Sie sind auf Seite 1von 16

PEMBELAJARAN DENGAN MEDIA POHON LITERASI UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI PESERTA DIDIK KELAS I SDN


SIDOREJO I TUBAN PADA TEMA PERISTIWA ALAM DAN SUBTEMA
BENCANA ALAM

Siti Nurhayati1) Anggun Winata2)


1
SDN Sidorejo I Tuban
email: sitinurhayatispd1966@gmail.com
2
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban
email: anggunwinata@gmail.com

Abstract
Literasi be one benchmark to determine the quality of education and human
resources of a country. Indonesia compared to other Asian countries is included in
the sequence below related to literacy. Accordingly, one of the primary schools in
Tuban Regency, SDN Sidorejo I has low literacy skills. This is obtained from the
result of literacy ability on prasiklus with an average of 13.5. The study aimed to
improve literacy ability with tree literasi. Literature tree is chosen because it can
build the creativity of learners that includes the power of thought and creativity,
and motivate students to always read. In addition, the literacy tree is very simple
and easy to implement. Literate trees are expected to improve the literacy ability of
learners. This research is the Classroom Action Research (CAR) conducted in two
cycles, with each cycle consisting of four phases of activity: (1) planning, (2)
action, (3) observation, and (4) reflection. The subjects were students of class I
SDN Sidorejo I Tuban Semester II Academic Year of 2017/2018. The instruments
used in the research are syllabus, learning implementation plan, observation sheet,
and literacy skill test. Based on the results of research and data analysis, it can be
concluded that the literacy of students in grade I SDN Sidorejo I Tuban has
increased with the media literasi tree. In prasiklus, participants' literacy skills are
said to have a low category with an average of 13.5. In cycle I, literacy ability of
participants is said to have low category with average is 39,2. In cycle II, literacy
ability of participants is said to have medium category with average is 55.

Keywords: literacy skill, tree literasi, primary schools

1. PENDAHULUAN masyarakat secara luas (OECD, 2006:12).


Literasi dijadikan salah satu tolak ukur Pemahaman terhadap literasi dapat
untuk mengetahui kualitas pendidikan dan menjadi potensi yang besar dalam
sumber daya manusia suatu negara. mengembangkan kemampuan berpikir
Literasi merupakan pengetahuan dan tingat tinggi, kemapuan bekerja keras dan
ketrampilan melalui proses sepanjang kemampuan dalam mengembangkan
hayat yang berlangsung di sekolah karakter.
maupun interaksi dengan teman dan
16 Siti Nurhayati, Anggun Winata; Pembelajaran
dengan…

Indonesia disinyalair sedang dalam 2013: 67). Sejalan dengan hasil surve
keadaan darurat literasi. Dampak dari yang dilakukan oleh PISA, berdasarkan
literasi rendah dikhawatirkan dapat surve yang diselenggarakan oleh Trends
menyebabkan dampak penurunan kualitas in International Mathematics and Science
hidup, sosial bahkan ekonomi. Dampak Study (TIMSS) yang dilakukan setiap
lainnya dari literasi yang rendah adalah empat tahun sekali pada tahun 2007
turunnya kualitas diri terutama budaya Indonesia berada di peringkat ke 35 dari
literasi membaca. Budaya ini 49 negara dan tahun 2011 Indonesia
berhubungan dengan etika dan moral berada di peringkat 40 dari 42 negara
seseorang. Hal ini sesuai dengan (NCES, 2012: 3). Hasil ini menunjukkan
penelitian Olasehinde (2015: 194) yaitu bahwa skor rata-rata literasi Indonesia
‘explains that a student who does not berada di bawah rata-rata skor
possess good reading skills tends to grow Internasional. Selain hasil tersebut, telah
a negative attitude towards learning and dilakukan penelitian serupa untuk
this can even lead to his having self- mengetahu kemampuan literasi yaitu
esteem problems in later life’. kemampuan literasi sains calon guru di
sekolah dasar yang memberikan hasil
Indonesia dibandingkan dengan
yang masih rendah (Anggun dkk, 2017).
negara-negara di Asia lainnya termasuk
dalam urutan di bawah terkait kemapuan Tujuan pelaksanaan evaluasi
literasi. Hasil surve yang dilakukan oleh pendidikan oleh OECD melalu PISA dan
Programme for International Student NCES melalui TIMSS adalah
Assessment (PISA) menunjukkan skor memperbaiki kualitas pendidikan.
literasi peserta didik Indonesia berturut- Perbaikan kualitas pendidikan akan
turut adalah 393, 395, 395 untuk tahun berpengaruh pada tingkat kualitas hidup,
2000, 2003, dan 2006 (Bybee et al., 2009: sosial bahkan ekonomi negara-negara
5). Hasil surve PISA tahun 2009 anggota. Seperti yang kita ketahui
menunjukkan skor literasi Indonesia bersama, negara-negara yang memiliki
mencapai 383 dan masuk urutan 57 dari prestasi yang baik pada evaluasi PISA
65 negara (Walker, 2011: 105). Hasil rata-rata memiliki tingkat perekonomian
survey PISA tahun 2012 menunjukkan dan kualitas hidup yang terlihat dari ilmu
skor literasi Indonesia yaitu 382 dan pengetahuan dan teknologi yang dimiliki
masuk urutan 63 dari 64 negara (OECD, semakin maju.
Jurnal Teladan, Volume 3 No. 1, Mei 2018 17
ISSN: 2527-3191

Sekarang ini, kita telah menyongsong Literasi virtual mengacu pada


Abad 21. Abad 21 ditandai dengan kemampuan untuk menginterpretasi,
semakin pesatnya perkembangan sains mengaitkan dan memaknai informasi yang
dan teknologi dalam segala bidang disampaikan dalam bentuk visual atau
kehidupan yang ada di masyarakat, gambar (Avgerinou & Ericson, dalam
terutama ilmu pengetahuan dan teknologi. Palmer & Matthews, 2015:1). Literasi
Hal tersebut mengisyaratkan bahwa visual secara umum dapat dipahami
pendidikan dihadapkan pada tantangan sebagai kemampuan untuk memahami
kedepannya, salah satunya tantangan suatu bentuk bahasa visual dan
dalam menghasilkan sumber daya mengaplikasikan pemahaman tersebut
manusia yang memiliki kemampuan yang untuk berkomunikasi dan berinteraksi
utuh dalam menghadapi berbagai dengan lingkungannya (Sidhartani, 2016:
tantangan dalam kehidupan. Berdasarkan 156). Contoh sederhana dari penguasaan
karakteristik dari abad ke 21 tersebut, literasi visual adalah seseorang dapat
maka berbagai kompetensi utama yang memaknai sebagai pemahaman terhadap
harus dimiliki oleh peserta didik dalam pesan-pesan secara visual yang ditangkap
mengembangkan kemampuan kemampuan sehingga dapat memberikan respon yang
berpikir tingat tinggi, kemapuan bekerja sesuai dengan pesan yang dimaksud.
keras dan kemampuan dalam Pesan yang dimaksud mencakup pesan
mengembangkan karakter melalui budaya sederhana seperti simbol yang digunakan
literasi. dalam fasilitas umum seperti petunjuk,
larangan dan yang lainnya. Namun secara
Literasi seringkali dihubungkan
lebih luas, literasi visual dibutuhkan untuk
dengan kemampuan dalam membaca atau
memahami dan mengapresiasi sebuah
memahami pengetahuan yang bersifat
karya seni atau rupa yang akan
tulisan, seperti yang diungkapkan oleh
memberikan pengaruh terhadap
Maryanto (2006:145). Namun dengan
kemampuan seseorang dalam berkreasi
perkembangan yang semakin pesat saat
atau menciptakan sebuah karya visual.
ini, literasi dapat dikaitkan dengan
berbagai aspek. Salah satu bentuk literasi Walaupun tingkat kemampuan literasi
yang saat ini adalah literasi visual atau visual yang terlihat sederhana dari
visual literacy. seseorang. Namun, literasi visual tersebut
dipengaruhi oleh beragam yang meliputi
18 Siti Nurhayati, Anggun Winata; Pembelajaran
dengan…

aspek fisik maupun aspek psikologis Penelitian yang dilakukan


(Sidhartani, 2016: 157). Dengan kata lain menggunakan virtual literasi yang berupa
literasi visul berhubungan dengan pohon literasi. Pohon litersai merupakan
keterkaitan antara penguasaan literasi salah satu media pembelajaran yang
visual yang berfungsi sebagai salah satu menjadi simbol kreativitas dengan cara
aspek keberhasilan sebuah proses membuat dan memajang pohon di dalam
komunikasi yang dapat dipahami sebagai kelas. Dalam hal ini, peserta didik
sebuah upaya untuk menyampaikan pesan, menumbuhkan daun dan buah dengan
gagasan dan makna tertentu dari suatu membangun masalah atau konsep dari
pihak kepada pihak lainnya dengan bentuk suatu pohon yang berupa tema bahasan
visual atau gambar. Perkembangan media tertentu yang diberikan oleh guru. Sebagai
informasi saat ini sangat berhubungan contohnya, ketika membahas tema
dengan aspek visual dalam berkomunikasi peristiwa alam dan sub tema bencana
sehingga kemampuan tersebut digunakan alam, peserta didik diminta untuk
untuk memahami sebuah gambaran membuat daun dan buah yang bertuliskan
(visual) sangatlah penting yang sesuai kata-kata yang berhubungan dengan
dengan pendapat Bamford (2003:2), ‘the bencana alam yang diletakkan pada
need to learn to read visual images is an ranting/ cabang pohon. Setelah itu, peserta
urgent one that touches at all level in our didik diminta untuk menyusun kalimat
society. Visual lteracy levels directly dari kata-kata yang telah dibuat. Pada
determine our level of comprehension and pembuatan daun dan buah juga
the ability of the individual to be able to membutuhkan keterampilan dalam hal
read images in a meaningful way... seni karena peserta didik diminta
Understanding pictures is a vital life membuat daun dan buah dengan kreasi
enriching necessity. Not to understanding gambar masing-masing.
them is visual illiteracy’. Berdasarkan hal Pohon literasi memiliki tujuan untuk
tersebut maka literasi visual sesuai untuk membangun kreativitas peserta didik yang
diterapkan pada peserta didik sekolah meliputi daya pikir dan daya cipta, serta
dasar terutama kelas rendah karena memotivasi peserta didik untuk selalu
mereka masih dalam tahap berfikir secara membaca dan membaca menjadi
visual sesuai teori belajar Piaget. kebiasaan dalam hidup sehari-hari. Pohon
literasi dipilih karena sangat sederhana
Jurnal Teladan, Volume 3 No. 1, Mei 2018 19
ISSN: 2527-3191

dan mudah untuk diterapkan. Pohon pembelajaran. Tema yang diambil dalam
literasi diharapkan dapat meningkatkan penelitian adalah peristiwa alam dengan
kemampuan literasi peserta didik. subtema bencana alam. Pembelajaran
dalam subtema tersebut berjumlah 6
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran
pembelajaran sehingga terdapat dua siklus
dengan pohon literasi dapat dilakukan
dalam penelitian.
dengan sistem kelompok. Pada tahap awal
guru membuatkan cabang dan peserta Instrumen yang digunakan dalam
didik melengkapi daun dan buah. Pada penelitian adalah silabus, rencana
tahap berikutnya, cabang bisa dibuat oleh pelaksaan pembelajaran, lembar
peserta didik sehingga dalam proses observasi, dan tes kemampuan literasi.
pembelajaran peran guru hanyalah sebagai Sebelum digunakan sebagai instrumen
fasilitator. penelitian, semua instrumen tersebut telah
2. METODE PENELITIAN diverifikasi dan divalidasi oleh validator.
Jenis penelitian ini merupakan
Teknik pengumpulan data
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
menggunakan lembar observasi aktifitas
dilakukan dalam dua siklus, dimana setiap
belajar peserta didik, dan tes yang berupa
siklus terdiri dari empat tahap kegiatan
kemampuan literasi. Tujuan penelitian ini
yaitu (1) planning, (2) action, (3)
adalah untuk mendeskripsikan langkah-
observation, serta (4) reflection.
langkah pembelajaran dengan media
Rancangan penelitian tindakan kelas
pohon literasi yang dapat meningkatkan
merujuk dari Kemmis Mc. Taggart (dalam
kemampuan literasi. Pembelajaran dengan
Arikunto, 2014:137)
media pohon literasi terdiri dari 4 langkah,
Penelitian ini dilaksanakan di SDN yaitu 1) penyajian materi, 2) membuat
Sidorjo I Tuban TP 2017/2018 semester daun dn buah selanjutnya dirangkai pada
genap, dengan subjek peserta didik kelas pohon literasi, 3) merangkai menjadi
I yang berjumlah 27 yang terdiri dari 17 kalimat dari daun dan buah yang telah
laki-laki dan 10 perempuan. Tema yang dibuat, mempraktekkan kegiatan yang
diajarakan dalam penelitian adalah tema berhubungan dengan tema dan subtema
peristiwa alam dengan subtema bencana pada pohon literasisecara kreatif serta 4)
alam. PTK yang dilakukan terdiri dari dua evaluasi. Merancang pohon literasi
siklus, masing-masing siklus terdiri dari 3 dilakukan secara berkelompok sehingga
20 Siti Nurhayati, Anggun Winata; Pembelajaran
dengan…

peserta didik dapat bekerjasama dan dapat memilih serta mengiterprestasikan


berdiskusi dalam menumbuhkan daun dan representasi yang berbeda, kemudian
buah. menghubungkan kedunia nyata, (4)
bekerja dengan model untuk situasi yang
Analisis data hasil penelitian yang
kompleks serta dapat menyelesaikan
berupa tes kemampuan literasi
masalah yang rumit, (5) menggunakan
menggunakan indikator yang diadaptasi
penalarannya dalam menyelesaikan
dari Khoiudin, dkk (2017). Indikator yang
masalah matematis, dapat membuat
digunakan meliputi (1) menggunakan
generalisasi, merumuskan serta
pengetahuannya untuk menyelesaiakan
mengkomunikasikan hasil temuannya.
soal rutin dan dapat menyelesaikan
Kemampuan literasi digolongkan kedalam
masalah yang konteksnya umum, (2)
3 tingkatan yaitu kategori rendah, sedang
melaksanakan prosedur dengan baik
serta kategori tinggi. Ketiga kategori
dalam menyelesaikan soal serta dapat
tersebut dapat di lihat pada Tabel 1
memilih strategi pemecahan masalah, (3)
berikut.
bekerja secara efektif dengan model dan

Tabel 1. Interval Nilai dari Tiap-tiap Kategori


Interval nilai Kategori
< 40 Rendah
41-70 Sedang
>71 Tinggi
(Ma’sum, 2014:5)

3. HASIL PENELITIAN DAN kemampuan literasi, soal tes divalidasi


PEMBAHASAN oleh ahli yang berupa tiga orang dosen
Tahapan awal dari penelitian adalah Pendidikan Guru Sekolah Dasar. da
penyusunan tes kemampuan literasi dan prasiklus, peneliti melakukan tes
menggunakan indikator yang diadaptasi kemampuan literasi awal untuk peserta
dari Khoiudin, dkk (2017). Soal tes didik kelas I SDN Sidorejo I. Berdasarkan
dibuat peneliti dan disesuaikan dengan dari hasil tes kemampuan awal literasi,
materi pada tema peristiwa alam dan diperoleh bahwa masih banyak peserta
subtema bencana alam. Sebelum didik yang memiliki kemampuan literasi
dilakukan pelaksanaan untuk mengetahui rendah yaitu masih banyak yang
Jurnal Teladan, Volume 3 No. 1, Mei 2018 21
ISSN: 2527-3191

mempunyai nilai dibawah 25 dari setiap dapat dilihat dari Gambar 2 berikut.
indikator. Hasil kemampuan literasi awal

Gambar 2. Kemampuan Literasi Awal

Berdasarkan Gambar 2 tersebut dapat didik perempuan memperoleh nilai 10, (4)
diperoleh informasi bahwa kemampuan indikator 4 memperoleh rata-rata nilai 7
literasi awal peserta didik masih dikatakan yang terdiri dari rata-rata peserta didik
memiliki kategori rendah. Hal ini laki-laki mendapatkan nilai 6 dan peserta
ditunjukkan bahwa untuk masing-masing didik perempuan memperoleh nilai 8,
indikator banyak yang memperoleh hasil serta (5) indikator 5 memperoleh rata-rata
< 40. Hasil masing-masing indikator nilai 15 yang terdiri dari rata-rata peserta
ditunjukkan bahwa: (1) indikator 1 didik laki-laki mendapatkan nilai 20 dan
memperoleh rata-rata nilai 23 yang terdiri peserta didik perempuan memperoleh nilai
dari rata-rata peserta didik laki-laki 10. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
mendapatkan nilai 25 dan peserta didik disimpulkan bahwa pada prasiklus,
perempuan memperoleh nilai 21, (2) kemampuan literasi peserta dikatakan
indikator 2 memperoleh rata-rata nilai 11 memiliki kategori rendah karena
yang terdiri dari rata-rata peserta didik kemampuan literasi rata-rata adalah 13,5
laki-laki mendapatkan nilai 12 dan peserta atau <40. Ketidak mampuan peserta didik
didik perempuan memperoleh nilai 10, (3) dalam kemampuan literasi membuktikan
indikator 3 memperoleh rata-rata nilai 10 bahwa peserta didik belum mampu
yang terdiri dari rata-rata peserta didik memecahkan masalah dalam kehidupan
laki-laki mendapatkan nilai 10 dan peserta sehari-hari secara ilmiah dan
22 Siti Nurhayati, Anggun Winata; Pembelajaran
dengan…

mengkomunikasikan haproses yang pengetahuannya, antara lain


mereka peroleh dalam pembelajaran membelajarkan materi melalui eksperimen
secara tertulis. Ketidakmampuan peserta yang dapat merangsang berpikir tingkat
didik tersebut menunjukkan bahwa tinggi dan bersifat kontekstual. Hasil
pembelajaran kelas I di SDN Sidorejo I penelitian tersebut sesuai dengan
Tuban masih belum dilaksanakan sesuai penelitian yang telah dilakukan oleh
hakikat pembelajaran di sekolah dasar. Anggun dkk (2017) dengan hasil bahwa
peningkatan kemampuan literasi sains
Beberapa faktor yang dapat menjadi
juga dapat ditingkatkan dengan kegiatan
penyebab kemampuan literasi peserta
eksperimen dengan pengembangan
didik tersebut rendah yaitu peserta didik
petunjuk praktikum. Selain menggunakan
belum terbiasa dalam menyelesaikan tes
pembelajaran berdasarkan eksperimen
kemampuan literasi atau masalah yang
kemampuan literasi dapat ditingkatkan
berhubungan dengan keterampilan proses
dengan pembelajaran yang menekankan
yang merupakan bagian utama literasi.
pada kemampuan problem solving yang
Berdasarkan hasil analisis kemampuan
dapat dilakukan dengan strategi Problem-
awal literasi peserta didik, maka perlu
Based Learning (PBL) (Rizkita et al.,
adanya pembelajaran yang dapat
(2016:780), pembelajara inkuiri
melatihkan keterampilan-keterampilan
(Probosari dkk , 2016: 453) atau
proses sehingga peserta didik terbiasa
pembelajaran siklus (Trowbridge &
melakukan hal-hal yang berhubungan
Bybee, 1996). Selain dengan
dengan kegiatan diantaranya adalah
pembelajaran, peningkatan kemampuan
mengidentifikasi pertanyaan ilmiah,
literasi sains juga dapat ditingkatkan
memberikan penjelaskan fenomena secara
dengan pengembangan petunjuk
ilmiah dan menggunakan bukti ilmiah.
praktikum sesuai dengan penelitian yang
Menurut Diana et al. , (2015), agar
telah dilakukan oleh Anggun dkk(2017).
kemampuan literasi dapat meningkat
Selain penggunaan stategi dalam
dengan baik, maka para pengajar
pembelajaran, peningkatan kemampuan
dihimbau untuk mulai memperkenalkan
literasi dapat ditingkatkan dengan
dan membelajarkan materi dengan
menggunakan media. Seperti penelitian
menggunakan berbagai strategi yang
yang dilakukan oleh Alfiah (2016)
beraspek pada kemampuan literasi dan
melakukan penelitian untuk meningkatkan
bukan hanya memperhatikan kemampuan
Jurnal Teladan, Volume 3 No. 1, Mei 2018 23
ISSN: 2527-3191

kemampuan literasi menggunakan media menggunakan media. Media yang


wayang. digunakan adalah pohon literasi.

Berdasarkan hasil kemampuan literasi Kemampuan literasi peserta didik pada


awal dan penelitian terkait peningkatan siklus I telah mengalami peningkat
kemampuan literasi sebagai tindak lanjut dibandingkan pra siklus. Namun,
untuk meningkatkan kualitas peningkatan tersebut belum optimal. Hal
pembelajaran terutama kemampuan ini bisa dilihat pada Gambar 3
literasi pesert didik maka perlu dilakukan
penelitian tindakan kelas dengan

Gambar 3. Perbandingan Kemampuan Literasi Peserta Didik Siklus I dan Prasiklus

Berdasarkan Gambar 3 dapat rata nilai 52, (2) indikator 2 memperoleh


diperoleh informasi bahwa kemampuan rata-rata nilai 39, (3) indikator 3
literasi peserta didik pada siklus I memperoleh rata-rata nilai 31, (4)
mengalami peningkatan dibandingkan indikator 4 memperoleh rata-rata nilai 25,
dengan kemampuan literasi awal. Hal ini serta (5) indikator 5 memperoleh rata-rata
ditunjukkan bahwa untuk masing-masing nilai 49. Kenaikan kemampuan literasi
indikator banyak yang memperoleh hasil mencapai 55% sampai 72 % dibandingkan
yang meningkat dibandingkan dengan prasiklus. Pada siklus I,
kemampuan literasi awal. Hasil masing- kemampuan literasi peserta dikatakan
masing indikator pada siklus I ditunjukkan memiliki kategori rendah karena
bahwa: (1) indikator 1 memperoleh rata-
24 Siti Nurhayati, Anggun Winata; Pembelajaran
dengan…

kemampuan literasi rata-rata adalah 39,2 baik dalam menyelesaikan soal serta dapat
atau < 40. memilih strategi pemecahan masalah, (3)
Beberapa faktor yang menjadi bekerja secara efektif dengan model dan
penyebab kemampuan literasi peserta dapat memilih serta mengiterprestasikan
didik masih dalam kategori rendah yaitu representasi yang berbeda, kemudian
peserta didik belum terbiasa dalam menghubungkan kedunia nyata, (4)
pembelajaran gengan menggunakan media bekerja dengan model untuk situasi yang
pohon literasi. Hal ini disebabkan oleh kompleks serta dapat menyelesaikan
pohon literasi merupakan salah satu media masalah yang rumit, (5) menggunakan
pembelajaran yang membutuhkan penalarannya dalam menyelesaikan
kreativitas peserta didik dengan cara masalah matematis, dapat membuat
membuat daun dan buah yang disesuaikan generalisasi, merumuskan serta
pengan pembelajarannya pada saat itu. mengkomunikasikan hasil temuannya.
Kreativitas yang dimaksud meliputi daya Peningkatan yang terbesar adalah
pikir dan daya cipta. Krativitas dari indikator 1 dan indikator 5. Indikator-
peserta didik tersebut tidak serta merta indikator yang mengalami peningkatkan
dapat mencul begitu saja, namun terkait penyelesian masalah yang meliputi
membutuhkan proses latihan berulang- menyelesaiakan soal rutin dan dapat
ulang dan pembiasaan. Selain kreativitas, menyelesaikan masalah yang konteksnya
memotivasi peserta didik untuk selalu umum dan menyelesaikan masalah
membaca dan membiasakan membaca matematis serta membuat generalisasi,
dalam keseharian tidak dapat dilakukan merumuskan dan mengkomunikasikan
secara medah dan cepat sehingga hasil temuannya. Kemampuan literasi
membutuhkan waktu untuk melatih dan tersebut masih termasuk level yang rendah
membiasakan peserta didik. Hal ini sesuai yaitu menyelesaikan masalah dari konsep
dengan teori belajar menurut Thorndike. yang telah dimiliki dan termasuk berada
Indikator yang digunakan dalam pada level 1. Hal ini sesuai dengan hasil
menentukan kemampuan literasi meliputi dari PISA dan TIMSS (OECD, 2009: 54;
(1) menggunakan pengetahuannya untuk NCES, 2012 :3 & OECD, 2013: 67) yaitu
menyelesaiakan soal rutin dan dapat menunjukkan bahwa sebagian besar
menyelesaikan masalah yang konteksnya peserta didik Indonesia memiliki
umum, (2) melaksanakan prosedur dengan pengetahuan ilmiah terbatas yang hanya
Jurnal Teladan, Volume 3 No. 1, Mei 2018 25
ISSN: 2527-3191

dapat diterapkan pada beberapa situasi disiapkan oleh guru, peserta didik secara
yang familiar. kreatif merangkai kata-kata yang dibaut
Secara keseluruhan kemampuan untuk dijadikan kalimat. Pada meteri
literasi siklus I lebih meningkat matematika, peserta didik mengisi
dibandingkan prasiklus karena penjumpahan dan pengurangan yang
penggunaan media pohon literasi dapat dituliskan guru pada daun dan buah
digunakan sebagai saranan untuk setelah itu ditempelkan pada pohon
mempermudah peserta didik dalam literasi. Selain itu, pada daun dan buah
menerima konsep dalam pembelajaran. yang disiapkan guru, peserta didik
Salah satunya kegiatan pada siklus I dibimbing guru untuk menempelkan
adalah peserta didik diminta untuk gambar yang berhubungan dengan
membuat daun dan buah untuk bencana alam yang telah disiapkan guru
melengkapi pohon literasi. Setelah selesai dan peserta didik bergantian menceritakan
melengkapi pohon literasi dengan kata- kejadian tersebut. Kegiatan yang
kata yang disiapkan oleh guru pada dilakukan pada siklus I ditunjukkan pada
gambar daun atau buah yang telah Gambar4.

Gambar 4. Kegaitan Pembelajaran yang Dilakukan pada Siklus I

Hal ini sesuai dengan pendapat digunakan sebagai sarana untuk


Arsyad (2009: 4) yang mengatakan bahwa mempermudah anak dalam menerima
media pembelajaran merupakan alat materi pembelajaran. Hasil penelitian
bantu, atau alat-alat peraga yang tersebut juga sesuai dengan pendapat
26 Siti Nurhayati, Anggun Winata; Pembelajaran
dengan…

Sudjana & Rivai (2002:2) tentang kesimpulan berdasarkan pengamatan


pemanfaatan media pembelajaran meliputi sederhana. Selain itu, peserta didik dapat
(1) pembelajaran akan menarik perhatian memberikan alasan secara langsung dan
peserta didik sehingga konsep dapat lebih membuat interpretasi seperti yang tertulis
di pahami oleh peserta didik, (2) bahan dari hasil pengamatan ilmiah yang lebih
pembelajaran akan lebih jelas sehingga mendalam atau pemecahan masalah yang
dapat lebih dipahami oleh pesert didik kompleks.
dan memungkinkan menguasai dan Untuk meningkatkan kemampuan
mencapai tujuan pembelajaran, (3) model literasi peserta didik, maka pada siklus II
pembelajaran lebih bervaritif, (4) peserta lebih memberikan bimbingan secara
didik lebih aktif tidak hanya mendengar intensif kepada peserta didik dan
uraian guru. mengarahkan peserta didik
Kekurangan pada siklus I menjadi mempraktekkan secara langsung sehingga
bahan kajian untuk memperbaiki pada peserta didik akan terbiasa dalam
siklus selanjutnya yaitu siklus II. Indikator melaksanakan prosedur melakukan
2,3 dan 4 pada siklus I masih tergolong praktek dan bekerja secara efektif untuk
masih rendah. Indikator 2,3, dan 4 mengiterprestasikan representasi yang
berdasarkan level yang diberikan oleh berbeda serta menyelesaikan masalah
PISA dan TIMSS (OECD, 2009: 54; yang menghubungkan kedunia nyata
NCES, 2012 :3 & OECD, 2013: 67) secara kompleks.
termasuk dalam level yang tinggi yaitu Kemampuan literasi peserta didik pada
level 5 dan 6. Hal ini disebabkan karena siklus II telah mengalami peningkat
pada indikator 2, 3, dan 4, peserta didik dibandingkan siklus I. Hasil kemampuan
memiliki pengetahuan ilmiah yang cukup literasi ditunjukkan oleh Gambar 5
untuk memberikan penjelasan dalam berikut.
konteks yang familiar atau membuat
Gambar 5. Perbandingan Kemampuan Literasi Peserta Didik Siklus II, Siklus I dan Prasiklus

Berdasarkan Gambar 5 dapat siklus II, kemampuan literasi peserta


diperoleh informasi bahwa kemampuan dikatakan memiliki kategori sedang
literasi peserta didik pada siklus II karena kemampuan literasi rata-rata
mengalami peningkatan dibandingkan adalah 55 (antara 41-70).
dengan kemampuan literasi siklus I dan Pada siklus II, kemampuan literasi
awal (prasiklus). Hal ini ditunjukkan untuk masing-masing indikator
bahwa untuk masing-masing indikator mengalami peningkatan dan semua
banyak yang memperoleh hasil yang indikator mencapai >40. Berdasarkan
meningkat dibandingkan kemampuan hasil yang diperoleh di siklus II maka
literasi awal. Hasil masing-masing dengan pemberian pengalaman nyata yang
indikator pada siklus I ditunjukkan bahwa: berupa praktikum kepada peserta didik
(1) indikator 1 memperoleh rata-rata nilai akan menyebabkan kognitif siswa
71, (2) indikator 2 memperoleh rata-rata terbangun secara sistematis dan akan
nilai 53, (3) indikator 3 memperoleh rata- bertahan lama (long term memory). Hal
rata nilai 44, (4) indikator 4 memperoleh ini yang akan menyebabkan peserta didik
rata-rata nilai 42, serta (5) indikator 5 memberikan alasan secara langsung dan
memperoleh rata-rata nilai 65. Kenaikan membuat interpretasi dari hasil
kemampuan literasi mencapai 65% sampai pengamatan ilmiah yang lebih mendalam
85% dibandingkan dengan prasiklus. Pada atau pemecahan masalah yang kompleks.
28 Siti Nurhayati, Anggun Winata; Pembelajaran
dengan…

Kegiatan pembelajaran pada siklus II didik menjelaskan rancangan yang telah


melibatkan praktikum yang dikerjakan dibuat dan dilanjutkan dengan praktikum.
peserta didik secara individu maupun Siklus II selain menggunakan media
kelompok. Seperti contoh praktikum yang berupa pohon literasi juga kegatan
dilakuakan adalah membedakan air panas pemebelajaran melalui kegiatan praktikum
dan air dingin. Guru memberikan maka peserta didik akan lebih aktif
permasalahan bagaimana membedakan berpikir dan berbuat serta menemukan
anatar air dingin dan air panas, peserta pengalaman praktis serta keterampilan.
didik diminta untuk merancang praktikum Hal tersebut sesuai dengan pandapat
yang ingin dilakukan dan membuat stategi Sagala (2012:220) yang menyatakan
untuk memecahkan permaslahan yang bahawa melalu praktek maka peserta didik
diberikan guru. Rancangan yang ingin akan mengalami sendiri suatu proses atau
dipraktekkan oleh peserta didik ditulis di kejadian, terhindar jauh dari verbalisme,
daun yang mereka buat. Setelah daun memperkaya pengalaman dengan hal-hal
selesai dibuat, daun ditempelkan di pohon yang bersifat objektif dan realistis,
literasi buatannya dengan mengurutkan mengembangkan sikap berfikir ilmiah
berdasarkan langkah yang ingin serta hasil belajar akan tahan lama dan
dilakukan. Setelah selesai menempelkan internalisasi. Kegiatan siklus II dapat
pada pohon literasi, perwakilan peserta dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Kegiatan Pembelajaran yang Dilakukan pada Siklus II

4. KESIMPULAN penelitian ini, maka dapat disimpulkan


Berdasarkan hasil penelitian dan bahwa kemapuan literasi peserta didik
analisis data, yang diperoleh dari kelas I SDN Sidorejo I Tuban mengalami
Jurnal Teladan, Volume 3 No. 1, Mei 2018 29
ISSN: 2527-3191

peningkatan dengan media pohon literasi. Arsyad, A. 2009. Media Pembelajaran.


Jakarta: Rajawali Pers
Peningkatan kemampuan literasi
Bamford, A. 2001. The Grammar
ditunjukkan dari hasil penelitian yaitu (1) within the world of Interactive
indikator 1 pada prasiklus, siklus I dan Media. Education Researh
Network Conference on Learning
siklus II berturut-turut 25, 52, dan 71; (2) (8th, Spetses, Greece). 1(1):1-10.
indikator 2 pada prasiklus, siklus I dan
Bybee, R., B. McCrae, & Laurie, R.
siklus II berturut-turut 11, 39, dan 53; (3) 2009. PISA 2006: An Assessment
indikator 3 pada prasiklus, siklus I dan of Scientific Literacy. Journal of
Research in Science Teaching,
siklus II berturut-turut 10, 31, dan 44; (4) 46(8): 865-883.
indikator 4 pada prasiklus, siklus I dan
Diana S. Implementasi Strategi Peer
siklus II berturut-turut 7, 25, dan 42; dan Assisted Learning (PAL) untuk
(5) indikator 5 pada prasiklus, siklus I dan Meningkatkan Literasi Anatomi
Mahasiswa Calon Guru Biologi.
siklus II berturut-turut 15,49, dan 65. Proceeding Biology Education
Peningkatan kemampuan literasi dari pra Conference. 13(1): 554-563.

siklus ke siklus I dan II berturut turut Khoirudin, A., Setyawati, R.D., &
Nursyahida, F. 2017. Profil
adalah 55% sampai 72 % dan 65%-85%.
Kemampuan Literasi Matematika
Pada prasiklus, kemampuan literasi Siswa Berkemampuan Matematis
Rendah dalam Menyelesaikan Soal
peserta dikatakan memiliki kategori
Berbentuk PISA. AKSIOMA.
rendah karena kemampuan literasi rata- 8(2): 33-42.
rata adalah 13,5 atau <40. Pada siklus I, Ma’sum. A. 2014. Profil Kemampuan
kemampuan literasi peserta dikatakan Penalaran Matematis Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Bangun
memiliki kategori rendah karena Ruang Sisi Lengkung. Prodi
kemampuan literasi rata-rata adalah 39,2 Pendidikan Matematika. STKIP
PGRI Jombang.
atau <40. Pada siklus II, kemampuan
literasi peserta dikatakan memiliki Maryanto, M. D. 2006. Quantum Seni.
Semarang: Dahara Prize.
kategori sedang karena kemampuan
literasi rata-rata adalah 55 (antara 41-70). National Research Council (NRC).
1996. National Science Education
Standarts. Washington: National
5. REFERENSI Academy Press.
Alfiyah. 2016. Peningkatan Literasi
Cerita Wayang sebagai Upaya OECD. 2000. PISA 2006: Science
Pemertahanan Nilai-Nilai Budaya Competencies for Tomorrow’s
Lokal. Jurnal Ikadbudi. 5(12):1-7. World. (Online) (http://
www.oecd.org/dataoecd/15/13/
30 Siti Nurhayati, Anggun Winata; Pembelajaran
dengan…

39725224. Pdf), diakses 09 (PSLK) Universitas


November 2014. Muhammadiyah Malang.

OECD. 2009. A Framework for PISA: Sagala, S. 2012. Supervisi


Assessing Scientific, Reading, and Pembelajaran. Bandung :
Mathematical Literacy: OECD Alfabeta.
Publishing.
Sidhartani, S. 2016. Literasi Visual
OECD. 2013. Survey International sebagai Dasar Pemaknaan dalam
Program for International Student Apresiasi dan Proses Kreasi
Assessment (PISA). (Online) (http: Visual. Jurnal Design, 3(3):155-
// www.oecd.org/pisa), diakses 01 163.
Juni 2015.
Sudjana & Rifai, A. 2002. Media
Olasehinde, M.O. 2015. Promoting the pembelajaran. Sinar Baru.
Reading Culture towards Human Algenindo Bandung.
Capital and Global Development.
English Language Teaching, 8(6). Trowbridge, L. W., & Bybee, R. W.
Published by Canadian Center of 1996. Teaching Secondary Schooll
Science and Education. Nigeria. Science Strategies For Developing
Scientific Literacy. Englewood;
Palmer, M.S. & Tatiana M. 2015. New Jersey; Columbus; Ohio:
Learning to See the Infinite: Merrill an Imprint of Prentice Hall.
Measuring Viual Literacy Skills in
a 1st year Seminar Course. Journal Walker, M. 2011. PISA 2009 Plus
of the Scholarship of Teaching and Results : Performance of 15-year-
Learning. 15(1) : 1-9. olds in reading, mathematics and
science for 10 additional
Probosari, R. M., Sajidan, Suranto, & participants. Melbourne: ACER
Prayitno, B. A. 2016. Dampak Press.
Inkuiri Berjenjang terhadap Winata, A., Cacik, S., & Widyawati, I.
Dimensi Literasi Sains Calon Guru S. R. 2017. Pengembangan
Biologi. Proceeding Biology Petunjuk Praktikum IPA Berbasis
Education Conference. Literasi Sains untuk Calon Guru
Rizkita L., Suwono, H., & Susilo. H. Sekolah Dasar. Seminar Nasional
2016. Analisis Kemampuan Awal Hasil Penelitian dan Pengabdian
Literasi Sains Siswa Sma Kota kepada Masyarakat II.
Malang. Seminar Nasional II
Kerjasama Prodi Pendidikan
Biologi FKIP dengan Pusat Studi
Lingkungan dan Kependudukan

Das könnte Ihnen auch gefallen