Sie sind auf Seite 1von 8

Keragaman bakteri penambat N (Agustian et al): 98-105 ISSN : 1829-7994

KERAGAMAN BAKTERI PENAMBAT N PADA RHIZOSFIR TITONIA


(Tithonia diversifolia) YANG TUMBUH PADA TANAH MASAM ULTISOL

Agustian1), Rimadhani Syafei, dan Lusi Maira


1)
Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Kampus Limau Manis, Padang (25163) telp. 0751-72773, Fax. 0751-777061
Alamat korespondensi, email: agustian@faperta.unand.ac.id

ABSTRACT

Research on biodiversity of N-fix bacteria was performed on rhizosphere of Tithonia


diversifolia grown at acid soil Ultisol. This study aimed to determine the biodiversity and populations
of N-fix bacteria along with the growth rate of Tithonia and characterized the bacterial isolates
obtained from the rhizosphere of this plant. Soil rhizosphere samples were taken from rhizospheres of
Tithonia with different criteria of stem diameter i.e Ø <3 cm, and 3 to 6 cm that grown at Faculty of
Agriculture Andalas University experimental station.
From these results it can be concluded that the diverse and larger population were found in
Tithonia with 3 to 6 cm stem diameter an average of 19.7 x 103 cfu per g of soil. N-fix bacterial
isolates obtained have a round, slimy, slippery and convex colonies and gram variable. Based on the
color of their colonies, N-fix bacterial isolates obtained were classified into 3 groups with the
following characteristics: (1) white milk isolates (A1ps, a2ps, B3ps), flourescent white and yellow,
have flagella and produce auxin, (2) yellow isolate (B2K and B3K), with yellow flourescent, have
flagella and produce auxin, and (3) the clear isolates that could separated into two groups i.e the
flourescent group and produce auxin and has flagella isolates (A2b, A3b, and B2b) and non
flourescent group, no flagella and does not produce auxin isolates (B1b, B3B). The optimum growth
conditions for the all isolates were pH media nearly 7 with 35o C incubation temperature. The
translucent isolates (A3b and B3B) have a optimum range pH from 4.36 to 6.17, while isolates with a
yellow colonies (B2K) has a range of incubation temperature 25oC to 35oC. However, from the
characterization performed could not permit to specify the isolates obtained into species.

Key words : Biodiversity, N-fix bacteria, rhizosphere, Tithonia diversifolia

PENDAHULUAN Hakim dan Agustian (2003, 2004) menemukan


Populasi jasad renik dalam tanah kadar hara N titonia yang tumbuh alami di
merupakan suatu komunitas yang membentuk lapangan beragam antara 2,1–3,92% , dengan
hubungan asosiatif dengan tanaman. Salah C/N sekitar 20 dan kandungan lignin sekitar
satu contoh hubungan asosiatif ini adalah 10 %. Tingginya kandungan N pada Tithonia
pemanfaatan eksudat akar tumbuhan tingkat yang tumbuh pada tanah yang miskin hara
tinggi oleh bakteri penambat atau penambat menguatkan dugaan adanya bakteri non-
nitrogen (N) yang heterotropik secara non- simbiotik pemfiksasi N yang berasosiasi
simbiotik sebagai sumber energi (Barea et al, dengan akarnya. Becking (1992)
2005; Bais et al, 2006). Keberadaan bakteri mengungkapkan bahwa Azotobacter mampu
penambat N bebas pada daerah perakaran menambat setidaknya 10 mg N per gram
tanaman menguntungkan karena dapat karbohidrat yang digunakan.
membantu mencukupi kebutuhan N tanaman Bakteri penambat N bersifat aerobik
tersebut. obligat, meskipun dapat tumbuh di bawah
Hubungan antara bakteri penambat N kandungan O2 rendah. Sebaran ekologis
seperti ini diduga juga terjadi pada perakaran Azotobacter spp. sangat sulit diketahui karena
titonia (Tithonia diversifolia). Jama et al berkaitan dengan beragam faktor yang
(2000) melaporkan bahwa daun hijau titonia menentukan. Reaksi tanah (pH) merupakan
mengandung unsur hara yang cukup tinggi factor penentu sebaran bakteri disamping
yaitu 3,5–4,0% N ; 0,35–0,38% fosfor (P) ; kelembaban dan kandungan bahan organik
3,5 –4,1% K ; 0,59% kalsium (Ca) dan 0,27% tanah (Barnesa et al, 2007). Selain faktor
magnesium (Mg). Penelitian yang dilakukan kimia tanah, kondisi perakaran tumbuhan
98
J. Solum Vol IX No 2, Juli 2012: 98-105 ISSN: 1829-7994

tingkat tinggi tempatnya hidup, juga akan Untuk analisis kimia tanah, contoh tanah
mempengaruhi keragaman dan populasi dikeringanginkan dan diayak dengan saringan
bakteri penambat N (Ladha, George, dan 2 mm.
Bohlool, 1992) dan menemukan bahwa koloni
Pengamatan sifat kimia tanah meliputi
bakteri penambat N tidak akan berkembang
analisis kimia tanah sampel dari rhizosfir
baik di dalam tanah kecuali jika terjadi
titonia. Analisis sifat kimia tanah ini
asosiasi dengan akar tanaman yang cocok
dilakukan terhadap beberapa sifat kimia,
untuknya.
meliputi : pH tanah dengan pH meter ;
Dalam tanah bakteri penambat N lebih
penetapan N-total tanah dengan metoda
banyak dijumpai pada daerah rhizosfir dari
Kjeldahl ; penetapan C-organik dengan
pada daerah non-rhizosfir (Franche et al,
metoda Walkley and Black.
2009). Kondisi rhizosfir yang optimal bagi
pertumbuhan bakteri penambat N akan Penghitungan populasi dan karakterisasi
menyebabkan N yang ditambatnya semakin Bakteri penambat N
maksimal. Lingkungan rhizosfir yang sangat Populasi Bakteri penambat N ditentukan
mempengaruhi kehidupan bakteri penambat N menurut metoda pengenceran menggunakan
adalah ketersediaan senyawa karbon (C) yang cawan agar dengan pengenceran 10-1 sampai
dibutuhkan (Curl dan Bryan, 1985). Aktivitas 10-3. Sebanyak 0,2 ml suspensi tanah dari
mikroorganisme dalam rhizosfir dipengaruhi setiap pengenceran, disebarkan di setiap
oleh eksudat yang ada pada rhizosfir (Bais et cawan petri yang sudah berisi media agar
al, 2006), kandungan eksudat akar inilah yang Sukrosa-Garam Mineral (SGM) yang tidak
merupakan salah satu faktor pertumbuhan bagi mengandung nitrogen. Pengamatan ciri koloni
mikroorganisme (Vlastimil dan Kunc, 1988). bakteri meliputi warna koloni, diameter serta
Asam organik berupa asam sitrat yang bentuk permukaan koloni. Koloni Bakteri
dikeluarkan dari akar titonia (Olivarez et al, penambat N yang tumbuh pada media SGM
Jama, 2002) diduga juga dapat memicu terlihat berlendir atau kental. Persentase
pertumbuhan bakteri penambat N sehingga populasi Bakteri penambat N diperoleh
akan terjadi asosiasi antara bakteri penambat dengan membandingkan populasi pada media
N dengan perakaran titonia. SGM dengan populasi pada media nutrient
Penelitian ini bertujuan untuk melihat agar (NA).
keragaman Bakteri penambat N, tingkat
populasi serta karakteristik Bakteri penambat Proses karakterisasi dimulai dengan
N yang didapat dari rhizosf.ir titonia yang pengamatan aktivitas isolat mengenai reaksi
tumbuh di Ultisol gram dengan menggunakan KOH 3% metoda
Klement, Rudolph dan Sands (1990).
BAHAN DAN METODA Pengujian kandungan flourescent pada isolat
murni Bakteri penambat N yang telah
Pengambilan sampel dan analisis tanah diperoleh sebelumnya pada media Kings B
Contoh tanah diambil dari rhizosfir lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 280C.
semak titonia pada Ultisol pada kebun Pengamatan pergerakan isolat bakteri
percobaan Fakultas PertanianUniversitas penambat N diamati terhadap pertumbuhan
Andalas. Sampel tanah rhizosfir titonia bakteri pada test tube berisi media agar SGM
diambil pada dua kondisi tumbuh Tithonia yang diinokulasi dengan cara penusukan lurus
yaitu : rhizosfir titonia dengan lingkar batang pada bagian tengah tabung dengan kedalaman
< 3 cm (A) dan rhizosfir titonia dengan lingkar ± 1,25 cm. Kultur bakteri diinkubasikan
batang 3-6 cm (B). Tiga sampel tanah dari dalam inkubator pada suhu 30oC selama 24
rhizosfir diambil menurut (Wollum, 1994) jam. Adanya pergerakan ditandai dengan
dengan cara membongkar akar. Tanah yang medium yang berawan atau keruh sepanjang
masih melekat pada akar dipisahkan dengan garis inokulasi akibat perpindahan bakteri.
menggoyang goyang akar sehingga yang Untuk mengetahui apakah isolat
melekat pada akar hanyalah butiran-butiran Bakteri penambat N yang didapatkan mampu
kecil tanah. Sampel tanah yang diambil, menghasilkan IAA, digunakan metoda
disimpan dalam plastik lalu dimasukkan kolorimetrik dengan penambahan pereaksi
kedalam termos es dengan suhu 4oC agar Salkowski pada media tumbuh cair
aktivitas menurun dan populasi (modifikasi Bric, 1991). Perubahan warna
mikroorganisme pada sampel tidak berubah.
99
Keragaman bakteri penambat N (Agustian et al): 98-105 ISSN : 1829-7994

media tumbuh menjadi warna merah jambu


menandakan adanya IAA yang dihasilkan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji tumbuh isolat Bakteri penambat N
Hasil Analisis Kimia Tanah Rhizosfir
pada beberapa kondisi media
Titonia
Proses karakterisasi dilanjutkan dengan Lahan tempat titonia dibudidayakan ini
menguji pertumbuhan isolat pada beberapa merupakan sejenis Ultisol yang tergolong
kondisi media. Masing-masing jenis isolat tanah marginal, miskin hara dan bereaksi
Bakteri penambat N yang telah didapat, masam. Lahan ini pada penelitian Hakim dan
ditumbuhkan pada berbagai kondisi media Agustian (2004) diberi kapur dan tanaman
seperti pH mendekati (4, 5, 6, dan 7) dan yang ditanam diberi input pupuk dan
temperatur (250; 300 dan 350). Uji ini dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan
merupakan salah satu cara untuk mengetahui dan hortikultura seperti jagung dan cabe
kondisi media yang cocok bagi pertumbuhan dengan menggunakan titonia sebagai pagar
optimal isolat. lorong.
Masing-masing isolat dari biakan murni Kemasaman tanah contoh rhizosfir yang
diinokulasikan pada media Sukrosa-Garam dianalisis menunjukkan bahwa termasuk
Mineral Agar yang sudah diatur pHnya kategori masam dengan kandungan bahan
(ditambahkan HCl untuk menurunkan pH dan organik tergolong tinggi dengan nilai C/N
ditambahkan NaOH untuk menaikkan pH) yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan
serta suhu inkubasi (suhu inkubator) yang bahwa adanya penambahan titonia sebagai
diinginkan. Pertumbuhan koloni bakteri sumber bahan organik ke dalam tanah melalui
penambat N pada masing-masing kondisi pengembalian pangkasan titonia dan sisa-sisa
media diamati setiap 24 jam dan diukur tanaman budidaya meningkatkan kandungan
dengan menggunakan kertas milimeter. C-organik tanah.

Tabel 1. Hasil rata-rata dari analisis kimia tanah tiga contoh dari masing-masing rhizosfir titonia yang
diteliti
Rhizosfir Sifat dan Ciri Kimia Tanah
titonia pH H2O C-organik (%) N-total (%) Rasio C/N
A 5,47 m 3,77 t 0,14 r 29,04 st
B 5,53 m 4,11 t 0,14 r 29,26 st
Keterangan : m = masam, r = rendah, s = sedang, t = tinggi st = sangat tinggi
A, rhizosfir dengan lingkar batang titonia < 3 cm dan; B, rhizosfir dengan lingkar batang titonia 3-6 cm.

Populasi Bakteri penambat N energi yang akan dimanfaatkan bakteri


penambat N juga berbeda sehingga
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa rata- mempengaruhi aktivitas dan populasinya. Hal
rata populasi Bakteri penambat N pada ini terlihat pada populasi bakteri penambat N
rhizosfir titonia kriteria B (19,7 x 103 cfu) dari rhizosfir titonia yang berukuran lingkar
lebih tinggi daripada kriteria A (15 x 103 cfu). batang lebih besar (B) memiliki populasi lebih
Ciri kimia tanah seperti pH yang tidak tinggi daripada titonia yang masih muda (A).
berbeda antara rhizosfir yang diteliti Ditemukannya adanya cendawan mikoriza
sepertinya tidak banyak pengaruhnya terhadap arbuskula (CMA) dan bakteri penghasil
keberadaan Bakteri penambat N. Kandungan fitohormon pada rhizosfir titonia (Agustian et
bahan organik yang berbeda walaupun berada al, 2004, 2010 dan 2011) menguatkan dugaan
dalam kriteria yang sama agaknya memiliki terjadinya sinergis antara bakteri penambat N
pengaruh terhadap populasi. Perbedaan dengan kelompok mikroorganisme lainnya
tingkatan umur tanaman sesuai dengan ukuran pada rhizosfirnya.
lingkar batang yang berbeda diduga memiliki
kandungan eksudat akar berbeda. Menurut
Vlastimil dan Kunc (1988), Bais et al (2006)
kandungan eksudat akar dapat dipengaruhi
oleh jenis serta umur tanaman. Perbedaan
jumlah eksudat akan menyebabkan sumber

100
J. Solum Vol IX No 2, Juli 2012: 98-105 ISSN: 1829-7994

Tabel 2. Hasil rata-rata populasi Bakteri penambat N tiga contoh dari masing-masing rhizosfir titonia
yang diteliti

Populasi bakteri Persentase perbandingan


Rhizosfir Total Bakteri (x106
penambat N (x103 bakteri penambat N terhadap
titonia upk)
upk*) total bakteri (%)
A 15 59,3 0,026
B 19,7 70,3 0,028
Keterangan: A, rhizosfir dengan lingkar batang titonia < 3 cm dan B, rhizosfir dengan lingkar batang titonia 3-6 cm. *) upk
= unit pembentuk koloni
isolat yang sama. Kode isolat berasal dari
Curl dan Bryan (1985) menjelaskan kriteria rhizosfir diikuti ulangan dan warna
bahwa, tanaman yang diinokulasi dengan koloninya. Masing-masing isolat ini
mikoriza dan bakteri pemfiksasi N memiliki selanjutnya akan melalui proses karakterisasi.
populasi bakteri dan Actinomycetes yang lebih Berdasarkan uji gram tersebut diketahui
tinggi pada rhizosfirnya dibandingkan bahwa semua isolat bersifat gram variabel.
tanaman yang diinokulasi tunggal. Kerjasama isolat bakteri penambat N yang ditumbuhkan
antara mikoriza dan Bakteri penambat N akan pada media agar Sukrosa Garam Mineral
menghasilkan suatu kondisi yang selama satu minggu ini menunjukkan reaksi
menguntungkan bagi mikroba tanah gram positif. Sementara ketika dilakukan uji
disekitarnya sehingga mempengaruhi gram terhadap isolat murni bakteri penambat
pertumbuhan tanaman. Seberapa besar N yang ditumbuhkan pada media King’s B dan
sumbangan N tersebut belum bisa dipastikan diinkubasi tiga hari ternyata semua isolat
karena diperlukan penelitian lebih lanjut menunjukkan reaksi gram negatif. Bakteri
mengenai hal ini. penambat N dapat bersifat gram negatif atau
gram variabel. Identifikasi bakteri penambat
Hasil Pengamatan Morfologis Isolat Bakteri N sebagai bakteri gram variabel juga pernah
penambat N dibuktikan oleh Wedastri (2002) dimana
isolate yang awalnya bersifat gram negatif
Bakteri penambat N yang didapat dari setelah berumur dua minggu atau lebih
rhizosfir titonia, pada umumnya berbentuk berubah menjadi gram positif.
bulat, berlendir, licin dan cembung. Hal serupa Hasil pengamatan aktivitas isolat
juga ditemukan oleh Wedastri (2002), yang lainnya yang meliputi uji kandungan
menemukan isolat bakteri penambat N dari flourescent, pergerakan/flagella, serta produksi
tanah-tanah ber-pH masam dengan auksin/IAA terlihat pada Tabel 3. Sebagian
karakteristik: koloni berbentuk bulat, basah besar isolat yang diperoleh menghasilkan
(moist), halus dan cembung (convex). Hanya flourescent kecuali isolat B1b dan B3b. Isolat
saja pembentukan pigmen tidak ditemukan A1ps, A2ps, B2k dan B3k menghasilkan
jika kultur bakteri dibiarkan lebih dari 3 hari flourescent berwarna kuning sedangkan isolat
karena pada media tidak ditambahkan A1b, A3b, B2b dan B3ps dengan warna koloni
Bromthimol blue. Perbedaan berikutnya bening hanya berfluorescence saja.
terlihat pada ukuran diameter koloni. Pada Berdasarkan pengelompokkan Bakteri
penelitian ini didapatkan ukuran diameter penambat N menurut Schlegel dan Schmidt
koloni antara 2-8 mm sedangkan Wedastri (1994), diduga isolat yang menghasilkan
(2002) menemukan isolat bakteri penambat N flourescent kuning mendekati sifat
dengan diameter 0,5-4 mm. Selain disebabkan Azotobacter vinelandii, sementara isolat
oleh beberapa faktor yang tersebut dengan flourescent putih lebih mirip dengan
sebelumnya, perbedaan ini juga dapat Azotomonas agilis sedangkan isolat yang tidak
ditimbulkan oleh perbedaan media tumbuh menghasilkan flourescent lebih digolongkan
yang digunakan serta lamanya inkubasinya. kedalam kelompok Beijerinckia indica. Uji ini
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa hasil membuktikan bahwa sebagian besar isolat
pengamatan morfologis bakteri memiliki flagella, hanya isolat B1b dan B3b
mengelompokkan koloni bakteri penambat N yang tidak memiliki. Aquilanti (2004)
menjadi beberapa jenis isolat. Koloni dengan menjelaskan bahwa beberapa spesies bakteri
warna dan ciri yang sama dianggap sebagai penambat N memiliki flagella yang tersusun
101
Keragaman bakteri penambat N (Agustian et al): 98-105 ISSN : 1829-7994

merata pada seluruh permukaan dinding sel beberapa jenis lainnya memiliki flagella
bakteri (peritrikus). Franche et al (2009) sedangkan Azotobacter chroococcum
menambahkan bahwa, Azotobacter agilis dari berbentuk bulat telur tanpa flagella.

Tabel 3. Hasil karakterisasi isolat Azotobakter dari rhizosfir titonia


Warna Bentuk Pewarna Ukuran
Produksi
Kode koloni koloni an gram koloni (mm) Flourescent Pergerakan
auksin /
isolat 7 hari (warna) / flagella
IAA
inkubasi 29oC
A1ps Putih susu Bulat, -/+ 3–4 ada(kuning) ada ada
A2ps Putih susu berlendir, -/+ 2–4 ada(kuning) ada ada
A2b Bening licin dan -/+ 3–4 ada (putih) ada ada
A3b Bening cembung -/+ 2–5 ada (putih) ada ada
B1b Bening -/+ 2–8 tidak ada tidak ada tidak ada
B2k Kekuningan -/+ 2–3 ada (kuning) ada ada
B2b Bening -/+ 2–5 ada (putih) ada ada
B3b Bening -/+ 3–4 tidak ada tidak ada tidak ada
B3k Kekuningan -/+ 2–4 ada (kuning) ada ada
B3ps Putih susu -/+ 2-4 ada (putih) ada ada

Keterangan: A (rhizosfir titonia dengan lingkar batang < 3 cm), B (rhizosfir titonia dengan lingkar batang antara 3 sampai 6 cm), ps = koloni
berwarna putih susu, b = koloni tidak berwarna/bening, k = koloni berwarna kuning.
Hasil Uji Pertumbuhan Isolat pada
Melalui uji auksin ini diketahui bahwa Beberapa Kondisi Media
sebagian besar isolat dapat menghasilkan
Uji pertumbuhan lebih lanjut hanya
auksin, terbukti dengan terbentuknya warna
dilakukan terhadap 5 macam isolat dengan
merah muda ketika direaksikan dengan larutan
yang berasal rhizosfir titonia Hasil
Salkowsky Ini membuktikan bahwa pada
pengamatan pertumbuhan koloni Bakteri
umumnya isolat Bakteri penambat N yang
penambat N pada media agar Sukrosa Garam
didapat dari rhizosfir titonia dapat
Mineral dengan beberapa tingkat pH disajikan
memproduksi auksin. Azcon dan Barea (1975)
pada Tabel 4.
menemukan adanya auksin, giberrelin dan
Semua isolat bakteri penambat N dapat
sitokinin didalam supernatan kultur
tumbuh pada semua rentang pH media, akan
Azotobacter vinelandii dan Azotobacter
tetapi koloni bakteri penambat N lebih tahan
beijerinckia seperti yang dihasilkan oleh
hidup pada media dengan pH 7,0. Ini terbukti
Azotobacter chroococcum dan Azotobacter
pada pH media 7,0 umumnya masih terjadi
paspali .
pertambahan diameter koloni sampai hari ke-
Berdasarkan hasil pengamatan
3. Dari kelima isolat yang diujikan, isolat
morfologis dan aktivitas koloni Bakteri
B3ps memiliki pertambahan diameter koloni
penambat N tersebut dapat disimpulkan bahwa
yang paling besar pada hari ke-3 inkubasi
pada rhizosfir titonia terdapat tiga karakter
tersebut yaitu sebesar 2 mm. Penambahan
Bakteri penambat N berdasarkan warna
diameter koloni semakin besar sejalan dengan
koloni yaitu : isolat dengan koloni berwarna
peningkatan pH media. Hal ini membuktikan
putih susu (A1ps, A2ps, B3ps), menghasilkan
bahwa isolat bakteri penambat N ini lebih
flourescent berwarna putih dan kuning,
cocok dengan pH mendekati 7. Isolat A3b
memiliki flagella dan memproduksi auksin;
lebih toleran disbanding isolat lainnya
isolat dengan koloni berwarna kekuningan,
terhadap pH masam (pH 4,0). Penambahan
menghasilkan flourescent berwarna kuning,
diameter koloninya sebesar 3 mm pada hari
memiliki flagella dan memproduksi auksin
ke-2 lebih besar dibandingkan isolat lainnya.
(B2k dan B3k) ; serta isolat dengan koloni tidak
Isolat lainnya hanya bertambah diameter
berwarna/bening, menghasilkan flourescent
koloninya sebesar 2 mm dan tidak bertambah
putih dan auksin serta memiliki flagella
lagi pada hari ke-3. Namun demikian pada pH
berkode (A2b, A3b, dan B2b) dan tidak
7,0 penambahan diameter koloni terbesar
berflourescent, tidak berflagella serta tidak
dimiliki oleh isolat B3ps.
memproduksi auksin (B1b dan B3b).

102
J. Solum Vol IX No 2, Juli 2012: 98-105 ISSN: 1829-7994

Tabel 4. Hasil pengamatan pertumbuhan koloni Bakteri penambat N yang ditumbuhkan pada Media
Sukrosa Garam Mineral pada suhu inkubasi 28oC dengan beberapa tingkatan pH media
Diameter koloni (mm)
pH (4,0) (5,0) (6,0) (7,0)
hari ke - hari ke - hari ke - hari ke -
Kode
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
isolat

Diameter koloni (mm)

A2ps 2 4 4 3 7 7 3 8 8 3 6,5 6,5


A3b 3 6 6 4 7 7 3 7 7 3 6,5 7,5
B3ps 3 5 5 3 5 5 3 6 6 3 6,5 8,5
B3b 3 5 5 3 7 7 2 7 7 4 5 7
B2k 3 5 5 4 7 7 2 7 7 3 7 7
Pada Tabel 5 terlihat bahwa isolat bakteri
Jika diamati pertumbuhan isolat dengan penambat N tumbuh lebih baik pada suhu
ciri yang sama berdasarkan warna koloni pada 35oC. Hal ini terbukti dengan bertambahnya
beberapa tingkatan media, isolat dengan diameter koloni semua isolat sampai hari ke-3
koloni berwarna bening (A3b dan B3b) pada suhu inkubasi 35oC. Sementara itu, pada
memiliki pertumbuhan yang relatif paling suhu 30oC, diameter koloni isolat A3b dan B3b
tinggi pada hari ke-2 untuk semua rentang pH pada hari ke-3 relatif sama (tidak terjadi
media agar yang dicobakan. Hal ini penambahan diameter koloni). Hal ini
menunjukkan bahwa isolat Bakteri penambat menunjukkan bahwa suhu inkubasi yang
N tersebut merupakan isolat yang toleran optimum bagi bakteri penambat N pada
terhadap kemasaman media. Sementara itu, umumnya adalah 35oC, hanya isolat A2ps yang
Isolat A2ps terlihat tumbuh lebih optimum dapat tumbuh optimum pada suhu inkubasi 30o
pada media dengan pH 6,0. Namun demikian, C.
pada media dengan pH 7,0 isolat dengan
koloni berwarna putih susu (B3ps) dianggap KESIMPULAN
lebih unggul dibanding isolat lainnya. Adanya
Dari penelitian ini terlihat bahwa tingkat
penambahan diameter koloni sampai hari ke-3
pertumbuhan (umur) titonia yang ditandai dari
pada media dengan pH 7,22 membuktikan
ukuran lingkar batang berpengaruh terhadap
bahwa, secara umum isolat bakteri penambat
populasi dan keragaman bakteri penambat N.
N tumbuh optimum pada pH sekitar 7
Populasi yang lebih tinggi dan beragam
Hasil uji pertumbuhan pada suhu inkubasi
ditemukan pada rhizosfir titonia dengan
yang beragam (Tabel 5) menunjukkan isolat
ukuran lingkar batang 3 cm sampai 6 cm.
bakteri penambat N memiliki pertumbuhan
Isolat bakteri penambat N yang diperoleh dari
yang lebih baik pada suhu 30°C dan 35°C.
rhizosfir titonia ini bersifat gram variabel
Hasil ini menunjukkan isolat yang diperoleh
dengan koloni berbentuk bulat, berlendir, licin,
merupakan bakteri mesofilik. Dari semua
dan cembung yang dapat dibedakan atas 3
jenis isolat yang diujikan, terlihat bahwa
kelompok isolat yaitu isolat dengan warna
diameter koloni isolat B2k selalu bertambah
koloni putih susu (ps), berwarna kuning (k)
sampai hari ke-3 pada suhu inkubasi 25oC–
dan berwarna bening (b). Media mendekati pH
35oC. Ini menunjukkan isolat Bakteri
7 serta suhu sekitar 35°C merupakan kondisi
penambat N dengan kode B2k ini mampu
optimal bagi pertumbuhan isolat bakteri
beradaptasi dengan beberapa tingkatan suhu
penambat N dari rhizosfir titonia. Namun
inkubasi (25oC–35oC). Walaupun demikian
demikian dari karakterisasi yang dilakukan
suhu 35oC tetap merupakan suhu paling
belum dapat menetapkan spesies dari isolat
optimum bagi pertumbuhan koloni isolat B2k
yang diperoleh.
seperti halnya isolat lain yang diujikan.

103
Keragaman bakteri penambat N (Agustian et al): 98-105 ISSN : 1829-7994

Tabel 5. Pengaruh suhu inkubasi terhadap pertumbuhan koloni bakteri penambat N pada Media
Sukrosa Garam Mineral pada pH 7,0

Suhu (25°C) (30°C) (35°C)


Kode hari ke- hari ke- hari ke-
isolat
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Diameter koloni (mm)
A2ps 2 5 7 2 6 8 2 6 6
A3b 3 3 3 3 4 4 3 6 9
B3ps 3 5 5 3 6 7 3 6 9
B3b 3 5 6 3 5,5 5,5 3 5 8
B2k 4 6 7 3 6,5 8 2 6,5 8,5

Barea, J.M., M.J. Pozo, R. Azcón and C.


Azcón-Aguilar. 2005. Microbial cooperation
DAFTAR PUSTAKA
in the rhizosphere. J. of Exp. Botany, 56
Agustian. 2004. Keragaman cendawan (417), pp. 1761–1778,
mikoriza arbuskula (CMA) pada tithonia doi:10.1093/jxb/eri197
(Tithonia diversifolia) yang tumbuh pada
Barnesa, R.J., S.J. Baxtera, R.M. Lark. 2007.
berbagai ketinggian tempat di Sumatera
Spatial covariation of Azotobacter
Barat. Jurnal Stigma Vol XI No. 4. p. 85-92
abundance and soil properties: A case study
Agustian, Nuriyani, L. Maira dan O. Emalinda. using the wavelet transform. Soil Biol.
2010. Rhizobakteria penghasil fitohormon Biochem. 39 : 295–310
IAA pada rhizosfir tumbuhan semak
Becking, J.H., 1992. The family
karamunting, titonia, dan tanaman pangan. J.
Azotobacteraceae. In: Balows, A., Trüper,
Solum Vol. VII No. 1 Januari 2010: 49-60
G.H., Dworkin, M., Harder, W., Schleifer,
Agustian, S. Rahmayuni dan O. Emalinda. K.H. (Eds.), The Prokaryotes, A Handbook
2011. Isolasi dan karakterisasi rhizobakteria on the Biology of Bacteria: Ecophysiology,
penghasil IAA dari rhizosfir titonia Isolation, Identification, Applications. 2nd
(Tithonia diversifolia). Prosiding Seminar ed., vol. 4, Springer, Germany, pp. 3144-
PERIPI 9 Desember 2011 di Padang. p.426- 3170.
447
Brick, J.M., R.M. Bostock, S.E Silvertone.
Aquilanti, L., F. Favilli and F. Clementi. 2004. 1991. Rapid in situ assay for indoleacetic
Comparison of different strategies for acid production by bacteria immobilized on
isolation and preliminary identification of a nitrocellulose membrane. Appl. Env.
Azotobacter from soil samples. Soil Biol. Microbiol. 57: 535-538
Biochem. 36: 1475–1483
Curl, E dan T. Bryan. 1985. The Rhizosphere.
Azcon, R. and J.M. Barea. 1975. Synthesis of Springer-Verlag. Berlin Heidelberg New
auxins, gibberellins and cytokinins by York. Tokyo. Pp 290
Azotobacter vinelandii and Azotobacter
Franche, C., K. Lindström and C. Elmerich.
beijerinckii related to effects produced on
2009. Nitrogen-fixing bacteria associated
tomato plants. Plant and Soil 43: 609- 619.
with leguminous and non-leguminous plants.
Bais, H.P.,T.L. Weir, L.G. Perry, S. Gilroy Plant Soil. 321:35–59. DOI 10.1007/s11104-
and J.M. Vivanco. 2006. The role of root 008-9833-8
exudates in rhizosphere interactions with
Hakim, N dan Agustian. 2003. Gulma titonia
plants and other organisms. Annu. Rev.
dan pemanfaatannya sebagai sumber bahan
Plant Biol. 57:233–66. doi: 10.1146/
organik dan unsur hara untuk tanaman
annurev.arplant.57.032905.105159
hortikultura. Laporan Penelitian Tahun I
Hibah Bersaing XI/I. Proyek Peningkatan
104
J. Solum Vol IX No 2, Juli 2012: 98-105 ISSN: 1829-7994

Penelitian Perguruan Tinggi DP3M Ditjen Olivares, E., E. Peña, G. Aguiar. 2002. Metals
Dikti. Lembaga Penelitian Unand. Padang. and oxalate in Tithonia diversifolia
(Asteraceae): concentrations in plants
Hakim, N., Agustian, Oksana. E Fitra, and R
growing in contrasting soils, and Al
Zamora. 2004. Amelioration of acid soil
induction of oxalate exudation by roots. J. of
infertility by (Titonia diversifolia) green
Plant Physiol., 159 (7), p. 743-749
manure and lime application. In Proceeding
6th International Symposium Plant-Soil Vlastimil, V dan F. Kunc. 1988. Soil
Interaction at low pH (PSILPH) on 1-5 Microbial Associations. Prague. Institut of
August 2004 in Sendai Japan. p 366-367 Microbiology of the Czechoslovakia
Academy of Sciences. Czechoslovakia. p
Jama, B. A., C. A. Palm, R. J. Buresh, A. I.
84-130
Niang, C. Gachengo, G. Nziguheba, B.
Amadalo. 2000. Tithonia diversifolia as a Wedastri, S. 2002. Isolasi dan Seleksi
Green Manure for Soil Fertility Azotobacter spp. Penghasil Faktor Tumbuh
Improvement in Western Kenya: a Review dan Penambat Nitrogen dari Tanah Masam.
Agroforestry System. p. 201-221 J. Ilmu Tanah dan lingkungan 3:45-51
Klement, Z., K. Rudolph dan D. C. Sand. Wollum, A.G. 1994. Soil sampling for
1990. Methods in Phytobacteriology. microbiological analysis in Methods of Soil
Budapest. Academic Kiado. 57 p Analysis Part 2 Microbiological and
Biochemical Properties ed R.W. Weaver
Ladha, J. K. , T. George dan B.B. Bohlool.
et.al. Soil Sci. Soc. Am. Inc
1992. Biological Nitrogen Fixation for
Sustainable Agriculture. London. Kluwer
Academic (Publishers). pp. 209

105

Das könnte Ihnen auch gefallen