Sie sind auf Seite 1von 17

Afrizal Arlius, Toto Sudargo, Subejo -- Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi Balita

(Studi di Desa Palasari dan Puskesmas Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang)

JURNAL KETAHANAN NASIONAL


Vol.23, No.3, Desember 2017, Hal 359-375
DOI:http://dx.doi.org/ 10.22146/jkn.25500
ISSN:0853-9340(Print), ISSN:2527-9688(Online)
Online sejak 28 Desember 2015 di :http://jurnal.ugm.ac.id/JKN

VOLUME 23 No. 3, Desember 2017 Halaman 359-375

Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga Dengan Status Gizi Balita


(Studi Di Desa Palasari Dan Puskesmas Kecamatan Legok,
Kabupaten Tangerang)

Afrizal Arlius
Denpal Divisi Infanteri 1 Kostrad
Email: afrizalarlius@ymail.com

Toto Sudargo
Fakultas Kedokteran Program Studi Gizi Univ. Gadjah Mada
Email: toto_sudargo@yahoo.co.id

Subejo
Fakultas Pertanian Univ. Gadjah Mada
Email: subejo1972@yahoo.com

ABSTRACT
The aims of study were to examined the relationship of food resilience with the nutritional status and the
variety of efforts to improved food resilience in malnutrition prevention of children under five years old in the
working area of ​​Puskesmas Legok, Legok District, Tangerang Regency.
The population in this study were parents/mother/father and children under 59 months age who suffered from
hunger and malnutrition under normal conditions.
The program of social nutrient upgrading or toddlers at Legok Puskesmas was conducted daily, monthly and
yearly. The daily programs were the increasing of exclusive breastfeeding (milk) without extra food and drinks for
babies up to age 6 months. The monthly program was the monitoring to evaluated the development of underweight
body weight, weighing the infants that was weighing weight measurement of toddler to knew growth pattern and
development of toddler body and their development. The annual program was the monitoring for the nutritional
status of children under five years old and nutrient intake.

Keywords: Food Resilience, Nutritional Status, Children Under Five Years Old, Legok District.

ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan ketahanan pangan dengan status gizi balita dan ragam
upaya meningkatkan ketahanan pangan dalam penanggulangan gizi buruk balita di wilayah kerja Puskesmas Legok,
Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang.
Populasi penelitian adalah orang tua/ibu/bapak dan balita umur di bawah 59 bulan yang menderita gizi buruk
dan kurang gizi di bawah kondisi normal.
Program peningkatan gizi masyarakat atau balita di Puskesmas Legok dilaksanakan secara harian, bulanan
dan tahunan. Program harian meliputi: peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif tanpa makanan dan
minuman tambahan untuk bayi sampai umur 6 bulan. Program bulanan adalah pemantauan perkembangan berat
badan balit, penimbangan badan balita, yaitu pengukuran berat badan balita untuk mengetahui pola pertumbuhan
dan perkembangan peningkatan berat badan balita dan perkembangannya. Program tahunan meliputi pemantauan
status gizi dan asupan gizi balita.

Kata Kunci: Ketahanan Pangan, Status Gizi, Balita, Kecamatan Legok


359
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 23, No 3, Desember 2017: 359-375

PENGANTAR mempengaruhi status gizi masyarakat itu


Ketahanan pangan merupakan suatu sendiri. Jika ketahanan pangan kurang maka
kondisi ketersediaan pangan yang cukup status gizi otomatis menjadi kurang dan
bagi setiap orang pada setiap saat dan setiap menyebabkan turunnya derajat kesehatan.
individu yang mempunyai akses untuk Dengan demikian maka ketahanan pangan
memperolehnya, baik secara fisik maupun sangat erat kaitannya dengan aspek gizi dan
ekonomi. Fokus ketahanan pangan tidak hanya kesehatan. Apabila ketahanan pangan yang
pada penyediaan pangan tingkat wilayah tetapi selalu kurang dari kecukupan dalam jangka
juga ketersediaan dan konsumsi pangan tingkat waktu tertentu dapat mengakibatkan kurang
daerah dan rumah tangga, dan bahkan bagi gizi walaupun tidak menderita penyakit.
individu dalam memenuhi kebutuhan gizinya. Akan tetapi, ketahanan pangan yang cukup,
Kebijakan pemerintah dalam ketahanan namun masyarakat terjangkit penyakit, dapat
pangan ini dapat dianalisis dari diterbitkannya menyebabkan kurang gizi. Hasil penelitian
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Soblia (2009) menunjukkan bahwa tingkat
Tahun 1996 tentang Pangan. Dalam undang- ketahanan pangan rumah tangga memiliki
undang tersebut dinyatakan bahwa ketahanan korelasi yang positif dan signifikan dengan
pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan tingkat konsumsi energi dan protein balita.
bagi rumah tangga yang tercermin dari Gizi buruk merupakan istilah teknis yang
ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah biasanya digunakan oleh kalangan masyarakat
maupun mutu, aman, merata, dan terjangkau. pemerhati gizi, kesehatan dan kedokteran.
Hal itu diperkuat dengan diterbitkannya Gizi buruk adalah kondisi seseorang yang
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor asupan nutrisinya di bawah rata-rata. Hal ini
83 Tahun 2006 tentang Pembentukan Dewan merupakan suatu kondisi terparah dari proses
Ketahanan Pangan. kekurangan gizi yang sifatnya menahun.
Perkembangan terbaru dalam sistem Dalam rangka memahami hubungan
hukum menunjukkan bahwa Undang-Undang ketahanan pangan dengan status gizi balita
No. 18 Tahun 2012 mendefinisikan ketahanan perlu disampaikan beberapa konsep, sebagai
pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan berikut.
bagi negara sampai dengan perseorangan, Pertama, ketahanan pangan. Ketahanan
yang tercermin dari tersedianya pangan yang pangan ini pada dasarnya membicarakan
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, soal ketersediaan pangan (food avaibilitas),
beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta stabilitas harga pangan (food price stability),
tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan keterjangkauan pangan (food accessibility).
dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup Ketersediaan pangan yang cukup berarti
sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. rata-rata jumlah dan mutu gizi pangan yang
Uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa tersedia di masyarakat dan pasar mencukupi
ketahanan pangan merupakan salah satu isu kebutuhan untuk konsumsi semua rumah
penting yang harus segera diwujudkan bagi tangga (Soekirman 2000).
segenap pihak (Ariani dan Pitono, 2014). Menurut Peraturan Pemerintah No 68
Pentingnya ketahanan pangan di Tahun 2002 dan UU Pangan No 18 Tahun 2012
antaranya dikarenakan ketahanan pangan tentang Ketahanan Pangan, maka ketahanan

360
Afrizal Arlius, Toto Sudargo, Subejo -- Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi Balita
(Studi di Desa Palasari dan Puskesmas Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang)

pangan merupakan kondisi terpenuhinya dilakukan beberapa macam pengukuran antara


pangan bagi rumah tangga yang tercermin lain pengukuran berat badan (BB), tinggi badan
dari ketersediaan pangan yang cukup, baik (TB), dan lingkar lengan atas. Pengukuran
jumlah, maupun mutunya, aman, merata, dan tersebut di atas paling sering dilakukan
konsumsi pangan yang cukup merupakan dalam survei gizi terhadap balita berdasarkan
syarat mutlak terwujudnya ketahanan pangan kelompok umurnya. Dalam ilmu gizi, maka
rumah tangga. Ketidaktahanan pangan dapat status gizi tidak hanya diketahui dengan
digambarkan dari perubahan konsumsi pangan mengukur berat badan (BB) atau tinggi badan
yang mengarah pada penurunan kuantitas (TB) berdasarkan umur secara sendiri-sendiri,
dan kualitas termasuk perubahan frekuensi tetapi juga dalam bentuk indikator yang dapat
konsumsi makanan pokok. merupakan kombinasi dari ketiganya. Indikator
Ketahanan pangan menekankan pada yang dapat mempengaruhi status gizi antara lain
pengamanan kesejahteraan keluarga, salah penyebab langsung yaitu makanan dan penyakit
satunya adalah kecukupan pangan sebagai infeksi yang mungkin diderita. Timbulnya gizi
alat mencapai kesejahteraan. Stabilitas pangan kurang bukan saja karena makanan yang kurang
berarti menjaga agar tingkat konsumsi pangan tetapi juga karena penyakit dan penyebab tidak
rata-rata rumah tangga tidak turun sampai di langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga,
bawah kebutuhan yang seharusnya. Ketahanan pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan
pangan keluarga erat hubungannya dengan dan kesehatan lingkungan merupakan faktor
ketersediaan pangan yang merupakan salah yang saling berhubungan. Sedangkan penyebab
satu faktor atau penyebab tidak langsung yang mendasar atau akar masalah gizi di atas adalah
berpengaruh pada status gizi anak (Soekirman, terjadinya krisis ekonomi, politik, dan sosial
2000). termasuk bencana alam, yang mempengaruhi
Kedua, pengukuran gizi buruk pada ketidakseimbangan antara asupan makanan dan
balita. Untuk mengetahui status gizi yang adanya penyakit infeksi, yang pada akhirnya
terjadi di masyarakat dapat dilakukan dengan mempengaruhi status gizi balita (Soekirman,
menggunakan beberapa pengukuran. (1). 2000).
Pengukuran klinis. Metode ini penting untuk Indikator berat- badan/usia (BB/U)
mengetahui status gizi balita tersebut apakah menunjukkan secara sensitif status gizi saat
berstatus gizi buruk atau tidak. Metode ini ini (saat diukur) karena mudah berubah,
mendasarkan perubahan-perubahan fisik namun tidak spesifik karena berat badan
anggota tubuh atau yang terjadi pada balita selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi
dan dihubungkan dengan kecukupan gizi oleh tinggi badan. Indikator ini dapat dengan
atau status gizinya. Hal ini dapat dilihat pada mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat
jaringan epitel seperti kulit, rambut atau mata. umum, dan cukup sensitif untuk melihat
Misalnya pada balita penderita marasmus perubahan status gizi dalam jangka waktu
maka kulit menjadi keriput. Sedangkan pada pendek. Selain itu pengukuran antropometrik
balita penderita kwashiorkor maka muncul dapat mendeteksi kegemukan (Soekirman,
bercak-bercak putih atau merah muda (crazy 2000).
pavement dermatosis) pada permukaan kulit. Indikator TB/U dapat menggambarkan
(2). Pengukuran antropometrik. Metode ini status gizi masa lampau atau masalah gizi

361
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 23, No 3, Desember 2017: 359-375

kronis. Seseorang yang pendek kemungkinan menggambarkan keadaan status gizi masa lalu
keadaan gizi masa lalu tidak baik. Berbeda dan masa kini karena berat badan memiliki
dengan berat badan yang dapat diperbaiki hubungan linear dengan tinggi badan. Dalam
dalam waktu singkat, baik pada anak maupun keadaan normal, perkembangan berat badan
dewasa, maka tinggi badan pada usia dewasa akan searah dengan pertumbuhan tinggi
tidak dapat lagi dinormalkan. Kemungkinan badan dengan kecepatan tertentu. Indeks ini
untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan tidak menimbulkan kesan underestimate pada
optimal pada anak balita masih bisa sedangkan anak yang overweight dan obese serta kesan
anak usia sekolah sampai remaja kemungkinan berlebihan pada anak gizi kurang (Anonim,
untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan 2013).
masih bisa tetapi kecil kemungkinan untuk Panduan tata laksana penderita kurang
mengejar pertumbuhan optimal. Secara energi protein (KEP) (Anonim, 2016)
normal tinggi badan tumbuh bersamaan menyebutkan bahwa gizi buruk diartikan
dengan bertambahnya umur. Pertambahan sebagai keadaan kekurangan gizi yang sangat
TB relatif kurang sensitif terhadap kurang parah yang ditandai dengan berat badan
gizi dalam waktu singkat. Pengaruh kurang menurut umur kurang dari 60 % median
gizi terhadap pertumbuhan TB baru terlihat pada baku WHO-NCHS atau terdapat tanda-
dalam waktu yang cukup lama. Indikator ini tanda klinis seperti marasmus, kwashiorkor
juga dapat dijadikan indikator keadaan sosial dan marasmiks kwashiorkor. Agar penentuan
ekonomi penduduk (Soekirman, 2000). klasifikasi dan penyebutan status gizi menjadi
Indikator BB/TB merupakan pengukuran seragam dan tidak berbeda, maka Menteri
antropometri yang terbaik karena dapat Kesehatan (Menkes) RI mengeluarkan
menggambarkan secara sensitif dan spesifik Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
status gizi saat ini atau masalah gizi akut. Berat 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar
badan berkorelasi linier dengan tinggi badan, Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
artinya dalam keadaan normal perkembangan Keluarnya SK tersebut mempermudah analisis
berat badan akan mengikuti pertambahan data status gizi yang dihasilkan baik untuk
tinggi badan pada percepatan tertentu. Hal perbandingan, kecenderungan maupun analisis
ini berarti berat badan yang normal akan hubungan (Anonim, 2016).
proporsional dengan tinggi badannya. Ini Status gizi sangat erat hubungannya
merupakan indikator yang baik untuk menilai dengan ketahanan pangan dimana keluarga
status gizi saat ini terutama bila data umur yang ketahanan pangannya mencukupi, rata-
yang akurat sering sulit diperoleh. WHO dan rata memiliki status gizi baik namun status
UNICEF merekomendasikan menggunakan gizi juga dilihat dari berapa besar rata-rata
indikator BB/TB dengan cut of point < pengeluaran anggaran biaya untuk pangan
-3 Standar Deviasi (SD) dalam kegiatan suatu keluarga. Pengeluaran rata-rata per
identifikasi dan manajemen penanganan bayi kapita adalah biaya yang dikeluarkan untuk
dan anak balita gizi buruk akut. konsumsi semua anggota rumah tangga
Indikator indeks massa tubuh/usia (keluarga) selama sebulan dibagi dengan
(IMT/U) merupakan indikator yang paling banyaknya anggota keluarga. Konsumsi rumah
baik untuk mengukur keadaan status gizi yang tangga dibedakan atas konsumsi makanan dan

362
Afrizal Arlius, Toto Sudargo, Subejo -- Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi Balita
(Studi di Desa Palasari dan Puskesmas Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang)

bukan makanan tanpa memperhatikan asal dibedakan sesuai dengan (1). Lokasi tempat
barang dan terbatas pada pengeluaran untuk tinggalnya, disebut rawan ekologis, misalnya
kebutuhan rumah tangga saja, tidak termasuk daerah terpencil. (2). Kedudukan/posisinya di
konsumsi/pengeluaran untuk keperluan masyarakat, disebut rawan sosio-ekonomis,
usaha atau yang diberikan kepada pihak misalnya kelompok miskin. (3). Umur dan
lain. Pengeluaran untuk konsumsi makanan jenis kelamin, disebut rawan biologis.
dihitung selama seminggu terakhir, sedangkan Secara biologis kelompok yang paling
konsumsi bukan makanan dihitung sebulan rawan terhadap kekurangan pangan atau gizi
dan tiga bulan terakhir. Baik konsumsi adalah bayi, balita dan anak sekolah, wanita
makanan maupun bukan makanan selanjutnya hamil dan menyusui, penderita penyakit dan
dikonversikan ke dalam pengeluaran rata-rata orang yang sedang dalam penyembuhan,
sebulan. penderita cacat, mereka yang diasingkan dan
Berdasarkan Berat Badan menurut para jompo. Semua golongan ini sering kali
Umur diperoleh kategori: (1). Tergolong gizi dijumpai pada masyarakat miskin dan tidak
buruk jika hasil pengukuran lebih kecil dari memiliki lahan sumber pangan.
-3 SD. (2). Tergolong gizi kurang jika hasil Di sektor pertanian, terdapat proporsi
pengukuran -3 SD - < -2 SD. (3). Tergolong rumah tangga miskin yang sangat besar
gizi baik jika hasil pengukuran -2 SD - 2 SD. (72%) dibandingkan dengan sektor
(4). Tergolong gizi lebih jika hasil pengukuran lainnya. Kemiskinan inilah yang menjadi
> 2 SD. akar permasalahan dari ketidakmampuan
Berdasarkan pengukuran tinggi badan keluarga untuk menyediakan pangan dalam
(24 bulan - 60 bulan) atau panjang badan (0 jumlah, mutu, dan ragam yang sesuai dengan
bulan - 24 bulan) menurut umur diperoleh kebutuhan setiap individu untuk memenuhi
4 kategori: (1). Sangat pendek jika hasil asupan kebutuhan karbohidrat, protein,
penukuran lebih kecil -3 SD. (2). Pendek jika lemak, vitamin dan mineral yang bermanfaat
hasil pengukuran -3 SD - < -2 SD. (3). Normal bagi pertumbuhan dan perkembangan, serta
jika hasil pengukuran -2 SD - 2 SD. (4). Tinggi kesehatan jasmani maupun rohani.
jika hasil pengukuran > 2 SD. Keempat, prinsip gizi pada balita.
Berdasarkan pengukuran berat badan, Setelah anak berumur satu tahun menunya
menurut tinggi badan atau panjang badan harus bervariasi untuk mencegah kebosanan
dapat diperoleh 4 kategori: (1) Sangat kurus dan diberi susu, serealia (seperti bubur beras,
jika hasil pengukuran lebih kecil -3 SD. (2). roti), daging, sup, sayuran dan buah-buahan.
Kurus jika hasil pengukuran – 3 SD - < -2 SD. Makanan padat yang diberikan tidak perlu
(3). Normal jika hasil pengukuran -2 SD - 2 diblender lagi melainkan yang kasar supaya
SD. (4). Gemuk jika hasil pengukuran > 2 anak yang sudah mempunyai gigi dapat belajar
SD. Balita dengan gizi buruk akan diperoleh mengunyah. Adakalanya anak tidak mau
hasil BB/TB sangat kurus, sedangkan balita makan dan sebagai gantinya ibu memberikan
dengan gizi baik akan diperoleh hasil normal. susu. Kebiasaan demikian akan mengarah
Ketiga, kelompok rawan pangan dan diet yang hanya terdiri dari susu saja. Jika
gizi. Kelompok masyarakat yang rawan anak tidak mau makan bentuk makanan padat,
(vunerable) terhadap pangan dan gizi dapat jangan diberikan susu sebagai pangganti, akan

363
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 23, No 3, Desember 2017: 359-375

tetapi bawa pergi makanan itu dan coba lagi bentuk malnutrisi protein kategori berat yang
jika anak sudah lapar. disebabkan oleh asupan karbohidrat yang
Anak di bawah umur 5 tahun (balita) normal atau tinggi, namun asupan proteinnya
merupakan kelompok yang menunjukkan tidak cukup. Kwashiorkor dapat dibedakan
pertumbuhan badan yang pesat, sehingga dengan marasmus yang disebabkan oleh
memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap asupan kurang jumlah tetapi kualitasnya
kilogram berat badannya. Anak balita ini normal, sedangkan marasmiks-kwashiorkor
justru merupakan kelompok umur yang adalah gabungan dari kwashiorkor dengan
paling sering menderita akibat kekurangan marasmus yang disertai dengan “oedema”
gizi. Gizi ibu yang kurang atau buruk pada (pembengkakan) pada bagian kulit.
waktu konsepsi atau sedang hamil muda Berdasarkan hasil kajian oleh pertemuan
dapat berpengaruh pada pertumbuhan seorang International Scientific Symposyum on
balita. Masa balita adalah masa pertumbuhan Measurement and Assessment of Food
sehingga memerlukan gizi yang baik. Bila Deviation and Undernutrition, pada bulan
gizinya kurang itu akan berpengaruh pada Juni 2002 di Roma dan Nutrition in the
kehidupannya di usia prasekolah dan sekolah. Post 2015 Development Agenda tentang
Khususnya di wilayah Kabupaten Seri Lancet Gizi tahun 2008 menunjukkan
Tangerang menunjukkan bahwa jumlah gizi tindakan efektif untuk mengatasi kekurangan
buruk di Banten pada tahun 2014 mencapai gizi. Meskipun kemajuan yang mantap
1.244 balita. Berdasarkan data dari Dinas dibuat dalam mengurangi kelaparan dan
Kesehatan (Dinkes) Banten hingga Desember mencapai tujuan kemiskinan dan target,
2014, jumlah gizi buruk berturut-turut di masih ada banyak yang harus dilakukan.
Kabupaten Tangerang 368 balita, Kabupaten Terdapat 5 metode yang lazim digunakan
Lebak 352 balita, Kabupaten Serang 201 untuk mengukur kerawanan pangan dan
balita, Kabupaten Pandeglang 115 balita, Kota kelaparan. Salah satunya adalah pengukuran
Tangsel sebanyak 68 balita, Kota Serang 66 kekurangan asupan gizi, kerawanan pangan
balita, Kota Tangerang 45 balita dan Kota melalui survei pendapatan atau pengeluaran
Cilegon 29 balita. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga untuk kecukupan pemenuhan
jumlah tertinggi kasus balita gizi buruk terjadi kebutuhan pangan. Hasil survei pendapatan
di wilayah Kabupaten Tangerang dan terendah atau pengeluaran rumah tangga dapat
terjadi di wilayah Kota Cilegon (Anonim, digunakan untuk memperkirakan jumlah
2016). rata-rata konsumsi energi. Dalam survei
Pengertian gizi buruk sendiri adalah pengeluaran responden ditanyakan mengenai
status gizi yang didasarkan pada indeks berat pengeluaran untuk pangan dalam periode
badan menurut umur (BB/U) < -3 Standar waktu tertentu seperti pengeluaran mingguan.
Deviasi (SD) yang merupakan padanan istilah Dapat dihitung proporsi pengeluaran rumah
severely underweight 3. Terdapat 3 jenis gizi tangga untuk pemenuhan konsumsi energinya
buruk yang sering dijumpai yaitu kwashiorkor, sampai kebutuhan di bawah minimum.
marasmus dan gabungan dari keduanya Penelitian ini merupakan penelitian
yang lazim disebut marasmiks kwashiorkor. deskriptif, dengan menggunakan rancangan
Pengertian kwashiorkor sendiri adalah suatu penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan

364
Afrizal Arlius, Toto Sudargo, Subejo -- Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi Balita
(Studi di Desa Palasari dan Puskesmas Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang)

metode penelitian cross sectional (potong pihak Puskesmas, Aparat Desa dan Masyarakat
lintang) karena pada penelitian ini variabel Desa Palasari, Kecamatan Legok, Kabupaten
independen dan dependen diamati pada waktu Tangerang. (4). Peneliti juga mengumpulkan
(periode) yang sama. Rancangan penelitian dokumen-dokumen terkait ketahanan pangan
deskriptif ini bertujuan untuk menerangkan dan status gizi balita di Desa Palasari serta
atau menggambarkan ketahanan pangan Puskesmas Legok, Kabupaten Tangerang yang
keluarga dan hubungannya dengan status dipilih sebagai tempat pelaksanaan penelitian.
gizi balita serta upaya peningkatan ketahanan Hasil penelitian ini diharapkan dapat
pangan. menemukan hubungan antara ketahanan
Pendekatan yang dilakukan dalam pangan keluarga dengan status gizi balita,
penelitian ini menggunakan pendekatan dan bertujuan untuk mengkaji hubungan
kuantitatif dan kualitatif, kemudian teknik antara ketahanan pangan dan status gizi
penelitian yaitu survei dan observasi ke balita di wilayah kerja Puskesmas Legok,
lapangan. Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang dan
Lokasi Penelitian dilaksanakan di Desa mendapatkan upaya untuk mengatasi gizi buruk
Palasari, Kecamatan Legok, Kabupaten tersebut di atas melalui gerakan peningkatan
Tangerang dan Puskesmas Legok. Puskesmas ketahanan pangan. Guna mendapatkan data
ini dipilih karena Desa Palasari termasuk yang memadai maka peneliti melakukan
desa rawatan dari Puskesmas Legok dimana pengumpulan data berupa data primer dan
terdapat banyak anak yang mengalami data sekunder. Data primer terdiri atas hasil
gizi buruk dan gizi kurang sehingga akan kuesioner, observasi dan wawancara di Desa
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan Palasari dan Puskesmas Legok serta pihak-
perkembangan anak. pihak terkait. Data sekunder terdiri atas data
Pengumpulan data dilakukan secara demografi, geografi, dan laporan tahunan
langsung dengan memberikan kuesioner penanggulangan gizi buruk dan kurang
kepada Ibu/orang tua dengan anak balita gizi dari Puskesmas di Kecamatan Legok,
di Desa Palasari dan Puskesmas Legok Kabupaten Tangerang.
Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang
dengan prosedur sebagai berikut: (1). PEMBAHASAN
Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah Karakteristik Rumah Tangga
melakukan observasi pendahuluan mengenai Karakteristik responden merupakan
ketahanan pangan dan status gizi balita gambaran secara umum tentang keadaan
di Desa Palasari dan Puskesmas Legok responden. Pada penelitian ini diambil 100
Kabupaten Tangerang yang dipilih sebagai responden di Desa Palasari, Kecamatan
tempat pelaksanaan penelitian. (2). Peneliti Legok, Kabupaten Tangerang yang bertempat
melakukan pendekatan pada masing-masing tinggal di 3 dusun. Karakteristik rumah
responden yang memenuhi kriteria sampel tangga responden meliputi data-data tentang
dan untuk memperoleh kesediaannya menjadi usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota
responden penelitian dan kemudian diberikan keluarga dan penghasilan. Sebagian besar
kuesioner untuk diisi. (3). Selain kuesioner, responden penelitian berusia 41-60 tahun
peneliti juga mengadakan wawancara dengan yaitu sebanyak 56 orang, berusia 21- 40 tahun

365
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 23, No 3, Desember 2017: 359-375

sebanyak 44 orang, sedangkan yang berusia 1.000.000,- per bulan sebanyak 8 orang,
60 tahun ke atas tidak bersedia untuk menjadi pendapatan Rp 1.000.000,- sampai dengan
responden peneliti dikarenakan sudah usia Rp 2.000.000,- per bulan sebanyak 78
lanjut. orang, pendapatan Rp 2.000.000,- sampai
Untuk mengetahui tingkat pendidikan, dengan Rp 3.000.000,- per bulan sebanyak 9
di Desa Palasari yang berpendidikan SD 16 orang, dan pendapatan ≥ Rp 3.000.000,- per
orang, SMP 61 orang, dan SMA 21 orang, bulan sebanyak 2 orang (UMP Kabupaten
sedangkan sisanya tidak bersekolah sama Tangerang). Data tersebut menunjukan bahwa
sekali yaitu 2 orang. banyak responden yang masih memiliki
Dari jenis pekerjaan utama yang dimiliki pendapatan rendah sehingga cukup sulit untuk
responden terdapat beberapa macam pekerjaan. pemenuhan kebutuhan keluarga.
Responden yang memiliki pekerjaan utama
sebagai buruh 41 orang, pegawai 7 orang, Identifikasi Sumber Pangan
guru 4 orang, wiraswasta 1 orang, pedagang 1 Bahan pangan untuk konsumsi sehari-
orang, lainnya 6 orang, menganggur 40 orang. hari dapat dikelompokkan menjadi 9 kelompok
Masyarakat yang tidak memiliki keterangan besar. Jenis pangan pada masing-masing
pekerjaan dikarenakan tidak memiliki kelompok dapat berbeda-beda pada setiap
pekerjaan tetap. Masih banyak masyarakat rumah tangga sesuai sumber pangan yang
Desa Palasari yang tidak punya pekerjaan tersedia. Secara nasional bahan pangan
tetap tersebut. Kondisi ini harusnya menjadi dikelompokkan sebagai berikut: (1) Padi-
perhatian bagi Pemerintah Daerah untuk padian: beras, jagung, sorgum dan terigu (2)
menyiapkan lapangan pekerjaan buat mereka. Umbi-umbian: ubi kayu, ubi jalar, kentang,
Namun demikian, faktor lain menunjukkan talas, sagu, dan umbi lainnya (3) Pangan
bahwa banyaknya masyarakat tidak bisa hewani: ikan, daging, susu dan telur (4)
bekerja di sebabkan karena rendahnya tingkat Minyak dan lemak: minyak kelapa, minyak
pendidikan mereka sehingga tidak memenuhi sawit (minyak goreng, minyak jagung,
persyaratan untuk bekerja di sebuah intansi margarin) (5) Buah/biji berminyak: kelapa,
atau perusahaan. kemiri, jambu mete dan coklat (6) Kacang-
Kemudian jumlah anggota keluarga kacangan: kedelai, kacang tanah, kacang
responden yang tinggal dalam satu rumah hijau, kacang merah, dan kacang lainnya (7)
sangat bervariasi jumlah anggotanya, anggota Gula: gula pasir, gula merah (8) Sayur dan
keluarga 4-5 orang sebanyak 58 orang, buah: semua jenis sayuran dan buah-buahan
anggota keluarga 6-7 orang sebanyak 27 yang biasa dikonsumsi (9) Lain-lain: teh,
orang, anggota keluarga ≤ 3 sebanyak 12 kopi, sirup, bumbu-bumbuan, makanan dan
orang, sedangkan sisanya memiliki anggota minuman jadi.
keluarga lebih dari 7 orang sebanyak 3 orang.
Dari segi pendapatan bulanan yang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
diterima responden juga bervariasi besarnya, Penjabaran dari menu seimbang 4 sehat
sebagian besar responden memiliki pendapatan 5 sempurna memiliki konsep dasar gizi
≤ Rp 600.000,- per bulan sebanyak 3 orang, seimbang, yaitu (1). Menu yang dianjurkan
pendapatan Rp 600.000 sampai dengan Rp adalah yang menjamin keseimbangan zat-zat

366
Afrizal Arlius, Toto Sudargo, Subejo -- Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi Balita
(Studi di Desa Palasari dan Puskesmas Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang)

Gambar 1
Visualisasi Panduan Gizi Indonesia

Sumber : Depkes, 2013.

gizi. (2). Tiap bahan makanan dapat saling Seimbang (PUGS) yang berisi 13 pesan dasar
melengkapi mengkonsumsi beraneka ragam gizi seimbang. Nutrition Guide For Balanced
makanan setiap harinya. (3). Bahan makanan Diet adalah pedoman bagi kelompok umur di
dikelompokkan pada 3 fungsi utama, yaitu atas 2 tahun, sementara PUGS dalam bentuk
(a). Sumber energi: makanan pokok (nasi, 13 pesan dasar umum adalah pedoman bagi
jagung, terigu, umbi, sagu dll.), (b). Sumber zat semua umur mulai dari nol bulan hingga
pembangun : lauk-pauk (daging, ayam,telur, kelompok usia lanjut dengan memasukan Air
susu, tempe, tahu, kacang-kacangan), (c). Susu Ibu (ASI) ekslusif sebagai gizi seimbang
Sumber zat pengatur : sayuran dan buah- bagi bayi berumur 0-6 bulan (Anonim, 2013).
buahan untuk mencapai gizi seimbang menu Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
sehari harus terdiri dari campuran ke-3 memuat 13 pesan dasar pedoman praktis,
kelompok bahan makanan tersebut. yaitu (1). Makanlah aneka ragam makanan,
Konsep dasar 4 sehat 5 sempurna (basic (2). Makanlah makanan untuk memenuhi
four) mengalami perubahan menjadi Nutrition kecukupan energi, (3). Makanlah makanan
Guide For Balanced Diet di Indonesia sumber KH, setengah dari kebutuhan energi,
menjadi Pedoman Gizi Seimbang, disingkat (4). Batasi konsumsi lemak/minyak sampai
(PGS) dengan visualisasi dalam bentuk seperempat dari kebutuhan energi, (5).
tumpeng yang secara umum mengikuti Gunakan garam beriodium, (6). Makanlah
visualisasi piramida yang dipakai oleh makanan sumber zat besi, (7). Berikan ASI
Amerika Serikat. Kebijakan nasional tersebut saja kepada bayi sampai umur 6 bulan, (8).
ditindaklanjuti oleh Departemen Kesehatan Biasakan makan pagi, (9). Minumlah air
dengan mengeluarkan Pedoman Umum Gizi bersih, aman dan cukup jumlahnya, (10).

367
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 23, No 3, Desember 2017: 359-375

Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara responden yang dikonversikan menjadi kalori.
teratur, (11). Hindari minuman beralkohol, Konversi satuan ukuran rumah tangga dihitung
(12). Makanlah makanan yang aman bagi ke dalam satuan berat (gram). Berdasarkan
kesehatan, (13). Bacalah label pada makanan tabel konversi konsumsi pangan kemudian
yang dikemas dapat dihitung jumlah kalori yang dikonsumsi
Indonesia memasukkan unsur budaya setiap orang anggota keluarga per hari dengan
dalam memilih bentuk visualisasi panduan gizi cara membagi total konsumsi kalori KK per
bagi masyarakat, sehingga kemudian sampai minggu dengan jumlah anggota keluarga
pada pilihan bentuk tumpeng yang menyerupai yang ada. Konsumsi energi per hari per
topi perayaan tahun baru, sebagaimana orang berdasarkan rekomendasi Widyakarya
ditunjukkan gambar 1 di atas. Nasional Pangan dan Gizi IX 2008 adalah
Konsepnya hampir sama dengan konsep sebesar 2.200 kkal/orang/hari. Konsumsi
pada bentuk piramida yang sebelumnya kalori per anggota keluarga per hari dapat
digunakan oleh Indonesia, yaitu terdapat digolongkan seperti disajikan pada tabel 1
6 kelompok pangan, dimana paling bawah berikut.
adalah kelompok makanan pokok (porsinya
paling besar), disusul sayur, buah, protein Tabel 1
Perhitungan Penggolongan Konsumsi Kalori Per
nabati dan hewani, serta paling sedikit adalah Orang Per Hari
minyak, gula dan garam. Bedanya dengan Energi
Orang %
(Kkal/ org/hari) Kategori
bentuk terdahulu, pada tumpeng gizi seimbang
≤ 2200 Kurang 46 46
ini dilengkapi dengan anjuran minum air putih > 2200 Cukup 54 54
dan anjuran pola hidup sehat, yaitu berolah Jumlah 100 100
raga teratur atau aktivitas fisik, menjaga Sumber: Hasil olahan sendiri
kebersihan dan memantau berat badan secara
teratur. Tabel 1 tersebut menjelaskan bahwa
sebagian besar KK responden penelitian
Konsumsi Kalori Rumah Tangga memiliki konsumsi kalori lebih dari 2200
Sebelum menghitung konsumsi kalori kkal/orang/hari, yaitu 54 KK (54%).
setiap rumah tangga responden, maka dihitung Sedangkan sisanya 46 KK responden
terlebih dahulu bahan pangan yang dikonsumsi penelitian (46%) mengkonsumsi energi
oleh masing-masing responden rumah tangga. ≤ 2200 kkal/orang /hari. Secara rata-rata
Ini meliputi hampir semua makanan dan responden penelitian memiliki tingkat
minuman mengandung kalori, tetapi dengan konsumsi kalori sebesar 3075,10 kkal/orang/
jumlah kalori yang berbeda, dimana zat gizi hari, sehingga dapat dihitung besaran TKE
utama penyusun makanan adalah karbohidrat, = 3075,10 : 2.200 x 100 % = 103,97 %.
protein, lemak serta vitamin dan mineral. Angka TKE sebesar 103,97 % atau > 80%,
Semua ini mempengaruhi kandungan kalori merupakan Angka Kecukupan Gizi (AKG)
makanan dan minuman. yang dianjurkan. Oleh karena itu secara
Konsumsi kalori setiap rumah tangga asupan kalori rata-rata maka Desa Palasari
dihitung berdasarkan jenis pangan yang merupakan desa masuk kategori tidak rawan
dikonsumsi per minggu oleh rumah tangga pangan.

368
Afrizal Arlius, Toto Sudargo, Subejo -- Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi Balita
(Studi di Desa Palasari dan Puskesmas Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang)

Pangsa Pengeluaran Pangan Bagi Rumah PP


PF = X 100 %
Tangga TP
Pengeluaran total merupakan Rp 1.006.360,-
= X 100 % = 69,42 %
pengeluaran untuk konsumsi pangan Rp 1.424.493,-
ditambah pengeluaran untuk non pangan.
Data pengeluaran pangan, pengeluaran non Catatan: PF = Pangsa Pengeluaran
pangan dan total pengeluaran didistribusikan
Pangan (%), PP = Pengeluaran Pangan
berdasarkan pangsa pengeluaran pangan yang
(Rupiah), TP = Total Pengeluaran Rumah
disajikan pada tabel 2 berikut.
Tangga (Rupiah)
Tabel 2 Perhitungan PF menunjukkan bahwa
Perhitungan Penggolongan Konsumsi Kalori Per pangsa pengeluaran rumah tangga rata-
Orang Per Hari
rata responden penelitian adalah sebesar
69,42%. Angka ini > 60% yang berarti
Pangsa pengeluaran
Kategori Orang % Desa Palasari merupakan desa yang rawan
pangan
≤ 60% Rendah 25 25 pangan. Hal lainnya juga adalah bahwa
> 60% Tinggi 75 75 rumah tangga responden lebih mengutamakan
Jumlah 100 100
pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan
Sumber: Hasil olahan sendiri dasarnya terlebih dahulu, yakni berupa pangan,
apabila kebutuhan dasar tersebut sudah
Tabel 2 tersebut menjelaskan bahwa terpenuhi, maka keluarga akan mengalokasikan
mayoritas KK responden penelitian memiliki pendapatannya untuk kebutuhan non pangan
pangsa pengeluaran pangan lebih dari 60%
per bulan sebesar 75% dan hanya sebagian Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga
KK responden penelitian yang memiliki Desa Palasari
pangsa pengeluaran pangan kurang dari 60% Pada penelitian ini difokuskan untuk
sebesar 25%. Secara rata-rata responden melihat pengaruh konsumsi energi dan
penelitian memiliki pangsa pengeluaran pangsa pengeluaran pangan terhadap tingkat
pangan sebesar Rp. 1.006.360,- per bulan, ketahanan pangan rumah tangga, dimana
sementara total pengeluaran rata-rata sebesar pola konsumsi merupakan salah satu alat
Rp. 1.424.493,- sehingga perhitungan ukur untuk melihat ketahanan pangan rumah
pangsa pengeluaran pangan (PP) adalah tangga. Kriteria ketahanan pangan rumah
sebagai berikut.

Tabel 3
Tingkat ketahanan Pangan Rumah Tangga Desa Palasari
Pangsa Pengeluaran Pangan
Konsumsi energi per unit ekuivalen
dewasa Rendah Tinggi
(≤ 60 % pengeluaran total) (> 60 % pengeluaran total)
Cukup (> 80 % syarat kecukupan Tahan pangan Rentan pangan
energi) (15 %) (39 %)
Kurang (≤ 80 % syarat kecukupan Kurang pangan Rawan pangan
energi) (10 %) (36 %)
Sumber: Hasil olahan sendiri

369
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 23, No 3, Desember 2017: 359-375

tangga dapat diklasifikasikan berdasarkan yaitu pola asuh dari orang tua, pendidikan
tingkat konsumsi energi per unit ekuivalen dan pengetahuan orang tua, jumlah anggota
dewasa dengan pangsa pengeluaran pangan keluarga, pendapatan dan pengeluaran
seperti disajikan pada tabel 3 di atas. kebutuhan rumah tangganya serta pemberian
Tabel 3 di atas menjelaskan bahwa asupan makanan yang bergizi bagi balita.
sebagian besar responden penelitian berada Faktor yang mempengaruhi terjadinya
dalam kategori rawan pangan, yaitu sebanyak gizi buruk adalah status sosial ekonomi,
36 %, kategori rentan pangan sebanyak 39 % ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi
dan kategori tahan pangan sebanyak 15 %, yang baik untuk anak dan berat badan lahir
serta kategori kurang pangan sebanyak 910 %. rendah (BBLR). Melalui uji korelasi, dapat
Hubungan ketahanan pangan keluarga ditunjukkan adanya hubungan yang positif
dan status gizi balita di Desa Palasari dan signifikan antara pekerjaan ibu dengan
Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang status gizi balita. Sumber lain mengatakan
dapat dilihat pada tabel 4 berikut. bahwa rendahnya pendidikan dapat
Tabel 4 tersebut menjelaskan bahwa mempengaruhi ketersediaan pangan dalam
sebagian besar keluarga yang rentan dan keluarga, yang selanjutnya mempengaruhi
rawan pangan memiliki balita dengan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan
status gizi buruk dan kurang yaitu 47 balita yang merupakan penyebab langsung dari
dan memiliki status gizi baik 38 balita. kekurangan gizi pada anak balita (Kosim,
Sementara keluarga yang tahan pangan 2008).
sebagian besar memiliki status gizi yang Teori konsumsi Keynes dalam bukunya
baik yaitu sebanyak 13 balita dan yang yang berjudul The General Theory of
memiliki status gizi buruk dan kurang 2 Employment, Interest and Money menjelaskan
orang. Kondisi ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pendapatan yang
di dalam keluarga yang rentan dan rawan diterima saat ini (pendapatan disposabel)
pangan belum tentu semuanya memiliki dengan konsumsi yang dilakukan saat ini
status gizi buruk dan kurang namun banyak juga. Dengan kata lain pendapatan yang
juga yang mengalami status gizi yang baik, dimiliki dalam suatu waktu tertentu akan
begitu juga sebaliknya. Dalam keluarga mempengaruhi konsumsi yang dilakukan
yang tahan pangan belum tentu status oleh manusia dalam waktu itu juga. Apabila
gizinya baik semuanya, ada juga yang pendapatan meningkat maka konsumsi yang
sebagian memiliki status gizi buruk dan dilakukan juga akan meningkat, begitu pula
kurang hal ini dikarenakan banyak faktor, sebaliknya (Pujoharso, 2013).

Tabel 4
Silang Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Balita
Status gizi
Ketahanan pangan Total
Gizi Buruk dan Kurang (%) Gizi baik (%)
Rentan dan Rawan Pangan 47 38 85
Tahan Pangan 2 13 15
Total 49 51 100

Sumber: Hasil olahan sendiri

370
Afrizal Arlius, Toto Sudargo, Subejo -- Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi Balita
(Studi di Desa Palasari dan Puskesmas Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang)

Penelitian yang dilakukan Halik Kerawanan pangan dapat berakibat


(2007) menunjukkan faktor dominan yang langsung pada rendahnya status gizi dan akan
mempengaruhi tingkat ketahanan pangan berdampak buruk bagi kesehatan anggota
adalah luas lahan, tingkat pendapatan per rumah tangga. Dampak lebih lanjut pada
kapita, dan tingkat pendidikan kepala rumah anak-anak balita dan anak usia sekolah
tangga. Hubungan antara tingkat ketahanan dapat mengakibatkan penurunan daya ingat.
pangan dengan status gizi masyarakat Untuk itu, rumah tangga dengan kategori
menunjukkan tingkat ketahanan pangan rawan pangan yang secara ekonomi kurang
masyarakat pedesaan cukup tahan, namun memiliki kemampuan, sebaiknya diarahkan
ternyata status gizi masyarakat masih kepada peningkatan pendapatan sebagai
rendah sebagai akibat dari masih rendahnya usaha meningkatkan kesejahteraan rumah
pemahaman masyarakat akan persoalan tangga agar dapat mengkonsumsi pangan baik
pangan dan gizi khususnya para ibu rumah sumber karbohidrat, lemak, protein, vitamin
tangga, sehingga mereka belum dapat maupun mineral. Peningkatan pengetahuan
memanfaatkan apa yang dimilikinya secara tentang pangan dan gizi juga diperlukan agar
optimal. lebih dapat menganekaragamkan jenis dan
Tingkat pendidikan formal merupakan meningkatkan mutu pangan, baik dari segi
faktor yang ikut menentukan mudah kuantitas maupun kualitas.
tidaknya seseorang menyerap dan menekuni Status gizi (nutritional status) merupakan
pengetahuan yang diperoleh.Masukan gizi outcome ketahanan pangan yang merupakan
anak sangat tergantung pada sumber-sumber cerminan dari kualitas hidup seseorang.
yang ada di lingkungan sosialnya, salah satu Banyaknya balita yang mengalami kurang gizi
yang menentukan adalah ibu. Peranan orang dan gizi buruk merupakan indikator rawan
tua, khususnya ibu, dalam menyediakan dan gizi, sedangkan gizi buruk dipengaruhi oleh
menyajikan makanan bergizi bagi keluarga, banyak faktor yang saling terkait. Penyebab
khususnya anak menjadi penting. Kualitas hal tersebut adalah konsumsi makanan yang
pelayanan ibu dalam keluarga ditentukan oleh tidak seimbang dan penyakit infeksi (akut)
penguasaan informasi dan faktor ketersediaan sebagai akibat tidak cukup persediaan pangan
waktu yang memadai. Kedua faktor tersebut dan pola asuh anak tidak memadai, serta
merupakan faktor determinan yang dapat sanitasi/ air bersih, dan pelayanan kesehatan
ditentukan dengan tingkat pendidikan, dasar tidak memadai (Anonim, 2013).
interaksi sosial dan pekerjaan. Penelitian yang dilakukan di Desa
Status Gizi pada balita secara langsung Palasari menunjukkan adanya status gizi
atau tidak langsung dipengaruhi oleh buruk dan kurang serta status gizi baik,
kecerdasan intelektual ibu yang rendah, sebagai akibat dari dari bagaimana suatu
tingkat pendidikan orang tua (ibu dan ayah keluarga menerapkan suatu prinsip hidup
yang rendah), kemiskinan atau status social sehat dengan status gizi baik. Ditemukan
ekonomi, lingkungan tempat tinggal, status dalam keluarga yang rentan dan rawan pangan
pengasuhan anak yang memadai, keyakinan banyak terdapat balita yang status gizinya
budaya, dan akses ke tempat penyedia baik, sebaliknya dalam keluarga yang tahan
pelayanan kesehatan (Ramli, et al., 2009). pangan juga ditemukan balita yang status

371
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 23, No 3, Desember 2017: 359-375

gizinya kurang. Kesimpulannya, status gizi ini bisa dilakukan melalui pengembangan
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu (1) lumbung pangan. Pemanfaatan potensi
Pangan yang cukup, (2) Pendapatan keluarga, bahan pangan lokal dan peningkatan spesifik
(3) Pendidikan orang tua, (4) Pola asuh anak/ berdasarkan budaya lokal sesuai dengan
balita, (5) Konsumsi makanan bergizi. perkembangan selera masyarakat yang
Upaya yang dilakukan untuk dinamis
meningkatkan ketahanan pangan dalam Dalam upaya mewujudkan ketahanan
masyarakat adalah meningkatkan kemandirian pangan, peran dan partisipasi masyarakat
masyarakat untuk berperan aktif dalam khsususnya kelembagaan tani, kelembagaan
mewujudkan ketersediaan, distribusi dan pedesaan lainnya, serta aparatur
konsumsi pangan dari waktu ke waktu. (stakeholder pembangunan ketahanan pangan)
Pembangunan ketahanan pangan pada perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah.
hakikatnya adalah masyarakat yang terlibat Hal ini disebabkan karena masalah pangan
dalam pembangunan ketahanan pangan menjadi tanggung jawab unsur pemerintah,
meliputi produsen, pengusaha, konsumen, swasta maupun masyarakat lainnya.
aparatur pemerintah, perguruan tinggi, dan Untuk lebih menumbuhkan motivasi dan
lembaga swadaya masyarakat. mengoptimalkan partisipasi aparatur, lembaga
Berbagai upaya pemberdayaan untuk swasta dan masyarakat lainnya, perlu ada
peningkatan kemandirian masyarakat gerakan-gerakan yang mampu meningkatkan
khususnya pemberdayaan petani dapat kinerja lembaga-lembaga tersebut dalam upaya
dilakukan melalui: mewujudkan ketahanan pangan sesuai dengan
Pertama, pemberdayaan dalam perannya masing-masing. Salah satu cara untuk
pengembangan untuk meningkatkan memotivasi kelompok tani, lembaga pedesaan
produktivitas dan daya saing. Hal ini dapat (Koperasi Tani, KUD, dan sebagainya)
dilaksanakan melalui kerjasama dengan dan aparatur pelayanan agar lebih efektif
penyuluh dan peneliti. Teknologi yang berpartisipasi dalam pelaksanaan program
dikembangkan harus berdasarkan spesifik peningkatan produksi dan produktivitas
lokasi yang mempunyai keunggulan dalam usaha tani, adalah dengan penyelenggaraan
kesesuaian dengan ekosistem setempat dan perlombaan ketahanan pangan. Perlombagaan
memanfaatkan input yang tersedia di lokasi serta ini telah diyakini sebagai salah satu sarana
memperhatikan keseimbangan lingkungan. untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi
Kedua, penyediaan fasilitas kepada petani secara aktif agar petani mau dan
masyarakat hendaknya tidak terbatas mampu meningkatkan produksi dalam rangka
pengadaan sarana produksi, tetapi dengan mewujudkan ketahanan pangan.
sarana pengembangan agrobisnis lain Pemberdayaan masyarakat juga
yang diperlukan seperti informasi pasar, merupakan suatu proses mengajak atau
peningkatan akses terhadap pasar, permodalan membawa masyarakat agar mampu melakukan
serta pengembangan kerjasama kemitraan sesuatu (enabling people to do something).
dengan lembaga usaha lain. Sasaran pemberdayaan masyarakat tersebut
Ketiga, revitalitasasi kelembagaan dan mencakup para keluarga petani, buruh,
sistem ketahanan pangan masyarakat. Hal pedagang kecil lain yang selama ini dikenal

372
Afrizal Arlius, Toto Sudargo, Subejo -- Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi Balita
(Studi di Desa Palasari dan Puskesmas Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang)

sebagai kelompok tertinggal, bahkan pelestarian sumber daya alam yaitu: lahan,
pemerintah itu sendiri. air dan perairan.
Lebih lanjut, strategi pencegahan dan Kedua, peningkatan pemberdayaan dan
penanggulangan gizi buruk di masyarakat partisipasi masyarakat menuju terwujudnya
dapat dilakukan dengan: (1) Mengembalikan ketahanan pangan rumah tangga, serta perilaku
fungsi posyandu dan meningkatkan kembali sadar gizi.
partisipasi masyarakat dan keluarga dalam Ketiga, pengembangan agribisnis
memantau, mengenali dan menanggulangi pangan yang berdaya saing, berkerakyatan,
secara dini gangguan pertumbuhan pada berkelanjutan, dan tersentralisasi dengan
balita. (2) Meningkatkan kemampuan dan pengertian: (1). Berdaya saing tinggi, yang
keterampilan SDM Puskesmas beserta diupayakan melalui peningkatan efisiensi
jaringannya dalam tatalaksana gizi buruk dengan memanfaatkan inovasi dan teknologi,
dan masalah gizi lain, manajemen laktasi peningkatan produktivitas dan nilai tambah,
dan konseling gizi. (3) Menanggulangi serta penajaman orientasi pasar. (2).
secara langsung masalah gizi yang terjadi Berkerakyatan, yaitu memfasilitasi peluang
pada kelompok rawan gizi termasuk keadaan yang lebih besar bagi masyarakat luas untuk
darurat melalui suplementasi zat gizi mikro, berpartisipasi dalam usaha kecil dan menengah,
MP-ASI, makanan tambahan dan diet dengan mendayagunakan sumber daya yang
khusus. (4) Mewujudkan keluarga sadar gizi dimilikinya. (3). Berkelanjutan, diupayakan
melalui advokasi, sosialisasi dan KIE gizi melalui peningkatan dan pemeliharaan
seimbang. (5) Mengoptimalkan surveilans kapasitas sumber daya alam, penerapan
berbasis masyarakat melalui SKDN, Sistem teknologi ramah lingkungan dan pengembangan
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD- sistem distribusi keuntungan yang adil. (4).
KLB) Gizi Buruk, dan Sistem Kewaspadaan Tersentralisasi, yang berarti keputusan tentang
Pangan dan Gizi (SKPG), untuk meningkatkan hal-hal yang terkait dengan pengelolaan sumber
manajemen program perbaikan gizi. (6) daya daerah untuk meningkatkan ketahanan
Mengembangkan model intervensi gizi tepat pangan berada di tangan masyarakat bersama
guna yang evidence based. (7) Menggalang Pemerintah Daerah, dalam rangka mendorong
kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan pendayagunaan keunggulan sumber daya
masyarakat beserta swasta/dunia usaha dalam daerah sesuai referensi masyarakat di daerah
memobilisasi sumberdaya untuk penyediaan yang bersangkutan.
pangan di tingkat rumah tangga, peningkatan Keempat, pengembangan dan
daya beli keluarga, dan perbaikan pola asuhan peningkatan intensitas jaringan kerjasama
gizi keluarga. lintas pelaku, lintas wilayah dan lintas
Sejalan dengan permasalahan, peluang waktu dalam suatu sistem koordinasi guna
dan paradigma baru pemantapan ketahanan mensinergikan kebijakan, program dan
pangan, strategi yang dikembangkan dalam kegiatan pemantapan ketahanan pangan.
upaya pemantapan ketahanan pangan adalah: Kelima, peningkatan efektivitas dan
Pertama, pengembangan kapasitas kualitas kinerja pemerintah dalam menfasilitasi
produksi pangan nasional melalui rehabilitasi masyarakat berpartisipasi dalam pemantapan
kemampuan, optimalisasi pemantapan dan ketahanan pangan (Hariyadi, 2010)

373
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 23, No 3, Desember 2017: 359-375

Salah satu fungsi utama program jika keluarga kekurangan pangan maka akan
perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas mempengaruhi status gizi keluarga tersebut.
adalah mempersiapkan, memelihara Kedua, upaya untuk mengatasi masalah
dan mempertahankan agar setiap orang status gizi diperoleh dengan melaksanakan
mempunyai status gizi baik, dapat hidup sehat program harian, bulanan dan tahunan. Hal
dan produktif. Fungsi ini dapat terwujud kalau tersebut merupakan program dari Puskesmas
setiap petugas dalam melaksanakan program Legok untuk meningkatkan perbaikan gizi
gizi dilakukan dengan cara yang baik dan balita dan keluarga.
benar sesuai komponen-komponen yang harus Selanjutnya direkomendasikan hal-hal
ada dalam program perbaikan gizi masyarakat sebagai berikut.
di Puskesmas. Program peningkatan gizi yang Pertama, ada terobosan baru dalam
dilaksanakan oleh Puskesmas Legok ada yang bentuk pemberdayaan rumah tangga secara
bersifat harian, yaitu peningkatan pemberian sistematis dan terstruktur yang nantinya dapat
ASI eklusif tanpa makanan dan minuman mengatasi permasalahan ketahanan pangan
lain pada bayi berumur 0 sampai 6 bulan, keluarga dan status gizi balita masyarakat.
kemudian bersifat bulanan, yaitu pemantauan Kedua, pemerintah bersama kelompok
pertumbuhan berat badan balita (penimbangan masyarakat agar meningkatkan upaya
balita) dalam bentuk pengukuran berat badan ketahanan pangan untuk mengatasi gizi buruk
balita untuk mengetahui pola pertumbuhan dan kurang.
dan pengembangan berat badan balita, dan
ada yang bersifat tahunan, yaitu pemantauan DAFTAR PUSTAKA
status gizi balita, dan pemantauan konsumsi Anonim. 2016. Kab. Tangerang Terbanyak
gizi. Kasus Gizi Buruk, diakses dari http://
Dengan adanya program peningkatan satelitnews.co.id/2015/03/03/kab-
gizi tersebut diharapkan dapat mencapai status tangerang-terbanyak-kasus-gizi-buruk-
rumah tangga yang tahan pangan, dalam arti Anonim. 2013. Riset Kesehatan Dasar
kebutuhan pangan seluruh anggota rumah (RISKESDAS). Badan Penelitian dan
tangga terpenuhi dalam jumlah yang cukup Pengembangan Kesehatan Jakarta.
dan terjamin mutunya. Diharapkan ini dapat Anonim. 2013. Direktorat Jenderal Bina Gizi
meningkatkan pola pengasuhan anak, dan dan KIA Kementerian Kesehatan RI.
keluarga pun makin banyak memanfaatkan
Anonim. 2016. Buku Saku Pemantauan
pelayanan kesehatanan yang ada dengan
Status Gizi Dan Indikator Kinerja Gizi
sebaik-baiknya, sehingga dapat tercapai status
Tahun 2015, Direktorat Gizi Masyarakat
gizi anak secara optimal baik fisik, mental
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat,
maupun sosial.
Kementerian Kesehatan RI.
SIMPULAN Ariani, M. dan Pitono, J. 2014. Diversifikasi
Berdasar penjelasan tersebut di atas Konsumsi Pangan: Kinerja dan Perspektif
dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Ke Depan. Diversifikasi Pangan dan
Pertama, ketahanan pangan dan status transformasi Pembangunan Pertanian.
gizi balita mempunyai hubungan yang erat, Editor: Ariani,M dkk. Badan Penelitian dan

374
Afrizal Arlius, Toto Sudargo, Subejo -- Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi Balita
(Studi di Desa Palasari dan Puskesmas Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang)

Pengembangan Pertanian, Kementerian Soblia, E.T. 2009. Tingkat Ketahanan Pangan


Pertanian. Jakarta. Rumah tangga, Kondisi Lingkungan,
Halik, A. 2007. Ketahanan Pangan Masyarakat Morbiditas, Dan Hubungannya Dengan
Pedesaan : “Studi Kasus di Desa Status Gizi Anak Balita Pada Rumah
Pammusureng, Kecamatan Bonto Cani, tangga Di Daerah Rawan Pangan
Kabupaten Bone”. Jurnal Agrisistem 3 Banjarnegara, Jawa Tengah, Departemen
(2) : (ISSN 1858-4330) Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia
Hariyadi, P. 2010. Penguatan Industri Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Penghasil Nilai Tambah Berbasis Potensi Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya
Lokal (Peranan Teknologi Pangan untuk untuk Keluarga dan Masyarakat, Direktorat
Kemandirian Pangan). Jurnal Pangan, 19 Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
(4) : 295-301 Pendidikan Nasional. Jakarta.
Kosim, S. M. 2008. Buku Ajar Neonatologi
edisi 1. Badan Penerbit IDAI. Jakarta. Peraturan Perundangan
Pujoharso, C. 2013. “Aplikasi Teori Konsumsi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Keynes Terhadap Pola Konsumsi Makanan 7 Tahun 1996 tentang Pangan.
Masyarakat Indonesia”. Jurnal Ekonomi Peraturan Presiden Republik Indonesia
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas N o m o r 8 3 Ta h u n 2 0 0 6 t e n t a n g
Brawijaya. Pembentukan Dewan Ketahanan Pangan.
Ramli, A. K. E., Inder, K. J., Bowe, S. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
J., Jacobs, J. and Dibley, M. J. 2009, 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang
“Prevalence and Risk Factors for Stunting Standar Antropometri Penilaian Status
and Severe Stunting Among Under-fives Gizi Anak.
in North Maluku Province of Indonesia.
BMC. Pediatrics, 9:64

375

Das könnte Ihnen auch gefallen