Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ABSTRACT
Mekar Jaya and surroundings area is geologycal composed alteration
rocks, especially in diorite and andesite intrusion rocks and pyroclastic rocks.
Dominant rocks alteration is propylitic alteration, argillic alteration and some silicic
alteration. Mineralization is found in many rocks that have alteration and veins
quartz. Determine to alteration zones followed by mineralization, and quartz veins
carrying metallic minerals, carried out geophysical studies geoelectric method
resistivity and induced polarization (IP). Geoelectric data measurable conducted to
determine the interpretation of alteration and mineralization zones subsurface
correlate with geological data surface area. Based on resistivity value of the study
area is composed by rocks that have alteration is argillic alteration zone and
propylitic alteration zone is characterized by a value <80 - 200Ohm.m, silicic
alteration zones and intrusive igneous rocks are characterized with a value of 300 -
>1000Ohm.m. Based on the value of the mineralized zone chargeability study area is
characterized by a value of 100 - 800M.Sec. Directions distribution of rock
alterations followed by mineralization Northwest - Southeast, according to the
geological structures that developed in the study area.
Keywords: Alteration, mineralization, resistivity and induced polarization
ABSTRAK
Daerah Mekar Jaya dan sekitarnya secara geologi tersusun oleh batuan yang
telah mengalami ubahan (alterasi) terutama pada batuan intrusi diorit dan intrusi
andesit serta batuan piroklastik. Alterasi yang banyak dijumpai adalah alterasi
propilitik, alterasi argilik dan beberapa bagian alterasi silisik. Endapan mineral
logam (mineralisasi) banyak terdapat pada batuan yang telah teralterasi dan pada
urat-urat kuarsa. Untuk mengetahui zona alterasi yang diikuti dengan mineralisasi,
serta kemenerusan urat-urat kuarsa yang membawa mineral logam, dilakukan studi
geofisika metode geolistrik resistivity dan induksi polarisasi (IP). Data geolistrik
terukur dilakukan interpretasi untuk menentukan zona alterasi dan mineralisasi
bawah permukaan dengan korelasi data geologi permukaan daerah terukur.
Berdasarkan nilai resistivitas daerah penelitian tersusun oleh batuan yang telah
mengalami alterasi, zona alterasi argilik dan propilitik dicirikan dengan nilai < 80 -
200Ohm.m, zona alterasi silisik dan batuan beku intrusi dicirikan dengan nilai 300 -
>1000Ohm.m. Berdasarkan nilai chargeability zona mineralisasi daerah penelitian
dicirikan dengan nilai 100 – 800M.Sec. Arah penyebaran batuan teralterasi yang
diikuti dengan mineralisasi Barat Laut – Tenggara, sesuai dengan struktur geologi
yang berkembang pada daerah penelitian.
Kata Kunci: Alterasi, mineralisasi, resistivitas dan induksi polarisasi
1
PENDAHULUAN
Daerah Mekar Jaya – Sukabumi (Gambar 1) secara administrasi terletak di
sebelah Selatan Kota Sukabumi. Secara geologi daerah mekar jaya tersusun oleh
beberapa Formasi Batuan, Formasi Jampang terdiri atas batuan piroklastik dan lava
andesit, Formasi Cilegok terdiri atas batuan intrusi andesit dan diorit dan Formasi
Bentang terdiri atas batupasir sisipan karbonatan (Sukamto, 1975). Sebagian besar
batuan yang tersingkap di daerah penelitian telah mengalami ubahan (teralterasi) dari
batuan aslinya, karena pengaruh dari intrusi batuan (Purwanto Heru Sigit., 2011).
Suatu batuan dapat terubah (teralterasi) mineral-mineralnya menjadi mineral-mineral
hasil ubahan (mineral baru) karena pengaruh panas dan tekanan dari fluida panas
magmatik, yang biasanya dikenal dengan alterasi hidrothermal. Selain mengubah
batuan yang dilewatinya (wall rocks), fluida panas hidrothermal biasanya
mengendapkan mineral-mineral baru (mineralisasi) pada batuan yang dilewatinya
(Pirajno, 1992).
Pada daerah penelitian batuan yang banyak terubah (teralterasi) adalah batuan
intrusi diorit dan andesit serta beberapa batuan piroklastik. Alterasi yang banyak
dijumpai di daerah penelitian adalah alterasi propilitik, alterasi argilik dan sebagian
alterasi silisik (Purwanto Heru Sigit., 2011). Secara umum sulit untuk dibuat batas
secara tegas antara alterasi propilitik dan alterasi argilik sehingga pembagian zona
alterasi berdasarkan pada kelimpahan dari masing-masing mineral utamanya
(Pirajno, 1992).
Proses endapan mineral-mineral (mineralisasi) yang ekomonis pada daerah
penelitian banyak terdapat pada batuan yang telah mengalami proses alterasi dan
pada urat-urat kuarsa yang mengisi jalur rekahan (kekar) batuan. Struktur geologi
yang banyak berkembang di daerah penelitian dan Sekitarnya adalah berupa struktur
rekahan (kekar) yang sebagian besar terisi oleh urat-urat kuarsa yang membawa
mineral-mineral logam. Arah umum rekahan (kekar) Baral Laut – Tenggara (NW –
SE). Mineral-mineral logam yang banyak dijumpai adalah mineral kalkopirit, galena,
pirit, bornit dan sphalerit (Purwanto Heru Sigit., 2011).
2
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di Desa Mekar Jaya, Sukabumi - Jawa Barat
Berdasarkan informasi geologi permukaan daerah penelitian tersebut, penting
dilakukan studi geologi bawah permukaan, terutama yang berkaitan dengan alterasi
batuan dan tempat dimana endapan mineral-mineral logam berada. Pada umumnya
untuk studi geologi bawah permukaan menggunakan metode geofisika, karena
mampu mendeteksi parameter-parameter fisis batuan secara tepat menggunakan
sebuah alat ukur. Pendugaan geologi bawah permukaan terutama yang berkaitan
dengan alterasi batuan dan mineralisasi yang paling tepat adalah dengan metode
geofisika geolistrik.
Metode geolistrik untuk eksplorasi mineral logam pada umumnya adalah
gabungan dari dua metode yaitu metode resistivity (tahanan jenis) dan metode
induksi polarisasi (IP) (Irvine, R.J. and Smith M.J., 1990). Metode resistivity adalah
mengukur tingkat kemampuan batuan dalam mengalirkan arus listrik, dengan
parameter ukur yang digunakan adalah tahanan jenis (resistivity) pada batuan
(Telford, W. M. & Geldart, L. P. & Sherift, R. E. 1990). Nilai resistivity batuan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : kandungan air (fluid), kandungan
garam (salinity), temperatur, porositas, kandungan lempung dan kandungan logam.
Contoh kasus apabila batuan tersebut banyak mengandung air, garam, mineral
lempaung dan mineral-mineral logam, nilai resistivity yang terukur akan rendah.
Sebaliknya nilai resistivity akan terukur tinggi apabila batuan tidak atau kurang
mengandung beberapa kandungan tersebut (Waluyo, 2001). Metode induksi
polarisasi (IP) adalah sebuah metode yang memanfaatkan efek polarisasi batuan
karena induksi (aliran) arus listrik. Efek polarisasi (menjadi bermuatan atau
chargea) akan timbul apabila arus listrik diinduksikan (dialirkan) pada suatu medium
3
(batuan), apabila arus listrik tersebut diputus secara tiba-tiba efek polarisasinya akan
meluruh (hilang) secara perlahan (potencial decay) dalam milli detik (ms) sampai
detik (s). Sehingga metode ini menggunakan fungsi waktu dengan satuan
chargeability (M.Sec) (Suprawoto, 2001). Pada batuan yang banyak mengandung
mineral logam akan banyak terjadi efek polarisasi ini sehingga mengakibatkan
potential decay yang terukur semakin lama, dengan menggunakan prinsip tersebut
maka metode induksi polarisasi (IP) efektif digunakan untuk mengetahui kandungan
mineral logam pada batuan. Efek induksi polarisasi terjadi hampir pada semua
mineral logam seperti pada mineral sulfida dan mineral oksida (Lowrie, 2007).
METODE PENELITIAN
Metode pengambilan data (akusisi data) geolistrik menggunakan sebuah alat
ARES (Automatic Resistivity) berjumlah 14 lintasan pengukuran. Panjang lintasan
pengukuran masing-masing adalah 250 meter. Arah lintasan pengukuran dibuat
memotong (tegak lurus) arah singkapan urat kuarsa yang mengandung mineral
logam, dengan tujuan untuk mengetahui arah kemenerusan mineralisasi di bawah
permukaan ditunjukan pada Gambar 2.
4
Hasil klasifikasi (zonasi) nilai-nilai tersebut dikorelasikan dengan data geologi
permukaan untuk menentukan tipe-tipe zona alterasi (ubahan) batuan dan ada atau
tidaknya endapan mineral logam (mineralisasi) di bawah permukaan daerah terukur.
Secara lengkap alur penelitian ditunjukan pada diagram alir penelitian Gambar 3.
Penelitian geofisika yang berkaitan dengan endapan hidrothermal pernah
dilakukan oleh R.G. Allis (1990) dan Irvine dkk. Hasil penelitian memberikan
beberapa kunci untuk interpretasi data resistivitas dan IP pada sistem hidrothermal
sebagai berikut :
Alterasi argilik menghasilkan mineral lempung dan zeolit dengan kapasitas tukar
kation (KTK) yang besar, karena KTK besar maka zeolit akan melakukan
penggantia feldspar dan piroksen dengan mineral lempung, hal ini
mengakibatkan adanya penurunan nilai resistivitas.
Pada sistem geotermal aktif, salinitas dan temperatur juga merupakan faktor
yang sangat penting yang dapat mengakibatkan penurunan resistivitas. Studi
pada batuan hasil alterasi hidrotermal menunjukkan bahwa kenaikan temperatur
menyebabkan penurunan resistivitas secara eksponensial.
Pada daerah zona argilik – propilitik, resistivitas cenderung rendah kemudian
pada zona argilik lanjut (advanced argillic) lebih rendah lagi.
Kehadiran mineral-mineral sulfida pada zona argilik menyebabkan nilai IP
meningkat (tinggi), sehingga eksplorasi menggunakan metode IP, zona argilik
ditandai dengan adanya kenaikan nilai IP.
Pada zona silisifikasi, terjadi kenaikan resistivitas secara signifikan, oleh karena
itu urat kuarsa dan zona alterasi silisik (silisifikasi) diidentifikasi dengan
tingginya resistivitas.
Tabel 1. Nilai Chargeability (m.sec) batuan yang mengandung sulfida (Telford,1990)
Sulfida pada Batuan Nilai Chargeability (ms)
20 % Sulfida 1.000 – 3.000
8 – 20 % Sulfida 500 – 1.000
2 – 8 % Sulfida 200 – 500
< 2 % Sulfida 0 – 200
5
Studi Pustaka
Pengambilan Data
Mulai
Iterasi
COCOK ?
TIDAK
YA
Hasil
(Penampang Inversi 2D)
Kesimpulan
PEMBAHASAN
Hasil pemodelan dengan software Res2Dinv adalah berupa profil penampang
inversi 2D pada tiap-tiap lintasan pengukuran. Setiap profil penampang lintasan
dibuat klasifikasi (zonasi) alterasi dan mineralisasi dengan pendekatan nilai
resistivity dan chargeability pada Tabel 1 dan 2 dan korelasi data geologi permukaan
daerah pengukuran. Berikut adalah interpretasi profil penampang lintasan-lintasan
pengukuran geolistrik.
Lintasan pengukuran Sukabumi (Skb) 3 dan Sukabumi (Skb) 4
Data geologi permukaan pada lintasan ini menujukan singkapan batuan yang
sudah teralterasi dominan argilik dan tidak terdapat singakapan batuan yang
6
mengandung mineral logam. Lintasan pengukuran Skb 3 dan Skb 4 terletak di Barat
Daya pada daerah penelitian.
7
profil penampang (ditunjukan dengan garis putus-putus), ini merupakan zona alterasi
argilik kuat yang termineralisasi kuat pada bagian bawah penampang. Pada profil
penampang Skb 5 memperlihatkan nilai resistivity yang beragam rendah hingga
tinggi, ditunjukan dengan garis putus-putus warna merah (1) >300Oh.m berasosiasi
dengan nilai chargeability 100M.Sec ini merupakan zona alterasi silisifikasi (kuarsa)
yang termineralisasi rendah. Sesuai dengan data geologi permukaan pada zona
tersebut dijumpai urat-urat kuarsa yang mengandung mineral logam.
8
Pada Gambar 6 profil penampang nilai resistivy dan chargeability menunjukan,
pada profil penampang lintasan Skb 13 nilai resistivity yang relatif beragam rendah
hingga tinggi <80 - >1000Ohm.m. Pada bagian awal profil penampang
memperlihatkan nilai resistivity yang tinggi >1000Ohm.m dan bagian akhir profil
penampang memperlihatkan nilai resistivity yang rendah berasosiasi dengan nilai
chargeability 100 – 150M.Sec pada bagian tengah profil. Hal tersebut menunjukan
bahwa pada profil penampang Skb 13 terdapat perbedaan litologi antara bagian awal
profil merupakan litologi batuan yang teralterasi silisik dan bagian akhir (nilai
resistivity rendah) merupakan litologi batuan teralterasi propilitik hingga ke alterasi
argilik. Diantara batas litologi tersebut terdapat kenaikan nilai chargeability yang
relatif sedang menunjukan bahwa daerah tersebut terendapkan mineral-mineral
logam (termineralisasi sedang). Pada profil penampang Skb 14 nilai resistivity
dominan rendah <100Ohm.m berasosi dengan nilai chrageability 100 – 150Ohm.m
pada bagian tengah profil penampang. Hal ini menunjukan bahwa profil penampang
Skb 14 litologi batuannya telah teralterasi dominan alterasi argilik dan beberapa
tempat alterasi silisik (ditunjukan dengan dominan nilai resistivity rendah dan hanya
beberapa bagian yang tinggi) yang termineralisasi sedang pada bagian tengah profil.
Ini sesuai dengan data geologi permukaan bahwa pada zona tersebut (ditunjukan
garis putus-putus warna merah) dijumpai urat kuarsa yang mengandung mineral
logam.
Profil-profil penampang 2D nilai resistivity dan nilai chargeability di satukan
dalam sebuah peta untuk melihat penyebaran nilai resistivity dan nilai chargeability
pada daerah penelitian seperti ditunjukan pada Gambar 7. Gambar 7.a merupakan
penyebaran nilai resistivity daerah penelitian, menunjukan sebagian besar nilai
resistivity yang terukur relatif rendah (<80 – 150Ohm.m). Pada sebagian kecil
terdapat nilai resistivity yang tinggi (200 - >1000Ohm.m), Barat Daya daerah
penelitian dan sedikit (hanya spot-spot) Timur Laut daerah penelitian, memanjang
dari arah Barat Laut – Tenggara. Hal ini menunjukan bahwa zona dekat dengan
permukaan tersusun olah batuan yang lunak (banyak kandungan lempung), sehingga
diinterpretasikan sebagai zona ubahan (alterasi argilik dan propilitik kuat). Pada
daerah yang nilai resistivity terukur tinggi >100Ohm.m ini merupakan zona batuan
intrusi (tubuh intrusi) yang merupakan batuan intrusi diorit dan andesit yang belum
9
tersingkap. Untuk daerah dengan nilai resistivity antara 200 - <1000Ohm.m ini
merupakan zona ubahan kuarsa (silisifikasi) yang terletak memanjang dari Barat
Laut – Tenggara, hal ini sesuai dengan arah umum singkapan urat kuarsa di
permukaan.
Gambar 7.b memperlihatkan penyebaran nilai chargeability daerah penelitian,
nilai chargeability yang relatif tinggi terdapat pada Barat Daya daerah penelitian dan
sepanjang Barat Laut – Tenggara berkisar antara 100 – 800M.Sec. Hal tersebut
menunjukan bahwa diperkirakan pada Barat Daya daerah penelitian terdapat endapan
mineral logam (mineralisasi) yang cukup tinggi, walaupun dipermukaan tidak
terdapat singkapan batuan yang mengandung mineral logam, ditunjukan dengan
respon nilai chargeability daerah ini hingga 800M.Sec pada profil penampang Skb 3.
Pada Timur Laut daerah penelitian yang memanjang dari Barat Laut – Tenggara
respon nilai chargeability yang terukur 100 – 400M.Sec. Hal ini menunjukan bahwa
disepanjang zona tersebut merupakan zona tempat endapan-endapan mineral logam
(mineralisasi) berada, hal ini sesuai dengan arah umum urat kuarsa yang
mengandung mineral logam yang terseingkap di permukaan.
(a) (b)
Gambar 7. Profil Penampang 2D Nilai Resistivitas (a) dan Nilai Chargeabilitas (b)
10
(a)
(b)
Gambar 8. Model 2D geologi bawah permukaan daerah penelitian (a). Model zona
alterasi batuan (b) Model zona mineralisasi
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasrkan nilai resistivity litologi daerah penelitian adalah sebagai berikut :
Zona alterasi argilik dan propilitik dicirikan dengan nilai < 80 - 200Ohm.m
Zona alterasi silisik dan batuan beku intrusi dicirikan dengan nilai 300 -
>1000Ohm.m.
2. Berdasarkan nilai chargeability zona mineralisasi daerah penelitian dicirikan
dengan nilai 100 – 800M.Sec.
3. Arah penyebaran batuan alterasi yang diikuti dengan mineralisasi (endapan
mineral logam) daerah penelitian Barat Laut – Tenggara, sesuai dengan struktur
geologi yang berkembang pada daerah penelitian.
11
DAFTAR PUSTAKA
1) F. Pirajno 1992. Hydrothermal Mineral Deposits. Principles and
Fundamental Concepts for the Exploration Geologist. New York. Springer –
Verlag.
2) Heru Sigit Purwanto, 2011. Laporan Eksplorasi Geologi Daerah Mekar Jaya,
Cidolog, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta (Tidak diterbitkan).
3) Herry Riswandi dan Heru Sigit Purwanto., 2008, Interpretasi Zona Struktur
dan Alterasi Berdasarkan Geofisika IP Di Daerah Nirmala, Bogor, Jawa-
Barat, Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008
4) Irvine, R.J. and Smith M.J., 1990, Geophysical exploration for epithermal
gold deposits, Journal of Geochemical Exploration, 36 (1990) 375-412
5) Loke, M.H., 2004. Tutorial : 2-D and 3-D Electrical Imaging Surveys.
www.geoelectrical.com
6) Lowrie, William. 2007. Fundamentals of Geophysics Second Edition.
Cambridge University Press.
7) Oldenburg, D. W., and Li, Y., 1994, Inversion of induced polarization data :
Geophysic, 59, 1327 - 1341
8) Sukamto, RAB., 1975, Peta Geologi Lembar Jampang dan Balekambang,
Jawa Barat. Direktorat Geologi, Departemen Pertambangan Republik
Indonesia, Cetakan Kedua Edisi 1990
9) Suprawoto, Drs, 2001. Teori dan Aplikasi Metode Induksi Polarisasi (IP).
Laboratorium Geofisika, Fakultas MIPA, UGM (Tidak diterbitkan).
10) Telford, W. M. & Geldart, L. P. & Sherift, R. E. 1990. Applied Geophysics
Second Edition. Cambridge University Press
11) Waluyo, 2001. Teori dan Aplikasi Metode Resistivitas. Laboratorium
Geofisika, Fakultas MIPA, UGM (Tidak diterbitkan).
12