Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
EPI KUMALA DEWI A. Jumlah Lalat Rumah (Musca domestica) yang berhasil
menjadi dewasa pada feses Ayam yang diberi Pakan Serbuk Kunyit (Curcuma
domestica Val.). Dibimbing oleh SUSI SOVIANA dan UMI CAHYANINGSIH.
SKRIPSI
NRP : B01400006
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui,
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia -Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini, yang berjudul Jumlah Lalat Rumah (Musca domestica) yang berhasil
menjadi dewasa pada feses Ayam yang diberi Pakan Serbuk Kunyit (Curcuma
domestica Val.) sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi tingkat
sarjana pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Selama pelaksanaan penelitian ini, penulis banyak mendapat dukungan,
semangat serta bantuan dari berbagai pihak. Terima kasih penulis ucapkan kepada
Drh. Susi Soviana, MSi. dan Dr. Drh. Hj. Umi Cahyaningsih, M.S. selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dalam
menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada
Drh. R. Ipin R. Manggung selaku dosen Pembimbing Akademik dan Dr. Drh.
Akhmad Arif Amin selaku dosen penguji.
Penulis sangat terharu utamanya pada Mama dan almarhum papaku yang
tercinta. Kakak-kakak perempuanku Arni Achmad Amp, Dra. Megawati Achmad,
Drh. Atira Achmad, Ir. Jumarthi Achmad serta Adikku Eya yang telah
menyayangiku, memanjakanku dan memberikan semangat, materi serta doa yang
tulus. I love u all. Tak lupa penulis juga ucapkan terima kasih kepada Papah Dr.Ir.
Wahyudin maulana MS. atas segala bimbingan dan nasehatnya, kakak-kakak
iparku yang baik, kak Mus, kak Alan, kak Rapiq ”thanx yach udah sayang ama
epi”. My friend Nur, Uly, Nirma, Ena, Fania, Reti, Nidia, Erlina, Wati, Ludi,
Ning, Koko, Abang Donwil, Tyta, Teh Emi, atas segala perhatian dan bantuannya.
serta karya kecilku ini buat Nadira, Eji, Didi, Nada ”sang keponakan yang lucu-
lucu dan memberikan keceriaan di keluarga.”
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan dan bagi generasi-generasi
penerus bangsa ini.
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................... 1
Tujuan.................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Lalat Rumah (Musca domestica) ........................................................... 4
Morfologi......................................................................................... 4
Siklus Hidup .................................................................................... 6
Perilaku Lalat Rumah (Musca domestica) ...................................... 8
Peran Lalat Rumah Dalam Peternakan Ayam................................. 9
Kunyit (Curcuma domestica Val.)......................................................... 10
Klasifikasi........................................................................................ 10
Sejarah............................................................................................. 10
Morfologi......................................................................................... 11
Kandungan....................................................................................... 13
Manfaat............................................................................................ 13
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu................................................................................. 15
Alat dan Bahan ...................................................................................... 15
Prosedur Pelaksanaan............................................................................ 15
Pengadaan Larva Lalat Rumah ( Musca domestica) ...................... 15
Penyediaan Serbuk Kunyit (Curcuma domestica Val.) ................... 15
Perlakuan ........................................................................................ 16
Analisis data ........................................................................................... 16
LAMPIRAN....................................................................................................... 23
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Persentase rata-rata lalat rumah (Musca domestica) dewasa
pada feses dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit
(Curcuma domestica Val ) dengan jumlah serbuk kunyit bertingkat ........ 17
Halaman
1 Siklus Hidup Lalat Rumah (Musca domestica)............................................. 6
2 Telur Lalat Rumah(Musca domestica) .......................................................... 7
3 Larva Lalat Rumah (Musca domestica) ........................................................ 7
4 Pupa Lalat rumah (Musca domestica)........................................................... 8
5 Lalat Rumah Dewasa (Musca domestica) ..................................................... 8
6 Bunga kunyit (kiri) dan Daun kunyit (kanan) ............................................... 11
7 Rimpang kunyit ( Curcuma domestica Val.) ................................................. 12
8 Persentase rata-rata lalat rumah (Musca domestica) dewasa
pada feses dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit
(Curcuma domestica Val) dengan jumlah serbuk kunyit bertingkat............. 18
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Persentase rata-rata lalat rumah ( musca domestica) dewasa
pada feses ayam yang diberi pakan serbuk kunyit
( curcuma domestica val.) dengan jumlah serbuk kunyit bertingkat ......... 24
2 Hasil Analisis Sidik Ragam (Anova) dan Uji Wilayah Berganda
Duncan ....................................................................................................... 25
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Negara Indonesia termasuk salah satu negara yang sangat potensial dalam
pengembangan produk-produk peternakan. Dalam usaha pemenuhan kebutuhan
masyarakat dilakukan program Swasembada Daging pada tahun 2005 yang
dicanangkan oleh Direktorat Jendral Produksi Peternakan Departemen Pertanian.
Kesuksesan program tersebut sangat ditent ukan oleh kerjasama yang baik dari
seluruh elemen yang berkaitan dengan dunia peternakan.
Diantara beragamnya industri peternakan yang sedang berkembang,
peternakan ayam adalah yang paling pesat pertumbuhannya. Hal ini disebabkan
karena daging unggas dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein
hewani dengan harganya yang relatif terjangkau jika dibandingkan dengan daging
ternak ruminansia. Industri peternakan ayam ternyata dapat pula menimbulkan
masalah yang cukup serius terutama bila limbah dan kotor an yang berasal dari
kandang dibiarkan menumpuk dan basah (Lestari 2000).
Tinja atau feses ayam merupakan media yang amat disukai oleh lalat-lalat
pengganggu sebagai tempat perkembangbiakannya. Koesharto et al. (1986)
mengemukakan bahwa lalat pengganggu yang umum dijumpai di peternakan
ayam petelur adalah lalat dari famili Muscidae, terutama lalat rumah Musca
domestica (Diptera: Muscidae) dan lalat Ophyra chalcogaster. Feses unggas
merupakan sumber protein untuk pematangan telur Musca domestica (Bread et al.
1974 dalam Wulandari 2004).
Lalat rumah sebenarnya adalah serangga kosmopolitan yang
keberadaannya selalu mengikuti kegiatan manusia dan ternak. Lalat ini sangat
mudah berkembang biak karena cepat beradaptasi dengan lingkungan dan tingkat
reproduksinya sangat tinggi. Bila populasi masih dalam batas-batas yang normal
maka dampak negatif dari kehadirannya tidak terlalu dirasakan. Sebaliknya
populasinya cukup besar dapat menimbulkan masalah baik di bidang sanitasi,
estetika serta produktivitas ternak. Ker ugian yang dapat diakibatkan oleh lalat
rumah ini di peternakan misalnya adalah mengganggu ketenangan hewan ternak,
menyebabkan feses menjadi basah dan menghasilkan gas amoniak (NH3) yang
berdampak terhadap pernafasan, meninggalkan bercak hitam pada kandang serta
telur unggas dan bertindak sebagai vektor mekanis dari bibit-bibit penyakit seperti
virus, bakteri, kista protozoa dan telur cacing.
Meskipun kehadiran lalat rumah ini amat mengganggu, tetapi
sesungguhnya ia mempunyai fungsi di alam adalah sebagai serangga perombak
bahan organik dari kotoran yang dihasilkan unggas. Namun karena populasinya
yang cepat sekali bertambah serta perilakunya dalam mencari makanan, maka
kehadirannya dapat mengganggu dan merugikan kehidupan manusia serta
ternaknya (Koesharto et al. 1986). Lalat mempunyai kebiasaan memuntahkan
cairan lambungnya dan muntahan itu dapat mencemari makanan manusia. Adanya
pulvili, labela dan sejumlah bulu -bulu halus pada bagian tubuhnya memungkinkan
lalat rumah berperan sebagai penyebar penyakit (Levine 1990).
Pengendalian lalat rumah (Musca domestica) di peternakan ayam telah
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya perbaikan sanitasi dan pemberian
insektisida. Secara sepintas penggunaan insektisida sangat mudah akan tetapi
pemakaiannya yang berulang dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap produk peternakan dan lingkungan. Dalam usaha untuk
mengurangi penggunaan dan menekan dampak negatif insektisida dicari bahan
alternatif lain yang murah, aman dan mudah yang salah satunya adalah
menggunakan tanaman obat. Salah satu tanaman obat yang digunakan adalah
rimpang kunyit. Di Indonesia rimpang kunyit adalah salah satu bahan bumbu
masak selain jahe, temulawak, dsb. Rimpang kunyit berwarna kuning jingga,
kuning jingga kemerahan sampai kuning jingga kecoklatan. Rimpang terdiri dari
rimpang induk dan anak rimpang. Rimpang induk berbentuk bulat telur, disebut
empu atau kunir lelaki sedangkan anak rimpang letaknya lateral dan bentuknya
seperti jari (tabung).
Penelitian ini menggunakan kunyit untuk mengetahui potensinya dalam
mengurangi populasi lalat. Rimpang kunyit yang digunakan dalam penelitian ini
sebenarnya digunakan untuk mengatasi Eimeria tenella pada ayam dan
diharapkan feses ayam dapat digunakan untuk mengatasi populasi lalat.
Sebagaimana diketahui feses ayam merupakan media perkembangan pradewasa
lalat rumah. Tanaman kunyit merupakan jenis rimpang yang mengandung minyak
atsiri 3-5% dan kurkumin (pewarna kuning). Menurut Wijayakusumah et.al.
(1992) disamping minyak atsiri, rimpang kunyit juga mengandung pati, tanin dan
zat pahit.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan larva
lalat rumah (Musca domestica) pada media feses ayam yang diberi pakan serbuk
kunyit (Curcuma domestica Val. ).
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi
Musca domestica adalah lalat yang bersifat kosmopolitan dan selalu
ditemui dalam setiap aktivitas manusia, khususnya di dalam rumah. Karena itulah
lalat ini secara umum dikenal sebagai lalat rumah (house fly). Sesuai dengan
namanya lalat ini lebih aktif pada tempat yang terlindung cahaya. Lalat jenis ini
banyak ditemukan di peternakan ayam, kandang kuda, sampah, feses hewan dan
peternakan lainnya (Borror et al. 1992).
Musca domestica atau lalat rumah adalah serangga berukuran sedang
dengan panjang tubuh 6-7 mm (West 1951). Menurut Soulsby (1974), ukuran
tubuh lalat jantan yaitu 5,6-6,5 mm, sedangkan lalat betina berukuran 6,5-7,5 mm.
Secara umum lalat rumah dibagi atas tiga bagian yaitu kepala, dada (toraks) dan
perut (abdomen).
M. domestica mempunyai kepala yang besar dan berwarna hitam
kecoklatan. Kepala dilengkapi dengan sepasang mata besar dan menonjol,
sepasang sungut terletak di depan mata dan tiap sungut terdiri atas ruas dasar
berbentuk gada dengan sehelai rambut yang bercabang-cabang tumbuh di atasnya
(Kadarsan et al. 1983 ). Bagian mulut terdapat probosis. Di bagian posterior dari
probosis terdapat labella yang akan melebar saat lalat makan. Labella inilah yang
berfungsi untuk menghisap dan mengabsorbsi cairan atau makanan yang bersifat
cair. Bahan makanan yang keras terlebih dahulu dibasahi dengan sekresi air liur
lalat (Service 1996).
Antena seekor lalat rumah (Musca domestica) terdiri atas tiga ruas. Ruas
pertama yaitu ruas dasar disebut batang dasar (scape) , ruas kedua adalah tungkai
pedikal (pedikel) dan sisanya adalah ruas ketiga yaitu flagellum. Antena
merupakan alat sensorik yang penting untuk mendeteksi keberadaan udara dan
bau-bauan (Axtell 1986).
Untuk membedakan jenis kelamin lalat ini bisa diamati dari matanya, lalat
jantan memiliki mata holoptic (kedua perangkat mata majemuk berdekatan)
dibandingkan dengan lalat betina dengan mata dichoptic (kedua perangkat mata
majemuk berjauhan).
Toraks pada lalat rumah berwarna kuning kehijauan sampai hijau gelap.
Pada sisi dorsalnya terlihat 4 garis longitudinal berwarna gelap yang berjalan
hingga perbatasan skutum (Soulsby 1974). Daerah toraks terbagi atas tiga ruas
yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Pada tiap ruas terdapat sepasang
kaki, sedangkan pasangan sayap terdapat pada bagian mesotoraks. Sayap pada
lalat rumah sangat transparan dan mengandung bebera pa buah vena. Tiga pasang
kaki yang dimiliki mempunyai bagian-bagian pokok yang sama yaitu koksa,
trokhanter, femur, tibia, tasus dan pretarsus. Pada pretarsus terdapat kuku dan
struktur bantalan. Struktur bantalan terdiri atas arolium (bantalan diantara kuku)
dan pulvili (bantalan di dasar kuku) (Partosoedjono 1992). P ulvili ditumbuhi bulu-
bulu halus yang bisa mengeluarkan cairan lengket (West 1951).
Abdomen pada lalat rumah berwarna kekuningan. Pada bagian tengahnya
terdapat garis berwarna hitam memanjang sampai ruas keempat (Soulsby 1974).
Ruas pertama abdomen tidak berkembang dengan baik, sedangkan ruas lainnya,
yaitu ruas kedua, ketiga dan keempat berkembang. Lalat betina dilengkapi
ovipositor yaitu suatu organ yang berguna untuk meletakkan telur pada tempat
yang sesuai.
Siklus Hidup
Lalat rumah (Musca domestica) mengalami metamorfosis sempurna,
diawali dengan tahap telur, larva, pupa dan dewasa. Untuk bertelur, lalat memilih
tempat-tempat yang lembab dan banyak mengandung zat organik seperti sampah
dan bahan busuk lainnya (Kadarsan 1983).
LARVA
TELUR
PUPA
LALAT DEWASA
Lalat dewasa muncul dari puparium dengan membuka ujung bagian depan
pupa, dengan cara memompa kantong yang berisi udara (ptilinium) yang berada di
depan kepala pupa. Pada mulanya, lalat tersebut lunak, berwarna abu-abu dan
sayapnya kuncup. Selama lalat beristirahat sayapnya direntangkan kemudian
kutikula mengeras dan menjadi gelap. Lalat muda mulai aktif dan mencari makan
setelah sayapnya direntangkan yaitu 2-24 jam setelah keluar dari pupa (Chong dan
Zairi 1995 dalam Permatasari 2002).
Sejarah
Kunyit oleh Valeton diperkenalkan ke dunia ilmu pengetahuan dengan
nama Curcuma domestika Val., menggantikan nama sebelumnya yaitu Curcuma
longa Koen. Tanaman ini telah lama dibudidayakan di India, tetapi asal tanaman
ini diduga dari daerah Chosin Cina dan Asia Tenggara (Purseglove 1981).
Di Indonesia setiap daerah memberikan nama yang berbeda untuk kunyit
seperi unyi (Bugis), kunyi (Makassar), uni (Toraja), koneng (Sunda), kunyet
(Aceh), kuning (Gayo), kunyit (Melayu), dan kunir (jawa) (Wijayakusumah et al.
1992).
Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom.
Pada tahun 77 atau 78 sesudah Masehi Dioscorides menyebutkan tanaman ini
sebagai Cyperus yang menyerupai jahe, tapi bila dikunyah terasa pahit. Dalam
dunia perdagangan tanaman kunyit ini terkenal agak belaka ngan, tetapi kunyit ini
ada kelebihannya mengandung zat warna kuning yang dipakai sebagai bahan
pewarna, sehingga penggunaannya menjadi lebih berarti. Selain bahan pewarna ia
banyak dipakai sebagai bumbu masakan dan obat-obatan. Digunakan dan terkenal
di Cina, Kamboja, Pilipina, Malagasi, Brazalia, Malaysia dan Indonesia (Darwis
et al.1991).
Kunyit tumbuh baik pada tempat-tempat terbuka atau sedikit naungan,
dengan drainase yang baik. Kunyit dapat ditemukan dari dataran rendah sampai
ketinggian 2000 m, tumbuh liar di hutan jati, umumnya dibudidayakan atau
ditanam di pekarangan (Wijayakusumah et al. 1992).
Morfologi
Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan yang
tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar di sekitar
hutan/bekas kebun.
Kunyit dapat tumbuh di daerah tropis atau subtropik, dan memerlukan
iklim panas dengan kelembaban tinggi serta mempunyai curah hujan 1000 sampai
2000 mm/tahun. Di daerah yang curah hujannya kurang dari 1000 mm/tahun
maka memerlukan irigasi. Budidaya kunyit dapat dilakukan pada ketinggian
sampai 1200 m di atas permukaan laut, pada tanah berpasir sampai tanah
bertekstur liat. Pada tanah berbatu-batu dan tanah liat kurang baik untuk
perkembangan rimpang (Purseglove et al. 1981).
Rimpang kunyit rasanya pahit dan getir dengan bau yang khas, warna
jingga kecoklatan dari luar, sedang bagian dalamnya berwarna jingga terang atau
agak kuning. Pertumbuhan rimpang lebih melebar terutama setelah tanaman
berumur 5 bulan dan mulai memasuki fase berbunga, biasanya berkisar antara 7-8
bulan setelah tanam, dimana daun-daun terbawah mulai menguning (Purseglove et
al. 1981).
Kandungan
Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri dengan senyawanya antara
lain fellandrene, zingiberene, curcumene, turmeron dan karbinol. Selain itu,
rimpang kunyit juga mengandung tepung dan zat warna yang mengandung
alkaloid kurkumin (Soedibyo 1998).
Menurut Wijayakusumah et al. (1992) rimpang kunyit mengandung
minyak atsiri 3-5 %, kurkumin (pewarna kuning), pati, tanin dan zat pahit.
Di dalam rimpang kunyit terkandung senyawa kimia yang mempunyai
keaktifan fisiologi yang terdiri atas dua kelompok yaitu kurkuminoid dan minyak
atsiri. Kurkuminoid terdiri atas senyawa kurkumin dan keturunannya yang
mempunyai aktivitas biologis berspektrum luas seperti koleretik,
hipokolesteremik, antiimflamasi, antibakteri, antioksidan, spasmolitik dan
antihepatotoksik (Sudiarto 1989).
Manfaat
Secara tradisional kunyit telah sering digunakan sebagai bumbu masak,
yaitu sebagai pemberi aroma baik dari rimpangnya maupun dari daunnya (Farrel
1985 dalam Sudiarsih 1999). Di Jawa kunyit digunakan sebagai ramuan jamu
karena khasiatnya menyejukkan, membersihkan, mengeringkan dan
menghilangkan gatal. Rimpangnya yang terasa panas, pahit, pedas berkhasiat
sebagai obat pencahar, gangguan pencernaan, pelembut kulit, memperbaiki warna
kulit, mempercepat proses kelahiran, menyegarkan badan dan mena mbah nafsu
makan (Darwis et al.1991).
Zat kurkumin yang dikandungnya mempunyai khasiat sebagai anti bakteri
dan dapat merangsang dinding kantong empedu untuk mengeluarkan cairan
empedu agar supaya kerja pencernaan lebih sempurna sedangkan minyak atsiri
yang dikandungnya mencegah keluarnya asam lambung yang berlebihan, dengan
demikian membantu menyembuhkan penyakit maag dan mengurangi pekerjaan
usus yang terlalu berat (Darwis et al. 1991 ).
Menurut Ulfah (2005) minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan alami
untuk menurunkan bau kotoran dan jumlah mikroorganisme patogen dari kotoran
ternak sehingga feses menjadi lebih kering, kurang berbau dan kandungan NH3
feses juga lebih rendah.
Dalam bidang keamanan pangan, minyak atsiri kunyit memberikan efek
antimikroba sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengawetkan makanan (Lukman
1984 dalam Sudiarsih 1999).
Kunyit juga memiliki efek penghambatan terhadap perkembangan
Sitophilus zeamais (Kumbang jagung) yaitu dalam bentuk daya tolak (repellent)
dan daya cegah (anti feedant) yang dapat menghambat perkembangan serangga
Sitophilus zeamais (Sudiarsih 1999).
METODE PENELITIAN
Prosedur Pelaksanaan
Pengadaan Larva Lalat Rumah ( Musca domestica)
Beberapa pasang lalat rumah dewasa dimasukkan ke dalam kandang lalat.
Di dalam kandang disediakan media untuk tempat pradewasa lalat berkembang
yang terdiri atas campuran sekam, pakan ayam serta air dengan perbandingan
volume 1:1:1. Sebagai sumber pakan lalat dewasa disediakan kapas yang dibasahi
air gula. Setelah beberapa hari media yang telah berisi telur dikeluarkan dari
kandang. Selanjutnya, telur -telur ditempatka n ke dalam cawan petri dan larva
instar 1 (L1) yang muncul digunakan dalam penelitian ini.
Analisis data
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA),
dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan (Duncan′s Multiple Range Test)
untuk menguji perbedaan diantara perlakuan yang ada.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Persentase rata-rata lalat rumah (Musca domestica) dewasa pada feses
dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit (Curcuma domestica Val)
dengan jumlah serbuk kunyit bertingkat.
Pengambi PERLAKUAN
lan feses
dihari ke- KN KS1 KS2 KS3 KP1 KP2
3 70,00a ±18,02 65,00a ±39,68 95,00a ±8,66 81,67a ±7,63 41,67a±12,58 71,67a ±18,92
6 70,00a ±18,02 66,67à ±32,53 50,00a ±44,44 73,33a ±5,77 41,67a±12,58 71,67a ±18,92
Keterangan: Huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf (p <0,05)
KN : Kontrol negatif
KS1 : Feses dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit KS1 (jumlah rendah)
KS2 : Feses dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit KS2 (jumlah sedang)
KS3 : Feses dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit KS3 (jumlah tinggi)
KP1 : Media perkembangan lalat yang diberi 3 gr serbuk kunyit
KP2 : Media perkembangan lalat yang diberi 6 gr serbuk kunyit
Jumlah serbuk kunyit tidak dicantumkan karena sedang dalam proses pematenan
100
dewasa
60
3
40 6
20
0
KN KS1 KS2 KS3 KP1 KP2
Perlakuan
Gambar 8 Persentase rata-rata lalat rumah (Musca domestica) dewasa pada feses
dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit (Curcuma domestica Val)
dengan jumlah serbuk kunyit bertingkat.
Sedangkan pada hari ke-6 setelah pemberian pakan serbuk kunyit terjadi
peningkatan persentase rata-rata lalat rumah dewasa untuk kelompok perlakuan
KS3 (73,33%) jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan KS1 (66,67%) dan
kelompok perlakuan KS2 (50,00%).
Walaupun terja di perbedaan nilai sebagaimana tersebut di atas, uji secara
statistik menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 0,05. Adanya hasil yang
tidak berbeda nyata secara statistik mungkin disebabkan karena ulangan yang
digunakan terlalu sedikit (3 ulangan), sehingga keragaman untuk setiap perlakuan
menjadi besar yang ditunjukkan oleh nilai standar deviasinya yang tinggi.
Menurut Wijayakusumah et al. (1992) zat aktif yang terdapat pada
rimpang kunyit yaitu minyak atsiri 3-5%, kurkumin (pewarna kuning), pati, zat
pahit dan tanin. Menurut Bimantoro (1981) rimpang kunyit mengandung pati atau
karbohidrat. Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa. Pati terbagi
atas 2 fraksi yaitu amilosa sebagai fraksi yang dapat mencair dan amylopektin
sebagai fraksi yang tidak mencair. Kandungan amilosa di dalam pati sekitar 10-
20%. Kombinasi enzim-enzim pankreas dan usus halus pada ayam mampu
merombak seluruh amilosa yang kompleks dan fraksi amylopektin dari pati
menjadi gula sederhana yaitu D-glukosa. Hal ini kemungkina n bahwa gula
sederhana didalam pati bisa dimanfaatkan oleh larva.
Dalam tubuh ayam zat aktif kunyit telah diserap oleh pencernaan, sehingga
yang akan keluar bersama feses hanya berupa metabolitnya. Peningkatan
persentase rata -rata lalat dewasa yang hidup mengindikasikan bahwa hasil
metabolit kunyit pada feses ayam tidak menghambat perkembangan larva lalat,
melainkan memacu perkembangan larva lalat menjadi dewasa. Hasil metabolit
tersebut belum diketahui kandungan zat aktifnya.
Kesimpulan
Terjadi kecenderungan peningkatan larva lalat rumah (Musca domestica)
menjadi dewasa pada feses dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit (Curcuma
domestica Val.) seiring dengan peningkatan jumlah serbuk kunyit yang diberikan.
Saran
1. Perlu dicari lagi tanaman obat lain yang mempunyai zat aktif yang dapat
berfungsi sebagai larvasida (penghambat perkembangan larva lalat rumah)
2. Perlu dilakukan penelitian tentang hasil metabolit kunyit pada feses ayam.
DAFTAR PUSTAKA
Axtell RC. 1986. Fly Control in Confined Livestock and Poultry Production.
USA: CIBA.
Kettle DS. 1984. Medical and Veterinary Entomologi. New York- Toronto: A
Wiley Interscience Publication. Pp 222-233
Purseglove JW, Brown EG, Green CL, Robbin SRJ. 1981. Spices. New York:
Longman Group Limited. Pp 532-557
Soedibyo BRA. 1998. Alam Sumber Kesehatan. Jakarta: Balai Pustaka. Pp 77-80
Ulfah. 2005. Minyak Atsiri Penakluk Bakteri Patogen dan Bau Kotoran Ternak.
Poultry Indonesia. Vol. 298. Pp 50-52
West SL. 1951. The House Fly Its Natural History, Medical History, Medical
Importance and Control. New York: Comstock Publishing Company.
Wulandari. 2004. Perkembangan lalat rumah (Musca domestica ) pada feses dari
Ayam yang diberi cekok infusa kunyit (Curcuma domestica Val.).
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian bogor.
Pp 1
LAMPIRAN
1 75 55 80 65 85 70
2 85 30 50 100 0 80
3 50 40 85 35 65 70
6 X 70,00 41,67 71,67 66,67 50,00 73,33
Keterangan: Huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada taraf (p<0,05)
KN : Kontrol negatif
KS1 : Feses dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit KS1
(jumlah rendah)
KS2 : Feses dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit KS2
(jumlah sedang)
KS3 : Feses dari ayam yang diberi pakan serbuk kunyit KS3
(jumlah tinggi)
KP1 : Media perkembangan lalat yang diberi 3 gr serbuk kunyit
KP2 : Media perkembangan lalat yang diberi 6 gr serbuk kunyit
Data Pengambilan Feses Hari Ke- 3
Oneway
ANOVA
Lalat Hidup
Means
Cases Processing Summary
Cases
included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Feses 12 7,3% 153 92,7% 165 100,0%
perlakuan
Report
Lalat Hidup
perlakuan Std. Deviation Mean Std. Error of Mean
0 3,60555 14,0000 2,08167
1 7,93725 13,0000 4,58258
2 1,73205 19,0000 1,00000
3 1,52753 16,3333 , 88192
Total 4,54189 15,5833 1,31113
Data persentase Lalat Dewasa Pada Hari Ke- 3
Oneway
Anova
Lalat Hidup
Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Between Groups 1606,250 3 535,417 1,053 ,421
Within Groups 4066,667 8 508,333
Total 5672,917 11
Means
Case processing Summary
Cases
included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Lalat 12 7,3% 153 92,7% 165 100,0%
perlakuan
Report
Lalat Hidup
Perlakuan Mean Std. Deviation Std.Error of Mean
0 70,0000 18,02776 10,40833
1 65,0000 39,68627 22,91288
2 95,0000 8,66025 5,00000
3 81,6667 7,63763 4,40959
Total 77,9167 22,70946 6,55566
Data Pengambilan Feses Hari Ke- 6
Oneway
ANOVA
Lalat Hidup
Sum of df Mean F Sig.
squares Square
Between 38,667 3 12,889 ,380 ,770
Groups
Within Groups 271,333 8 33,917
Total 310,000 11
Lalat Hidup
a.b
Duncan
Perlakuan N Subsets for alfa =,05
2 3 10,0000
1 3 13,3333
0 3 14,0000
3 3 14,6667
Sig. ,382
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a uses Harmonic Mean
Sample Size =3,000
Means
Case processing Summary
Cases
included Excluded Total
N percent N percent N Percent
Feses perlakuan 12 7,3% 153 92,7% 165 100,0%
Report
Lalat Hidup
perlakuan Mean Std.Deviation Std. Error of Mean
0 14,0000 3,60555 2,08167
1 13,3333 6,50641 3,75648
2 10,0000 8,88819 5,13160
3 14,6667 1,15470 ,66667
Total 13,0000 5,30866 1,53248
Data Persentase Lalat Dewasa Hari Ke- 6
Oneway
Anova
Lalat Hidup
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Between Groups 966,667 3 322,222 ,380 ,770
Within Groups 6783,333 8 847,917
Total 7750,000 11
Lalat
ab
Duncan
Means
Case processing Summary
Cases
included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Lalat 12 7,3% 153 92,7% 165 100,0%
perlakuan
Report
Lalat Hidup
Perlakuan Mean Std.deviation Std.Error of Mean
0 70,0000 18,02776 10,40833
1 66,6667 32,53204 18,78238
2 50,0000 44,44097 25,65801
3 73,3333 5,77350 3,33333
Total 65,0000 26,54328 7,66238
Data Kontrol Positif
Oneway
Anova
Lalat
Sum of df Mean F Sig.
squares Square
Between Groups 54,000 1 54,000 5,226 ,084
Within Groups 41,333 4 10,333
Total 95,333 5
Means
Case Proccesing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Kp* 6 3,6% 159 96,4% 165 100,0%$
Perlakuan
Report
Lalat
Perlakuan Mean Std.Deviation Std. Error of Mean
1 8,3333 2,51661 1,45297
2 14,3333 3,78594 2,18581
Total 11,3333 4,36654 1,78263
Anova
Lalat
Sum of df Mean F Sig.
squares square
Between Groups 1350,000 1 1350,000 5,226 ,084
Within Groups 1033,333 4 258,333
Total 2383,333 5
Means
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Kp* 6 3,6% 159 96,4% 165 100,0%
Perlakuan
Report
Lalat
Perlakuan Mean Std.deviation Std.Error of Mean
1 41,6667 12,58306 7,26483
2 71,6667 18,92969 10,92906
Total 56,6667 21,83270 8,91316