Sie sind auf Seite 1von 134

GAMBARAN KADAR HAEMOGLOBIN (Hb) PADA IBU HAMIL DI

WILAYAR KERJA PUSKESMAS CIPUTAT

Skripsi ini Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana


Keperawatan (S.kep)

Oleh:
HAYU ISVIANI
NIM: 1113104000023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF
JAKARTA

Thesis, Mei 2017

Hayu Isviani, NIM 1113104000023

Description Of Hemoglobin Levels In Pregnant Women At In


PHC Ciputat

xx + 94 page + 20 Tables + 2 charts + 5 Attachments

ABSTRACK
Anemia in pregnancy is the condition with hemoglobin less than 11
gr/dl in first and third trimester, and less than 10,5 gr /dl in second
trimester. World Health Organization (WHO) (2012) estimate that 35-
37% of pregnant women in in developing countries, 18%in developed
countries .The purpose of this study was to determine the factors related
with anemia in pregnant women in ciputat primary health care (PHC)
area year 2017. Study design used survey analytic with cross sectional
approach. The population of study were 80 pregnant women in ciputat
PHC area which used accidental technique.
After hemoglobin level checking, 45 people (56,3%) with
hemoglobin level (Hb) <11 gr/dl and 35 people (56,3%) with
hemoglobin level ≥11 gr/dl. This study concludes that:there are
more pregnant women with lower level of Hb (<11 gr/dl) in
Puskesmas Ciputat than normal level of Hb (≥11gr/dl). The amount
of pregnant women in Puskesmas Ciputat with lower Hb level is 45
people (56,3%)of the total sample while there are 35 people with
normal level of Hb (43,8%) of total sample.Based on study,
researcher suggest to improve the health education program in PHC
ciputat especially how to prevention of anemia when antenatal care

Keyword : Hemoglobin (Hb) level, Anemia Pregnancy.

ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

Skripsi, Mei 2017

Hayu Isviani, NIM 1113104000023

Gambaran Kadar Haemoglobin (Hb) Pada Ibu Hamil Serta Faktor-Faktor


Yang Mempengaruhinya Di Puskesmas Kecamatan Ciputat

xx + 94 halaman + 20 tabel + 2 bagan + 5 lampiran

ABSTRAK
Anemia kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
(Hb) < 11 gr% pada trimester I dan III sedangkan pada trimester II
kadar hemoglobin < 10,5 gr%. World Health Organization (WHO)
tahun 2012, melaporkan bahwa 35-75 % ibu hamil di negara
berkembang dan 18% ibu hamil di negara maju mengalami anemia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran anemia pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2017. penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah
ibu hamil yang berada di Puskesmas Ciputat sebanyak 80 orang,
menggunakan tehnik sampel insidental sampling. Setelah dilakukan
pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) didapatkan 35 orang (43,8%)
dengan kadar hemoglobin (Hb) ≥11 gr/dl, dan 45 orang (56,3%)
dengan kadar Hb <11gr/dl. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa ibu hamil yang memiliki kadar hemoglobin <11
gr/dl lebih banyak dibandingkan yang memiliki kadar hemoglobin
≥11 gr/dl. Jumlah ibu hamil di Puskesmas Ciputat yang memiliki
kadar Hb rendah adalah 56,3% sedangkan yang memiliki kadar Hb
normal yaitu 43,8% dari total sampel. Saran bagi Puskesmas Ciputat
adalah meningkatkan program pendidikan kesehatan tentang
pencegahan anemia kehamilan saat kunjungan antenatal care

Kata Kunci : kadar hemoglobin, anemia kehamilan.


Refrensi : (tahun 2000-2015)

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hayu Isviani


Ttl : Tangerang, 27 Desember 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Sultan Agung Tirtayasa Gg.H,Rimpang 1 Rt05/009
Kelurahan Kunciran Indah Kecamatan Pinang Kota
Tangerang
No. Hp : 0895366893769
Email : hayuisviani55@gmail.com
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN
1. MI Nurul Yaqin Kecamatan Pinang 2001-2007
2. MTs N Cipondoh Kecamatan Pinang 2007-2011
3. SMK Kesehatan Asy-Syifa Kecamatan Pinang 2011-2013
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013-sekarang

vii
Lembar Persembahan
Bukan tentang siapa rintangan tersebut dilalui
Bukan tentang siapa yang hadir pertama kali untuk menghadapi rintangan
tersebut
Tetapi.................
bagaimana kamu mampu melalui rintangan tersebut tanpa orang lain tahu
bagaimana sedihnya kamu melalui hal tersebut demi sebuah mimpi

Skripsi ini kupersembahkan untuk

 Ibudaku Tercinta Terimakasih telah mendoakan dan memberikan

semangat yang tiada henti, memberikan kekuatan dalam

menghadapi rintangan yang ada

 Ayahandaku Tercinta, Terimakasih telah bekerja keras demi

memenuhi kebutuhan finansial , yang tak pernah mengeluh dalam

keadaan apapun

 Kakak Pertamaku Salih , Terimakasih selalu bisa direpotkan

dalam keadaan apapun

 Kakak Keduaku Diantoro, Terimakasih telah mengingatkan

segala sesuatu yang baik kepadaku

viii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamiin, tiada kata yang indah untuk diucapkan, selain

pujian ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahnya

sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan proposal dengan judul Faktor-Faktor

yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Tangerang

Selatan.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan proposal skripsi ini banyak mengalami

kesulitan dan tantangan yang tak terkira, namun berkat pertolonganMu Ya Allah serta

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga proposal ini dapat diselesaikan

dengan baik.

Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM.,M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Maulina Handayani, S.Kp.,MSC, selaku Ketua Program Studi dan Ernawati,

S.Kp, M.Kep., Sp.KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Puspita Palupi, S.Kep.,M.Kep.,Sp.KMat selaku Dosen Pembimbing I, terima

kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu serta

memberi arahan dan bimbingan dengan sabar kepada saya selama proses

pembuatan proposal skripsi ini

ix
4. Jamaludin, S.Kep.,M.Kep selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih sebesar-

besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan

bimbingan dengan sabar kepada saya selama proses pembuatan proposal

skripsi ini

5. Karyadi, SKp., M.Kep., PhD selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima

kasih untuk beliau yang telah membimbing dan memberi motivasi selama

hampir 3,5 tahun duduk di bangku kuliah.

6. Orang tua saya, ayahanda Nasim dan Ibunda Nasih terima kasih telah

memberikan dorongan semangat dan selalu mendoakan saya agar

dipermudahkan dalam mengerjakan skripsi ini

7. Kakak saya, Salih, Diantoro dan Wanti yang selalu bersedia mengantarkan

saya kemanapun dan ada di saat saya membutuhkan

8. Aris Wanto, yang selalu menemani saya dan memberikan semangat dalam

mengerjakan skripsi ini

9. Sahabat-sahabat seperjuangan tercinta angkatan 2013 dan Sahabatku Dwi,

Zidti, Lala, Ermayanti, Irna, Arin, Anjay, Ira, Ummu, Yatmi, Ira, Zia, Niki,

Sarah, Miiftah, Atik, Fika, Aul, Shinta, Mumun yang senantiasa berbagi suka

duka, canda tawa, ilmu dan pengalaman berharga selama pembelajaran kuliah

maupun dalam proses kegiatan lainnya

10. Para Guru SDN Pinang 2 serta adik-adikku yang telah memberikan dorongan

semangat dan selalu mendoakan saya agar dipermudahkan dalam mengerjakan

proposal skripsi ini

x
11. Seluruh pihak yang telah mendukung kelancaran proposal skripsi ini hingga

selesai.

Atas bantuan serta segala dukungan yang telah diberikan, semoga Allah

SWT. senantiasa membalas dengan pahala yang berlimpah. Sangat besar harapan

saya proposal skripsi ini akan bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca.

Semoga kita semua senantiasa diberikan petunjuk, limpahan rahmat, hidayah, serta

inayah yang tak terhingga oleh Allah SWT.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ciputat, Mei 2017

Hayu Isviani

xi
DAFTAR ISI

Lembar Pernyataan ............................................................ Error! Bookmark not defined.


FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCESError! Bookmark not defined.
ABSTRACK......................................................................... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ........................................................................... Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN................................................. Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................................................................ vii
PENDIDIKAN ................................................................................................................. vii
LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................. xv
DAFTAR TABEL........................................................................................................... xvi
DAFTAR BAGAN ......................................................................................................... xvii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 5
E. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................... 10
A. Konsep Anemia Kehamilan ......................................................................... 10
1. Pengertian Anemia Kehamilan .......................................................................... 10
2. Etiologi .............................................................................................................. 11
3. Patofisiologi ....................................................................................................... 14
a. Kriteria Anemia Menurut Departement Kesehatan RI .................................. 15
b. Kriteria Anemia Menurut WHO.................................................................... 16
5. Jenis-Jenis Anemia Kehamilan .......................................................................... 16
a. Defisiensi Besi............................................................................................... 16

xii
b. Defisiensi Asam Folat ................................................................................... 18
c. Anemia Aplastik............................................................................................ 20
d. Anemia Penyekit Sel Sabit ............................................................................ 21
6. Tanda Dan Gejala Anemia ................................................................................. 22
7. Dampak Anemia Pada Kehamilan ..................................................................... 23
A. Dampak Bagi Ibu .......................................................................................... 23
B. Dampak Anemia Pada Bayi .......................................................................... 24
8. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia Kehamilan ......................... 24
a. Status Reproduksi Ibu ................................................................................... 25
1. Umur Ibu ....................................................................................................... 25
2. Usia Kehamilan ............................................................................................. 26
3. Gravida .......................................................................................................... 28
4. Jarak Kelahiran.............................................................................................. 28
5. Status Gizi Ibu ............................................................................................... 29
1. Mengukur Tingkat pengetahuan ................................................................ 32
7. Faktor Pelayanan Kesehatan .............................................................................. 36
a. ANC.................................................................................................................. 36
b. Kecukupan Mengkonsumsi Tablet Fe ............................................................... 39
9. Perubahan Fisiologis Maternal .......................................................................... 41
a. Homeostasis Volume ......................................................................................... 42
b. Hemoglobin ....................................................................................................... 44
c. Tekanan Darah ................................................................................................... 45
d. Metabolisme Zat Besi ........................................................................................ 46
10. Kerangka Teori .................................................................................................. 47
BAB III ............................................................................................................................. 48
A. Kerangka Konsep ......................................................................................... 48
B. Definisi Operasional ..................................................................................... 49
A. Desain Penelitian .......................................................................................... 53
B. Tempat Dan Waktu Penelitian .................................................................... 53
C. Populasi Dan Sampel.................................................................................... 53

xiii
D. Instrumen Penelitian .................................................................................... 55
E. Pengumpulan Data ....................................................................................... 57
F. Metode Pengambilan Data ....................................................................... 59
G. Pengeloaan Data....................................................................................... 61
H. Analisa Data .................................................................................................. 62
I. Etika Penelitian............................................................................................. 62
BAB V............................................................................................................................... 65
Hasil Penelitian ................................................................................................................ 65
BAB VI ............................................................................................................................. 77
Pembahasan ..................................................................................................................... 77
BAB VII............................................................................................................................ 88
Kesimpulan Dan Saran ................................................................................................... 88
Daftar Pustaka ................................................................................................................. 92

xiv
DAFTAR SINGKATAN

SDKI : Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia

AKI : Angka Kematian Ibu

WHO : World Health Organization

CDC : Centers For Disease Control And Prevention

MCH : Mean Corpuscular Hemoglobin

MCHC : Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration

MCV : Mean Corpuscular Volume

LILA : Lingkar Lengan Atas

BBLR : Berat Bdan Bayi lahir Rendah

ANC : Antenatal Care

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

DEPKES : Departemen Kesehatan

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

xv
DAFTAR TABEL

1.1 Kriteria anemia menurut depkes.................................................................................9

1.2 Kriteria anemia menurut WHO.................................................................................10

1.3 Definisi operasional..................................................................................................37

1.4 Uraian hasil uji validitasdan reliabilitas....................................................................44

2.1 Distribusi Frekuensi Kejadian anemia pada ibu hamil...........................................65

2.2 Distribusi Frekuensi usia ibu hamil...........................................................................66

2.3 Distribusi Frekuensi usia kehamilan.........................................................................66

2.4. Distribusi Frekuensi pengetahuan ibu hamil............................................................67

2.5 Distribusi Frekuensi status gizi (LILA).....................................................................67

2.6 Distribusi Frekuensi kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi fe...............................68

2.7 Distribusi Frekuensi budaya pada ibu hamil...........................................................68

2.8 Distribusi FrekuensiAntenatal care pada ibu hamil................................................69

3.1 Distribusi Responden Menurut Status Anemia Dengan Pengetahuan.................70

3.2 Distribusi Responden Menurut Status Anemia Dengan usia ibu...........................71

3.3 Distribusi Responden Menurut Status Anemia Dengan usia kehamilan.............72

3.4 Distribusi Responden Menurut Status Anemia Dengan status gizi.......................73

3.5 Distribusi Responden Menurut Status Anemia Dengan konsumsi Fe..................74

3.6 Distribusi Responden Menurut budaya.....................................................................74

3.7 Distribusi Responden Menurut frekuensi antenatal care (ANC)...........................75

xvi
DAFTAR BAGAN

Kerangka Teori......................................................................................................35

Kerangka Konsep..................................................................................................36

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi dan belum

mencapai target Millenium Development Goals (MDG’s) tahun 2015. Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 melaporkan AKI

sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup disebabkan oleh kehamilan,

persalinan dan nifas. Angka ini masih cukup tinggi jika dibandingkan

dengan negara-negara ASEAN (Profil Kesehatan Indonesia, 2014). AKI

Kota Tangerang Selatan mencapai 49/100.0000 Kelahiran Hidup (Dinkes

Tangsel, 2015).

Ibu hamil dan bersalin beresiko mengalami kematian, di dunia

khususnya di negara-negara berkembang termasuk indonesia, telah menjadi

masalah sejak lama. Tahun 2007 angka kematian ibu mencapai 228 per

100.000 kelahiran hidup. Angka kematian maternal di negara maju adalah 6

per 100.000 kelahiran hidup dan dinegara berkembang mencapai 450 per

100.000 kelahiran hidup. Hal itu berarti, 99% ibu yang meninggal

disebabkan karena kehamilan dan persalinan (Profil kesehatan Indonesia,

2014).

Tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh

tiga penyebab utama yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK),

1
2

dan infeksi (Riskesdas, 2013). Hal ini juga dilaporkan oleh Dinas Kesehatan

Tangerang Selatan tahun 2015 bahwa perdarahan merupakan penyebab

utama kematian ibu di kota Tangerang Selatan (Dinkes Tangsel, 2015).

Perdarahan menempati urutan tertinggi sebagai penyebab kematian

ibu sepanjang periode perinatal. Anemia merupakan salah satu akibat dari

perdarahan. Anemia kehamilan terjadi bila kadar hemoglobin (Hb) dalam

darahnya kurang dari 11,0 gr/% sebagai akibat ekspansi volume plasma yang

lebih besar dari pada peningkatan konsentrasi Hemoglobin dalam sel darah

merah.

Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang rawan kekurangan

gizi, karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan

ibu dan janin yang dikandung. Kebutuhan gizi meningkat selama kehamilan

untuk pertumbuhan janin, plasenta, pertambahan volume darah, mamae yang

membesar dan metabolisme yang meningkat (Fatimah, 2011). Kekurangan

gizi pada ibu hamil mempunyai dampak yang cukup besar terhadap proses

pertumbuhan janin dan anak yang akan dilahirkan, yang meliputi perdarahan

baik sebelum atau saat persalinan, peningkatan resiko melahirkan bayi

dengan berat lahir rendah atau BBLR, kelahiran prematur, gangguan his,

kekuatan mengejan, pada kondisi anemia berat dapat menyebabkan kematian

ibu atau bayinya. (Manuaba, 2007).

World Health Organization (WHO) tahun 2012 memperkirakan

bahwa 35-75 % ibu hamil di negara berkembang dan 18% ibu hamil di
3

negara maju mengalami anemia. Banyak diantara mereka yang telah

menderita anemia pada saat konsepsi, dengan perkiraan prevelensi sebesar

43% pada perempuan yang tidak hamil di negara berkembang dan 12%

negara yang lebih maju.

Anemia kehamilan disebabkan oleh beberapa faktor yang meliputi

faktor pengetahuan, status gizi ibu diukur dengan menunggunakan (LILA),

konsumsi tablet Fe, riwayat infeksi, pengetahuan, budaya dan ekonomi, hal

ini juga dilaporkan oleh Salmariantity dalam studinya tahun 2012 di

Puskesmas Gajah Mada Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau

bahwa pengetahuan, status gizi (LILA) merupakan faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya aenmia pada ibu hamil. Paendong tahun 2016 di

Manado menambahkan bahwa terdapat faktor lain yang beresiko

menyebabkan anemia kehamilan meliputi usia ibu, dan usia kehamilan pada

trimester II rentan mengalami anemia dengan kadar SI (serum iron) rendah

(<50gr/dl). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Taseer et

al bahwa faktor risiko terjadinya anemia kehamilan terutama anemia

defisiensi besi adalah karena kurangnya asupan nutrisi selama hamil. Faktor

utama penyebab anemia gizi adalah kurang cukupnya zat besi didalam

makanan sehari-hari. Kehamilan berulang atau jarak antar kehamilan yang

terlalu dekat juga menyebabkan anemia, karena kehamilan kembali dalam

jarak yang dekat akan mengambil cadangan zat besi dalam tubuh ibu yang
4

jumlahnya belum kembali kekadar normal. Zat besi terutama sangat

diperlukan di Trimester tiga kehamilan (Sin sin, 2008).

Secara nasional cakupan ibu hamil mendapat tablet Fe tahun 2014

sebesar 85,1%, data tersebut belum mencapai target program tahun 2014

sebesar 95%. Tablet Fe diberikan saat ibu saat memeriksakan kehamilannya

kepada petugas kesehatan. Konsumsi tablet Fe berpengaruh untuk

menurunkan kejadian anemia serta meminimalisasi dampak buruk akibat

kekurangan Fe (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).

Hasil penelitian Asyirah (2012) di Kecamatan Bajeng Kabupaten

Gowa menunjukan hasil bahwa Antenatal care, konsumsi Tablet Fe

berhubungan dengan anemia pada ibu hamil, dari penelitian Gurtimaya

(2015) memperkuat penelitian dari asyirah (2012) bahwa antenatal care,

status gizi dan mengkonsumsi tablet fe berhubungan dengan anemia pada

ibu hamil . Bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Salmariantity pada tahun 2012 di Riau bahwa faktor-faktor tersebut tidak

berhubungan.

Hasil penelitian lain dari Nurhasanah (2011) menunjukan bahwa

faktor budaya juga dapat mempengaruhi ibu dalam masalah gizi selama

hamil, Budaya pantang pada ibu hamil sebenarnya justru merugikan

kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Misalnya ibu hamil

dilarang makan telur dan daging, padahal telur dan daging justru sangat

diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil dan janin. Berbagai
5

pantangan tersebut akhirnya menyebabkan ibu hamil kekurangan gizi

seperti anemia dan kurang energi kronis (KEK). Dampaknya, ibu

mengalami pendarahan pada saat persalinan dan bayi yang dilahirkan

memiliki berat badan rendah (BBLR) yaitu bayi lahir dengan berat kurang

dari 2.5 kg. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan

kesehatan si bayi.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan

Ciputat didapatkan data 87 ibu hamil yang mengalami anemia pada tahun

2016. Hasil wawancara 5 ibu hamil tiga ibu yang belum mengetahui apa itu

anemia dan dampak dari anemia tersebut. Selain itu ada dua ibu yang

mengatakan bahwa tidak dapat makan dikarenakan mual sehingga tidak ada

nutrisi yang masuk. Ibu hamil takut untuk mengkonsumsi makanan yang

bergizi tinggi karena ditakutkan akan melahirkan anak dengan berat badan

berlebih sehingga peneliti melihat adanya pengaruh budaya yang masih

digunakan serta enggan untuk mengkonsumsi tablet besi yang diberikan

karena mual dan sebagainya, hal ini melatarbelakangi peneliti untuk

melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Kadar Haemoglobin (Hb)

pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat”.

B. Rumusan Masalah
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu,

bahaya selama kehamilan. AKI (yang berkaitan dengan kehamilan,

persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup ini masih
6

cukup tinggi. Angka ini masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan

negara-negara ASEAN (Profil Kesehatan Indonesia, 2014). Lima penyebab

kematian ibu terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (DDK),

infeksi, partus lama dan abortus. Kematian ibu di Indonesia masih

didominasi oleh 3 penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi

dalam kehamilan (HDK), dan infeksi (Riskesdas, 2013). Masalah ini harus

mendapat perhatian serius dan membutuhkan penanggulangan serta upaya

pencegahan yang efektif.

Kekurangan zat besi diduga menjadi penyebab paling umum dari

anemia secara global, meskipun kondisi lain, seperti folat, vitamin B12 dan

kekurangan vitamin A, peradangan kronis, infeksi parasit, dan kelainan

bawaan semua dapat menyebabkan anemia. Bagi hasil konsepsi anemia

dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik seperti kematian mudigah,

kematian perinatal, prematuritas, dapat terjadi cacat bawaan, cadangan besi

kurang, sehingga dapat disimpulkan anemia dalam kehamilan merupakan

sebab potensial morbiditas serta mortalitas ibu dan anak.

Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan kadar Hb pada ibu hamil yang

dilakukan oleh Puskesmas Ciputat pada tahun 2016 dari bulan Januari

sampai desember, didapatkan 87 ibu hamil yang mengalami anemia

kehamilan karena prevelensi ini masih terbatas perlu dilakukan penelitian

untuk melihat prevelensi anemia pada ibu hamil di Wilayah Puskesmas

Ciputat tahun 2017. Setelah dilakukan penelitian tersebut, diharapkan akan


7

mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan anemia pada ibu hamil

di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat, Tangerang selatan.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahi faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas ciputat

Tujuan khusus

a. Diketahuinya gambaran anemia pada ibu hamil di Puskesmas

Kecamatan Ciputat Tahun 2017

b. Diketahuinya gambaran status gizi ibu (ukuran LILA) pada ibu hamil

di Puskesmas Kecamatan Ciputat tahun 2017

c. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Ciputat

tahun 2017

d. Diketahuinya gambaran kunjungan ANC dengan anemia pada ibu

hamil di Puskesmas Kecamatan Ciputat tahun 2017

e. Diketahuinya gambaran konsumsi Tablet Fe dengan anemia pada ibu

hamil di Puskesmas Kecamatan Ciputat tahun 2017

f. Diketahuinya gambaran budaya dengan anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Ciputat tahun 2017.


8

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti

Memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam menjalankan

tugas dalam meneliti masalah kesehatan masyarakat serta dapat membuat

laporan dalam bentuk skripsi

2. Bagi masyarakat/ibu hamil

Memberikan informasi pada masyarakat/ibu hamil tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan anemia serta cara mencegah terjadinya anemia

3. Bagi Pelayanan Kesehatan

masukan dan informasi dalam membuat perencanaan program pencegahan

anemia ibu hamil untuk perbaikan status kesehatan ibu serta meminimalkan

angka kematian ibu akibat anemia kehamilan.

4. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk pengembangan

program dan diintegrasikan pada mata ajar keperawatan maternitas.

5. Peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi utuk penelitian

yang berkaitan dengan anemia pada ibu hamil


9

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel ibu hamil trimester

I,II,III di Puskesmas kecamatan ciputat pada bulan april sampai mei 2017 dengan

tujuan untuk mengetahui gambaran kadar haemoglobin (Hb) pada ibu hamil

dengan menggunakan desain penelitian cross sectional dan pengolahan data secara

editing, coding, entery dan cleaning serta analisis data secara univariat.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Anemia Kehamilan

1. Pengertian Anemia Kehamilan

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitung sel

darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal

(Smeltzer dan Bare, 2002). Anemia kehamilan adalah kondisi ibu dengan

kadar hemoglobin (Hb) < 11 gr% pada trimester I dan III sedangkan pada

trimester II kadar hemoglobin < 10,5 gr%. World Health Organization

(WHO) anemia pada ibu hamil adalah kadar hemoglobin (Hb) dalam

darahnya kurang dari 11,0 gr% sebagai akibat ketidakmampuan jaringan

pembentuk sel darah merah (erythtopoetic) dalam produksinya untuk

mempertahankan konsentrasi Hb pda tingkat normal pada ibu (WHO,

2008)

Centers For Disease Control And Prevention (CDC) mendefinisikan

anemia sebagai penurunan ringan kadar hemoglobin selama kehamilan

dijumpai pada wanita sehat yang tidak mengalami defisiensi zat besi atau

folat. Hal ini disebabkan oleh ekspansi volume plasma yang lebih besar

dari pada kehamilan normal. Pada awal kehamilan dan menjelang aterm,

kadar hemoglobin kebanyakan wanita sehat dengan simpanan zat 11 gr/dl

10
11

pada trimester pertama dan ketiga dan kurang dari 10,5 g/dl pada

trimester kedua (Obstetri Williams, 2012).

Seorang wanita dewasa sehat mempunyai jumlah total zat besi

dalam tubuh sebesar 3500-4500 mg. Sebanyak 75 persen dari jumlah ini

tersimpan didalam eritrosit dalam bentuk hemoglobin;20 persen terdapat

dalam simpanan tubuh, terutama sumsum tulang dan sistem

retikuloendoteal sebagai kompleks feritin, dan sisanya persen disimpan

didalam otot dan sistem enzim, terutama sebagai miohemoglobin

disimpan didalam otot dan sistem enzim, terutama sebagai

miohemoglobin.

2. Etiologi

Sebagian besar perempuan mengalami anemia selama kehamilan, baik

dinegara maupun negara berkembang. Badan kesehatan dunia atau World

Health Organization memperkirakan bahwa 35-75 % ibu hamil dinegara

berkembang dan 18% ibu hamil mengalami anemia. Banyak diantara

mereka yang telah menderita anemia pada saat konsepsi, dengan perkiraan

prevelensi sebesar 43% pada perempuan yang tidak hamil di Negara

berkembang dan 12% negara yang lebih maju.

Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat-zat nutrisi. Seringkali

defisiensinya bersifat multipel dengan manifestasi klinik yang disertai

infeksi, gizi buruk, atau kelainan herediter seperti hemoglobinopati.

Namun, penyebab mendasar anemia nutrisional meliputi asupan yang tidak


12

cukup, absorpsi yang tidak adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang,

kebutuhan yang berlebihan, dan kurangnya utilisasi nutrisi hemopoetik.

Sekitar 75% anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi yang

memperlihatkan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom pada apusan

darah tepi. Penyebab anemia lainnya yang jarang ditemui antara lain

adalah hemoglobinopati, proses inflamasi, toksisitas zat kimia dan

keganasan.

Beberapa hal yang menyebabkan defisiensi zat besi adalah

kehilangan darah, misalnya dari uterus atau gastrointestinal seperti ulkus

peptikum, karsinoma lambung, dll. Dapat juga disebabkan karena

kebutuhan meningkat seperti pada ibu hamil, malabsorbsi dan diet yang

buruk. Kekurangan zat besi menyebabkan anemia defisiensi besi.

Terjadinya anemia defisiensi besi juga dapat disebabkan oleh beberapa

faktor, diantaranya kurangnya kandungan zat besi dalam makanan sehari-

hari, penyerapan zat besi dari makanan yang sangat rendah, adanya zat-

zat yang menghambat penyerapan zat besi, dan adanya parasit di dalam

tubuh seperti cacing tambang atau cacing pita, diare, atau kehilangan

banyak darah akibat kecelakan atau operasi.

Sumber lain mengatakan bahwa Etiologi Anemia defisiensi

besi pada kehamilan, yaitu :

a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah


13

b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambaha plasma

c. Kurangnya zat besi dalam makanan

d. Kebutuhan zat besi meningkat

f. Gangguan pencernaan dan absorbsi

Pada ibu hamil, beberapa faktor risiko yang berperan

dalam meningkatkan prevalensi anemia defisiensi zat besi, antara lain :

1. Umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun. Wanita yang berumur kurang

dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi

untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan

keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko mengalami

pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.

Wintrobe (1987) menyatakan bahwa usia ibu dapat mempengaruhi

timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka

semakin rendah kadar hemoglobinnya. Muhilal et al (1991) dalam

penelitiannya menyatakan bahwa terdapat kecendrungan semakin tua

umur ibu hamil maka presentasi anemia semakin besar

2. Pendarahan akut

3. Pendidikan rendah

4. Pekerja berat

5. Konsumsi tablet tambah darah < 90 butir


14

6. Makan < 3 kali dan kurang mengandung zat besi.

3. Patofisiologi

Anemia lebih sering ditemukan dalam kehamilan karena selama

kehamilan keperluan akan zat makanan bertambah dengan adanya

perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Pertambahan volume darah

selama kehamilan disebut hipovolemia. Akan tetapi bertambahnya sel darah

merah lebih sedikit dibandingkan dengan bertambahnya plasma darah

sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan berbanding sebagai

berikut : plasma darah 30% sel darah merah 80% dan hemoglobin 19%

(Cunngingham, 2013)

Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian fisiologis dalam

kehamilan dan bermanfaat bagi ibu karena pengenceran itu meringankan

beban kerja jantung yang harus bekerja lebih berat selama kehamilan yang

disebabkan peningkatan cardiac output akibat hipovolemia. Kerja jantung

akan menjadi ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer juga

berkurang sehingga tekanan darah naik, dan pada perdarahan selama

persalinan banyaknya unsur zat besi lebih sedikit hilang dibandingkan

apabila darah itu tetap kental (Manuaba, 2007)

Hemodilusi ini menyebabkan pseudoanemia atau anemia fisiologis.

Hemodilusi dimulai pada trimester pertama kehamilan yaitu pada minggu

12-20 dan hemodilusi maksimal terjadi pada umur kehamilan 20-36

minggu. Akibat hemodilusi saja kadar hemoglobin darah ibu dapat menurun
15

sampai 10 gr%. Umumnya kondisi ini karena turunnya cadangan zat besi

(Sarimawar, 2003)

4. Kritereria Anemia

a. Kriteria Anemia Menurut Departement Kesehatan RI

Tabel 1.1

Kriteria Anemia Menurut Depkes RI

No Umur dan jenis kelamin Kadar Hb

1 Anak balita <11 gr/dl

2 Anak usia sekolah <12 gr/dl

3 Wanita dewasa <12 gr/dl

4 Pria dewasa <13 gr/dl

5 Ibu hamil <11gr/dl

6 Ibu menyusui <12 gr/dl

Sumber: Depkes. RI.2014


16

b. Kriteria Anemia Menurut WHO

Tabel 1.2

Kriteria anemia menurut WHO

No Kelompok umur dan jenis kelamin Hb gr/dl

1. 6 bln – 59 bln <11

2. 5-11 tahun <11,5

3. 12-14 tahun <12

4 Wanita tidak hamil <15 tahun <12

5. Wanita hamil <11

6. Laki-laki <13 tahun <13

Sumber: WHO, 2011

5. Jenis-Jenis Anemia Kehamilan

a. Defisiensi Besi

Defisiensi besi merupakan defisiensi nutrisi yang paling sering

ditemukan baik dinegara maju maupun negara berkembang. Risikonya

meningkat pada kehamilan dan berkaitan dengan asupan besi yang tidak

adekuat dibandingkan kebutuhan pertumbuhan janin yang cepat.

Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling

parah ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan

saturasi transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai

hemotokrit yang menurun. Pada kehamilan, kehilangan zat besi terjadi

akibat pengalihan besi aternal kejanin untuk eritropoesis, kehilangan darah


17

pada saat persalinan, dan laktasi yang jumlah keseluruhannya dapat

mencapai 900 mg atau setara dengan 2 liter darah. Oleh karena sebagian

besar perempuan mengawali kehamilan dengan cadangan besi yang

rendah, maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada anemia defisiensi

besi (Ziaei S dkk, 2007).

Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan suplementasi

besi dan asam folat. World Health Organization (WHO) menganjurkan

untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan

fisiologik selama kehamilan. Namun, banyak literatur menganjurkan dosis

100 mg besi setiap hari selama 16 minggu atau lebih pada kehamilan. Di

wilayah-wilayah dengan prevelensi anemia yang tinggi, dianjurkan untuk

memberikan suplementasi selama tiga bulan post partum.

Hubungan antara konsentrasi Hb dan kehamilan masih merupakan

lahan kontroversi. Di Negara-negara maju misalnya, tidak hanya anemia,

tetapi juga konsentrasi hemoglobin yang tinggi selama kehamilan telah

dilaporkan meningkatkan risiko komplikasi seperti kelahiran kecil untuk

masa kehamilan (KMK) atau small-for-gestational age (SGA), kelahiran

prematur, dan mortalitas perinatal. Kadar Hb yang tinggi terkait dengan

infark plasenta sehingga hemodilusi pada kehmailan dapat meningkatkan

pertumbuhan janin dengan cara mencegah trombosis dlamam sirkulasi

uteroplasental. Oleh karena itu, jika peningkatan kadar Hb mencerminkan


18

kelebihan besi, maka suplementasi besi secara rutin pada ibu hamil yang

tidak anemik perlu ditinjau kembali (Janghorban R, 2006).

Pemberian suplementasi besi setiap hari pada ibu hamil sampai minggu ke-

28 kehamilan pada ibu hamil yang belum mendapat besi dan non anemik

(Hb <11 g/dl dan feritin >20 µg/l) menurunkan prevelensi anemia dan bayi

berat lahir rendah. Peningkatan risiko defisiensi tembaga dan zink. Selain

itu, pemberian suplementasi besi elemental pada dosis 50 mg berkaitan

dengan proporsi bayi KMK dan hipertensi maternal yang lebih tinggi

dibandingkan kontrol.

b. Defisiensi Asam Folat

Pada kehamilan, kebutuhan folat meningkat lima sampai sepuluh kali

lipat karena transfer folat dari ibu kejanin yang menyebabkan dilepasnya

cadangan folat maternal. Peningkatan lebih besar dapat terjadi karena

kehamilan multipel, diet yang buruk, infeksi, adanya anemia hemolitik

atau pengobatan antikonvulsi. Kadar estrogen dan progesteron yang tinggi

selama kehamilan tampaknya memiliki efek penghambatan terhadap

absorpsi folat. Defisiensi asam folat oleh karenanya sangat umum terjadi

pada kehamilan dan merupakan penyebab utama anemia megaloblastik

pada kehamilan (Ziaei, 2007).

Anemia tipe megaloblastik karena defisiensi asam folat merupakan

penyebab kedua terbanyak setelah anemia defisiensi zat gizi. Anemia

megaloblastik adalah kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis


19

DNA dan ditandai dengan adanya sel-sel megaloblastik yang khas untuk

jenis anemia ini. Selain karena defisiensi asam folat, anemia megaloblastik

juga dapat terjadi karena defisiensi vitamin B12 (kobalamin). Folat dan

turunannya formil FH4 penting untuk sintesis DNA yang memadai dan

produksi asam amino. Kadar asam folat yang tidak cukup dapat

menyebabkan manifestasi anemia megaloblastik.

Gejala-gejela defisiensi asam folat sama dengan anemia secara umum

ditambah kulit yang kasar dan glositis. Pada pemeriksaan apusan darah

tampak prekursor eritrosit secara morfologis lebih besar (makrositik) dan

perbandingan inti-sitoplasma yang abnormal juga normokrom. MCH dan

MCHC biasanya normal, sedangkan MCV yang besar berguna untuk

membedakan anemia ini dari perubahan fisiologik kehamilan atau anemia

defisiensi besi. Untuk MCV, adanya peningkatan saturasi besi dan

transferin serum dan trombosit yang abnormal. Tanda awal defisiensi asam

folat adalah kadar folat serum yang rendah (kurang dari 3 mg/ml) namun,

kadar tersebut merupakan cerminan asupan asam folat yang rendah pada

bebrapa hari sebelumnya yang mungkin meningkat cepat begitu asupan

diperbaiki. Indikator status folat yang lebih baik adalah folat dalam sel

darah merah, yang relatif tidak berubah di dalam eritrosit

yang sedang beredar di sirkulasi sehingga dapat mencerminkan laju

turnover folat pada 2-3 bulan sebelumnya. Folat dalam sel darah merah

biasanya rendah pada anemia megaloblastik karena defisiensi folat.


20

Namun, kadarnya juga rendah pada 50% penderita anemia megaloblastik

karena defisiensi kobalamin sehingga tidak dapat digunakan untuk

membedakan kadua jenis anemia ini (Babior, 2001).

Defisiensi asam folat ringan juga telah dikaitkan dengan anomali

kongenital janin, terutama defek pada penutupan tabung neural (neural

tube defects). Selain itu, defisiensi asam folat dapat menyebabkan kelainan

pada jantung, saluran kandung kemih, alat gerak, dan organ lainnya.

Mutasi gen yang mempengaruhi enzim-enzim metabolisme folat, terutama

mutasi 677C →T pada gen MTHFR, juga berpredisposisi terhadap

kelainan kongenital (Streiff, 2000).

Penatalaksanaan defisiensi asam folat adalah pemberian folat

secara oral sebanyak 1 sampai 5 mg per hari. Pada dosis 1 mg, anemia

umumnya dapat dikoreksi meskipun pasien mengalami pula malabsorpsi.

Ibu hamil sebaiknya mendapat sedikitnya 400 µg folat per hari.

c. Anemia Aplastik

Ada beberapa laporan mengenai anemia aplastik yang terkait

dengan kehamilan, tetapi hubungan antar keduanya tidak jelas. Pada

beberapa kasus, yang terjadi adalah eksaserbasi anemia aplastik yang

telah ada sebelumnya oleh kehamilan dan hanya membaik setelah

terminasi kehamilan. Pada kasus-kasus lainnya, aplasia terjadi selama

kehamilan dan dapat kambuh pada kehamilan berikutnya. Terminasi

kehamilan atau persalinan dapat memperbaiki fungsi sum-sum tulang,


21

tetapi penyakit dapat memperburuk bahkan menjadi fatal setelah

persalinan. Tetapi meliputi terminasi kehamilan elektif, terapi suportif,

imunosupresi, atau transplantasi sum-sum tulang setelah persalin (Pajor

A, 2001)

d. Anemia Penyekit Sel Sabit

Kehamilan pada perempuan penderita anemia sel sabit (sickle

cell anemia) disertai dnegan peningkatan insidens pielonefritis, infark

pulmonal, pneumonia, perdarahan antepartum, prematuritas, dan

kematian janin. Peningkatan anemia megaloblastik yang responsif

dengan asam folat, terutama pada akhir masa kehamilan, juga meningkat

frekuensinya. Berat lahir bayi dari ibu yang menderita anemia sel sabit

dibawah rata-rata, dan kematian janin tinggi. Penyebab kematian

neonatal tidak jelas, tetapi kadang-kadang disebabkan oleh vasooklusi

plasenta, dengan temuan postmortem yang menggambarkan anoksia

intrapartum. Mortalitas ibu dengan penyakit sel sabit telah menurun dari

sekitar 33% menjadi 1,5% pada masa kini karena perbaikan pelayanan

prenatal.dibebrapa negara berkembang angka kematian ibu dan perinatal

dapat mencapai 9,2% dan 19,5%, berturut-turut. Masa kehamilan dan

periode postpartum masih berpotensi berbahaya bagi ibu dengan penyekit

sel sabit sehingga harus dipantau ketat selama kehamilan. Pemberian

transfusi darah profilaktik belum terbukti evektifitasnya walaupun


22

beberapa pasien tampaknya memberi hasil yang memuaskan (Dare FO,

2001).

6. Tanda Dan Gejala Anemia

Penderita anemia biasanya ditandai dengan mudah lemah, letih, lesu,

napas pendek, muka pucat, susah berkonsentrasi serta fatique atau rasa

lelah yang berlebihan. Gejala ini disebabkan karena otak dan jantung

mengalami kekurangan distribusi oksigen dari dalam darah. Denyut

jantung penderita anemia biasanya lebih cepat karena berusaha

mengkompensasi kekurangan oksigen dengan memompa darah lebih

cepat. Akibatnya kemampuan kerja dan kebugaran tubuh menurun. Jika

kondisi ini berlangsung lama, kerja jantung menjadi berat dan bisa

menyebabkan gagal jantung kongestif . anemia zat besi juga bisa

menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh mudah terinfeksi (IPMG,

2009;Fatimah, 2010)

Tanda anemia menurut FKM UI tahun 2009 adalah pucat (lidah, bibir

dalam, muka, telapaktangan, mudah letih, detak jantung lebih cepat, apatis,

pusing, mata nerkunang-kunang dan mengantuk.

Tanda dan gejala anemia antara lain : 5 L yakni letih, lemah, lesu,

lunglai dengan keluhan pusing dan pandangan berkunang-kunang

(Kemenkes RI, 2015)


23

7. Dampak Anemia Pada Kehamilan

A. Dampak Bagi Ibu

1. Bahaya selama kehamilan

Terjadi abortus, hambatan tumbuh kembang janin, hiperemesis

gravidarum, perdarahan antepartum, hambatan tumbuh kembang janin

dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis

(Hb <6 gr%), mola hidatidosa, ketuban pecah dini. Menurut Depkes

(2015) dampak anemia pada ibu hamil adalah dapat menimbulkan

perdarahan sebelum atau saat persalinan, meningkatkan resiko

melahirkan bayi dengan berat lahir rendah atau BBLR (<22,5 kg), dan

pada anemia berat dapat menyebabkan kematian ibu dan/atau bayinya.

2. Bahaya Selama Persalinan

memiliki kemampuan toleransi yang sangat rendah terhadap

perdarahan sewaktu persalinan, kelahiran prematur, selain itu juga

beresiko lebih tinggi terhadap infeksi, menimbulkan bahaya saat

persalinan seperti gangguan his-kekuatan mengejan, kala pertama

dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, kala dua

berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan

tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio plasenta,

dan perdarahan post partum karena atonia uteri (Manuaba, 2007).


24

3. Pada Waktu Kala Nifas

Saat nifas dapat terjadi subinvolusi uteri menimbulkan

perdarahan postpartum, memudahkan infeksi puerperium,

pengeluaran asi berkurang, terjadi dekompensasi kordis mendadak

setelah persalinan, anemia kala nifas, dan mudah terjadi infeksi

mamae (Manuaba, 2007).

B. Dampak Anemia Pada Bayi

Bagi janin, kondisi anemia pada ibu selaa kehamilan akan

mengakibatkan berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia,

cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal

serta intelegensia rendah (manuaba). Bagi hasil konsepsi anemia dalam

kehamilan memberi pengaruh kurang baik seperti : kematian mudigah,

kematian perinatal, prematuritas, dapat terjadi cacat bawaan, cadangan

besi kurang . jadi, anemia dalam kehamilan merupakan sebab potensial

morbiditas serta mortalitas ibu dan anak (Williams, 2007).

8. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia Kehamilan

Kematian dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor

internal ( status reproduksi ibu, dan status kesehatan ibu), faktor eksternal

(tingkat pedidikan, pengetahuan, dan ekonomi), dan faktor pelayanan

kesehatan (Depkes, 2014). Berdasarkan pendekatan. Konsep depkes

mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kematian ibu hamil,

maka kondisi anemia pada kehamilan dapat dipengaruhi oleh beberapa


25

faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor internal yang terdiri dari

status reproduksi ibu (umur ibu, usia kehamilan, gravida, paritas, dan jarak

kehamilan), dan status kesehatan ibu (status gizi atau ukuran LILA), faktor

eksternal (yang terdiri dari pengetahuan, sosial budaya dan pendapatan),

faktor pelayanan kesehatan (ANC, suplement tablet Fe), dan faktor

merokok dalam keluarga.

a. Status Reproduksi Ibu

1. Umur Ibu

Rentang umur 20-35 tahun dianggap sebagai umur reproduksi

yang sehat dan aman. Kehamilan pada umur <20 tahun dapat

menyebabkan anemia karena pada umur tersebut perkembangan

biologis dalam hal ini alat reproduksi belum optimal. Pada usia belia

tersebut psikis yang belum matang juga menyebabkan wanita hamil

mudah mengalami keguncangan mental yang mengakibatkan

kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi

selama kehamilannya. Wanita yang hamil pada usia yang terlalu tua

>35 tahun pun akan rentan terhadap anemia. Hal ini terkait dengan

pemenuhan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena berbagai infeksi

selama kehamilan (Amiruddin & Wahyuddin, 2004).

Angka kematian maternal yang berusia 10-14 tahun lima kali

lebih besar dari mereka yang berusia 20-24 tahun. Remaja yang

berumur 15-19 menunjukan angka kematian dua kali lebih besar.


26

Selain hal tersebut, bayi yang dilahirkan oleh remaja putri

menunjukan angka mortalitas 34% lebih tinggi dibandingkan dengan

bayi yang dilahirkan oleh wanita yang telah berusia 25-34 tahun

(Arisman, 2009)

Hasil analisis dari studi kasus kontrol faktor biomedis terhadap

kejadian anemia ibu hamil di Puskesmas Bantimurung Maros pada

tahun 2004, diperoleh umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh

terhadap kejadian anemia dengan OR sebesar 2,801 dan 95%

CI=1,089-7,27 (Amiruddin & Wahyudin, 2004).

Pada penelitian yang dilakukan oleh yaitu ibu hamil yang

anemia yang mengalami penurunan iron pada usia 24-35. Pada

penelitian siti asyirah didapatkan ibu hamil yang berusia <20 dan >35

tahun ada 38 yang mengalami anemia dan 20-25 ada 44, sehingga

hasil uji statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu

dnegan kejadian anemia (Asyirah, 2012)

2. Usia Kehamilan

Sering dengan bertambahnya usia kehamilan, kebutuhan

terhadap zat besi pun semakin meningkat. Kebutuhan akan zat besi

selama trimester I relatif sedikit, yaitu 0,8 mg perhari. Pada trimester

II dan III kebutuhan zat besi meningkat tajam menjadi 6,3 mg sehari

(Arisman, 2009). Oleh sebab itu, semakin meningkatnya usia

kehamilan ibu maka risiko untuk menderita anemia menjadi semakin


27

besar apabila tidak diimbangi dengan dengan pola makan yang

seimbang dan konsumsi tablet Fe secara teratur.

Thaha, dkk (2002) berpendapat bahwa umur merupakan hal

penting berkaitan dengan status gizi seorang ibu, seperti kehamilan

pada ibu usia muda (kurang dari 20 tahun) dan kehamilan usia terlalu

tua (lebih dari 35 tahun). Sarimawar dkk (1986) dalam penelitiannya

melaporkan bahwa terdapat hubungan antara umur ibu dengan

kejadian anemia. Prevelensi anemia pada ibu hamil pada kelompok

umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 30 tahun lebih tinnggi

(77,450 dan (78,6%) dibandingkan dengan kelompok umur 20-30

(72,3%) dan hasil penelitian yang dilakukan oleh yulaeva di

Kabupaten Cirebon tahun 2002 menunjukan hasil yang sama, ada

hubungan yang bermakna antara umur dengan status anemia pada ibu

hamil 21,3 % ibu hamil yang berumur <20 tahun dengan status

anemia, 25% yang berumur 20-35 tahun dengan status anemia 45.5%

yang berumur >35 tahun dengan status anemia (Yulaeva, 2002)

Dari hasil penelitian salmariantity menunjukan prevelensi

anemia lebih banyak ditemukan pada responden umur beresiko

dibandingkan tidak beresiko, hal ini membuktikan bahwa ibu hamil

yang berumur <20 tahun dan umur >35 tahun lebih beresiko untuk

terkena anemia.
28

3. Gravida

Gravida merupakan istilah medis dari kehamilan. Kehamilan

pertama disebut primigravida, kehamilan kedua dan seterusnya

disebut multigravida, sedangkan wanita yang belum pernah hamil

disebut nuligravida. Pada primigravida, peningkatan volume darah

lebih kecil bila dibandingkan multigravida. Hemodilusi yang

terjadipun lebih kecil sehingga resiko terjadinya anemia juga rendah,

sedangkan pada multigravida akan terjadi penurunan hemoglobin

yang lebih besar disebabkan peningkatan volume darah yang lebih

besar pula. Dengan demikian, risiko terjadinya anemia pada

kehamilan multigravida akan lebih tinggi.

Hasil penelitian dari nik rosmawai menunjukan bahwa ibu

multigravida memiliki resiko tinggi untuk mengalami anemia

kehamilan.

4. Jarak Kelahiran

Seperti halnya paritas, ibu hamil yang memiliki jarak kelahiran

terlalu dekat (<2 tahun) akan makin kurang kesempatannya untuk

memulihkan kondisi dan mengembalikan zat gizi yang terpakai selama

khamilan sehingga beresiko lebih besar untuk mengalami anemia pada

kehamilan berikutnya (Amiruddin & Wahyudin, 2004).

Pada penelitian Salmariantity didapatkan nilai hasil uji statistik tidak

signifikan, (95% CI antara 0,6-1.2, 1.2, nilai p=0,25) artinya tidak ada
29

hubungan antara jarak kelahiran dengan anemia memperkuat dari

penelitian tersebut dari Musripah (2010) bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan dari jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu

hamil.

5. Status Gizi Ibu

Salah satu cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok

masyarakat adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal

dengan antropometri. Beberapa macam antropometri yang telah

digunakan antara lain: berat badan (BB), panjang badan (PB), atau

tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LILA), lingkar kepala (LK),

lingkar dada (LD) dan lapisan lemak bawah kulit (LLB).

Menurut Depkes RI (2001), seorang ibu hamil akan melahirkan

bayi yang sehat bila tingkatkesehatan dan gizinya

berada pada kondisi yang baik. Dalam hal ini kelebihan atau

kekurangan zat gizi harus dihindari.

Cara penilaian status gizi ibu hamil antara lain dengan mengukur

lingkar lengan atas atau LILA.

1. Pengertian

Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko

kekurangan energi kronik (KEK) wanita uisa subur (WUS)

Pengukura LILA tidak dapat digunakan untuk memantau

perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LILA


30

digunakan karena pengukurannya sangat mudah dan dapat dilakukan

oleh siapa saja.

2. Tujuan

Salah satu tujuannya adalah mengetahui resiko KEK WUS baik

ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai

resiko melahirkan bayi berat badan rendah BBLR.

3. Ambang batas

Ambang batas LILA WUS dengan resiko KEK di Indonesia

adalah 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA artinya wanita

tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan emalhirkan

bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR mempunyai

resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan

perkembangan anak.

4. Cara pengukuran LILA

1. Tetapkan posis bahu dan siku

2. Letakan pita antara bahu dan siku

3. Tentukan titik tengah lengan

4. Leingkarkan pita LILA pada tengah lengan

5. Pita jangan terlalu ketat

6. Pita jangan terlalu longgar

7. Cara pembacaan skala yang benar


31

1. Membaca hasil pengkuran LILA

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA adalah

pengukuran dilakukan dibagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri

(kecuali orang kidal, kita ukur lengan kanan). Lengan harus dalam posisi

bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan titik tegang dan kencang.

Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut dan sudah dilipat-

lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata.

2. Tindak lanjut pengukuran LILA

Pengukuran LILA cukup representatif, dimana ukuran LILA erat

dengan IMT ibu hamil yaitu semakin tinggi LILA ibu diikuti pula dengan

semakin tinggi IMT ibu. Penggunaan LILA telah digunakan di banua negara

sedang berkembang termasuk indonesi (Hidayati, 2011). Berat badan

prahamil diindonesia, umumnya tidak diketahui sehingga LILA dijadikan

indikator status gizi kurang pada ibu hamil (Ariyani, 2012).

Hasil pengukuran LILA ada dua kemungkinan yaitu kurang dari 23,5

cm dan lebih atau sama dengan 23,5 cm. Bila kurang dari 23,5 berarti wanita

tersebut beresiko KEK (Suparisa, 2002).

Ukuran LILA dengan anemia bahwa LILA menggambarkan status

gizi ibu hamil dan untuk mengetahui resiko kurang energi kronis (KEK) atau

gizi kurang. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi,

karena itu kebutuhan energi dan gizi lainnya meningkat selama kehamilan

terutama peningkatan kebutuhan zat besi. Hal ini disebabkan volume darah
32

dalam tubuh akan meningkat sampai 35%. Ini ekuevalen dengan 450 mg zat

besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Jika kebutuhan zat gizi tidak

terpenuhi maka akan menyebabkan anemia dalam kehamilan.

Penelitian dari Kusumah tahun 2009 yang menyatakan bahwa status gizi

bisa dilihat dari hasil pengukuran LILA mempunyai hubungan yang

bermakna

5. Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2005) pengetahuan (knowledge) adalah hasil

pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui

indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan

sendirinya, pada waktu pengindraan sampai mengahasilkan pengetahuan

tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap

objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan

seseorang terhadap objek mempunyai intensitas tingkat yang berbeda-

beda.

1. Mengukur Tingkat pengetahuan

Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan

(Notoadmodjo, 2007), yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah

ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa


33

tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat

membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh

gigitan nyamuk aedes agepti dan sebagainya.

b. Memahami (comprehention)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,

tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui

tersebut. Misalnya, orang yang memahami cara pemberantasan

penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M

(mengubur, menutup, dan menuras), tetapi harus dapat menjelaskan

mengapa harus menutup, menguras dan sebagainya tempat-tempat

penampungan air tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunkan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain.

Misalnya, seseorang yang telah paham tentang proses pencernaan, ia

harus dapat membuat perencanaan program kesehatan ditempat ia

bekerja atau dimana saja. Orang yang telah paham metodelogi

penelitian, 9ia akan mudah membuat proposal penelitian dimana saja,

dan seterusnya.
34

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai

pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat

membedakan atau memisahkan, mengelompokan, membuat diagram

(bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat

membedakan antara nyamuk aedes agepti dengan nyamuk biasa,

dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan

sebaginya.

e. Sintesis (synteis)

Sintesis menunjukan kemampuan seseorang untuk merengkum

atau meletakan dalan suatu hubungan yang logis dan komponen-

komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan

formulasi-formulasi yang sudah ada. Misalnya, dapat membuat atau

meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang

telah dibaca atau didengar, dapat membuat kesimpulan tentang

artikel yang telah dibaca.


35

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek

tertentu.penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku

dimasyarakat.

Misalnya seorang dapat menilai atau menentukan seorang anak

menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut

keluarga berencana, dan sebagainya.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil

dari tahu (know), pengetahuan terjadi setelah individu melakukan

pengindraan pada suatu objek. Sikap dan tindakan seseorang sangat

ditentukan oleh pengetahuan yang dimilikinya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mendrofa (2003),

menunjukan hasil 95% ibu hamil yang berpengetahuan tentang

anemia buruk, menderita anemia dan hanya 60,3% ibu hamil yang

berpengetahuan tentang anemia baik yang menderita anemia. Sejalan

dengan penelitian Marwan (2006) bahwa terdapat hubungan antara

pengetahuan tentang anemia gizi dan tablet tambah darah dengan

kejadian anemia pada ibu hamil.


36

6. Budaya

Permasalahan yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan

adalah masalah gizi. Permasalahan gizi pada ibu hamil di Indonesia

tidak terlepas dari faktor budaya setempat. Hal ini disebabkan karena

adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap

beberapa makanan. Kepercayaan bahwa ibu hamil dan post partum

pantang mengkonsumsi makanan tertentu menyebabkan kondisi ibu

post partum kehilangan zat gizi yang berkualitas. Sementara, kegiatan

mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-

pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat

dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif

terhadap kesehatan ibu dan janin.

Kemiskinan masyarakat akan berdampak pada penurunan

pengetahuan dan informasi, dengan kondisi ini keluarga, khususnya

ibu akan mengalami resiko kekurangan gizi, menderita anemia dan

akan melahirkan bayi berat badan lahir rendah. Tidak heran kalau

anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di

daerah pedesaan (Peter, 2008).

7. Faktor Pelayanan Kesehatan

a. ANC

Menurut Kemenkes tahun 2015 Pelayanan kesehatan ibu hamil

diwujudkan melalui pemberian pelayanan antenatal sekurang-kurangnya


37

empat kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal

satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali

pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan dua kali pada

trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan). Standar

waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan

terhadap ibu hamil dan atau janin berupa deteksi dini faktor

risiko, pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan.

Pelayanan antenatal yang dilakukan diupayakan memenuhi standar

kualitas, yaitu:

1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan;

2. Pengukuran tekanan darah;

3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA);

4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);

5. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus

toksoid sesuai status imunisasi;

6. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama

kehamilan;

7. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);

8. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan

konseling, termasuk keluarga berencana);

9. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin

darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan


38

darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya); dan

10. Tatalaksana kasus.

Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai

dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4. Cakupan

K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan

antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan dibandingkan

jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun

waktu satu tahun. Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu

hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan

standar paling sedikit empat kali sesuai jadwal yang dianjurkan

dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja

pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut

memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil

dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan

kehamilannya ke tenaga kesehatan.

Hasil analisis dari Handayani (2012) menunjukan bahwa

terdapat perbedaan proporsi anemia pada ibu hamil dengan

ANC lebih dari 4 kali dengan yang memeriksakan kurang dari 4

kali, di perkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Marwan

(2006) di Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Kepahiang Provinsi

Bengkulu yang mendapatkan hubungan yang signifikan antara

kunjungan ANC dengan kejadian anemia pada Ibu hamil.


39

b. Kecukupan Mengkonsumsi Tablet Fe

Pemberian zat besi pada ibu hamil merupakan salah satu syarat

pelayanan kesehatan K4 pada ibu hamil. Dimana jumlah

suplemen zat besi yang diberikan selama kehamilan ialah sebanyak

90 tablet (Fe3). Zat besi merupakan mineral yang dibutuhkan

tubuh untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin). Selain

digunakan untuk pembentukan sel darah merah, zat besi juga berperan

sebagai salah satu komponen dalam membentuk mioglobin (protein

yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein yang terdapat pada

tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim. Zat besi juga

berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh.

Ibu hamil, zat besi memiliki peranan yang cukup penting untuk

pertumbuhan janin. Selama hamil, asupan zat besi harus ditambah

mengingat selama kehamilan, volume darah pada tubuh ibu meningkat.

Sehingga, untuk dapat tetap memenuhi kebutuhan ibu dan menyuplai

makanan serta oksigen pada janin melalui plasenta, dibutuhkan asupan zat

besi yang lebih banyak. Asupan zat besi yang diberikan oleh ibu hamil

kepada janinnya melalui plasenta akan digunakan janin untuk kebutuhan

tumbuh kembangnya, termasuk untuk perkembangan otaknya, sekaligus

menyimpannya dalam hati sebagai cadangan hingga bayi berusia 6 bulan.

Selain itu, zat besi juga membantu dalam mempercepat proses

penyembuhan luka khususnya luka yang timbul dalam proses persalinan.


40

Untuk itu pemberian suplemen Fe disesuaikan dengan usia

kehamilan atau kebutuhan zat besi tiap semester, yaitu sebagai berikut :

1. Trimester I : kebutuhan zat besi ±1 mg/hari, (kehilangan basal 0,8

mg/hari) ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah

merah.

2. Trimester II : kebutuhan zat besi ±5 mg/hari, (kehilangan basal

0,8 mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan

conceptus 115 mg.

3. Trimester III : kebutuhan zat besi 5 mg/hari,) ditambah kebutuhan

sel darah merah 150 mg dan conceptus 223 mg.

Kekurangan zat besi sejak sebelum kehamilan bila tidak diatasi

dapat mengakibatkan ibu hamil menderita anemia. Kondisi ini dapat

meningkatkan risiko kematian pada saat melahirkan, melahirkan bayi

dengan berat badan lahir rendah, janin dan ibu mudah terkena infeksi,

keguguran, dan meningkatkan risiko bayi lahir prematur.

Secara nasional cakupan ibu hamil mendapat tablet Fe tahun 2014

sebesar 85,1%, data tersebut belum mencapai target program tahun

2014 sebesar 95%. Provinsi di Indonesia pada tahun 2014 dengan

cakupan Fe3 tertinggi terdapat di Provinsi Bali (95%),

DKI Jakarta (94,8%), dan Jawa Tengah (92,5%). Sedangkan cakupan

terendah terdapat di Provinsi Papua Barat (38,3%), Papua (49,1%), dan

Banten (61,4%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).


41

Hasil penelitian dari Madiyanti (2012) menunjukan bahwa ibu

hamil yang patuh dalam mengkonsumsi tablet besi mempunya resiko

rendah mengalami anemia kehamilan sedangkan ibu yang tidak patuh

mengkonsumsi tablet besi beresiko mengalami anemia kehamilan,

diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Salmariantity (2012)

bahwa terdapat hubungan bermakna antara kepatuhan megkonsumsi

tablet besi dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

9. Perubahan Fisiologis Maternal

Pada akhir trimester pertama, uterus menempati sebgaian besar

rongga pelvis. Menjelang akhir usia kehamilan cukup bulan, uterus mengisi

hampir semua rongga abdomen. Berat uterus meningkat dari sekitar 50 gr

sampai kurang lebih 1100 gram. Peningkatan ini menyebabkan visera ibu

tergeser, hati, usus, lambung bergeser kearah atas. Pada trimester ketiga

kehamilan lambung tak terelakan tergeser kesuatu posisi horizontal dan

kemampuannya untuk diisi sangat terbatas. Tekanan pada lambung dapat

mendorong isi makanan bergerak keatas dan masuk kedalam esofagus

sehingga menimbulkan gejala umum berupa nyeri ulu hati. Rongga pelvis

juga mengalami tekanan langsung pada organ viseranya, disertai kompresi

ureter dan kandung kemih. Ukuran payudara juga meningkat sampai sekitar

dua kali. Pada saat yang sama, vagina membesar dan intritus terbuka lebih

lebar (Handerson, 2006).


42

Semua hal diatas dapat dianggap perubahan anatomi, tetapi terdapat juga

perubahan fisiologis. Perubahan-perubahan ini meliputi peningkatan berat

badan yang disebabkan oleh janin, cairan amnion, plasenta, pembersaran

uterus dan peningkatan air tubuh total. Berbagai hormon yang

konsentrasinya meningkat secara substansial dapat menimbulkan perubahan

mencolok pada penampilan ibu, yang kadang-kadang menyebabkan

timbulnya edema, akne dan berbagai pigmentasi kulit.

a. Homeostasis Volume

Homeostasis volume adalah “penyesuaian volume darah secara

kontinu terhadap perubahan ukuran permukaan pembuluh darah sehingga

setiap waktu tersedia aliran darah yang penuh dan adekuat untuk dialirkan

keventrikel kiri (Gauer Dan Henry, 1976). Mencapai sasaran ini dalam

kehamilan normal agak sulit karena banyaknya faktor yang sangat cepat

berubah yang memengaruhi permukaan pembuluh darah dan volume darah.

Kehamilan normal ditandai oleh dilatasi vena dan arteri serta meningkatnya

kebutuhan untuk akumulasi volume dalam jaringan plasenta dan janin. Oleh

karena itu, mekanisme homeostasis volume harus disesuaikan berkalikali

disepanjang masa kehamilan.

Volume cairan ekstraseluler (CES) terutama bergantung pada

kandungan natrium dan, dengan demikian, pengaturan ekkresi natrium

ginjal sangat penting untuk dipertahankan. Perubahan volume CES

dirasakan oleh reseptor regangan pada baroreseptor arteri dan atrium.


43

Ditemukan bahwa pegarangan dinding atrium menstimulasi sekresi hormon

peptida yang disebut Peptida Natriuretik Atrium (Atrial Natriuretik Peptida,

ANP), peptida ini bekerja pada otot polos pembuluh darahh, khususnya

pada pembuluh darah yang lebih dulu dikontraksi oleh angiotensin II,

sehingga peptida berfungsi sebagai vasodilator dalam masa kehamilan.oleh

karena itu dapat dikatakan bahwa peningkatan volume darah menstimulasi

pelepasan ANP dan peningkatan konsentrasi ANP adalah salah satu faktor

yang bertanggung jawab untuk vasodilatasi perifer dan penurunan

sensitivitas terhadap angiotensin II. Perubahan konsentrasi solut dirasakan

oleh osmoreseptor dihipotalamus. Dalam masa kehamilan, yang bukan

meru[pakan suatu keadaan yang tetap, terdapat peningkatan berat progresif

sebesar 6-8 kg, yang mencerminkan peningkatan volume CES , baik

peningkatan volume plasma maupun volume cairan interstisial.

Terdapat peningkatan volume sel darah merah total selama kehamilan,

tetapi volume plasma secara proporsional lebih tinggi.ukuran dan

kandungan hemoglobin sel memperlihatkan sedikit perubahan sehingga

konsentrasi hemoglobin dan hematokrit menurun sebanding dengan hitung

sel darah merah.

Kebanyakan orang memperkirakan peningkatan volume darah selama

masa kehamilan berjumlah antara 1-2 liter dengan nilai peningkatan rata-

rata 1100 ml atau 42% lebih tinggi dari pada volume darah pada saat tidak

hamil. Volume sel darah merah juga meningkat sekitar 24%, atau 350 ml.
44

Sekali lagi, ini hanya merupakan nilai rata-rata tentu saja bervariasi,

bergantung pada literatur apa yang digunakan. Basic Principles And

Practice menyatakan bahwa volume darah calon ibu terdiri dari peningkatan

volume plasma (40-60%) yang kurang lebih dua kali peningkatan stimulasi

sel darah merah (Williams Md, 2007)

b. Hemoglobin

Ibu tidak hamil yang sehat, konsentrasi hemoglobin rata-tara adalah

13,7 -14 gram/100 ml. Pada tiga bulan [pertama kehamilan, konsentrasi

hemoglobin menurun sekitar 0,5 gram/100 ml.konsentrasi minimum dicapai

pada sekitar minggu ke30 sampai ke-32.

Perubahan 65% zat besi didalam tubuh terdapat dalam bentuk

hemoglobin. Sisa zat besi yang disimpan didalam tubuh dibagi menjadi

ferritin dan haemosiderin (merupakan 30% zat besi tubuh), mioglobin

(3,5%), enzim hem (0,5%), dan zat besi yang terikat transfesin yakni 0,1%.

Perubahan fisiologis didalam kompartemen zat besi selama masa

kehamilan menyerupai perubahan dalam defisiensi zat besi. Ferritin dan zat

besi menurun akibat tuntutan peningkatan massa sel darah merah dan

kebutuhan pertumbuhan janin. Transferin meningkat, kemungkinan akibat

stimulasi estrogen. Wanita tidak hamil memiliki sekitar 2,6 gram zat besi,

1,7 gram (65%) diantaranya terkandung dalam hemoglobin.

Kehilangan zat besi rata-rata setiap hari pada wanita yang sedang

menstruasi adalah sekitar 2 mg. Selama masa kehamilan, kehilangan atau


45

kebutuhan ini meningkat sampai 3-4 mg/hari akibat tututan janin. Suplai

diet zat besi arat-rata pada orang barat adalah 15-20 mg, 5-30%-nya

diabsorpsi. Asupan dan absorpsi diet zat besi yang biasa dikonsumsi tidak

memenuhi kebutuhan harian dalam masa kehamailan. Oleh karena itu,

biasanya harus ditambah dengan mengkonsumsi medikasi oral.

Janin membutuhkan zat besi untuk mensisntesis hemoglobin janin

sehingga 1 gram zat besi tambahan dibutuhkan selama masa kehamilan. Hal

ini menyebabkan cadangan zat besi ibu menurun. Ukuran jantung dapat

membesar kerena peningkatan beban kerja. Jantung dapat bergeser keatas

dan kearah kiri. Hasil kerja jantung meningkat 5-7 l/g. Volume darah

semakin meningkat, jumlah plasma lebih besar dari jumlah sel darah merah

sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi), puncaknya terjadi pada

kehamilan 32 mg. Hemodilusi disertai dengan anemia fiologis (Handerson,

2006).

c. Tekanan Darah

Peningkatan hormon progresteron yang mengakibatkan relaksasi otot

polos menyebabkan penurunan tekanan vaskuler perifer selama kehamilan

sehingga terjadi penurunan tekanan darah:

Sistolik menurun 5-19 mmHg

Dastolik 10-15 mmHg

Setelah 24 minggu TD akan sedikit demi sedikit naik kembali seperti TD

sebelum hamil. Pada posisi telentang, uterus yang membesar menekan vena
46

kava inferior, mengurangi aliran balik vena kejantung sehingga terjadi

supine hypotensi syndrome dan mengalami penurunan tekanan darah serta

gejala-gejala seperti pusing, mual dan rasa akan pingsan (Handerson, 2006).

d. Metabolisme Zat Besi

Suplement zat besi selama kehamilan digunakan untuk mencegah

kekurangan zat besi pada ibu. Kebutuhan zat besi janin paling besar pada

usia 4 minggu kehamilan. Teh, kopi dan kacang-kacangan mengurangi

penyerapan zat besi, sementara buah-buahan, sayur-sayuran dan vitamin C

dapat meningkatkan penyerapan.

Zat besi diserap dari usus dua belas jari dari makanan yang

mengandung zat besi seperti daging, hati, telur, sayuran berdaun hijau.
47

10. Kerangka Teori

Bagan 1.1 kerangka teori

Faktor internal Faktor Eksternal


 Umur  Tingkat pendidikan
 Usia kehamilan rendah kurang
pengetahuan
 gravida
 Ekonomi rendah
 Jarak kehamilan  Kunjungan yankes
 status gizi (LILA (ANC)
≥23,5 cm)  Kepatuhan
mengkonsumsi
tablet Fe 90 buah.
 kepercayaan

Kebutuhan besi
Secara fisiologis meningkat
Asupan besi kurang
Terjadi hemodilusi
atau peningkatan
volume darah tetapi
Penurunan
tidak diimbangi
dengan sel darah konsentrasi Hb
merah <11 gr%
Jenis anemia kehamilan

 Anemia defisiensi
Anemia pada besi
Dampak buruk
ibu hamil  Anemia
defisisensi folat
 Anemia aplastik
Bagi janin  Anemia penyakit
Bagi ibu
sel sabit

Bagan 1.1 Modifikasi faktor penyebab anemia kehamilan UNICEF, Depkes,

Manuaba (2007), Arisman (2010)


BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. KERANGKA KONSEP

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Variabel bebas (dependen): anemia pada kehamilan

2. Variabel terkait (independen): status gizi (LILA), pengetahuan, budaya,

Kunjungan Antenatal care (ANC), Konsumsi tablet Fe.

Bagan 1.2 Kerangka Konsep

 Status gizi (LILA)


 Pengetahuan
Anemia
 Budaya
kehamilan
 Kunjungan
Antenatal care
(ANC)
 Konsumsi tablet Fe

48
49

B. DEFINISI OPERASIONAL Tabel 1.3 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

1. Usia ibu Usia responden yang diukur Wawancara Kuesioner O = umur < 20 tahun Ordinal
sejak dilahirkan sampai saat 1 = umur 20-35 tahun

wawancara 2= umur > 35 tahun

2. Usia Usia kehamilan dihitung dari Wawancara Kuesioner 0. Trimester I Nominal


kehamilan HPHT 1. Trimester II

2. Trimester III

3. Anemia rendahnya hitung sel darah Pemeriksaan Prosedur 1. Tidak anemia Ordinal
merah dan kadar hemoglobin Hb darah pemeriksaan Hb apabila Hb ≥11

dan hematokrit dibawah normal kapiler g/dl

0 anemia apabila

Hb <11 g/dl

4. Status gizi Hasil pengukuran lingkar lengan Mengukur Pita ukur LILA 1= tidak beresiko Ordinal
ibu diukur atas ibu hamil dengan bagian KEK (≥23,5)

dengan menggunakan pita ukur. Apabila tengah 0 = berisiko KEK


50

mengukur ukuran LILA diatas atau sama (antara bahu (<23,5)

Lingkar dengan 23,5 cm, maka tidak dan siku)

Lengan beresiko. Namun bila ukuran lengan kiri

atas LILA kurang dari ambang batas yang

(LILA) 23,5 berarti wanita tersebut tergantung

beresiko menderita anemia. bebas

5. Pengetah Kemampuan ibu hamil Wawancara Kuesioner Ordinal


an ibu menjawab pertanyaan tentang 1 = baik

hamil anemia mulai dari penyebab, 0 = kurang

tentang tanda, akibat, dan cara

anemia mengatasi anemia berdasarkan

skoring.

6. Suplement Keseluruhan suplementasi Fe Wawancara Kuosioner 1 = terpenuhi Ordinal


asi tablet yang dikonsumsi ibu semala 0= tidak terpenuhi

Fe hamil.

Pada masa kehmailan, minimal

90 tablet besi harus dikonsumsi

ibu untuk mencegah anemia. Ibu


51

yang mengkonsumsi ≥ 90 tablet

tidak berisiko anemia, namun

ibu yang mengkonsumsi <90

tablet atau tidak pernah sama

sekali beresiko menderita

anemia.

7. Frekuensi Banyaknya kunjungan ibu hamil Wawancara Kuesioner 1 = sesuai Ordinal


asuhan melakukan perawatan antenatal. 0 = tidak sesuai

antenatal Asuhan antenatal merupakn

upaya preventif program

pelayanan kesehatan obstetrik

untuk optimalisasi kesehatan ibu

dan janin melalui serangkaian

kegiatan pemantauan kesehatan

rutin selama kehamilan.

Banyaknya kunjungan antenatal

yang dilakukan oleh ibu hamil

adalah minimal 4 kali selama


52

kehamilan.

8. Budaya Mitos tentang pentangan Wawancara Kuesioner 0 = ada pantangan Nominal


mengkonsumsi makanan ( telur, 1= tidak ada

ikan daging ) ibu selama hamil pantangan


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan

rancangan analisis deskriptif dengan pendekatan cross sectional penelitian

deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memaparkan variabel

penelitian secara deskriptif tanpa melakukan analisa hubungan antar variabel

yang diteliti (Dharma, 2011). Cross-sectional merupakan studi analitik dengan

melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu)

antara faktor risiko/ paparan dengan penyakit (Hidayat, 2008). Metode ini

digunakan untuk mengetahui gambaran presentasi anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan tahun 2017.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dipoli KIA Puskesmas Kecamatan Ciputat

Tangerang selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april sampai mei

tahun 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Sugiyono, 2012).

53
54

Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester I, II dan III yang

berada di Wilayah Puskesmas Ciputat.

Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yang

melakukan kunjungan antenatal di Puskesmas Ciputat, Tangerang Selatan

tahun 2017. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan insidental sampling yaitu, siapa saja yang secara kebetulan

bertemu dengan peneliti dapat digunakan menjadi sampel, bila dipandang

orang yang memenuhi kriteria inklusi (Setiadi, 2013).

Rumus perhitungan besar sampel penelitian yang digunakan oleh peneliti yakni

rumus slovin:

N=

n = 87/87 (0,052)+1

=87/1.2175

=71,457

=71 orang

Ditambahkan 10% sehingga sampel menjadi 78

2. Kriteria sampel

Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :


55

A. Kriteria inklusi

1. Ibu hamil pada trimester I, II dan III yang berkunjung kepuskesmas

ciputat untuk memeriksakan kehamilannya pada bulan maret sampai

april dapat berkomunikasi lancar dan bersedia ikut dalam penelitian

B. Kriteria eksklusi

1. Ibu hamil yang mengalami keluhan berupa nyeri/mulas (tanda-tanda

akan melahirkan)

2. Ibu hamil yang mengalami kelainan pada kehamilan (dekompensasi

kordis, hamil anggur, IUFD)

3. Ibu hamil yang sedang mengalami perdarahan

4. Ibu hamil yang mengalami kerjang.

5. Ibu hamil yang mengalami masalah seperti Preeklamsia

D. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian berupa kuesioner, pengukuran LILA dan

pemeriksaan kadar Hb dengan menggunakan sian-methemoglobin untuk

mengukur kadar Hb.

1. Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk wawancara dengan responden tentang

pengetahuan ibu, budaya selama hamil, frekuensi ANC, konsumsi

suplementasi Fe, untuk mengukur pengetahuan ibu hamil tentang anemia,

hendaknya memperhatikan aspek validitas dan reabilitas alat ukur.


56

a. Pengetahuan ibu hamil tentang anemia

Variabel pengetahuan didapat dari kemampuan ibu hamil memilih

jawaban yang benar tentang pertanyaan tentang anemia, mulai dari

istilah anemia, penyebab anemia, tanda dan gejala anemia, bahaya

anemia pada janin, dan cara untuk mengatasinya.

b. Budaya

Variabel budaya didapat dari jawaban ibu tentang pantangan makanan

yang mengandung zat gizi tinggi seperti telur, ayam dan daging selama

hamil yang dapat merugikan ibu dan janin.

c. Suplementasi Tablet Fe

Suplementasi tablet Fe didefinisikan sebagai jumlah tablet Fe yang

dikonsumsi ibu selama hamil. Didapat dengan menanyakan jumlah

tablet Fe yang diminum ibu selama hamil sesuai dengan usia

kehamilan. Suplementasi Fe diberikan bagi ibu hamil untuk memenuhi

kebutuhan zat besi selama kehamilan. Pada masa kehamilan, minimal

90 tablet besi harus dikonsumsi ibu untuk mencegah anemia. Ibu yang

mengkonsumsi >90 tablet tidak beresiko anemia, namun ibu yang

mengkonsumsi <90 tablet atau tidak sama sekali beresiko menderita

anemia. Hasil ukur variabel konsumsi tablet Fe di kategorikan menjadi

2 yaitu (1) terpenuhi , dan (0) tidak terpenuhi.


57

d. Frekuensi ANC

Asuhan antenatal merupakan upaya preventif program

pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi kesehatan ibu dan

janin melalui serangkaian kegiatan pemantauan kesehatan rutin selama

kehamilan. Frekuensi asuhan antenatal yang dianjurkan adalah minimal

4 kali selama kehamilan. Oleh karena itu, apabila asuhan antenatal >

dari 4 kali maka tidak beresiko, namun bila hanya 1-3 kali dianggap

beresiko menderita anemia. Hasil ukur variabel frekuensi ANC

dikategorikan menjadi 2 yaitu: (1) sesuai standar (≥4 kali), dan (0) tidak

sesuai standar (<4 kali)

e. Pengukuran Status Gizi (LILA)

Variabel LILA diperoleh dari hamil pengukuran LILA ibu hamil

dengan menggunakan pita ukur. Bagian yang ukur adalah pertengahan

lengan sebelah kiri.

f. Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan kadar Hb diperoleh melalui pemeriksaan Hb melalui darah

kapiler.

E. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Diperoleh

melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, dan pengukuran Hb dari

ibu hamil pengunjung asuhan antenatal di Puskesmas Ciputat yang memenuhi


58

kriteria untuk menjadi responden. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti

dibantu oleh petugas puskesmas.

a. Uji Validitas Dan Reabilitas Instrumen

Salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Untuk mendapatkan data yang valid dan reabel maka kuesioner tersebut harus

diuji validitas dan reabilitas. Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian,

terlebih dahulu kuesioner dilakukan uji validitas dengan rumus Pearson Product

Moment dan dicari realiabilitas dengan menggunakan metode Alpha Cronbach.

Variabel adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan

pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner

tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa item pertanyaan yang dapat secara

tepat mengungkapkan variabel yang dukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan

menghitung korelasi antara masing-masing skor item pertanyaan dari tiap

variabel dengan total skor variabel tersebut. Uji validitas menggunakan korelasi

Product Moment dari pearson. Suatu instrumen dikatakan valid atau sahih

apabila korelasi tiap butiran memiliki nilai positif dan nilai t hitung > t tabel

(Hidayat, 2007).

Dalam penelitian ini uji instrumen telah dilakukan pada 30 responden

ditempat yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden yang telah

dilakukan penelitian. Kuesioner dikatakan valid jika r hitung lebih besar dari

tabel r 0,361 (Sugiyono, 2017).


59

Tabel 1.4

Uraian Hasil Uji Validitas Dan Realiabilitas

Pernyataan r tabel hasil Uji valid atau tidak valid

PERYATAAN PENGETAHUAN

P1 (0,361) ,732 valid

P2 (0,361) ,754 valid

P3 (0,361) ,754 valid

P4 (0,361) ,912 valid

P5 (0,361) ,624 valid

P6 (0,361) ,459 valid

P7 (0,361) ,733 valid

P8 (0,361) ,747 valid

P9 (0,361) ,635 valid

P10 (0,361) ,764 valid

P11 (0,361) ,533 valid

P12 (0,361) ,579 valid

P13 (0,361) ,747 valid

KUESIONER BUDAYA

Bud1 (0,361) ,684 valid

Bud3 (0,361) ,787 valid

F. Metode Pengambilan Data

1. Sumber data

Data primer diperoleh langsung dari data yang terdapat dipuskesmas

sedangkan kuesioner ditanyakan kepada responden. Responden diminta


60

untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti tidak dapat

diwakilkan.

2. Prosedur pengambilan data

Proses dalam pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa tahap,

yaitu:

a. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, maka dilanjutkan

dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian dari Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Menyerahkan surat permohonan izin penelitian kepada pihak puskesmas.

c. Menjelaskan manfaat dan tujuan penelitian kepada calon responden.

d. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditanda

tangani oleh calon responden apabila setuju menjadi subjek penelitian.

e. Ibu hamil melakukan pemeriksaan darah dilaboratorium untuk

mendapatkan hasil kadar Hemoglobin (Hb)

f. Mewawancarai ibu hamil dengan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat

didalam kuesioner.

g. Mengolah data dan menganalisa data sesuai uji statistik yang telah

ditetapkan peneliti.
61

G. Pengeloaan data

Tahap pengolahan data pada peneltian ini yaitu (Setiadi, 2013):

a. Memeriksa (Editting)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

b. Memeriksa tanda kode (Coding)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat

penting bila pengolahan dan analisis data mengguna komputer. Peneliti

memberikan kode sesuai dengan kategorik yang ditentukan.

c. Entri Data

Data entri adalah kegiatan memastikan data yang telah dikumpulkan ke

dalam master table atau dataase computer, kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana atau juga bisa dengan membuat tabel kontigensi.

d. Cleaning Data

Ccleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah

dimasukkan ke dalam tabel atau database computer agar terlihat ada atau

tidaknya kesalahan. Mungkin dapat terjadi kesalahan pada saat

memasukkan data, maka dari itu peneliti melihat kembali missing yang

berada di hasil oleh data spss.


62

e. Mengeluarkan informasi

Hasil dari pengolahan data disesuaikan dengan tujuan penelitian yang

dilakukan.

H. Analisa Data

Tujuan dilakukan analisa data adalah untuk mengolah data dalam entuk yang

lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, serta untuk menguji secara statistik

kebenaran hipotesis yang telah ditetapkan (Sumantri, 2011).

1. Analisis Deskriptif

Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan/mendiskripsikan

karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Bentuknya tergantung dari

jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean (rata-rata), median,

standard deviasi dan inter kuartil range, minimal maksimal.

Analisis univariat pada penelitian ini meliputi : pengukurang kadar hemoglobin,

dan faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil di Puskesmas

Kecamatan Ciputat.

I. Etika Penelitian

Etika penelitian keperawatan merupakan aspek yang sangat penting dalam

penelitian, karena dalam sebuah penelitian keperawatan hampir 90% subjek

yang dipergunakan adalah manusia, maka dari itu peneliti harus memahami

prinsip-prinsip etika penelitian. Secara umum prinsip etika dalam


63

penelitian/pengumpulan data dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu

(Nursalam, 2014):

1. Prinsip manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada

subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

b. Bebas dari eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan yang

tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya

dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak akan

dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk

apapun.

c. Risiko (benefit ratio)

Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungannya

yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak

memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak,

tanpa adanya sangsi apa pun atau akan berakibat kesembuhannya, jika

mereka seorang klien.


64

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to

full disclosure)

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta

bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.

c. Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed concent

juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan

dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

3. Prinsip keadilan (right to justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treathment)

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah

keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila

ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiannya (right to priacy)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus

dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia

(confidentia)
65

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Analisis Univariat

Tabel 2.1

Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Ibu Hamil Di Puskesmas Kecamatan

Ciputat Tahun 2017

Anemia Jumlah Pesentase (%)

Iya 45 56,3%

Tidak 35 43,8%

Total 80 100%

Berdasarkan tabel 1.1 Dari 80 Puluh Ibu Hamil Yang Datang Memeriksa

Kehamilan Didapatkan Hasil Ukur Ststus Anemianya Terdapat 45 (56,3%) Ibu

Mengalami Anemia Dan 35 (43,3%) Orang Tidak Mengalami Anemia.

65
66

Tabel 2.2

Distribusi Frekuensi usia Ibu Hamil Di Puskesmas Kecamatan Ciputat Tahun

2017

Usia Jumlah Pesentase (%)

<20 tahun 16 20,0 %

20-35 Tahun 60 75,0%

>35 4 5,0%

Total 80 100%

Berdasarkan Tabel 2.2 Dari 80 Puluh Ibu Hamil Yang Datang Memeriksa

Kehamilan Didapatkan 16 ibu hamil yang berumur dibawah 20 tahun yaitu sebanyak

20,0%, ibu hamil yang berusia 20-35 tahun sebanyak 75,0%, dan ibu yang usia lebih

dari 35 yaitu 5,0%.

Tabel 2.3

Distribusi Frekuensi usia Kehamilan Di Puskesmas Kecamatan Ciputat Tahun

2017

Usia Jumlah Pesentase (%)

Trimester I 21 26,3 %

Trimester II 33 41,3%

Trimester III 26 32,5%

Total 80 100%

66
67

Berdasarkan data pada tabel diatas didapatkan bahwa 21 (26,3%) ibu hamil

berada di usia trimester I, ibu yang berada diusia kehamilan trimester II yaitu

sebanyak 22 (41,3%), dan ibu yang berada ditrimester III yaitu 26 (32,5%).

Tabel 2.4

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Anemia Ibu Hamil Di Puskesmas Kecamatan

Ciputat Tahun 2017

Pengetahuan Ibu Jumlah Pesentase (%)

Baik 41 48,8 %

Kurang 39 51,3 %

Total 80 100%

Berdasarkan Tabel 2.4 Ibu Yang Memiliki Pengetahuan Baik Tentang Anemia,

Penyebab, Tanda Dan Gejala Serta Pencegahannya Ada 41 Ibu (48,8%) Sedangkan

Ibu Yang Memiliki Pengetahuan Cukup Ada 39 (48,8%).

Tabel 2.5

Distribusi Frekuensi Menurut Status Gizi Ibu Hamil Di Puskesmas Kecamatan

Ciputat Tahun 2017

Status Gizi Jumlah Pesentase (%)

Kurang (LILA<23,5) KEK 30 37,5 %

Cukup (LILA ≥23,5) NonKEK 50 62,5%

Total 80 100%

67
68

Berdasarkan Tabel 2.5 ibu hamil yang memiliki status gizi kurang yaitu 30 orang

(37,5%) sedangkan yang memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 50 orang (62,5%).

Tabel 2.6

Distribusi Frekuensi Menurut Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Fe Ibu Hamil

Di Puskesmas Kecamatan Ciputat Tahun 2017

Konsumsi tablet Fe Jumlah Pesentase (%)

Tidak Terpenuhi ( < 90 tablet) 48 60 %

terpenuhi ( ≥ 90 tablet) 32 40 %

Total 80 100%

Berdasarkan data pada tabel 2.6 menunjukan ibu hamil yang mengkonsumsi

tablet Fe lengkap yaitu 32 orang (40 %) sedangkan yang mengkonsumsi tablet Fe

tidak lengkap yaitu sebanyak 48 orang (60 %).

Tabel 2.7

Distribusi Frekuensi Menurut Budaya Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas

Kecamatan Ciputat Tahun 2017

Budaya Jumlah Pesentase (%)

Ada pantangan 2 2.5 %

Tidak ada pantangan 78 87,5 %

Total 80 100%

68
69

Berdasarkan Pada tabel 2.7 ibu hamil yang memiliki pantangan terhadap

makanan yaitu 2 orang (2.5 %) sedangkan tidak ada pantangan yaitu sebanyak 78

orang (97,5 %).

Tabel 2.8

Distribusi Frekuensi Menurut Antenatal Care Ibu Hamil Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kecamatan Ciputat Tahun 2017

Frekuensi ANC Jumlah Pesentase (%)

Sesuai 48 60 %

Tidak Sesuai 32 40 %

Total 80 100%

Berdasarkan Tabel 2.8 ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC yaitu 48 orang

(60 %) sedangkan ibu yang tidak lengkap melakukan kunjungan ANC yaitu yaitu

sebanyak 32 orang (40 %).

69
70

Tabel 3.1

Distribusi Responden Menurut Status Anemia Pada Ibu Hamil Dengan

Pengetahuan Ibu

Status anemia

Pengetahuan Ya
Tidak
n % n % Total

Baik 12 17,9 16 21,9 28

Kurang 23 17,1 29 23,1 52

Total 35 43,8 45 45 80

Hasil analisis antara pengetahuan ibu dengan status anemia pada ibu hamil

diperoleh bahwa sebanyak 16 (21,9 %) yang memiliki pengetahuan baik

mengalami anemia, sedangkan pada ibu yang memiliki pengetahuan kurang

sebanyak 29 (23,1 %) yang mengalami anemia.

70
71

Tabel 3.2

Distribusi Responden Menurut Status Anemia Pada Ibu Hamil Dengan

Usia Ibu

Status anemia

Usia ibu
Tidak Ya
N % N % Total
< 20 tahun 3 8,6 13 28,9 16

≥ 20-35 tahun 29 82,9 31 68,9 60

35 tahun 3 8,6 1 2,2 4

Total 35 100 45 100 80

Hasil analisis pada tabel 3.2 didapatkan bahwa ibu hamil yang mengalami

anemia terbanyak adalah pada usia ≥ 20-35 tahun yaitu sebanyak 31 (68,9%),

sedangkan pada ibu hamil yang tidak mengalami anemia pada usia tersebut

sebanyak 29 (82,9%), ibu hamil yang berusia <20 tahun yang mengalami

anemia sebanyak 13 (28,9%) sedangkan yang tidak yaitu 3 (8,6),

71
72

Tabel 3.3

Distribusi Responden Menurut Status Anemia Pada Ibu Hamil Dengan

Usia kehamilan

Status anemia

Usia kehamilan
Tidak Ya
N % N % Total
Trimester I 11 31,4 10 22,2 21

Trimester II 6 17,1 27 60,0 33

Trimester III 18 51,4 8 30,8 26

Total 35 100 45 100 80

Hasil analisis tabel 3.3 didapatkan ibu hamil yang mengalami anemia

terbanyak adalah pada usia kehamilan semester II yaitu sebanyak 27 (60,0),

sedangkan usia kehamilan yang mengalami anemia terendah pada trimester III

yaitu sebanyak 8 orang ibu (30,8%).

72
73

Tabel 3.4

Distribusi Responden Menurut Status Anemia Pada Ibu Hamil Dengan

Status Gizi (LILA) Ibu Hamil

Status anemia

Status gizi
Tidak Ya
N % N % Total
Cukup 13 13,1 37 28,1 30

Kurang 22 21,9 8 16,9 40

Total 35 35 45 45 80

Hasil analisis antara status gizi ibu dengan status anemia pada ibu hamil

diperoleh bahwa sebanyak 8 (16,9 %) yang memiliki status gizi kurang

mengalami anemia, sedangkan pada ibu yang memiliki status gizi cukup

sebanyak 37 (28,1%) yang mengalami anemia.

73
74

Tabel 3.5

Distribusi Responden Menurut Status Anemia Pada Ibu Hamil Dengan

Konsumsi Tablet Fe Ibu Hamil.

Konsumsi tablet Status anemia

Fe Tidak Ya

n % N % Total

Terpenuhi 8 14,0 24 18,0 30

Tidak Terpenuhi 27 21,0 21 27,0 40

Total 35 35 45 45 80

Hasil analisis antara konsumsi tablet Fe ibu dengan status anemia pada ibu hamil

diperoleh bahwa sebanyak 21 (27,0%) yang kurang patuh mengalami anemia,

sedangkan pada ibu yang patuh mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 24 (28,1%)

yang mengalami anemia.

74
75

Tabel 3.6

Distribusi Responden Menurut Status Anemia Pada Ibu Hamil Dengan

Budaya

Status anemia

Budaya Tidak Ya

n % n % Total

Tidak ada 35 43,8 41 53,9 76

pantangan

Ada 0 0,0 4 8,9 4

pantangan

Total 35 35 45 45 80

Hasil analisis antara pantangan ibu dengan status anemia pada ibu hamil

diperoleh bahwa sebanyak 43 (43,9 %) yang tidak memiliki pantangan

mengalami anemia, sedangkan pada ibu yang memiliki pantangan sebanyak 2

(1,1%) yang mengalami anemia.

75
76

Tabel 3.7

Distribusi Responden Menurut Status Anemia Pada Ibu Hamil Dengan

Kunjungan ANC

Status anemia

Kunjungan ANC Tidak Ya

n % n % Total

Sesuai stamdar 12 21,0 36 37,0 48

Tidak sesuai standar 23 4,0 9 18,0

Total 35 35% 45 45 80

Hasil analisis antara frekuensi ANC ibuhamil dengan status anemia pada ibu

hamil diperoleh bahwa sebanyak 9 (18,0 %) yang melakukan kunjungan

ANC kurang dari 4 kali mengalami anemia, sedangkan pada ibu yang

melakukan kunjungan ANC lebih dari 4 kali sebanyak 36 (37,0%) yang

mengalami anemia.

76
BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.

Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang dikaitkan dengan

teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasan penelitian akan

memaparkan keterbatasan yang terjadi selama penelitian.

1. Gambaran kadar hemoglobin (Hb) pada ibu hamil

Darah adalah suatu substansi cair yang terus menerus beredar yang

berfungsi menyediakan nutrisi, oksigen, dan pertukaran racun pada tubuh.

Darah sebagian besar terdiri atas cairan dengan berbagai sel dan protein

yang tersuspensi di dalamnya, sehingga darah "lebih kental" dari air

murni, Sekitar setengah dari volume darah terdiri dari sel darah merah,

yang membawa oksigen ke jaringan, sel darah putih untuk melawan

infeksi, dan trombosit adalah sel-sel kecil yang membantu penggumpalan

darah.. Hemoglobin (Hb) merupakan komponen utama sel darah merah

(RBC), berupa protein terkonjugasi yang berfungsi untuk transportasi

oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Anemia adalah suatu kondisi

ketika darah yang tidak memiliki sel darah merah sehat atau kadar

hemoglobin yang cukup (McPherson, 2011).

77
78

Hasil penelitian menunjukan bahwa ibu hamil yang mengalami

anemia yaitu 80 ibu hamil yang diperiksa darahnya mengalami anemia 45

(56,3%) sedangkan sisanya tidak mengalami anemia yaitu 35 (43,8%).

Tingginya kejadian anemia pada ibu hamil didukung oleh penelitian dari

madiyanti (2012) di Puskesmas Pringsewu Lampung yaitu sebanyak 64,3

% ibu mengalami anemia, selain itu penelitian dari rohayati sebanyak 60,5

% ibu dengan anemia dan juga penelitian dari kumala (2012) yaitu 67,4 %.

Selama hamil volume darah meningkat 50 % dari 4 ke 6 L,

volume plasma meningkat sedikit menyebabkan penurunan konsentrasi Hb

dan nilai hematokrit. ( Smith et al., 2010 ).

Dilihat dari angka kejadian anemia di Puskesmas Kecamatan Ciputat

tergolong tinggi dan menjadi masalah kesehatan karena diatas target yang

ditetapkan oleh departemen kesehatan yaitu 40%.

2. Usia ibu

Penelitian ini menunjukan bahwa ibu hamil di Puskesmas Ciputat

tergolong dalam usia tidak beresiko sebanyak 75,0 %. Usia ibu yang

termuda yaitu 16 tahun dan yang tertua yaitu 37 tahun. Hasil tidak

beresiko penelitian ini menggambarkan ibu hamil yang tidak mengalami

anemia dengan usia tidak beresiko (82,9$%).

Ibu hamil secara biologis, dianjurkan mengandung pada usia subur

(20-35 tahun) karena pada usia subur lebih banyak eneri yang dimiliki oleh
79

ibu hamil (Hanifah, 2012). Umur rentang ini dianggap cukup dewasa

untuk ibu menerima kehamilan yang secara fisik mampu meminimalkan

terjadinya “kompetisi” dalam mencukupi kebutuhan gizi antar ibu dan

bayi, sedangkan secara mental ibu dianggap siap dan dewasa

(kliranayungie, 2012).

Umur ibu saat hamil yang terlalu muda atau terlalu tua akan

mempengaruhi kualitas janin, sebaiknya ibu hamil antara umur 20-35

tahun (Nurila, 2013). Penelitian ibu dengan umur bersiko melahirkan

BBLR 6,163 kali dibandingkan ibu berusia tidak beresiko (sulistiani,

2014)

Penelitian ini menggambarkan juga ibu hamil yang anemia dengan

kelompok tidak beresiko (68,9%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian

kumala yaitu ibu yang memiliki umur beresiko mengalami anemia

kehamilan (75,3%).

3. Usia kehamilan

Kehamilan pada usia trimester I merupak pembentukan organ-penting,

apabila asupan gizi tidak terpenuhi berdampak pada kecacatan. Kehamilan

trimester kedua kebutuhan gizi ibu terus meningkat untuk pertumbuhan

janin terutama meningkatkan proteinndan kalori. Asupan kalori juga harus

tercukupi untuk kebutuhan pembentukan plasenta, ketuban, menambah

volume darah, dan dialirkan keseluruh tubuh. Para trimester ketiga


80

pertumbuhan janin intensif, perkembangan lebih jauh pariu-paru dan otak

yang penting (Sutomo, 2010).

Hasil penelitian ini didapatkan presentase yang menderita anemia

dilihat dari umur kehamilan lebih banyak pada trimester II yaitu 41,3 %

dibandingkan pada trimester III yaitu 32,5% dan pada trimester I yaitu

26,3%. Hal ini terjadi karena pada trimester kedua terjadi peningkatan

volume darah sehingga terjadi pengenceran darah akibat bertambahnya

volume plasma dari pada eritrosit (Manuaba, 2007).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rohayati menemukan angka

anemia kehamilan 65,3 pada trimester II, 58,9% pada trimester III dan 55,3

pada trimester I. Lautan J dkk (2001) melaporkan dari 31 orang wanita

hamil pada trimester II didapati 74 menderita anemia, dan 42% menderita

kurang besi (Amirudin, 2007).

4. Tingkat Pengetahuan

Suhardjo (1989) menyebutkan bahwa pengetahuan gizi dapat diperoleh

melalui pengalaman, media masa, pengaruh kebudayaan, pendidikan baik

formal maupun informal. Tingkat pengetahuan anemia pada ibu hamil

mempengaruhi sikap dan perilaku mereka dalam pemilihan makanan yang

kemudian akan berpengaruh pada individu yang bersangkutan dengan

masalah besar tentang anemia yang muncul di indonesia pengaruhi oleh

keterbatasan pengetahuan keluarga khususnya ibu hamil tentang gizi yang

baik.
81

Hasil analisis data diperoleh bahwa perbedaan proporsi tingkat

pengetahuan pada ibu hamil yang menderita anemia, paling besar terjadi

pada ibu hamil dengan pengetahuan baik yaitu 23,1%, sedangkan ibu yang

berpengetahuan kurang yang menderita anemia yaitu sebnayak 21,9%. Hasil

penelitian menggambarkan Ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik

malah terkena anemia lebih banyak, menurut peneliti hal ini sangat mungkin

terjadi karena ibu hamil yamng memiliki pengetahuan yang tinggi belum

tentu sampai kepada tahap melakukan, mereka paham tentang bahaya

anemia tetapi tidak melalukan hal-hal apa saja yang dapat mencegah anemia

pada ibu hamil. Hasil dari wawancara ibu hamil masih merasa mual

sehingga tidak dapat mengkonsumsi makanan secara seimbang.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012)

yang menyebutkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang

anemia gizi dan tablet tambah darah dengan kejadian anemia pada ibu hamil

lebih rendah mengalami anemia.

Green (1980), salah satu faktor predisposisi yang mendasari perubahan

perilaku seseorang adalah pengetahuan sehingga perubahan perilaku lebih

bertahan lama. Hasil penelitian beranggapan bahwa apabila ibu memiliki

pengetahuan baik tentang anemia gizi besi selama hamil meliputi

penyebabnya, bahayanya bagi bayi dalam kandungan dan ibu dan cara

mengatasinya dengan lebih baik. Antara lain dengan memakan makanan

yang banyak mengandung zat besi dan mengkonsumsi sampai habis tablet
82

Fe, karena semua ibu hami mengharapkan melahirkan dengan selamat dan

memiliki bayi yang sehat dan cerdas.

5. Ukuran LILA

Ukuran LILA dengan anemia bahwa LILA menggambarkan status gizi

ibu hamil dan untuk mengetahui resiko kurang energi kronis (KEK). Untuk

mengetahui kelompok beresiko kekurangan energi kronis (KEK) ambang

batas LILA WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm, namun,

bila ukuran LILA kurang ambang batas 23,5 berarti wanita tersebut beresiko

KEK (Suparisa, 2002).

Hasil penelitian didapatkan bahwa proporsi anemia pada ibu hamil

dengan ukuran LILA < 23,5 cm adalah sebesar 16,9 %s sedangkan proporsi

anemia pada ibu hamil dengan ukuran LILA ≥ 23,5 cm yaitu 28,1 %. Hal ini

serupa dengan hasil penelitian dari handayani (2012) juga menunjukan hasil

sebesar 46,6 % ibu hamil dengan ukuran LILA <23,5 mengalami anemia

kehamilan sehingga dapat disimpulkan semakin kurang gizi seseorang maka

semakin beresiko untuk mengalami anemia kehamilan serupa dengan

penelitian Yanti tahun (2015) bahwa ibu anemia lebih banyak terjadi pada

status gizi kurang .

Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan

yang dikonsumsi dengan kebutuhan tubuh. Apabila asupan gizi sesuai maka

di sebut gizi baik, jika asupan kurang di sebut gizi kurang dan apabila

asupan lebih disebut gizi lebih. Rendahnya Status gizi dapat menyebabkan
83

anemia yang mengakibatkan kualitas fisik yang rendah dan berpengaruh

pada efisiensi reproduksi. Semankin tinggi status gizi seseorang maka

semakin baik pula kondisi fisiknya, sehingga secara tidak langsung

mempengaruhi efisiensi reproduksi.

Pada penelitian ini ibu yang diperiksa LILA nya sudah sesuai dengan

IMT yaitu berat badan dan tinggi badan, responden yang diukur tidak ada

yang mengalami obesitas.

6. Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah

Konsumsi tablet tambah darah pada kelompok populasi yang beresiko

merupakan metode paling efektif untuk menangani defisiensi zat besi

dinegara-negara dengan prevelensi tinggi. Suplementasi besi merupakan

intervensi yang paling banyak dilaksanakan untuk menurunkan anemia

diberbagai negara. Beberapa studi menunjukan bahwa suplementasi tablet

besi mempunyai dampak positif terhadap outcome kehamilan (Syafiq, dkk,

2008)

WHO (2008) menyatakan, konsumsi tablet besi mengandung 30 mg Fe

selama 100 hari terakhir kehamilan sejak minggu ke 24 kehamilan dianggap

mencukupi untuk menjaga kadar Hb duatas 10 gr/dl, juga dapat

meningkatkan kadar Hb pada ibu hamil. Rohayati (2012) menemukan

sebanyak 61,5% yang menderita anemia banyak pada ibu hamil yang sering

minum tablet TTD.


84

Hasil penelitian antara konsumsi tablet Fe dengan status anemia pada

kehamilan menggambarkan bahwa proporsi anemia pada ibu yang terpenihi

kebutuhan Fe nya selama kehamilannya lebih besar (27,0%) dibandingkan

dengan proporsi anemia pada ibu hamil yang tidak tepenuhi kebutuhan Fe

nya selama trimester kehamilan (18,0%).

Berdasarkan hasil penelitian ini menggambarkan bahwa ibu hamil

yang tidak terpenuhi konsumsi tablet Fe lebih beresiko mengalami anemia

yaitu (27,) % sedangkan ibu yang terpenuhi dan tidak mengalami anemia

yaitu 14,0%. Hal ini menggambarkan bahwa semakin patuh ibu hamil

mengkonsumsi tablet Fe semakin rendah mengalami anemia sedangkan ibu

yang tidak patuh lebih rentan terkena anemia.

Hasil penelitian dari rohayati tahun 2012 juga menggambarka bahwa

semakin patuh ibu maka semakin rendah ibu mengalami anemia yaitu

sebesar 61,5%. Bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh yulaeva

(2002) bahwa ibu hamil yang patuh mengkonsumsi tablet Fe justru terkena

anemia lebih banyak.

Hasil dari pernyataan responden hampir seluruh ibu hamil menyatakan

bahwa sering tidak terpenuhinya indikator cakupan pemberian tablet Fe

kemungkinan adalah ibu hamil lupa, merasa bosan, mual, muntah, ketika

mengkonsumsi tablet Fe, rasa dan bau tablet Fe yang tidak enak, serta

adanya anggapan bahwa tablet Fe tidak penting, sehingga mereka tidak

teratur meminumnya setiap hari.


85

7. ANC dnegan anemia pada ibu hamil

Ibu hamil harus melakukan minimal 4 kali kunjungan ANC, kunjungan

pertrama pada saat umur kehamilan kurang dari 12 minggu, kunjungan

kedua pada umur 12-24 minggu, kunjungan ketiga pada umur kehamilan 24-

40 minggu, dan kunjungan keempat pada umur kehamilan 32-40 minggu

(Kemenkes, 2014).

Hasil analisis pada penelitian ini menunjukan bahwa ada perbedaan

proporsi kejadian anemia pada ibu dengan pemeriksaan kehamilan ANC

lebih atau sama dengan 4 kali (kategori lengkap) selama kehamilan ini

dengan ibu yang memeriksakan kehamilan kurang dari 4 kali (kategori

kurang ) selama kehamilan ini. Proporsi ibu dengan anemia pada kategori

ANC lengkap adalah 37,0% sedangkan ibu anemia pada ketegori tidak

lengkap 18,0 %. Hasil analisis juga didapatkan nilai p value 0,000 yang

berarti ada hubungan yang signifikan antara ANC dengan kejadian anemia

pada ibu hamil. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin ibu sering

memeriksakan kehamilannya ke pelayanan kesehatan maka semakin rendah

untuk mengalami anemia sebaliknya semakin ibu tidak terpapar oleh fasilitas

kesehatan maka semakin rentan mengalami anemia.

Penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh handayani (2012) di

Kecamatan yang mendapatkan hubungan yang bermakna antara kunjungan

ANC dengan kejadian anemia pada ibu hamil, diperkuat oleh penelitian
86

salmariantity tahun 2012 bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

frekuensi ANC dengan anemia pada ibu hamil.

8. Budaya

Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan

persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Bronislaw

Malinowski menjadi fokus perhatian yang sangat penting dalam kehidupan

masyarakat. Ibu hamil dan yang akan bersalin dilindungi secara adat, religi,

dan moral dengan tujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi. Mereka

menganggap masa tersebut adalah masa kritis karena bisa membahayakan

janin dan/atau ibunya. Masa tersebut direspons oleh masyarakat dengan

strategi-strategi, seperti dalam berbagai upacara kehamilan, anjuran, dan

larangan secara tradisional (Malinowski, Bronislaw, 1927: 76).

Dari Hasil analisis antara budaya dengan status anemia pada

kehamilan menunjukan bahwa proporsi anemia pada ibu yang memiliki

pantangan lebih sedikit yaitu sebanyak (1,1%) yang mengalami anemia

kehamilan sedangkan yang tidak memiliki pantangan sebanyak (43,9%) ibu

yang mengalami anemia.

Berdasarkan uji statistik diperoleh p value 0,207 sehingga dapat

disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara proporsi

kejadian anemia pada ibu yang memiliki pantangan dimasyarakat dengan

yang tidak ada pantangan.


87

Hasil penelitian dari nurhasanah tahun 2011 mengenai dampak

persepsi terhadap masalah kesehatan ibu dan anak menunjukan bahwa,

permasalahan yang muncul pada faktor budaya ini mengacu pada status gizi

mulai dari pantangan-pantangan makanan seperti didaerah jawa tengah ada

kepercayaan bahwa pantangan makan telur karena akan mempersulit dalam

proses kelahiran, selain itu didaerah jawa barat ibu yang kehamilannya

memasuki usia 8-9 bulan harus dikurangi makannya agar bayi yang

dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.

Terjadinya hubungan yang tidak bermakna ini oleh karena anemia

pada ibu hamil bukan karena pantangan budaya semata tetapi banyak faktor

lain yang mempengaruhinya seperti pengetahuan, konsumsi tablet Fe,

kunjungan antenatal care (ANC).

c. Keterbatasan Penelitian

1. Pada variabel konsumsi tablet fe peneliti tidak mengobservasi kepatuhan

responden dalam mengkonsumsi tablet Fe, melainkan hanya

mengajukan pertanyaan dengan kuesioner sehingga memungkinkan

timbulnya bias dalam penelitian dapat terjadi.

2. Pada variabel budaya peneliti tidak mengobservasi terkait pola makan

terhadap pantangan-pantangan selama hamil sehingga memungkinkan

timbulnya bias dalam penelitian ini.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka

dapat diambil kesimpuln :

1. Ibu hamil yang menderita anemia di Puskesmas Kecamatan Ciputat

tahun 2017 sebanyak 45 orang (56,3%) dan yang tidak menderita anemia

sebanyak 35 orang (43,8 %).jika dilihat dari poroporsi anemia yang

dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat jika prevelensinya

dipopulasi lebih dari 5% dan intervensi yang harus dipertimbangkan

dengan serius jika prevelensi melebihi 20% di populasi (WHO<2008).

2. Ibu hamil di puskesmas kecamatan ciputat yang memiliki pengetahuan

baik yaitu 48,8 % dan yang memiliki pengetahuan baik yang

mengalami anemia yaitu sebanyak 21,9%.

3. Ibu hamil di puskesmas kecamatan ciputat yang memiliki usia kehamilan

yang terbanyak yaitu trimester II yaitu 41,3% dan yang mengalami

anemia terbanyak pada usia kehamilan yaitu pada trimester II 60,0%

88
89

4. Ibu hamil di puskesmas kecamatan ciputat yang terbanyak yaitu yang

memiliki usia tidak beresiko yaitu 75,0 % dan yang mengalami anemia

yaitu pada usia yang tidak bersiko yaitu sebanyak 68,9 %.

5. Ibu hamil di puskesmas kecamatan ciputat yang terbanyak yaitu yang

memiliki LILA cukup atau nonKEK yaitu 62,5 % dan yang mengalami

anemia yaitu pada ibu yang memiliki status gizi cukup yaitu sebanyak

628,1 %.

6. Ibu hamil di puskesmas kecamatan ciputat yang terbanyak yaitu yang

mengkonsumsi tablet Fe terpenuhi yaitu 60 % dan yang mengalami

anemia yaitu pada ibu yang terpenuhi konsumsi tablet Fe nya yaitu

sebanyak 18,0 %.

7. Ibu hamil di puskesmas kecamatan ciputat yang terbanyak yaitu yang

tidak memiliki pantangan yaitu 87,5 % dan yang mengalami anemia

yaitu pada ibu yang memiliki pantangan yaitu sebanyak 8,9 %.

8. Ibu hamil di puskesmas kecamatan ciputat yang terbanyak yaitu yang

sesuai yaitu 60 % dan yang mengalami anemia yaitu pada ibu yang

kunjungan ancnya sesuai standar yaitu sebanyak 37,9 %.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ada, maka penulis mencoba mengajukan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada Dinas kesehatan Provinsi dan Dinas kesehatan

kabupaten/kota
90

 Upaya untuk meningkatkan kemampuan petugas kesehatan

dalam motivasi ibu hamil agar rutin dalam memeriksakan

kehamilan serta dalam rangka pencegahan anemia.

 Upaya peningkatan pengetahuan petugas kesehatan terutama

para penyuluh tentang anemia, suplemen Fe, cara

mengkonsumsi tablet Fe dan cara mendeteksi dini kejadian

anemia pada ibu hamil.

2. Puskesmas

 Upaya melakukan penyuluhan kepada ibu hamil tentang

bahaya dari dampak anemia kehamilan

 Cara mengkonsumsi tablet Fe yang baik dan benar yaitu tidak

diminum bersamaan dengan kopi, teh dan tablet kalk serta

dikonsumsi minimal 2 jam setelah makan

 Perlu dipertimbangkan dalam pengawasan ibu dalam

meminum tablet Fe agar adanya program pengawas minum

obat ( PMO) dari pihak keluarga sepeti suami, ibu dan

saudara terutama dalam mengkonsumsi tablet Fe.

3. Bagi ibu hamil

Mengingat dampak anemia selama kehamilan dapat

menimbulkan berbagai macam bahaya baik pada ibu maupun pada

janin, maka ibu diharapkan untuk selalu berusaha meningkatkan dan


91

memperbaharui pengetahuan tentang anemia agar meningkatkan

kewaspadaan.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan dan

mengembangkan penelitian ini terutama pada variabel budaya agar

diperluas ruang lingkupnya atau dilakukan penelitian dengan desain

yang berbeda.
Daftar Pustaka

Amirudin, Wahyuddin, 2004, Studi Kasus Kontrol Ibu Anemia, 2007 Jurnal
Medical UNHAS, Available from ; http:// med.unhas.ac.id/index.php
studi-kasus-kontrol anemia-ibu

Arisman. 2010. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC
Babior BM. 2001. The Megaloblastic Anemia . New York: Mc: Graw-Hil
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2013
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.
Cunningham, F.G., Gant, N.F., Leveno, K.J., Gilstrap, L.C., Hauth, J.C.,
Wenstrom, K.D. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC,
pp:18-20, 91, 146-49, 191-93, 1463-72.
Handayani, Nur. 2009. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian
anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati.
Depok :UI
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Sekretariat Jenderal Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2014 Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Kumala H, Sri. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu
Hamil Di Wilayah Puskesmas Liang Anggang Kota Banjarbaru Kalimantan
Selatan. Depok:UI
Kusumah, 2009, “Kadar Haemoglobin ibu hamil triwulan II-III dan Faktor –
factor Yang Mempengaruhinya di RSUP H Adamalik Medan “ (thesis).
Sumatra.: Universitas Sumatra
Leveno, Kenneth J. (2009). Obstetri Willliams . Jakarta:EGC
Llewellyn Jones, Derek. 2001. Dasar-Dasar Obtretri Dan Ginekologi. Jakarta:
HIPO

92
93

Madiyanti, D. 2015. Faktor-Faktor Terjadinya Anemia Pada Ibu Primigravida Di


Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu Lampung. Lampung: STIKES lampung
Malinowski, Bronislaw. 1927. Sex and Repression in Savage Society. London:
Rourledge & Kegan Paul Ltd.
Manuaba Ida Nagus Gde , Manuaba Shandranita , Manuaba, Fajar Gde. (2007).
Pengantar Kuliah Obtetri. Jakarta : EGC
Manuba, ida bagus gde. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri .
Jakarta : EGC
Nik Rosmawati NH, Mohd Nazri S, Mohd Ismail I (2012) The Rate and Risk
Factors for Anemia among Pregnant Mothers in Jerteh Terengganu,
Malaysia. J Community Med Health Educ 2:150. doi:10.4172/2161-
0711.1000150
Notoadmodjo, Soekidjo. 2002. Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Nurhasanah, 2011. Dampak Persepsi Budaya Terhadap Kesehatan Reproduksi Ibu
Dan Anak.
Nursalam. 2014. Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan: Konsep, Proses,
Praktik. Jakarta: Salemba Medika
Nur Soraya, Maulidah. 2013. Hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia pada
ibu hamil dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi Tablet Fe Di
Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara. Tangsel : UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Peter Salker. 2008. Millenium Development Goals. Jakarta: Kementrian Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional
Rohayati, ati. 2012. Gambaran kejadian anemia pada ibu hamil dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya di kecamatan gempol kabupaten cirebon.
Depok:UI
94

Sin sin, Iis. (2008). Seri Kesehatan Ibu Dan Anak Masa Kehamilan Dan
Persalinan. Jakarta: PT.Elex Medi Komputindo
WHO, (2008). Wordwide Prevalence Of Anemia 1993-2005. Http://whq
libdoc.who.int/publications/2008/9789241596657 diakses pada tanggal
28 november 2016
Salmariantity. (2012). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Anemia Pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Gajah Mada. Depok ;FKUI
Setiadi. 2013. Konsep Dan Praktik penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Suparisa, I Dewa Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Thaha, dkk. (2002). Pangan Dan Gizi. DPP Pergizi Pangan Indonesia
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-391-62850896-tesis.pdf diakses
pada tanggal 8 desember 2016.
Ziaei S,Norrozi M. 2007. A Rendomized Placebo Controlled Trial To Determine
The Effect Of Iron Supplementation On Pregnancy Outcome In
Pregnant Women With Haemoglobin >13.2 G/Dl. Obstetric
Gynaecology.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : hayu isviani

NIM : 1113104000023

Alamat : Jl. Sultan Agung Tirtayasa Gg.H.rimpang Rt 05/009 Kunciran Indah


Kota Tangerang

Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang sedang melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang berhubungan
dengan anemia pada ibu hamil di Wilayah kerja puskesmas kecamatan ciputat. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
anemia pada ibu hamil. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner untuk
proses pengumpulan data.

Saya berharap ibu-ibu semua dapat menjawab pertanyaan pada kuesioner ini dengan
jujur. Identitas maupun jawaban yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya. Atas
kesediaannya saya mengucapkan terimakasih.

Ciputat,…. Maret 2017

(………………………………)
Responden

Lampiran 3

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kategori_pengetahuan 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%


kategori_Lila 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%
kategori_tabletfe 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%
kategori_bud 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%
kategori_ANC 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean ,51 ,056

95% Confidence Interval for Lower Bound ,40


Mean Upper Bound ,62

5% Trimmed Mean ,51

Median 1,00

Variance ,253
kategori_pengetahuan Std. Deviation ,503

Minimum 0

Maximum 1

Range 1

Interquartile Range 1

Skewness -,051 ,269

Kurtosis -2,049 ,532


Mean ,63 ,054
95% Confidence Interval for Lower Bound ,52
Mean Upper Bound ,73
kategori_Lila
5% Trimmed Mean ,64
Median 1,00
Variance ,237
Std. Deviation ,487
Minimum 0
Maximum 1
Range 1
Interquartile Range 1
Skewness -,526 ,269
Kurtosis -1,768 ,532
Mean ,40 ,055
95% Confidence Interval for Lower Bound ,29
Mean Upper Bound ,51
5% Trimmed Mean ,39
Median ,00
Variance ,243
kategori_tabletfe Std. Deviation ,493
Minimum 0
Maximum 1
Range 1
Interquartile Range 1
Skewness ,416 ,269
Kurtosis -1,874 ,532
Mean ,98 ,018
95% Confidence Interval for Lower Bound ,94
Mean Upper Bound 1,01
5% Trimmed Mean 1,00
Median 1,00
Variance ,025
kategori_bud Std. Deviation ,157
Minimum 0
Maximum 1
Range 1
Interquartile Range 0
Skewness -6,202 ,269
Kurtosis 37,396 ,532
Mean ,60 ,055

95% Confidence Interval for Lower Bound ,49


kategori_ANC
Mean Upper Bound ,71

5% Trimmed Mean ,61


Median 1,00

Variance ,243

Std. Deviation ,493

Minimum 0

Maximum 1

Range 1

Interquartile Range 1

Skewness -,416 ,269

Kurtosis -1,874 ,532


Lampiran 4
Total anemia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tidak anemia 35 43,8 43,8 43,8

Valid anemia 45 56,3 56,3 100,0

Total 80 100,0 100,0

Kategori_usiaibu

Frequency Percent Valid Cumulative Percent


Percent

<20 tahun 6 7,5 7,5 7,5

20-35 73 91,3 91,3 98,8


Valid tahun
>35 tahun 1 1,3 1,3 100,0

Total 80 100,0 100,0

kategori_pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

V
kurang 39 48,8 48,8 48,8
abaik 41 51,3 51,3 100,0
l 80 100,0 100,0
iTotal
d

pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

sd 25 31,3 31,3 31,3

Valid smp 39 48,8 48,8 80,0

sma/smk 16 20,0 20,0 100,0


Total 80 100,0 100,0

kategori_Lila

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

kek 30 37,5 37,5 37,5

Valid nonKEK 50 62,5 62,5 100,0

Total 80 100,0 100,0

kategori_tabletfe

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tidak lengkap 48 60,0 60,0 60,0

Valid lengkap 32 40,0 40,0 100,0

Total 80 100,0 100,0

kategori_budaya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

ada pantangan 2 2,5 2,5 2,5

Valid tidak ada 78 97,5 97,5 100,0

Total 80 100,0 100,0

kategori_ANC

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tidak lengkap 32 40,0 40,0 40,0

Valid lengkap 48 60,0 60,0 100,0

Total 80 100,0 100,0


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kategori_pengetahuan * 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%


totalanemiii
kategori_Lila * totalanemiii 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%
kategori_tabletfe * 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%
totalanemiii
kategori_bud * totalanemiii 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%
kategori_ANC * totalanemiii 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%

Crosstab
Count
Crosstab

totalanemiii Total

tidak anem anemia

Count 23 16 39

Expected Count 17,1 21,9 39,0


Kurang
% within kategori_pengetahuan 59,0% 41,0% 100,0%

kategori_pengetah % within totalanemiii 65,7% 35,6% 48,8%


uan Count 12 29 41

Expected Count 17,9 23,1 41,0


Baik
% within kategori_pengetahuan 29,3% 70,7% 100,0%

% within totalanemiii 34,3% 64,4% 51,3%


Count 35 45 80

Expected Count 35,0 45,0 80,0


Total
% within kategori_pengetahuan 43,8% 56,3% 100,0%

% within totalanemiii 100,0% 100,0% 100,0%


Crosstab

Totalanemiii Total

tidak anem anemia

Count 22 8 30

Expected Count 13,1 16,9 30,0


kek
% within kategori_Lila 73,3% 26,7% 100,0%

% within totalanemiii 62,9% 17,8% 37,5%


kategori_Lila
Count 13 37 50

Expected Count 21,9 28,1 50,0


nonKEK
% within kategori_Lila 26,0% 74,0% 100,0%

% within totalanemiii 37,1% 82,2% 62,5%


Count 35 45 80

Expected Count 35,0 45,0 80,0


Total
% within kategori_Lila 43,8% 56,3% 100,0%

% within totalanemiii 100,0% 100,0% 100,0%


Crosstab

totalanemiii Total

tidak anem anemia

Count 27 21 48

Expected Count 21,0 27,0 48,0


tidak lengkap
% within kategori_tabletfe 56,3% 43,8% 100,0%

% within totalanemiii 77,1% 46,7% 60,0%


kategori_tabletfe
Count 8 24 32

Expected Count 14,0 18,0 32,0


Lengkap
% within kategori_tabletfe 25,0% 75,0% 100,0%

% within totalanemiii 22,9% 53,3% 40,0%


Count 35 45 80

Expected Count 35,0 45,0 80,0


Total
% within kategori_tabletfe 43,8% 56,3% 100,0%

% within totalanemiii 100,0% 100,0% 100,0%


Crosstab

totalanemiii Total

tidak anem anemia

Count 0 2 2

Expected Count ,9 1,1 2,0


ada pantangan
% within kategori_bud 0,0% 100,0% 100,0%

% within totalanemiii 0,0% 4,4% 2,5%


kategori_bud
Count 35 43 78

Expected Count 34,1 43,9 78,0


tidak ada
% within kategori_bud 44,9% 55,1% 100,0%

% within totalanemiii 100,0% 95,6% 97,5%


Count 35 45 80

35,0 45,0 80,0


Expected Count
Total

% within kategori_bud 43,8% 56,3% 100,0%

% within totalanemiii 100,0% 100,0% 100,0%

Crosstab

totalanemiii Total

tidak anem anemia

Count 23 9 32

Expected Count 14,0 18,0 32,0


tidak lengkap
% within kategori_ANC 71,9% 28,1% 100,0%

% within totalanemiii 65,7% 20,0% 40,0%


kategori_ANC
Count 12 36 48

Expected Count 21,0 27,0 48,0


lengkap
% within kategori_ANC 25,0% 75,0% 100,0%

% within totalanemiii 34,3% 80,0% 60,0%


Count 35 45 80

Expected Count 35,0 45,0 80,0


Total
% within kategori_ANC 43,8% 56,3% 100,0%

% within totalanemiii 100,0% 100,0% 100,0%


Lampiran 5

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


ANEMIA PADA IBU HAMIL DIPUSKESMAS CIPUTAT
KOTA TANGERANG SELATAN
PROPINSI BANTEN
TAHUN 2017 Kode
Tujuan :

kuesioner ini dirancang untuk mengidentifikasi: faktor-faktor yang berhubungan dengan


anemia pada ibu hamil di Puskesmas ciputat kota tangerang selatan tahun 2017”

A. Data demografi
1. Nomer telepon :......................................................
2. Inisial responden :.....................................................
3. Tanggal lahir :......................................................
4. Umur :......................................................
5. Pendidikan terakhir:.....................................................

B. Hasil pengukuran LILA

Hasil pengukuran LILA=............................cm

C. pemeriksaan darah

Hasil pemeriksaan Hb=............................g/dl

D. Tablet tambah darah

Apakah selama kehamilan ibu pernah mendapat tablet tambah darah seperti Fe, folat,
sangobion dll ?

1. Pernah
2. Tidak pernah
3. Sampai saat ini berapa jumlah tablet tambah darah yang ibu terima diminum
dan sisa ?
Trimester I
1. Diterima =..................tablet
2. Diminum =..................tablet
3. Sisa =...................tablet

Trimester II

1. Diterima =..................tablet
2. Diminum =..................tablet
3. Sisa =...................tablet

Trimester III

1. Diterima =..................tablet
2. Diminum =..................tablet
3. Sisa =...................tablet

Alasan tablet tambah darah masih sisa kenapa ?

1. Mual
2. Baunya tidak enak
3. Reasanya tidak enak
4. Warnanya tidak menarik
5. Lupa minumnya
6. Bosen meminumnya
7. BAB jadi keras dan berwarna kehitaman
8. Lain-lain sebutkan..................................
E. Frekuensi asuhan antenatal

Sampai sekarang sudah berapa kali periksa hamil

1. Trimester I=.................kali
2. Trimester II=.................kali
3. Trimester III=.................kali
F. Budaya

Apakah ada pantangan memakan telur, ikan, daging atau yang berbau amis ?

1. Iya
2. Tidak

Apakah jika mengkonsumsi daging akan menyebabkan ibu perdarahan banyak pada
saat melahirkan ?

1. Iya
2. Tidak
G. Pengetahuan tentang anemia

Pertanyaan benar Salah

1. anemia merupakan keadaan pada ibu hamil


dimana terjadi penurunan hemoglobin
dalam darah
2. Kebiasaan tidak mengkonsumsi makanan
tertentu seperti ayam, ikan, dan daging
merupakan salah satu penyebab anemia
kehamilan
3. konsumsi teh, kopi secara bersamaan
dengan makan tidak menyebabkan anemia
4. Cepat lelah, sering pu sing, dan sakit kepala
tidak termasuk tanda gejala anemia pada ibu
hamil
5. Pucat pada bawah mata merupakan tanda
dan gejala anemia pada ibu hamil
6. Anemia pada kehamilan tidak akan
mengakibatkan (berat bayi lahir rendah)
(BBLR)
7. Cara mengatasi anemia diantanya dengan
mengkonsumsi makanan mengandung zat
besi seperti daging, susu dan, sayuran hijau
8. Konsumsi buah-buahan yang banyak dapat
mengatasi anemia pada ibu hamil
9. ,cara mengatasi anemia salah satunya
dengan mengkonsumsi tablet penambah
darah
10. Sumber-sumber makanan yang
mengandung zat besi terdapat pada ayam,
daging, ikan kacang-kacangan dan sayuran
hijau
11. Efek samping dari konsumsi tablet besi
meliputi mual, muntah, susah buang air
besar, dan tinja berwarna hitam
12. Sayuran yang tidak mengandung zat besi
diantanya meliputi daun singkong,
kangkung, daun katuk dan pare
13. Kacang-kacangan yang tidak mengandung
zat besi meliputi kacang hijau, kacang
kedelai, kacang merah, kacang mete.

Das könnte Ihnen auch gefallen