUDIT KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

SUB KOMITE MUTU KEPERAWATAN


PANITIA AD HOC

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO
KLATEN
2015

AUDIT KEPERAWATAN

A. Pengertian
Definisi standar Audit Klinik menurut National Institute for Clinical Excellence
(NICE) yakni merupakan proses peningkatan mutu dengan tujuan untuk
meningkatkan pelayanan kepada pasien dan luarannya, melalui kajian sistematis
terhadap pelayanan berdasarkan kriteria eksplisit dan upaya-upaya perbaikannya.
Aspek struktur, proses dan hasil pelayanan dipilih dan dievaluasi secara sistematis
berdasarkan kriteria eksplisit. Jika diindikasikan, upaya-upaya perbaikan diterapkan
pada tim individu atau tingkat pelayanan dan monitoring selanjutnya digunakan
untuk memberi konfirmasi adanya perbaikan dalam pemberian pelayanan.
Audit klinik adalah suatu kegiatan berkesinambungan penilaian mutu
pelayanan yang dilakukan para pemberi jasa pelayanan kesehatan langsung (oleh
dokter, perawat, dan atau profesi lain) suatu Rumah Sakit untuk menghasilkan
perbaikan-perbaikan jika hasil penilaian menunjukkan bahwa mutu pelayanan
mereka ternyata dibawah optimal. Pengertian klinik dalam konteks ini meliputi
kelompok Medik dan Keperawatan, dengan demikian Audit Klinik dapat merupakan
Audit Medik, Audit Keperawatan, atau gabungan antara Audit Medik dan
Keperawatan.
Menurut Elison, Audit Keperawatan secara khusus merujuk pada pengkajian
kualitas keperawatan klinis yang merupakan upaya evaluasi secara profesional
terhadap mutu pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien, dengan
menggunakan rekam keperawatan dan dilaksanakan oleh profesi keperawatan. Audit
Keperawatan internal dilakukan oleh organisasi profesi di dalam institusi tempat
praktik keperawatan, Audit Keperawatan eksternal dilakukan oleh organisasi profesi
di luar institusi.
Kebijakan Audit Medis di Rumah Sakit didasarkan pada Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 496/Menkes/SK/IV/2005 tanggal 5 April
2005 tentang Pedoman Audit Medis di RS, sedangkan untuk Audit Keperawatan
belum ada kebijakan yang mengatur.

Pelaksana Audit Keperawatan di Rumah Sakit :


1. Direktur RS membentuk tim pelaksana Audit Keperawatan beserta uraian
tugasnya
2. Tim pelaksana dapat merupakan tim atau panitia yg dibentuk di bawah Komite
Keperawatan atau panitia khusus untuk itu pelaksana Audit Keperawatan di RS
dapat dilakukan oleh Komite Keperawatan, Sub Komite (Panitia) Peningkatan
Mutu Keperawatan atau Sub Komite (Panitia) Audit Keperawatan
3. Pelaksana Audit Keperawatan wajib melibatkan bagian Rekam Keperawatan
4. Pelaksana audit wajib melibatkan SMF mulai dari pemilihan topik, penyusunan
standar & kriteria serta analisa hasil Audit Keperawatan
5. Apabila diperlukan dapat mengundang konsultan tamu atau organisasi profesi
terkait untuk melakukan analisa hasil Audit Keperawatan & memberikan
rekomendasi khusus

B. Langkah-langkah (Proses Audit)

1. Identifikasi masalah
Hal-hal yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan topik adalah :
a. Adanya standar nasional dan pedoman yang menjadi rujukan praktik klinis
yang lebih efektif
b. Area yang menjadi masalah dapat dijumpai di lahan praktik
c. Rekomendasi dari pasien dan masyarakat
d. Berpotensi jelas untuk meningkatkan pemberian pelayanan
e. Kaitan dengan volume, risiko dan biaya tinggi jika upaya perbaikan
diterapkan

2. Menetapkan kriteria dan standar


a. Kriteria adalah pernyataan eksplisit yang didefinisikan sebagai elemen
representatif dari pelayanan yang dapat diukur secara objektif.
b. Standar adalah aspek pelayanan yang dapat diukur, yang selalu didasarkan
pada hasil penelitian yang terbaik (ekspektasi tiap kriteria)

c. Standar & kriteria wajib (Must Do) merupakan kriteria minimum yg absolut
dibutuhkan utk menjalankan kegiatan sesuai kebutuhan & harus dipenuhi
oleh setiap petugas kesehatan (dokter , perawat)
d. Standar kriteria tambahan (Should do) merupakan kriteria-2 dari hasil riset
yg dapat dibuktikan dan penting

3. Pengumpulan data
Untuk menjamin pengumpulan data tepat dan teliti, dan hanya informasi
penting yang dikumpulkan, tentunya detail dari hal-hal yang akan di audit
ditetapkan sejak awal. Diantaranya adalah :
a. Kelompok yang termasuk pengguna pelayanan, dengan tanpa perkecualian
b. Profesional kesehatan yang termasuk pemberi pelayanan
c. Periode penerapan dari kriteria

Ukuran sampel dapat ditentukan menggunakan statistik, data dapat


dikumpulkan baik dengan sistem informasi komputer maupun secara manual.
Yang terpenting adalah data apakah yang akan diambil?, dimanakah data dapat
ditemukan? Dan siapakan yang akan mengambil data?

4. Membandingkan hasil pengumpulan data dengan standar


Tahap ini merupakan tahap analisis, dimana hasil dari pengumpulan data
dibandingkan dengan kriteria dan standar. Hasil akhir dari analisis adalah
apakah standar sudah sesuai, jika dapat diaplikasikan, identifikasi alasan
ketidaksesuaian standar dengan kasus.

5. Melakukan upaya perbaikan (Melakukan analisa kasus yg tidak sesuai dgn


standar & kriteria)
Setelah hasil audit dipublikasikan dan didiskusikan, kesepakatan sebaiknya
dibuat sebagai rekomendasi perbaikan. Rencana kegiatan dilaporkan untuk
menentukan siapa yang akan menyetujui, apa yang akan dilakukan dan kapan
akan dimulai. Tiap-tiap poin sebaiknya didefinisikan dengan jelas termasuk
nama-nama individu yang akan bertanggung jawab dan target waktu
pencapaian.
6. Tindakan korektif
7. Rencana re-audit

C. Persiapan Pelaksanaan Audit Keperawatan di Rumah Sakit


1. Ditetapkan organisasi pelaksana Audit Keperawatan dengan SK Direktur RS
2. RS menyusun pedoman Audit Keperawatan RS, Standar Prosedur
Operasional, Standar Clinical Pathway & Kriteria jenis kasus/jenis penyakit
yg akan dilakukan audit
3. RS membudayakan PDCA (Plan, Do, Check, Action)
4. RS membuat ketentuan bahwa setiap perawat wajib membuat & melengkapi
rekam keperawatan tepat waktu
5. RS melakukan sosialisasi kepada seluruh perawat yang memberikan
pelayanan keperawatan tentang rencana pelaksanaan Audit Keperawatan

D. Persyaratan Pelaksanaan Audit Keperawatan di Rumah Sakit


1. Penuh tanggung jawab dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan, bukan
untuk menyalahkan atau menghakimi seseorang
2. Obyektif, independen & memperhatikan aspek kerahasiaan pasien & wajib
menyimpan rahasia keperawatan
3. Analisa hasil Audit Keperawatan dilakukan oleh kelompok staf keperawatan
terkait yang mempunyai kompetensi, pengetahuan & keterampilan sesuai bidang
pelayanan atau kasus yg di Audit
4. Publikasi hasil Audit harus memperhatikan aspek kerahasiaan pasien & citra RS
di masyarakat

E. Cara Merencanakan Audit Keperawatan di Rumah Sakit


1. Membuat design audit
2. Mengumpulkan data kasus yang akan dilakukan audit
3. Menindaklanjuti hasil audit
4. Melakukan re-audit (second audit cycle)

F. Design Audit
1. Tujuan audit harus jelas
2. Standar & kriteria harus ditetapkan (kriteria wajib & kriteria tambahan)
3. Bagaimana melakukan pencarian literatur
4. Pemilihan topik harus jelas sehingga output jelas
5. Strategi pengumpulan data
6. Penetapan sampel
7. Metode analisa data
8. Perkiraan waktu Audit mulai dilaksanakan Audit sampai Audit selesai
dilaksanakan

G. Pengumpulan Data

1. Perlu uji coba/pilot study untuk mengetahui mudah tidaknya data dikumpulkan &
dinilai
2. Dapat dengan komputer atau manual
3. Data yg dikumpulkan yg diperlukan saja
4. Menjamin untuk kerahasiaan pasien

H. Hasil Audit (Result)

1. Hasil telah memenuhi standar atau belum


2. Rencana upaya perbaikan pelayanan keperawatan

I. Re-Audit (second audit cycle)

Peningkatan mutu pelayanan yang bagaimana yang ingin dicapai pada Audit ke dua

Das könnte Ihnen auch gefallen