Sie sind auf Seite 1von 2

A.

Perjuangan Diplomasi

Setahun setelah pengakuan kedaulatan, pemerintah Indonesia segera melancarkan usaha-usaha


pengembalian Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi. Usaha-usaha itu mulai gencar dilakukan oleh
pemerintah Indonesia antara tahun 1950 dan 1953, terutama melalui perundingan-perundingan bilateral
antara kedua negara dalam lingkungan Uni Indonesia-Belanda.

Usaha-usaha itn ternyata mengalami jalan buntu karena Belanda tetap ingin menduduki Irian Barat.
Sejak tahun 1953 Pemerintah Indonesia mulai memperjuangkan masalah pengembalian Irian Barat
melalui forum-forum internasional, terutama PBB dan solidaritas negara-negara Asia-Afrika.

Namun, usaha-usaha itu tidak berhasil karena Belanda tetap menduduki Irian Barat. Dengan demikian,
tidak ada jalan lain lagi kecuali dengan kekuatan senjata.

B. Konfrontasi Ekonomi
Sikap pemerintah Belanda yang enggan mengembalikan Irian Barat kepada Indonesia semakin
meningkatkan anti bangsa Belanda di Indonesia. Pada tanggal 18 November 1957, diadakan rapat umum
pembebasan Irian Barat di Jakarta. Kemudian disusul dengan pemogokan total kaum buruh yang bekerja
di perusahaan-perusahaan Belanda pada tanggal 2 Desember 1957.

Setelah itu, terjadi serentetan pengambilalihan modal dan milik Belanda di Indonesia yang pada mulanya
dilakukan secara spontan oleh pegawai/buruh yang bekerja di perusahaan-perusahaan itu.
Pengambilalihan kekayaan Belanda di Indonesia, kemudian diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor
23 Tahun 1958.

C. Tiga Komando Rakyat (Trikora)

Pada tanggal 19 Desember 1961, di depan rapat raksasa di Yogyakarta, Presiden Soekarno mengeluarkan
suatu komando yang dikenal dengan Tri Komando Rakyat (Trikora) yang isinya sebagai berikut.

(1) Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda kolonial.


(2) Kibarkanlah Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia.

(3) Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air dan
Bangsa.

Sebagai langkah awal pelaksanaan Trikora, pada tanggal 2 Januari 1962 dibentuk suatu komando operasi
yang diberi nama Komando Mandala Pembebasan Irian Barat

Sejalan dengan operasi-operasi yang bersifat infiltrasi maupun rencana serangan terbuka yang
dilaksanakan oleh Komando Mandala, perundingan antara Indonesia dan Belanda tetap berlangsung di
Markas Besar PBB. Perundingan berhasil mencapai kata sepakat pada tanggal 15 Agustus 1962. Pada
tanggal 18 Agustus 1962, PBB mengeluarkan perintah penghentian tembak-menembak antara kedua
belah pihak

Dalam tahap persiapan serta infiltrasi militer tersebut, terjadi sebuah insiden pertempuran di Laut Aru
pada 15 januari 1962 Yang dilakukan olah pihak Beland. Saat kapal perang milik Angkatan Laut Republik
Indonesia berjenis motor terpedo boat (MTB) Macan Tutul sedang berpatroli diwilyah laut aru diserang
secara terus menerus dan menyebabkan kapal tersebut tebakar dan gugurlah Komodor Yos Sudarso dan
Kapten Laut Wiratno.

Sesuai dengan Persetujuan New York, pemerintah kolonial Belanda menyerahkan Irian Barat kepada
Pemerintahan Sementara PBB.

Pada tanggal 1 Me1 1963, PBB menyerahkan Wan Barat kepada Indonesia.

Sebagai bagian darj Persetujuan New York, Indonesia berkewajiban mengadakan Penentuan Pendapat
Rakyat ( Pepera ) sebelum akhir tahun 1969. Pelaksanaannya dimulai dari bulan April 1964 sampai
dengan Agustus 1969. Hasilnya, rakyat Irian Barat dengan suara bulat memilih tetap bergabung dengan
Republik Indonesia. Pada tanggal 19 November 1969, PBB mengesahkan hasil Pepera. Dengan demikian,
berakfrirlah perjuangan merebut Irian Barat dari penjajah Belanda.

Das könnte Ihnen auch gefallen