Sie sind auf Seite 1von 80

Buku panduan praktis untuk

Aborsi yang aman


Buku panduan praktis untuk

Aborsi yang aman


Acknowledgements: WHO is very grateful for the technical contributions of both
external experts and past and present WHO staff who informed the development
of this document.

WHO Library Cataloguing-in-Publication Data

Clinical practice handbook for safe abortion.

1.Abortion, Induced – methods. 2.Abortion, Induced – standards. 3.Practice guideline.


I.World Health Organization.

ISBN 978 92 4 154871 7 (NLM classification: WQ 440)

© World Health Organization 2014

All rights reserved. Publications of the World Health Organization are available on the
WHO website (www.who.int) or can be purchased from WHO Press, World Health
Organization, 20 Avenue Appia, 1211 Geneva 27, Switzerland (tel.: +41 22 791 3264; fax:
+41 22 791 4857; e-mail: bookorders@who.int).

Requests for permission to reproduce or translate WHO publications – whether for sale or
for non-commercial distribution – should be addressed to WHO Press through the WHO
website (www.who.int/about/licensing/copyright_form/en/index.html).

The designations employed and the presentation of the material in this publication do not
imply the expression of any opinion whatsoever on the part of the World Health
Organization concerning the legal status of any country, territory, city or area or of its
authorities, or concerning the delimitation of its frontiers or boundaries. Dotted lines on
maps represent approximate border lines for which there may not yet be full agreement.

The mention of specific companies or of certain manufacturers’ products does not imply
that they are endorsed or recommended by the World Health Organization in preference
to others of a similar nature that are not mentioned. Errors and omissions excepted, the
names of proprietary products are distinguished by initial capital letters.

All reasonable precautions have been taken by the World Health Organization to verify the
information contained in this publication. However, the published material is being
distributed without warranty of any kind, either expressed or implied. The responsibility for
the interpretation and use of the material lies with the reader. In no event shall the World
Health Organization be liable for damages arising from its use.

Printed in (country name)


Design and layout by ACW, London.
Daftar Istilah

AIDS Acquired immunodeficiency syndrome

D&E Dilatasi dan evakuasi

AVE Aspirasi vakum elektrik

Hb Hemoglobin

hCG Human chorionic gonadotrophin

HIV Human immunodeficiency virus

ICD International statistical classification of diseases (klasifikasi statistik


penyakit secara internasional

IM Intramuskuler

IUD Intrauterine device

IV Intravena

AVM Aspirasi vakum manual

NSAID Non-steroidal anti-inflammatory drug (Obat anti inflamasi non-


steroid)

POC Products of conception (Hasil kehamilan)

Rh Rhesus (golongan darah)

IMS Infeksi menular seksual

AV Aspirasi vakum

WHO World Health Organization (Badan Kesehatan Dunia)

2 | Daftar Istilah
3|Page

Definisi

Durasi atau usia kehamilan (gestasi)


Yaitu jumlah hari atau minggu sejak hari pertama periode menstruasi normal terakhir
pada perempuan dengan siklus yang teratur (bagi perempuan dengan siklus yang
tidak teratur, usia kehamilan harus ditentukan melalui pemeriksaan fisik atau
ultrasonografi). Trimester pertama umumnya dianggap sebagai telah mencapai 12
minggu atau, oleh beberapa ahli, sebagai 14 minggu pertama kehamilan. Di dalam
buku ini, usia kehamilan diartikan baik dalam minggu dan hari, sesuai definisinya
dalam International Statistical Classification of Diseases (ICD).*

Metode Medis untuk aborsi (Aborsi medis)


Yaitu penggunaan obat-obat farmakologis untuk mengakhiri kehamilan. Kadang-
kadang istilah "aborsi tanpa pembedahan" atau "aborsi medis" juga digunakan.

Dilator osmotik
Beberapa batang tipis dan pendek yang terbuat dari rumput laut (laminaria) atau
bahan sintetik. Setelah diletakkan pada mulut rahim (cervical os), dilator menyerap
kelembaban dan melebar, secara bertahap menyebabkan dilatasi (pelebaran) leher
rahim (cervix).

Metode pembedahan aborsi (Aborsi pembedahan)


Yaitu penggunaan prosedur trans-servikal untuk mengakhiri kehamilan,
termasuk aspirasi vakum dan dilatasi dan evakuasi (D&E).

* International statistical classification of diseases and health related problems, 10th revision – ICD-10,
Vol. 2, 2008 edition. Geneva: World Health Organization; 2009.

Definisi | 3
Tujuan penulisan buku panduan

Buku panduan praktek klinis untuk aborsi yang aman dimaksudkan untuk
memfasilitasi aplikasi praktis terhadap rekomendasi klinis dari edisi kedua buku
Aborsi yang Aman: Panduan Teknis dan Kebijakan Pada Sistem Kesehatan (World
Health Organization [WHO] 2012). Sementara dalam konteks hukum, perundang-
undangan, kebijakan dan penyedia-penerima layanan, mungkin akan berbeda di
berbagai negara, rekomendasi dan praktek terbaik dijelaskan di kedua buku ini untuk
memudahkan pengambilan keputusan berdasarkan bukti yang menghargai
perawatan aborsi yang aman.

Buku panduan ini berorientasi kepada para pemberi layanan yang telah memperoleh
keahlian dan pelatihan yang diperlukan untuk melakukan aborsi yang aman dan/atau
mengobati berbagai komplikasi akibat aborsi yang tidak aman. Maka buku ini bukan
merupakan pengganti pelatihan formal, bukan panduan pelatihan.

Kami harap buku ini berguna untuk berbagai macam penyedia layanan di berbagai
fasilitas dan pada konteks pelayanan kesehatan dan hukum yang berbeda-beda.

4 | Tujuan penulisan buku panduan


Prinsip dasar panduan

Penyedia layanan harus memahami undang-undang setempat dan kebutuhan akan


pelaporan. Dalam kerangkan Undang-Undang Nasional, semua norma, standar dan
praktek klinis yang berhubungan dengan aborsi harus meningkatkan dan melindungi:

Kesehatan perempuan dan remaja dan hak asasi mereka;

Pengambilan keputusan dengan informasi yang cukup dan sukarela;

Otonomi/kebebasan dalam pengambilan keputusan;

Tanpa diskriminasi;

Kerahasiaan dan bersifat pribadi (privasi).

Beberapa contoh praktis mengenai bagaimana


penyedia layanan dapat menggunakan prinsip berikut:
Semua perempuan dengan setara tanpa pertimbangan usia, suku, status sosio-
ekonomi atau perkawinan, dll secara cepat dan tepat;

Memastikan bahwa pelayanan aborsi diberikan dengan cara yang


menghormati semua perempuan sebagai pengambil keputusan;
Menyediakan informasi yang lengkap, akurat dan mudah dipahami;

Menghormati martabat perempuan, menjamin kerahasiaan dan privasi;

Sensitif terhadap kebutuhan dan perspektif (sudut pandang) perempuan;


Melindungi informasi medis dari pembocoran informasi tanpa izin;

Menyadari berbagai situasi dimana seorang perempuan mungkin dipaksa


melakukan aborsi (contohnya status kesehatannya, seperti hidup dengan HIV);

Ketika menangani remaja, mendorong keterlibatan orang tua melalui


pemberian dukungan, informasi dan edukasi. Jangan memaksakan adanya izin
dari orang tua, kecuali diharuskan oleh hukum.

Prinsip dasar panduan | 5


Daftar isi

1 Pre-aborsi
1.1 Informasi, konseling dan pengambilan keputusan 10
1.2 Riwayat medis 15
1.3 Pemeriksaan fisik 17
1.4 Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lainnya (bila 19
perlu dan tersedia
1.5 Mendiskusikan pilihan alat kontrasepsi 20

2 Aborsi
2.1 Ringkasan berbagai metode: Aborsi medis dan 23
pembedahan
2.2 Pencegahan dan pengendalian infeksi 25
2.3 Penanganan nyeri 27
2.4 Aborsi medis 30
2.5 Aborsi medis: ≤ 12 minggu (atau ≤ 84 hari) kehamilan 31
2.6 Aborsi medis: >12 minggu (atau > 84 hari) kehamilan 37
2.7 Aborsi pembedahan: Persiapan serviks 41
2.8 Obat-obatan, bahan dan peralatan untuk aborsi 44
pembedahan
2.9 Aborsi pembedahan: ≤12-14 minggu kehamilan 46
2.10 Aborsi pembedahan >12-14 minggu kehamilan 55

3 Pasca aborsi
3.1 Sebelum pemulangan dari fasilitas kesehatan 62
3.2 Pemeriksaan lanjutan oleh petugas kesehatan 63
3.3 Kontrasepsi pasca aborsi 64
3.4 Pemeriksaan dan penanganan komplikasi aborsi 67
BAGIAN

1
Pre-aborsi
Informasi, konseling dan pengambilan keputusan
Riwayat medis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lainnya
(bila perlu dan tersedia)
Mendiskusikan pilihan alat kontrasepsi

TUJUAN
Memberikan informasi dan menawarkan konseling dengan cara yang
mudah dipahami klien, agar memudahkan pengambilan keputusan
apakah melakukan aborsi, dan bila iya, metode apa yang dipilih.
Memastikan status kehamilan dan menentukan lokasi intrauterine dan
usia kehamilan.
Evaluasi kondisi medis yang memerlukan penanganan atau dapat
mempengaruhi pilihan prosedur aborsi.
Memberikan kesempatan selanjutnya untuk mendiskusikan penggunaan
kontrasepsi
Informasi, konseling dan pengambilan
1.1 keputusan

Penyediaan informasi
Informasi merupakan komponen penting pada pelayanan medis dan harus selalu
tersedia bagi para perempuan yang ingin melakukan aborsi. Hal-hal penting yang
sekurang-kurangnya harus diperhatikan adalah:
Adanya metode aborsi dan penanganan nyeri yang dapat dipilih;
Apa yang akan dilakukan sebelum, selama dan setelah penanganan, termasuk
berbagai pemeriksaan yang akan dilakukan;
Seperti apa kira-kira pengalaman yang akan dirasakan klien (contohnya nyeri dan
pendarahan) dan berapa lama proses ini akan berlangsung;
Bagaimana mengenali potensi komplikasi; serta bagaimana dan dimana mencari
bantuan bila diperlukan;
Kapan klien akan pulih dan dapat kembali melakukan aktivitas normal, termasuk
hubungan seksual;
Perawatan lanjutan, termasuk pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan di
masa yang akan datang;
Kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan hukum dan pelaporan.

Hampir semua klien perempuan yang melakukan aborsi yang aman tidak akan
mengalami efek jangka panjang (contohnya efek samping pada kehamilan
selanjutnya, konsekuensi psikologis yang buruk, kanker payudara) terkait kesehatan
umum atau reproduksinya sebagai akibat dari aborsi.

Anjurkan konseling
Konseling merupakan proses yang fokus dan interaktif dimana seseorang secara
sukarela mendapatkan dukungan, informasi tambahan dan panduan dari orang
yang terlatih, dilingkungan yang kondusif untuk secara terbuka menyampaikan
pikirannya, perasaannya dan sudut pandangnya. Ketika memberikan konseling,
ingatlah untuk:

10 | Bagian 1 Pre-aborsi
Menyampaikan informasi dalam bahasa yang sederhana;

Menjaga privasinya;

Mendukung dan memastikan respon yang cukup terhadap berbagai pertanyaan


dan kebutuhan perempuan;

Menghindari pemaksaan nilai-nilai dan kepercayaan pribadi.

Pengambilan keputusan
Jika seorang perempuan memilih untuk melakukan aborsi dan ada berbagai pilihan
metode aborsi yang tersedia, maka ia harus diizinkan untuk memilih diantara
berbagai jenis metode tersebut yang paling cocok baginya, berdasarkan usia
kehamilan dan kondisi kesehatannya. Informasi yang cukup dan akurat
berdasarkan ilmu pengetahuan, mengenai faktor-faktor resiko dan manfaat serta
kerugian setiap metode adalah sangat penting dalam membantunya mengambil
keputusan.

1.1 Informasi, konseling dan pengambilan keputusan | 11


Metode aborsi yang dianjurkan
Berdasarkan usia kehamilan

KEHAMILAN

12 | Bagian 1 Pre-aborsi

12 | Bagian 1 Pre-aborsi
Karakteristik tindakan aborsi
≤ 12-14 minggu
Aborsi Medis Aspirasi Vakum (AV)

 Tidak diperlukan pembedahan  Prosedur yang cepat


 Menyerupai proses keguguran  Menyelesaikan aborsi dengan mudah yang terlihat dari
 Tindakan dikontrol oleh klien dan dapat dilakukan penilaian aspirasi POC (hasil konsepsi)
di rumah (< 9 minggu)  Dilakukan di fasilitas kesehatan
 Membutuhkan waktu (berjam-jam hingga berhari-  Sterilisasi atau pemasangan IUD dapat dilakukan pada
hari) hingga aborsi selesai dan waktunya tidak saat yang bersamaan dengan tindakan
dapat diperkirakan  Membutuhkan instrumentasi rahim
 Dapat mengalami pendarahan dan kram, dan  Resiko perlukaan rahim atau leher rahim adalah kecil
berpotensi mengalami efek samping lainnya (mual,  Waktu aborsi dikontrol oleh fasilitas kesehatan dan
muntah) penyedia layanan
 Mungkin membutuhkan kunjungan ke klinik lebih
sering daripada tindakan AV

Dapat dipilih pada keadaan berikut: Dapat dipilih pada keadaan berikut:
 Untuk perempuan yang sangat gemuk  Jika ada kontraindikasi aborsi medis
 Dijumpai malformasi pada uterine (rahim) atau  Jika ada hambatan untuk waktu pelaksanaan tindakan
fibroid atau riwayat pembedahan serviks (leher aborsi
rahim) sebelumnya
 Jika klien tidak ingin dilakukan tindakan
pembedahan
 Jika pemeriksaan panggul tidak mungkin dilakukan
atau tidak diinginkan

Kontraindikasi
 Riwayat reaksi alergi terhadap obat-obatan yang  Tidak diketahui adanya kontraindikasi absolut
digunakan
 Porfiria yang diturunkan
 Gagal ginjal kronis
 Diketahui atau dicurigai adanya kehamilan ektopik
(karena misoprostol dan mifepristone tidak
mengobati kehamilan ektopik)

Pertimbangan klinis dan perhatian Pertimbangan klinis dan perhatian diperlukan


diperlukan untuk kasus-kasus: untuk kasus-kasus:
 Terapi kortikosteroid jangka panjang (termasuk  Dijumpai IUD terpasang (dilepaskan sebelum memulai
pada asma berat yang tidak terkontrol) tindakan)
 Kelainan hemoragik (pendarahan)
 Anemia berat
 Penyakit jantung bawaan atau faktor-faktor resiko
kardiovaskuler
 Dijumpai IUD terpasang (dilepaskan sebelum
memulai regimen pengobatan yang baru).

1.1 Informasi, konseling dan pengambilan keputusan | 13


>12-14 minggu
Aborsi Medis Dilatasi dan Evakuasi (D&E)

 Tidak diperlukan pembedahan  Prosedur yang cepat


 Menyerupai proses keguguran  Menyelesaikan aborsi dengan mudah yang
 Dilakukan di fasilitas kesehatan terlihat dari penilaian aspirasi POC (hasil
 Membutuhkan waktu (berjam-jam hingga berhari-hari) konsepsi)
hingga aborsi selesai dan waktunya tidak dapat  Dilakukan di fasilitas kesehatan
diperkirakan  Sterilisasi atau pemasangan IUD dapat
 Dapat mengalami pendarahan dan kram, dan berpotensi dilakukan pada saat yang bersamaan
mengalami efek samping lainnya (mual, muntah) dengan tindakan
 Klien tetap berada di fasilitas kesehatan hingga ekspulsi  Memerlukan persiapan servikal sebelum
(pengeluaran) sisa hasil kehamilan selesai tindakan
 Perempuan dengan scar (bekas luka) di Rahim memiliki  Membutuhkan instrumentasi rahim
resiko yang rendah (0.28%) terjadi rupture uteri selama  Resiko perlukaan rahim atau leher rahim
aborsi medis antara 12-14 minggu adalah kecil
 Waktu aborsi dikontrol oleh fasilitas
Dapat dipilih pada keadaan berikut: kesehatan dan penyedia layanan
 Untuk perempuan yang sangat gemuk
 Dijumpai malformasi pada uterine (rahim) atau fibroid
atau riwayat pembedahan serviks (leher rahim) Dapat dipilih pada keadaan berikut:
sebelumnya  Jika ada kontraindikasi aborsi medis
 Jika klien tidak ingin dilakukan tindakan pembedahan  Jika ada hambatan untuk waktu pelaksanaan
 Bila penyedia layanan yang terlatih dan berpegalaman tindakan aborsi
untuk D&E tidak tersedia

Kontraindikasi
 Riwayat reaksi alergi terhadap salah satu obat yang  Tidak diketahui adanya kontraindikasi
digunakan absolut untuk penggunaan D&E yang
 Porfiria yang diturunkan diketahui
 Gagal ginjal kronis
 Diketahui atau dicurigai adanya kehamilan ektopik
(karena misoprostol dan mifepristone tidak mengobati
kehamilan ektopik)

Pertimbangan klinis dan perhatian diperlukan Pertimbangan klinis dan perhatian


untuk kasus-kasus: diperlukan untuk kasus-kasus:
 Terapi kortikosteroid jangka panjang (termasuk pada  Dijumpai IUD terpasang (dilepaskan sebelum
asma berat yang tidak terkontrol) memulai regimen pengobatan yang baru)
 Kelainan hemoragik (pendarahan)
 Anemia berat
 Penyakit jantung bawaan atau faktor-faktor resiko
kardiovaskuler
 Dijumpai IUD terpasang (dilepaskan sebelum memulai
regimen pengobatan yang baru).

14 | Bagian 1 Pre-aborsi
Riwayat medis 1.2

Selain memperkirakan usia kehamilan, pengambilan riwayat klinis harus dilakukan


untuk identifikasi kontraindikasi terhadap metode aborsi medis maupun pembedahan
dan untuk identifikasi berbagai faktor resiko terhadap komplikasi.

Elemen-Elemen Riwayat Medis

Data pribadi  Nama, usia dan informasi kontak, bila memungkinkan

Alasan melakukan  Kondisi kehamilan, termasuk gejala-gejala selama kehamilan


perawatan medis atau kemungkinan komplikasi, seperti pendarahan pervaginam

 Detil mengenai kehamilan sebelumnya dan hasilnya, termasuk:


Riwayat obstetrik kehamilan ektopik, keguguran atau aborsi sebelumnya,
kematian janin, lahir hidup dan metode persalinan

 Hari pertama haid terakhir dan apakah haid terakhir adalah


normal.
 Pola siklus haid
 Masalah ginekologis, seperti riwayat pembedahan ginekologis
sebelumnya, riwayat sirkumsisi perempuan, atau berbagai
Riwayat ginekologis abnormalitas atau kondisi fisik yang diketahui.
 Riwayat penggunaan alat kontrasepsi:
o Penggunaan alat kontrasepsi saat ini;
o Alat kontrasepsi yag digunakan sebelumnya dan
pengalaman menggunakan kontrasepsi (positif atau negatif)
dengan metode metode tersebut

 Pasangan(-pasangan) saat ini dan apakah mereka juga


memiliki pasangan(-pasangan) lain
Riwayat seksual  Riwayat atau gejala penyakit menular seksual termasuk Human
immunodeficiency virus/acquired immunodeficiency syndrome
(HIV/AIDS)

is

1.2 Riwayat medis | 15


Elemen-Elemen Riwayat Medis
Ele
 Penyakit-penyakit kronis seperti hipertensi, gangguan kejang, men
gangguan pembekuan darah, penyakit hati, penyakit jantung, ts
Riwayat
diabetes, anemia sel-sabit, asma, penyakit jiwa yang signifikan. of
medis/pembedahan
 Detil mengenai riwayat rawatan rumah sakit sebelumnya. med
 Detil mengenai riwayat pembedahan sebelumnya. ical
hist
 Obat-obatan harian. ory
 Penggunaan obat-obatan saat ini atau pengobatan herbal,
Obat-obatan dan termasuk obat-obatan apapun dan detil penggunaannya (dosis,
alergi cara pemberian dan waktu pemberian) bila aborsi mandiri
pernah coba dilakukan.
 Alergi terhadap obat-obatan.
 Status perkawinan atau hubungan dengan pasangan.
 Lingkungan keluarga.
 Kekerasan atau pemaksaan oleh pasangan atau anggota
keluarga.
 Masalah sosial lain yang dapat mempengaruhi klien selama
rawatan.
 Riwayat penggunaan alkohol dan obat terlarang saat ini
Riwayat sosial
Catatan: pekerja kesehatan dapat menemukan klien perempuan
dengan situasi sosial yang sulit dalam hal penyediaan layanan
kesehatan. Dengan memfasilitasi rujukan ke layanan sesuai
kebutuhan klien, merupakan aspek yang penting pada perawatan
aborsi yang berkualitas; tetapi riwayat sosial (contohnya status
perkawinan) tidak boleh digunakan untuk menciptakan hambatan
tambahan terhadap perawatan.

16 | Bagian 1 Pre-aborsi
Pemeriksaan fisik 1.3

Elemen-elemen pemeriksaan fisik

 Penampakan umum
 Tanda-tanda vital
Penilaian kesehatan
 Tanda-tanda kelemahan, letargi, anemia atau kurang gizi
umum
 Tanda-tanda atau bekas kekerasan fisik
 Pemeriksaan fisik umum (sesuai indikasi)

 Palpasi (raba) uterus, perhatikan ukuran dan apakah terasa


lunak
Pemeriksaan
 Perhatikan bila ada masa lain di abdomen
abdomen
 Perhatikan bila ada bekas luka abdomen akibat pembedahan
sebelumnya

 Jelaskan apa yang dapat klien harapkan selama pemeriksaan


panggul
 Periksa genitalia luar untuk melihat adanya kelainan atau
tanda-tanda penyakit atau infeksi

Pemeriksaan dengan spekulum


 Lakukan inspeksi serviks dan saluran vagina;
 Perhatikan bila ada kelainan atau benda asing;
 Perhatikan tanda-tanda infeksi, seeprti nanah atau cairan lain
Pemeriksaan panggul
dari mulut rahim; bila dijumpai, ambillah sampel untuk dikultur,
(pelvis) (pemeriksaan
bila mungkin, dan berikan antibiotik sebelum aspirasi;
dengan spekulum dan
 Sitologi serviks dapat dilakukan pada tahap ini, bila ada indikasi
bimanual
dan tersedia.

Pemeriksaan bimanual
 Perhatikan ukuran, bentuk, posisi dan mobilitas uterus
 Nilailah massa adnexal (tambahan)
 Nilailah konsistensi uterus selama palpasi atau dengan
gerakan serviks, dan/atau konsistensi ruang rektovaginalis (cul-
de-sac), yang dapat menunjukkan adanya infeksi
 Pastikan status kehamilan dan usia kehamilan

is

1.3 Pemeriksaan fisik | 17


Penanggalan kehamilan
*
Dengan pemeriksaan fisik

Setelah 15–16 minggu


kehamilan, uterus mencapai
Setelah 4 minggu kehamilan, titik puncak antara simfisis
ukuran uterus membesar pubis dan umbilikus.
sekitar 1 cm per minggu.

2 4 8 12 16 20 30 40
Ukuran uterus (minggu)

Setelah 12 minggu kehamilan, Setelah 20 minggu


uterus naik keluar dari pelvis Kehamilan, tinggi
Usia 20 minggu Fundus dalam sentimeter
Kehamilan, uterus mencapai diukur dari simfisis
umbilikus. Pubis untuk menilai
usia kehamilan.

Keterbatasan Pertimbangan utama


penanggalan Uterus yang berukuran lebih kecil dari ukuran yang
kehamilan diharapkan dapat menunjukkan:
Berdasarkan Perempuan tidak sedang hamil;
ukuran uterus saat Penanggalan haid yang tidak akurat;
permeriksaan fisik Kehamilan ektopik atau kehamilan intrauterine yang
abnormal, contohnya aborsi spontan atau missed abortion*.
Kelainan
uterus/fibroid. Uterus yang berukuran lebih besar dari yang diharapkan
Kehamilan
dapat menunjukkan:
multipel.
Bekas retroversi Penanggalan haid yang tidak akurat;
uterus. Kehamilan multipel;
Obesitas. Kelainan uterus, seperti fibroid;
Kehamilan molar. Kehamilan molar

*Missed abortion adalah aborsi yang terjadi sebelum usia janin mencapai 20 minggu tetapi masih belum dikeluarkan
dari rahim selama 7 minggu atau lebih.
Goodman S, Wolfe M and the TEACH Trainers Collaborative Working Group. Early abortion training workbook, 3rd ed. San
*

Francisco: UCSF Bixby Center for Reproductive Health Research & Policy; 2007.
Pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan lainnya (bila perlu dan 1.4
tersedia)

Pemeriksaan berikut, bila tersedia, dapat dilakukan berdasarkan faktor-faktor resiko


perorangan, temuan saat pemeriksaan fisik dan sumber daya yang tersedia:

 Pemeriksaan kehamilan bila kehamilan belum dipastikan;

 Hemoglobin (Hb) atau hematokrit bila dicurigai anemia;

 Pemeriksaan rhesus (Rh), dimana Rh-immunoglobulin tersedia untuk wanita dengan


Rh-negatif;

 Pemeriksaan/konseling HIV

 Pemeriksaan penyakit menular seksual (biasanya dilakukan selama pemeriksaan


panggul);

 Skrining kanker serviks (dilakukan selama pemeriksaan panggul);

 Pemeriksaan laboratorium lain sesuai indikasi dari riwayat medis (pemeriksaan


fungsi ginjal atau hati, dll);

 Ultrasonografi diagnostik bila ada indikasi, untuk memastikan penanggalan


kehamilan atau lokasi kehamilan.

PENTING

Pemeriksaan laboratorium rutin bukan merupakan tindakan yang disyaratkan


untuk layanan aborsi.

is

1.4 Pemeriksaan laboratorium dan lainnya | 19


1.5 Mendiskusikan pilihan alat kontrasepsi

Insiatif untuk segera menggunakan kontrasepsi setelah aborsi terbukti meningkatkan


kepatuhan dan menurunkan resiko kehamilan yang tidak diinginkan.

Berikan informasi dan anjurkan untuk konseling


Informasikan kepada semua perempuan bahwa ovulasi (proses pembuahan)
dapat kembali terjadi dalam dua minggu setelah aborsi, sehingga mereka
memiliki resiko kehamilan kecuali mereka menggunakan alat kontrasepsi yang
efektif.

Bila klien tertarik menggunakan kontrasepsi, maka ia memerlukan informasi yang


akurat agar dapat menuntunnya dalam pemilihan alat kontrasepsi yang paling
cocok sesuai kebutuhannya.

Pahamilah bahwa beberapa perempuan mungkin lebih memilih untuk


mendiskusikan pilihan kontrasepsinya setelah aborsi selesai.

Bila seorang perempuan ingin melakukan aborsi akibat, menurutnya, kehamilan


karena kegagalan kontrasepsi, diskusikan apakah metode yang digunakan
selama ini tidak benar dan bagaimana cara menggunakannya dengan benar,
atau apakah ia ingin mencoba metode yang lain.

Pada akhirnya, keputusan akhir mengenai apakah akan menggunakan


kontrasepsi, dan pemilihan metode yang ingin digunakan, adalah keputusan
klien itu sendiri.

PENTING

Penerimaan klien terhadap alat kontrasepsi tidak boleh menjadi syarat untuk
memberinya layanan aborsi.

20 | Bagian 1 Pre-aborsi
Elements of medical history
BAGIAN

Abortion
Ringkasan berbagai metode: aborsi medis dan
pembedahan
Pencegahan dan pengendalian infeksi
Penanganan nyeri
Aborsi medis
o ≤ 12 minggu (atau ≤ 84 hari) kehamilan

o > 12 minggu (atau > 84 hari) kehamilan


Aborsi pembedahan
o Persiapan serviks
o Obat-obatan, bahan dan peralatan
o ≤ 12-14 minggu kehamilan

o > 12-14 minggu kehamilan


Ringkasan berbagai metode: 2.1
Aborsi medis dan pembedahan

Aborsi medis
Hingga 6 minggu (63 hari) 9-12 minggu (63-84 hari)

 Mifepristone 200 mg
Mifepristone dan misoprostol

 Oral
 Dosis tunggal

 Misoprostol 800 µg  Misoprostol 800 µg,


 vaginal, buccal (pipi) atau sublingual kemudian 400 µg
(bawah lidah)
 Dosis tunggal  Vaginal, kemudian vaginal
ATAU atau sublingual
Bila tidak lebih dari 7 minggu (49 hari)  Setiap 3 jam hingga 5 dosis
 Misoprostol 400 µg
 Oral  Mulailah 36-48 jam setelah
 Dosis tunggal minum mifepristone
Gunakan 24-48 jam setelah minum
mifepristone
Misoprostol
tunggal

 Misoprostol 800 µg
 Vaginal atau sublingual
 Setiap 3-12 jam hingga 3 dosis

Aborsi pembedahan
Hingga 6 minggu (63 hari)
Aspirasi Vakum
Metode aspirasi vakum yaitu:
 Aspirasi vakum manual (AVM)
 Aspirasi vakum elektrik (AVE)

2.1 Ringkasan berbagai metode, aborsi medis dan pembedahan | 23


>12 minggu (84 hari)

 Misoprostol 800 µg, kemudian 400 µg


 vaginal, kemudian vaginal atau sublingual
ATAU
Untuk kehamilan diatas 24
 Misoprostol 400 µg, kemudian 400 µg
minggu, dosis misoprostol
 Oral, kemudian vaginal atau sublingual
 Setiap 3 jam hingga 5 dosis harus diturunkan, karena
 Mulai digunakan pada 36-48 jam setelah adanya sensitivitas uterus
minum mifepristone terhadap prostaglandin,
tetapi kurangnya penelitian
klinis menyebabkan sulitnya
merekomendasikan dosis
 Misoprostol 400 µg tertentu.
 Vaginal atau sublingual
 Setiap 3 jam hingga 5 dosis

>12-14 minggu

Dilatasi dan evakuasi (D&E)


D&E merupakan metode pembedahan untuk aborsi pada kehamilan > 12-14
minggu

24 | Bagian 2 Aborsi
Pencegahan dan pengendalian infeksi 2.2

Karena prosedur aborsi dan perawatannya melibatkan kontak dengan darah dan cairan
tubuh lainnya, semua staf klinis dan staf pendukung yang melakukan pelayanan ini harus
memahami dan melakukan tindakan awal standar terhadap pencegahan dan
pengendalian infeksi, baik untuk perlindungan diri sendiri maupun perlindungan terhadap
pasien mereka. Insiatif untuk segera menggunakan kontrasepsi setelah aborsi terbukti
meningkatkan kepatuhan dan menurunkan resiko kehamilan yang tidak diinginkan.

Tindakan pencegahan standar, juga disebut sebagai tindakan pencegahan umum:

Harus dilakukan pada semua situasi dimana pekerja kesehatan mengantisipasi


kontak dengan: darah; cairan tubuh lain selain keringat; kulit yang tidak utuh; dan
membrane mukosa;

Harus selalu dipatuhi, meskipun pasien tidak dicurigai atau didiagnosis


mengalami infeksi;

Meminimalkan atau mengeliminasi penularan penyakit dari pasien kepada


pekerja kesehatan, dari pekerja kesehatan kepada pasien, atau dari pasien
kepada pasien.

Tindakan pencegahan standar


Mencuci tangan;
o Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir harus menjadi rutinitas
sebelum dan sesudah setiap kali kontak, termasuk setelah kontak dengan
barang yang mungkin terkontaminasi, bahkan meskipun telah menggunakan
sarung tangan;

o Sarung tangan harus digunakan dan diganti saat kontak dengan klien yang
berbeda dan antara pemeriksaan vaginal (atau rektal) meskipun pada
perempuan yang sama. Setelah menyelesaikan perawatan pada satu klien
dan melepaskan sarung tangan, pekerja kesehatan harus selalu mencuci
tangan mereka, karena sarung tangan dapat memiliki lubang yang tidak
terlihat.

2.2 Pencegahan dan pengendalian infeksi | 25


Menggunakan penghalang seperti gaun operasi, sarung tangan, celemek operasi
(apron), pelindung mulut, kaca mata pelindung dan sepatu:

o Perhatikan bahwa penggunaan peralatan tambahan, seperti sepatu boot


steril, tidak akan menyebabkan perbedaan yang besar terhadap
kemungkinan terjadinya infeksi, meskipun menghabiskan biaya yang lebih
besar.

Teknik aseptik:

o Sebelum melakukan tindakan aborsi pembedahan, serviks klien harus


dibersihkan dengan zat antiseptik (contohnya betadine).

Penanganan dan pembuangan instrumen yang tajam (“runcing”) – seperti mata


pisau dan jarum dengan sesuai.
Penanganan dan proses instrument dan bahan dengan sesuai.

Perhatian: Aspirator, kanul dan adaptor tidak aman bila dipegang langsung dengan
tangan sebelum dibersihkan.

PENT

26 | Bagian 2 Aborsi
Penanganan nyeri 2.3

Hampir semua perempuan akan mengalami sedikit nyeri dan kram selama aborsi. Bila
tidak diperhitungkan, maka dapat menyebabkan peningkatan kecemasan dan
ketidaknyamanan klien, sehingga beresiko memperpanjang durasi tindakan dan
mengganggu proses rawatan.

 Tingkat nyeri yang dirasakan klien dengan evakuasi uterus atau ekspulsi kehamilan,
dan respon mereka terhadap nyeri adalah sangat bervariasi.

 Maka penilaian kebutuhan penanganan nyeri harus dilakukan secara perorangan.

 Metode non-farmakologis dan farmakologis dapat membantu mengurangi nyeri yang


berhubungan dengan aborsi.

 Perhatian khusus harus diberikan terhadap riwayat medis klien, alergi dan
penggunaan obat secara bersamaan yang dapat bereaksi dengan obat anti nyeri
atau zat anastesi yang tersedia; agar mengoptimalkan penggunaan obat-obat anti
nyeri yang aman.

Pemahaman terhadap nyeri akibat aborsi


 Seorang perempuan yang melakukan aborsi dapat mengalami kecemasan,
ketakutan atau kepanikan.

o Kecemasan dapat meningkatkan sensitivitas terhadap nyeri

o Perempuan yang sangat cemas mungkin tidak akan mampu berbaring dengan
tenang di atas meja operasi untuk dilakukan aborsi pembedahan, dan akan
mengganggu keamannya bila tidak diatasi.

 Nyeri yang berhubungan dengan dilatasi servikal dan kontraksi uterus fisiologis
maupun mekanis sering dijumpai pada perempuan yang sedang melakukan aborsi.

PENTING

Tawarkan pada semua perempuan untuk melakukan penanganan nyeri yang


sesuai sebelum dilakukan aborsi medis atau pembedahan.

2.3 Penanganan nyeri | 27


Pilihan penanganan nyeri

ABORSI PEMBEDAHAN ABORSI MEDIS


 Komunikasi yang tidak menghakimi  Komunikasi yang tidak menghakimi
METODE NONFARMAKOLOGIS

dan saling menghargai dan saling menghargai


 Dukungan verbal dan meyakinkan  Dukungan verbal dan meyakinkan
kembali kembali
 Teknik operatif yang lancar dan  Penjelasan yang lengkap mengenai
sopan apa yang akan dialami
 Informasi awal mengenai setiap  Adanya dukungan orang yang
langkah tindakan (bila diminta klien) dapat terus menemani klien selama
 Adanya dukungan orang yang proses (bila diminta klien)
dapat terus menemani klien selama  Botol air panas atau duk hangat
proses (bila klien menginginkannya)
 Menyarankan pernafasan yang
terkontrol dan dalam
 Mendengarkan musik
 Botol air panas atau duk hangat

 Analgesik (anti inflamasi non-  Analgesik (NSAIDs, contohnya


steroid (NSAIDs), contohnya ibuprofen 400-800 mg)
ibuprofen 400-800 mg)  Ansiolitis/sedatif (contohnya
 Ansiolitis (anti cemas) / sedatif diazepam 5-10 mg)
METODE FARMAKOLOGIS

(penenang) (contohnya diazepam  Obat-obat tambahan juga dapat


5-10 mg) diberikan, sesuai indikasi, untuk
 Anastesi lokal (blok paraservikal mengatasi efek samping
menggunakan lidokain (biasanya misoprostol (contohnya loperamide
10-20 mL 0.5 – 1.0 %) untuk diare)
 Sedasi kesadaran atau anastesi >12 minggu kehamilan
umum pada beberapa kasus, tidak  Selain NSAIDs, anjurkan minimal
secara rutin. satu atau lebih obat berikut:
o Opioid oral;
o Opioid intramuscular (IM) atau
Intravena (IV); anestesi epidural.

 Paracetamol tidak dianjurkan untuk mengurangi nyeri selama aborsi.


 Untuk memastikan efektivitas obat oral saat dilakukan tindakan, berikan obat
tersebut 30-45 menit sebelum tindakan dimulai.

28 | Bagian 2 Aborsi
Contoh cara pemberian blok paraservikal*
Injeksi 1-2 mL anastetik pada lokasi servikal dimana tenakulum akan dipasang
(arah jam 12 atau jam 6, sesuai dengan keinginan pemberi layanan atau letak
serviks)
Kemudian, stabilisasi serviks dengan tenakulum pada lokasi yang dianastesi.
Gunakan traksi ringan untuk menggerakkan serviks dan pastikan perpindahan
epitel serviks yang lunak kejaringan vagina, yang memastikan penempatan untuk
injeksi tambahan.
Injeksi 2-5 mL secara perlahan lidokain dengan kedalaman 1.5-3 cm pada 2-4 titik
dipersimpangan servikal/vaginal (jam 2 dan jam 10, dan/atau jam 4 dan jam 8)
Pindahkan jarum selama injeksi ATAU aspirasi sebelum injeksi dilakukan untuk
mencegah injeksi intravaskuler.
Dosis maksimum lidokain pada blok paraservikal adalah 4.5 mg/kg/dosis atau
umumnya 200-300 mg (sekitar 20 mL dari 1% atau 40 mL dari 0.5%).

PENTING

Anastesi umum tidak selalu direkomendasikan untuk aspirasi vakum atau D&E.
Obat-obatan yang digunakan untuk anastesi umum merupakan salah satu dari beberapa
aspek yang berpotensi mengancam nyawa pada perawatan aborsi. Fasilitas yang
menganjurkan anastesi umum harus memiliki peralatan khusus dan staf terlatih untuk
melakukannya dan untuk mengatasi kemungkinan komplikasi.
Ketika penanganan nyeri intravena (IV), untuk sedasi kesadaran atau anastesi umum
diterapkan, klinisi yang terlatih (dan tersertifikasi, jika dibutuhkan secara hukum) untuk
memantau parameter pernafasan, kardiovaskuler dan neurologik, termasuk tingkat
kesadaran, harus hadir diruang tindakan. Dokter yang memberikan penanganan nyeri IV
harus dilatih untuk dapat memberikan bantuan pernafasan saat terjadi supresi nafas.

Adanya pembatasan kisaran dosis yang direkomendasikan mengurangi secara besar


semua resiko utama akibat penggunaan obat-obat ini. Jika obat-obat yang digunakan
menyebabkan sedasi dan berpotensi menimbulkan depresi nafas, maka harus disediakan
antagonisnya, sebaiknya diletakkan di trolley emergency, bersamaan dengan instruksi cara
penanganan efek samping.

*Maltzer DS, Maltzer MC, Wiebe ER, Halvorson-Boyd G, Boyd C. Pain management. In: Paul M, Lichtenberg ES,
Borgatta L, Grimes DA, Stubblefield PG, editors. A clinician’s guide to medical and surgical abortion. New York:
Churchill Livingstone; 1999:73–90.

2.3 Penanganan nyeri | 29


2.4 Aborsi medis

Pertimbangan klinis
 Aborsi medis merupakan proses banyak langkah yang melibatkan dua obat-obatan
(mifepristone dan misoprostol) dan/atau banyak dosis dari salah satu obat
(misoprostol tunggal).

 Mifepristone bersama misoprostol adalah lebih efektif daripada bila hanya diberikan
misoprostol, dan efek sampingnya lebih sedikit.

 Pemberian izin untuk penggunakan misoprostol di rumah setelah pemberian


mifepristone di fasilitas kesehatan dapat memastikan privasi, kenyamanan dan
penerimaan terhadap layanan ini, tanpa membahayakan keselamatan. Perawatan
aborsi berbasis fasilitas harus diterapkan untuk penanganan aborsi medis bagi
kehamilan diatas sembilan minggu (63 hari) dan penanganan kompilasi aborsi berat.

 Klien harus dapat mengakses pemberian saran dan pelayanan gawat darurat saat
terjadi komplikasi, bila perlu.

 Informasikan kepada klien bahwa misoprostol dapat menyebabkan efek teratogenik


jika aborsi gagal dilakukan dan klien memutuskan untuk melanjutkan kehamilan.

 Sebaiknya tidak memaksakan untuk melakukan terminasi untuk kehamilan yang


sudah terpapar (seperti di atas); data yang tersedia masih terbatas dan tidak jelas
mengenai teratogenitas. Tetapi karena adanya potensi resiko, maka pemeriksaan
lanjutan terhadap kehamilan yang dilanjutkan adalah sangat penting dalam situasi
ini.

 Mifepristone dan misoprostol tidak mengakhiri kehamilan ektopik.

 Tidak adanya pendarahan mungkin menunjukkan bahwa kehamilan ektopik, atau


bahwa aborsi tidak terjadi pada kehamilan intrauterine (didalam uterus).

 Walaupun jika kehamilannya adalah ektopik, klien dapat mengalami sedikit


pendarahan setelah diberikan mifepristone dan misoprostol akibat respon obat oleh
membrane desidua.

 Evaluasi klien untuk kemungkinan kehamilan ektopik bila dilaporkan adanya tanda
atau gejala kehamilan yang sedang berlangsung setelah dilakukan aborsi medis.
is

30 | Bagian 2 Aborsi
Aborsi medis: 2.5
≤12 Minggu (atau ≤ 84 hari) kehamilan

Pengobatan untuk aborsi medis


≤12 minggu (atau ≤84 hari) kehamilan
Hingga 9 minggu (63 hari) 9-12 minggu (63-84 hari)

 Mifepristone 200 mg
MIFEPRISTONE DAN MISOPROSTOL

 Oral
 Dosis tunggal

 Misoprostol 800 µg  Misoprostol 800 µg,


 vaginal, buccal atau sublingual kemudian 400 µg
 Dosis tunggal
ATAU  Vaginal, kemudian
Bila tidak lebih dari 7 minggu (49 hari) vaginal atau sublingual
 Misoprostol 400 µg  Setiap 3 jam hingga 5
 Oral
dosis
 Dosis tunggal
Gunakan 24-48 jam setelah minum  Dimulai pada 36-48 jam
mifepristone setelah minum
mifepristone
MISOPROSTOL
TUNGGAL

 Misoprostol 800 µg
 Vaginal atau sublingual
 Setiap 3-12 jam hingga 3 dosis

2.5 Aborsi medis: ≤ 12 minggu (atau ≤ 84 hari) kehamilan | 31


Pelaksanaan prosedur aborsi

Berikan obat-obatan untuk memulai aborsi medis


Mifepristone selalu diberikan secara oral.
Misoprostol dapat diberikan dengan berbagai cara, yaitu oral, vaginal, buccal dan
sublingual. Efek samping dan instruksi penggunaannya berbeda (perhatikan
karakteristik berbagai cara pemberian misoprostol, hal .32).
Profilaksis antibiotik tidak diperlukan untuk aborsi medis.

Berikan layanan dukungan sebelum dan selama ekspulsi


kehamilan
Pastikan bahwa semua klien memiliki akses untuk informasi dan pelayanan untuk
membantu selesainya tindakan aborsi, atasi berbagai efek samping umum yang
timbul dan tangani berbagai komplikasi yang dapat muncul.

Diskusikan berbagai tingkat nyeri dan pendarahan yang berhubungan dengan


proses aborsi. Jelaskan kemungkinan muculnya pendarahan hebat disertai
bekuan darah, pengeluaran hasil konsepsi, dan nyeri yang dapat secara
signifikan dirasakan lebih kuat daripada kram haid biasa pada beberapa
perempuan.
Klien harus mengetahui bagaimana cara berobat untuk:
o Pendarahan memanjang atau berat (menggunakan lebih dari dua pembalut per
jam selama dua jam berturut-turut);
o Demam yang berlangsung selama lebih dari 24 jam; atau
o Tidak enak badan selama lebih dari 24 jam setelah pemberian misoprostol.

Penggunaan misoprostol di rumah: hal-hal yang harus diperhatikan


Pastikan bahwa klien paham mengenai kapan dan bagaimana cara
menggunakan tablet misoprostol sebelum ia pulang ke rumah.
Pastikan bahwa klien paham mengenai kapan dan bagaimana cara
menggunakan obat anti nyeri. Dosis obat anti nyeri seharusnya berbeda pada
setiap perempuan sesuai pilihannya.
Pastikan bahwa klien paham bagaimana cara menghubungi penyedia layanan
saat ingin bertanya, khawatir atau terjadi komplikasi.
32 | Bagian 2 Aborsi
Penggunaan misoprostol di fasilitas kesehatan: hal-hal yang harus diperhatikan
Pastikan bahwa klien memiliki akses ke toilet perorangan ketika sedang
menunggu ekspulsi kehamilan.

Karakteristik berbagai cara pemberian misoprostol


CARA INSTRUKSI
CATATAN
PEMBERIAN PENGGUNAAN
Oral Pil ditelan  Hanya direkomendasikan
hingga 7 minggu (49 hari) dan
setelah 12 minggu (84 hari)
 Efek samping yaitu diare dan
mual, demam dan menggigil

Buccal Pil diletakkan diantara pipi  Demam dan menggigil lebih


dan gusi dan ditelan setelah berat dari pada pemberian
30 menit melalui vagina

Sublingual Pil diletakkan dibawah lidah  Demam, menggigil, diare dan


dan ditelan setelah 30 menit muntah lebih berat
dibandingkan pemberian
melalui vagina
 Mulai kerja obat paling cepat
dan kadar konsentrasi plasma
paling tinggi

Vaginal Pil dimasukkan ke fornix  Potongan pil lebih jelas terlihat


vagina (bagian terdalam  Efek samping paling kecil
vagina) dan klien diminta
untuk berbaring selama 30
menit

2.5 Aborsi medis: ≤ 12 minggu (atau ≤ 84 hari) kehamilan | 33


Cara pemberian misoprostol melalui buccal dan sublingual

Buccal Sublingual

Berbagai efek samping dan komplikasi serta penanganannya

KETERANGAN PENANGANAN
Nyeri  Komunikasi yang tidak menghakimi dan saling menghargai
 Dukungan verbal dan meyakinkan kembali
 Penjelasan yang lengkap mengenai apa yang akan dialami
 Adanya dukungan orang yang dapat terus menemani klien
selama proses (bila diinginkan klien)
 Botol air panas atau duk hangat
 NSAIDs, seperti ibuprofen
Pendarahan  Berikan harapan yang masuk akal mengenai jumlah dan
durasi pendarahan
 Bila ditemukan bukti gangguan hemodinamik, maka berikan
cairan intravena
 Lakukan aspirasi vakum untuk pendarahan berat
 Transfusi darah, bila perlu (jarang)

34 | Bagian 2 Aborsi
KETERANGAN PENANGANAN
Demam (dosis  Obat anti demam, seperti paracetamol
misoprostol
 Bila demam menetap selama lebih dari 24 jam setelah
berulang dapat
menyebabkan pemberian misoprostol, maka harus dilakukan penilaian lanjutan
kenaikan suhu)

Mual dan  Pulih tanpa obat. Pastikan, beri anti emetik bila perlu
muntah
Diare  Pulih tanpa obat. Pastikan, beri obat anti diare bila perlu
 Anjurkan untuk hidrasi per oral

Infeksi panggul  Bila dicurigai terjadi infeksi, lakukan pemeriksaan fisik


 Bila terbukti ada infeksi, berikan antibiotik dan evakuasi uterin
dan rawat inap bila perlu

Perawatan lanjutan
Mifepristone dan misoprostol
Tidak ada indikasi medis untuk pemeriksaan lanjutan rutin yang wajib. Klien harus
melakukan kunjungan lanjutan bila diinginkan. Jika kunjungan lanjutan
dijadwalkan, maka harus dilakukan dalam 7 dan 14 hari.

Misoprostol tunggal
Pemeriksaan lanjutan di klinik yang dianjurkan dilakukan untuk memastikan bahwa
aborsi telah selesai. (regimen ini kurang efektif dibandingkan dengan regimen
kombinasi).

Penilaian aborsi komplit


Manfaat dari tanda dan gejala klinis dengan pemeriksaan bimanual, kadar human
chorionic gonadotrophin (hCG) atau ultrasonografi (bila tersedia) dapat memastikan bila
aborsi telah selesai.

2.5 Aborsi medis: ≤ 12 minggu (atau ≤ 84 hari) kehamilan | 35


Evaluasi lanjutan untuk aborsi komplit diperlukan bila:
Bila klien melaporkan adanya gejala kehamilan yang sedang dialami dan/atau
hanya mengalami sedikit pendarahan setelah menggunakan obat aborsi sesuai
anjuran, maka:
o Kehamilan yang sedang berlangsung harus dicurigai dan lakukan evaluasi
lanjutan yang terdiri dari pemeriksaan panggul, menunjukkan uterus yang
membesar; atau scan ultrasonografi, menunjukkan adanya kehamilan yang
sedang berlangsung;
o Anjurkan aspirasi vakum atau pengulangan pemberian misoprostol untuk
menyelesaikan aborsinya;
Bila klien melaporkan pendarahan dan kram yang memanjang dan berlebihan,
serta tidak dicurigai adanya kehamilan intrauterine (perhatikan di atas):
o Pertimbangkan diagnosis kehamilan ektopik dan lakukan penanganan yang
tepat;
o Berikan misoprostol dosis berulang atau aspirasi vakum untuk menyelesaikan
aborsi;
Bila klien melaporkan pendarahan yang lebih sedikit dari yang diperkirakan atau
tanpa pendarahan, dan tidak dicurigai adanya kehamilan intrauterine:
o Pertimbangkan diagnosis kehamilan ektopik dan lakukan penanganan yang
tepat.

36 | Bagian 2 Aborsi
Aborsi medis: 2.6
>12 Minggu (atau > 84 hari) kehamilan

Pertimbangan klinis
Pemberian misoprostol dilakukan di fasilitas kesehatan.
Klien perempuan tetap tinggal di fasilitas kesehatan hingga ekspulsi kehamilan
selesai
Bila usia kehamilan adalah lebih dari 20 minggu, beberapa ahli kesehatan
mempertimbangkan untuk menghancurkan janin sebelum tindakan.
Sensitivitas uterus terhadap prostaglandin meningkat seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan. Dosis misoprostol harus diturunkan dengan
bertambahnya usia kehamilan.

Rekomendasi untuk aborsi medis

>12 MINGGU (ATAU >84 HARI)

 Mifepristone 200 mg
MIFEPRISTONE DAN MISOPROSTOL

 Oral
 Dosis tunggal

 Misoprostol 800 µg, kemudian 400 µg


 vaginal, kemudian vagial atau sublingual
ATAU
 Misoprostol 400 µg, kemudian 400 µg Untuk kehamilan diatas 24
 Oral, kemudian vaginal atau sublingual minggu, dosis misoprostol
 Setiap 3 jam hingga 5 dosis harus dikurangi, karena
 Mulai pemberian pada 36-48 jam setelah
adanya sensitivitas uterus
pemberian mifepristone
terhadap prostaglandin
yang lebih besar, tetapi

2.6 Aborsi medis: > 12 minggu (atau > 84 hari) kehamilan | 37


hanya ada sedikit
MISOPROSTOL TUNGGAL

penelitian klinis sehingga


rekomendasi dosis
tertentu sulit diberikan
 Misoprostol 800 µg
 Vaginal atau sublingual
 Setiap 3 jam hingga 5 dosis

Melakukan tindakan aborsi

Pemberian obat untuk memulai aborsi medis


Mifepristone selalu diberikan secara oral
Misoprostol dapat diberikan dengan berbagai cara, yaitu oral, vaginal, buccal dan
sublingual. Setiap cara memiliki efek samping dan instruksi yang berbeda
Profilaksis antibiotik tidak diperlukan untuk aborsi medis.

Memastikan pemberian misoprostol berulang dengan segera bila


perlu dan menganjurkan perawatan dukungan selama menunggu
ekspulsi kehamilan
Kram biasanya sering dimulai sebelum dosis kedua misoprostol diberikan; tetapi
waktunya sangat bervariasi. Dimulai dari waktu pemberian dosis pertama misoprostol.
Klien perempuan sebaiknya dipantau secara teratur, terutama yang berhubungan dengan
penanganan nyerinya.

38 | Bagian 2 Aborsi
Waktu yang diperkirakan untuk ekspulsi dan selesai aborsi meningkat dengan
bertambahnya usia kehamilan dan pada nulipara (perempuan yang belum pernah
melahirkan).

Ekspulsi (pengeluaran) janin/plasenta


Jika janin/produk konsepsi (POC) tidak keluar setelah 8-10 jam setelah pemberian
misoprostol, lakukan pemeriksaan vagina, dan keluarkan POC jika dijumpai pada
vagina dan mulut rahim.
Kuretase uterine rutin tidak dianjurkan.
o Penggunaan metode modern untuk aborsi medis (misoprostol dengan atau tanpa
mifepristone) menyebabkan kemungkinan retensi plasenta (plasenta tertahan)
sangat kecil (<10%). Evakuasi uterine dengan aspirasi vakum (atau kuretase, bila
aspirasi tidak tersedia) untuk mengeluarkan plasenta hanya boleh dilakukan pada
klien perempuan yang mengalami pendarahan berat, demam atau plasenta
tertahan selama lebih dari 3-4 jam.

2.6 Aborsi medis: > 12 minggu (atau > 84 hari) kehamilan | 39


Penyembuhan dan pemulangan dari fasilitas kesehatan
Yakinkan klien bahwa prosedur telah selesai dan dia tidak sedang hamil lagi.
Tawarkan untuk mengatasi kebutuhan psikologis/emosional apapun dari klien,
yang mungkin muncul segera setelah aborsinya selesai.
Pantau klien bila terhjadi komplikasi dan berikan penanganan sesuai indikasi.
Klien dapat meninggalkan fasilitas kesehatan ketika ia stabil dan memenuhi
syarat untuk dipulangkan.
Pastikan bahwa klien mendapat semua informasi dan/atau obat-obatan yang
dibutuhkan sebelum meninggalkan fasilitas kesehatan.
Catat semua dampak dari pengobatan, termasuk bila muncul efek samping.

CATATAN

Demam merupakan efek samping yang paling sering dialami pada pemberian dosis
misoprostol yang berulang; pemberian paracetamol atau ibuprofen akan
mengurangi ketidaknyamanan ini. Demam yang menetap selama beberapa jam
setelah dosis misoprostol terakhir harus dinilai.

Nyeri berat yang menetap harus dinilai untuk memastikan tidak terjadi rupture uteri,
komplikasi yang jarang terjadi.

40 | Bagian 2 Aborsi
Aborsi pembedahan: 2.7
Persiapan serviks

Persiapan serviks sebelum dilakukan aborsi pembedahan, sangat dianjurkan kepada


semua perempuan dengan kehamilan lebih dari 12-14 minggu.

Berikan informasi dan anjurkan untuk konseling


Meskipun tidak selalu dianjurkan pada kehamilan kurang dari 12 minggu,
persiapan serviks dapat dipertimbangkan bagi perempuan yang melakukan
aborsi pembedahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan ini yaitu
pakah perempuan tersebut beresiko tinggi mengalami komplikasi aborsi, selain
adanya pengalaman dari penyedia layanan.

Persiapan serviks yang cukup dapat menurunkan resiko kematian akibat aborsi
pembedahan pada trimester kedua, termasuk resiko terjadinya jejas (perlukaan)
di serviks, perforasi uterus dan aborsi inkomplit.

Dilator osmotik dan zat farmakologis dapat digunakan untuk persiapan serviks.

Analgesic (anti nyeri), seperti ibuprofen dan/atau narkotik, selain ansiolitis oral
sesuai indikasi, harus diberikan saat dilakukan persiapan serviks dan diulang
sesuai indikasi, sebelum melakukan tindakan, untuk memaksimalkan
efektivitasnya.

PENTING

Bila seorang perempuan yang sedang dilakukan persiapan serviks mulai


mengalami pendarahan berat per vaginam, maka tindakan evakuasi harus segera
dilakukan.

2.7 Aborsi pembedahan: Persiapan serviks | 41


Persiapan serviks sebelum tindakan aborsi pembedahan

≤12-14 Minggu >12-14 Minggu

 Pemasangan luminaria ke dalam  Penggunaan misoprostol


canalis servikalis pada 6-24 jam menyebabkan dilatasi yang lebih kecil
sebelum tindakan daripada dilator osmotik tetapi hanya
 Pemberian mifepristone memerlukan tindakan satu hari saja
pada hampir semua perempuan.
DOSIS CARA JADWAL  Kehamilan 12-19 minggu: misoprostol
PEMBERIAN atau dilator osmotik
200 mg Oral 24-48 jam  Kehamilan diatas 20 minggu: lebih
sebelum dipilih dilator osmotik
tindakan  Pemberian misoprostol

 Pemberian misoprostol DOSIS CARA JADWAL


PEMBERIAN
DOSIS CARA JADWAL 400 µg Vaginal 3-4 jam
PEMBERIAN sebelum
400 µg Vaginal 3-4 jam tindakan
sebelum
tindakan
400 µg Sublingual 2-3 jam
sebelum
tindakan

CATATAN: pemberian melalui vaginal dapat


menyebabkan dilatasi yang cukup efektif
dengan efek samping minimal daripada
pemberian melalui sublingual

42 | Bagian 2 Aborsi
Contoh cara memasang dilator osmotik
Letakkan spekulum ke dalam vagina dan sapu serviks dengan cairan antiseptik
non-alkohol
Berikan anastesi lokal pada bibir serviks, atau blok servikal penuh (perhatikan
instruksi untuk pemberian blok paraservikal, hal 29), kemudian fiksasi bibir serviks
dengan tenakulum non-traumatik
Fiksasi ujung alat osmotik dengan forcep (forsep cincin atau packing/lengkung)
dan masukkan kedalam canalis endocervicalis sedemikian hingga ujungnya
memanjang melewati mulut rahim dalam. Lubrikasi dilator osmotik dengan jelly
atau dengan cairan antiseptik untuk memudahkan pemasangan
Selanjutnya pasang dilator berdekatan satu sama lain dalam mulut rahim, agar
keduanya berpelukan dalam canalis cervicalis.

Pertimbangan lain untuk penggunaan misoprostol dan dilator osmotik


dalam persiapan serviks

Dilator osmotik

Dilatasi maksimum terjadi antara 6-12 jam setelah pemasangan. Bila jumlah
dilator osmotik yang dipasang lebh sedikit dari yang diinginkan pada awalnya,
maka tindakan dapat diulang, dalam 4 jam atau pada hari berikutnya, untuk
memasang dilator tambahan
Karena ada resiko minimal terjadinya ekspulsi setelah pemasangan luminaria,
klien sering meninggalkan klinik dan kembali lagi saat akan melakukan tindakan
pada jadwal selanjutnya.

Misoprostol

Klien dapat mengalami sedikit pendarahan dan kram akibat misoprostol


Pastikan adanya tempat bagi klien untuk menunggu dengan nyaman selama
menunggu timbulnya efek misoprostol
Bila serviks tidak berdilatasi degan mudah setelah satu dosis misoprostol, maka
dosis dapat diulang.

2.7 Aborsi pembedahan: Persiapan serviks | 43


2.8 Obat-obatan, bahan dan peralatan untuk
aborsi pembedahan

PENILAIAN KLINIS PROSEDUR AV DAN D&E

 Air bersih
 Deterjen atau sabun
 Zat persiapan serviks (contohnya misoprostol, mifepristone,
dilator osmotik)
OBAT DAN BAHAN

 Obat anti nyeri, seperti analgesik dan ansiolitik


 Sarung tangan
 Sarung  Gaun, pelindung wajah
tangan  Jarum (spinal G22 untuk blok paraservikal dan G21 untuk
pemeriksaan pemberian obat)
yang bersih  Alat suntik (5,10 dan 20 mL)
 Lidokain untuk blok paraservikal
 Spons kasa dan bola kapas
 Cairan antiseptik (non-alkohol) untuk persiapan serviks
 Cairan perendam instrumen
 Cairan dan material sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi
 Alat suntik silikon untuk lubrikasi

 Spekulum (yang mulut lebar untuk menambah paparan


terhadap serviks dan yang pendek untuk agar serviks
tidak terdorong jauh, atau spekulum sims bila ada
asisten)*
 Tenakulum (bila tersedia)
 Dilator lancip hingga 51 mm atau lingkaran yang
ekuivalen*
PERALATAN

 Alat  Kanul berukuran stepwise hingga 12-14 mm


pemeriksaan  Aspirator vakum elektrik (dengan kanul hingga 12-14 mm)
tekanan atau aspirator vakum manual (dengan kanul hingga 12-14
darah mm)
 Stetoskop  Forcep evakuasi uterus Bierer (besar dan kecil)*
 Forcep evakuasi uterus Sopher (kecil) *
 Kuret fleksibel postpartum besar*
 Forcep spons
 Mangkuk stainless steel untuk cairan persiapan
 Baki instrument
 Piring kaca jernih untuk inspeksi jaringan
 Saringan (metal, kaca atau kasa)

*Peralatan untuk dilatasi dan evakuasi (D&E) diberi penebalan pada


huruf

44 | Bagian 2 Aborsi
PENYEMBUHAN BILA TERJADI KOMPLIKASI

 Sapu tangan bersih (sanitary napkins)  Antagonis yang sesuai terhadap obat anti
atau bola kapas nyeri
 Analgesic  Uterotonik (oksitosin, misoprostol atau
 Antibiotik ergometrine)
 Informasi mengenai perawatan diri pasca  Infus intravena dan cairan intravena
tindakan (NaCl, sodium lactate, glukosa)
 Alat kontrasepsi pasca aborsi dan  Mekanisme perujukan yang jelas ke
informasinya dan/atau rujukan fasilitas yang lebih tinggi, bila perlu

 Alat pemeriksaan tekanan darah  Oksigen dan ambu-bag


 Stetoskop  Akses di tempat untuk mesin
ultrasonografi (pilihan)
 Jarum panjang (long needle-driver) dan
jarum jahit
 Gunting
 Uterine packing

2.8 Obat-obatan, bahan dan peralatan untuk aborsi pembedahan | 45


2.9 Aborsi pembedahan:
≤12-14 minggu kehamilan

Pertimbangan klinis
Ada dua jenis aspirasi vakum

Aspirasi vakum manual (AVM) yang menggunakan aspirator tangan untuk memulai
vakum. Aspirator ini ditempelkan di kanul dengan diameter antara 4-14 mm dan
dapat digunakan diberbagai kondisi, termasuk kondisi tanpa listrik.

Aspirasi vakum elektrik (AVE) menggunakan pompa elektrik untuk memulai vakum
dan dapat mengakomodasi kanul hingga diameter antara 14-16 mm, beserta tabung
berdiameter lebih besar (untuk kanul >12 mm)
Tindakan aborsi yang dilakukan tidak berbeda, tidak tergantung pada jenis vakum yang
digunakan.

Sebelum memulai tindakan

Rujuk klien ke fasilitas yang tepat, bila perlu, bila kondisi yang dideteksi dapat
menyebabkan atau memperberat komplikasi
Lakukan persiapan serviks, bila perlu. (perhatikan Aborsi medis: persiapan serviks
Bagian 2.7, hal. 41)

Berikan profilaksis antibiotik untuk mengurangi infeksi pasca tindakan


Pastikan bahwa klien telah menerima obat anti nyeri

Pastikan bahwa semua peralatan yang diperlukan dikumpulkan dan tersedia


untuk digunakan. Bila menggunakan AVM, pastikan bahwa:

o Aspirator menahan vakum dengan baik sebelum memulai tindakan;

o Aspirator cadangan juga tersedia, seandainya terjadi kerusakan teknis pada


aspirator utama.

46 | Bagian 2 Aborsi
PENTING

Untuk mengurangi resiko infeksi pasa tindakan, profilaksis antibiotik sebaiknya


dimulai sebelum pre-operatif atau peri-operatif: fasilitas-fasilitas yang
menawarkan aborsi pembedahan harus berusaha untuk selalu memastikan
suplai antibiotik yang cukup. Tetapi bila antibiotik tidak tersedia, aborsi masih
boleh dilakukan.

2.9 Aborsi pembedahan: ≤12-14 minggu kehamilan | 47


Aborsi pembedahan
≤12–14 minggu kehamilan

1 Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih

Cuci tangan dan gunakan alat pelindung


2
Lakukan pemeriksaan bimanual
3
Pasang spekulum
4
Lakukan persiapan antiseptik serviks
5
Lakukan blok paraservikal (atau lanjut ke tahap 7)
6
Lakukan dilatasi serviks
7
Masukkan kanul
8
Aspirasi isi uterus
9
Periksa jaringan
10
Lakukan tindakan tambahan lainnya
11
12 Penyembuhan dan pemulangan dari fasilitas kesehatan

4848
| Bagian 2 Aborsi
| Bagian 2 Aborsi
TEKNIK “TANPA-SENTUH”

Mengurangi infeksi setelah aspirasi vakum dilakukan, dapat dicapai dengan


menggunakan instrumen yang tepat yang didesinfeksi atau sterilisasi, pemberian
profilaksis antibiotik, dan penggunaan teknik “tanpa-sentuh”.
Teknik tanpa-sentuh adalah dimana bagian instrumen yang akan dimasukkan ke
uterus tidak boleh menyentuh objek atau permukaan yang tidak steril, termasuk
dinding vagina, sebelum dimasukkan.

Karena itu selama tindakan aspirasi dilakukan, operator harus:


 Menggenggam dan menyentuh hanya bagian tengah dilator, tidak menyentuh

bagian ujung;
 Menempelkan kanul ke sumber vakum tanpa menyentuh ujung kanul;
 Menjauhkan instrumen bekas pakai dari instrumen steril yang ada di baki.

Teknik ini menunjukkan bahwa, meskipun cairan antiseptik sudah dioleskan ke


serviks, tidak mungkin dilakukan sterilisasi vagina.
Referensi: Meckstroth K, Paul M. First trimester aspiration abortion. In: Paul M. Lichtenberg ES,
Borgatta L, Grimes DA, Stubblefield PG, Creinin MD, editors. Management of unintended and
abnormal pregnancy: comprehensive abortion care. Oxford: Blackwell Publishing Ltd.; 2009:135–56.

1 Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih

Klien diminta untuk mengosongkan kandung empedunya, kemudian bantulah klien


dengan hati-hati untuk naik ke meja operasi dalam posisi litotomi dorsalis.

2 Cuci tangan dan gunakan alat pelindung

Cuci tangan dan gunakan alat pelindung dengan benar, termasuk sarung tangan yang
bersih.

3 Lakukan pemeriksaan bimanual

Lakukan pemeriksaan bimanual untuk memastikan atau memeriksa kembali temuan-


temuan, jika penilaian sebelumnya telah dilakukan; maka operator harus telah memiliki
hasil penilaian yang akurat dalam hal ukuran dan posisi uterus sebelum melakukan
evakuasi uterus.

2.9 Aborsi pembedahan: ≤12-14 minggu kehamilan | 49


4 Pasang spekulum

Pastikan visualisasi serviks adekuat (cukup).

5 Lakukan persiapan antiseptik serviks

Sapu serviks dengan cairan antiseptik, dimulai dengan mulut serviks dengan satu
spons setiap sapuan dan melingkar keluar hingga mulut serviks telah tersapu
seluruhnya dengan antiseptik.

6 Lakukan blok paraservikal (atau lanjut ke tahap 7)

Perhatikan Bagian 2.3, hal.29

7 Lakukan dilatasi serviks

Dilatasi tidak diperlukan bila serviks dapat dimasuki oleh kanul yang ukurannya cukup
untuk melewati mulut rahim. Dlatasi serviks merupakan langkah penting bila serviks
ditutup atau tidak cukup berdilatasi. Klien dengan aborsi inkomplit sering telah
mengalami serviks dengan dilatasi yang cukup.

Teknik dilatasi serviks adalah:

Periksa dengan benar posisi uterus dan serviks dan pasang tenaculum pada
bagian anterior atau posterior bibir serviks. Setelah tenakulum terpasang,
lakukan traksi secara terus menerus untuk meluruskan canalis cervicalis;
Gunakan dilator yang terkecil (atau pencari mulut rahim dari bahan plastik, bila
diperlukan dan tersedia) untuk mencari canalis cervicalis;
Lakukan dilatasi secara perlahan, jangan menggunakan paksaan, lakukan
teknik tanpa-sentuh dengan dilator mekanik secara berturut-turut, disamping
juga menstabilkan serviks dengan traksi secara perlahan pada tenakulum
servikal.

50 | Bagian 2 Aborsi
CATATAN

Keamanan tindakan dilatasi tergantung dari jelasnya penampakan serviks yang


cukup, teknik yang dilakukan perlahan dan pengetahuan posisi uterus. Jika dilatasi
sulit dilakukan, maka sebaiknya tidak dipaksa dengan dilator. Tetapi ubah arah
atau jalur untuk mencari canalis cervicalis, atau ulangi pemeriksaan bimanual
untuk memastikan posisi uterus. Kadang-kadang, mengganti spekulum dengan
ujung yang lebih pendek dapat memberikan ruang dan fleksibilitas lebih besar
untuk meluruskan sudut serviks. Pada akhirnya, jika dilatasinysa sangat sulit,
maka pertimbangkan pemberian misoprostol dan tunda tindakan selama 3 jam,
atau mintalah pendampingan dari teman kerja, bila tersedia.

8 Masukkan kanul

Ketika dilatasi serviks yang sesuai telah dicapai, masukkan kanul tepat pada mulut rahim
dalam dan ke dalam ruang rahim sambil melakukan traksi secara perlahan ke dalam
serviks.

Jangan memasukkan kanul dengan paksa, untuk mencegah trauma pada serviks atau
uterus.
Hentikan tindakan bila dijumpai tanda-tanda perforasi uterus.

Memilih ukuran kanul untuk


PENTING
aspirasi aborsi
Penggunaan kanul dengan ukuran Ukuran uterus Ukuran kanul
yang sesuai dengan ukuran uterus (minggu sejak yang
dan dilatasi serviks. Penggunaan haid terakhir) disarankan
kanul yang terlalu kecil adalah tidak (mm)
efisien dan dapat menyebabkan 4-6 4-7
aborsi inkomplit, jaringan kehamilan 7-9 5-10
tidak keluar atau suction yang gagal. 9-12 8-12
12-14 10-14
*

2.9 Aborsi pembedahan: ≤12-14 minggu kehamilan | 51


9 Aspirasi isi uterus

Letakkan aspirator atau vakum yang telah disiapkan dan telah terhubung
dengan kanul, dengan memegang tenakulum dan pada ujung kanul di satu
tangan dan terhubung aspirator dan vakum pada tangan lainnya lagi.

 Lakukan suction (hisap) ketika ujung kanul terletak pada bagian tengah uterus;
saat uterus berkontraksi, dinding uterus akan terasa lebih lunak dan fundus akan
menurun.
 Evakuasi isi uterus dengan perlahan memutar kanul 180° untuk setiap arah.
Darah dan jaringan akan terlihat melalui kanul. Jangan menarik membuka kanul
diluar mulut rahim, karena suction akan hilang.
 Jika aspirator AVM telah penuh, lepaskan aspirator dari kanul, sementara kanul
tetap tinggal di dalam uterus, kosongkan aspirator ke dalam tabung yang sesuai
dan hubungkan kembali vakum. Ulangi tindakan ini hingga uterus kosong.

PENTING

 Tanda-tanda berikut menunjukkan bahwa uterus kosong:


o Busa berwarna merah atau merah muda keluar dan tidak ada lagi jaringan
yang terlihat melewati kanul;
o Sensasi rasa seperti pasir saat kanul melewati sepanjang permukaan
uterus yang dievakuasi;
o Terjadi kontraksi uterus di sekitar kanul;
o Klien merasakan kram atau nyeri yang semakin bertambah, yang
menunjukkan bahwa uterus sedang berkontraksi.

 Ketika tindakan selesai, keluarkan kanul dan tenakulum serviks, usap serviks
dengan kapas alkohol yang bersih dan nilailah banyak pendarahan uterus atau
serviks.

52 | Bagian 2 Aborsi
10 Periksa jaringan

Inspeksi POC adalah sangat penting, untuk memastikan bahwa aborsi telah selesai.
Untuk memeriksa jaringan, kosongkan uterus dan lakukan aspirasi ke dalam wadah
khusus (jangan melakukan aspirasi dorong POC melalui kanul, karena akan
menyebabkan kontaminasi).

Perhatikan:
Jumlah dan penampakan POC: villi, desidua dan kantong/membran dalam
jumlah yang tepat berdasarkan usia kehamilan; setelah 9 minggu kehamilan,
akan terlihat bagian janin;
Adanya vili hidrofik yang berbentuk seperti anggur, yang menunjukkan
adanya kehamilan molar.

Bila inspeksi visual tidak jelas, maka jaringan harus disaring, letakkan pada
tabung yang transparan, bilas dengan air atau cuka, dan lakukan pemeriksaan
dengan penyinaran lampu dari bawah. Bila terlihat bentuk yang abnormal, maka
specimen jaringan dapat dikirimkan ke laboratorium patologi.

Bila POC tidak terlihat, artinya lebih sedikit jaringan yang keluar dari uterus dari
yang diharapkan, atau sampel jaringannya tidak jelas, ini mungkin menunjukkan:
o Aborsi inkomplit: rongga uterus masih mengandung POC, bahkan
meskipun telah terlihat kosong pada akhir tindakan;
o Aborsi spontan telah selesai sebelum dilakukan tindakan;
o Aborsi gagal: semua POC tetap berada di rongga uterus;
o Kehamilan ektopik: bila vili tidak terlihat, dapat dicurigai adanya kehamilan
ektopik;
o Anomali secara anatomi: pada uterus bicornis atau septus, kanul
mungkin masuk ke dalam sisi uterus yang tidak berisi janin.
Bila sangat jelas tidak terlihat adanya kantong/membran dan vili saat
dilakukan penilaian jaringan, maka dapat dianggap tidak dijumpai jaringan
POC, lakukan aspirasi ulang dan/atau penilaian untuk kehamilan ektopik.

2.9 Aborsi pembedahan: ≤12-14 minggu kehamilan | 53


11 Lakukan tindakan tambahan lainnya

Setelah tindakan aspirasi selesai, lanjutkan dengan tindakan tambahan, seperti


pemasangan IUD, ligase tuba atau perbaikan laserasi serviks, sesuai indikasi.

12 Penyembuhan dan pemulangan dari fasilitas kesehatan

Yakinkan klien bahwa tindakan telah selesai dan ia tidak sedang hamil.
Tawarkan untuk mengatasi kebutuhan psikologis/emosional apapun dari klien,
yang mungkin muncul segera setelah aborsinya selesai.
Pantau klien terhadap kemungkinan adanya komplikasi dan berikan penanganan
sesuai indikasi.
Klien dapat meninggalkan fasilitas kesehatan ketika ia stabil dan memenuhi
kriteria untuk pemulangan.
Pastikan bahwa klien memiliki semua informasi dan obat yang diperlukan
sebelum meninggalkan fasilitas.
Catat semua dampak dari pengobatan, termasuk efek samping.

54 | Bagian 2 Aborsi
Aborsi pembedahan: 2.10
>12-14 minggu kehamilan

Pertimbangan klinis

Prosedur untuk aborsi pembedahan disebut dilatasi dan evakuasi (D&E).

Persiapan serviks dengan dilator osmotik atau zat farmakologis direkomendasikan


sebelum dilakukan prosedur D&E.

Sebelum memulai tindakan

Lakukan persiapan serviks (perhatikan Aborsi pembedahan: persiapan serviks,


Bagian 2.7).

Berikan profilaksis antibiotik (Perhatikan Aborsi pembedahan: ≤12-14 minggu,


Bagian 2.9).

Pastikan bahwa klien telah diberikan obat-obatan anti nyeri pada waktu yang tepat.

Pastikan bahwa semua peralatan yang dibutuhkan telah terkumpul dan siap untuk
digunakan.

2.10 Aborsi pembedahan: >12-14 minggu kehamilan | 55


Aborsi pembedahan
>12–14 minggu kehamilan

1 Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih

Cuci tangan dan gunakan alat pelindung


2
Lakukan pemeriksaan bimanual
3
Pasang spekulum
4
Lakukan persiapan antiseptik serviks
5
Lakukan blok paraservikal
6
Lakukan penilaian dilatasi serviks
7
Lakukan amniotomi dan aspirasi cairan amnion
8
Evakuasi uterus
9
Periksa jaringan
10
Lakukan tindakan tambahan lainnya
11
12 Penyembuhan dan pemulangan dari fasilitas kesehatan

4856|
| Bagian
Bagian2 2Aborsi
Aborsi
TEKNIK “TANPA-SENTUH”

Lakukan teknik tanpa-sentuh (perhatikan kotak pada hal. 49) sepanjang tindakan.

1 Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih

Klien diminta untuk mengosongkan kandung empedunya, kemudian bantulah klien


dengan hati-hati untuk naik ke meja operasi dalam posisi litotomi dorsalis.

2 Cuci tangan dan gunakan alat pelindung

Cuci tangan dan gunakan alat pelindung dengan benar, termasuk sarung tangan yang
bersih.

3 Lakukan pemeriksaan bimanual

Lakukan pemeriksaan bimanual untuk memastikan atau memeriksa kembali temuan-


temuan, jika penilaian sebelumnya telah dilakukan; maka operator harus telah
memiliki hasil penilaian yang akurat dalam hal ukuran dan posisi uterus sebelum
melakukan evakuasi uterus.

Bila menggunakan dilator osmotik, maka dilator tersebut harus dikeluarkan dari
serviks, baik secara manual saat dilakukan pemeriksaan bimanual atau dengan
forcep cincin setelah pemasangan spekulum. Jumlah dilator yang dikeluarkan
harus sama dengan saat pemasangan.

4 Pasang spekulum

Pasikan visualisasi serviks adekuat (cukup).

2.10 Aborsi pembedahan: >12-14 minggu kehamilan | 57


5 Lakukan persiapan antiseptik serviks

Sapu serviks dengan cairan antiseptik, dimulai dengan mulut serviks dengan satu
spons setiap sapuan dan melingkar keluar hingga mulut serviks telah tersapu
seluruhnya dengan antiseptik.

6 Lakukan blok paraservikal

Perhatikan Bagian 2.3, hal.29

7 Lakukan penilaian dilatasi serviks

Pasang traksi pada tenakulum untuk membawa serviks ke bawah ke dalam vagina,
periksalah jika dilatasi telah cukup dengan mencoba melewatkan dilator yang lebih
besar, kanul kasa besar (12-16 mm) atau forcep Bierer dimasukkan kedalam serviks.
Bila instrument tersebut tidak dapat masuk ke dalam serviks, maka diperlukan dilatasi
yang lebih besar, baik dengan persiapan serviks maupun dilatasi mekanik.

PENTING

Aborsi pembedahan sebaiknya hanya terjadi jika serviks cukup berdilatasi. Hal ini
penting untuk aborsi yang dilakukan pada kehamilan lebih dari 14 minggu.

58 | Bagian 2 Aborsi
8 Lakukan amniotomi dan aspirasi cairan amnion

Masukkan kanul 14 mm yang dihubungkan ke aspirator dengan menggunakan AVM,


atau kanul 14-16 mm bila menggunakan AVE, melalui serviks ke dalam rongga
uterus, dan aspirasi cairan amnion.

 Ukuran kanul yang tepat (dalam millimeter) biasanya setara dengan, atau 1-2 mm
lebih kecil dari, usia kehamilan. Untuk usia kehamilan diatas 16 minggu, harus
digunakan kanul ukuran terbesar (14-16 mm, sesuai dengan tabung dan kanul
yang tersedia).
 Lakukan suction (hisap) seperti yang dilakukan pada aborsi aspirasi trimester
pertama, putar kanul selama suction dilakukan dan aspirasi cairan amnion. Bila
kanul begeser dengan mudah ke depan dan ke belakang melewati uterus, maka
apertura mungkin tertutup. Dalam hal ini, keluarkan kanul dari uterus dan
bersihkan, hati-hati dan tetap melakukan teknik tanpa-sentuh. Apabila tidak ada
lagi yang di-suction, biasanya setelah 1 atau 2 menit, keluarkan kanul dari uterus.

9 Evakuasi uterus

 Bila mungkin, selesaikan evakuasi dari bagian paling bawah rongga uterus.
 Jangan memeriksa terlalu dalam ke uterus, terutama dengan instrumen pada
posisi horizontal.
 Alat tidak boleh dimasukkan terlalu dalam hingga ke uterus, karena resiko
perforasinya lebih besar. Tetapi masukkan kembali kanul hanya tepat di dalam
mulut uterus dan gunakan suction untuk menyedot jaringan ke bawah dari fundus
ke orificium uteri interna (mulut rahim bagian dalam).
 Hentikan tindakan apabila muncul tanda-tanda perforasi uterus.

2.10 Aborsi pembedahan: >12-14 minggu kehamilan | 59


 Ultrasonografi dapat membantu menentukan lokasi bagian janin bila identifikasi
sulit dilakukan. Pada keadaan yang jarang, bila bagian janin yang tidak bisa
dikeluarkan dengan alasan tertentu, pertimbangkan pemberian zat uterotonik,
seperti berikut:
o 400-600 µg misoprostol secara sublingual, oral atau buccal;
o 0.2 mg methergine secara oral atau IM;
o Oksitosin dosis tinggi 20 IU dalam 500 mL NaCl (Normal Saline) atau Ringer’s
lactate (RL), berikan pada 30 tetes per menit;
o Kemudian lakukan penilaian ulang setelah 3-4 jam dan ulangi tindakan
evakuasi uterus.

10 Periksa jaringan

Setelah tindakan evakuasi selesai, jaringan kehamilan harus diperiksa untuk


memastikan bahwa aborsi sudah selesai. Semua komponen kehamilan berikut harus
diperiksa:

Empat ekstremitas;
Thoraks/tulang belakang;
Calvaria (tengkorak);
Plasenta.

Jika pemeriksaan jaringan menunjukkan bahwa aborsi mungkin belum selesai,


lakukan evakuasi uterus kembali atau gunakan ultrasonografi untuk menyelesaikan
evakuasi.

60 | Bagian 2 Aborsi
11 Lakukan tindakan tambahan lainnya

Setelah tindakan aspirasi selesai, lanjutkan dengan tindakan tambahan, seperti


pemasangan IUD, ligase tuba atau perbaikan laserasi serviks, sesuai indikasi.

12 Penyembuhan dan pemulangan dari fasilitas kesehatan

Yakinkan klien bahwa tindakan telah selesai dan ia tidak sedang hamil.
Tawarkan untuk mengatasi kebutuhan psikologis/emosional apapun dari klien, yang
mungkin muncul segera setelah aborsinya selesai.
Pantau klien terhadap kemungkinan adanya komplikasi dan berikan penanganan
sesuai indikasi.
Klien dapat meninggalkan fasilitas kesehatan ketika ia stabil dan memenuhi
kriteria untuk pemulangan.
Pastikan bahwa klien memiliki semua informasi dan obat yang diperlukan
sebelum meninggalkan fasilitas.
Catat semua dampak dari pengobatan, termasuk efek samping.

2.10 Aborsi pembedahan: >12-14 minggu kehamilan | 61


BAGIAN

Pasca aborsi
Sebelum pemulangan dari fasilitas kesehatan
Pemeriksaan lanjutan oleh petugas
kesehatan
Kontrasepsi pasca aborsi
Pemeriksaan dan penanganan komplikasi

Tujuan

Memberikan informasi mengenai kontrasepsi dan anjuran untuk


melakukan konseling kontrasepsi dan berbagai metode
kontrasepsi.
Memeriksa apakah ditemukan adanya kebutuhan kesehatan
reproduksi dan seksual lainnya yang harus diatasi.
Mengatasi komplikasi langsung dari aborsi.
Sebelum pemulangan dari fasilitas 3.1
kesehatan

Berikan instruksi pemulangan yang jelas secara verbal dan tertulis, meliputi:

o Hubungan seksual, douche atau meletakkan sesuatu di vagina hanya boleh


dilakukan saat pendarahan berat berhenti;
o Pendarahan per vaginam selama 2 minggu setelah selesai aborsi medis atau
pembedahan adalah normal. Klien biasanya mengalami pendarahan ringan
atau bercak setelah aborsi pembedahan, sementara pendarahan lebih berat
dapat terjadi pada aborsi medis dan biasanya berlangsung selama rata-rata 9
hari, tetapi pada kasus yang jarang dapat berlangsung hingga 45 hari;
o Klien diminta untuk kembali ke rumah sakit atau klinik bila ia mengalami:
Peningkaan intensitas kram atau nyeri abdomen;
Pendarahan per vaginam yang hebat;
Demam.
Lakukan penilaian resiko terjadi kehamilan lagi sebelum haid selanjutnya, dan
kemungkinan kembalinya masa subur dalam dua minggu setelah aborsi.

Berikan informasi mengenai metode kontrasepsi dan anjurkan konseling bagi


klien yang menginginkannya:

o Dampingi klien dalam memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan


kebutuhannya bila ia mau;
o Berikan alat kontrasepsi yang ia pilih (atau rujuklah tidak tersedia). Pastikan
klien memahami bagaimana cara kerjanya, kapan harus mulai digunakan dan
bagaimana ia mendapatkannya kembali dimasa selanjutnya.
Berikan tablet zat besi untuk anemia sesuai indikasi.

Berikan obat anti nyeri sesuai indikasi.

Berikan dukungan emosional bila perlu.


Rujuklah ke pusat pelayanan lain sesuai dengan hasil penilaian kebutuhannya,
bila perlu, seperti pemeriksaan dan konseling IMS/HIV, layanan dukungan
terhadap korban kekerasan, layanan psikologis atau sosial, atau dokter spesialis
lain.

3.1 Sebelum pemulangan dari fasilitas kesehatan | 63


3.2 Pemeriksaan lanjutan oleh petugas
kesehatan

Kunjungan untuk pemeriksaan lanjutan hanya dianjurkan pada kasus aborsi


medis yang hanya menggunakan misoprostol, untuk menilai bila aborsi telah
selesai.
Pemeriksaan lanjutan rutin tidak diperlukan bila melakukan aborsi medis atau
pembedahan yang tidak sulit dengan pemberian mifepristone dan misoprostol,
tetapi klien dapat dianjurkan untuk melakukan kunjungan pemeriksaan lanjutan
bila ia mau pada 7-14 hari setelah tindakan untuk memberikan konseling
kontrasepsi dan alat kontrasepsi yang lebih rinci, atau dukungan emosional lebih
lanjut, atau untuk mengatasi masalah kesehatan lainnya.

Pada pertemuan untuk pemeriksaan lanjutan:

o Nilailah tingkat kesembuhan klien dan pastikan aborsi telah selesai;


o Periksa kembali catatan medis dan dokumen perujukan;
o Tanyakan mengenai gejala-gejala yang mungkin ia alami sejak tindakan
selesai;
o Lakukan pemeriksaan fisik yang terfokus sebagai respon terhadap keluhan;
o Nilailah tujuan fertilitas klien dan kebutuhannya akan metode kontrasepsi:
Bila tidak ada metode kontrasepsi yang digunakan setelah ia dipulangkan
dari fasilitas kesehatan, berikan informasi dan anjurkan untuk melakukan
konseling dan pemilihan metode kontrasepsi yang sesuai, sesuai keinginan
klien;
Bila metode kontrasepsi telah mulai digunakan:
 Nilai metode yang digunakan, tingkat kepuasan dan keluhan;
 Bila klien merasa puas, berikan suplai yang cukup bila perlu;
 Bila klien merasa tidak puas, bantulah ia untuk memilih metode lain
yang sesuai dengan kebutuhannya.
Rujuklah klien ke layanan lain, sesuai hasil penilaian kebutuhannya untuk
layanan kesehatan seksual dan reproduksi tambahan, dan fasilitasi rujukan lain
yang perlu.

64 | Bagian 2 Pasca aborsi


Kontrasepsi pasca aborsi 3.3

Umumnya semua metode kontrasepsi dapat dipasang segera setelah aborsi medis
atau pembedahan selesai dilakukan. Penggunaan kontrasepsi segera setelah aborsi
pembedahan dilakukan pada hari yang sama dengan tindakan, dan untuk aborsi
medis adalah pada hari pertama obat untuk aborsi medis diberikan. Sebelum mulai
menggunakan kontrasepsi, kelayakan kesehatan klien harus dipastikan sesuai
dengan kontrasepsi yang digunakan.

Rekomendasi kelayakan medis pasca aborsi untuk metode


kontrasepsi hormonal, intrauterine device, dan kontrasepsi penghalang
(barrier)
Segera setelah
Trimester Trimester
Kondisi pasca aborsi abortus dengan
pertama kedua
sepsis/infeksi
Pil Kombinasi (COC) 1 1 1
Kontrasepsi suntikan
1 1 1
kombinasi (CIC)
Kontrasepsi patch (koyo)
dan cincin vagina 1 1 1
(vaginal ring)
Pil Progestin (POP) 1 1 1
Kontrasepsi hormonal
suntikan
medroxyprogesterone
1 1 1
acetate (DMPA),
norethisterone enanthate
(NET-EN)
Implan
levonorgestrel(LNG) / 1 1 1
Etonorgestrel (ETG)
KB spiral berlapis
tembaga (IUD copper 1 2 4
bearing)
KB spiral hormonal (LNG
1 2 4
releasing IUD)
Kondom 1 1 1
Spermisida 1 1 1
Diafragma 1 1 1

3.3 Kontrasepsi pasca aborsi | 65


Definisi berbagai kategori: 3: Kondisi dimana teori atau resiko
1: Kondisi dimana tidak ada pembatasan untuk yang terbukti biasanya melebihi
metode kontrasepsi yang digunakan. manfaat yang diperoleh dengan
2: Kondisi dimana manfaat menggunakan menggunakan metode ini.
metode ini umumnya melebihi resiko secara 4: Kondisi yang menunjukkan resiko
teoritis atau yang terbukti. kesehatan yang sangat besar bila
metode ini digunakan

*Berdasarkan Medical eligibility criteria for contraceptive use, 4th ed. Geneva: World Health Organization;
2009.

Rekomendasi kelayakan medis pasca aborsi untuk sterilisasi


pembedahan pada perempuan
Sterilisasi pembedahan pada
Kondisi pasca aborsi
perempuan
Tanpa komplikasi A
Sepsis atau demam pasca aborsi D
Pendarahan berat pasca aborsi D
Trauma berat pada saluran genitalia;
robekan serviks atau vagina saat D
aborsi
Perforasi dinding uterus S
Haematometra akut D

Definisi berbagai kategori:

A = (Accept/Diterima): Tidak ada alasan medis S = (Special/Khusus): prosedur harus


untuk menolak sterilisasi bagi klien dengan dilakukan pada fasilitas yang ada dokter bedah
kondisi seperti ini. dan staf yang berpengalaman, dan peralatan
C = (Caution/Hati-hati): Bila prosedur biasanya diperlukan untuk pemberian anastesi umum
dilakukan pada fasilitas yang rutin, tetapi dengan dan pendukung medis lain. Untuk kondisi ini,
persiapan dan tindakan pencegahan ekstra. kapasitas untuk memutuskan prosedur dan
D = (Delay/Tertunda): prosedur yang ditunda metode anastesi yang paling sesuai juga
hingga kondisi dinilai kembali dan/atau dikoreksi; diperlukan. Metode kontrasepsi pilihan lain
metode kontrasepsi pilihan sementara harus juga harus disediakan, jika perujukan
diberikan. diperlukan atau jika ada penundaan.

66 | Bagian 3 Pasca aborsi


Berbagai metode kontrasepsi dan kelayakan medis pasca
aborsi
Metode hormonal (termasuk pil, suntikan, implant, patch (koyo) dan cincin
vagina) dapat digunakan segera setelah tindakan aborsi selesai, termasuk
aborsi septik.
IUD (spiral) dapat dipasang segera setelah aborsi trimester pertama atau
trimester kedua; tetapi, resiko ekspulsi akan sedikit lebih besar bila digunakan
setelah aborsi trimester kedua dari pada setelah aborsi trimester pertama. IUD
dapat dimasukkan setelah aborsi medis telah dinyatakan selesai.

PENTING
IUD tidak boleh dipasang segera setelah aborsi septik.

Kondom dapat digunakan saat melakukan hubungan seksual pertama setelah


aborsi, termasuk aborsi septik.
Difragma atau Tutup serviks dapat mulai digunakan saat hubungan seksual
pertama pasca aborsi, termasuk aborsi septik. Penggunaannya harus ditunda
selama 6 inggu setelah aborsi yang dilakukan pada kehamilan lebih dari 14
minggu.
KB alami (metode berdasarkan kesadaran kesuburan) harus ditunda hingga
kembalinya siklus haid normal.
Sterilisasi pembedahan pada perempuan dapat dilakukan segera setelah
aborsi tanpa keluhan. Tetapi harus ditunda bila aborsi mengalami infeksi,
pendarahan hebat, trauma atau haematometra akut.
Vasektomi dapat dilakukan kapan saja.
Kontrasepsi darurat (pil kondar) klien dapat menggunakan pil kondar atau
IUD dalam 5 hari (120 hari) setelah melakukan hubungan seksual tanpa
pelindung, untuk menurunkan resiko terjadinya kehamilan.
Metode penarikan (withdrawal) dapat mulai digunakan pada saat melakukan
hubungan seksual pertama pasca aborsi, termasuk aborsi septik.

3.3 Kontrasepsi pasca aborsi | 67


3.4 Pemeriksaan dan penanganan komplikasi
aborsi

Resiko terjadinya komplikasi berat yang mengancam nyawa setelah aborsi yang
aman adalah jarang, tetapi komplikasi masih dapat terjadi, bahkan meskipun telah
melakukan persiapan pecegahan yang cukup.

Ketika aborsi dilakukan oleh petugas kesehatan atau fasilitas yang tidak aman, maka
resiko komplikasi menjadi lebih besar. Perempuan yang mencari perawatan lanjutan
mungkin mengalami keadaan sakit yang berat dan memerlukan pemeriksaan gawat
darurat segera untuk keadaan yang mengancam nyawa.

Beberapa metode aborsi yang tidak aman dapat juga menyebabkan berbagai
komplikasi akibat metode yang digunakan, seperti menelan racun, zat atau obat
beracun, memasukkan benda asing ke dalam anus, vagina atau serviks, atau trauma
abdomen. Pengobatan komplikasi ini terdiri dari pengobatan untuk jejas (luka)
sistemik atau fisik, selain pengobatan untuk komplikasi akibat aborsinya sendiri.

Kehamilan yang sedang berlangsung


Perempuan dengan tanda-tanda kehamilan atau tanda-tanda klinis akibat gagal
aborsi yang berlanjut harus dianjurkan untuk dilakukan evakuasi uterus pada
waktu yang tepat.

Aborsi inklomplit
Gejala umum aborsi inkomplit adalah pendarahan per vaginam dan nyeri abdomen.
Selain itu juga harus dicurigai bila, saat dilakukan inspeksi, POC yang dikeluarkan
selama dilakukan tindakan aborsi pembedahan tidak sama dengan perkiraan usia
kehamilan.

68 | Bagian 3 Pasca aborsi


Aborsi inkomplit setelah aborsi spontan atau aborsi yang diinduksi dapat
dilakukan penanganan yang sama.

Pasien yang stabil secara klinis memiliki tiga pilihan:

o Pertahankan kehamilan;
o Aspirasi vakum: (untuk ukuran uterus hingga usia 14 minggu kehamilan);
o Penanganan dengan misoprostol (untuk ukuran uterus hingga usia 13 minggu
kehamilan).
Pengambilan keputusan harus didasarkan pada kondisi klinis perempuan dan
jenis pengobatan pilihannya.

Obat-obatan yang direkomendasikan untuk penanganan aborsi


inkomplit dengan misoprostol
Dosis (µg) Cara pemberian
600 µg Oral
400 µg Sublingual
Vaginal; dapat digunakan jika pendarahan per vaginam
400-800 µg
minimal

3.4 Pemeriksaan dan penanganan komplikasi aborsi | 69


Perbandingan pilihan penanganan untuk missed abortion dan aborsi
inkomplit
Efektivitas (%)
Metode Manfaat Kerugian
Missed Inkomplit

Pertahankan Mengurangi jumlah Kerangka waktu 16-75 82-100


kehamilan* kunjungan tidak jelas
Mencegah efek Mungkin masih
samping dan perlu tindak lanjut
komplikasi dari aspirasi bila tidak
metode lain berhasil
Mencegah
instrumentasi
intrauterine

Misoprostol Mencegah Kemungkinan 77-89 61-100


tunggal instrumentasi pendarahan lebih
intrauterine berat dan perlu
pemeriksaan
lanjutan dari pada
aspirasi
Efek samping lebih
pendek dari pada
misoprostol

Aspirasi Penyembuhan lebiih Tindakan 96-100 96-100


cepat pembedahan

*Efektivitas penanganan kehamilan meningkat dengan peningkatan interval sebelum tindakan.

Sumber: Diadaptasi dari Goodman S, Wolfe M and the TEACH Trainers Collaborative Working Group.
Early abortion training workbook, 3rd ed. San Francisco: UCSF Bixby Center for Reproductive Health
Research and Policy; 2007, dengan izin.

70 | Bagian 3 Pasca aborsi


Pendarahan
Pendarahan dapat disebabkan oleh POC yang tertahan, trauma atau kelainan pada
serviks, koagulopati, atau, meskipun jarang, perforasi uterus atau ruptur uteri.

Pengobatan yang tepat untuk pendarahan sesuai penyebabnya dan


keparahannya, yaitu:

o Evakuasi uterus ulangan;


o Pemberian obat-obat uterotonik;
o Transfusi darah;
o Penggantian faktor-faktor pembekuan;
o Laparoskopi;
o Laparotomy eksplorasi.
Setiap fasilitas penyedia layanan harus mampu melakukan stabilisasi dan
pengobatan atau merujuk klien dengan pendarahan segera.

Infeksi
Beberapa tanda dan gejala umum infeksi adalah:

o Demam atau menggigil;

o Vagina berbau atau keputihan;

o Nyeri abdomen atau panggul;

o Pendarahan per vaginam yang memanjang atau bercak;

o Uterus melunak;
o Jumlah leukosit meningkat.

Klien perempuan dengan infeksi memerlukan pengobatan antibiotik.

Bila dicurigai adanya POC tertahan sebagai penyebab infeksi, maka lakukan
evakuasi uterus ulangan.

Klien dengan infeksi berat mungkin harus dirawat inap.

3.4 Pemeriksaan dan penanganan komplikasi aborsi | 71


Perforasi uterus
Perforasi uterus biasanya tidak terdeteksi dan sembuh sendiri tanpa adanya
pengobatan.

Bila tersedia dan diperlukan, laparoskopi merupakan pilhan pemeriksaan.

Jika status klien atau temuan selama dilakukan laparoskopi menunjukkan


adanya kerusakan saluran pencernaan, pembuluh darah atau organ lain, makan
laparotomy untuk perbaikan mungkin diperlukan.

Komplikasi akibat anastesi


Fasilitas kesehatan yang menggunakan anastesi umum, harus memiliki petugas
kesehatan yang mampu menangani kejang dan resusitasi pernafasan.

Zat-zat antagonis golongan narkotik harus selalu tersedia di fasilitas kesehatan


ang menggunakan golongan narkotik.

Komplikasi yang tidak spesifik akibat tindakan aborsi


Termasuk:

Anafilaksis;

Reaksi asma

Komplikasi ini harus diatasi karena dapat terjadi pada tindakan apapun.

72 | Bagian 3 Pasca aborsi


Catatan:
Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi:

Department of Reproductive Health and Research


World Health Organization ISBN 978 92 4 154871 7

Avenue Appia 20, CH-1211 Geneva 27


Switzerland

Fax: +41 22 791 4171 E-mail:


reproductivehealth@who.int
www.who.int/reproductivehealth

Das könnte Ihnen auch gefallen