Sie sind auf Seite 1von 4

LAPORAN PRAKTIKUM

BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

Oleh:
Golongan B/Kelompok 1B
1. Ana Miftahul Janah (171510501064)
2. Erika Irfan Rusyadi (171510501043)
3. Mirza Ayu Rosada (171510501179)

LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
1 HM et al., Budidaya Tanaman Pangan

PERTANIAN

BUDIDAYA TANAMAN PANGAN


Food Crop Cultivation

Erika Irfan Rusyadi HM1), Mirza Ayu Rosada2), Ana Miftahul Jannah3)
Universitas Jember
Jalan Kalimantan No. 37 Kampus Tegalboto Sumbersari, Krajan Timur, Sumbersari,
Kabupaten Jember, Jawa Timur 68121

ABSTRACT
Soybean is a food commodity that is widely used by the community for food processed raw materials. Soybean cultivation does not require much water as
well as rice plants, because soybean plants are more suitable when planted in dry land conditions. The cultivation of soybean plants also has pests that
attack plants, including caterpillar rollers, dead fleas, grasshoppers, and other animals. The practicum activity is carried out in two ways of planting, namely
by way of spreading and scattering. The soybean cultivation activities were carried out maintenance, maintenance, fertilization, weeding, and calculating
plant height, leaf number, and root weight at the last observation. The best results from soybean cultivation are Portugal planting systems and fertilization
methods with the runway system. The yield of plant height, number of leaves, root weight, and number of pods is better for the Portugal planting system.
Plant disturbing organisms found in soybean cultivation are fleas, leaf roller caterpillars, and grasshoppers. Observation of stover in soybeans shows good
results in Portugal soybean plants for observation of root weight and number of pods. Portugal's system with maximum nutrient uptake and photosynthesis
will maximize the distribution of mineral salts to all parts of the plant. The optimal photosynthesis in Portugal will increase pod production.

Keyword: Soybeans, Pests, Plant height, growth

ABSTRAK
Kedelai merupakan komoditas pangan yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bahan baku olahan makanan. Budidaya tanaman kedelai tidak
memerlukan banyak air seperti halnya tanaman padi, karena tanaman kedelai lebih cocok apabila ditanam dengan kondisi lahan kering. Budidaya
tanaman kedelai ini juga terdapat hama yang menyerang tanaman, diantaranya ulat penggulung, kutu daut, belalang, dan hewan lainnya. Kegiatan
praktikum tersebut dilakukan dengan dua cara penanaman yaitu dengan cara tugal dan sebar. Kegiatan budidaya tanaman kedelai tersebut dilakukan
pemeliharaan, perawatan, pemupukan, penyiangan, dan mengitung tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat akar pada pengamatan terakhir. Hasil dari
budidaya tanaman kedelai yang paling baik adalah sistem tanam tugal dan cara pemupukan dengan sistem larikan. Hasil tinggi tanaman, jumlah daun,
berat akar, dan jumlah polong lebih baik sistem tanam tugal. Organisme pengganggu tanaman yang ditemukan pada budidaya tanaman kedelai adalah
kutu, ulat penggulung daun, dan belalang.Pengamatan brangkasan pada kedelai menunjukkan hasil yang baik pada tanaman kedelai tugal untuk
pengamatan berat akar dan jumlah polong. Sistem tugal dengan serapan unsur hara dan fotosisntesis yang maksimal akan meningkatkan persebaran
garam mineral ke seluruh bagian tanaman secara maksimal. Fotosisntesis pada tugal yang optimal akan meningkatkan produksi polong.

Kata Kunci: Kedelai, Hama, Tinggi tanaman, pertumbuhan

PENDAHULUAN jenis lainnya. Pemakaian pestisida tertinggi pada jenis insektisida.


Penggunaan pestisida yang tinggi menyebabkan residu pada biji kedelai
(Anshori et al, 2016).
Menurut Sastrapradja (2012), Budidaya tanaman kedelai tidak harus Penggunaan pestisida kimia dapat menyebabkan hama pada
dilakukan di lahan yang memiliki sistem irigasi seperti lahan sawah. Lahan tanaman kedelai menjadi lebih resisten. Hama yang semakin resisten dari
tegal juga bisa digunakan untuk budidaya tanaman kedelai karena tegal waktu ke waktu menyebabkan ledakan hama pada budidaya tanaman
tidak memiliki sistem irigasi. Tanaman kedelai merupakan salah satu kedelai (Hartman et al, 2016).Tanaman kedelai mampu hidup dengan
tanaman yang tidak membutuhkan banyak air dan membutuhkan cekaman tertentu. Tanaman kedelai yang ditanam pada lahan dengan
pencahayaan penuh sehingga kurang optimum jika budidaya kedelai kandungan Ni tinggi mampu bertahan hidup dengan memproduksi zat
dilakukan dengan sistem tanam tumpangsari. Budidaya tanaman kedelai di tertentu dan mengaktifkan hormon tertentu sama dengan ketika tanaman
lahan kering oleh varietas tertentu seperti varietas Sinabung menunjukkan terserang penyakit. Tanaman akan memproduksi antioksidan untuk tetap
hasil produktivitas yang cukup tinggi (Anshori et al, 2019). bertahan hidup (Barcelos et al, 2018).
Budidaya tanaman kedelai bisa dilakukan di lahan kering masam Menurut Heet al, 2015. Budidaya tanaman kedelai dilahan kering
dengan ketentuan tertentu seperti melakukan pengapuran pada tanah. dapat menyebabkan penurunan N dalam tanah. Penggunaan mulsa
Pemupukan dengan dosis yang sesuai juga dibutuhkan supaya tanaman menjadi penting untuk mengurangi evaporasi atau penguapan pada tanah.
kedelai bisa hidup dan memiliki produktivitas yang cukup optimum. Penggunaan mulsa terbukti dapat menekan pengurangan N dalam tanah.
Pemberian pupuk kandang juga dibutuhkan untuk memperbaiki agregat Budidaya tanaman kedelai mulai dari pengolahan tanah, sistem tanam,
tanah. Kedelai yang mampu ditanam di berbagai jenis lahan dapat pengendalian hama, pemupukan serta pemanenan perlu diketahui dengan
membantu memenuhi kebutuhan kedelai di Indonesia (Hasibuan et al, baik supaya hasil budidaya kedelai dapat maksimal.
2018). Penggunaan pestisida pada budidaya kedelai masih sangat tinggi.
Jenis pestisida yang digunakan adalah insektisida, fungisida, herbisida dan

Budidaya Tanaman Pertanian– Budidaya Tanaman Pangan


2 HM et al., Budidaya Tanaman Pangan

BAHAN DAN METODE


Data Jumlah Daun
Praktikum Budidaya Tanaman Pangan dilakukan di hari Sabtu
80
20 Maret 2019 hingga 18 Mei 2019, di Agroteknopark Jubung
Universitas Jember pada pukul 06.00 – selesai. Alat yang 70
digunakan adalah cangkul, sabit, timba, cetok, plastik, alat tulis, 60
lembar pengamatan, dan penggaris. Bahan yang digunakan adalah

un
50

Da
pupuk SP36, urea, dan KCl, dan benih kedelai.

h
Pelaksanaan Praktikum. Setiap golongan terbagi menjadi 5 40

a
Kedelai Tugal

ml
kelompok dengan beberapa kelompok dengan kelompok 1-3 Kedelai Sebar

u
30

J
menanam kedelai dengan cara tugal, dan sisanya dengan cara 20
sebar. Setiap kelompok mendapatkan beih yang akan ditanam pada
lahan yang telah disediakan. Kelompok 1-3 yang menanam dengan 10

cara tugal, menanam kedelai dengan jarak 20 cm x 20 cm, dan 0


kelompok 4 dan 5 menanam dengan cara menyebar benih langsung M1 M2 M3 M4 M5
di lahan. Melakukan pemeliharaan setiap minggunya yang meliputi Grafik 2. Perbandingan Jumlah Daun Cara Tanam Tugal dan Sebar
penyulaman, pemupukan, pengairan, penyiangan, Berdasarkan grafik tersebut diketahui jumlah daun pada tanaman
pembumbunan,dan pengendalian hama dan penyakit. Melakukan kedelai yang di tanam dengan cata tugal pada minggu pertama adalah
pemupukan dengan menggunakan urea, SP-36, Kcl dengan dosis mecapai rata-rata 6 daun, pada minggu ke dua berjumlah rata-rata 12 daun,
50/ha, SP-36 100kg/ha, dan KCl 75 kg/ha. Seluruh bagian KCl dan pada minggu ke tiga adalah berjumlah 17 daun, pada minggu ke empat
Sp-36 serta sepertigabagian urea diberikannya saat tanam, dan mencapai 45, dan jumlah pada minggu terakhir adalah 67 daun Tanaman
memberikan 2/3 lagi urea saat tanaman berumur 2 minggu. yang ditanam dengan cara sebar, memiliki jumlah daun 3 pada minggu
Melakukan pengairan dan penyiraman secukupnya sampai pada pertama, berjumlah 10 pada minggu ke dua, jumlah daun mencapai 7 pada
periode pengisian polong, dan mengeringkan lahan saat tanaman minggu ke tiga, pada minggu keempat jumlah daun mencapai 24 daun,
telah terisi polong. Melakukan penyiangan setelah tanaman berusia serta pada minggu terakhir jumlah daun mencapai 41 daun.
2-7 dan melakukannya lagi saat tanaman telah selesai berbunga
agar tidak mengganggu proses penyerbukan tanaman. Melakukan
pengamatan hama dan penyakit yang ada. Menghitung skala Perbandingan Brangkasan Kedelai
kerusakan akibat gangguan OPT. Mengukur tinggi tanaman dan 180
menghitung jumlah daun pada tiap tanaman yang diamati di setiap 160
minggunya. Melakukan panen dan menghitung jumlah polong
140
pada tiap tanaman yang diamati. Menghitung berat brangkasan
120
untuk mengatahui berat akar, pucuk dan jumlah polong pada
100
pengamatan terakhir. sebar
Parameter pengamatan . Mengamati tinggi tanaman , jumlah 80
tugal
daun, dan volume akar, serta jumlah polong. Mengamati hama, 60
gulma yang tumbuh di sekitar lahan budidaya. 40
20
0
Berat akar (gr) Berat pucuk (gr) Jumlah polong
HASIL
Diagram 1. Perbandingan Brangkasan Cara Tanam Tugal dan Sebar

Data Tinggi Tanaman OPT Tanaman Kedelai (Terlampir)


50
45 PEMBAHASAN
40
35
Praktikum budidaya tanaman kedelai dilakukan dengan menggunakan
30
dua perlakuan yaitu cara tanam tugal dan sebar dan cara pemupukan.
Variabel bebas yang digunakan adalah cara tanam dan pemupukan yang
g
gi

25
n

Kedelai Tugal
T

berbeda. Sehingga variabel terikat yang digunakan untuk mengamati


i

20 Kedelai Sebar
hasilnya adalah tinggi tanaman dan jumlah daun dari minggu ke-1 sampai
15
minggu ke-5 serta berat akar, berat pucut, jumlah polong pada minggu ke-
10
6. Variabel kontrolnya dalah benih kedelai yang digunakan, jenis pupuk
5
yang digunakan, dan penyiraman.
0 Pengamatan pada tinggi tanaman memiliki perbedaan hasil yang
M1 M2 M3 M4 M5
berbeda pada cara tanam tugal dan sebar. Tanam tugal memiliki jarak
tanam yang sama setiap tanaman yaitu 20 X 20 cm. Cara pemupukan yang
Grafik 1. Perbadingan Tinggi Tanaman Cara Tanam Tugal dan Sebar diberikan menggunakan sistem larikan pada setiap jarak 10 cm antar
Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa tinggi tanaman yang di tanaman. Cara tanam sebar memiliki jarak tanam yang tidak menentu
tanam dengan cara tugal adalah memiliki tinggi tanaman 9,18 pada minggu sesuai dengan sebaran benih pada tanah. Cara pemupukan yang digunakan
pertama, pada minggu ke dua rata-ratanya adalah 17,31 cm, pada minggu juga menyebarkan pada tanah. Tinggi tanaman yang dihasilkan memiliki
ke tiga adalah 19,7 cm, pada minggu ke empat adalah 30,1 cm, dan pada hasil yang lebih baik pada sistem tanam tugal. Pengaruh yang diberikan
pengukuran terakhir yaitu pada minggu ke lima adalah 43,18 cm. Pada pada perbedaan sistem tanam adalah kondisi iklim mikro yang ditimbulkan
benih yang ditanam dengan cara sebar, memiliki tinggi 7,18 cmpada pada area pertanaman kedelai berbeda. Pada sistem tanam tugal memiliki
minggu pertama, tingginya mencapai 17,19 cm pada minggu ke dua, pada iklim mikro yang baik untuk hasil pertumbuhan tinggi tanaman kedelai.
minggu ke tiga mencapai tinggi 18,06, pada minggu ke empat tingginya Jarak tanam 20 X 20 cm memberikan iklim mikro suhu dan kelembaban
adalah 30,3 cm, dan tinggunya mencapai 34,6 cm pada minggu ke lima. yang optimum. Kelengasan tanah dapat terjaga dengan baik. Serapan sinar
matahari untuk fotosisntesis semakin maksimal. Jarak tanam yang seragam

Budidaya Tanaman Pertanian– Budidaya Tanaman Pangan


3 HM et al., Budidaya Tanaman Pangan

memberikan pertumbuhan akar yang luas dan penyerapan hara yang KESIMPULAN
maksimal. Pemupukan larikan teratur mengikuti lajur pertanaman akan
menempatkan unsur hara pada akar yang tumbuh sesuai dengan jarak yang Budidaya tanaman kedelai dapat dilakukan dengan sistem tanam tugal
tersedia sehingga akar akan efektif menyerap unsur hara dari pupuk. Cara dan sebar. Pelaksanaan budidaya dilakukan dari penyiapan lahan,
tanam sebar jarak tanamnya beragam dan cebderung ada yang rapat dan penanaman benih, pemupukan, pengairan, perawatan dari gulma, menata
renggang maka sinar matahari yang diserap tidak maksimal. Berdasarkan saluran air, dan pemanenan. Hasil dari budidaya tanaman kedelai yang
Pangli (2014), jarak tanam yang renggang memberikan laju fotosisntesis paling baik adalah sistem tanam tugal dan cara pemupukan dengan sistem
yang maksimal sedangkan rapat laju fotosisntesisnya lambat, penyerapan larikan. Hasil tinggi tanaman, jumlah daun, berat akar, dan jumlah polong
sinar matahari pada kerapat yang terlalu rapat dan tidak seragam akan lebih baik sistem tanam tugal. Organisme pengganggu tanaman yang
memicu etiolasi karena cahaya kurang diserap optimal. ditemukan pada budidaya tanaman kedelai adalah kutu, ulat penggulung
Pengamatan pada jumlah memiliki perbedaan hasil yang berbeda pada daun, dan belalang.
cara tanam tugal dan sebar. Tanam tugal memiliki jarak tanam yang sama
setiap tanaman yaitu 20 X 20 cm. Cara pemupukan yang diberikan DAFTAR PUSTAKA
menggunakan sistem larikan pada setiap jarak 10 cm antar tanaman. Cara
tanam sebar memiliki jarak tanam yang tidak menentu sesuai dengan Anshori, Arif & Catur P. 2016. Pestisida Pada Budidaya Kedelai Di Kabupaten
sebaran benih pada tanah. Cara pemupukan yang digunakan juga Bantul D. I. Yogyakarta. Sustainable Agriculture, 31 (1) : 38-44
menyebarkan pada tanah. Jumlah daun yang dihasilkan setiap tanaman
rata-rata lebih baik pada sistem tanam tugal daripada sebar. Sistem tanam Anshori, A., Eko S. & Damasus R. 2019. Produktivitas Beberapa Varietas Kedelai
Pada Lahan Kering Di Kab. Gunungkidul D.I. Yogyakarta. Research Fair
tugal dengan jarak tanam yang renggang menjadikan pertumbuhan akar
Unisri, 3(1) : 463-465.
maksial sehingga bidang penyerapan nutrisis semakin banyak dan nutrisis
digunakan untuk fotosisntesisi di daun semakin banyak pertumbuhan daun Barcelos, J. P. Q., H. P. G. Reisa , C. V. Godoyb , P. L. Gratao~ c , E. Furlani
semakin banyak. Cara pemupukan yang larikan memberikan daya serapan Juniora , F. F. Puttid , M. Camposd and A. R. Reis. 2018. Impact of foliar
nutrisis semakin tinggi. Selain itu pada jarak yang renggangg intensitas nickel application on urease activity, antioxidant metabolism and control of
serapan cahaya matahari tinggi menyebabkan fotosisntesis semakin baik. powdery mildew (Microsphaera diffusa) in soybean plants. Plant Pathology,
Kombinasi antara fotosisntesis dengan aktifitas akar akan menghasilkan 67 : 1502–1513
pertumbuhan dan pembentukan daun semakin produktif daripada sistem Hartman, G.n L., Michelle L. P., Theresa K. H. & Darin E. 2016. Organically Grown
sebar yang jaraknya bervariasi dan rapat. Berdasarkan Pangli (2014), jarak Soybean Production in the USA: Constraints and Management of Pathogens
tanam yang renggang memberikan laju fotosisntesis yang maksimal and Insect Pests. Agronomy ,6 (16) : 1-18.
sedangkan rapat laju fotosisntesisnya lambat, penyerapan sinar matahari
He, G., Zhaohui W., Fucui L., Jian D., Xiaolong M., Qiang L., Cheng X., Hanbing
pada kerapat yang terlalu rapat dan tidak seragam akan menghambat daun
C., Sen W., Hui L., Laichao L., Ming H., Sukhdev S. &Malhi. 2015. Soil
dari cabang tidak produktif. nitrate–N residue, loss and accumulation affected by soil surface management
Pengamatan brangkasan pada kedelai menunjukkan hasil yang baik and precipitation in a winter wheat-summer fallow system on dryland. Nutr
pada tanaman kedelai tugal untuk pengamatan berat akar dan jumlah Cycl Agroecosyst , 1(1):1-9.
polong. Sistem tugal dengan serapan unsur hara dan fotosisntesis yang
maksimal akan meningkatkan persebaran garam mineral ke seluruh bagian Hasibuan, H. S., Didy S., Trikoesoemaningtyas & Desta W. 2018. Pemupukan N, P,
tanaman secara maksimal. Fotosisntesis pada tugal yang optimal akan K, Dolomit, dan Pupuk Kandang pada Budidaya Kedelai di Lahan Kering
Masam. J. Agron. Indonesia, 46(2) : 175-181.
meningkatkan produksi polong. Jika pada sistem sebar fotosintesis yang
kurang optimal menyebakan pembentukan polong baru terhenti. Sesuai Pangli, M. 2014. Pengaruh Jarak Tanam Terhadao Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Pangli (2014), fotosintesis dan serapan akar akan mengahsilkan kandungan Kedelai (Glycine Max Merril). Agropet. 11(1): 1-9.
garam mineral dan karbohidrat netto ke bagian akar dan polong. Berat
pucuk yang baik pada sistem tugal karena serapan unsur hara yang Sastrapradja, Setijati D. 2012. Perjalanan Panjang Tanaman Indonesia. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
disalurkan lebih banyak sistem sebar ke tajuk.
Organisme pengganggu tanaman yang ditemukan adalah kutu hijau,
belalang, dan ulat pelipat daun. Belalang merupakan hama bagi tanaman
kedelai yang menyerang pada bagian daun. Gejala yang ditimbulkan
adalah bekas daun yang dimakan oleh belalang. Kerusakan yang
ditimbulkan adalah daun tidak lagi maksimal dalam melakukan
fotosintesis. Belalang merupakan serangga yang memiliki tipe mulut
penggigit pengunyah. Karusakan pada daun akan meyebabkan daun habis
dimakan oleh belalang sehingga organ untuk fotosisntesis tidak optimal.
Pengendalian hama belalang secara kimiawi dapat menggunakan pestisida,
secara biologis dapat menggunakan parasitoid maupun predator alami.
Hama serangga kutu hijau merupakan hama penting dalam tanaman
kedelai. Biologi mulut kutu ini adalah pencucuk penghisap. Serangan
terjadi pada daun tanamn kedelai. Gejala kerusakan yang terjadi adalah
daun akan semakin layu menyebabkan tanaman layu dan mati. Proses
serangan terjadi karena kutu menghisap cairan tanaman melalui daun.
Serangan pada daun menyebabkan daun yang layu tidak dapat melakukan
fotosintesis sehingga hasil produksi tidak dapat digunakan untuk pengisian
polong. Tanaman yang tidak dapat fotosintesis akan mati. Pengendalian
hama kutu dilakukan dengan biologis predator kumbang dan secara kimia
menggunakan pestisida. Hama yang ketiga adalah ulat penggulung daun.
Ulat ini menyerang pada masa larva. Larva menggulung daun kedelai
ketika sudah terserang maka daun hanya tinggal tulang daunnya saja.
Pengendalian dapat dilakukan dengan kimia dan biologis menggunakan
parasitoid.

Budidaya Tanaman Pertanian– Budidaya Tanaman Pangan

Das könnte Ihnen auch gefallen