Sie sind auf Seite 1von 10

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

Penggajian Berbasis Kinerja di Sekretariat Pemerintah Kota Surabaya melalui


Program e-Performance dan Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP)

Sellaganjis Damayanti
Departemen Ilmu Administrasi, FISIP, Universitas Airlangga, Surabaya

ABSTRACT

To realize the employees who work professionally and maximum performance. Surabaya City Government Make a program that
refers to a performance-based remuneration. The program is a program of e-Performance and Employee Income Supplement (TPP). E-
Performance itself is a recording of a program of activities that have been carried out as an employee and employee performance
assessment in the form of points and at the end of the quarter, the points will didapankan in exchange of money in the form of performance.
While the Employee Income Supplement (TPP) is the Employee Income Supplement is given based on attendance rate, delay, and loss to
follow work permit. The program was created with the purpose of improving performance and salaries of Surabaya City Government. With
the existence of the program employees to get salary according to performance they have done. The revenue received from the sum of
points that have been obtained as a reference income employees via e-Performance and TPP. This study uses qualitative research methods
with descriptive type. Data collection techniques used were interviews and documentation, while the informants in this study were taken by
using purposive sampling technique. The results showed, the implementation of performance-based remuneration in Surabaya City
Government Secretariat via e-Performance program and TPP has been performing well and is successful. It is evident from the increasing
impact of employee performance and an increase in employee discipline. However, many existing assessments in the e-Performance and
recording activities on the e-Performance should be evaluated further.

keywords: Human Resource Management (HRM), Pay for Performance, Impact

Pendahuluan
Untuk memudahkan pemerintah mengelola peningkatan daya saing dan masuknya investor ke
kinerja para PNS, pemerintah membuat suatu manajemen Indonesia antara lain faktor birokrasi dan pemerintahan
kepegawaian yang tertuang pada UU Nomor 43 Tahun yang tidak efisien, maraknya tindak korupsi, dan
1999 Tentang Kepegawaian. Pada UU Nomor 43 Tahun lemahnya infrastruktur.
1999 pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa Pegawai Negeri
adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang Data tersebut diperkuat dengan data dari World
telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh Economic Forum yang menilai dengan beberapa faktor
pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu yang dianggap bermasalah untuk iklim bisnis. Dan
jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan hasilnya ada 5 faktor yang selalu menonjol dalam
digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang penilaian tersebut. Yaitu fakor dari birokrasi Pemerintah,
berlaku. Dalam isi pasal tersebut telah dijelaskan PNS infrastruktur, ketidakstabilan politik, korupsi dan akses
berwenang dan bertanggung jawab untuk menjalankan pembiayaan (World Economic Forum, 2012) .
tugas negara yang diberikan pemerintah.
Tabel Faktor-faktor problematik di Indonesia
Akan tetapi banyak fakta yang menjelaskan
bahwa manajemen SDM yang dimiliki pemerintah tidak
No 2009 2010 2011 2012
berjalan sesuai aturan hukum yang berlaku. Hal ini
terlihat dari survei Global Competitiveness Report edisi 1 Birokrasi Birokrasi Korupsi Birokrasi
tahun 2012-2013 yang dilakukan oleh World Economic Pemerintah Pemerintah Pemerintah
Forum (WEF), peringkat daya saing Indonesia mengalami
2 Infrastruktur Korupsi Birokrasi Korupsi
penurunan yang cukup signifikan. Saat ini Indonesia Pemerintah
berada pada peringkat ke-50 dari 144 negara, atau
mengalami penurunan secara berturut-turut dibanding 3 Ketidakstabila Infrastruktur Infrastruktur Infrastruktur
tahun 2011 (peringkat 46) dan 2010 (peringkat 44) n politik

(Hermana, 2012). Masih berdasarkan hasil survei yang


sama, dijelaskan tiga faktor utama yang menghambat
1
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

4 Korupsi Akses Ketidakstabila Etika kerja kinerja, pegawai juga mendapatkan Tambahan
pembiayaan n politik buruk
Penghasilan Pegawai atau disingkat dengan (TPP). TPP
diberikan berdasarkan beban kerja seperti ketepatan
5 Akses Inflasi Akses Peraturan
pembiayaan pembiayaan ketenagakerj pegawai masuk dan pulang kantor, kedisiplinan pegawai
aan dalam masuk kerja, dan lain-lain.
Sumber. Diolah dari Global Competitiveness Report 2009-2012 Dalam program e-Performance, yang
bertanggung jawab pada penilaian kinerja para PNS
Dari faktor-faktor yang paling menonjol diatas, adalah kepala SKPD tiap Dinas di Surabaya. Para Kepala
birokrasi Pemerintah tiga kali mendapatkan peringkat SKPD (Eselon III) membuat indikator Kinerja Utama
pertama. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa yang berisi tentang acuan indikator RKPD,Renstra, Renja,
birokrasi Pemerintah memang mempunyai banyak dan Standar Pelayanan Minimum. Setelah itu setiap
masalah yang ada di dalamnya. Sehingga Pemerintah kepala SKPD (Eselon IV) membuat Indikator Kinerja
seharusnya perlu memberikan perhatian ekstra bagaimana Kegiatan untuk menilai kegiatan dan kinerja yang telah
cara birokrasi Pemerintah bukan menjadi faktor paling dilaksanakan para PNS. Tunjangan adalah agar para
penghambat lagi. Kepala SKPD dapat menilai kegiatan dan kinerja PNS
sesuai dengan capaian target yang diberikan pada tiap-tiap
Dari jurnal ini juga memperkuat adanya problem
individu dan tiap-tiap Dinas yang terkait. beda dengan
dari birokrasi Pemerintah yaitu dari PNS yang dimiliki.
TPP yang akumulasi poin didapatkan dari penilaian
Masalah Pegawai Negeri Sipil di Indonesia dewasa ini
ketepatan waktu datang ke kantor, dan kerajinan masuk
yang sering berkisar pada diskursus rendahnya
kerja.dan yang mengakumulasi TPP adalah bagian tata
profesionalisme, tingkat kesejahteraan yang belum
usaha di tiap SKPD.
memadai, distribusi dan komposisi yang belum ideal,
penempatan dalam jabatan yang belum didasarkan pada Pengagas ide dari program tersebut adalah
kompetensi, penilaian kinerja yang belum obyektif, walikota Surabaya, Tri Rismaharini. Untuk mengetahui
kenaikan pangkat yang belum didasarkan pada prestasi mekanisme penggajian berbasis kinerja melalui program
kerja, budaya kerja dan etos kerja yang masih rendah, e-Performance dan TPP serta dampak yang diberikan
penerapan peraturan disiplin yang tidak dilaksanakan pada Sekretariat Pemkot Surabaya sangat penting. Sebab
secara konsisten dan konsekuen serta persoalan-persoalan sebagai pengagas program, pemkot mempunyai tanggung
internal PNS lainnya. Persoalan-persoalan diatas saling jawab melaksanakan program tersebut sesuai tujuan dan
berkaitan dan cenderung belum menemukan solusi yang perencanaan yang telah ditetapkan pada Sekretariat
komprehensif (Effendi Akhyar.dkk.2006:1). Pemkot Surabaya. Maka dari itu peneliti memilih
Sekretarariat Pemerintah sebagai lokasi penelitan yang
Guna mewujudkan birokrat yang bekerja sesuai
memiliki 10 bagian yang masing-masing berdiri sendiri.
pencapaian standar tertinggi dan mewujudkan Good
Governance di Pemerintah Kota Surabaya. Dengan Berdasarkan latar belakang diatas, maka
adanya kewenangan otonom yang diberikan pemerintah perumusan masalah yang ingin dijawab dalam peneltian
pusat pada pemerintah daerah, pemerintah kota Surabaya ini yaitu bagaimana pelaksanaan penggajian berbasis
berhak mengembangkan suatu program penggajian kinerja yang ada di Sekretariat Pemerintah Kota
berbasis kinerja, yang sesuai dengan UU No. 32 Tahun Surabaya. Penelitian ini secara praktis diharapkan
2004 Tentang Pemerintah Daerah tentang otonomi mampu diharapkan mampu memberikan kontribusi
daerah. Walikota Surabaya membuat Program e- teoritis tentang manajemen kinerja khususnya dalam
Performance. E-Performance dilaksanakan untuk bidang penggajian Berbasis kinerja pada PNS serta
mewujudkan Pegawai Negeri Sipil yang memiliki daya mampu menggambarkan fenomena penggajian berbasis
saing tinggi. Pelaksanaan program e-Performance kinerja yang ada di Sekretariat Kota Surabaya melalui
dituangkan pada Perwali No. 60 Tahun 2013 dan kriteria program e-Performance dan Tunjangan Prestasi Pegawai
pemberian tunjangan kinerja terdapat pada Perwali No. 13 (TPP)
Tahun 2014.
Penelitian ini menggunakan teori pay for
Program e-Performance dibuat untuk performance untuk membantu menjelaskan fenomena
memotivasi para PNS untuk kekerja secara maksimal. yang terjadi pada penggajian berbasis kinerja yang ada
Dengan adanya tunjangan berbasis kinerja, pemerintah pada Pemerintah Kota Surabaya. Yaitu dengan
berharap agar pelaksanaan kegiatan pemerintah dapat menggunakan e-Performance sebagai program yang
terlaksana dengan baik dan selesai sesuai dengan deadline membantu berjalan penggajian yang ada disurabya. Untuk
yang direncanakan. Tidak hanya mendapatkan uang memudahkan pengelolaan penggajian berbasis kinerja,
2
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

Pemerintah Kota Surabaya membuat suatu programe- Latar Belakang Dibuatnya e-Performance
Performance dan Tambahan Penhasilan Pegawai).
Pada penyajian data telah dijelaskan berbagai
Metode Penelitian masalah pegawai sebelum adanya e-performance dari
para informan. Banyaknya kinerja pegawai yang buruk
Untuk mendapatkan data dan informasi yang bersifat mengakibatkan lambannya kinerja pegawai. Pegawai akan
empirik, peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif rajin mengerjakan tugas-tugas mereka jika dalam kegiatan
dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong penelitia tersebut ada keuntungan yang mereka dapatkan. Akan
kualitatif bertujuan untuk menjelaskan subyek penelitian tetapi pjika pada kegiatan tersebut pegawai tidak
secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk mendapatkan apa-apa, mereka akan malas
kata-kata dan Bahasa, pada suatu pada suatu konteks mengerjakannya dan malah mengulur-ulur waktu.
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai Sehingga pekerjaan mereka tidak selesai sesuai dengan
metode alamiah (Moleong, 2005:4). Alasan mengapa deadline yang diberikan.
dalam penelitian ini memakai metode penelitian kualitatif
Tidak hanya itu saja, masalah lainnya adalah gaji
berasal dari sifat masalah penelitian ini. Dimana peneliti
yang diberikan pada pegawai yang mempunyai kinerja
berusaha untuk mengungkapkan pelaksanaan peggajian
rendah dan pegawai yang mempunyai kinerja tinggi sama.
berbasis kinerja yang ada di Sekretariat Kota Surabaya
Sehingga menimbulkan ketidakadilan antar pegawai rajin
melalui program e-Performance dan Tambahan
dan pegawai malas. Akan ada perasaan iri pada pegawai
Penghasilan Pegawai (TPP). Yang membutuhkan sebuah
yang malas, pegawai telah mengerjakan semua tugasnya
metode penelitian kualitatif untuk menjawab
akan meresa kecewa. Yang ditakutkan adalah pegawai
permasalahan yang terjadi di lapangan.
yang rajin tersebut akan ikut malas, karena mereka
Lokasi penelitian dilaksanakan pada Sekretariat merasa gaji yang diberikan sama saja meskipun saya
Pemerintah Kota Surabaya alasannya karena Sebagai menyelesaikan ataupun tidak menyelesaikan tugas-tugas
pembuat program e-Performance dan Tunjangan Prestasi mereka. Hal ini dipicu karena belum adanya pengukuran
Pegawai, Sekretariat Pemerintah Kota Surabaya secara target capaian dan penilaian kinerja pada pegawai.
tidak langsung menjadi percontohan implementasi Pegawai tidak mempunyai target capaian yang harus
program bagi instasi-instansi pemerintah kota Surabaya. mereka kerjakan, sehingga mereka sering menyepelekan
dan nenunda pekerjaan yang mereka kerjakan.
Informan yang diambil, ditentukan secara
Pemberian honor tim juga tidak tersebar pada
purposive Dengan teknik purposive peneliti dimudahkan
semua SKPD, sehingga SKPD yang mempunyai sedikit
untuk mencari sumber data. Dengan cara meminta
kegiatan akan mendapatkan honor tim yang minim,
rekomendasi dari seseorang informan sebelumnya dan
sedangkan SKPD yang kebanjiran kegiatan akan
dari seorang informan yang baru direkomendasikan
mendapatkan honor tim yang berlimpah. Sehingga banyak
tersebut jumlah data dapat berlipat ganda jumlahnya dan
pegawai menyebut ada dinas kering dan dinas basah
begitu seterusnya. Hal ini memudahkan para peneliti
untuk menggambarkan hal tersebut.
mencari data dari para informan-informan yang telah
direkomendasikan dan informan tersebut lebih mengerti Dalam hal kesejahteraan pegawai mereka kurang
tentang masalah yang akan di teliti peneliti. dijamin oleh Pemerintah kota. Oleh karena itu banyak
pegawai yang melakukan pekerjaan sampingan pada saat
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
jam kantor. Hal ini sangat mengganggu aktivitas kerja dan
melalui Data yang digunakan peneliti yaitu data yang
prospek pegawai selanjutnya. dengan kurangnya
diperoleh melalui wawawancara, serta dokumen yang
kesejahteraan yang mereka dapatkan, mereka bahkan bisa
memperkuat data penelitian. Data yang dimaksudkan
melakukan kecurangan-kecurangan yang pada pekerjaan
dalam penelitian ini adalah dalam bentuk dokumen, file,
mereka. Seperti melakukan korupsi sendiri ataupun
buku, surat, kabar damn dokumen lain yang terkait dalam
korupsi bersama.untuk itu perlu adanya rencana target
penelitian. Setelah data diperoleh dari lapangan, data
yang jelas dan penilaian kinerja pegawai yang digunakan
disajikan setelah itu data akan dianalisis. Menurut Miles
untuk memberi punishment ataupun reward pada
dan Hyberman, dalam menganalisis data kualitatif terdiri
pegawai. Sehingga mereka punya alasan mengerjakan
dari alur kegiatan yang terjadi bersamaan yaitu dengan
tugas mereka secara optimal.
cara, reduksi data, penyajian data dan yang terakhir yaitu
dengan melakukan penarikan kesimpulan (Salim, Tujuan pemkot Surabaya membuat sebuah
2006:22). terobosan baru untuk meningkatkan kinerja dan
akuntabilitas pegawai dalam bekerja. Dan perlu adanya
Hasil dan Pembahasan
rencana target yang akan dicapai agar tugas dan mereka
3
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

kerjakan jelas. Serta memberikan reward dan punishment memiliki kemampuan untuk mengubah hubungan dengan
bagi kinerja tiap-tiap pegawai. Tujuan tersebut juga untuk warga, pebisnis serta perangkat pemerintah lainnya
meminimalisir pegawai melakukan kecurangan- (Indrajit, 2006:3). Dilihat dari hal tersebut e-Peformance
kecurangan kerja. termasuk bagian dari e-Governance dilihat dari aplikasi
teknologi yang dipakai yang mempunyai pengertian
Dikaitkan dengan teori menurut Sedarmayanti, sistem informasi manajemen kinerja dalam rangka
Pengukuran kinerja digunakan untuk penilaian atas penilaian prestasi kinerja pegawai yang lebih objektif,
keberhasilan/kegagalan pelaksanaan terukur,akuntabel, partisipatif dan transparan, sehingga
kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan sasaran dan bisa terwujud pembinaan pegawai berdasarkan prestasi
tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan kerja dan sistem karier kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS)
visi dan misi organisasi. Karenanya, sudah merupakan di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya sesuai dengan
suatu hal yang mendesak untuk menciptakan sistem yang Peraturan Walikota No.60 Tahun 2013 tentang perubahan
mampu mengukur kinerja dan keberhasilan organisasi. kedua atas Peraturan Walikota No. 83 Tahun 2012
Untuk menjawab pertanyaan tingkat keberhasilan tentang Petunjuk Teknis Pemberian Uang kinerja pada
organisasi, maka seluruh aktifitas organisasi tidak semata- Belanja Lansung kepada PNSD di Lingkungan
mata kepada input dari program organisasi, tetapi lebih Pemerintah Kota Surabaya (www.
ditekankan kepada output, proses, manfaat, dan dampak eperformance.surabaya.go.id).
program organisasi (Sedarmayanti, 2008:195).
Penilaian pada e-Performance terdiri atas tiga
Program yang dibuat adalah penilaian berbasis faktor, yaitu dari kegiatan yang telah dilaksanakan
kinerja yang disebut e-Performance. Pada program ini pegawai, penyerapan anggaran kegiatan, dan tes
pegawai dapat memasukkan kegiatan yang telah mereka kompetensi. Disini yang dimaksud penyerapan pegawai
kerjakan .Program itu memproses kinerja sampai dengan adalah anggaran yang telah dikeluarkan untuk
tiga bulan sekali. Pada bulan ketiga mereka akan pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan rencana
mendapatkan uang kinerja sesuai dengan kinerja yang anggaran pada tiap triwulan atau tidak. Setelah itu yang
mereka lakukan. Hasil kinerja mereka nantinya akan di terakhir adalah tes kompetensi. Disini pegawai akan
masukkan dan nantinya akan disetujui atau tidak dengan dinilai oleh atasan, pegawai menilai pegawai, dan
atasan mereka. Hal ini telah dijelaskan oleh informan- pegawai menilai atasan. Dari penilaian-penilaian diatas
informan peneliti. nanti akan diakumulasikan menjadi poin akhir yang
menentukan gaji yang didapatkan pegawai.

Tahapan Program Pelaksanaan e-Performance pada Pendapatan Uang Kinerja pada e-Performance
Sekretrariat Pemerintah Kota Surabaya Poin minimal yang harus didapatkan pegawai
Pada proses awal e-Performance, tiap pegawai untuk mendapatkan uang kinerja sebesar 50 poin. Poin
akan diberikan nama jabatan masing-masing. Nama tersebut adalah poin akhir dari akumulasi beberapa faktor
jabatan tersebut adalah hasil dari analisis jabatan yang penilaian. Gaji yang diberikan pada e-Performance ini
mempertimbangkan. Bobot kerja, tanggung jawab kerja, berdasarkan kinerja yang telah dilakukan pegawai. Jika
dan resiko kerja. Hal ini untuk menentukan jabatan yang pegawai struktural mendapatkan bekerja maksimal maka
diberikan pada staf dan pegawai strukural. Setelah jabatan gaji yang mereka dapakan lebih sedikit. Bisa-bisa lebih
diberikan, poin yang didapatkan pada tiap pegawai besar dari pegawai yang mengerjakan tugas-tugasnya
berbeda-beda tergantung dari nama jabatan yang dengan rajin.
dimilikinya. Dari hasil wawancara didapatkan informasi
Setelah itu pegawai akan memasukkan kegiatan untuk pegawai staff setingkat teknisi satu mendapatkan
yang telah mereka lakukan pada e-Performance. Untuk kira-kira 3 sampai 7 juta setiap triwulannya. Dengan kata
pengisian kegiatan yang telah dikerjakan, pegawai diberi lain jabatan setingkat staff saja sudah dapat mengantongi
waktu selama 15 hari terhitung dari kegiatan itu mereka gaji anatara 3 sampai 7 juta. Pada penghitungan
kerjakan. Setelah kegiatan dimasukkan atasan akan penyerapan anggaran yang dilihat adalah kegiatan yang
menyetujui kegiatan pegawai tersebut, jika pegawai direalisasikan. Jika banyak kegiatan yang direalisasikan
benar-benar melakukan kegiatan tersebut. Bobot poin maka semakin banyak pula penyerapan anggaran
yang diberikan dari tiap-tiap kegiatan yang mereka organisasi. Akan tetapi jika kegiatan tersebut mengalami
masukkan juga berbeda-beda tergantung tingkat kesulitan keterlambatan, anggaran tidak dapat diserap dan ini akan
kegiatan. Menurut World Bank, e-Government mengacu mengurangi poin e-Performance. Tidak hanya itu saja
pada teknologi informasi yang dimiliki instansi kegiatan tersebut akan menumpuk pada triwulan
pemerintah (seperti WAN dan komputer mobile) yang berikutnya.
4
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

Satuan pengali pada tiap poin e-Performance pengoperasian e-Performance pada perwakilan admin e-
adalah Rp 3.500,-. Satuan pengali yang ditetapkan Performance pada tiap SKPD. Setelah mendapatkan
tergantung pada PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan pengarahan dari Bina Program, para admin tersebut
kemampuan daerah memberikan uang kinerja. Meskipun menjelaskan bagaimana cara pengoperasian e-
yang diinginkan Walikota untuk satuan pengalinya Performance pada pegawai. Setelah dijelaskan para
sebesar Rp 6.000,- akan tetapi itu tidak dapat terealisasi admin akan mengarahkan bagaimana pengoperasiannya
karena kemampuan PAD kota Surabaya hanya dapat dan membantu pegawai yang masih kesulitan pada awal
memberikan Rp 3.500 pada satuan pengali poin e- pelaksanaan e-Performance.
Performance.
Pada awal pelaksanaan program banyak pegawai
Peran Tes Kompetensi dalam Hubungan Berorganisasi yang belum mengetahui bagaimana pengoperasian
Tes kompetensi merupakan penilaian yang ada komputer dan pengaksesan pada jaringan internet. Hal ini
pada sistem e-Performance. Penilaian tersebut ditujukan menjadi pekerjaan rumah yang sangat berat bagi admin e-
pada pegawai dan atasan. Ada tiga penilaian yang ada Performance. Akan tetapi lama–kelamaan pegawai telah
disitu, yakni pegawai menilai pegawai, atasan menilai terbiasa dengan sistem tersebut jadi pekerjaan para admin
bawahan dan bawahan menilai atasan. Dengan adanya sedikit berkurang. Akan tetapi ada pula beberapa SKPD
tingkatan-tingkatan tersebut pertanyaan yang diberikan yang tidak mengalami kesulitan pada pelaksanaan awal e-
berbeda-beda tergantung tingkatan yang akan dinilai. Performance. Hal ini dikarenakan pegawai sering bekerja
Mekanismenya adalah setiap atasan akan menggunakan komputer, atau kalau tidak pada SKPD
melakukan penilaian pada seluruh bawahannya, batasan tersebut banyak pegawai yang masih muda bekerja
penilaian adalah 1 level dibawahnya. Setelah itu bawahan disana.
akan menilai atasan dengan batasan 1 level diatasnya. dan
yang terakhir pegawai akan dinilai dengan pegawai Akan tetapi kendala yang dihadapi pada
lainnya. Dalam tingkatan ini pegawai yang dinilai tidak pengoperasian e-Performance adalah pegawai
dapat mengetahui siapa yang menilai mereka. Sistem kebanyakan mengisi kegiatan yang telah mereka lakukan
yang mengacaknya, sehingga penilai tidak dapat memilih mendekati masa tenggat pengumpulan. Seharunya
pegawai yang akan mereka nilai. Akan tetapi penilaian pegawai tidak menunda-nunda karena konsekuensinya
atasan pada bawahannya merupakan poin tertinggi pada adalah jika mereka lupa kegiatan apa saja yang telah
penilaian tersebut. Hal ini menjadikan pegawai lebih mereka lakukan. Kemungkinan terburuk adalah pengisian
patuh pada atasan. Akan tetapi jika atasan mereka pilih kegiatan yang mereka lakukan telah melewati masa
kasih dengan beberapa bawahan akan berakibat buruk tenggat, yang berakibat kegiatan tersebut tidak dapat
dengan adanya penilaian tersebut. Penilaian tes dimasukkan.
kompetensi juga sangat mempengaruhi poin akhir yang Mekanisme Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP)
didapat. Karena tes kompetensi memiliki bobot 20 persen
dalam penilaian keseluruhan. TPP merupan program yang dibuat pemkot
untuk memberikan reward pada pegawai yang disiplin
Tujuan dilakukannya tes kompetensi adalah masuk kerja, tepat waktu datang dan pulang kerja.
untuk meningkatkan hubungan baik antar pegawai, atasan Reward yang diberikan berupa tambahan penhasilan yang
dan bawahan. Menurut Bangun, dalam penilaian diberikan pada pegawai. Akan tetapi jika pegawai sering
organisasi berbagai pihak dapat menilai kinerja seorang mangkir, tidak masuk kerja, telat masuk kerja ataupun
karyawan dalam organisasi, antara lain penilaian rekan pulang lebih awal, mereka akan mendapat punishment
kerja, atasan melakukan penilaian, bawahan menilai dengan cara mengurangi tambahan penghasilan yang
atasan (Bangun, 2012:236). diberikan sesuai kesalahan mereka. Pemberian poin TPP
Akan tetapi dari pemaparan wawancara diatas pada tiap pegawai berbeda-beda tergantung nama jabatan
informan mengatakan ada unsur beruntung dan tidak masing-masing pegawai. Nama jabatan diberikan
beruntung dalam penilaian ini. Dengan kata lain penilai tergantung pada bobot, resiko, dan tanggung jawab kerja
masih melakukan penilaian subyektif, penilaian ini masing-masing pegawai.
membahayakan pegawai jika yang menilai mereka salah TPP diberikan setiap bulan, dan poin yang dinilai
satu pegawai yang tidak menyukainya. pada TPP adalah tingkat kehadiran, kedisiplinan masuk
Pelaksanaan Pengoperasian e-Performance pada dan pulang kerja. Selanjutnya pengurangan TPP dinilai
Pegawai dari catatan ketidak hadiran pegawai mulai dari mangkir,
Pada awal pelaksanaan e-Performance, mula- tdak masuk karena ijin atau sakit terlambat masuk dan
mula pegawai Bina Program memberikan seminar tentang pulang lebih awal. Data rekapan TPP ada pada hands key
masing-masing SKPD. Data dari hands key tersebut
5
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

nantinya akan diolah dan diakumulasikan oleh bagian 1 Bagian 468,864,000 434,200,175 92.6
Pemerintahan 6.7
keuangan untuk dijadikan TPP. Dan TPP biasanya keluar dan Otonomi
pada minggu kedua, karena bagian keuangan butuh Daerah
merekap data-data dari hands key pada bulan lalu. 2 Bagian 1,066,104,00 15.2 765,490,478 71.8
Hukum 0
Perolehan TPP yang didapatkan dari TPP
berbeda-beda. Contohnya pegawai TU, jika pegawai rajin
3 Bagian 415,980,000 5.9 383,401,636 92.2
tidak diberikan pengurangan poin rata-rata mendapatkan Organisasi
TPP senilai 2,1 juta rupiah. untuk jabatan setingkat teknis dan Tata
satu rata-rata mendapatkan TPP senilai 3,6 juta rupiah. Laksana
4 Bagian 477,270,000 6.8 416,568,316 87.3
sedangkan untuk tingkat lebih tinggi yaitu kasubag rata- Kerjasama
rata mendapatkan TPP senilai 5,5 juta. Disini dapat dilihat
kepala sub bagian paling tinggi mendapatkan TPP
5 Bagian Bina 661,526,002 520,756,140 78.7
diantara pegawai lainnya karena tanggung jawab sebagai Program 9.4
kepala sub bagian lebih berat disbanding dengan staff.
Karena kepala sub bagianlah yang nantinya menghandel
6 Bagian 277,578,000 3.96 269,173,444 97
para staffnya. Perekonomia
n dan Usaha
Sedangkan pada jajaran staf teknis 1 diberikan Daerah
tambahan penghasilan lebih tinggi dari pada pegawai 7 Bagian 326,088,000 4.7 279,479,481 85.7
administrasi dikarenakan mereka bekerja tidak hanya Kesejahteraa
dikantor saja, mereka juga harus turun lapangan, n Rakyat
sedangkan pegawai Tata Usaha bekerja setiap harinya 8 Bagian 2,017,872,00 28.8 1,778,174,74 88.1
hanya membuat surat saja. Bobot pekerjaanlah yang Umum dan 0 2
Protokol
menjadi perbedaan penghasilan yang didapat.
9 Bagian 897,318,000 12.8 785,186,135 87.5
Kesesuaian kinerja dengan Target kinerja Perlengkapan

Anggaran yang digunakan untuk program e-


Performance dan TPP diperoleh dari aggaran yang 10 Bagian 396,162,000 5.7 375,167,283 94.7
Hubungan
dulunya diberikan untuk honor tim. Dana inilah yang Masyarakat
konversikan ke dalam program E-Performance. Tujuan
diberikannya gaji melalui e-Performance dan TPP adalah Total 7,004,762,00 6,007,597,83
2 0
untuk memberikan gaji yang adil pada pegawai. Sehingga Sumber Dinas Pendapatan Kota Surabaya
pegawai tersebut digaji berdasarkan kinerjanya dan
penilaian kinerja yang pegawai peroleh. Tujuan lain dari
program ini adalah untuk menurunkan tingkat korupsi
yang ada di birokrasi. Dengan adanya e-Performance dan Anggaran e-Performance yang diberikan yang
diberikan pada tiap bagian berbeda-beda jumlahnya, hal
TPP diharapkan kesejahteraan pegawai dapat meningkat
ini dilihat dari jumlah pegawai dan jabatan yang dimiliki
sehingga tingkat korupsi di kalangan pegawai dapat
pada tiap bagian. Pada data-data tentang penetapan dan
diminimalisir. Dari tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa
realisasi anggaran. Dari data tersebut terlihat pada bagian
tingkat pentetapan anggaran e-Performance berbeca-beda
Umum dan Protokol penetapan dan realisasi anggaran
pada tiap bagian.
yang mereka dapatkan prosentansenya paling tinggi
diantara bagian-bagian lainnya. Hal ini dikarenakan
banyaknya pegawai yang dimiliki bagian tersebut,
sehingga anggaran yang mereka butuhkan juga cukup
besar. Akan tetapi, meskipun bagian Umum dan Protokol
mendapatkan anggaran paling besar, pada realisasinya
anggaran itu tidak terpakai dengan maksimal. Hal ini
dapat dilihat dari prosentase realisasi anggaran. Dari
Tabel Daftar Anggaran dan Realisasi e-Performance Tahun 2012
anggaran Tambahan Penghasilan Juga Terlihat penetapan
anggaran tertinggi masih diberikan pada bagian Umum
NO Nama SKPD Anggaran Prosentas Realisasi Prosentase dan Protokol, sedangkan bagian yang jumlah realisasi
e dari dari
total Penetapan anggaran hamper sesuai dari penetapan anggaran ada
Penetapan pada bagian Perekonomian dan Usaha Daerah.
6
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

Tabel Daftar Anggaran dan Realisasi Tambahan Penghasilan PNS Tahun 2012 kegiatan tersebut, sehingga kegiatan itu tidak dihitung
dapat poin.
NO Nama Anggaran Prosen Realisasi Prosenta
SKPD tase se dari
dari Penetap
total an
Peneta
pan
1 Bagian 1,087,320,000 5.5 1,028,217,165 94.6 Pencapaian Target Kinerja
Pemerin
tahan Pencapaian target kinerja dapat dilihat dari
dan
Otonomi kegiatan yang telah dilaksanakan dan prosentase anggaran
Daerah yang telah diserap. Disini nantinya dapat dilihat kegiatan
2 Bagian 2,199,504,000 11.2 1,992,903,260 90.6
apa saja yang telah direalisasikan, yang nantinya berimbas
Hukum pada penyerapan anggaran tiap SKPD. Jika dilihat dari
kinerja pegawai saja tidak cukup untuk dapat menilai
3 Bagian 921,240,000 4.7 839,541,170 91.1 target kinerja telah terpenuhi atau belum. Karena jika
Organis dilihat dari kinerja pegawai saja nilai yang didapatkan
asi dan
Tata pasti bagus. Pegawai bekerja keras untuk menjalankan
Laksana tugas-tugasnya agar mereka mendapatkan uang kinerja
4 Bagian 1,099,704,000 5.6 961,935,273 87.5 yang lebih tinggi. Karena itu prosentase anggaran yang
Kerjasa telah direalisasikan perlu menjadi acuan dalam penilaian
ma
e-Performance.
5 Bagian 2,657,676,000 13.5 2,292,564,507 86.3
Bina Menurut Kreitner dan Kinick, 2001 Pay for
Program performance merupakan insentif dalam bentuk uang
6 Bagian 657,960,000 3.34 630,567,010 95.84 dikaitkan dengan hasil atau prestasi seseorang (Wibowo,
Perekon 2011:358). Dari teori tersebut dapat disimpulkan pegawai
omian
dan
mempunyai motivasi kerja untuk mendapatkan
Usaha pendapatan yang lebih baik dengan menyelesaikan dan
Daerah menjalankan target kegiatan. Program ini juga diperkuat
7 Bagian 799,872,000 4.1 683,415,440 85.44 dengan teori menurut Wibowo menjelaskan, Pay for
Kesejaht performance merupakan suatu ekstra kompensasi di atas
eraan
Rakyat atau diluar upah dan gaji dasar. Hal ini perlu karena upah
per jam atau gaji tetap hanya memotivasi orang untuk
8 Bagian 7,133,040,000 36.2 6,127,924,122 85.91 hadir di pekerjaan dan menempatkannya dalam jumlah
Umum
dan jam yang diperlukan (Wibowo, 2011:358).
Protokol

9 Bagian 2,222,060,000 11.3 2,059,486,135 92.7


Disini penyerapan anggaran sangat berpengaruh
Perlengk pada nilai akhir yang diberikan pada e-Performance.
apan Karena jika penyerapan anggaran tidak sesuai dengan
10 Bagian 934,848,000 4.74 825,424,558 88.3 prosentase yang diharapkan dengan kata lain kegiatan
Hubung yang ada sedikit yang direalisasikan. Dan penilaian ini
an
Masyara
berdampak pada semua nilai yang ada didapat oleh
kat pegawai dalam lingkup SKPD tersebut.
Total 19,713,224,00 17,441,978,64 Akan tetapi permasalahan penyerapan anggaran
0 0
Sumber Dinas Pendapatan Kota Surabaya sangat bervariasi. Seperti contohnya di bagian Umum dan
Protokol. Mereka mempunyai rencana serapan anggaran
Setiap SKPD mendapatkan tupoksi masing pada tiap triwulan, akan tetapi anggran tersebut tidak
masing sebagai acuan kegiatan yang mereka kerjakan. terserap secara maksimal karena banyak dinas yang tidak
Disini pegawai mempunyai batasan kerja mereka dan mengajukan kegiatan untuk didanai bagian Umum dan
arahan apa saja yang harus mereka kerjakan. Jadi setiap Perlengkapan. Sehingga penyerapan anggaran yang
kerja, mereka harus sesuai dengan tupoksi masing-masing mereka keluarkan tidak dapat diprediksikan.
SKPD. Tingkat kesesuaian nantinya juga dikoreksi oleh
atasan dengan cara, setiap pegawai memasukkan kegiatan Dampak Penggajian Berbasis Kinerja melalui Program
yang telah dilaksanakan, nantinya atasan akan menyetujui e-Performance dan Tambahan Penghasilan Pegawai

7
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

Dampak merupakan akibat dari pelaksanaan antara penyelesaian program dan produktivitas pegawai
program, disini Parson mengatakan bahwa dalam fase harus seimbang.
siklus kebijakan Palumbo (Fase Dampak), informasi
evaluatif adalah “sumatif”, yakni berusaha mengukur Akan tetapi hal ini berdampak sangat baik pada
bagaimana kebijakan atau program secara aktual budaya kinerja pegawai yang dulunya terkenal lamban,
berdampak pada problem yang ditanganinya. Evaluasi kaku dan prosedural kini menjadi lebih fleksibel,
dimaksudkan untuk memperkirakan efek dari intervensi akuntabel dan produktif. Karena mereka mempunyai
(Parson Wayne, 2005:552). semangat untuk mendapatkan gaji yang maksimal yaitu
dengan cara mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya
Dengan pernyataan teori tersebut Dampak dari e-Performance dan TPP. Tidak hanya itu saja
merupakan suatu perubahan yang dihasilkan dari pegawai yang dulunya mempunyai pekerjaan sampingan
program. dalam hal ini dampak adanya program e- kini lebih fokus bekerja agar mereka dapat gaji yang lebih
Performance dan TPP dalam Sekretariat pemkot Surabaya tinggi. Dengan peningkatan gaji yang dimiliki pegawai
adalah perubahan kinerja pegawai yang dulunya bekerja menimbulkan meningkatnya kesejahteraan mereka.
tidak memakai ukuran penilaian yang jelas dan target Sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup
acuan kegiatan, sekarang pegawai memakainya. Ukuran mereka sehari-hari. Bahkan mereka dapat menyisihkan
penilaian kinerja digunakan untuk menilai seberapa pendapatan untuk kebutuhan lainnya.
persen kinerja yang telah dikerjakan pegawai. Penilaian
tersebut digunakan pada program e-Performance, disini Simpulan dan Saran
pegawai dinilai kinerja yang telah mereka lakukan serta
Pemerintah Kota Surabaya memberikan suatu
capaian target yang mereka peroleh. Ditambah lagi tes
gagasan baru mengenai penggajian yang di dapatkan
kompetensi untuk mengukur pegawai diluar kinerja yang
pegawai. Untuk membantu menjalankan penggajian
lebih berhubungan pada hubungan antar pegawai,
bawahan dengan atasan, dan atasan dengan bawahan. berbasisi kinerja, Pemerintah membuat suatu program
Penilaian yang dihasilkan dari e-Performance yang yang dapat memasukkan data-data yang telah pegawai
kerjakan melalui e-Performance, sedangkan untuk
nantinya akan menghasilkan uang kinerja berhak dibawa
Tambahan Penghasilan penilaian yang diberikan dari data
pegawai.
hands key tiap pegawai dengan penilaian absensi
Setelah program ini dilaksanakan pegawai selalu pegawai, disiplin tidaknya pegwai masuk dan pulang
berupaya optimal untuk mendapatkan poin yang kerja, serta sering mangkir tidaknya pegawai dalam
maksimal dengan cara rajin mengerjakan kegiatan dan bekerja,. Dari data-data itulah yang nantinya dibuat
berupaya mengejar target capaian agar pendapatan menjadi uang kinerja dan Tambahan Pengasilan Pegawai.
mereka bisa meningkat. Hal ini ditambah dengan Disini dijelaskan mulai dari mekanisme, e-Performance,
meningkatnya kedisiplinan pegawai dalam kehadiran, mekanisme TPP, sampai Dampak dari penggajian
tepat waktu masuk dan pulang kantor. Hal ini mereka berbasis kinerja melalui e-Performance dan TPP
lakukan untuk mendapatkan tambahan penghasilan dari
TPP. Penggajian berbasis kinerja melalui program e-
Performance
Dari dampak tersebut juga disimpulkan bahwa
telah tercipta suatu budaya kinerja baru yang ada pada Dalam penggajian berbasis kinerja yang telah
birokrasi di Pemerintah Surabaya yang tiap pegawai dilaksanakan pada Sekretariat Pemerintah Kota Surabaya
mempunyai kedisiplinan, semangat kerja, penyelesaian melalui e-Performance memberikan dampak baik bagi
tugas, kinerja pegawai, Produktivitas Pegawai dan kinerja pegawai. E-Performance diberikan setiap 3 bulan
kesejahteraan pegawai pada program e-Performance dan sekali dengan 3 penilaian, yaitu kegiatan yang telah
TPP. Akan tetapi disni beberapa informan kurang dikerjakan pegawai dan disetujui oleh atasan, penyerapan
menyetujui tentang penyelesaian tugas dan produktivitas anggaran yang telah dibuat untuk realisasi program, dan
pegawai. yang ketiga tes komptensi yang dilakukan tiap akhir
triwulan. Tes kompetensi itu sendiri merupakan penilaian
Karena jika produktvitas pegawai itu tinggi yang diberikan antara atasan dengan bawahan, bawahan
dengan dilihat dari kegiatan yang telah mereka masukkan, dengan atasan, dan pegawai dengan pegawai.
belum tentu kegiatan atau program yang mereka
rencanakan terealisasikan dengan dilihat dari penyerapan Dengan adanya program e-Performance pegawai
anggaran. Jika suatu SKPD tidak menyerap anggaran bekerja lebih optimal dan sesuai dengan tujuan organisasi.
sesuai dengan perencanaan awal maka itu juga yang akan Hal ini dapat dilihat dari wawancara dari beberapa
mempengaruhi penilaian dalam e-Performance. Sehingga informan yang mengatakan banyaknya antusiasme

8
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

pegawai untuk segera melaksanakan pekerjaannya sesuai bagian melalui tiap admin e-Performance tiap bagian.
dengan Indikator Kinerja Teknis (IKT) ataupun Indikator Setelah admin ini melaporkan semua data tersebut telah
Kinerja Staf (IKS) yang diberikan. antusiasme pegawai selesai, maka admin super dari bagian bina program akan
ini disebabkan karena adanya penggajian yang hanya membuka tes kopetensi pada tiap bagian. Tes ini
mereka peroleh ketika mereka telah menjalankan pekerjan ditujukan untuk semua pegawai, baik atasan maupun
mereka. Penggajian berbasis kinerja dipandang sangat bawahan. Disini atasan akan menilai bawahan, bawahan
efektif dalam meningkatkan produktivitas pegawai dan akan menilai atasan dan pegawai akan menilai antar
semangat kerja pegawai. Akan tetapi dalam pelaksanaan pegawai. Penilaian terbanya adalah penilaian yang
program ini ada beberapa permasalahan dalam diberikan atasan pada bawahannya. Sedangkan untuk
pelaksanaan penilaian pegawai, diantaranya: penilaian antar pegawai dilakukan penilaian secara acak.
Jadi pegawai yang dinilai tidak mengetahui siapa yang
Pertama, pada e-Performance ada penilaian telah menilai pegawai tersebut.
yang dinamakan penilaian menurut penyerapan anggaran.
Penilaian ini diukur dari serapan anggaran yang telah Penggajian berbasis kinerja melalui program
dibuat untuk realisasi kegiatan tiap bagian. Jadi tiap Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP)
bagian/ SKPD pada tiap triwulan memiliki beberapa
perencanaan yang harus direalisasikan. Serapan anggaran Dalam penggajian berbasis kinerja Tambahan
yang telah dikeluarkan itulah yang nantinya akan Penghasilan Pegawai diberikan melalui penilaian data dari
dibandingkan dengan rencana awal. Setelah adanya hands key. Pada TPP indikator yang dinilai adalah dari
pembagian tersebut, nilai dari penyerapan anggaran akan absensi pegawai, kesiplinan pegawai masuk dan pulang
keluar. Akan tetapi terjadi perbedaan dalam penyerapan kerja, dan sering mangkirnya pegawai dengan beberapa
anggaran yang ada pada bagian Umum dan Protokol. alasan. Data-data tersebut dapat dilihat dari printout yang
Bagian Umum dan Protokol memang telah mempunyai dimiliki tiap pegawai. Pada tiap akhir bulan bagian
perencanaan yang harus direalisasikan, akan tetapi keuangan tiap SKPD akan diberikan printout hands key
anggran tersebut tidak terserap secara maksimal karena masing-masing pegawai di tiap bagian. Setelah itu bagian
sebagian dari anggaran yang mereka realisasikan itu keangan akan mengakumulasi prosentase poin yang
digunakan untuk dinas lain jika ada yang mengajukan didapat untuk dijadikan tambahan penghasilan melalui
permohonan dana bagi kegiatan mereka. jika banyak satuan pengali yang diberikan sesuai jabatan pegawai.
dinas yang tidak mengajukan kegiatan untuk di danai Selain itu satuan pengali yang diberikan untuk tambahan
pada bagian Umum dan Protokol. Maka penyerapan yang penghasilan pegawai diberikan daerah sesuai dengan
mereka keluarkan pastinya tidak dapat mencapai target kemampuan Pendapatan Asli Daerah. Untuk daerah Kota
yang direncanakakan. Sehingga penyerapan anggaran Surabaya satuan pengali yang diberikan adalah sebesar
yang mereka keluarkan tidak dapat diprediksikan. Rp 3.500,-.

Kedua, untuk mendapatkan uang kinerja dari e- Dampak penggajian berbasis kinerja melalui program e-
Performance, setiap pegawai minimal membutuhkan 50 Performance dan Tambahan Penghasilan Pegawai
poin dari akumulasi poin yang telah diperoleh. Juka (TPP)
pegawai hanya mendapatkan dibawah 50, maka pegawai
trsebut tidak akan mendapatkan uang kinerja, akan tetapi Dampak adanya program e-Performance dan
para pegawai yang telah mendapatkan diatas poin TPP dalam Sekretariat pemkot Surabaya adalah
maksimal akan mendapatkan uang kinerja sesuai dengan perubahan kinerja pegawai yang dulunya bekerja tidak
poin maksimal yang diterapkan. Hal ini sangat merugikan memakai ukuran penilaian yang jelas dan target acuan
pegawai yang telah memiliki poin melebihi nilai kegiatan, sekarang pegawai memakainya. Ukuran
maksimal akan tetapi uang kinerja yang pegawai dapat penilaian kinerja digunakan untuk menilai seberapa
tidak sesuai dengan poin yang mereka dapat. Intuk itu persen kinerja yang telah dikerjakan pegawai. Penilaian
bina program perlu melakukan tinjauan ulang untuk tersebut digunakan pada program e-Performance, disini
menetapkan nilai maksimal yang didapatkan oleh pegawai dinilai kinerja yang telah mereka lakukan serta
pegawai,. capaian target yang mereka peroleh. Ditambah lagi tes
kompetensi untuk mengukur pegawai diluar kinerja yang
Ketiga, dalam penilain e-Performance ada lebih berhubungan pada hubungan antar pegawai,
penilaian yang dinamakan tes kompetensi. Tes ini bawahan dengan atasan, dan atasan dengan bawahan.
dilakukan setelah semua pegawai pada tiap bagian telah Penilaian yang dihasilkan dari e-Performance yang
mendata kegiatan yang telah disetujui dan serapan nantinya akan menghasilkan uang kinerja yang berhak
anggaran untuk realisasi anggaran yang dikeluarkan tiap dibawa pegawai.

9
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

Setelah program ini dilaksanakan pegawai selalu birokrasi di Pemerintah Surabaya yang tiap pegawai
berupaya optimal untuk mendapatkan poin yang mempunyai kedisiplinan, semangat kerja, penyelesaian
maksimal dengan cara rajin mengerjakan kegiatan dan tugas, kinerja pegawai, Produktivitas Pegawai dan
berupaya mengejar target capaian agar pendapatan kesejahteraan pegawai pada program e-Performance dan
mereka bisa meningkat. Hal ini ditambah dengan TPP. Dalam kaitannya disini kesejahteraan pegawai
meningkatnya kedisiplinan pegawai dalam kehadiran, dijamin dengan adanya penggajian berbasis kinerja.
tepat waktu masuk dan pulang kantor. Hal ini mereka Pegawai lebih fokus dan optimal dalam menjalankan
lakukan untuk mendapatkan tambahan penghasilan dari tugasnya karena tingkat kesejahteraan mereka telah
TPP. dipenuhi oleh Pemerintah Kota Surabaya

Dari dampak tersebut juga disimpulkan bahwa


telah tercipta suatu budaya kinerja baru yang ada pada

Daftar Pustaka

Bangun, Wilson. 2012. Manajemen Sumber daya Salim, Agus. 2005. Teori dan Paradigma:Penelitian
Manusia. Jakarta :Penerbit Erlangga. Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Effendi, Akhyar dkk. 2006. Artikel Manajemen Pegawai Wibowo., 2011. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali
Negeri Sipil yang Efektif Makalah Pers.

Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. www. eperformance.surabaya.go.id


Bandung: Remaja Rosdakarya.
http://husnirohman.files.wordpress.com/2012/09/analisis-
Parson, Wayne. 2005. Public Policy: Pengantar Teori terhadap-turunnya-peringkat-daya-saing-
&Praktek Analisis Kebijakan. Jakarta, Kencana. indonesia1.pdf

10

Das könnte Ihnen auch gefallen