Sie sind auf Seite 1von 13

POTENSI PRODUKSI TANAMAN PORANG (Amorphophallus muelleri

Blume) DI KELOMPOK TANI MPSDH WONO LESTARI


DESA PADAS KECAMATAN DAGANGAN KABUPATEN MADIUN.

Kusnul Rofik 1), Rahmanta Setiahadi2), Indah Rekyani Puspitawati3), Martin Lukito4)
1)
Alumni Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun
2)3)4)
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun

Abstract
Porang plant (Amorphophallus muelleri Blume) known as iles-iles plant is a shrub that has
a height of 100-150 cm, erect stems, soft, smooth stems are green or black mottled white.
This study aims to determine the factors that affect crop production potential porang,
research carried out in the village Padas District of Madiun. The research method used is
descriptive and qualitative research that lead to the disclosure of a problem or situation
as it is and reveal the facts on the ground, including seeds, maintenance, fertilizing and
harvesting. With the number of respondents as many as 25 people at random from the
Farmers Group MPSDH Wono Lestari in Village Padas District of Madiun This Research aims
to determine cultivation porang in Farmers MPSDH Wono Lestari Village Padas District
of Madiun in increasing crop production potential porang Results research shows the
potential for production in Farmers MPSDH Wono Lestari very good for cultivation porang.
Porang crop production potential is influenced by factors: Good seed, Maintenance with
weeding, fertilization with manure and harvest excavated using a hoe. Results of treatment
A.1 to A.8 and B.1 to B.8 show A.1 t​​ reatment are: tuber frog (bubil), manual weeding with a
hoe tool use and sickle and fertilization is done without the use of chemicals and fertilizers
with goat manure and compost that harvest done porang farmers dug with picks, superior
to treatment until A.8 A.2 and B.1 to B.8 when seen from the number of tuber yield porang.

Keywords:

Potential Production, MPSDH umbi-umbian termasuk keluarga araceae dan


Farmers. Group, kelas monokotiledoneae. Hasil tanaman ini
berupa umbi yang mengandung glukomanan
PENDAHULUAN yang berbentuk tepung. Glukomanan tersebut
Tanaman porang (Amorphophallus apabila diproduksi secara besar-besaran
muelleri Blume) adalah salah satu tanaman dapat meningkatkan ekspor non migas,
yang sudah lama dikenal oleh masyarakat sejak devisa negara, kesejahteraan masyarakat dan
jaman pendudukan Jepang. Namun demikian menciptakan lapangan kerja (Anonim, 2011).
sampai saat ini budidaya porang belum Menurut asalnya porang berasal dari
banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia. daerah tropis Afrika Barat kemudian menyebar
Tanaman porang merupakan jenis tanaman ke arah timur melalui Kepulauan Andaman

AGRI-TEK: Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi


Volume 17 Nomor 2 September 2017; ISSN : 1411-5336
Kusnul Rofik, Rahmanta Setiahadi, Indah Rekyani P. & Martin Lukito

India, Myanmar, Thailand, Cina, Jepang dan sumberdaya lahan. Lahan adalah suatu
Indonesia (Sumatera, Jawa, Madura, Bali wilayah daratan dengan ciri mencakup semua
dan NTB). Porang mempunyai nama daerah watak yang melekat pada atmosfer, tanah,
yang berbeda-beda seperti ponang (Jawa), geologi, timbulan, hidrologi dan populasi
kruwu, lorkong, labing, subeg leres, subeg bali tumbuhan dan hewan, baik yang bersifat
(Madura), acung, cocoan oray (Sunda), badur mantap maupun yang bersifat mendaur serta
(Nusa Tenggara Barat) (Dwiyono, 2009). kegiatan manusia diatasnya. penggunaan
Tanaman  porang merupakan tanaman pupuk kimia yang terlalu sering dapat
yang hidup di hutan tropis. Tanaman yang mengakibatkan ikatan unsur hara di dalam
bisa juga ditanam di dataran rendah tersebut tanah menjadi rusak. Hal tersebut adalah
mudah hidup diantara tegakan pohon hutan salah satu faktor penyebab lahan marginal.
seperti misalnya : Jati dan Pohon Sono. Lahan marginal dapat diartikan sebagai lahan
Tanaman tersebut kini mempunyai prospek yang memiliki mutu rendah karena memiliki
yang menjanjikan karena memiliki nilai beberapa faktor pembatas jika digunakan
ekonomi yang bisa dibudidayakan. Selain untuk suatu keperluan tertentu. Sebenarnya
itu, porang banyak sekali terutama untuk faktor pembatas tersebut dapat diatasi
industri dan  kesehatan, hal ini terutama dengan masukan atau biaya yang harus
karena kandungan zat Glukomanan yang ada dibelanjakan. Tanpa masukan yang berarti
didalamnya (Lase, 2007). budidaya pertanian di lahan marginal tidak
akan memberikan keuntungan (Masrtianto,
Keunggulan porang adalah untuk industri
2012).
antara lain untuk mengkilapkan kain, perekat
kertas, cat kain katun, woll dan bahan imitasi Menurut Masrtianto, 2012 hutan sebagai
yang memiliki sifat lebih baik dari amilum suatu ekosistem tidak hanya menyimpan
dengan harga lebih murah, tepungnya dapat sumberdaya alam yang berupa kayu saja
dipergunakan sebagai penganti agar-agar, tetapi masih banyak potensi non kayu yang
sebagai bahan pembuat negative flem, dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat
isolator dan seluloid karena yang sifatnya melalui budidaya tanaman pertanian pada
yang mirip selulosa. Sedangkan larutannya lahan hutan. Kegiatan budidaya tersebut
bila dicampur dengan gliserin atau natrium diperkirakan akan dapat membawa ke­
hidroksida bisa dibuat bahan kedap air, juga untungan baik dari segi ekonomis maupun
dapat dipergunakan untuk menjernihkan air dari segi ekologis, dimana kesuburan tanah
dan memurnikan bagian – bagian keloid yang akan tetap dapat dipertahankan tanpa
terapung dalam industri bir, gula, minyak dan mengubah fungsi pokoknya. Salah satu jenis
serat. Bahan makanan dari porang banyak tanaman sela yang cukup potensial adalah
disukai oleh masyarakat Jepang untuk porang.
makanan khas Jepang berupa mie shirataki Keunggulan umbi porang dari sisi
atau tahu konyaku (Vuksan, Sievenpiper, budidaya antara lain :
Owen, Swilley, Spadafora, Jenkins, Vidgen, Tidak memerlukan teknologi dan modal
Brighenti, Josse, Leiter, Xu dan Novokmet, yang besar, dengan sekali menanam tidak
2000). perlu menanam lagi, dapat hidup dibawah
Sumberdaya lahan merupakan salah satu tegakan atau lahan naungan, pemeliharaan
faktor yang sangat menentukan keberhasilan kurang intensif dan prospek pasar yang cukup
suatu sistem usaha pertanian karena hampir cerah (Hidayat, 2013).
semua usaha pertanian berbasis pada

54 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017


Potensi Produksi Tanaman Porang (Amorphophallus Muelleri Blume)

Budidaya porang ini cukup berpotensi Menurut Hidayat (2013), manfaat ta­
bagi masyarakat di Desa Padas Kecamatan naman porang pada umumnya dibedakan
Dagangan Kabupaten Madiun sebagai tam­ menjadi dua bagian, yaitu: manfaat di tingkat
bahan penghasilan bagi masyarakat desa on-farm (di lapangan : di lahan budidaya)
setempat dengan memanfaatkan lahan hutan dan manfaat tingkat off-farm (pasca panen,
jati sebagai lahan berbudidaya tanaman pengolahan sampai dengan pemasarannya).
porang, tetapi pengetahuan tentang budidaya Manfaat on-farm, yaitu budidaya tanaman
tanaman porang kurang diketahui masyarakat porang yang hanya dapat di lakukan dibawah
petani porang didaerah tersebut. naungan tegakan pepohonan tahunan (jati,
pertumbuhan tanaman porang, pada sengon, sono, dll) dimana tanaman porang
saat memasuki awal musim kemarau dimana sebagai tanaman sela memberikan nilai
air tidak mencukupi lagi bagi pertumbuhan tambah dari segi efisiensi lahan dengan
tegakan pohon jati, maka pohon jati tersebut penghasilan diluar hasil kayu (cash crops),
segera memasuki masa dormansi (yang juga dari segi konservasi lahan dengan pola
ditandai dengan menggugurkan seluruh pengolahan lahan secara agroforestri, maka
daunya) dan pohonnya meranggas tinggal pada lahan (hutan, tegal, bukit) tersebut yang
ranting yang mengering (Hidayat, 2013). di tanami porang dapat terhindarkan dari
Keuntungan tanaman porang dibudidaya bahaya erosi yang berlebihan, dengan pola
antara lain tidak memerlukan teknologi dan tanam porang secara agroforestri tersebut,
modal besar sebab sekali menanam tidak dimana juga dilakukan pemupukan terhadap
perlu menanam bibit kembali. Beberapa kajian tanaman porang dapat juga dimanfaatkan
budidaya tanaman porang sudah dilakukan sebagai upaya mempertahankat tingkat
namun sebatas identifikasi dan karakterisasi kesuburan lahan dalam jangka panjang.
tanaman porang, siklus hidup, perbaikan Manfaat dari segi off-farm penanganan
pertumbuhan dan pruduksi umbi. Umbi dan setelah panen umbi porang tidak dapat
bulbil sejatinya sebagai bibit yang tidak bisa langsung dikonsumsi sebagaimana jenis
langsung ditanam karena umbi dan bulbil spicies Amorphophallusus muelleri blume
dalam keadaan dormansi. Saat menjelang karena mengeluarkan getah yang sangat
musim hujan petani mulai menanam bibit gatal. Oleh karena itu agar dapat di konsumsi,
(Hidayat, 2013). maka umbi porang diperlukan proses ter­
Umbi porang merupakan umbi tunggal lebih dahulu, diantaranya pengeringan
atau setiap satu batang tanaman porang dan pemisahan tepung yang beracun
hanya menghasilkan satu buah umbi. Pada dengan tepung yang tidak beracun sebagai
umbi tidak terdapat titik tumbuh tunas selain tepung “mannan” selanjutnya tepung yang
pada bekas tumbuhnya batang, daging umbi kandungan glukomanya tinggi tersebut baru
berwarna kuning cerah dan seratnya halus. dapat digunakan dalam berbagai macam
Getah porang berwarna agak keruh dan industri baik industri, baik industri makanan,
menimbulkan rasa gatal apabila mengenai maupun kesehatan dan industri lain , secara
kulit. Apabila umbi dirajang dalam bentuk chip Rincian kegunaan tepung porang yang
dan dijemur dibawah sinar matahari maka glukomannya tinggi sebagai berikut :
daging buah umbinya setelah kering akan 1) Mempunyai daya merekat yang kuat,
memperlihatkan warna coklat kemerahan maka dapat dimanfaatkan :
(Hidayat, 2013).
(a) bidang industri kertas digunakan

Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 55


Kusnul Rofik, Rahmanta Setiahadi, Indah Rekyani P. & Martin Lukito

untuk bahan perekat kertas (lem) yang tepung porang tersebut sebagai bahan
berkualitas tinggi, (b) lem yang bahan makanan kegemaran yang sangat baik
bakunya dari tepung porang (glukomanan untuk penderita diabetes, yaitu konyaku
tinggi) lebih menguntungkan dari (bahan makanana dalam bentuk tahu)
pada perekat biasa karena tidak ke­ dan shirataki (makanan berbentuk mie),
hilangan daya rekatnya pada kasus ter­ bahan makanan coctail dan cendol, serta
jadinya pembekuan (c) dalam bidang baik untuk makanan bayi.
mikrobiologi, tepung porang dapat 5) Keungguln umbi porang dari nilai gizi
menggantikan fungsi agar-agar atau dan kesehatan adalah sebagai berikut :
gelatin: (d) dibodang farmasi sebagai membuat kadar kolestrol normal, men­
pengisi tablet (penghancur tabletdan cegah deabetes, mencegah tekanan darah
berfungsi sebagai pengikat) : (e) dibidang tinggi, membantu orang yang kelebihan
industri bermanfaat untuk membuat jas berat badan, kadar lemak rendah, rendah
hujan, industri cat dan industri tekstil: (f ) kalori, kadar serat tinggi, kaya meneral,
diindustri pertambangan ,tepung porang sedangkan keunggulan umbi porang dari
dapat digunakan sebagai pengikat nilai gizi dan kesehatan.
meneral yang tersuspensi secara koloidal Potensi produksi adalah sesuatu wilayah
pada hasil awal penambangan : (g) (tempat) yang memiliki potensi budidaya
sebagai penjernih air minum yang berasal tanaman porang yang dapat dibudidayakan
dari sungai dengan cara mengendapkan secara luas, didaerah tersebut untuk meng­
lumpur yang tersuspensi didalam air. hasilkan umbi porang. Potensi produksi
2) Mempunyai kegunaan berupa tingkat tanaman porang yang ada di Kelompok Tani
kekedapan yang tinggi manakala tepung Wono Lestari memiliki potensi yang cukup
porang dalam bentuk pasta kering, baik dalam menghasilkan umbi porang
karena mempunyai sifat resistensi tinggi hal ini diharapkan mampu meningkatkan
terhadap air bila mana tepung porang pendapatan bagi petani porang. Kelompok
dalam bentuk adonan di keringkan maka Tani Wono Lestari dalam membudidayakan
akan membentuk suatu lapisan yang tanaman porang dengan skala besar pada
impermeable. Oleh karena itu tepung kegiatan budidaya sehingga diharapkan
porang sangat potensial dalam men­ mampu memberikan manfaat atau pen­
dukung industri pesawat. dapatan bagi masyarakat Desa Padas
3) Berdasarkan pada struktur kimianya, di Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun.
mana tepung porang dengan kandungan
glukomannan yang tinggi dan sangat Tujuan Penelitian
mirip selulosa, sehingga tepung porang Berdasarkan permasalahan diatas maka
dapat di pakai sebagai bahan pembuatan tujuan peneliti ini untuk mengetahui budi­
seluloid, bahan peledak, isolasi listrik, film, daya porang dengan permasalahan yang
edible film, bahan toilet dan kosmetika. ada Di Kelompok Tani MPSDH Wono Lestari
4) Terhadap industri pangan sehubungan Desa Padas Kecamatan Dagangan Kabupaten
dengan tepung porang sebagai sumber Madiun berdasarkan pendataan penulis, agar
“dietery fibre” telah banyak dimanfaatkan diketahui cara memecahkan permasalahan
untuk bahan baku pangan “sehat” seperti: yang tepat dalam budidaya sebagai usaha
jely, mie, tahu, dll. Bahkan masyarakat meningkatkan potensi produksi tanaman
jepang secara khusus telah menggunakan porang.

56 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017


Potensi Produksi Tanaman Porang (Amorphophallus Muelleri Blume)

METODA PENELITIAN mengambil data dari arsip Kelompok Tani


Tanaman Porang Wono Lestari :
Lokasi Penelitian
1) Data primer yaitu data yang diperoleh
Lokasi penelitian dilakukan di Desa
langsung dari responden atau petani. Alat
Padas Kecamatan Dagangan Kabupaten
bantu yang digunakan adalah kuisioner
Madiun dengan pertimbangan berdasarkan
atau pertanyaan – pertanyaan yang
hasil dan tempat lokasi porang yang dimiliki
diajukan pada petani dan hasil surey/
Kelompok Tani yaitu di Kecamatan Dagangan
observasi
dan Desa Padas merupakan kelompok MPSDH
2) Data sekunder yaitu data terdokumentasi
Wono Lestari yang berkerja sama dengan PT.
yang relevan yang dapat diperoleh dari
Perhutani (persero) KPH Madiun.
berbagai sumber yang dipercaya dan
Tehnik Pengumpulan Data dapat dipertangggung jawabkan mulai
1) Wawancara dari tingkat kabupaten sampai desa.
Wawancara adalah tanya jawab antara Metode Analisis
peneliti dengan petani untuk memperoleh
a) Deskriftif
data-data yang diperlukan berdasarkan
Penelitian deskriptif adalah metode
jawaban langsung dari petani dengan
yang menggambarkan dan menjabarkan
kuisioner sebagai sarana penunjang.
temuan dilapangan. Metode deskriftif
2) Pencatatan
hanyalah memaparkan situasi atau
Pencatatan adalah cara memperoleh peristiwa. Penelitian dengan metode ini
data dengan mencatat data dari berbagai tidak mencari atau menjelaskan hubungan
instansi atau dinas atau lembaga dari dan tidak menguji hipotesis atau membuat
tingkat kabupaten ataupun propinsi prediksi. Penelitian deskriptif ditujukan
sampai tingkat desa yang didasarkan atas untuk mengumpulkan informasi secara
laporan serta catatan hasil wawancara aktual dan terperinci, mengidentifikasikan
merupakan data sekunder. masalah, membuat perbandingan atau
3) Observasi evaluasi, dan menentukan apa yang
Observasi adalah cara pengumpulan dilakukan orang lain dalam menghadapi
data tanpa mengajukan pertanyaan – masalah yang sama dan belajar dari
pertanyaan tetapi dengan jalan meng­ pengalaman mereka untuk menetapkan
amati obyek (survey) yang diteliti. rencana dan keputusan pada waktu yang
Observasi disini bertujuan mencocokan akan datang.
data yang diperoleh dari hasil wawancara b) Kualitatif
petani dengan keadaan sebenarnya dan Metode penelitian kualitatif adalah
dipergunakan untuk melengkapi data metode untuk menyelidiki obyek yang
yang ada. tidak dapat diukur dengan angka-angka
Sumber Data ataupun ukuran lain yang bersifat eksak.
Penelitian kualitatif juga bisa diartikan
Peneliti memperoleh data langsung dari
sebagai riset yang bersifat deskriptif
petani porang berdasarkan kuisioner yang
dan cenderung menggunakan analisis
digunakan sebagai sarana penunjang dengan
dengan pendekatan induktif. Penelitian
jumlah responden 25 orang, selain itu peneliti
kualitatif jauh lebih subyektif daripada

Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 57


Kusnul Rofik, Rahmanta Setiahadi, Indah Rekyani P. & Martin Lukito

penelitian atau survey kuantitatif dengan pegunungan wilis dan sebelah barat
dan menggunakan metode sangat berbatasan dengan desa Joho dan Dagangan.
berbeda dari mengumpulkan informasi, 1) Jarak Desa : Dengan rumah ketua
terutama individu, dalam menggunakan Kelompok porang : ± 10 KM
wawancara secara mendalam dan grup Lama tempuh: ± 60 Menit
fokus. Teknik pengumpulan data kualitatif
2) Bentuk permukaan tanah : Dataran Tinggi
diantaranya adalah interview (wawancara),
quesionere (pertanyaan-pertanyaan/ 3) Produktifitas tanah : Baik
kuesioner), schedules (daftar pertanyaan), 4) Jumlah RT : 34
dan observasi (pengamatan, participant Jumlah Penduduk Menurut Pendataan
observer technique), penyelidikan sejarah yang dilakukan: 5021 jiwa Komposisi Pen­
hidup (life historical investigation) dan duduk Desa Padas berdasarkan jenis kelamin
analisis konten (content analysis). adalah: orang berjenis kelamin laki-laki dengan
presentase 49,6% dan 2526 orang berjenis
Indikator Penelitian
kelamin perempuan dengan presentase
1) Bibit 50,4%, dengan jumlah total keseluruhan
Mengetahui jenis bibit tanaman porang 5021 orang dengan presentase 100% (Data
yang digunakan petani tanaman porang Morfologi Desa Padas, 2010).Jumlah Kepala
di Kelompok Tani MPSDH Wono Lestari Keluarga (KK): ± 1255
di Desa Padas Kecamatan Dagangan Desa Padas memiliki luas wilayah sebesar
Kabupaten Madiun. 785,31 ha. Wilayah ini berada di antara 60-900
2) Pemeliharaan m diatas permukaan laut. Curah hujan desa
Mengetahui perawatan (penyiangan) padas rata-rata 2188 mm/th, rata-rata hari
yang dilakukan petani porang terhadap hujan 112hh/th, strata (jenis iklim) menurut
tanaman porang dengan cara manual Oldeman termasuk strata B (Anonomus, 2012).
atau menggunakan herbisida Usaha tani di desa ini merupakan mata
3) Pemupukan pencarihan utama bagi sebagian besar
Mengetahui jenis pupuk yang di gunakan penduduk. Data yang tercatat di profil desa
petani porang di Kelompok Tani MPSDH padas tahun 2012 yaitu sebanyak 1200 orang
Wono Lestari (organik/anorganik). yang berprofesi sebagai petani dan jumlah
4) Panen penduduk sebanyak 4540 orang. Wilayah desa
padas beriklim tropis sangat bagus untuk
Cara pemanenan yang di gunakan dalam
dijadikan lahan pertanian terutama tanaman
melakukan pemanenan tanaman porang
perkebunan. Luas lahan tanaman porang di
di Kelompok Tani MPSDH Wono Lestari.
wilayah tersebut seluas 114,3 ha (p). Setiap
HASIL DAN PEMBAHASAN tahunya panen dan menjadikan wilyah ini
potensial .
Gambaran Lokasi Penelitian
Desa Padas secara administratif terletak
di Kecamatan Dagangan, Kabupaten
Madiun, Jawa Timur. Batas wilayah sebelah
utara desa Ngranget, sebelah selatan
Desa Segulung, sebelah timur berbatasan

58 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017


Potensi Produksi Tanaman Porang (Amorphophallus Muelleri Blume)

Indikator Perlakuan
Tabel. 1 Indikator Perlakuan
Kategori
No. Keterangan
perlakuan
umbi katak, penyiangan manual tanpa herbisida, pupuk kompos, panen digali
1. A.1
dengan cangkul
umbi katak, penyiangan manual tanpa herbisida, pupuk kompos, panen
2. A.2
langsung dicabut
umbi katak, penyiangan manual tanpa herbisida, pupuk kimia (NPK), panen
3. A.3
digali dengan cangkul
umbi katak, penyiangan manual tanpa herbisida, pupuk kimia (NPK), panen
4. A.4
langsung dicabut
umbi katak, penyiangan manual tanpa herbisida, di pupuk dengan kompos,
5. A.5
panen digali dengan cangkul
umbi katak, penyiangan manual tanpa herbisida, pupuk kimia (NPK), panen
6. A.6
langsung dicabut
umbi katak, penyiangan dengan herbisida, pupuk kimia (NPK), panen digali
7. A.7
dengan cangkul
umbi katak, penyiangan dengan herbisida, pupuk kimia (NPK), panen digali
8. A.8
dengan cangkul
bibit umbi, penyiangan manual tanpa herbisida, pupuk dengan kompos, panen
9. B.1
digali dengan cangkul
bibit umbi, penyiangan dengan herbisida, pupuk kimia (NPK), panen digali
10. B.2
dengan cangkul
bibit umbi, penyiangan manual tanpa herbisida, pupuk dengan kompos, panen
11. B.3
digali dengan cangkul
bibit umbi, penyiangan manual herbisida, pupuk kimia (NPK), panen langsung
12. B.4
dicabut
bibit umbi, penyiangan dengan herbisida, pupuk dengan pupuk kompos,
13. B.5
panen digali dengan cangkul
bibit umbi, penyiangan dengan herbisida, pupuk dengan kompos, panen digali
14. B.6
dengan cangkul
bibit umbi, penyiangan dengan herbisida, pupuk kimia (NPK), panen digali
15. B.7
dengan cangkul
bibit umbi, penyiangan dengan herbisida, pupuk kimia (NPK), panen langsung
16. B.8
dicabut

Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 59


Kusnul Rofik, Rahmanta Setiahadi, Indah Rekyani P. & Martin Lukito

HASIL Dari Tabel 3 di ketahui bahwa yang


4.2. Perlakuan A.1 me­ l akukan perlakuan A.3 sebanyak 4
responden,dengan jumlah produksi rata-
Tabel. 2 Kategori Perlakuan A.1
rata mencapai 2,25 ton/ha. Hasil tersebut
Kategori Respon­ Jumlah hasil Rata-rata dipengaruh oleh faktor:
perlakuan den (ton/ha) (ton/ha) 1. Umbi katak (bubil)
A.1 6 15 3,5 2. Penyiangan manual tanpa herbisida
Dari Tabel 2 di ketahui bahwa yang 3. Pemupukan kimia an-organik (NPK)
melakukan perlakuan A.1 sebanyak 6 4. Panen digali dengan cangkul
responden, dengan jumlah produksi rata-rata
Perlakuan A.3 yaitu petani porang yang
mencapai 3,5 ton/ha. Hasil tersebut
menggunakan umbi katak (bubil), yaitu :
Menunjukan lebih unggul dibanding umbi katak (bubil) yang berasal dari batang
perlakuan A.2-A.8 dan B.1-B.8 dipengaruh yang memecah menjadi tiga batang sekunder
oleh faktor: dan akan memecah lagi sekaligus menjadi
1. Umbi katak (bubil) tangkai daun dan pada setiap pertemuan
2. Penyiangan manual tanpa herbisida batang akan tumbuh katak (bubil) berwarna
3. Pupuk dengan kompos coklat kehitam-hitaman. dan perawatan yang
dilakukan petani tanmanan porang dengan
4. Panen digali dengan cangkul
cara manual yaitu menggunakan cangkul dan
Perlakuan A.1 yaitu petani porang yang sabit untuk membersihkan gulma yang ada
menggunakan umbi katak (bubil), yaitu : umbi di sekitar tanaman porang dan pemupukan
katak (bubil) yang berasal dari batang yang yang di berikan yaitu pupuk kimia (NPK
memecah menjadi tiga batang sekunder dan ponska) dan cara panen yang dilakukan
akan memecah lagi sekaligus menjadi tangkai petani porang dengan cara digali terlebih
daun dan Pada setiap pertemuan batang akan dahulu mengunakan cangkul setelah di ambil
tumbuh katak (bubil) berwarna coklat kehitam- umbinya.
hitaman. dan perawatan (penyiangan) yang
dilakukan petani tanaman porang dengan Perlakuan A.5
cara manual yaitu menggunakan cangkul dan Tabel. 4 Kategori Perlakuan A.5
sabit untuk membersihkan gulma yang ada
Jumlah
disekitar tanaman porang, pemupukan yang Kategori Respon­ Rata-rata
hasil (ton/
diberikan yaitu, pupuk kompos (organik), dan perlakuan den (ton/ha)
ha)
panen yang di lakukan petani porang dengan
cara digali disekitar umbi porang lalu diambil A.5 2 4,5 2,25
umbinya. Dari Tabel 4 di ketahui bahwa yang
melakukan perlakuan A.5 sebanyak 2
Perlakuan A.3
responden, dengan jumlah produksi rata-
Tabel. 3 Kategori Perlakuan A.3
rata mencapai 4,5 ton/ha. Hasil tersebut di
Jumlah pengaruh oleh faktor:
Kategori Respon­ Rata-rata
hasil (ton/ 1. Umbi katak (bubil)
perlakuan den (ton/ha)
ha) 2. Penyiangan dengan herbisida
A.3 4 9 2,25 3. Pemupukan dengan kompos
4. Panen digali dengan cangkul

60 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017


Potensi Produksi Tanaman Porang (Amorphophallus Muelleri Blume)

Perlakuan A.5 yaitu petani porang yang di semprot (herbisida) dan pemupukan yang
menggunakan umbi katak (bubil) yaitu : umbi diberikan yaitu pupuk kimia (NPK ponska)
katak (bubil) yang berasal dari batang yang dan cara panen yang dilakukan petani porang
memecah menjadi tiga batang sekunder dan dengan cara digali disekitar umbi porang lalu
akan memecah lagi sekaligus menjadi tangkai diambil umbinya.
daun dan Pada setiap pertemuan batang akan Perlakuan B.1
tumbuh katak (bubil) berwarna coklat kehitam-
Tabel . 6 Kategori Perlakuan B.1
hitaman dan perawatan (penyiangan) yang
di lakukan petani tanamanan porang dengan Jumlah
Kategori Respon­ Rata-rata
cara (herbisida) yaitu membersihkan gulma hasil (ton/
perlakuan den (ton/ha)
yang ada disekitar tanaman porang dengan ha)
disemprot (herbisida) pemupukan yang B.1 4 9 2,25
diberikan yaitu pupuk kompos (organik) dan
panen yang dilakukan petani porang dengan Dari Tabel. 6 di ketahui bahwa yang
cara digali disekitar umbi porang lalu di ambil melakukan perlakuan B.1 sebanyak 4
umbinya. responden, dengan jumlah produksi rata-
rata mencapai 2,25 ton/ha. Hasil tersebut di
Perlakuan A.7
pengaruh oleh faktor:
Tabel. 5 Kategori Perlakuan A.7
1. Bibit umbi
Jumlah 2. Penyiangan manual tanpa herbisida
Kategori Respon­ Rata-rata
hasil (ton/
perlakuan den (ton/ha) 3. Pupuk dengan kompos
ha)
4. Panen digali dengan cangkul
A.7 3 6 2
Perlakuan B.1 yaitu petani porang yang
Dari Tabel 5 di ketahui bahwa yang menggunakan bibit umbi, bibit umbi yaitu
melakukan perlakuan A.7 sebanyak 3 tanaman porang yang di peroleh dari hasil
responden, dengan jumlah produksi rata-rata sisa panen dan pengurangan tanaman
mencapai 2 ton/ha. Hasil tersebut di pengaruh porang yang terlalu rapat sehingga bisa
oleh faktor: sebagai bibit, dan perawatan yang di lakukan
1. Umbi katak (bubil) petani tanaman porang dengan cara manual
2. Penyiangan dengan herbisida yaitu, menggunakan cangkul dan sabit untuk
membersihkan gulma yang ada di sekitar
3. Pemupukan dengan kimia (NPK)
tanaman porang, dan pemupukan yang di
4. Panen digali dengan cangkul berikan yaitu, pupuk kompos (organik) dan
Perlakuan A.7 yaitu petani porang yang panen yang di lakukan petani porang dengan
menggunakan umbi katak (bubil), yaitu : umbi cara di gali di sekitar umbi porang lalu di ambil
katak (bubil) yang berasal dari batang yang umbinya.
memecah menjadi tiga batang sekunder dan
Perlakuan B.3
akan memecah lagi sekaligus menjadi tangkai
daun dan Pada setiap pertemuan batang akan Tabel 7 Kategori Perlakuan B.3
tumbuh katak (bubil) berwarna coklat kehitam- Jumlah
Kategori Respon­ Rata-rata
hitaman. dan perawatan (penyiangan) yang hasil (ton/
dilakukan petani tanamanan porang dengan perlakuan den (ton/ha)
ha)
cara (herbisida) yaitu : membersihkan gulma
B.3 3 6 2
yang ada disekitar tanaman porang dengan

Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 61


Kusnul Rofik, Rahmanta Setiahadi, Indah Rekyani P. & Martin Lukito

Dari Tabel 7 di ketahui bahwa yang bibit yang berasal dari tanaman porang yang
melakukan perlakuan B.3 sebanyak 3 di peroleh dari hasil sisa panen pengurangan
responden, dengan jumlah produksi rata-rata tanaman porang yang terlalu rapat sehing­
mencapai 2 ton/ha. Hasil tersebut di pengaruh ga bisa sebagai bibit, dan perawatan (pe­
oleh faktor: nyiangan) yang di lakukan petani tanamanan
1. Bibit umbi porang dengan cara (herbisida) yaitu :
2. Penyiangan manual tanpa herbisida membersihkan gulma yang ada di sekitar
tanaman porang dengan di semprot
3. Pupuk kimia (NPK)
(herbisida) dan pemupukan yang di berikan
4. Panen di gali dengan cangkul yaitu pupuk kompos (organik) dan panen
Perlakuan B.3 yaitu petani porang yang yang di lakukan petani porang dengan cara
menggunakan bibit umbi, bibit umbi yaitu : di gali di sekitar umbi porang lalu di ambil
bibit yang berasal dari tanaman porang yang umbinya.
di peroleh dari hasil sisa panen pengurangan
tanaman porang yang terlalu rapat sehingga Perlakuan B.7
bisa sebagai bibit, dan perawatan yang di Tabel . 9 Kategori Perlakuan B.7
lakukan petani tanaman porang dengan cara Jumlah
manual yaitu, menggunakan cangkul dan Kategori Respon­ Rata-rata
hasil (ton/
sabit untuk membersihkan gulma yang ada perlakuan den (ton/ha)
ha)
di sekitar tanaman porang, dan pemupukan
B.7 2 3 1,5
yang di berikan yaitu, pupuk kimia (NPK
ponska) dan panen yang di lakukan petani Dari Tabel 9. di ketahui bahwa yang
porang dengan cara di gali di sekitar umbi melakukan perlakuan B.7 sebanyak 4 res­
porang lalu di ambil umbinya ponden, dengan jumlah produksi rata-rata
mencapai 1 ton/ha. Hasil tersebut di pengaruh
Perlakuan B.5 oleh faktor:
Tabel . 8 Kategori Perlakuan B.5 1. Bibit umbi
Jumlah 2. Penyiangan penyiangan dengan herbisida
Kategori Respon­ Rata-rata
hasil (ton/ 3. Pupuk kimia (NPK)
perlakuan den (ton/ha)
ha)
4. Panen digali dengan cangkul
B.5 1 1 1 Perlakuan B.7 yaitu petani porang yang
Dari Tabel 8 di ketahui bahwa yang menggunakan bibit umbi, bibit umbi yaitu :
melakukan perlakuan B.5 sebanyak 1 bibit yang berasal dari tanaman porang yang
responden, dengan jumlah produksi rata-rata di peroleh dari hasil sisa panen pengurangan
mencapai 1 ton/ha. Hasil tersebut di pengaruh tanaman porang yang terlalu rapat sehing­
oleh faktor: ga bisa sebagai bibit, dan perawatan
1. Bibit umbi (penyiangan) yang di lakukan petani ta­
2. Penyiangan dengan herbisida namanan porang dengan cara (herbisida)
yaitu : membersihkan gulma yang ada di
3. pemupukan dengan kompos
sekitar tanaman porang dengan di semprot
4. Panen digali dengan cangkul (herbisida) dan pemupukan yang di berikan
Perlakuan B.5 yaitu petani porang yang yaitu pupuk kimia (NPK ponska) dan panen
menggunakan bibit umbi, bibit umbi yaitu : yang di lakukan petani porang dengan cara

62 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017


Potensi Produksi Tanaman Porang (Amorphophallus Muelleri Blume)

di gali di sekitar umbi porang lalu di ambil hasil melalui pertumbuhan dan produksi yang
umbinya. maksimal dapat dilakukan dengan melakukan
perawatan yang intensif, diantaranya pe­
PEMBAHASAN nyiangan. Menurut Sumarwoto (2005),
Kegiatan penelitian di lakukan Di Ke­ Pengendalian gulma, dilakukan secara manual
lompok Tani MPSDH Wono Lestari Desa dan menyemprot dengan pestisida adapun
Padas Kecamatan Dagangan Kabupaten pemeliharaan lain dilakukan secara manual
Madiun. bertujuan mengetahui upaya yang terhadap tanamana peneduh (pohon jati atau
ada Di Kelompok Tani Wono Lestari dalam sono) terutama ranting, cabang kering dan
meningkatkan potensi produksi tanaman daun yang rimbun dengan cara dipangkas.
porang faktor-faktor yang mempengaruhi Dari hasil kuisoner pemeliharaan,
potensi produksi tanman porang yaitu bibit, (pe­n yiangan) menunjukan bahwa dari
pemeliharaan, pemupukan, cara panen. 25 responden penyiagan banyak yang
Bibit, pembibitan penanaman tanaman melakukan dengan manual yaitu sejumlah 18
porang antara lain umbi katak (bubil) yaitu responden dan yang melakukan penyiangan
bibit yang berasal dari batang yang memecah dengan herbisida sejumlah 7 responden hal
menjadi tiga batang sekunder dan akan ini menunjukan petani porang Di Kelompok
memecah lagi sekaligus menjadi tangkai Tani Wono Lestari mayoritas melakukan
daun dan pada setiap pertemuan batang penyiangan dengan cara manual.
akan tumbuh katak (bubil) berwarna coklat Pemupukan dilakuan pada saat pertama
kehitam-hitaman. Bibit dari umbi yaitu : umbi kali bibit di tanam (sebagai pupuk dasar)
tanaman porang yang diperoleh dari hasil sisa berupa pupuk kandang atau kompos.
panen dan pengurangan tanaman porang Kemudian pemupuk an selanjutnya
yang terlalu rapat sehingga bisa digunakan dilaksanakan satu kali yaitu pada saat musim
sebagai bibit dan cara penanamannya hujan (bulan Nopember atau Desember).
menurut Hidayat (2003), menentukan anakan Jenis dan dosis pupuk yang digunakan adalah
bibit katak (bubil) dan umbi tanaman porang pupuk kimia berupa urea (200 kg ha) dan SP
yang telah berumur kurang lebih satu tahun 36 (100 kg ha) pemberian pupuk di lakukan
yang pertumbuhanya subur dan sehat. dengan cara di tanam disekitar pangkal
Bongkar rumpun tanaman tadi kemudian batang porang.
bersihkan umbi dari akar-akar dan tanah yang
Pada beberapa lokasi porang di perhutani
masih menempel. Kumpulkan bibit tersebut
jawa timur, pemupukan di lakukan setelah
ditempat yang teduh dan mudah untuk
tanaman porang tumbuh sempurna, yaitu
penanganan selanjutnya yaitu menanaman.
setelah daunnya tumbuh lengkap (sekitar
Bibit, menunjukan bahwa dari 25 res­ bulan januari) dan pada daun telah mem­
ponden Kelompok Tani Wono Lestari yang perlihatkan tumbhnya bubil (katak) jenis
menggunakan Umbi katak (bubil) sebanyak pupuk yang di berikan adalah pupuk kimia
17 responden sedangkan yang menggunakan yaitu:Urea, SP-36 dan KCL, maupun pupuk
umbi sebanyak 8 responden. kimia majemuk dengan dosis per hektar (Urea
Pemeliharaan (penyiangan) tanaman : SP-36 : KCL) adalah 200 kg : 100kg : pupuk
porang merupakan tanaman yang mudah tersebut di campur hingga merata. (Hidayat
tumbuh dan tidak memerlukan pemeliharaan 2013),
secara khusus. Namun untuk mendapatkan

Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 63


Kusnul Rofik, Rahmanta Setiahadi, Indah Rekyani P. & Martin Lukito

Pemupukan, menunjukan dari 25 res­ menggunakan kimia dan di pupuk dengan


ponden pemupukan yang di lakukan petani kompos yaitu kotoran kambing dan panen
porang yang menggunakan pupuk kompos yang di lakukan petani porang digali dengan
sebanyak 14 responden dan yang melakukan cangkul, Petani yang menggunakan umbi
pemupukan dengan pupuk kimia (an-organik) katak (bubil). Pada awal penanaman sampai
sebanyak 11 responden hal ini menunjukan panen yaitu berumur 3 tahun setelah itu setiap
bahwa petani porang Kelompok Tani Wono tahun bisa panen pertama kalinya, selanjutnya
Lestari rata-rata menggunakan pupuk kompos porang dapat di panen kembali tanpa perlu di
dan an-organik. lakukannya penanaman kembali. Sedangkan
Tanaman porang biasanya di panen dalam petani yang menggunakan umbi bisa lebih
bentuk umbi setelah 1-2 bulan pertumbuhan cepat dari katak (bubil) karena bibit umbi awal
aktifnya berhenti atau mengalami istirahat penanaman sampai panen berumur 2 tahun
(dormansi) pada saat awal dormasnsi tersebut, baru bisa panen, kemudian menanam kembali
batang tanaman porang lemas karena setelah dua tahun kemudian baru bisa panen.
kekeringan dan selanjutnya roboh, meskipun
KESIMPULAN DAN SARAN
daun dan batang tanaman porang kelihatan
masih hijau dan segar. Lama kelamaan batang, Kesimpulan
daun dan akar porang akan mengering, 1. Dari hasil penelitian guna mengetahui
nemun pakal batang masih menempel pada upaya potensi produksi tanaman porang
umbi untuk proses translokasi asimilat dari Di Kelompok Tani Wono Lestari yaitu bibit,
bagian atas tanaman porang yang mengering pemeliharaan, pemupukan, penen, dari
(batang dan daun) ke bagian umbi, sehingga 25 responden menunjukan bahwa yang
pada saat dormansi tersebut umbi porang menggunakan umbi katak (bubil), yaitu
akan tumbuh membesar secara signifikan. 68%, sedangkan yang menggunakan
Umbi porang hasil panen jika tidak dilakukan umbi 32%, dari 25 Responden yang
pengeringan sesegera mungkin (Hidayat, melakukan pemeliharaan (penyiangan)
2013). tanaman porang secara manual yaitu 72%,
Dari hasil kuisoner dari 25 responden cara sedangkan yang melakukan penyiangan
panen yang di lakukan Kelompok Tani Wono tanaman porang dengan herbisida
Lestari, yaitu, dengan cara di gali dengan yaitu 28%, dari 25 responden yang
cangkul sebanyak 25 responden hal ini menggunakan pupuk kompos yaitu 56%
menunjukan lebih efektif di banding dengan sedangkan yang menggunkan pupuk
cara langsung di cabut. kimia (an-organik) 44%, Responden yang
melakukan cara panen dengan di gali
Dari hasil perlakuan menunjukan faktor-
dengan cangkul yaitu 100%.
faktor yang mempengaruhi potensi produksi
tanaman porang yaitu bibit, pemeliharaan, 2. Dari hasil kuisoner perlakuan A.1 hasilnya
pemupukan dan cara panen dari hasil lebih unggul di banding A.2 sampai A.8
kuesoner perlakuan A.1 hasilnya lebih unggul dan B.1 sampai B.8.
di banding A.2 sampai A.8 dan B.1 sampai B.8 3. Dari hasil penelitian mengenai potensi
dikarenakan petani porang menggunakan produksi tanaman porang di ketahui
umbi katak (bubil), Penyiangan manual bahwa potensi produksi tanaman porang
dengan alat yang gunakan cangkul dan di Kelompok Tani Wono Lestari sangat
sabit dan pemupukan yang di lakukan tanpa baik untuk di kembangkan budidaya
tanaman porang.

64 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017


Potensi Produksi Tanaman Porang (Amorphophallus Muelleri Blume)

Saran Jansen, P.C.M., C. van der Wilk, and W.L.A.


Perlu dilakukannya penelitian lanjutan Hetterscheid. 1996.Amorphophallus
tentang potensi produksi tanaman porang Blume ex Decaisne. In Flach, M. and F.
(Amorphophallus muelleri Bulme) porang Di Rumawas (eds.). PROSEA: Plant Resources
Kelompook Tani MPSDH Wono Lestari. Desa of South-East Asia No 9. Plant Yielding
Padas Kecamatan Dagangan Kabupaten Non-seed Carbohydrates. Leiden:
Madiun. Backhuys Publishers.
Lase, E. 2007. Budidaya Umbi Hutan
DAFTAR PUSTAKA (Porang). Biro Pembinaan dan Konservasi
Anonim, 2011. Informasi spesies Porang. SDH Perhutani. Jawa Timur. http://www.
http://www. plantamor.com/index.php? smallcrab.com/ -mengenal-tanaman-
plant=92. Diakses 7 Desember 2014. porang [19 Maret 2013].
, 2013. bertani umbi porang yang menjanjikan. Masrtianto, Agus. 2012. Budidaya Porang. Perum
http://sabarudinachmad. blogspot. Perhutani KPH Jember.  Jember.https://
com/2013/08/ipb-umbi-porang-potensi- docs.documentbudidayaporang  [19
baru-gunung.html. Diakses 7 Desember Maret 2013].
2014. Perum Perhutani. 1995. iles-iles (Amorphophail
, 2014. Iles-iles. http://id.wikipedia.org/wiki/ usoncophyllus). Surabaya: Perum
Iles-iles. Diakses 10 Oktober 2014. Perhutani Unit II Jawa Timur.
, 2014. Budidaya Porang. https:// agusmst. Sufiani, S. 1993. Iles-iles (Amorphophallus);
wordpress.com/ 2014/ 05/08/ budidaya- jenis, syarat tumbuh, budidaya dan standar
porang/. Diakses 10 Oktober 2014. mutu ekspornya. Media Komunikasi
Arifin. 2011. Konjac. http://id.wikipedia.org/ Penelitian dan Pengembangan Tanaman
wiki/porang/. Diakses 10 Oktober 2011. Industri 12: 11-16.
Dwiyono, K. 2009. Tanaman Iles•Iles Sumarwoto. 2005. Iles-iles (Amorphophallus
(Amorphophallus muelleri Blume) dan muelleri Blume) Deskripsi dan Sifat-sifat
Beberapa Manfaatnya, Ilmu Budaya Vol Lainnya. Biodiversitas 6 (3) : 185-190.
29, No. 16. Hal 1523. Vuksan, V., J.L. Sievenpiper, R. Owen, J.A.
Ermiati dan M.P. Laksmanahardja. 1996. Swilley, P. Spadafora, D.J. Jenkins, E.
Manfaat iles-iles (Amorphophallus sp.) Vidgen, F. Brighenti, R.G. Josse, L.A. Leiter,
sebagai bahan baku makanan dan Z. Xu and R. Novokmet. 2000. Benefecial
industri. Jurnal Litbang Pertanian 15 (3): effects of viscous dietary fiber from
74-80. konjuc-mannan in subjects with the
insulin resistance syndrome: results of a
Hidayat, R., Dewanti, F.D, dan Hartojo . 2013.
controlled metabolic trial. Diabetes Care,
Tanaman porang karakter, manfaat dan
Januari 23(1):9-14.
budidaya. Graha ilmu . Yogjakarta

Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 65

Das könnte Ihnen auch gefallen