Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Sabiq M. Azam
Zaenal Abidin
Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang
Email: ego.nomura@gmail.com, zaenal_psi@yahoo.com
`
ABSTRACT
This study aims to determine the effectiveness of praying tahajud in reducing stress pupils of “Y” Islamic
Boarding School Bekasi West Java. This study is a non-randomized experimental pretest-posttest control
group design. There are two research hypothesis, the first existing is individual differences in stress levels
prayer group and non perform praying tahajud group, and the second hypothesis is that there are individual
differences in stress levels of praying tahajud performer before and after praying tahajud, performer praying
tahajud has lower stress than before performing praying tahajud. The research sample of 30 students, which
consisted of 15 students in the experimental group and 15 students in the control group. Data were
collected using a scale of psychology which consists of two aspects: biological and psychological. The
results of the stress test of the validity of the scale there are 44 valid item (α = 0.953), and analyzed using
paired t test and independent sample test. Posttest results between groups of experimentation and control
group obtained t count equal to -5.042 with p equal to 0.000 (p <0.05), which means that the level of
students stress with performer praying tahajud group lower than the non-performer praying tahajud group.
The results of pretest and posttest experimental group obtained t value of 10.821 with p equal to 0.000 (p
<0.05), which means there is a decrease in the level of individual stress after praying tahajud compared
with before praying tahajud. So praying tahajud effective to reduce the stress level of pupils of “Y” Islamic
Boarding School pupils aat Bekasi West Java.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas shalat tahajud dalam menurunkan stres Santri Pondok
Islam “Y” Bekasi Jawa Barat. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen pretest posttest control group
design. Hipotesis penelitian ada 2, yang pertama ada penurunan tingkat stres individu setelah melakukan
shalat tahajud dibandingkan dengan sebelum melakukan shalat tahajud, dan hipotesis kedua adalah tingkat
stres santri yang melakukan shalat shalat tahajud lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak melakukan
shalat tahajud. Sampel penelitian ini sebanyak 30 santri, yang terdiri atas 15 santri pada kelompok
eksperimen dan 15 santri pada kelompok kontrol. Metode penggalian data dengan menggunakan satu skala
psikologi yang terdiri atas 2 aspek yaitu biologis dan psikologis. Hasil uji validitas pada skala stres terdapat
44 aitem valid (α = 0,953), dan analisis data menggunakan paired t test dan independent sample test. Hasil
prates dan pascates kelompok eksperimen didapatkan nilai t hitung sebesar 10,821 dengan p sebesar 0,000
(p<0,05), yang berarti ada penurunan tingkat stres individu setelah melakukan shalat tahajud dibandingkan
dengan sebelum melakukan shalat tahajud. Hasil pengujian pascates antara kelompok eskperimen dan
kelompok kontrol didapatkan t hitung sebesar -5,042 dengan p sebesar 0,000 (p<0,05). Hal ini berarti
tingkat stres santri yang melakukan shalat shalat tahajud lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak
melakukan shalat tahajud. Jadi shalat tahajud terbukti sangat efektif dapat mengurangi tingkat stres santri di
Pondok Islam “Y” Bekasi Jawa Barat.
dan kondisi lingkungan hidup (Sukadi- dan melakukan cara bernapas yang baik
yanto, 2010). Menurut Hasan (2008), ada dan benar, maka individu akan terhindar
tiga hal yang penting yang perlu dila- dari stres yang berat. Sholeh (2010) juga
kukan dalam rangka menghadapi stres, menyebutkan bahwa shalat tahajud yang
yaitu menjalin hubungan baik dengan dijalankan dengan penuh kesungguhan,
Allah, pengaturan perilaku, dan mencari khusyuk, tepat, ikhlas, dan kontinyu
dukungan sosial. Islam mengajarkan dapat menumbuhkan persepsi dan
umatnya mengenai cara menghadapi motivasi positif dan mengefektifkan
stress. Islam memandang penting hu- coping. Respons emosi positif (positive
bungan dengan Allah dalam segala aspek thinking), dapat menghindarkan reaksi
kehidupan manusia. Allah adalah satu- stres. Dalam hal mengontrol respons
satunya dzat yang akan membawa emosi, dapat diupayakan dengan bebe-
ketenangan sejati dalam diri manusia. rapa alternatif strategi.
Sebagaimana tercantum dalam QS Al- Shalat Tahajud dijalankan pada
Ra’ad ayat 28 yang artinya “(yaitu) orang- waktu yang sedikit berbeda dari waktu
orang yang beriman dan hati mereka shalat pada umumnya, yaitu di malam
menjadi tentram dengan mengingat hari setelah melakukan shalat isya serta
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati tidur terlebih dahulu dan waktu yang
Allah-lah hati menjadi tenteram”. dianjurkan adalah sepertiga malam ter-
Selanjutnya, menurut Sukadiyanto akhir. Sepertiga malam terakhir merupa-
(2010), individu yang ingin terhindar dari kan waktu di mana individu sedang tidur
stres harus selalu mendekatkan diri kepa- terlelap. Suasana tenang merupakan kele-
da Allah. Sebaliknya individu yang tidak bihan khusus dari shalat tahajud. Shalat
mengenal dan tidak dekat dengan Allah, tahajud juga dinamakan shalat lail/shalat
maka pendiriannya labil dan mudah go- malam, karena dilaksanakan pada waktu
yah. Individu yang dekat dengan Allah malam yang sama dengan waktu tidur
akan mempunyai sifat sabar dan tawakal. (Sunusi, 2013).
Sifat sabar, tawakal, dan menerima apa Allah berfirman pada surah al-
adanya dapat membantu mengurangi Muzzammil ayat 6-7, berbunyi:
stres. ”Sesungguhnya bangun di waktu malam,
Hasan (2008) menyebutkan bahwa dia lebih berat dan bacaan di waktu itu
dalam Islam terdapat tiga tata cara yang lebih berkesan. Sesungguhnya bagimu di
dapat dilakukan untuk berkomunikasi siang hari kesibukan yang panjang”.
dengan Allah, salah satunya adalah shalat. Dari ayat tersebut ada dua hal yang dapat
Menurut Sukadiyanto (2010), salah satu diambil pelajaran. Pertama, sengaja untuk
upaya membangun kedekatan dengan bangun malam. Kedua, bacaan di malam
Allah adalah Shalat Tahajud. Shalat taha- hari memiliki efek dan dampak yang lebih
jud yang dijalankan dengan merasakan mengesankan. Sengaja bangun malam
Hasil penelitian ini ditemukan, stres meliputi nyeri otot, penglihatan kabur,
santri menurun sebagai efek dari men- jantung berdebar, sesak napas, gangguan
jalankan shalat tahajud yang dilakukan lambung, gangguan kandung kemih, mu-
oleh santri selama berada di Pondok”Y”. ut kering dan kepala terasa berat. Namun
Penurunan tingkat stres santri meliputi setelah menjalankan shalat tahajud, ting-
dua aspek, yaitu aspek biologis dan aspek kat stres menurun ditandai dengan otot-
psikologis (Sarafino, 2006). Pada kelom- otot terasa nyaman, suara stabil, peng-
pok yang menjalankan shalat tahajud, lihatan jelas, menjadi lebih sehat, jantung
stres santri sebelum masuk ke Pondok berdetak beraturan, dada terasa nyaman
Islam“Y” Cibarusa Cikarang pada awalnya dan longgar, nafas teratur, mudah mene-
tinggi (40%), setelah mengikuti kegiatan lan makanan, gangguan di lambung ber-
shalat tahajud yang diadakan oleh Pon- kurang, mampu menahan air seni serta
dok, stres menurun secara signifikan se- kepala terasa lebih ringan. Menurut
hingga sebagian besar stres santri rendah Sholeh (2006), gangguan kesehatan tidak
(53,3%) dan bahkan sangat rendah sebe- akan timbul jika pengamal shalat tahajud
sar 46,7%. Hal ini membuktikan bahwa mampu beradaptasi dan berhasil meng-
shalat tahajud mampu menghilangkan upayakan keseimbangan homeostatisnya.
perasaan pesimis, rendah diri, minder, Hal ini dikarenakan manusia mempunyai
kurang berbobot, dan berganti dengan daya kognitif untuk melakukan upaya
sikap selalu optimis, penuh percaya diri, prevensi supaya tidak merasakan sakit.
dan pemberani tanpa disertai sifat Upaya prevensi ini di antaranya melalui
sombong dan takabur. coping mechanism. Proses terjadinya
Shalat pada umumnya memberikan mekanisme koping ini, diketahui dari
pengaruh yang baik terhadap psiko-fisik upaya penyesuaian diri dan proses belajar
individu. Dikatakan oleh Ancok dan dan mengingat. Sebagaimana ditemukan
Suroso (2011) bahwa shalat berfungsi se- dalam penelitian ini, setelah santri men-
bagai olahraga. Pada saat shalat berlang- jalankan shalat tahajud selama 10 hari,
sung proses relaksasi. Individu yang mela- merasakan otot-otot yang lebih nyaman
kukannya akan merasakan konstraksi walaupun diberi tugas yang menumpuk
pada ototnya dan tekanan dan massage dari ustad. Dengan demikian, dapat
pada bagian-bagian otot tertentu. Dengan disimpulkan bahwa shalat tahajud dapat
demikian dapat dikatakan bahwa shalat menjaga homeostasis tubuh.
berfungsi memperbaiki kondisi psiko-fisik Lebih lanjut disebutkan oleh Sholeh
individu. (2010), apabila pengamal shalat tahajud
Shalat tahajud yang dijalankan san- mampu beradaptasi dan mempunyai ko-
tri mampu mengurangi gangguan biologis ping yang efektif, perubahan irama sirka-
yang dialami oleh santri. Beberapa gang- dian diterima sebagai stimulator untuk
guan biologis sebagai indikasi stres santri berprestasi. Sebaliknya, jika gagal ber-
individu galau, karena selalu ada bung, santri melakukan aktivitas seperti
kejelasan, yaitu mendapatkan ridla Allah. biasa yaitu istirahat cukup, dan minum
Jadi kedekatan dengan Allah menjadikan secukupnya.
individu lebih tegar dalam menghadapi Shalat dapat membuat individu
berbagai halangan dan rintangan. Apa menjadi tegar dan optimis sehingga dapat
pun yang terjadi, individu yakin itulah mengurangi stres. Ketegaran adalah sikap-
yang terbaik. Tidak ada yang perlu sikap yang membuat orang tahan stres.
ditakuti atau dikhawatirkan, semua yang Sikap ketegaran meliputi perasaan
terjadi untuk kebaikan diri sendiri. berkomitmen, respon positif terhadap
Individu akan memiliki keyakinan dalam tantangan dan kontrol diri yang kuat.
melangkah, sebab langkah individu Kontrol diri yang kuat membuat individu
mendapatkan dukungan dan bimbingan mampu menahan efek negatif dari stres
dari Allah (Hawari, 2012). (Taylor, Peplau & Sears (2009).
Menurut Taylor, Peplau, dan Sears Sebagaimana ditemukan dalam penelitian
(2009), sikap optimisme memampukan ini stres santri di Pondok Islam “Y” yang
individu untuk menilai kejadian yang awalnya sangat tinggi sebanyak 12 subjek
menekan secara lebih positif dan mem- (27,3%), setelah mengamalkan shalat
bantu memobilisasi sumber dayanya tahajud turun signifikan dan tinggal 1
untuk mengambil langkah guna meng- subjek (2,3%) stresnya tinggi.
hadapi stressor. Sebagaimana ditemukan Hasil penelitian ini sejalan dengan
pada penelitian ini bahwa stres pada teori yang dikemukakan oleh Taylor,
aspek psikologis yang dialami oleh santri Peplau dan Sears (2009), individu yang
juga menurun setelah menjalankan shalat optimis dapat membantu meningkatkan
tahajud. Beberapa aspek psikologis yang penyesuaian psikologis terhadap kejadian
menurun diantaranya adalah kecemasan yang menekan. Optimisme disposisional
berkurang, lebih sabar, rileks, tenang, adalah keyakinan bahwa hasil yang baik
berani, mudah konsentrasi, menjalankan akan terjadi dalam kehidupan. Optimisme
aktivitas lebih menyenangkan dan pera- akan memampukan individu untuk
saan lebih gembira dan mampu mengua- menilai kejadian yang menekan secara
sai perilaku. Taylor, Peplau dan Sears lebih positif dan membantu memobilisasi
menambahkan bahwa individu yang sumber daya internal untuk mengambil
tenang dan sabar lebih aktif menjaga langkah guna menghadapi stressor. Orang
kesehatannya dibanding individu yang yang optimis lebih mudah menyesuaikan
tidak sabar dan gampang. Jadi santri yang diri dengan stres dan memiliki tekanan
lebih sabar setelah menjalankan shalat darah yang lebih rendah serta optimisme
tahajud, maka santri akan akan menjaga dapat membantu individu menahan
perilaku dengan tidak memakan makanan penyakit.
yang dapat menimbulkan sakit di lam-
Individu yang menjalankan shalat santri yang melakukan shalat tahajud dan
tahajud mempunyai kontrol diri yang yang tidak melakukan shalat tahajud.
kuat, lebih tenang dan sabar. Menurut Hipotesis pertama yang mengatakan
Taylor, Peplau, dan Sears (2009), individu bahwa terdapat perbedaan tingkat stres
dengan kontrol personal yang tinggi individu sebelum melakukan shalat
biasanya lebih sukses mengatasi stres, tahajud dan sesudah melakukan shalat
bahkan bisa mengatasi kejadian yang tahajud terbukti. Hipotesis kedua yang
menekan yang sulit dikontrol oleh mengatakan bahwa terdapat perbedaan
manusia pada umumnya. Individu yang tingkat stres individu yang melakukan
tenang dan sabar akan lebih aktif untuk shalat tahajud dan yang tidak melakukan
menjaga kesehatannya dibandingkan shalat tahajud pada Santri Pondok Islam
dengan individu yang tidak sabar dan “Y” Cibarusa Cikarang terbukti.
mudah marah. Stres santri di Pondok Islam “Y”
Penelitian ini tidak luput dari ken- sesudah shalat tahajud lebih rendah
dala dan keterbatasan. Adapun keterba- dibandingkan dengan stres santri sebelum
tasan dalam penelitian ini adalah: (1) shalat tajahud atau dengan yang tidak
jumlah subjek sedikit sehingga tidak bisa melakukan shalat tahajud. Jadi penelitian
dilakukan randomisasi, (2) lokasi peneli- ini membuktikan bahwa shalat tahajud
tian yang jauh, (3) tingkat stres subjek di- dapat menurunkan stres seseorang.
ukur berdasarkan skala bukan berda-
sarkan hasil tes laboratorium sehingga Saran
hasil kurang maksimal, (4) wawancara Saran pertama: Santri disarankan
yang dilakukan kurang mendalam dan agar mengamalkan shalat tahajud lebih
menyeluruh sehingga informasi yang di- khusuk lagi sehingga didapatkan hasil
dapatkan kurang menggambarkan kondisi yang lebih maksimal. Saran kedua: Saran
yang sesungguhnya, dan (5) peneliti juga bagi Pondok Islam “Y” Cibarusa Cikarang
tidak melakukan penelitian lebih dalam lebih menciptakan lingkungan yang
tentang faktor-faktor yang memengaruhi nyaman dan harmonis sehingga semua
stres meliputi peristiwa-peristiwa yang warga yang tinggal di dalam Pondok
menimbulkan stres. Islam maupun di sekitar pondok dapat
hidup sejahtera lahir batin terhindar dari
PENUTUP stres. Saran ketiga: untuk peneliti
selanjutnya peneliti yang berminat untuk
Simpulan melakukan penelitian tentang stres perlu
Hasil penelitian menunjukkan bah- mempertimbangkan faktor-faktor lain
wa terdapat perbedaan yang signifikan yang turut berpengaruh terhadap stres
stres santri sebelum shalat tahajud dan seperti lingkungan, tipe kepribadian dan
sesudah shalat tahajud. Selain itu, emosional.
terdapat perbedaan yang signifikan stres
Hasan, A.B.P. (2008). Pengantar psikologi Sukadiyanto. (2010). Stres dan cara
kesehatan islami. Jakarta: PT. Raja menguranginya. Jurnal Ilmiah
Grafindo Persada. Pendidikan, 29 (1), 45-61.
Hawari, D. (2012). Ilmu kedokteran jiwa Taylor, S.E., Peplau, L.A. & Sears, D.O.
dan kesehatan jiwa perspektif al- (2009). Psikologi sosial. Edisi 12.
qur’an dan as-sunnah. Jakarta: Alih Bahasa: Wibowo, T. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Prenada Media Group.
Indonesia.