Sie sind auf Seite 1von 16

MODEL INTERVENSI PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

DI KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT

Intervention Model of Dengue Hemorrhagic Fever Control


in Indramayu District, West Java
l
Arnrul Munif, Dede Anwar Musadad, Kasnodihardjo
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
Email: amrulmunif@litbang.depkes.go.id

Diterima: 11 Nopember 2013; Direvisi: 19 Nopember 2013; Disetujui: 3 Desember 2013

ABSTRACT

In Indonesia principal of activity control program Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF) currently now
include epidemiological surveillance, discovery and case management, vector control, community
participation, early warning system (EWS), outbreaks, dissemination of information, partnerships, capacity
building, research, monitoring and evaluation. However, these activities not yed the expected results, it is
indicates the need for other measures in order to improve the program in the prevention of dengue. The
process of transmission of dengue is a dynamic process, the study of the transmission of the disease need to
involve the dynamic aspects of the dependence on time, which has been neglected in many studies that have
been conducted relating to DHF. By involving the dynamic aspects of the transmission process will be to
obtain a more precise conclusion in determining the disease control policies. For reasons these research
has been done on the development of a model dengue control more specific and dynamic in Indramayu
district, West Java. The purpose of the study to gain control model that can lower DHF Infection Rate
( IR ) to zero percent. Results showed the free larvae index which reflect environmental hygiene at distric
of Indramayu West Jawa 60,0%. This illustrates that the breeding places eradication program in the
district well doing, was being in the district foging implementation in Indramayau was able to reduce the
incidence of DHF either primary infection ( detectable IgM) and secondary infection ( IgG and IgM
detected ). Insect repellent can be used as an alternative for the prevention of the spread of dengue fever
can reduce the increase in the number of dengue infections. Basically Insect repellent use can reduce IR.
The combination of fogging and insect repellent will be more effective in reducing the number of infections.
RDT implementation and then immediately responded by conducting fogging or the use of insect repellent
to prevent the spread of dengue fever so that the number of infection will be reduced.

Keywords: Intervention Model , Dengue Fever Control

ABSTRAK

Di Indonesia kegiatan pokok program pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) saat sekarang
meliputi surveilans epidemiologi, penemuan dan tatalaksana kasus, pengendalian vektor, peningkatan peran
serta masyarakat, sistim kewaspadaan dini (SKD), penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB),
penyuluhan, kemitraan, capacity building, penelitian,survei, monitoring dan evaluasi. Namun berbagai
kegiatan tersebut belum memberikan hasil yang diharapkan, hal ini mengindikasikan masih perlunya upaya
lain dalam rangka perbaikan program dalam penanggulangan DBD. Proses penularan DBD merupakan
proses dinamik, dengan demikian kajian tentang penularan penyakit tersebut perlu melibatkan aspek
dinamik tersebut ketergantungan terhadap waktu, yang selama ini diabaikan dalam berbagai penelitian yang
telah, dilakukan berkaitan dengan DBD. Dengan melibatkan aspek dinamik dari proses penularan tersebut
akan diperoleh suatu kesimpulan lebih tepat dalam menentukan kebijakan penanggulangan penyakit
tersebut. Dengan alasan tersebut telah dilakukan penelitian tentang pengembangan model pengendalian
DBD yang lebih spesifik dan dinamis di Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat. Tujuan penelitian
untuk mendapatkan model pengendalian DBD yang dapat menurunkan Infection Rate (IR) menjadi nol
persen. Hasil penelitian menunjukkan angka bebas jentik (ABJ) yang mencerminkan kebersihan
lingkungan di Kabupaten Indramayu tertinggi 83,2%. Hal ini menggambarkan bahwa program
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di kabupaten tersebut berjalan dengan baik. Pelaksanaan foging di
lokasi penelitian tersebut ternyata dapat menurunkan insidensi DBD baik itu infeksi primer (terdeteksi
IgM) maupun infeksi sekunder (terdeteksi IgG dan IgM). Insect repellent dapat dijadikan alternative
pencegahan menularnya DBD karena dapat menurunkan peningkatan jumlah infeksi DBD. Pada dasarnya

253
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 4, Desember 2013: 253 — 268

penggunaan Insect repellent dapat menurunkan IR. Kombinasi fogging dan insect repellent akan lebih
efektif dalam menurunkan jumlah infeksi, karena dengan fogging 20% dan 40% Insect repellent , IR
menjadi satu orang. Pelaksanaan program kontainer tertutup dapat menurunkan peningkatan jumlah infeksi
DBD pada saat outbreak dengan bertambahnya tingkat insect repellent menjadi 40%, dan tingkat fogging
20% saja, nilai IR menjadi nol setelah hari ke 100. Pelaksanaan RDT dan kemudian segera ditanggapi
dengan dilakukan fogging atau penggunaan insect repellent dapat mencegah penyebaran DBD sehingga
jumlah infeksi akan berkurang.

Kata kunci: Model Intervensi, Pengendalian Demam Berdarah Dengue

PENDAHULUAN perubahan nilai parameter yang dinamis pada


Demam berdarah dengue (DBD) dinamika kasus DBD, tidak hanya untuk
merupakan salah satu penyakit menular yang dinamika transmisi tetapi digunakan untuk
dapat menimbulkan kejadian luar biasa strategi pencegahan dan kontrol. Setiap
(KLB) atau wabah. Hingga kini penyakit parameter mempunyai asumsi dan konsep
tersebut belum dapat diatasi secara tuntas sendiri sehingga diperlukan suatu simulasi
bahkan insiden penyakit semakin meningkat kegiatan pengendalian vektor yang dilakukan
dan meluas di seluruh Indonesia. program. Untuk memperoleh intervensi yang
tepat diperlukan analisis dinamika yang
Proses penularan DBD merupakan dikembangkan menjadi pola struktur
proses dinamik, dengan demikian kajian dinamis. Setiap pola struktur memiliki
tentang penularan penyakit tersebut harus perbedaan pola perilaku yang ditetapkan
melibakan aspek diamik, yaitu
dalam simpul-simpul umpan balik (causal
ketergantungan terhadap waktu, yang selama banyak simpul
loop). Semakin
ini diabaikan dalam berbagai penelitian yang mengindikasikan semakin banyak variabel
berkaitan dengan DBD. (Horsfal, 1955), atau unsur dan parameter sehingga model dan
Dengan melibatkan aspek dinamik dari kesimpulan yang dihasilkan semakin rinci
proses penularan tersebut akan diperoleh (Schliessmann and Callheirros ,1974).
suatu kesimpulan lebih tepat dalam Perilaku dinamis bersumber dari keunikan
menentukan kebijakan penanggulangan DBD struktur model yang diperoleh dari hasil
( Dit. Jen P2M dan PLP,2006) Dengan alasan simulasi model. Pemahaman perilaku model
demikian perlu adanya model pengendalian hasil simulasi berdasakan penelusuran
DBD yang lebih spesik dan dinamis ( Malole, terhadap struktur model, sedangkan simulasi
M, 1987). Untuk itu mendapatkan model bertujuan untuk memahami proses intervensi.
pengendalian yang tepat guna serta dapat
Out put penelitian yang diharapkan adalah
diterima masyarakat maka perlu dilakukan diperolehnya penurunan angka kesakitan (IR)
penelitian. Manfaat penelitian selain sebagai paling rendah dari target nasional IR 55 per
masukan bagi program pengendalian DBD di 100.000 orang atau IR menjadi nol dengan
wilayah kabupaten yang di jadikan daerah model tertentu.
penelitian, dan diharapkan dapat dijadikan
sebagai rujukan teknologi dibidang Tulisan ini merupakan bagian dari
pengendalian DBD secara nasional. hasil penelitian tentang pengembangan model
intervensi DBD yang dilakukan di ke dua
Pengembangan model mengenai
propinsi yaitu Jawa Barat dan Kalimantan
lingkungan, vektor, virus, pencegahan Barat. Namun pada tulisan ini hanya
penularan dan pengobatan pada penderita ditekankan pada pembahasan basil di
merupakan kegiatan yang dilakukan program kabupaten Indramayu propinsi Jawa Barat
serta rapid assessment procedure (RAP), dan saj a.
survey lapangan untuk memperoleh model
intervensi. (Eng-Eong Ooi, et al, 2011) .
Dinamika program pengendalian DBD yang
komplek memerlukan suatu analisis yang
memadai. Focks dalam Gubler (2001) telah
menggunakan model dinamika dan model
stok kastik. Model ini digunakan karena
254
Model intervensi pengendalian demam...(A Munif, D Anwar M & Kasnodihardjo)

BAHAN DAN CARA berkala. Penegakan diagnosis laboratoris


DBD memerlukan pemeriksaan serologi uji
Daerah Penelitian
HI (haemaglutination inhibition test) atau
Salah satu daerah penelitian adalah ELISA yang saat ini tersedia dalam bentuk
Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Dipilih dengue rapid test (dengue rapid strip test),
menjadi salah satu daerah penelitian karena PCR atau isolasi virus (Christophers, 1960.)
angka IR di provinsi Jawa Barat 89,41 per
mil. Untuk pengembangan model perlu data Data basil penelitian berbagai aspek
dasar yang terdiri dari berbagai aspek yang setelah dianalisis digunakan untuk
mengembangkan model pengendalian DBD
meliputi aspek sosial budaya termasuk di
secara simulasi menggunakan system
dalamnya manajemen program pengendalian,
dynamics
sanitasi lingkungan phisik, dan lingkungan
biologi. Data aspek sosial budaya yang
meliputi pengetahuan, sikap dan perilaku
HASIL
terkait DBD dikumpulkan melalui
wawancara menggunakan kuisioner. Sedang Gambaran Umum Kabupaten Indramayu
manajemen program pengendalian
Secara geografis Kabupaten
dikumpulkan melalui wawancara mendalam
Indramayu terletak antara 107 derajat 52
menggunakan formulir pedoman wawancara.
menit sampai 108 derajat 36 menit derajat
Data aspek lingkungan fisik dikumpulkan
Bujur Timur dan 6 derajat 15 menit sampai 6
melalui pengamatan menggunakan formulir
derajat 40 detik lintang selatan dengan luas
pengamatan dan pengukuran terhadap
wilayah 2.040.110 km. Wilayah Indramayu
sanitasi lingkungan termasuk TPA (Tempat
mempunyai jarak terpanjang menurut garis
Penampungan Air). Data lingkungan biologi
lurus dari Barat ke Timur sepanjang 70 km,
dikumpulkan melalui survei menggunakan
dan dari utara ke Selatan sepanjang 40 km.
formulir pengamatan terhadap populasi
Panjang jalan mencapai 996.856 km,
jentik, kapasitas vektor, perilaku hinggap,
diantaranya merupakan jalan utama pada
inkriminasi, ABJ, MHD (Nelson et al, 1976)
jalur pantai Utara yang memiliki kepadatan
arus lalu lintas yang cukup tinggi dan sangat
rawan terjadi kecelakaan lalu lintas.
Pengolahan dan Analisa Data
Kabupaten Indramayu memiliki 10
Data aspek sosial budaya sebelum kecamatan yang berbatasan langsung dengan
diolah dan dianalisa diedit terlebih dahulu laut Jawa dan panjang garis pantai 114 Km.
untuk kerapian data. Selanjutnya data Kabupaten Indramayu dengan batas-batas
dimasukan ke dalam media magnetik berupa sebagai berikut. Sebelah Utara berbatasan
USB melalui proses entry selanjutnya dengan laut Jawa, sebelah selatan berbatasan
dianalisis secara deskripsi kualitatif dan tabel dengan Kabupaten Subang, Kabupaten
silang yang diuji dengan regresi linier. Untuk Majalengka dan Kabupaten Cirebon. Sebelah
data manajemen diolah secara manual Barat berbatasan dengan Kabupaten Subang.
melalui transkrip selanjutnya dimasukan ke Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa
dalam tabel matrik untuk mengetahui dan Kabupaten Cirebon.
informasi esensial yang terkait dengan
Secara administrasi pemerintahan,
masalah pengendalian DBD, selanjutnya
kabupaten Indramayu memiliki 31 kecamatan
dianalisis secara deskripsi kualitatif.
yang terdiri dari 307 desa dan 8 kelurahan.
Inkriminasi vektor dan populasi Seluruh kecamatan di kabupaten Indramayu
larva vektor, pemeriksaan virus dengue di dapat dijangkau melaui jalan darat
nyamuk untuk mernperoleh EIR. Manajemen menggunakan alat transportasi kendaraan
pengendalian kasus DBD meliputi penemuan baik roda empat maupun roda dua, namun
penderita DBD simtomatis dan penegakan ada beberapa daerah untuk menjangkau
diagnosis DBD secara klinis sesuai dengan pelayanan Kesehatan (Puskesmas) harus
kriteria WHO (WI-10,2007), yang menempuh selama 30-60 menit. Sebagian
memerlukan pemeriksaan laboratorium untuk wilayah kabupaten Indramayu di sebelah
pemeriksaan trombosit dan hematokrit secara utara adalah daerah pantai dan merupakan

255
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 4, Desember 2013 : 253 — 268

perkampungan nelayan dengan kondisi Managemen kasus dengan


sanitasi lingkungan yang kurang sehat karena melakukan RDT (Rapid Dengue Test). Pada
kumuh. sekenario ini pada hari ke 1-3 telah terdeteksi
bahwa seseorang positif DBD, sehingga
Secara topografi sebagian besar langkah yang dilakukan yaitu dengan
wilayah kabupaten Indramayu merupakan melakukan pencegahan, salah satunya yaitu
dataran dengan kemiringan tanah 0-2 %. dengan memutus mata rantai hidup nyamuk
Iklim Kabupateri Indramayu yang
dengan melakukan fogging. Kausal loop
membentang sepanjang pesisir pantai utara diagram secara keseluruhan dapat dilihat
membuat suhu udara cukup titiggi berkisar dalam gambar 1. Dalam menentukan
22,9° - 30°C dengan karakter. "iklim modeling tampa intervensi (Stock Flow
kelembaban udara.70% - 80 %, Suhu udara Diagram) dengan menggunakan perangkat
22,9°C — 30° C, Curah hujan rata-rata power Sim. Hasil survey pertama untuk
tahunan adalah 1,501 mm/tahun, curah hujan memperoleh simulasi model dan penetuan
terendah 888 min/tahun. Rata-rata hujan intervensi. Simulasi model diperoleh dari
sepanjang tahun sebesar 1.590 mm dengan 'data lapangan. (data base line) dan data
jumlah hari hujan 81 hari. Curah hujan referensi dianalisa untuk menentukan
tertinggi terjadi di Kecamatan Indraniayu intervensi dengan out put nya berupa grafik,
Kota kurang lebih 2022 mm dengan jumlah tabel, solusi dan hasil lain. Langkah
curah hujan tercatat 102 hari, sedang curah selanjutnya modeling dengan intervensi juga
hujan terenclah di Kecamatan Gantar kurang melakukan simulasi model dengan intervensi
lebih 1.0900 mm dengan jumlah hari hujan untuk perkiraan kedepan. Pada survei kedua
88 hari. implementasi intervensi dan validasi
Jumlah penduduk tahun 2010 tercatat lapangan. Untuk memperoleh manajemen
1.744.897 jiwa yang terdiri dari 888.579 laki- kasus berbasis laboratorium pemeriksaan .
laki dan 856.318 perempuan dengan rata-rata serologi dan penanganan kasus yang cepat
laju pertumbuhan penduduk mencapai dan tepat, perlu melakukan berbagai cara
0,70.Di Kabupaten Indramayu mempunyai yang mempunyai daya ungkit lebih tanjam
potensi sumber daya manusia cukup besar melahli model Dinamika Sistem yang
mengingat jumlah penduduk menempati menggambarkan skema hubungan sebab
• urutan ke sebelas dari 26 Kabupaten di akibat. Keadaan ini sangat mendukung
Propinsi Jawa-Barat.. penanggulangan DBD untuk membatasi
penularan penyakit yang cenderung meluas,
Menurut data dari Dinas Kesehatas
mencegah KLB serta menekan angka
Kabupaten Indramayu ada beberapa
kesakitan dan kematian, maka pemerintah
kecamatan di wilayah kabupaten tersebut
juga melaksanakan pemberantasan vektor
merupakan daerah endemis, sporadic dan
dengan menggunakan insektisida ( fogging
rawan kejadian luar biasa (KLB) DBD yaitu
focus) memenuhi kriteria Penyelidikan.
kecamatan Indramayu kota, kecamatan epidemiologi (PE).
Jatibarang dan kecamatan Karangampel
(Dinkes Kabupaten Indramayu, 2009) Hubungan antar variabel dalam
metode system dynamics umumnya adalah
hubungan kausal atau hubungan sebab akibat
Simulasi Model.Pengendalian DBD (cause effect relationship). Hubungan kausal.
ini ada yang bersifat satu arah ada yang
Penyusunan simulasi model
bersifat siklus (lingkar sebab-akibat, causal
intervensi pengendalian DBD, dari tujuan
loop).Dimana hubungan dalam metode
tersebut maka dilakukan beberapa skenario.
system dynamics hubungan antar variabel
Cara perlindungan diri yang sesuai untuk -
tidak sama dengan hubungan korelasional
masyarakat daerah setempat. Skenario ini
dalam statistik. Hubungan satu arah
merupakan peran serta masyarakat dalam
dikatakan positif apabila variabel sebab
pengendalian vektor DBD. Peran serta yang
tinggi dan variabel akibat tinggi atau jika
dilakukan yaitu- dengan melakukan repellent
variabel sebab turun maka variabel akibat
dan fogging.
turun. Notasi dalam permodelan ini untuk
hubungannya bertanda (+) atau same

256
Model intervensi pengendalian demam...(A Munif, D Anwar M & Kasnodihardjo)

direction. Hubungan dikatakan negatif jika apabila perkalian semua hubungan antar
variabel sebab tinggi dan variabel akibat variabel melingkar itu negatif. Notasi dalam
turun atau jika variabel sebab turun dan permodelan untuk hubungan ini adalah (-)
variabel akibat tinggi maka permodelan atau balancing loop disebut juga negative
untuk hubungan ini adalah bertanda (-) atau feedback loop.
opposite direction.
Analisis dinamika perlu suatu
Hubungan lingkar sebab akibat penyederhanaan, dikembangkan menjadi pola
dalam struktur ini adalah blok pembentuk struktur dinamis. Setiap pola struktur
model yang disebut juga sebagai lingkar memiliki perbedaan pola perilaku yang
umpan-balik. Struktur ini menyatakan dinyatakan melalui simpal-simpal umpan
hubungan sebab-akibat variabel-variabel balik (causal loop). Banyaknya simpal
yang melingkar, bukan menyatakan menggambakan semakin banyak pula
hubungan korelasi statistik. variabel atau unsur dan parameter yang
berarti semakin rinci dan dinamis. Dengan
Hubungan dikatakan positif apabila
perkalian tanda semua hubungan antar perilaku dinamis bersumber dari keunikan
struktur model yang dikenali dari hasil
variabel yang melingkar itu positif. Notasi
simulasi model. Simulasi model adalah upaya
dalam permodelan untuk hubungan ini adalah
untuk menirukan bekerjanya suatu sistem
(+)atau reinforcing loop disebut juga positive
dengan menggunakan suatu model.
feedback loop. Hubungan dikatakan negatif

LINGKUNGAN Kasus
Vektor
endemis

Tempat Kepadatan
Tempat perindukan Penampungan Penduduk
ABJ, CI, HI

Vann

Aedes Penular

KASUS Laju
DBD Transmisi

Manuso Manusia Manusia Manusia Manusia


Rentz) Terinfeksi Penular Sakit MD Imun

Gambar 1. Causal loop Diagram untuk model intervensi pengendalian DBD.

Dalam skenario dasar sesuai tujuan dominan. Pada skenario ini ada tiga
penelitian variabel yang berpengaruh subsistem antara lain nyamuk, manusia dan
terhadap lingkungan adalah faktor yang penyakit DBD. Pada subsistem lingkungan

257
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 4, Desember 2013 : 253 — 268

dimana banyak ditemukan temp at dengan kasus DBD dapat melalui Aedes
penampungan akibatnya banyak nyamuk penular banyak maka manusia terinfeksi
vektor hubungan positif, hubungan vektor banyak hubungan ini positif. Dapat juga
banyak dengan kasus endemis kesempatan hubungan vektor dan kasus melalui keaktifan
menularkan banyak sehingga kasus tinggi induvidu yang mempunyai hubungan positif.
juga hubungan positif. Hubungan kasus Adanya keaktifan masyarakat yang tinggi
banyak maka kapadatan penduduk berkurang maka laju infeksi (EIR) rendah sehingga
sehingga hubungannya negatif. Hubungan hubungan ini negatif. Laju infeksi yang
banyak penduduk akibatnya banyak rendah maka manusia penular juga rendah
penampungan, hubungan ini positif.( sehingga hubungan positif. Hubungan
Gomez-et al, 1992) Banyaknya manusia rentan banyak maka manusia
penampungan air yang positif larva terinfeksi banyak hubungan ini positif
menyebabkan rendahnya angka bebas jentik, sebaliknya manusia terinfeksi banyak maka
House indeks, Container Indeks sehingga manusia rentan sedikt hubungan ini negatif.
hubungan positif. Hubungan lingkar sebab Banyaknya manusia terinfeksi maka manusia
akibat dalam struktur ini negatif karena penular banyak hubungan positif, manusia
perkalian semua hubungan antar variabel penular banyak maka manusia terinfeksi
melingkar itu negatif. Notasi dalam sedikit. Sedangkan hubungan manusia
permodelan untuk hubungan ini adalah (-) penular dengan manusia sakit mempunyai
atau balancing loop disebut juga negative hubungan positif dan negatif Hubungan
feedback loop ditunjukan pada gambar manusia sakit dan manusia imun mempunyai
causal loop dasar. Sistem lingkungan hubungan positif dan negatif pada gambar
berhubungan dengan vektor melalui Aedes dasar causal loop. Hubungan lingkar sebab
yang mempunyai hubungan positif akibat dalam struktur ini positif karena
perkalian semua hubungan antar variabel
Pada subsistem vektor dalam
melingkar itu positif. Notasi dalam
skenario dasar sesuai tujuan penelitian permodelan untuk hubungan ini adalah (+).
variabel yang berpengaruh terhadap vektor
Notasi dalam permodelan ini untuk
adalah faktor yang dominan, hubungan hubungannya bertanda (+) atau same
banyaknya telur maka larva banyak sehingga direction ditunjukan pada gambar causal
hubungannya positif, larva banyak maka
loop diagram dasar (Muhamamadi, 2001)
pupa banyak maka hubungannya positif,
pupa banyak menimbulkan banyak nyamuk
hubungan positif . Banyaknya nyamuk maka PEMBAHASAN
nilai Man Hours Density (MHD) tinggi
hubungan sebab-akibat positif. Banyaknya Distribusi angka DBD di daerah penelitian
nyamuk tingkat infektif tinggi juga hubungan Distribusi IR di kabupaten
positif, Aedes infektif banyak mempunyai Indramayu tertinggi pada tahun 2009 (72,8
hubungan dengan MHD tinggi pula sehingga permil) dan terendah pada tahun 2010
hubungan ini positif. Aedes infektif banyak (31,49). Perkembangan angka kesakitan
berhubungan dengan Aedes penular banyak DBD hubungannya dengan waktu di
pula sehingga hubunganya positif. Hubungan kabupaten Indramayu menunj ukkan
lingkar sebab akibat dalam struktur ini positif hubungan negatif. Namun sejauh mana angka
karena perkalian semua hubungan antar kesakitan (IR) menujukan nilai penurunan
variabel melingkar itu positif. Notasi dalam bila dilihat dari nilai IR setiap tahunnya, juga
permodelan untuk hubungan ini adalah (+). seberapa lama untuk menurunkan IR menjadi
Notasi dalam permodelan ini untuk nol. Sehingga dalam hal ini diperlukan model
hubungannya bertanda (+) atau same intervensi yang dapat mempercepat
direction ditunjukan pada gambar causal penurunan.( Gambar 2).
loop diagram dasar. Hubungan vektor

258
Model intervensi pengendalian demam...(A Munif, D Anwar M & Kasnodihardjo)

80
70
y = -4,808x + 9707,9
60
= 0,1175
50
40
30
20
10
0
2006 2007 2008 2009 2010
Gambar 2 : Hubungan Kasus DBD dengan waktu di Kabupaten Indramayu
Propinsi Jawa Barat, 2007-2010

Hasil pemeriksaan status infeksi repellent, kombinasi fogging dan repellent,


virus dengue menggunakan RDT di pembersihan container plus abate,
kabupaten Indramayu, angka DBD dari dari penggunaan RDT dalam mencegah KLB,
hasil pemeriksaan RDT sudah lama tertular Eng-Eong Ooi,et al,.2009, Schliessman and
pada setiap lokasi penelitian menunjukan Callheirros 2008)
perbedaan. IgG14(27,45%) adalah manusia
tertular DBD lebih dari satu minggu
sedangkan IgM3 (5,88%) barn terinfeksi Kepadatan, Distribusi Jenis dan Jumlah
pertama kali masih barn kurang dari Vektor
seminggu. IgG dan IgM 3 (5,88%) adalah
manusia sedang sedang sakit DBD. IgM Penangkapan nyamuk di lokasi
penelitian yang diperoleh dengan umpan
tertinggi ditemukan di Kabupaten Indramayu.
badan pada setiap lokasi menunjukan
Sedang pada saat sakit ditunjukan pada nilai
IgM dan IgG tertinggi. Sementara jumlah perbedaan .Rata-rata nyamuk menggigit per
rumah dengan penampungan air dari jam dengan kepadatan tertinggi di temukan
sebanyak 265 kontainer, terdapat 60 jumlah sebanyak 0.91 dan parity rate 0,34, Infeksi
alami sebesar 0,067, keadaan lingkungan di
rumah positif larva sedangkan jumlah
Kabupaten Indramayu terutama intensitas
container yang positif larva 97
curah hujan menyebabkan jumlah nyamuk
memperlihatkan house indeks mencapai
berbeda.
40,00% dan ABJ 60,0 %. Kejadian ini
menunjukan separuh lebih rumah terdapat Sulitnya air sehingga banyak
larva nyamuk Aedes aegypti..(Tabel 3). penduduk menyimpan air sebagai persediaan,
Status indikator bila dilihat dari gambaran tanpa menutup penampungan hal ini member
kepadatan menumt WHO ternyata House peluang nyamuk dewasa meletakan telur.
indeks berada diantara 38-49 yaitu pada grate Menurut Alto dan Juliano 2010, bahwa
6, sedangkan container indeks berada pada kepadatan populasi nyamuk Aedes
grate 8 dan breteau indeks pada great 6. Hasil dipengaruhi oleh curah huj an. Dengan
parameter entomologi jumlah container yang demikian karena curah hujan di daerah
diperiksa 265 yang positif larva 97% khalutistiwa lebih tinggi dengan daerah
sehingga CI=36,6%, BI= 64,6 dan House musom yaitu Pulau Jawa ( Nelson et al,
indeks=40%. Dari data diatas yang dianalisis 1978)
secara dinamika system diperoleh model
intervensi dari mulai fogging, penggunaan

259
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 4, Desember 2013 : 253 — 268

Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku bukan nyamuk 32,7%, yang menjawab


Kaitannya Dengan DBD penularan DBD bukan karena gigitan
nyamuk 67%, yang menjawab tidak tahu
Besarnya persentase jumlah
tempat perkembangbiakan nyamuk A.aegypti
responden yang pernah mendengar tentang 22,7%, yang tidak mengetahui waktu
DBD 11,3%. Sedangkan pengetahuan, sikap penularan DBD 31%, yang menjawab tidak
dan tindakan masyarakat terhadap terjadinya tahu cara bagaimana mencegah penularan
kasus DBD tidak menunjukan hubungan
DBD 24,7%. Demikian pula tentang
yang nyata (p>0,05) di semua wilayah keterlibatan masyarakat dalam PSN. Hasil
kecamatan. Pengetahuan tercermin pada wawancara menunjukkan bahwa secara
jawaban responden atas pertanyaan tentang proporsi jawaban responden yang tidak
gejala/tanda-tanda sakit DBD yang
terlibat pada kegiatan PSN 31%, yang tidak
merupakan salah satu komponen
mebakar barang-barang bekas 18%, yang
pengetahuan tentang DBD. Dari hasil
tidak mengubur dan menimbun barang bekas
wawancara di diperoleh gambaran mengenai
57%. Dari hasil pengamatan lingkungan
penderita dengan IgM 5,88%, IgG (27,45%), cukup banyak barang-barang bekas dan
IgM dan IgG (5,88%). Sedangkan
ditemukan jentik nyamuk di bak mandi atau
pengetahuan tentang DBD tercermin pada tempayan sebanyak 41,3% dari seluruh
berbagai jawaban dari sejumlah responden
rumah tinggal yang dijadikan sampel
ketika ditanyakan tentang berbagai
penelitian. Bahkan sekitar 58% dari sejumlah
komponen pengetahuan tentang penyakit
sampel rumah yang diamati di dalam kamar
tersebut, yang menjawab tidak tahu tentang bergelantungan.
nampak baju yang
gejala DBD 22%, yang menjawab tidak tahu Sedangkan rumah yang positif ada jentik 40
bahwa DBD ditularkan oleh nyamuk 36,7%,
%.
yang menjawab bahwa DBD penularnya

Model dinamika sistem


STOK FLOW DIAGRAM

Kontainer_Teraltup
PSNPI

Gambar 3. Stok Flow Diagram Dasar

260
Model intervensi pengendalian demam...(A Munif, D Anwar M & Kasnodihardjo)

Keterangan:
Rate 14 Kelahiran Alami pada manusia
Rate 16 Laju infeksi primer pada manusia
Rate 17 Laju kesembuhan pada manusia terinfeksi primer
Rate 18 Laju infeksi sekunder pada manusia
Rate 19 Kematian alami pada manusia terinfeksi sekunder
Rate 20 Recruitment Nyamuk
Rate 21 Laju infeksi pada nyamuk terinfeksi
Rate 22 Kematian alami pada nyamuk
Rate 23 Kematian Alami Pada manusia Sehat/Rentan
Rate 24 Kematian alami pada manusia terinfeksi primer
Rate 25 Kematian alami pada manusia yang sembuh
Rate 26 Laju kesembuhan pada manusia terinfeksi sekunder
Rate 27 Kematian alami pada nyamuk tidak terinfeksi
Sh adalah manusia Rentan
adalah manusia yang terdeksi IgM
12 adalah manusia yang terdeksi IgG dan IgM
Rh adalah manusia yang terdeksi IgG
Sy adalah nyamuk Rentan (jumlah
nyamuk dewasa); I. adalah nyamuk
terinfeksi

Populasi manusia/host (NH) dibagi Dengue. Infected host kedua (1H2), yaitu
menjadi empat kompartemen, yaitu : recovered host yang terinfeksi kembali oleh
Susceptible host (SO yang merupakan virus Dengue.Pada populasi nyamuk/vector
manusia sehat dan berpeluang untuk dibagi menjadi dua kompartemen, yaitu
terinfeksi penyakit DBD. Infected host susceptible vector (Sr) yang merupakan
pertama (1H1), yaitu sejumlah susceptible nyamuk dewasa yang belum terinfeksi virus
host yang terinfeksi penyakit DBD. Dengue dan infected vector (Iv) yang
Recovered host (R), yaitu infected host merupakan susceptible vector yang terinfeksi
pertama yang mengalami kesembuhan dan virus Dengue.( Tabachnick,W.J. and
berpeluang terinfeksi kembali oleh virus William,C.B.1998)

261
Junta' Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 4, Desember 2013 : 253 — 268

(a) (d)

30,0

20,0 _ _ 102

2 102 1

1172 2

10,0

20 40 60 100 O 20 40 60 100

Time TIME

(b)
60,0

50,0

40,0

1._1n1

3 2 1 01_1
30,0
1111_2

4 _ 101_3
20.0 \

1\

10,0

0 20 40 60 100
Time

Gam
bar 4. Perbandingan model tanpa fogging (merah) dan model dengan fogging, dengan tingkat fogging
H
20% (hijau),40% (biru), dan 60% (coklat). (a) H) (b) 1, (c) RH, (d) 2

Gambar 4.a. Kelompok manusia kelompok ini akan mengalami outbreaks


rentan (Susceptible). Kurva merah (model pada sekitar hari ke 20. Sedangkan jika
dasar tanpa intervensi) memperlihatkan dilakukan fogging, walaupun outbreaks tetap
bahwa kelompok ini semakin berkurang jika terjadi, tetapi jumlah infeksinya berkurang
tanpa dilakukan intervensi di Kabupaten cukup signifikan.Semakin besar tingkat
Indramayu. Kurva warna biru, hijau dan fogging, jumlah infeksi saat outbreaks
cokelat menunjukkan tingkat fogging yang semakin berkurang. (Dit.Jen P2M dan PLP,
semakin besar. Grafik tersebut 2006)
memperlihatkan bahwa dengan semakin Gambar 4.c .Kelompok manusia
besarnya tingkat intervensi berupa fogging, yang tedeteksi IgG diperlihatkan oleh gambar
maka kelompok manusia ini tidak akan ini.Kurva merah (model dasar tanpa
berkurang tetapi tetap/stabil. (Dit.Jen P2M intervensi) memperlihatkan semakin
dan PLP, 2006) meningkatnya kelompok ini jika tanpa
Gambar 4.b. Gambar ini dilakukan intervensi. Jika dilakukan fogging,
memperlihatkan grafik kelompok manusia maka pertambahan kelompok manusia yang
yang terdeteksi IgM. Kurva merah (model terdeteksi IgG tidak terlampau besar.
dasar tanpa intervensi) memperlihatkan

262
Model intervensi pengendalian demam...(A Munif, D Anwar M & Kasnodihardjo)

Gambar 4.d. Gambar ini dilakukan outbreaks infeksi pada nyamuk


memperlihatkan grafik kelompok manusia tetap terjadi, dan walaupun outbreaks terjadi
yang terdeteksi IgG dan IgM. Kurva merah lebih cepat,namun dengan jumlah infeksi
(model dasar tanpa intervensi) yang berkurang. Pengaruh fogging jika tanpa
memperlihatkan kelompok ini akan dilakukan intervensi, IR (Incidence Rate) di
mengalami outbreaks pada sekitar hari ke 30. kabupaten Indramayu mencapai 97. Namun
Sedangkan jika dilakukan fogging, outbreaks jika dilakukan fogging dengan tingkat 20 %
tidak terjadi dan jumlah populasi kelompok saja, IR berkurang drastis menjadi 8 setelah
manusia ini akan terus berkurang. 100 hari. Jika tingkat fogging ditambah, IR
(Dep.Kes .2010) akan semakin kecil, bahkan mencapai nol
Gambar 4.e. dan Gambar 4.f. jika fogging dilakukan dengan tingkat 40%
Gambar 4.e. memperlihatkan kelompok atau lebih. Dengan demikian pelaksanaan
nyamuk sehat dan Gambar 6.f. merupakan fogging dapat menurunkan insidensi DBD di
kelompok nyamuk terinfeksi . Kurva merah Kabupaten Indramayu, baik itu infeksi primer
(model dasar tanpa intervensi) pada gambar (terdeteksi IgM) maupun infeksi sekunder
6.f memperlihatkan kelompok nyamuk (terdeteksi IgG dan IgM). Hal ini sesuai hasil
terinfeksi akan mengalami peningkatkan dan penelitian yang dilakukan oleh Laria et al
kemudian mencapai outbreaks pada hari ke ,1988
20. (Alto dan Juliano ,2010) Jika fogging

Model intervensi dengan insect repellent


(a) (C)

1.500.000 '''''
8 8_21 4 4 - 4 4 4
-''---

1,400 2 -- 3

S1r 1 ,2
2
1,300.000- Z 2 SI-, 2 1,2_1
2 2
- °,. . sn,
-_,_ 1112 2
4. SO 8
1.200,000
2 1.

1.100,000 . 1- r'— — __
20 40 60 100 •0 20 40 60 80 100
-1-inrc Time

(b) (e)
60 •
400.000 I
S

50,0

300.000

1 1M11 SY
r
30.0 2 1 111 1 2 Sv,
200,000
.- °- 1,1 2
20.0 • 4 -. .4 Sv 3
3 .
100.000

2
-

I— -t
/ • -- 2-, , ,•••••••••--a•
--,
0 20 40 60 SO 100 O 20 40 60 80 100
Time Time

(() (1)
1

600,000- 1

606 000

r-.. \
2 2 I/
2
400, 000-
2 2
4 Rh
1,1, 1
20.0*. , 2
,Y
1v_1

4 F2,_ 2 , 1 v,
300,00- 4.

4 4

r -r -, , ..1 2 ..,
O 20 - •
40 '''' '''')
100 O 20 40 GO 80 100
T rn E Tim

Gambar 5. Perbandingan model tanpa insect repellent (merah) dan model dengan insect repellent,
dengan tingkat repellent 20% (hijau), 40% (biru), dan 60% (coklat). (a) SEr, (b) /H1,
(c) RH , (d) hr 2

Gambar 5.a. Kelompok manusia bahwa kelompok ini semakin berkurang


rentan (Susceptible). Kurva merah (model dalam jangka waktu yang singkat. Namun
dasar tanpa intervensi) memperlihatkan jika insect repellent digunakan, pengurangan

263
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 4, Desember 2013 : 253 — 268

populasi kelompok manusia ini tidak terlalu lebih kecil dibandingkan tanpa dilakukan
drastis. Kurva biru, hij au dan cokelat intervensi (Soewono dan Supriatna,2010)
menunjukkan presentase penggunaan insect Gambar 5.d. Gambar ini memperlihatkan
repellent yang semakin besar. Grafik tersebut grafik kelompok manusia yang terdeteksi
memperlihatkan bahwa dengan semakin IgG dan IgM. Kurva merah (model dasar
besarnya tingkat intervensi berupa tanpa intervensi) memperlihatkan kelompok
penggunaan insect repellent, maka ini akan mengalami outbreaks pada sekitar
pengurangan populasi kelompok manusia ini hari ke 35.0utbreaks tidak akan terjadi jika
dapat direduksi. Gambar 5.b. Gambar ini dilakukan intervensi penggunaan insect
memperlihatkan grafik kelompok manusia repellent dengan tingkat 20% atau
yang terdeteksi IgM. Kurva merah (model lebih.Gambar 5.e. memperlihatkan kelompok
dasar tanpa intervensi) memperlihatkan nyamuk sehat dan Gambar 5.f. merupakan
kelompok ini akan mengalami outbreaks kelompok nyamuk terinfeksi . Kurva merah
pada sekitar hari ke 20. Jika dilakukan memperlihatkan tidak dilakukan intervensi.
intervensi dengan penggunaan insect Kelompok nyamuk sehat akan mengalami
repellent, outbreaks masih tetap terjadi, penurunan, karena terdapat sejumlah nyamuk
namun dengan jumlah infeksi yang sehat yang terinfeksi. Penurunan populasi
berkurang cukup drastis, sesuai dengan nyamuk sehat akan berkurang jika dilakukan
presentase penggunaan insect repellent. intervensi dengan penggunaan insect
Dengan kata lain, semakin banyak penduduk repellent, walaupun relatif kecil
yang menggunakan insect repellent, angka (Muhamamadi, et al, 2001). Pada kelom pok
populasi yang terdeteksi IgM pada saat nyamuk terinfeksi, terjadi outbreaks pada
outbreaks akan semakin berkurang. (DitJen sekitar hari ke 20 jika tanpa
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan interven si.P enggunaan insect repellent
lingkungan ,2008) Bahkan jika tingkat insect menurunkanoutbreaks pada populasi nyamuk
repellent mencapai 40% atau lebih, outbreaks terinfeksi di Kabupaten Indramayu. Grafik
tidak akan terjadi.Gambar 5.c. Gambar ini diatas menunjukkan bahwa penggunaan
memperlihatkan kelompok manusia yang insect repellent dapat menurunkan
tedeteksi IgG. Kurva merah (model dasar IR.Semakin banyak penduduk Kabupaten
tanpa intervensi) memperlihatkan semakin Indramayu yang menggunakan insect
meningkatnya kelompok manusia ini. Jika repellent, nilai IR semakin kecil.Bahkan IR
dilakukan intenvensi maka pertambahan mencapai nol hanya dengan tingkat insect
kelompok manusia yang terdeteksi IgG akan repellent 60% saja.

264
Model intervensi pengendalian demam...(A Munif, D Anwar M & Kasnodihardjo)

Model intervensi Rapid Dengue Test (RDT) (managamen kasus)


(d)

30,0

20,0 Ih2
_ 2___ Ih21
„Ih2_2
„Ih2_3
10,0

O 20 40 60 100
Tin) E

(b)
60,0

50,0

40,0
\
'"1
30,0 . 2 _ 8-11_1
Ih1_2
101_3
20,

10,0 2\

— -
0 234
0 20 40 60 80 100
Tim,

(c)
1
600,00

4 4
500,00

. - Rh
---- -2 2- 2
400,00 2 Rh l
„Rh 2
Rh 3
330,00

200,00 1

0 20 40 .30 80 100
Tim(

Gambar 6. Perbandingan model standar (merah) dan model dengan fogging, dengan tingkat
fogging40%. Fogging dilakukan pada hari ke 5 (hijau), hari ke 10 (biru) dan hari ke
20 (cokelat). (a) SH, (b) 1, (c) RH, (d) 412, (d) v, dan (e)

265
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 4, Desember 2013 : 253 — 268

(a) (d)
1,500

1,400,
2 2

a— 3 9.h 3,2

2 $n_1 2 1 h21
1.30o.000t
a Sh 2 , 1 h2 2

4_ Sh3 4 I h23

1.200,000-

1.100,000
O 20 40 60 100 20 40 60 80 100
Tim TirnE

(b) (e)

Sv

11,1_1 2 Sv_ 1
2
1 Sv 2
Sv 3
4, !hi 3 4

80 00 O 20 40 60 80 100
60
TimE TIME

(c) (0

30,0

Fin 20,0
3-- 3 2. Rh_ 1

10,0

40 60 80 100 40 60 60 100
TimE TimE

Gambar 7. Perbandingan model standar (merah) dan model dengan insect repellent, dengan
tingkat insect repellent 40%. Penggunaan insect repellent dilakukan pada hari ke 5
(hijau), hari ke 10 (biru) dan hari ke 20 (cokelat). (a) (b) 411, (c) RN, (d) IH2 , (d)
Sv, dan (e) .

Gambar 6 dan gambar 7 Dengan demikian dapat disimpulkan


mensimulasikan pelaksanaan fogging dan bahwa pelaksanaan RDT dan kemudian
penggunaan insect repellent segera setelah segera ditanggapi dengan dilakukan fogging
diketahui adanya infeksi pada seseorang dari atau penggunaan insect repellent dapat
hasil RDT.Jika dilakukan RDT, infeksi dapat penyebaran. penyakit DBD, sehingga jumlah
diketahui dengan cepat.Misalnya pada hari ke infeksi akan berkurang.
5 diketahui ada seseorang yang terinfeksi Gambar 6 dan gambar 7
DBD melalui RDT, kemudian segera mensimulasikan pelaksanaan fogging dan
dilakukan fogging (gambar 6) atau penggunaan insect repellent segera setelah
penggunaan insect repellent (gambar 7), diketahui adanya infeksi pada seseorang dari
maka jumlah infeksi saat outbreaks akan hasil RDT. Jika dilakukan RDT, infeksi dapat
rendah, ditunjukkan oleh gambar 6.b, 6.d, 7.b diketahui dengan cepat (Laria, 1988).
dan 7.d (kurva warna hijau). Namun jika Misalnya pada hari ke 5 diketahui adanya
RDT tidak dilakukan, akan terjadi
seseorang yang terinfeksi DBD melalui RDT,
keterlambatan dalam mengetahui adanya kemudian segera dilakukan fogging atau
infeksi (Laria, 1988) Misalkan infeksi barn penggunaan insect repellent (, maka jumlah
diketahui pada hari ke 10 atau 20, maka infeksi saat outbreaks akan rendah,
insidensi saat outbreaks akan tinggi, seperti ditunjukkan oleh gambar 19.b, 19.d, (kurva
telihat pada kurva warna biru dan cokelat warna hij au). Namun jika RDT tidak
pada gambar 6 b, 6.d, 7.b dan 7.d. dilakukan, akan terjadi keterlambatan dalam
mengetahui adanya infeksi. Misalkan infeksi

266
Model intervensi pengendalian demam...(A Munif, D Anwar M & Kasnodihardjo)

baru diketahui pada hari ke 10 atau 20, maka UCAPAN TERIMA KASIH
insidensi saat outbreaks akan tinggi, seperti
Ucapan terimakasih kami sampaikan
telihat pada kurva warna biru dan cokelat .
pada. Bapak Kepala Badan Penelitian
Pengembangan Kesehatan dan juga kami
ucapkan kepada Kepala Puslit PTIKM yang
KESIMPULAN DAN SARAN
telah memberi kesempatan biaya penelitian.
Kesimpulan Ucapan terimakasih kami, sampai Kepala
Model intervensi dilakukan fogging Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu,
dengan tingkat. 20 % saja, IR • berkurang yang banyak membantu kelancaran
drastis menjadi 8 setelah 100 hari. Jika penelitian. Begitu juga kami sampaikan
tingkat fogging ditambah, IR akan semakin ucapan terima kasih kepada Bupati
kecil, bahkan mencapai nol jika fogging Indramayu, Camat Indramayu, Karangampel
dilakukan dengan tingkat 40% atau lebih. yang telah membantu mengumpulkan tokoh
Dengan demikian pelaksanaan fogging dapat masyarakat, kader, lurah, LSM dalam
menurunkan insidensi DBD di Kabupaten pencanangan PSN yang melibatkan berbagai
Indratimyu, baik itu infeksi primer (terdeteksi lintas sektor.
IgM) maupun infeksi sekunder (terdeteksi
IgG dan IgM).
DAFTAR PUSTAKA
Penggunaan insect repellent Alto dan Juliano (2010). Precipit ation and temperatur
menurunkanoutbreaks pada populasi nyamuk effect on population of Aedes; Implication
terinfeksi . di Kabupaten Indramayu. Grafik for Range expansion. Journal of Medical -
diatas menunjukkan bahwa penggunaan Entomology, vol. 38, no 5., Entomological
insect repellent dapat menurunkan Society of Amerca, Florida
Christophers,S.S.R., 1960. Aedes aegypti (L),
IR.Semakin banyak penduduk Kabupaten Cambridge Univ.Press.London, 739
Indramayu yang menggunakan insect Dep.Kes.RI. Indikator Indonesia sehat 2010 dan
repellent, nilai IR semakin kecil.Bahkan IR Pedoman Penetapan Indikator Propinsi sehat
mencapai nol hanya dengan tingkat insect dan Kabupaten/Kota seha,t Kep.Men.Kes no
1202/Men Kes/SKNIII/2003 Dep.Kes.R.I.,
repellent 60% saja. Jakarta
Dengan demikian dapat disimpulkan Dinkes Kabupaten Indramayu, 2009; Profil Kesehatan
Kabupaten Indramayu,
bahwa pelaksanaan RDT dan kemudian Dit. Jen P2M dan PLP, (2006), Program dan Kebijakan
segera ditanggapi dengan dilakukan fogging Pengendalian Vekto r/ Reservoir
atau penggunaan insect repellent dapat Dit.Jen P2M dan PLP, 2006). Program dan Kebijakan
menurunkan penyebaran penyakit DBD, Pengendalian Vektor/Reservoir Penyakit di
sehingga jumlah infeksi akan berkurang. Indonesia. Simposium Nasional Pengendalian
vektor dan Reservoar, 17 Desember .
Saran DitJen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
lingkungan (2008). Modul pelatihan bagi
Perlu melakukan RDT, karena pelatih Pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
infeksi dapat diketahui dengan cepat disuatu DBD dengan pendekatan komunikasi
perubahan perilaku/KPP
wilayah endemis DBD. Misalnya pada hari
Eng-Eong Ooi, Kee-Tai Goh and Duane J.Gubler 2011.
ke 5 diketahui adanya seseorang yang Dengue Prevention and 35 years of Vector
terinfeksi DBD melalui. RDT, kemudian Control in Singapore.
segera dilakukan fogging atau penggunaan Gomez-Dantez Htapia-Conyer R, 1992;
insect repellent , maka jumlah infeksi saat Surveillance of dengue — the
identification of a public health problem;
outbreaks akan rendah, ditunjukkan oleh In' Halstead SB dan Comez-Dantes (eds):
gambar hasil analisis . Namun jika RDT tidak Dengue- A Worldwide Problem, a
dilakukan, akan terjadi keterlambatan dalam Common Strategy; Proceedings
mengetahui adanya infeksi. Misalkan infeksi Community based-Control; 29-39.
Gabler DJ, Trent. Emergence of epidemic
baru diketahui pada hari ke 10 atau 20, maka
dengue/dengue hemoragic fever as public
insidensi saat outbreaks akan tinggi. health problem. Infectious Agent Diseases,
1984; 83-93
Horsfal, W.R. (1955), Mosquitoes Their Bionomic and
Relation to disease. The Roland Press. Comp.
New York. 72

267
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 4, Desember 2013 : 253 — 268

Laria S.E., James E., DarnellJ.R., David B., and Allan Penyakit di Indonesia. Simposium Nasional
C., 1988. General Virology. Jhon Wiley and Pengendalian vektor dan Reservoar, 17
Sons. Desember
Malole, M, 1987, Virologi. Pusat antar Universitas, Schliessmann DJ, Callheirros LB. A review of the
Intsitut Pertanian Bogor Bekerja sama status of Yellow fever and Aedes aegypti
dengan Lembaga Sumberdaya Informasi- eradication programs in the Americas. Mosq
IPB. New. 1974 34; 1-9
Muhamamadi, Erman Aminullah dan Budi Susilo, Soewono,E & A.K. Supriatna: A Two-dimensional
2001.Analisis Sistem dinamika Lingkungan Model for the Transmission of Dengue Fever
hidup,social, manajemeni. Penerbit UMJ Disease, Bull. Malaysian Math. Soc. 24,
PRESS, Jakarta 2010, 49-57
Nelson M.J., Pant CP., Self LS., and Salim Usman. Tabachnick,W.J. and William,C.B.(1998),Population
1976; Observations on the breeding habitats genetics in vector biology. Paper Training
of Aedes aegypti (L) in Jakarta, Indonesia. Course , The Biology of Disease vectors,
Southeast Asian J.Trop.Med. Pub.Hlth 7 (3); New Delhi.,417-437
424-429. UNICEF / UNDP / World Bank / WHO, 2007. Special
Nelson,NJ, Self,L.S., Pant,CP and Usman S.1978. Programme for Research and Training in
Diurnal periodicity of attraction to human Tropical Diseases (TDR), WHO, TDR News
bait of Aedes aegypty (Diptera ; Culicidae) in no 78, Geneva.
Jakarta Indonesia.J.Med.Entomol. 14 ; 504-
510.

268

Das könnte Ihnen auch gefallen