1. Jelaskan mekanisme kerja antibiotik dari setiap kelompok antibiotik!
a. Kelompok Beta-Laktans. Obat obatan jenis ini bekerja sebagai inhibitor
selektif terhadap sintesis dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri jauh berbeda dengan membran sel mamalia, sebuah alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan mengapa obat obatan beta laktan tidak menginhibisi sintesis membran sel inang (manusia). Peptidoglikan bakteri merupakan hasil dari polimerisasi sub unit gula berulang yaitu NAG-NAM (N- Asetilglukosamin dan N-Asetilmuramat). Obat yang paling sering dibahas pada kelompok ini adalah penisilin dan sefalosporin. Dengan mekanisme yang hampir sama, dua contoh obat tersebut akan menghambat enzim transpeptidase yang mengkatalis pembentukan ikatan peptida pengait antara N-Asetilglukosamin. Mula mula penisilin akan mengikat pada enzim transpeptidase yang dalam mekanisme ini dikenal sebagai PBPs (Protein Binding Penisilins) yang memiliki sisi aktif mirip dengan penisilin. Pemblokiran ini membuat enzim ini tidak mampu untuk menjalankan sintesis peptidoglikannya. Sebagian textbook membahas bahwa kompleks yang terbentuk mengaktifkan enzim yang sifatnya litik dan memberikan dua kemungkinan terhadap lingkungan bakteri, pada kondisi isotonik maka aktivasi enzim ini membuat bakteri lisis. Namun, apabila dalam kondisi yang tidak isotonik maka bakteri tidak memiliki dinding sel melainkan hanya membran sitoplasma yang sangat rentan dengan fagosit dari mekanisme imunitas sel inang. b. Tetrasiklin. Antibiotik ini bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri. Mekanisme penghambatannya sangat sederhana yaitu dengan mengikat subunit 30S ribosom bakteri dan menghambat perlekatan tRNA- aminoasil yang bermuatan kepada kompleks ribosom-mRNA pada tempat akseptor. Tetrasiklin bersifat bakteriostatik yang memiliki efek membatasi pertumbuhan bakteri namun tidak membuniuhnya c. Aminoglikosida. Pada prinsipnya, antibiotik ini memiliki tujuan akhir yang sama dengan tetrasiklin, yaitu menghambat sintesis protein bakteri. Tahap pertama adalah perlekatan aminoglikosida pada subunit 30S Ribosom dan menganggu aktivitas normal inisiasi pembentukan peptida. Tahap selanjtnya adalah penafsiran mRNA yang dibuat rancu (salah) sehingga peptida yang terbentuk merupakan peptida yang bersifat nonfungsional. Perlekatan tahap pertama juga mengakibatkan perubahan polisom (kompleks RNA-Ribosom) menjadi monosom yang memiliki konsekuensi terhadap kematin bakteri yang irreversible d. Makrolida bertujuan juga sebagai inhibitor sintesis protein seperti dua kelompok sebelumnya yang telah dijelaskan. Perbedaan utama adalah makrolida bersifat bakteriostatik sama seperti tetrasiklin. Dalam mekanismenya makrolida seperti eritromisin membuat ikatan dengan subunit 50S ribosom bakteri sehingga menghambat translokasi aminoasil. e. Flurokuinolon bekerja sebagai modulator replikasi DNA bakteri dengan menganggu kerja enzim topoisomerase II pada organisme prokariyotik. Modulasi enzim ini mengakibatkan terbentuknya kompleks terner yang menghambat tahap penggabungan kembali dan berujung pada rusaknya DNA dan kematian bakteri. f. Trimetropin-Sulfametoksazol. Bakteri memiliki metabolit penting yang disebut PABA (P-Aminobenzoat). PABA memiliki peran sangat penting dalam sintesis asam folat, suatu substansi kimia intraseluler prokariyotik yang berguna dalam sintesis asam nukleat. PABA akan dikondensasikan dengan dependen-ATP yang menghasilkan asam dihidropteroat, reaksi ini dikatalis oleh dihidropteroat sintase. Asam Dehidropteroat inilah yang akan diubah menjadi asam folat. Antibiotik golongan ini berperan sebagai analog PABA yang merupakan substrat enzim dihidropteroat sintase yang berujung tidak terbentuknya asam folat fungsional. Proses ini berujung pada tidak adanya asam nukleat.