Sie sind auf Seite 1von 18

Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 Islam Kultural dan Interprestasi - Ahmad Lonthor

ISSN: 1829-8169

ISLAM KULTURAL DAN INTERPRESTASI NORMATIF


PEMIKIRAN HUKUM ISLAM DI MALUKU

Ahmad Lonthor
Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam LAIN Ambon
Email: ahmad@lp2m-iainambon.com

ABSTRAK ABSTRACT
Hukum adat umumnya diterapkan pada aspek Customary law is generally applied to aspects of
kepidanaan dan aspek keperdataan urusan dunia the penal law and aspects of civil affairs of the
versi kultural dengan ciri hukum yang dikenal world version of the cultural with the
yakni sasi dan larvul ngabal, serta asas pembuktian characteristics of the law known as the SASI and
dikenal dengan sumpah adat dan molo, hukum larvul ngabal, as well as the principle of proof
agama diterapkan pada aspek ibadah secara known as the oath customs and molo, religious law
menyeluruh dalam hal shalat, puasa, zakat, dan haji applied to aspects of worship as a whole in terms
dengan landasan pemikiran yang didasarkan atas of prayer, fasting, zakat and pilgrimage to the
madzhab tertentu, karena model ibadah orang premise is based on sects particular, as a model of
Maluku memiliki kesamaan dengan beberapa worship of the Moluccas has similarities to some
aliran agama di timur tengah, sedangkan dalam hal religious sects in the Middle East, while in terms
hubungan adat dan agama umumnya diterapkan of the relationship customs and religion are
pada aspek perilaku manusia seperti larangan generally applied to aspects of human behaviour
khamr, atau minuman keras, penghormatan such as prohibition khamr,- or liquor, respect for
terhadap wanita, etika berpakaian dan tata kramah women, ethics and governance kramah dressed in
dalam beradab, walupun tidak secara komperhensif a civilized, even though not comprehensively
didasarkan atas dalil - dalil agama, namun based on the proposition. - the argument of
relevansinya terikat dengan substansi dan tujuan religion, but its relevance is bound with :the
beragama. Hasil analisis interprestasi keberlakuan substance and purpose of religion.
dan pemikiran hukum menyimpulkan bahwa Results of the analysis of the interpretation of the
hukum Islampada prinsipnya diterima secara applicability and legal thinking conclude that the
komperhensif dalam tatanan adat orang Maluku, law Islam at principle accepted comprehensively
namun pemberlakuannya mengalami kendala in the traditional order of the Moluccas, but
integritas keseluruhan sistim hukum, hal ini enforcement experiencing problems overall
dikarekanan akibat adanya rentang kendali integrity of the legal system, it caused due to the
penyiaran agama, letak geografis pribumi orang span of control of broadcasting religion,
Maluku dipandang tidak strategis (daerah geographical location of the indigenous people of
pegunungan dan tertutup), keberlakuan ideologi Maluku deemed not strategic (regional mountains
kultural sebagai sebagai sebuah keyakinan agama, and closed), the enforceability of ideology as a
kurangnya para ulama di berbagai bidang, cultural as religious beliefs, lack of the scholars in
terjadinya kolonialisme yang berkepanjangan, various fields, the occurrence of prolonged
sehingga memetakan orang Maluku dalam dua colonialism, so map out the Moluccas in two
komunitas agama. religious communities,
Kata Kunci: kultural, normative, masyarakat
Keywords: cultural, normative, society.
agama sebagai pedoman hidupnya. dengan
Pendahuluan
demikian manusia pun akan berusaha mencai
Dalam konsep religi, umumnyamanusia
sandaran feo/emwberdasarkan kemampuan
dikenal dengan sebutan mahkluk beragama
berpikir manusia untuk menginterprestasikan
(homoreligius), karena ia merupakan satu -
satunya mahkluk di muka bumi yang sanggup
menerima atau bahkan sangat membutuhkan 1 Mahdi Malawat, Konsep Roh Menurut Animisme dan
Islam, Suatu Telaah Perbandingan, dalam Jurnal Kapata,
Vol 3 No.l, Ushluhudin STAIN Ambon, h. 52

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon


Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 Islam Kultural dan Interprestasi - Ahmad Lonthor
ISSN: 1829-8169

keyakinan dimaksud, dan dalam kondisi abad + 13 M dan kemudian bertahan hingga
demikian biasanya akan timbul emosi sekarang, hal tersebut juga menurut M.Saleh
keagamaan (religius emotion), yangmerupakan Putuhenabahwa pada awal pertama
suatu getaran jiwa yang ada,dan pada suatu saat terbentuknya masyarakat Islam Maluku, nilai -
dapat menghinggapi seorang manusia, sehingga nilai budayanya lebih didominasi oleh budaya -
dalam religius emotion telah menjadi stimulus budaya tradisional kultural.4
bagi manusia dalam mengintrospeksikan Sejalan dengan paradigma dan
dirinya, untuk menemukan jati dii perkembangan masyarakat tersebut, aktualisasi
keagamaan, hukum Islam dipandang secara normatif tidak
Dalam konteks religiousemotion, sesuai dengan apa yang menjadi landasan
Mariasusai Dhavamony menjelaskan bahwa hukum (Al-Qur'an dan Hadits), hal ini
manusia dalam konteks ekspresi religius memberikan penafsiran ; bahwa integritas
emotion, akan mengekpresikan kehidupannya hukum Islam pada saat itu tidak diakomodir
dalam dua hal, yakni melalaui pendekatan secara komperhensif, sehingga hanya pada
magidan melalui pendekatan religi, walaupun aspek ibadah sajalaah yang menjadi sandaran,
terkadang berkembang menjadi tiga bagian, serta identitas masyarakat Islam itu hidup di
yakni pendekatan magis secara murni, religi Maluku, dengan kata lain sarana ■» penal
secara murni dan pendekatan magi - religi, (jinayat), ekonomi (muamalat), pernikahan
yakni pendekatan yang menghubungkan (munakahat), pemeliharaan anak (hadanah),
sumber kekayakinan yang berpadu pada pengaturan warisan (faraidh), dan lainnya yang
kekuatan magi dan religi sehingga melahirkan berkenan dengan aspek "ikih", tidak
agama yang terintegrasi dengan budaya diakomodir secara komperhensif sebagai
setempat3 dan konseptual kehidupan manusia bagian dari identitas budaya masyarakat
sebagaimana digambarkan oleh Dhavamony Maluku yang menyatu dengan ajaran - ajaran
hakekatnya telah membudaya dalam kehidupan agama Islam, Olehnya itu untuk dapat
masyarakat, salah satunya adalah di Maluku, menguraikan aspek hukum Islam yang mana
yang memiliki integritas budaya yang berjalan yang terintegrasi dan yang tidak pada
sepadan dengan agama selanjutnya disebut masyarakat Islam Kultural Maluku, maka perlu
dengan "Agama Kultural" atau "Islam dilakukannya kajian historis normatif dan
Kultural", hal ini telah berkembang pada awal interprestasi pemikiran yuridis hukum Islam
pada masyarakat Maluku berdasarkan
Koetjaningrat, Pengantar Antropologi, Pokok -Pokok
Etnograi II, Cet. I, (Jakarta, Rineka Cipta, 2002), h.202 M. Saleh Putuhena, Menguak Budaya Masyarakat
Mariasuay Davamony, Fenomenologi Agama, Islam Maluku, Makalah disampaikan dalam Temu Kaji
diterjemahkan oleh Kelompok Studi Agama, Ilmiah Budaya Islam Maluku, oleh Kajian Qalir HMI
"Driyarkarya", cet. I, (Jogjakarta, Kanisius, 1995), h.51 Cabang Ambon, Tgl 20 Januari 1994

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon


Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 Islam Kultural dan Interprestasi - Ahmad Lonthor
ISSN: 1829-8169

kebiasaan dan adat istiadat yang dilakukannya kemudian terwujud dalam seni, tatanan
sampai sekarang, dan keberadaan tulisan ini, masyarakat, ethos kerja dan pandangan hidup8
kemudian dijadikan sebagai bahan analisis Dengan demikian, dapatlah disimpulkan
Interprestasi Pemikiran Hukum Islam terhadap bahwa budaya yang digerakkan agama
Masyarakat Islam Kultural di Maluku hakekatnya timbul dari proses interaksi
A. Kerangka Teori manusia dengan kitab yang diyakini sebagai
Secara teoritis, agama berasal dari hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi
bahasa sansekerta dari kata "a" berarti tidak dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya,
dan "gama" berarti kacau.Kedua kata itu jika yaitu faktor geografis, budaya dan beberapa
dihubungkan berarti sesuatu yang tidak kacau. kondisi yang objektif.Jika ditelusuri mengenai
Jadi fungsi agama dalam pengertian ini budaya Indonesia, maka dapat disimpulkan
bermakna memelihara integritas dari seorang bahwa budaya di Indonesia secara struktural
atau sekelompok orang agar hubungannya terdiri dari 5 lapisan, yakni lapisan yang
dengan Tuhan, sesamanya, dan alam sekitarnya diwakili oleh budaya agama pribumi, agama
menjadi tidak kacau5Menurut Zainul Arifin Hindu, agama Buddha, agama Islam dan agama
Abbas, bahwa Agama Islam disebut Din dan Kristen
Ad-Din, sebagai ! lembaga Ilahi untuk Agama, dalam kaitannya dengan
memimpin manusia untuk mendapatkan masyarakat, mempunyai dampak positif berupa
keselamatan dunia dan akhirat. daya penyatu (sentripetal), dan dampak negatif
Sedangkan budaya, menurut berupa daya pemecah (sentrifugal). Agama
Koentjaraningrat adalah suatu keseluruhan mempunyai sistim kepercayaan yang dimulai
sistem, gagasan, tindakan dan hasil kerja dengan penciptaan, pandangan terhadap dunia
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan pasca kehidupan.Meskipun ajaran pokok
yang dijadikan milik manusia dengan belajar suatu agama bisa bersifat universal, namun
atau diperoleh melalui belajar, dimana mula-mula ditujukan kepada kelompok orang
tindakai-tindakan yang dipelajari antara lain yang sedikit-banyak homogen.Hingga menjadi
seperti sikap, tingkah laku etika serta suatu solidaritas kelompok dan berupaya membentuk
relasi dalam masyarakat, selain itu, kebudayaan baru tertentu. Perpecahan pun timbul manakala
tidak saja terdapat dalam soal teknis tapi dalam timbul kontradiksi pemikiran terhadap
gagasan yang terdapat dalam fikiran yang pandangan hidup suatu kelompok atau yang

5 Abuddin Nata, Metodelogi Studi Islam, (Jakarta, Raja Koentjaraningrat, Pokok-Pokok Antropologi Sosial,
Grafindo Persada, 2004), h. 18 (Jakarta, Rineka Cipta, 1980), h.170
6 Mulyono Sumardi, Penelitian Agama, Masalah dan 9 Andito, Atas Nama Agama, Wacana Agama Dalam
Pemikiran, (Jakarta; Pustaka Sinar Harapan, 1982), h. 72 Dialog Bebas Konflik, (Bandung Pustaka Hidayah,
''ibid, h. 71 1998), h.77-79

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon


Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 Islam Kultural dan Interprestasi - Ahmad Lonthor
ISSN: 1 829-8169

berbeda dengan agamanya. Perpecahan itu hukum Islam secara berbeda-beda, sesuai
timbul disebabkan oleh klaim agama akan dengan konteks permasalahan yang dihadapi.14
kemutlakan agamanya. dan sering Dalam perkembangan selanjutnya,
dieksperisikan dalam bentuk-bentuk sikap hukum Islam di Indonesia itu15 kemudian
menolak terhadap keadaan golongan agama dibagi menjadi dua:
lain'0 a. Hukum Islam yang bersifat normatif, yaitu
Hukum Islam, secara garis besar yang berkaitan dengan aspek ibadah murni,
merupakan hukum atau aturan yang bersumber yang pelaksanaannya sangat tergantung
dari Al-Qur'an dan Hadits, dan dalam kepada iman dan kepatuhan umat Islam
perspektif Islam, hukum akan senantiasa Indonesia kepada agamanya.
berkemampuan untuk mendasari dan b. Hukum Islam yang bersifat yuridis formal,
mengarahkan berbagai perubahan sosial yaitu yang berkaitan dengan aspek
masyarakat, Hal ini mengingat, bahwa hukum muomalat (khususnya bidang perdata
Islam" itu mengandung dua dimensi yaitu (1) kekeluargaan dan perekonomian), yang
Hukum Islam dalam kaitannya dengan telah menjadi bagian dari hukum positif di
syari'at12 yang berakar pada landasan hukum Indonesia.1
yang telah ditetapkanberlaku universal dan Tujuan dan Manfaat Penelitian
menjadi asas pemersatu serta mempolakan arus Berdasarkan uraian permasalahaan
utama aktivitas umat Islam sedunia. (2) Hukum tersebut diatas, maka tujuan penulisan ini dapat
Islam yang berakar pada pemikiran dan budaya diuraikan sebagai berikut:
yang merupakan wilayah ijtihadi 1. Untuk mengetahui Integritas Hukum Islam
(jurisprudence) yang produk produknya dan Hukum Adat di Maluku
kemudian disebut dengan iqhi. dan dalam 2. Untuk mengetahui Interprestai Normatif
pengertiannya yang kedua inilah, yang Hukum Islam Terhadap Keberlakuan
kemudian memberikan kemungkinan Integritas Hukum Islam dan Hukum Adat di
epistemologis hukum, bahwa setiap wilayah Maluku
yang dihuni umat Islam dapat menerapkan

Sahiyadin, Hubungan Agama & Integrasi Sosial,


Makalah Metode Studi Islam, Fakultas Syariah, Institut Amruullah Ahmad, Dimensi Hukum Islam dalam
Agama Islam Ambon, 2008, h.3 Sistem Hukum Nasional (Jakarta; Bulan Bintang, 2000) ,
"Hasbi Ash-Shiddieqy, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: h.iii
Bulan Bintang, 1988, cet III), h. 44 15Mohammad Daud Ali, Penerapan Hukum Islam dalam
' ~Juhaya S. Praja, Hukum Islam di Indonesia (Jakarta; Negara Republik Indonesia, Makalah Kuliah Umum
Pustaka Islam, 2008) h. vii Pada Pendidikan Kader Ulama di Jakarta, tanggal 17 Mei
13Abd. Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqhi, (Kuwait: Dar 1995.
al-Qalam, 1978), h. 1 1 16Ibid, h.12

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon


Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 Islam Kultural dan Interprestasi - Ahmad Lonthor
ISSN: 1829-8169

Adapun manfaat dalam penelitian ini mencari data sekunder, juga diperlukan untuk
dikategorikan menjadi 2 (Dua) hal yakni mengetahui sampai dimana ilmu yang
manfaat praktis dan manfaat teoitis bersangkutan dengan penelitian yang telah
1R
1. Manfaat Praktis
berkembang. Sedangkan studi lapangan atau
a. Manfaat bagi Pemeintah Daerah/ ield research bertujuan untuk memperoleh
Pemerintah Desa/ Pemerintah Adat, data dan informasi yang dibutuhkan secara
mengenai eksistensi keberlakuan langsung dengan menggunakan beberapa
hukum adat di wilayah Maluku teknik yaitu Interviw dan Dokumentasi
b. Manfaat secara institusional, Sedangkan metode analisa data
memberikan masukan positif bagi dimaksudkan setelah data yang telah dihimpun
lembaga - lembaga terkait dengan atau telah diperoleh dalam kegiatan penelitian,
sistim hukum adat akan dianalisis secara deskriptif. Menganalisis
2. Manfaat Teoritis data merupakan suatu bentuk usaha dalam
Menambah disiplin keilmuan tentang teori mendapatkan jawaban terhadap permasalahan.
- teori sosiologi hukum, politik dan kultural Langkah-langkah analisis data;
masyarakat Maluku 1. Mengelompokan data atau display
Metode Penelitian data, yaitu mengumpulkan berjerapa
Tipe penelitian adalah penelitian doktinal bahan yang saling berkaitan.
(doctrinal research) yakni suatu penelitian 2. Reduksi data yaitu dengan menganalisis
yang menganalisis hukum baik yang tertulis data secara keseluruhan kemudian
dalam peraturan perundang - undangan, memberikan penilaian sesuai dengan
maupun dalam bentuk yang nyata atau tema, untuk mencari bagian-bagian yang
berbentuk hukum kebiasaan, saling terkait agar lebih sederhana.
Sedangkan proses pengumpulan data, 3. Interpretasi data, yaitu menafsirkan dan
penelitian dilakukan dengan menggunakan mengelompokan semua data agar tidak
studi kepustakaan (Library research) dan studi terjadi tumpang tindih dan kerancuan
lapangan (ield research). Studi kepustakaan karena perbedaan-perbedaan.19
adalah penelitian yang dilakukan dengan Selain itu, instrument yang paling
mengutip beberapa sumber dan mempelajari mendasar dalam penelitian ini adalah peneliti
teori-teori para ahli serta buku yang berkaitan sebagai subjek yang akan melakukan
dengan objek yang diteliti. M. Natsir
M. Natsir, Metode Penelitian (Cet. IV; Jakarta: Galia
mengatakan bahwa literatur selain untuk
Indonesia, 1988) ,h .112
19 Lihat Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya
Peter Mahmud Marzuki, Metode Penelitian Hukum, Ilmiah (Cet. VIII; Bandung: Sinat Baru Aglesindo,
(Jakarta : Sinar Grafika, 2010), h.32 2004), h. 77

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon


Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 Islam Kultural dan Interprestasi - Ahmad Lonthor
ISSN: 1 829-8169

pengumpulan data terhadap masalah yang akan berlaku pada tata pemerintahan adat Maluku
diteliti, sehingga peneliti sebagai instrument Tenggara dengan nama ohoiatau negeri atau
juga harus divalidasi terhadap pemahaman kampong, dimana penyelenggaraan
70
metode penelitian kualtatif karena peneliti pemerintahan suatu ohoi secara hierarki diatur
kualitatif sebagai human instrument berfungsi oleh dewan adat atau badan yang berperan
menetapkan focus penelitian, memilih sebagai fungsionaris pemeintahan yang
informan sebagai sumber data, melakukan berperan sebagai badan' eksekutif, badan,
pengumpulan data, menilai kualitas data, legislatif dan adapun struktur adat sebagai
menafsirkan data dan membuat kesimpulan penyelenggara pemerintahan dalam suatu ohoi
atas temuannya" terdiri dari Uun Rata, Viska, Orangkai, Soa,
Hasil Penelitian Dewan Sanii dan Birin Wab Wab
1. Sistim Pemerintahan dan Penerapan Dalam perkembangannya, secara
Hukum genealogis antropologis, karakterisik hukum
Secara genealogis, tatanan hidup Maluku memiliki kesamaan unsur yang
masyarakat Maluku didasarkan atas landasan bersumber dari ideologi alifuru walaupun dari
adat istiadat yang menjadi sandaran relasi segi formilnya dan oubtansinyatercermin dalam
hubungan kemasyarakatan, baik secara sistim Hukum AdatSasi dan Hukurrr* Adat
keperdataan maupun secara kepidanaan, baik Larvul Ngabal, dimana pemberlakuan hukum
secara privat maupun secara publik, hal ini sasi yang dilakukan secara kultural, juga
dapat ditelusuri hampir pada semua daratan dipandang sebagai pranata adat sebagai
masyarakat adat Maluku dengan berbagai kerangka pengaturan ketertiban sosial dengan
varian hukum adatnya, seperti Hukum Sasi, memandang segala bentuk pelanggaran
Masohi, Pela, Gandong, Badati, dan Maano, terhadap tata norma, etika dan adat istiadat
kesemuanya diatur dalam satu kesatuan yang berlaku dianggap sebagai bentuk
pemeintahan adat yang disebut Saniri Raja pelanggaraan sasi, sehingga kedudukan sasi
Patih atau Pemerintahan Negeri, dan hal pada wilayah - wilayah tersebut, tidak hanya
tersebut berlaku dari dulu sampai sekarang terbatas pada aspek perlindungan alam dan
dengan mengalami sedikit progresivisme lingkungan akan pengelolaan sumber daya
berdasarkan integritas religi dan kultural alam, namun juga, diartikan sebagai bentuk
99
budaya timur dan eropa hal yang sama juga peraturan pidana dan peraturan publik terhadap
aspek kehidupan masyarakat dalam suatu
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
Dan R&D, (Bandung; Alfabeta, 2010), h.222
2Jbid hukum Adat Maluku Tengah, Program Pasca Sarjana
' Sakinah Safarina Putuhena, Kewenangan Lembaga Ilmu Hukum Universitas Hasanudin Makassar, 2011, h.
Adat Dalam Penyelesaian Sengketa Pada masyarakat 2

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon


Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 Islam Kultural dan Interprestasi - Ahmad Lonthor
ISSN: 1829-8169

negeri, hal ini sebagaimana diidentifikasi dapat dikatakan bahwa mekanisme lebih lanjut
implementasi sasi pada beberapa wilayah atau aturan pelaksanaan dari Hukum Adat
dataran lethitu dan pulau huruku terdapat Larvul Ngabal seperti yang telah diuraikan di
aturan - aturan tata hubungan masyarakat atas, dirumuskan lagi ke dalam 3 (tiga) bentuk
seperti larangan mencaci maki, larangan wanita hukum adat Kei yakni Hukum Nevnev; Hukum
berpakaian yang tidak sopan, larangan Hanilit, dan Hukum Hawear Balwarin, dan
membuat onar dan lainnya, dimana sanksi atas masing-masing terdii atas 7 pasal yang
larangan - larangan tersebut (sasi negeri) pada memiliki substansi hukumnya masing -
umumnya dikenakan sanksi secara adat dan masing 26
secara adat, sanksi larangan - larangan sasi, 2. Keberlakuan Hukum Lokal dan Asumsi
baik sasi darat, laut dan negeri secara umum Dasar Syaiah
terdiri atas sanksi fisik, sanksi denda dan sanksi a. Tata Pemerintahan Adat
kurungan yang pengaturannya diselenggarakan Sistim kepemimpinan adat Maluku
oleh pihak Raja dan Saniri Negeri sebagaimana dapat disandarkan pada pemikiran
Sedangkan hukum adat larvul ngabal John Locke yang menyebutkan bahwa
adalah budaya hukum yang memiliki peranan hubungan pemerintah dengan rakyat terikat
penting sebagi sumber' hukum adat masyarakat dalam konsep yang disebut dengan kontrak
di kepulauan Kei, yang terdiri atas 7 (tujuh) sosial (social contract), pemikiran ini menjadi
pasal utama yang dijabarkan dalam 21 ayat landasan teoitis hubungan sosial masyarakat
mengenai aturan yang terdiri dari hukum dalam wilayah kepemimpinan antara rakyat
kehidupan (navnev), hukum kesusilaan (hanilit) dengan penguasa untuk melindungi hak - hak
dan hukum keadilan sosial (hawear balwirin), rakyat , selain itu identitas ciri khas
dimana ketiga konsep hukum tersebut (Navnev, penyelenggaraan pemerintahan adat di Maluku
Hanilit dan Hawear Balwirin) masing-masing dapat diidentifikasi secara konseptual yang
dilengkapi dengan tujuh pasal larangan hukum didasarkan atas asas monarki komunal absolut
yang disebut Sa Sor Fit (tujuh lapis yakni asas kepemimpinan berdasar pada
kesalahan/pelanggaran)24 dan secara
Daerah Maluku, Ambon, 1998, h, 51-58. Dalam
keseluruhan hukum adat tersebut terdiri dari 7 http://rahanrejau.mysites.nl/mypages/rahanrejau/458929.
html diunduh Juni 2013. dalam Jamal Rumagorong,
pasal,25Dari uraian 7 pasal tersebut di atas, Penyelesaian Perkara Pidana di Dusun Fair Menurut
Hukum Adat Larvul Ngabal Perspektif Hukum Islam,
Skripsi Fakultas Syariah IAIN Ambon, 2013, h.37
23 Reimon Supusepa, Eksistensi Hukum Delik Adat
26J. A. Pattikayhatu .Sejarah Pemerintahan Adat Di
Dalam Perspektif Pembaharuan Hukum Pidana di
Kepulauan Kei Maluku Tenggara, (Ambon, Lembaga
Maluku Tengah, dalam Jurnal Mimbar Hukum, Fakultas
Kebudayaan Daerah Maluku, 1998), h, 51-58.
Hukum Universitas Patimura Ambon, 2012, h.48
"Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak, Markus Y.
2*Ibid, h.38 Hage, Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas
25J. A. Pattikayhatu ,Sejarah Pemerintahan Adat Di
Ruang Dan Generasi, (Surabaya, Genta Publishing,
Kepulauan Kei Maluku Tenggara, Lembaga Kebudayaan
2006), h. 64

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon


Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 Islam Kultural dan Interprestasi'- Ahmad Lonthor
ISSN: 1 829-8169

kekeluargaan dan kekerabatan dan didasarkan atas pemerintahan adat, dengan


kebersamaan yang menjadi suatu ikatan dalam penyelenggaraan kepemimpinan yang berlaku
kontrak sosial dan berlaku secara turun dalam sistim kepemimpinan Islam, terlihat
temurun dan secara kultural perbedaan yang cukup jauh dimana konsep
Secara konseptual menurut para pemikir monarki absolut yang berlaku pada sistim
dan filsafat Islam klasik seperti Al Mawardi, Al pemerintahan adat dipandang tidak berlaku
Ghazali, Ibnu Taimiyah, Ibnu Khaldun dengan dalam sistim kepemimpinan Islam, karena
konsepnya Zhil Allah il Ardh, atau pemikir sepanjang sejarah kepemimpinan Islam tidak
Islam modern, seperti Mahmud Syaltut dengan ditemukan kedudukan raja yang bersifat
konsep Wakil Tuhan, Hassan Al Banna dengan absolut, kedudukan kekuasaan dalam Islam
konsep Manhaj, Sayid Quthb dengan konsep sebagaimana dijelaskan oleh para pemikir -
Kedaulatan Ilahi, Ayatullah Khomaeni dengan pemikir Islam tersebut di atas, hanya mengenai
konsep Wilayatul Faqih berdasarkan madzhab konsep syura' dan keberlakuan atas
Imamiyah, bahwa peran kepemimpinan kepemimpinan tidak berlaku secara monarki
merupakan peran kenabian sehingga komunal absolut, yang hanya mementingkan
kedudukan seorang penguasa haruslah kedudukan golongan tertentu saja sebagaimana
memiliki peran sebagai khalifah sekaligus di Maluku, tetapi subjektifitas kepemimpinan
memiliki peran kenabian, dimana kedudukan lebih didasarkan atas ketaatan pemimpin
pemimpin sebagai pelindung agama dan terhadap agama, sehingga nantinya
pengatur hubungan manusia berdasarkan penyelenggaraan kepemimpinan akan
agama, dalam hal ini penyelenggaraan sistim didasarkan atas ketentuan Al-Quran dan Hadits
kepemimpinan tidak didasarkan atas pemikiran Rasulullah SAW, sehingga penyelenggaraan
filosofis penguasa semata, tetapi didasarkan kepemimpinan berdasarkan sejarah
atas peran agama yang mendasari kepemimpinan harus didasarkan atas landasan
penyelenggaraan pemeintahan walaupun pada agama, bukan landasan kekuasaaan, namun
aspek mekanismenya berbeda satu sama sebaliknya yang terjadi dalam sistim
lainnya, namun para pemikir tersebut di atas kepemimpinan adat di Maluku, dimana
memandang sama dalam konsep kedudukan sistim pemerintahan adat
7R
kepemimpinan " menempatkan agama dibawah kekuasaan adat
Dengan demikian, secara komparatif dimana penyelenggaraan kepemimpinan tidak
konsep penyelenggaraan kepemimpinan yang didasarkan atas kedudukan agama secara
mutlak, tetapi nilai - nilai agama sajalah yang
28 Muhammad IqbafAmien Husein Nasution,
Pemikiran Politik Islam Dari Masa Klasik Hingga diambil dan adapun relevansi normatif yang
Indonesia Kontemporer, (Jakarta, Kencana Media
Group, 2010), h.279

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon


Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 Islam Kultural dan Interprestasi - Ahmad Lonthor
ISSN: 1829-8169

didasarkan atas dalil Al-Qur'an tentang batasan terhadap orang Kei dimana sanksi perzinahan
suatu kekuasaan dapat ditelusui dalam surat Al ditebus dengan emas yang telah ditentukan
An'am ay at 165 kuantitas besarnya29
b. Hukum Pidana atau Hukum Publik Pada aspek pidana mateil lainnya
Dalam tatanan huukum adat di Maluku, seperti penganiayaan pembunuhan dan
hukum pidana mengalami sedikit pencurian, apabila korban memberikan maaf
penyimpangan dari ketentuan - ketentuan atau toleransi kepada pelaku maka secara
syariat, hal ini dapat dipahami dari aspek musyawarah para pelaku diberikan hukuman
legalitas kekuasaan hukum yang berlaku secara pengganti dan umumnya berupa denda serta
nasional, karena Maluku bukanlah Negara pengurusan beban perawatan dan pengobatan
Islam, namun nilai filosofis religis menjadi tanggung jawab pelaku, bahkan jika
terintegrasikan berdasarkan substansi hukum deliknya berupa pembunuhan maka urusan
pidana Islam yang dapat ditelusuri pada harta benda yang menyangkut dengan
beberapa aspek seperti perkara perzinahan yang pemakaman sampai pada upacara
menurut hukum hudud, pelaku zina harus di penghormatan (tahlil) menjadi tanggungjawab
hukum cambuk, raj am dan diasingkan, seperti pelaku, namun jika atas perbuatan pelaku,
dalam hukum adat sasi dan hukum adat larvul korban tidak membeikan dispensasi," maka
ngabal di Maluku, dimana aspek substansi hakim memberikan sanksi adat dengan cara
secara sosiologis dipandang sebagai perbuatan qhishas hal ini berlaku pada hukum adat larvul
tercela, sehingga perbuatan tersebut menurut ngabal, walaupun pada kenyataanya sudah
pandangan hukum sasi, harus dinikahkan baik tidak diberlakukan lagi akibat kontradiksi
hamil maupun tidak hamil serta harus dengan peraturan pidana nasional, dan sebagai
membayar biaya denda menurut ketentuan adat penggantinya pelaku hanya diminta membayar
yang dipandang cukup memberatkan seperti denda adat (diyatf0
sejumlah tanaman perkebunan dan tidak bisa Demikian pula dengan perbuatan
diganti dengan uang, demikian pada pencurian, pelaku dituntut mengganti kerugian
masyarakat adat Tanimbar di Maluku Barat akibat perbuatannya, serta sebagai hukuman
Daya, mensyaratkan denda adat terhadap kasus tambahan pada beberapa daerah dilakukan
perzinahan adalah sebesar 9 ekor kepala kerbau secara berbeda, di wilayah Seram Bagian
dan denda tersebut tidak dapat digantikan
terkecuali yang bersangkutan dihukum mati, Abdul Rauf, Peran Hukum Adat Larvul Ngabal
dalam Penyelesaian Konflik Antar Umat Beragama di
apabila bersetubuh dengan istri orang lain, hal Kepulauan Kei, Disertasi Pada Program Pasca Sarjana
yang serupa juga pada hukum Larvul Ngabal, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2008, h. 150
™Ibid, h. 149

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon


Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 Islam Kultural dan Interprestasi - Ahmad Lonthor
ISSN: 1 829-8169

Timur pelaku dihukum dengan menyelam kepemilikan bersama, sehingga unsur


kedalam air untuk mengumpulkan batu keberasamaan lebih diutamakan daipada unsur
sejumlah yang ditetapkan sebagai akibat sanksi pivatisasi, walaupun dalam perkembangannya
hukum adat wowit eginsuwit watudawar rara dalam aspek perdata ekonomi telah mengalami
dan dabura si di wilayah seram timur adapun degradasi mainset sistim perekonomian adat,
di wilayah Leihitu dan Hatuhaha, pelaku diikat yang diakibatkan oleh integritas budaya luar,
di tempat terbuka atau diarak keliling asimilasi kependudukan, pendidikan pelaku
kampung, sedangkan pada pengaturan hukum perkeonomian, namun sistim tersebut tidak
publik yang ketentuannya diatur secara dapat dikatakan terintegrasi dalam sistim
musyawarah mengikuti peradaban dan ekonomi Islam secara menyeluruh bahkan
perkembangan masyarakat, seperti kedudukan pengaturan ekonomi adat lebih cenderung
narkotika dipandang sama dengan kedudukan berkembang mengikuti tatanan asas
minuman keras dan bahkan pada beberapa perekonomian nasional dengan
wilayah seperti Negeri Hitu narkotika diberlakukannya riba
mendapat sanksi yang lebih tegas dua kali lipat Adapun aspek perdata yang masih
dari sanksi minuman keras yakni dicambuk di dipandang terintegrasi secara elaborasi
depan publik serta dikurung dalam tahanan raja berdasarkan asas hukum Islam dan hukum adat,
selama batas waktu yang tidak ditentukan adalah aspek perdata kekeluargaan yang terdii
berdasarkan pertimbangan raja dan atas perkawinan, dimana aspek pernikahan
musyawarah adat . dalam pandangan adat membolehkan adanya
c. Hukum Perdata poligami bahkan beberapa diantaranya
Dalam tatanan hukum perdata ekonomi, mempraktikan poligami melebihi yang telah
hukum adat tidak mengalami integritas hukum ditetapkan dalam syariat seperti menikah lebih
Islam secara komperhensif, sistim yang ada dari empat orang dalam waktu yang bersamaan,
hanyalah berasaskan pada asas kekeluargaan, aspek lainnya dalam urusah pernikahan adalah
sifat gotong royong inilah yang menjadi beberapa prasyarat adat yang mengharuskan
landasan asas perekonomian adat di wilayah mengumpulkan bahan - bahan tertentu dari
Maluku, asas komunal yang menjadi landasan unsur alam dan tanaman seperti sirih dan
pinang, dan beberapa hal lainnya, hal ini
• 'Muh. Din Kelkulat (Tokoh Adat Amarsekaru),
Baniaga Keliobas, (Raja Negeri Amarsekaru) menjadi suatu prasyarat adat serta indikator
"Wawancara" dalam M. Mansur Keliobas,
Pertanggungjawaban Tindak Pidana Aborsi di Desa keabsahan seorang lelaki untuk dapat
Amarsekaru, Tinjauan Hukum Islam, Skripsi Fakultas
Syaiah, IAIN Ambon, 2012, h.26
meminang seorang anak gadis
32 Ahmad Pelu, Sekretaris Desa/ Negei Hitu,
"Wawancara" Rumah Kediaman di Desa Hitu, Tanggal 13
Agustus2014

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon


Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 Islam Kultural dan Interprestasi - Ahmad Lonthor
ISSN: 1829-8169

Menurut Aloahib Watloy hukum adat orang dari konsep "rasa" sebagaimana yang
Maluku menganut asas "rasa" yakni suatu disebutkan oleh Watloy
konsep yang dilatarbelakangi berdasarkan asas d. Hukum Ibadah
kekeluargaan, kebersamaan, persamaan' hak Realitas korelasi syariat dengan aspek
dan kedudukan, serta asas komunal atau kehidupan adat di Maluku yang dipandang
kepemilikan bersama , sehingga dalam praktik sejalan dengan tutunan agama, dapat dilihat
pembagian warisan asas tersebut dijadikan pada aspek ibadah, dimana ketentuan
sebagai landasan dan berlaku pada umumnya peribadatan dalam hal shalat, puasa, zakat dan
hampir di seluruh wilayah daratan Maluku, haji, dipandang sejalan dan sesuai dengan
dimana pembagian harta warisan dilakukan tuntutan agama, walaupun terdapat perbedaan -
terhadap para ahli waris dengan pembagian perbedaan, namun hal tersebut dalam empat
secara merata, atau dikelola oleh anak lelaki imam besar (Maliky, SyafiT, Hanafi, dan
tertua dan selanjutnya anak lelaki tersebut yang Hambali) dapat ditoleransikan karena
akan melakukan pembagian harta pewaris umumnya perbedaan tersebut hanya seputar urf
tersebut dengan kata lain kebijakan diserahkan atau kebiasaan sebagai bentuk penghormatan
pada anak lelaki yang tertua, apakah harta dan pensucian ibadah baik secara lahir maupun
tersebut akan dikelola dan dibagikan hasilnya batin, seperti penggunaan beduk, terlarangnya
atau langsung harta tersebut langsung dibagi, shalat pada beberapa daerah dengan
semuanya diatur secara muasyawarah dan menggunakan celana panjang, tidak
putusannya diatur kolektif, sedangkan cara menggunakan penutup kepala, penggunaan
lainnya harta warisan dikelola secara bergilir celana dalam dipandang tidak sah, pembersihan
oleh para ahli waris dan pembagiannya diatur kuburan menjelang ibadah puasa, perbedaan
sedemikian rupa berdasarkan asas dalam penentuan awal ramadhan, dan lainnya
kekeluargaan, hal ini juga berlaku pada Namun dari beberapa aspek ibadah terdapat
pengangkatan anak dimana budaya orang pula perilaku ibadah yang dipandang menurut
Maluku ketika mengasuh anak angkat, maka madzhab suni dan beberapa madzhab lainnya
seluruh identitas anak tersebut dinisbatkan adalah bertentangan dengan landasan syariat
kepada orang tua angkatnya bahkan kedudukan dengan asumsi fiqhiyah, seperti praktiknya
anak angkat tersebut disamakan dengan anak shalat dzuhur setelah dilakukannya shalat
kandungnya, hal ini merupakan representasi jum'at, pembacaan naskah khutbah jum'at
dengan bahasa arab yang secara tekstual pada
masyarkat lokal yang semuanya tidak bisa
Aloahib Watloy sebagai pembicara dalam seminardan mengerti bahasa arab, penggunaan adzan dalam
Bedah Buku "Beta Agama Naulu" di Hotel Amans, Lt. 2,
Bulan Oktober 2013

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon


Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 Islam Kultural dan Interprestasi - .Ahmad Lonthor
ISSN: 1829-8169

upacara - upacara tertentu seperti perayaan aroha, menjadi kajian yang


mengantarkan jamaah haji, upacara dimungkinkan terlarang karena terdapat unsur
pemasangan bang alif, (menara masjid/kubah ideologi yang tidak terdapat dalam Al-Quran
masjid), perayaan aroha (penghormatan dan Sunnah, sementara upacara - upcara adat
terhadap arwah leluhur) yang dilakuakn setiap selama yang ditemukan di Maluku, jika
tahun sekali dan beberapa aspek budaya didasarkan atas pendekatan sunni, maka hal
lainnya yang ketentuan hukumnya baik secara tersebut dipandang bertentangan dalam asspek
fiqhiyah perlu dikaji ulang fiqhiyah seperti aroha di beberapa negeri di
Interprestasi terhadap kebolehan hukum - Maluku
hukum Ibadah tersebut, tidak dapat 3. Interprestasi Syariah Terhadap Integritas
digeneralisasikan terhadap semua aspek ibadah Hukum Islam Kultural
termasuk kebudayaan, karena hal tersebut Fakta hukum Islam dalam tatanan hukum
berlatar dari awal kebiasaan yang dipraktikan adat yang diberlakukan secara aktual dari sudut
secara turun temurun, adapun ketentuan pandang syariah, hanyalah terhadap aspek -
hukumnya harus dikaji berdasarkan dimensi aspek ibadah dalam hubungan vertikal antara
itiadhzabi yang dilatarbelakangi oleh adanya hamba dengan sang khaliknya sebagaimana
interprestasi ijtihadiyah, sehingga pada ibadah tersebut dalam rukun islam, sedangkan a*spek -
- ibadah dan budaya tertentu dapat aspek lainnya seperti siyasah, jinayah,
diperbolehkan, namun pada beberapa aspek muamalah, munakahat, mawaris, hadanah,
tertentu tidak dapat diperbolehkan, karena ahwalu as syaksiyah, ikih, tafsir hadits,
ukuran boleh dengan tidaknya selama ini yang falakiyah dapat dianalisis keberlakuannya
dapat dikaji adalah berdasar pada asas berdasarkan beberapa interprestasi paradigma
sosiologis (urf), bukan normatif, namun jika berpikir tentang eksistensi keberlakuan hukum
aspek peribadatan dengan pendekatan normatif Islam dalam tatanan adat di wilayah Maluku
(Qur'an dan Sunnah) sebagaimana madzhab yakni yang pertama berdasarkan dimensi
sunni, maka praktik shalat duhur setelah jum'at antropologis, sosiologi dan kulturalisme orang
tidak diperbolehkan, ketentuan berpakaian Maluku, sehingga dari sudut pandang ini suatu
tidak dipermasalahkan selama hal itu menutup budaya untuk dilepaspisahkan dari tatanan
aurat, , subtansi ceramah atau kbutbah jum'at kehidupannya dipandang cukup memberatkan,
adalah untuk memberi peringatan kepada para karena berkenan dengan hukum Islam yang
jamaah, sehingga jika dengan menggunakan secara kosmologis merupakan ajaran di luar
bahasa yang tidak dimengerti maka hal ini budaya Maluku, dipandang terlalu sulit untuk
tidak boleh dilakukan, aspek tahlil atau diintegrasikan sebagai pengganti kedudukan

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon


Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 Islam Kultural dan Interprestasi - Ahmad Lonthor
ISSN: 1 829-8169

hukum adat, olehnya itu hanya nilai - nilai hukum adat terdiri atas tidak sepenuhnya
ajaran agama Islam sajalah yang diadposi dan berlaku, tidak berlaku dan berlaku serta asumsi
diasimilasikan dengan tatanan budaya, penafsiran ini didasarkan atas realitas sifat
sehingga dalam praktiknya bukan diberlakukan keberlakuan hukum yang diterapakan dalam
syariat Islam tetapi aturan - aturan adat yang kehidupan sehari - hari, dimana aspek
didasarkan atas nilai - nilai syaiat Islam, hal keberlakuan tidak sepenuhnya penerapan
ini dapat dipahami bahwa kedudukan hukum hukum Islam dapat ditelusur analisis pada
adat secara antropologis memiliki perbedaan bidang hukum politik/ tata pemerintahan adat,
yang mendasar dengan kedudukan hukum bidang hukum pidana, hukum perekonomian
Islam itu sendiri, dan adapun secara tabulatif, dan sistim peradilan, sedangkan
integritas kedudukan hukum Islam dengan ketidakberlakuan hukum Islam dalam tatanan
realitas hukum adat yang dapat dikorelasikan hukum adat dapat dilihat pada pratik bidang
secara syariat dapat dilihat pada tabulasi tabel hukum kewarisan dan pengangkatan anak
berikut ini : Realitas ketidakberlakuan dan berlaku
Tabel 4.1 Korelasi Keberlakuan Hukum Islam tidak sepenuhnya hukum Islam, dalam

Terhadap Hukum Adat integritas hukum adat, apabila dikomparasikan

NO HUKUM AN UAN
menurut perbandingan hukum keduanya", maka
Politik/ Syariah Tidak pada pengangkatan anak dan kewarisan dapa
Pemerintah Kultural Sepenuhnya
ditelusuri secara komparatif yang berlaku,
Pidana Kultural Tidak
Sepenuhnya seperti hukum Islam membedakan kedudukan
anak angkat dengan anak kandung, tetapi
Ekonomi Kultural Tidak
Sepenuhnya dalam hukum adat kedudukannya disamakan,

Kekeluarga Syariah Berlaku Islam memberikan perbandingan bagian harta


ail Kultural warisan antara laki - laki dan perempuan
Harta Kultural Tidak
Warisan Berlaku adalah 2: 1, sedangkan dalam hukum waris
Pengangka Kultural Tidak
tan Anak Berlaku adat pembagiannya 1:1, atau bersifat komunal
Ibadah Syariah Berlaku yakni harta bersama, Islam menetapkan
10 Tafsir Kultural Tidak
Hadits Berlaku hukuman potong tangan bagi pencuri, tapi
11 Sistim Kultural Tidak hukum adat memperkenankan hukuman denda
Peradilan Sepenuhnya
bagi pelaku, walaupun pada pelaku minuman
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat keras dapat diperkenanakn kesamaan materi
digambarkan secara kualitatif bahwa hukumnya, sedangkan pada hukuman
keberlakuan hukum islam dalam tatanan perzinahan Islam mengharuskan hukuman

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon


Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 Islam Kultural dan Interprestasi - Ahmad Lonthor
ISSN: 1829-8169

cambuk, rajam dan pengasingan tetapi dalam timur tengah yang pertama menziarahi Maluku
aturan adat pelaku zina diarak keliling dan menyiarkan agamanya adalah dari
kampung untuk ditonton sambil teiak golongan syiah, tepat pada saat dimana
kesalahan - kesalahan pelaku tersebut, adapun kekuasaan Nawashib, sebagaimana disebutkan
pada sistim kepemimpinan Islam didasarkan oleh Abu Salim Limbory, bahwa Nawashib
atas sistim monarki absolut, monarki adalah golongan yang memerangi ahlu bait,
parlementer dan parlementer berdasarkan asas sehingga golongan ahlul bait melarikan dii di
normatif syaiat, sedangkan dalam tata berbagai belantara penjuru dunia salah satunya
pemerintahan adat berlaku sistim monarki adalah di Maluku yang jalur pelayaranya
komunal absolut yakni kepemimpinan yang dimulai dari Yaman, India dan Maluku,
didasarkan atas garis keturunan marga tertentu sehingga dari golongan ahlul baik yang
dan berlaku selamanya secara turun temurun bermadzhab syiah ini mengalirkan aliran
atas kedudukan pemilik marga tersebut tarekat sufi sebagai ideologi Islam awal,
berdasarkan asas kekeluargaan sehingga hanya walaupun pada prinsipnya aliran sunni juga
klan marga tertentu sajalah yang berhak berkembang melalui perantaraan pedagang
menduduki jabatan tertentu dan hal ini berlaku arab, namun syiah lebih mrmdominasi ideologi
untuk seluruh jabatan dalam tatanan strukur agama di Maluku 34
kepengurusan pemerintahan dalam negeri Selain itu ekspansi bangsa eropa dan
Adapun paradigma terhadap kroninya yang dimulai pada abad ke 14,
interprestasi pemikiran hukum Islam dapat menarik perhatian masyarakat Maluku sebagai
didasarkan atas dimensi histrois politik yakni bangsa yang perlu diwaspadai, karena
dalam hal ini eksistensi hukum dalam ranah kehadiran bangsa eropa sejak zaman portugis,
tatanan adat di Maluku pada prinsipnya diakui spanyol, belanda, inggris dan jepang, telah
secara komperhensif, namun mekanisme menyita waktu, tenaga, fisik dan pikiran
penerimaannya tidak dapat diasimilasikan masyarakat Maluku, bahkan ideologi orang -
secara •menyeluruh sehingga integritasnya orang Maluku itu sendiri, sehingga penjajahan
sebagai kesatuan hukum yang lengkap, karena bangsa eropa dengan ideologi kristiani, serta
diperhadapkan dengan kendala aksesibilitas kehausan bangsa eropa atas harta benda orang
terhadap sumber - sumber ilmu pengetahuan di - orang pibumi, sehingga pada masa - masa
bidang hukum Islam, keterbatasan para ulama jajahannya, memberikan implikasinya jaingan
Maluku, serta dari dimensi keberagamaan, ulama - ulama Maluku yang terputus secara
maka Islam di Maluku dipandang bermazhab
syiah karena keterikatan sejarah dimana bangsa 34 Abu Ahmad bin Salim Al Limbory, Sejarah
Kebudayaan Islam Maluku, dalam Jurnal Kebudayaan
Islam, Pustaka Koleksi, Ambon, 2012, h. 3

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon


Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 Islam Kultural dan Interprestasi - Ahmad Lonthor
ISSN: 1829-8169

regenerasi dan pengetahuan hukum Islam di tidak strategis (daerah . pegunungan dan
berbagai bidang terbatas hanya pada aspek tertutup), keberlakuan ideologi kultural sebagai
ibadah saja yang umumnya bermadzhab syiah sebagai sebuah keyakinan agama, kurangnya
dengan aliran tarekat sufi, karena penyiaran para ulama di berbagai bidang, terjadinya
agama Islam mendapat tantangan yang cukup kolonialisme yang berkepanjangan, sehingga
berat terkhususnya madzhab sunni dengan memetakan orang Maluku dalam dua
perspektif syaiat berdasarkan Al-Quran dan komunitas agama, serta hak - hak politik orang
Hadits Islam dibatasi sejak zaman kolonialisme hingga
Sedangkan paradigma lainnya sistim masa reformasi, dan pada saat ini keberlakuan
tata hukum indonesia pasca kemerdekaan hukum Islam dipandang sudah cukup
Indonesia, dimana asas Negara pada saat itu berkembang pada tataran adat, walaupun belum
yang berlaku adalah pancasila, maka dogma sepenuhnya terealisasi dan terlegitimasi secara
pancasila pun meretas keseluruh wilayah normatif, namun pemahaman akan hukum
kekuasaan republik Indonesia, dan dalam hal Islam berkembang seiring dengan integritas
ini Maluku sebagai bagian dari wilayah budaya pendidikan, intelektual, media dan
kesatuan Republik Indonesia diberlakuan dimanika budaya luar Maluku, menyatu,
aturan hukum yang didasarkan atas hukum bersatu, dan diakui walaupun ,_belum
Negara Republik Indonesia yakni Pancasila sepenuhnya direalisasikan
Dengan demikian dari gambaran Kesimpulan
interprestasi keberlakuan dan pemikiran hukum Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
islam sebagaimana terurai di atas, maka dapat terhadap Integritas Hukum Islam dan Hukum
dikatakan secara sederhana bahwa hukum Adat serta Interprestasi Nomatif Keberlakuan
Islam pada prinsipnya diterima secara Kedua Hukum Tersebut dalam tatanan Hukum
komperhensif dalam tatanan adat orang Adat Maluku, maka dapat disimpulkan hasil
Maluku, namun pemberlakuannya • penelitian sebagai berikut:
membutuhkan proses yang cukup panjang 1. Hasil penelusuran terhadap integrityas
dalam suatu integritas antara budaya dan hukumislam dan hukum adat di Maluku,
agama, sehingga dalam perkebangan dapat digambarkan bahwa penerapan
asimilasinya keberlakuan hukum Islam hukum di wilayah Maluku secara kultural,
mengalami kendala integitas keseluruhan dibagi atas hukum adat, hukum agama, dan
sistim hukum, hal ini dikarekanan akibat integritas hukum adat dan agama. Hukum
adanya rentang kendali penyiaran agama, letak adat umumnya diterapkan pada aspek
geografis pribumi orang Maluku dipandang kepidanaan dan aspek keperdataan urusan

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon


Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 Islam Kultural dan Interprestasi - Ahmad Lonthor
ISSN: 1829-8169

dunia versi kultural dengan cii hukum berbagai bidang, terjadinya kolonialisme
yang dikenal yakni sasi dan larvul ngabal, yang berkepanjangan, sehingga memetakan
serta asas pembuktian dikenal dengan orang Maluku dalam dua komunitas agama,
sumpah adat dan molo, hukum agama serta hak - hak politik orang Islam dibatasi
diterapkan pada aspek ibadah secara sejak zaman kolonialisme hingga masa
menyeluruh dalam hal shalat, puasa, zakat, reformasi, dan pada saat ini keberlakuan
dan haji dengan landasan pemikiran yang hukum Islam dipandang sudah cukup
didasarkan atas madzhab tertentu, karena berkembang pada tataran adat, walaupun
model ibadah orang Maluku memiliki belum sepenuhnya tereabsasi dan
kesamaan dengan beberapa aliran agama di terlegitimasi secara normatif, namun
timur tengah, sedangkan dalam hal pemahaman akan hukum Islam berkembang
hubungan adat dan agama umumnya seiring dengan integitas budaya
diterapkan pada aspek perilaku manusia pendidikan, intelektual, media dan
seperti larangan khamr, atau minuman dimanika budaya luar Maluku, menyatu,
keras, penghormatan terhadap wanita, etika bersatu, dan diakui walaupun belum
berpakaian dan tata kramah dalam beradab, sepenuhnya direabsasikan
walupun tidak secara komperhensif
didasarkan atas dalil - dalil agama, namun
relevansinya terikat dengan substansi dan
tuj uan beragama
2. Hasil analisis interprestasi keberlakuan dan
pemikiran hukum menyimpiulkan bahwa
hukum Islampada prinsipnya diterima
secara komperhensif dalam tatanan adat
orang Maluku, namun pemberlakuannya
mengalami kendala integritas keseluruhan
sistim hukum, hal ini dikarekanan akibat
adanya rentang kendali penyiaran agama,
letak geografis pribumi orang Maluku
dipandang tidak strategis (daerah
pegunungan dan tertutup), keberlakuan
ideologi kultural sebagai sebagai sebuah
keyakinan agama, kurangnya para ulama di

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon


Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 Islam Kultural dan Interprestasi - Ahmad Lonthor
ISSN: 1829-8169

Matdoan Mahmud, Sejarah Kei Maluku


Tenggara, Tual, Tp, 2001
Daftar Pustaka
Mahdi Malawat, Konsep Roh Menurut
Abuddin Nata, Metodelogi Studi Islam,
Animisme dan Islam, Suatu Telaah
Jakarta, Raja Grafindo Persada,
Perbandingan, . dalam Jurnal
2004
Kapata, Vol 3 No.l, Ushluhudin
STAIN Ambon
Abdul Rauf, Peran Hukum Adat Larvul
Ngabal dalam Penyelesaian Konflik
M Aziz Tuny, Beta Agama Noaulu,
Antar Umat Beragama di
Jogjakarta, Smart Witing, 2013
Kepulauan Kei, Disertasi Pada
Program Pasca Sarjana Universitas
Mulyono Sumardi, Penelitian Agama,
Islam Negeri Sunan Kalijaga
Masalah dan Pemikiran, Jakarta;
Yogyakarta, 2008
Pustaka Sinar Harapan, 1982
Abd. Khalik Latuconsina, Perkembangan
Mariasuay Davamony, Fenomenologi
Pemikiran Hukum Islam, Jurnal
Agama, diterjemahkan oleh
Tahkim Fakultas Syariah STAIN
Kelompok Studi Agama,
Ambon, 2006
"Driyarkarya", cet. I, Jogjakarta,
Kanisius, 1995
Amzah, Andito, Atas Nama Agama,
Wacana Agama Dalam Dialog
M. Saleh Putuhena, ■ Menguak Budaya
Bebas Konflik, Bandung Pustaka
Masyarakat Islam Maluku, Makalah
Hidayah, 1998
disampaikan dalam Temu- Kaji
Ilmiah Budaya Islam Maluku, oleh
Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak,
Kajian Qalfir HMI Cabang Ambon,
Markus Y. Hage, Teori Hukum
Tgl20Januari 1994
Strategi Tertib Manusia Lintas
Ruang Dan Generasi, Surabaya,
Reimon Supusepa, Eksistensi Hukum Delik
Genta Publishing, 2006
Adat Dalam Perspektif
Pembaharuan Hukum Pidana di
Geertz Clifford, Kebudayaan dan Agama,
Maluku Tengah, dalam Jurnal
Yogyakarta, Kanisius, 1980
Mimbar Hukum, Fakultas Hukum
Universitas Patimura Ambon, 2012
Hendra musaid, Penyelesaian Sengketa
Secara Adat di Negeri Raja - Raja.
R.Z, Leirissa, Tiga Pengertian Istilah
Kecamatan Leihitu Kabupaten
Maluku Dalam Sejarah, dalam
Maluku Tengah Analisis
Bunga Rampai Sejarah Maluku,
Pendekatan Prespektif Hukum
Jakarta, LIPI, 1973
Progresif dalam Tesis Ilmu Hukum
Program Pasca Sarjan Universitas
Sakinah Safarina Putuhena, Kewenangan
Bhayangkara, Surabaya, 2014
Lembaga Adat Dalam Penyelesaian
Sengketa Pada masyarakat hukum
J. A. Pattikayhatu, Sejarah Pemerintahan
Adat Maluku Tengah, Program
Adat Di Kepulauan Kei Maluku
Pasca Sarjana Ilmu Hukum
Tenggara, Ambon, Lembaga
Universitas Hasanudin Makassar,
Kebudayaan Daerah Maluku, 1998
2011

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon


Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 Islam Kultural dan Interprestasi - Ahmad Lonthor
ISSN: 1829-8169

Syamsul Amal, Perayaan Aroha


Masyarakat Pelauw Dalam
Perspektif Al-Qur'an, Jurnal
Kapata, Fakultas Dakwah dan
Ushluhudin, STAIN Ambon, 2006
Usman Thalib, Sejarah masuknya Islam di
Maluku, Ambon, Balai Pelestaian Sejarah dan
Nilai Tradisional Provinsi Maluku dan Maluku
Utara, 2011

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon

Das könnte Ihnen auch gefallen