Sie sind auf Seite 1von 10

Jurnal Psikologi Undip Vol.15 No.

2 Oktober 2016, 124-133

PROBLEM PERNIKAHAN DAN STRATEGI PENYELESAIANNYA:


STUDI KASUS PADA PASANGAN SUAMI ISTRI DENGAN USIA
PERKAWINAN DI BAWAH SEPULUH TAHUN
Satih Saidiyah, Very Julianto

Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga
Jalan Marsda Adisucipto Yogyakarta

satihsaidiyah@yahoo.com

Abstract

This study was aimed to explore marriage problems experiencing by couple who had been married for 5-10 years in
Yogyakarta and to find out the strategies to solve their problems to be recommended for the counseling section of
Ministry of Religious Affair, Indonesia. This study employed qualitative method, particulary case study method.
The subjects were 4 couple who had been married for 5-10 years and lived in Yogyakarta. The data was collected
using in-depth interview and observation techniques. The data were analyzed using open coding and axial coding.
The result of this study showed two initial problems of 5 years marriage: financial prolems and adaptation between
marriage couples and extended families. The two strategies to overcome those problems were: building a healthier
communication a marriage in the first 5 years, married couples should get stability income and 2) to find the way
out to adapt between marriage partners and the whole families. The problems of 6-10 years marriage were: the
difference between couple in term of parenting style, the decreasing of positive behavior, and the change of
communication between couple. The strategies to overcome them were: begin to use positive open communication,
including to make agreement about parenting style used in family and repeat the previous positive habits, in which
could make greater intimacy and commitments in marriage. The strategies could be used make a warmer and
happier marriage.

Keywords: self-help; problems in marriage; strategies

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendalami masalah-masalah yang terjadi pada pernikahan usia 5-10 tahun di
Yogyakarta dan membuat strategi penyelesaian yang dapat direkomendasikan kepada bagian Kepenghuluan
Kementerian Agama RI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan subjek yang
memiliki karakteristik telah menikah selama 5-10 tahun dan bertempat tinggal di Yogyakarta. Teknik pengambilan
data dengan wawancara dan obervasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan open coding dan axial coding.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada dua masalah pada usia menikah 5 tahun yaitu masalah ekonomi dan
adaptasi kebiasaan pasangan suami-istri dengan keluarga besar. Strategi yang di lakukan adalah mengenali
komunikasi dan menjadikan keluarga sebagai penengah. Adapun pasangan dengan usia pernikahan 6-10 tahun
cenderung menghadapi masalah perbedaan pengasuhan anak, perubahan sikap positif yang hilang setelah lama
menikah dan komunikasi yang berubah antar pasangan. Strategi penyelesaian masalah dilakukan dengan membuka
kembali komunikasi yang lebih efektif khususnya terkait perbedaan pengasuhan anak dan mengembalikan
kebiasaan positif yang dapat menguatkan intimasi dan komitmen pernikahan. Strategi tersebut diterapkan untuk
menjadikan pernikahan kembali hangat dan bahagia.

Kata kunci : self-help; masalah pernikahan; strategi

PENDAHULUAN (Dariyo, dalam Marlina, 2013). Menikah


merupakan titik awal dari kehidupan
Pernikahan adalah suatu ikatan antara laki- berkeluarga dan tujuan yang ditetapkan
laki dan perempuan yang telah menginjak dalam pernikahan akan berdampak pada
usia dewasa ataupun dianggap telah dewasa kehidupan pernikahannya secara keseluruhan
dalam ikatan yang sakral (Marlina, 2013). (Manap, Kassim, Hoesni, Nen, Idris, &
Dianggap sakral karena dalam pernikahan Ghazali
hubungan antara seorang laki-laki dan 2013).
perempuan menjadi sah secara agama

124
Saidiyah,& Julianto
125
Tujuan dari pernikahan adalah untuk perceraian yang tentu menjadi persoalan
membentuk keluarga yang sejahtera dan perkembangan anak, serta kualitas manusia
bahagia selamanya (Agustian, 2013). pada umumnya.
Adapun menurut Undang-undang
Perkawinan no. 1 tahun 1974 pasal 1, Menurut data awal yang diperoleh peneliti
bahwasanya perkawinan adalah ikatan lahir dalam wawancara dengan bagian
batin antara seorang pria dan seorang wanita kepenghuluan, selama ini konflik dalam
sebagai suami istri dengan tujuan pernikahan di mediasi melalui konseling,
membentuk keluarga atau rumah tangga sebagai langkah sebelum memutuskan
yang bahagia dan kekal berdasarkan perceraian. Akan tetapi, konseling tersebut
Ketuhanan yang Maha Esa. tidak selalu dapat mendamaikan pasangan
suami-istri. Tugas pokok dan teknis
Pernikahan harmoni merupakan dambaan pelaksanaan tugas penghulu berdasarkan
setiap pasangan. Kehidupan pernikahan Pasal 6 angka 3 Peraturan Menteri
merupakan pintu awal pasangan untuk Pendayagunaan Aparatur Negara Nomer:
beradaptasi dan saling memahami. PER/62/M.PAN/6/2005, penghulu memiliki
Perbedaan latar belakang, usia, tingkat tugas dalam lima bidang, yaitu: 1)
pendidikan menjadi tidak berarti jika pengkajian masalah hukum munakahat, 2)
penerimaan pada masuknya siklus kehidupan pengembangan metode penasihatan,
berkeluarga di terima dan di pahami dengan konseling dan pelaksanaan nikah/rujuk, 3)
baik. Kondisi inilah yang menjadi dasar pengembangan perangkat dan standar
menarik untuk membangun keluarga pelayanan, 4) penyusunan kompilasi fatwa
berkualitas. hukum munakahat, dan 5) koordinasi
kegiatan lintas sektoral di bidang nikah dan
Undang-undang Nomor 52 tahun 2009 rujuk (Mudzakir, 2005). Tugas pada nomor 3
tentang Perkembangan Kependudukan dan tidak sebatas program Desa Binaan Keluarga
Pem-bangunan Keluarga, Pasal 1 Sakinah (DBKS) yang selama ini telah
menyebutkan bahwa perkembangan tersistem dengan baik, namun harus ada
kependudukan dan pembangunan keluarga model pelayanan baru untuk penguatan
adalah upaya terencana untuk mewujudkan pernikahan sebagai upaya memberikan
penduduk tumbuh seimbang dan pemahaman dan ketrampilan pasangan
mengembangkan kualitas penduduk pada suami-istri dalam menghadapi persoalan-
seluruh dimensi penduduk. Pasal tersebut persoalan pernikahan.
tentu mendorong untuk memperhatikan
kualitas pernikahan dan harmoni yang Kehidupan pernikahan menurut Santrock
terbangun di dalamnya. (1995) adalah masuknya individu ke dalam
lima tahapan siklus kehidupan keluarga,
Kualitas pernikahan seharusnya diraih pada yaitu dengan persiapan meninggalkan rumah
setiap pasangan nikah, namun demikian hal sebagai individu yang mandiri dan
tersebut sangat bertentangan dengan laporan bertanggung jawab emosional dan finansial.
yang menyebutkan bahwa tingkat perceraian Sayangnya tidak semua pasangan melakukan
lima tahun terakhir mengalami peningkatan, persiapan pertanggungjawaban pribadi saat
dengan rincian dari dua juta pasangan menikah dan berkeluarga secara baik.
menikah, sebanyak 15 hingga 20 persen Bahkan dalam penelitian Doss, Rhoades,
bercerai. Sementara, jumlah kasus perceraian Stenly, & Markman (2009) disebutkan
yang diputus Pengadilan Tinggi Agama bahwa pasangan dengan usia pernikahan
seluruh Indonesia pada 2014 mencapai lima tahun akan mengalami berbagai
382.231, naik sekitar kasus 131.023 masalah yang timbul. Persoalan tersebut
dibanding tahun 2010 sebanyak 251.208. memerlukan adanya program pengayaan
Fakta ini tentu menjadi persoalan yang harus pernikahan atau marriage enrichment
segera di pecahkan. Artinya Dirjen Bimas sebagai upaya untuk mempromosikan
Islam memiliki tugas penting khususnya komitmen yang seimbang dan berkembang
mencari solusi untuk mengurangi laju dalam hubungan pernikahan, untuk

Jurnal Psikologi Undip Vol.15 No.2 Oktober 2016, 124-133


126 Problem pernikahan dan strategi penyelesaiannya

mengembangkan dan bersepakat dalam tipe membaca buku-buku tema meningkatkan


komunikasi, mendengarkan dan belajar hubungan.
bagaimana menggunakan konflik untuk
pertumbuhan bukan untuk menghindari. Konsep penguatan pernikahan sangat di
perlukan dalam prevensi hubungan pasangan
Peneliti melihat urgensi penelitian ini untuk suami istri. Konsep ini muncul pertama kali
dilakukan dalam rangka membuat model pada awal abad 20 yang mempromosikan
baru pelayanan yang berbasis self help di komitmen timbal balik dalam perkembangan
mana ketrampilan penguatan pernikahan di khususnya hubungan pernikahan,
berikan bukan saat masalah atau konflik pengembangan dan kesepakatan dalam tipe
terjadi namun pada setiap pasangan yang komunikasi, mendengarkan yang dapat
telah menikah di lima tahun awal dan lima menguatkan hubungan pasutri, terkait
tahun kedua agar menjadi panduan diri dengan berbagi perasaan, pengembangan
dalam mengatasi masalah yang dihadapi. hubungan yang lebih erat, dan ketrampilan
interaksi yang positif. Penelitian dan
Penelitian ini bertujuan untuk pelatihan mengenai penguatan pernikahan ini
mengeksplorasi masalah yang terjadi pada sangat penting dalam memahami
pernikahan usia di bawah sepuluh tahun, permasalahan dan persoalan yang terjadi
yaitu lima tahun awal dan lima tahun kedua dalam perjalanan pernikahan. Saran dari
dan mengidentifikasi strategi pasangan penelitian pada penguatan pernikahan lebih
suami-istri dalam menyelesaikan perma- difokuskan pada persoalan yang terjadi
salahan tersebut. Penelitian ini diharapkan dalam pernikahan, bagaimana membina
dapat menjadi studi awal yang menjadi dasar hubungan pernikahan yang sehat, sehingga
pengembangan model baru pelayanan hal ini sangat berdampak pada hubungan
psikologis Dirjen Bimas Islam dalam pasangan dan perkembangan anak yang
mendampingi pasangan suami-istri dalam optimal dalam keluarga.
kehidupan rumah tangga, khususnya oleh
Bagian Kepenghuluan. Program keluarga Dari hasil reviu literatur, ditemukan ada 13
sakinah dan pemantapan di bidang program penguatan pernikahan. Empat
keagamaan dalam keluarga telah sukses program diantaranya efektif, tiga mendekati
menjadi program yang tersusun dan efektif dan enam belum teruji
terencana. Untuk itu harus ada program keefektifannya. Telaah penelitian dari tahun
penguatan pernikahan bagi pasangan nikah 1970 sampai 2003 menemukan program
agar keutuhan, keharmonisan dan PREP (The Prevention and Relationship
kebahagiaan dalam keluarga dapat terwujud. Enhancement Program) sebagai program
Peran bagian kepenghuluan sebagai penguatan pernikahan. Program tersebut
fasilitator psikologis yang dapat menggunakan pendekatan yang berorintasi
mengajarkan pada pasangan suami-istri pada ketrampilan berdasarkan faktor-faktor
untuk melakukan strategi self help pada penyebab kegagalan pernikahan. Terdapat
masalah-masalah yang di hadapi. empat tujuan pelatihan, yaitu mengajarkan
pasangan komunikasi yang lebih baik,
Perubahan kondisi pernikahan banyak terjadi strategi menejemen konflik dan memberi
setelah memasuki usia pernikahan lima contoh kepada pasangan masing-masing
tahun ke atas. Hal ini menunjukkan bahwa dalam mengklarifikasi dan evaluasi yang
dalam kehidupan pernikahan setalah lima diharapkan, mempromosikan pemahaman
tahun pasangan suami-istri mengalami dan refleksi komitmen yang di pilih, dan
guncangan dan beberapa permasalahan. menguatkan ikatan dalam hubungan.
Penelitian Doss, dkk. (2009) meng- Pelatihan ini diagendakan selama 12 jam
ungkapkan bahwa 36% dari 213 pasangan atau enam sesi dengan dua jam tiap sesinya
mengalami masa sulit dan mencari dan tiap pasangan di gabungkan dalam
penyelesaian dari buku-buku mengenai kelompok. Hasil dari PREP menunjukkan
hubungan pasangan suami istri, 41 pasangan peningkatan efektifitas dalam komunikasi
mengikuti workshop dan 49 pasangan pada pasangan dibanding pada kelompok

Jurnal Psikologi Undip Vol.15 No.2 Oktober 2016, 124-133


Saidiyah,& Julianto
127
yang tidak memperoleh pelatihan, training perilaku positif, intimasi dan
meningkatkan kepercayaan diri dalam pengembangan latihan.
hubungan pasangan suami istri, peningkatan
komunikasi dalam problem solving, Hasil yang paling mendekati efektif adalah
pengurangan perceraian, menambah Couple Care: Couple Commitment and
kepuasan pernikahan dan mengurangi Relationship Enhancement, hampir sama
permasalahan. dengan PREP ACME atau Association for
Couple in Marriage, program ini di gunakan
Jakubowski, Milnes, Brunner, & Mille, untuk meningkatkan hubungan sebuah
(2004) menjelaskan mengenai relationship pernikahan yang menggunakan format
enhancement yaitu pelatihan untuk pasangan proses belajar dari pasangan. Terdapat 10
dan juga perkembangannya bagi pasangan prinsip yang digunakan dalam program ini,
sebelum pernikahan, orangtua, anak, ibu dan antara lain pernikahan yang sehat,
saudara. Program ini fokus mengajarkan keterampilan hubungan, dan penguatan
ketrampilan self-disclosure terutama pada pernikahan. Program ini terbukti efektif
perasaan, perilaku dan eliminasi kalimat atau memberikan dampak positif pada pasangan
pernyataan yang bersifat menyalahkan serta berupa, peningkatan resolusi konflik,
mengajarkan ketrampilan mendengar kualitas hubungan, komunikasi, ekspresi
(pemahaman dan penerimaan self- komitmen pada pernikahan dan intimasi.
disclosure). Enam ketrampilan yang di
ajarkan terdiri dari empati, ekspresi, diskusi, CCET atau Couple Coping Enhancement
negosiasi, resolusi konflik, memfasilistasi Training adalah program prevensi pada
pasangan pada perubahan diri, perubahan masalah pernikahan yang meng-
orang lain, generalisasi dan memper- kombinasikan Terapi Kognitif dan Perilaku
tahankan. Program penguatan dilaksankan dengan teori stres, coping, dan pertukaran
pada dua jam tiap minggu selama 10-15 sosial. Tujuan program atau pelatihan ini
minggu. Program ini menunjukkan adanya membantu pasangan mendapatkan
peningkatan komunikasi, kepuasan, adaptasi ketrampilan baru yang dapat meningkatkan
hubungan, empati, kehangatan, natural dan komunikasi dalam pernikahan, problem
kepercayaan dalam penikahan. solving, manajemen stres, coping, dan
pasangan memiliki kepekaan pada isu
Program lainnya yaitu The Couple kesetaraan/keadilan dalam relasi. Waktu
Communication Program (CCP) bertujuan
yang di butuhkan 18 jam dalam enam
untuk meningkatkan kesadaran diri dan minggu.
pasangan, hubungan, peran konflik, dan
komunikasi yang terbuka pada pasangan.
Ada enam program yang belum terbukti
Program ini dilakukan selama dua jam setiap secara empiris yaitu Structured Enrichment
minggu selama empat minggu, berdampak (SE), Marriage Encounter (ME), The
pada kepuasan, komunikasi dan kualitas Practical Aplication of Intimate Relationship
pernikahan. Skills (PAIRS), Imago Relationship Therapy
(IRT), Traits of a Happy Couple (THC),
Program selanjutnya yang dinilai efektif Saving Your Marriage It Starts (SYMBIS).
adalah Strategic Hope-focused Enrichment Model-model di atas memberikan gambaran
yang ditujukan untuk mempromosikan cinta, bagaimana penguatan pernikahan dapat
keyakinan pada pasangan dan bekerja sama memberikan self-help bagi pasangan suami-
untuk memotivasi pasangan dalam istri khususnya PREP yang dapat menjadi
pernikahan. Program ini terdiri dari lima model self-help yang dapat dikembangkan di
sesi. Tiap sesi berduasi satu jam. Peserta bagian kepenghuluan sebagai bagian
program ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan baru bagi pasutri dengan usia
komunikasi, intimasi, dan pelatih pernikahan 5-10 tahun. Terkait dengan telaah
memberikan umpan balik pada keterampilan di atas penelitian ini bertujuan untuk
komunikasi, keterampilan resolusi konflik, memahami permasalahan yang dihadapi

Jurnal Psikologi Undip Vol.15 No.2 Oktober 2016, 124-133


128 Problem pernikahan dan strategi penyelesaiannya

pernikahan khsususnya pasangan suami-istri indentitas dan kepercayaan diri yang baru
yang berasalah dari Indonesia, strategi (Myers dalam Papalia, Wendkos, & Feldman
pemecahan masalah yang dilakukan dan 2008)
faktor-faktor yang mempengaruhi. Hal ini
dapat menjadi studi pendahuluan untuk Psikologi memberikan fokus dan penekanan
pembuatan model self-help yang dapat pernikahan dan membina keluarga dalam
dilakukan pasutri dan dapat di sampaikan tugas perkembangan. Neugarten (dalam
bagian kepenghuluan pasangan sebelum Papalia dkk, 2008) menyebutkan bahwa
menikah dan program konseling setelah model timing of event menentukan peristiwa
pernikahan . kehidupan normatif yaitu peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada sebagian besar orang
Tugas perkembangan pada masa dewasa dewasa pada waktu tertentu dalam
awal adalah mulai bekerja, memilih kehidupan di antaranya adalah pernikahan
pasangan, belajar hidup dengan orang lain, dan menjadi orangtua. Merujuk pada model
mulai membina keluarga dan mengasuh anak ini seseorang dapat melakukannya sesuai
(Santrock, 1995). Saat itulah individu dengan waktu yang di tentukan sendiri atau
dewasa awal mulai masuk dalam tahapan waktu yang di tentukan oleh norma sosial di
siklus kehidupan keluarga, sehingga selain mana seseorag tinggal.
tanggung jawab emosional dan finansial
individu perlu memiliki ketampilan adaptasi Social clock atau waktu sosial di Indonesia
dalam pernikahan. sangat beragam mengenai kapan waktu yang
tepat untuk menikah. Secara hukum dan
Meski di sebagian wilayah di katakan bahwa kesehatan di sebutkan waktu yang baik untuk
menikah merupakan konstruksi sosial yang menikah pada laki-laki adalah 25 tahun dan
di bangun, menjadi suatu pilihan hidup, perempuan 20 tahun. Harapan sosial
menikah atau untuk tidak menikah. Undang- menghendaki seseorang mandiri secara
undang tentang perkawinan No 1 tahun finansial, dan melanjutkan pada pernikahan.
1974, pasal 1 menyatakan bahwa perkawinan Hal itu juga dapat di lakukan secara
ialah ikatan lahir batin antara seorang pria bersamaan mencoba untuk mandiri secara
dengan seorang wanita sebagai suami istri finansial dan menikah.
dengan tujuan membentuk rumah tangga
yang bahagia dan kekal berdasarkan Menurut Carter, & McGoldrick (dalam
Ketuhanan Yang Maha Esa. Hakikat Santrock, 1995) ada enam tahapan siklus
pernikahan tidak hanya sebatas gaya hidup kehidupan keluarga, yaitu: 1) meninggalkan
pilihan, namun sarat dengan makna ibadah. rumah, 2) penggabungan keluarga melalui
Menurut Seyal (2006) pernikahan adalah pernikahan (pasangan baru), 3) menjadi
hubungan laki-laki perempuan dalam ikatan orangtua dan keluarga dengan anak, 4)
suci dan syarat dengan nilai-nilai spiritual keluarga dengan anak remaja, 5) keluarga
dan moral. Terbentuknya pernikahan tidak pada kehidupan usia tengah baya, 6)
menjadi hal utama yang diulas, namun keluarga pada kehidupan usia lanjut.
bagaimana pernikahan dapat membawa Tahapan ini merupakan perubahan pada
kehidupan yang bahagia, tenang dan tentram individu dan atau pasangan yang
perlu usaha dan pendampingan untuk memerlukan proses untuk yang berkembang
mencapainya. secara berkelanjutan. Saat individu masuk
tahapan masa dewasa ada transisi yang yang
Mayoritas masyarakat sepakat bahwa harus terbangun yaitu komitmen pada sistem
pernikahan dianggap sebagai cara terbaik baru dan adaptasi pernikahan yang
menjamin keteraturan dalam membesarkan mencakup berbagi tanggung jawab,
anak. Pada pernikahan idealnya pasangan komunikasi yang sehat pada pasangan
mendapatkan intimasi, komitmen, sepanjang waktu, kehidupan seks, dan
persahabatan, kasih sayang, pemuasan perubahan hubungan tiap tahap.
seksual, pendampingan dan peluang bagi
pertumbuhan emosional, serta sumber

Jurnal Psikologi Undip Vol.15 No.2 Oktober 2016, 124-133


Saidiyah,& Julianto
129
Adaptasi pernikahan terkait dengan Penelitian ini mengeksplorasi masalah yang
perbedaan latar belakang, pendidikan, suku dihadapi pernikahan berusia 5-10 tahun
bahkan agama. Pada penelitian Valler, dimaksudkan untuk memahami
Ellison, & Powers (2009) menemukan permasalahan yang muncul di lima tahun
bahwa agama menjadi faktor penyebab awal pernikahan dan lima tahun kedua. Hasil
keretakan rumah tangga, disebutkan bahwa penelitian ini juga diharapkan menjadi acuan
jika salah satu pasangan sangat taat, lebih untuk menyusun panduan penguatan
tekun dalam menghadiri ritual agama dan pernikahan yang harus masuk dalam
perayaan akan menjadi pemicu ketidak konseling pra nikah dan sebagai tambahan
utuhan pernikahan. Namun lebih jauh hal model konseling pasca pernikahan.
tersebut juga memiliki dampak positif yaitu
agama menjadi penguat kepuasan METODE
pernikahan, terhidar dari kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT) dan perselingkuhan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
Sementara itu, fakta penyabab perceraian di adalah metode kualitatif berupa studi kasus.
Indonesia menurut Dirjen Bimas Islam Metode studi kasus ini melibatkan beberapa
Kementrian Agama yaitu KDRT, ekonomi, kasus yang mewakili penelitian studi awal.
ketidakcocokan hingga masalah kesehatan Subjek dalam penelitian ini dipilih dengan
pasangan. Hal tersebut mendorong perlu karakteristik pasangan suami istri yang telah
adanya upaya semua pihak untuk menikah 5-10 tahun dan tinggal di
mengokohkan pernikahan, baik pasangan Yogyakarta, beragama Islam. Dari semua
suami-istri dan juga peran Dirjen Bimas kasus yang diangkat dipilih subjek dengan
Islam dan Urais. Kuatnya ikatan lahir dan usia pernikahan 5, 6, 7, dan 10 tahun.
batin inilah yang mendorong individu untuk Informan atau subjek dari penelitian ini
beradaptasi dengan kehidupan pernikahan. berjumlah 4 orang. Pertanyaan yang hendak
Melihat bahwa saat ini kehidupan dijawab dalam ini adalah: Apa masalah yang
pernikahan mengalami berbagai tantangan muncul di lima tahun awal pernikahan dan
dan sekaligus di saat yang bersama pasangan lima tahun kedua pernikahan? Bagaimana
suami dan istri dituntut memiliki ketrampilan strategi pasangan suami-istri menyelesaikan
atau cara yang dapat menyelesaikan masalah yang terjadi ?
permasalahan yang di hadapai.
Studi kasus dalam penelitian akan melihat
Permasalahan perceraian dan keluarga time sequence atau kasus yang unik dari
tergantung kekuatan pada setiap keluarga. waktu yang terlihat dalam pernikahan subjek
Program penguatan pernikahan ini tidak ada 2 hal yang di perdalam yaitu : 1)
diberikan pada pasangan saat konflik atau menggali masalah-masalah yang muncul
menjelang perceraian, namun upaya yang di dalam pernikahan, 2) mengeklporasi upaya
lakukan untuk mengantisipasi persoalan dalam mengatasi masalah yang biasa mereka
yang timbul dalam proses adaptasi dalam hadapi dalam kehidupan pernikahan
kehidupan pernikahan. Penelitian literatur pasangan suami-istri yang telah menikah
studi mengenai program penguatan ini telah pada lima tahun awal dan lima tahun kedua
di buktikan secara empiris dan sangat efektif dalam pernikahan.
oleh Jakubowski dkk. (2004) salah satunya
adalah PREP yang hasilnya menunjukkan Menegakkan keabsahan dan validitas data
bahwa peningkatan efektifitas dalam yang di peroleh dalam penelitian ini dengan
komunikasi pada pasangan di banding pada cara triangulasi sumber yaitu
grup yang tidak di latihkan, meningkatkan membandingkan hasil wawancara, hasil
kepercayaan diri dalam hubungan pasutri, observasi serta dokumen yang di perlukan
peningkatan komunikasi dalam problem dalam penelitian ini. Selian itu ketekunan
solving, pengurangan perceraian, menambah pengamatan dengan cara menemukan
kepuasan pernikahan dan mengurangi kedalaman hasil pengambilan data, melalui
permasalahan. proses analisis jawaban subjek yang

Jurnal Psikologi Undip Vol.15 No.2 Oktober 2016, 124-133


130 Problem pernikahan dan strategi penyelesaiannya

konsisten dalam beberapa proses memutuskan untuk tinggal di rumah masing-


pengambilan data. masing. Hal itu di lakukan kurang lebih 5-6
tahun. Keduanya bertemu tiap tiga hari
HASIL DAN PEMBAHASAN sekali. Yang menjadi maslah di awal
pernikahan adalah masalah ekonomi, karena
Pernikahan di Indonesia masih menjadi hal beberapa saat setelah menikah suaminya
yang sangat penting untuk dilalui pada tahap mengalami pemutusan hubungan kerja di
dewasa awal. Hal yang menarik dari mana dia bekerja. Setelah itu suaminya
pernikahan di Indonesia, pernikahan tidak bekerja sebagai petani dan kurir katering
hanya sebatas pilihan dari gaya hidup, sedangkan Yulia bekerja sebagai buruh jahit
namun masih memiliki muatan ibadah yang di pabrik. Strategi yang digunakan dalam
ada di dalam pernikahan. menyelesaikan adalah mengatur keuangan,
komunikasi yang lebih baik, dan saling
Kasus 1 menguatkan.
Saat ini pernikahan Esti, telah berusia lima
tahun. Esti menikah pada usia 26 tahun Kasus 3
seteleh menyelesaikan studi S2, dan Eka telah menikah selama tujuh tahun. Eka
suaminya 32 tahun setelah S1. Keduanya menikah saat berusia 19 tahun dan suaminya
telah memiliki dua anak. Keduanya menikah 27 tahun telah memiliki seorang anak. Pada
setelah berpacaran selama studi S1. Meski awal pernikahan ekonomi tidak menjadi
keduanya memiliki latar belakang agama dan persoalan, hanya masalah kebiasaan Eka
status sosial yang tidak jauh berbeda. Pada yang sulit untuk bangun pagi.
awalnya pernikahan keduanya di tentang Ketidakcocokan dengan keluarga suami,
karena jarak asal yang cukup jauh dari asal mertua, dan suaminya sering tidak
Esti. Namun setelah Esti dapat meyakinkan menghargai. Setelah menikah masalah yang
orangtua akhirnya kedunya mendapatkan muncul adalah perbedaan pengasuhan anak,
restu. Masalah yang muncul dari Esti dalam suaminya mendidik deangan lembut,
pernikahan adalah masalah ekonomi, Meski sedangkan dirinya mendidik dengan cara
suaminya telah bekerja sebelum menikah. yang keras. Eka juga memiliki kebiasaan
Permasalahan yang muncul di awal menuntut suaminya. Suaminya juga tidak
pernikahan adalah masalah ekonomi, perhatian dengan Eka. Strategi yang
adaptasi dengan adik ipar dan komunikasi digunakan adalah saat terjadi konflik Eka
yang belum terbuka dengan suami. Masalah pulang ke rumah orangtua, namun lambat
ekonomi dengan berjalannnya waktu dapat laun itu tidak di lakukan lagi, membuka
diatasi dengan keuletan dan ketekunan dan komuniksi dengan suami.
juga satu tahun yang lalu Esti ikut bekerja.
Tahun kedua pernikahan adik iparnya ikut Kasus 4
tinggal bersama selama dua tahun, saat itu Ami telah menikah selama 10 tahun,
Esti merasa tidak belum mampu untuk menikah pada usia 37 tahun dan suaminya
membicarakan secara terbuka perbedaan 33 tahun, telah memiliki seorang anak. Di
kebiasaan. Strategi yang di gunakan dalam awal pernikahan yang menjadi kendala
menyelesaikan masalah dengan membuka adalah masalah ekonomi. Namun dengan
komuniksi agar lebih nyaman dan dipahami, berjalananya waktu hal itu dapat diatasi
dan tidak melibatkan keluarga dalam dengan baik. Suaminya tidak rapi, tidak
menyelesaikan masalah. perhatian, tidak romantis dan sangat
perhitungan. Masalah saat ini yang sering
Kasus 2 muncul adalah perbedaan pengasuhan anak,
Yulia telah menikah selama enam tahun perbedaan pendapat, kebiasaan suami yang
dengan suaminya, telah di karunia seorang pergi tanpa pamit serta kebiasaan baik istri
anak. Saat menikah Usia Yulia 33 tahun dan salaman dan mengantarkan ke depan rumah
suaminya lebih muda yaitu 28 tahun. Di awal sudah mulai pudar atau hilang. Strategi yang
pernikahan Yulia tidak cocok dengan dilakukan untuk menyelesaikan masalah
mertuanya, akhirnya Yulia dan suaminya adalah lebih sabar menghadapi suami,

Jurnal Psikologi Undip Vol.15 No.2 Oktober 2016, 124-133


Saidiyah,& Julianto
131
mengalah dan kadang memilih untuk marah- perlu diperhatikan di lima tahun awal
marah. pernikahan. Strategi yang harus dipersiapkan
dalam menghadapi masalah di atas adalah
Usia pernikahan di Yogyakarta khususnya dengan membangun kesiapan dalam bekerja
masih relatif mengikuti kebiasan norma khususnya pada laki-laki dan perempuan
setempat di bawah usia 25 tahun, pada kasus (saat ada kesempatan dan kesepakan dengan
tertentu terkait faktor pekerjaan dan suami).
pendidikan mereka dapat menikah di atas 30
tahun. Usia perempuan yang lebih tua Adapun masalah yang terjadi di lima tahun
daripada suami saat ini tidak menjadi kedua yaitu 6-10 tahun pada informan
permasalahan yang penting. Hal itu sama menunjukkan bahwa suami di-PHK sehingga
dengan yang di alami oleh Yulia dan Ami istri menjadi pencari nafkah tunggal,
yang keduanya menikah pada usia yang lebih perbedaan pendapat dalam pengasuhan anak,
tua. Saat terjadi konflik, pada istri yang usia dan kebiasaan positif istri atau suami yang
lebih tua seperti Ami memilih untuk sabar, mulai hilang dengan berjalannya waktu.
dan mengalah. Kebiasaan istri mencium tangan saat suami
pergi, dan suami berpamitan saat akan
Masalah yang terjadi di lima tahun awal meninggalkan rumah. Strategi yang harus
pernikahan hampir dialami semua subjek dilakukan untuk menguatkan pernikahan
adalah masalah pendapatan atau ekonomi. adalah dengan membuka komunikasi yang
Namun dengan berjalannya waktu masalah lebih positif, menyatukan kembali dengan
itu dapat diatasi dengan baik. pasangan dengan mengembalikan kebiasaan
positif di awal pernikahan. Hal tersebut akan
Menurut Carter & McGoldrick (Santrock, mudah apabila kedua pasangan dapat
1995) ada enam tahapan siklus kehidupan berusaha dan menjalankan bersama, juga
keluarga, yaitu: 1) meninggalkan rumah, 2) adanya keterbukaan dengan apa yang disukai
penggabungan keluarga melalui pernikahan dan tidak disukai.
(pasangan baru), 3) menjadi orangtua dan
keluarga dengan anak, 4) keluarga dengan Hasil tambahan yang menarik dari penelitian
anak remaja, 5) keluarga pada kehidupan ini adalah adanya masukan kepada bagian
usia tengah baya, 6) keluarga pada kepenghuluan untuk menambah jam sesi
kehidupan usia lanjut. Pada kasus 1 hingga 4 konseling sebelum pernikahan, memahami
menunjukkan saat subjek meninggalkan latar belakang pengantin, karakter dan
rumah untuk menikah ada tata cara atau kebiasaan serta bagaimana mengatasi
adaptasi yang harus dilakukan dengan masalah yang terjadi setelah pernikahan. Hal
keluarga baru. ini tentunya dapat bekerjasama dengan pihak
lain untuk memberikan konseling. Selain itu
Subjek Esti, Yulia dan Eka semua pasca pernikahan diperlukan adanya
mengalami hal yang berkaitan dengan penguatan pernikahan dengan cara konseling
adaptasi dengan keluarga suami baik itu kelompok untuk menyatukan kembali
mertua, adik ipar atau mungkin keluarga pasangan dan mengatasi masalah seperti
yang lain. Tentu hal ini harus dapat di atasi seksual, pengasuhan anak dan
dengan baik, jika tidak akan menjadi mengembalikan kebiasaan positif pasangan.
penyebab kesulitan adaptasi pada pasangan,
yang tentunya berdampak pada hubungan Saran untuk peneliti selanjutnya adalah
jangka panjang. Berbeda dengan Eka selain melihat rentangan pernikahan dari awal
adaptasi dengan keluarga, juga mengalami hingga usia lanjut dan bagaimana pasangan
kesulitan berdaptasi dengan kebiasaan lama beradaptasi dengan bertambahnya usia,
sebelum menikah, yaitu kesulitan untuk pengasuhan anak menuju remaja dan
bangun lebih awal atau pagi. dewasa, dan bagaimana budaya dan agama
dapat memberikan kontribusi dalam
Masalah ekonomi dan adaptasi baik dengan mengatasi masalah yang ada. Selain itu
pasangan dan keluarga menjadi hal yang penelitian ini dapat dilanjutkan dengan

Jurnal Psikologi Undip Vol.15 No.2 Oktober 2016, 124-133


132 Problem pernikahan dan strategi penyelesaiannya

metode eksperimen dengan menyusun


pelatihan penguatan di lima tahun awal dan Doss, B. D., Rhoades, G. K., Stenly, S. M.,
lima tahun kedua pernikahan. Kelemahan & Markman, H. J. (2009). Marital
dari penelitian ini waktu pengambilan data therapy, retreats, and books: The
yang sangat terbatas disebabkan pekerjaan who, what, when, and why of
dan kesibukan subjek. relationship help-seeking. Journal of
Marital and Family Therapy, 35(1),
SIMPULAN 18-29.

Penelitian ini mendapatkan masalah-masalah Ghozali, N.A., Nuroni, S., Kusnanto.,


yang muncul dalam pernikahan di bawah Suparto., Badarudin., & Musthofa, J.
sepuluh tahun, yaitu pada lima tahun awal (2012). Pola pernikahan keluarga
dan lima tahun kedua. Hasil penelitian ini sakinah desa dan desa binaan
akan direkomendasikan kepada Bagian keluarga sakinah (DBKS).
kepenghuluan sebagai pedoman Yogyakarta: Bidang Urais Kanwil
pendampingan konseling pra nikah dan Kemenag Agama DIY.
pengauatan pernikahan setelah pernikahan.
Pertama, pasangan dapat membangun Jakubowski, S.F., Milnes, E.P., Brunner, H.,
kesiapan ekonomi dalam menjalankan & Miller, R.B. (2004). A review of
kehidupan pernikahan dan menyatukan diri empirically supported marital
bersama pasangan dan atau keluarga enrichment programs. Family
sehingga terbangun adaptasi yang baik. Relations ProQuest Sociology, 52 (5).
Strategi yang harus dilakukan oleh pasangan
adalah suami bekerja dengan tekun dan istri Manap, J., Kassim, A. C., Hoesni, S., Nen,
dapat membantu dalam menjalankan peran S., Idris, F., & Ghazali, F. (2013).
masing-masing, saat suami putus kerja atau The purpose of marriage among
mengalami kesulitan dalam pekerjaan, istri single malaysian youth. Procedia:
dapat membantu mencari nafkah tambahan Social and Behavioral Sciences, Vol.
sehingga kebutuhan finansial keluarga dapat 82, 112-116.
di atasi dengan baik. Kedua, membuka http://dx.doi.org/10.1016/j.sbspro.201
kembali komunikasi yang lebih positif dan 3.06.233
mengembalikan kebiasaan positif yang dapat
menguatkan intimasi dan komitmen Marlina, N. (2013). Hubungan antara tingkat
pernikahan. Strategi yang di gunakan adalah pendidikan orangtua dan kematangan
membuka komunikasi yang lebih positif dan emosi dengan kecenderungan
menghangatkan pernikahan dengan kembali menikah dini. Empathy. 2(1).
melakukan kebiasaan positif di awal
pernikahan. Hal itu dapat dilakukan agar Mudzakir. (2005). Pedoman penghulu.
pernikahan menjadi lebih kuat, hangat dan Jakarta: Dirjen Bimbingan
bahagia. Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Kemenag RI.
DAFTAR PUSTAKA
Papalia, D. E., Wendkos, S., & Feldman,
Agustian, H. (2013). Gambaran kehidupan R.D. (2008). Human development 9th
pasangan yang menikah di usia muda Edition. (Terjemahan: Ak. Anwar).
di Kabupaten Dharmasraya. Spektrum Jakarta: Kencana.
PLS, Vol. 1(1), 205-217.
Santrock, J. W. (1995). Life-span
Badaruddin., Sholihah, M., Suud, A., development. (Terjemahan : Chusairi,
Mahlani, M., Aminudin., Rifa’i, S. A. & Damanik). Jakarta : Penerbit
(2012). Modul Kursus Pra Nikah. Erlangga
Yogyakarta: Seksi Urais Kemenag
Kota Yogyakarta.

Jurnal Psikologi Undip Vol.15 No.2 Oktober 2016, 124-133


Saidiyah,& Julianto
133
Seyal, F. (2006). Together forever : Valler, M.L., Ellison, C.G., & Powers, D.A.
Semailah cinta raih bahagia. (2009). Religious influences on the
(Terjemahan Mabni Darsi). Jakarta: risk of marital dissolution. Journal of
Sanabil Pustaka Marriage and Family ProQuest
Sociology, 71(4).

Jurnal Psikologi Undip Vol.15 No.2 Oktober 2016, 124-133

Das könnte Ihnen auch gefallen