Sie sind auf Seite 1von 10

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No.

1, Maret
2019
JRPB, Vol. 7, No. 1, Maret 2019, Hal. 8-16
DOI: 10.29303/jrpb.v7i1.102
ISSN 2301-8119, e-ISSN 2443-1354
Tersedia online di
http://jrpb.unram.ac.id/

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN FREKUENSI PENGGETARAN


TERHADAP KERUSAKAN MEKANIS BUAH APEL MANALAGI (Malus
sylvestris)

Effect of Packaging Types and Frequency of Vibration on Mechanical Damage of


Manalagi Apples (Malus sylvestris)

Lita Puspita Rizka Perdana1,*), Gunomo Djoyowasito1, Elka


Musyarofatunnisa1, Sandra Sandra1
1
Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Brawijaya, Malang 65145

Email*): litapuspitarp@gmail.com

Diterima: Desember 2018


Disetujui: Maret 2019

ABSTRACT

Problem of Manalagi apples is mechanical damage. The treatment which must be


considered during post-harvest handling is transportation. Unoptimal handling during
transportation causes fruit not as fresh as the original fruit and even loses quality due
to collisions and bruises on fruit surface. Mechanical damage speeds up rate of
respiration that it will automatically affect to chemical content. The solution to these
problems is optimal packaging. Packaging is one of determinant for better national
food industry. Materials that often used as the main ingredient in apples packaging is
styrofoam. However, more styrofoams used, more waste will be produced. Hence, an
alternative packaging is needed which can reduce mechanical damage and not
polluting the environment. The materials used for organic packaging are water hyacinth
stems, banana midribs, and glycerol as plasticizers. In the vibrating process, the
frequency are 2.667
Hz, 3.1 Hz, and 3.933 Hz. Organic packaging as an apple packer can keep the value of
apple fruit shrinkage 0.8% better than styrofoam-packed fruit. At 2.667 Hz, the average
damage for apples which packaged in organic packaging was 65 mm. In the other side,
the average damage for apples which packaged in styrofoam was 64.1 mm.

Keywords: frequency, vibration of transportation, packaging, mechanical damage

ABSTRAK

Permasalahan yang sering dijumpai pada buah apel Manalagi adalah kerusakan
mekanis. Salah satu yang harus diperhatikan selama penanganan pasca panen adalah
transportasi. Penanganan yang tidak optimal selama transportasi menyebabkan buah
yang sampai ke konsumen tidak sesegar buah aslinya bahkan kehilangan kualitas akibat

8
Jurnal pada
benturan dan memar Ilmiah Rekayasa
permukaanPertanian
buah.danKerusakan
Biosistem, Vol. 7, No.mekanis
secara 1, Maret akan
2019
mempercepat laju

9
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret
2019

respirasi buah sehingga otomatis akan mempengaruhi kandungan secara kimiawi. Salah
satu solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan cara pengemasan yang optimal.
Pengemasan menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan sebuah industri pangan
nasional. Bahan yang sering dimanfaatkan dalam pengemasan buah apel adalah
styrofoam. Namun, seiring bertambahnya pemanfaatan styrofoam untuk mengemas
buah- buahan maka meningkat pula limbah yang dihasilkan. Bahaya dari dampak
styrofoam sangat buruk bagi lingkungan karena limbah kemasan styrofoam sampai saat
ini masih belum dapat diatasi pemusnahannya. Sehingga, diperlukan sebuah kemasan
alternatif yang bersifat organik yang mampu mengurangi kerusakan mekanis dan tidak
mencemari lingkungan. Bahan yang digunakan dalam pembuatan kemasan organik
adalah batang eceng gondok, pelepah pisang, dan gliserol sebagai plasticizer. Dalam
proses penggetarannya digunakan frekuensi sebesar 2,667 Hz, 3,1 Hz, dan 3,933 Hz.
Penggunaan kemasan organik dapat menjaga nilai susut bobot buah apel 0,8% lebih baik
jika dibandingkan dengan buah yang dikemas styrofoam. Pada frekuensi 2,667 Hz buah
apel yang dikemas kemasan organik menghasilkan nilai kerusakan rata-rata 65 mm.
Berbeda halnya dengan styrofoam pada frekuensi yang sama, yaitu 2,667 Hz
menghasilkan kerusakan rata-rata 64,1 mm.
Kata kunci: frekuensi, getaran transportasi, kemasan, kerusakan mekanis
PENDAHULUAN sesegar buah aslinya bahkan kehilangan
kualitas akibat benturan dan terjadi memar
Latar Belakang pada permukaan buah. Dalam perjalanan,
Kota Batu dan Kabupaten Malang tumpukan buah apel akan mengalami
telah berhasil menjadikan buah apel tekanan, getaran dan gesekan akibat kondisi
sebagai ikon karena jumlahnya yang sangat jalan yang tidak rata, jarak tempuh yang
banyak. Terdapat tiga varietas apel yang sangat jauh, dan kecepatan laju kendaraan.
dikembangkan di daerah tersebut yakni Sehingga besar kecilnya amplitudo,
Manalagi, Rome Beauty, dan Anna. Salah frekuensi, dan lama getaran selama
satu sifat dari buah apel adalah sifat transportasi pengangkutan buah apel
klimaterik, yaitu setelah dipanen akan menjadi salah satu faktor kerusakan buah
mudah mengalami perubahan-perubahan secara mekanis atau kimia. Kerusakan
sifat fisik dan kimia, yang disebabkan oleh secara mekanis akan mempercepat laju
berlanjutnya kegiatan metabolisme. respirasi pada buah sehingga secara
Kerusakan-kerusakan tersebut dapat otomatis akan mempengaruhi kandungan
disebabkan oleh kerusakan mekanis, fisik, secara kimiawi. Selama sepuluh tahun
mikrobiologis, dan proses fisiologis. Buah terakhir, ada beberapa penelitian yang
klimakterik membutuhkan periode simpan memantau kualitas produk segar selama
hingga dapat dikonsumsi (Cortesa, et al., transportasi aktual di Asia (Jarimopas et al.,
2015). Akibatnya buah apel mempunyai 2005; Zhou et al., 2007; Chonhenchob et
umur simpan yang relatif pendek sehingga al., 2009; Ishikawa et al., 2009). Sebagian
mempengaruhi mutu simpan buah. Mutu besar studi di bidang transportasi terutama
simpan buah erat kaitannya dengan proses difokuskan pada tingkat getaran, yang
respirasi dan transpirasi selama penanganan disebutkan dalam bagian 2.5 (getaran
dan penyimpanan. selama transportasi aktual).
Salah satu hal yang harus Di era pasar global, pengemasan
diperhatikan selama penanganan pasca menjadi salah satu faktor penentu
panen adalah transportasi. Penanganan kesuksesan sebuah industri pangan
yang tidak optimal selama transportasi nasional. Bahan-bahan yang sering
menyebabkan buah yang sampai ke dimanfaatkan sebagai bahan utama dalam
konsumen tidak

1
0
pembuatan kemasan buah apel yaitu 2. Bahan
styrofoam. Fungsi kemasan selain sebagai Bahan yang digunakan pada
daya tarik terhadap konsumen, juga sebagai penelitian ini, antara lain, batang eceng
faktor yang menentukan mutu suatu produk gondok sebagai bahan serat kemasan
setelah mengalami perjalanan dari tempat organic, pelepah pisang sebagai bahan
produksi hingga ke konsumen, termasuk pendamping kemasan organic, gliserol
penerapannya pada pengemasan buah- sebagai plasticizer, air sebagai
buahan. penghomogen bahan, dan buah apel
Namun, seiring bertambahnya manalagi dengan diameter 6 cm sebagai
pemanfaatan styrofoam untuk mengemas objek penelitian.
buah-buahan maka meningkat pula limbah
yang dihasilkan. Bahaya dari dampak METODE PENELITIAN
styrofoam sangat buruk bagi lingkungan
karena limbah kemasan styrofoam sampai Penelitian ini memiliki dua tahap
saat ini masih belum dapat diatasi untuk memperoleh data. Tahap pertama
pemusnahannya, mengingat bahan dari adalah pembuatan kemasan organik dan
kemasan styrofoam tersebut tidak mudah tahap kedua adalah analisa kerusakan yang
diuraikan alam. Apabila pemusnahannya terjadi pada buah apel setelah dilakukan
dilakukan dengan cara pembakaran akan penggetaran dengan berbagai frekuensi.
mengeluarkan berbagai zat berbahaya Frekuensi yang dipilih antara lain 2,5 Hz, 3
termasuk benzena yang dilepas ke udara. Hz, dan 3,5 Hz putaran motor dalam 120
Oleh karena itu, diperlukan sebuah menit penggetaran.
kemasan alternatif yang bersifat organik
yang mampu mengurangi kerusakan
mekanis dan tidak mencemari lingkungan.
a. Pembuatan Kemasan Organik
Tujuan Pembuatan kemasan organik
Tujuan dari penelitian ini adalah menggunakan bahan utama eceng gondok
menghasilkan sebuah alternatif pengganti dan pelepah pisang. Selain keduanya
styrofoam yang berfungsi sebagai bantalan diperlukan bahan tambahan yaitu gliserol
untuk meredam getaran dan memiliki sebagai plasticizer sesuai metode
ketahanan terhadap tekanan dan tumpukan (Musyarofatunnisa, 2018).
seperti fungsi dari styrofoam.
b. Analisa Kerusakan Buah Apel
METODE PENELITIAN Analisa kerusakan pada buah apel
dilakukan dengan cara yaitu menghitung
Alat dan Bahan luas area yang mengalami kerusakan
1. Alat mekanis. Selain itu dilakukan analisa susut
Alat yang digunakan pada penelitian bobot yang terjadi pada buah apel setelah
ini, antara lain, timbangan digital untuk diberi perlakuan penggetaran.
menimbang komposisi bahan, pisau atau
gunting untuk memotong bahan, panci 1. Pengukuran Luasan Memar
sebagai wadah ketika bahan dimasak, Pengamatan yang dilakukan terhadap
kompor sebagai media memanaskan bahan, buah apel adalah kerusakan mekanis akibat
cetakan sebagai pencetak kemasan organic, simulasi getar. Kriteria kerusakan meliputi
blender untuk menghaluskan bahan, dan kerusakan mekanis yang berupa memar dan
stopwatch untuk menghitung waktu luka gores. Luas area yang mengalami
simulasi transportasi. kerusakan mekanis digambar pada plastik
kemudian disalin pada kertas millimeter

10
blok. Area arsiran yang terdapat pada 5. Penetrometer dilepas dan dibaca
kertas millimeter blok kemudian dihitung angka yang tertera pada display
sebagai luas area yang terdapat luka
ataupun memar. Pengamatan kerusakan HASIL DAN PEMBAHASAN
mekanis dilakukan pada hari ke-1, hari ke-
3, dan hari ke-6 setelah penggetaran untuk 1. Analisis Kemasan
mengetahui pertambahan luas area memar. Penggunaan kemasan yang tepat dan
bahan bantalan membantu meningkatkan
2. Uji Susut Bobot Buah masa simpan buah. Bahan bantalan yang
Pengukuran susut bobot buah diukur berbeda memiliki kapasitas yang berbeda
pada hari ke-0 hingga hari ke-6. Setelah untuk menyerap uap air dan gas yang
dilakukan simulasi getar dengan diproduksi dari buah-buahan dan dengan
menggunakan timbangan digital. demikian mengubah umur simpan buah.
Selain itu, bantalan buah juga membantu

% ������ ������� = melindungi buah dari kerugian fisiologis
−� selama transportasi. Pada pembahasan ini
× 100%...........(1)
� dikemukakan beberapa kekurangan dan
kelebihan kemasan yang digunakan pada
Dimana a adalah berat sampel apel
penelitian. Jenis kemasan yang digunakan
awal pada hari ke-0 (g), b adalah berat
dalam penelitian ini adalah jenis bahan
sampel apel pada hari ke-n (g) (hari ke, 1,
organik (serat eceng gondok dan serat
2,
pelepah pisang) dan styrofoam (net foam)
3, 4, 5 dan 6)
Tabel 1. Analisis Perbandingan kemasan organik dengan styrofoam (net foam)
No Hal Kemasan Organik Styrofoam (Net Foam)
1 Keamanan Bersifat biodegradabel Bersifat non-biodegradabel
lingkungan
2 Ketersediaan Bahan mudah didapatkan Termasuk dalam bahan alam yang
bahan suatu saat akan habis keberadaanya
3 Tekstur Empuk, kurang elastis Empuk dan elastis
4 Kuat tarik 0,00125 kgf/mm 2
0,06 kg f/mm2
5 Kuat tekan 0,31 kg 0,55 kg
3. Uji Tekstur Kemasan yang berasal dari bahan anorganik.
Tekstur buah dalam penelitian ini Kemasan organik yang digunakan
dilakukan dengan menggunakan alat. merupakan jenis bahan biomaterial yang
Adapun langkah-langkahnya sebagai tentunya bersifat bidegradabel. Kemasan
berikut: organik ini telah dirancang sedemikian rupa
1. Sampel dari setiap kemasan dibuat 3 agar menghasilkan permukaan yang empuk
tumpukan untuk menghasilkan (lunak) agar dapat meredam getaran.
tumpukan yang tebal Bahan yang ditambahkan pada
2. Sampel diletakkan di tegak lurus campuran serat eceng gondok dan pelepah
dengan jarum kemudian jarum diatur pisang adalah gliserol. Gliserol adalah
hingga menyentuh sampel bahan plasticizer yang mampu membuat
3. Display pada penetrometer diatur bahan lebih mengembang dan
hingga menunjukkan angka 0 stabil menghasilkan tektur empuk (lunak).
4. Penetrometer ditekan hingga jarum
Diharapkan bahan organik ini memiliki
masuk kedalam sampel
kemampuan yang sama dengan styrofoam
(net foam) dengan komposisi tertentu.
Adapun perbandingan kemasan organik 3. Pengaruh Frekuensi terhadap Proses
dengan styrofoam (net foam) dapat dilihat Memar Buah
pada Tabel 1. Besarnya frekuensi yang diberikan
pada proses penggetaran akan
2. Kesetaraan Getaran mempengaruhi kerusakan mekanis yang
Getaran dilakukan untuk terjadi. Kerusakan yang terjadi pada buah
mendapatkan gambaran mengenai besarnya apel pada penelitian ini adalah luka memar.
kerusakan mekanis yang terjadi pada buah Luka memar ditandai dengan adanya
selama transportasi. Simulasi ini disetaran perubahan warna coklat pada kulit yang
pada jalan luar kota dengan kondisi jalan bisa menembus daging. Luka memar ini
yang rata. Simulasi dilakukan pada meja terjadi akibat adanya tekanan dan benturan
getar dengan arah getaran arah vertikal buah yang besar akibat gerak vertikal meja
dengan amplitudo 2 cm dengan frekuensi getar. Seperti percobaan yang dilakukan
2,667 Hz, 3,1 Hz, dan 3,933 Hz. Nilai oleh Wang, et al. (2018) dampak tumbukan
frekuensi didapatkan dari putaran motor buah ke buah dapat menyebabkan
yang dihitung melalui tachometer sebesar kerusakan mekanis pada buah lengkeng
150 rpm, 180 rpm, dan 210 rpm lalu dengan waktu tumbukan yang cukup.
dikonversi menjadi nilai Herzt (Hz). Dari
perhitungan sebelumnya telah diperoleh
bahwa dengan amplitudo 2 cm dan
frekuensi 2,667 Hz setara dengan
perjalanan sejauh 69,144 km selama 2 jam.
Pada frekuensi 3,1 Hz setara dengan
perjalanan sejauh 69,138 km selama 2 jam.
Pada frekuensi 3,933 Hz setara dengan
perjalanan sejauh 69,1412 km selama 2
jam. Dipilihnya gerakan vertikal dalam
penelitian ini didasari pada komponen
getaran kendaraan dengan efek terbesar
selama transportasi adalah getaran vertikal
karena komponen getaran di vertical Gambar 1. Luka Memar pada Apel saat
direction lebih besar dari yang lain. Oleh setelah 1 hari penggetaran
karena itu, efek dari getaran vertikal
Dari gambar 1 terlihat bahwa memar
diselidiki dengan mengabaikan komponen
yang terjadi pada buah apel setelah
getaran yang lain dalam kebanyakan
penggetaran bertambah besar luasan dan
penelitian. Penyebab utama kerusakan buah
volumenya dengan bertambahnya waktu
di perjalanan adalah akselerasi vertikal
penyimpanan, memar ini disebabkan oleh
yang diterapkan pada kontainer. Metode
gaya mekanik yang diterima buah apel
terbaik untuk menyelidiki efek operasi ini
selama proses pengetaran. Gaya-gaya yang
adalah kondisi jalan yang nyata tetapi
diterima buah apel meliputi gaya tekan,
cukup sulit untuk mengendalikan variabel
gaya geser atau benturan. Pertambahan
dalam kondisi ini. Oleh karena itu, sinyal
luasan ini berangsur dari luasan yang kecil
getaran acak atau sinusoidal digunakan
hingga luasannya menjadi bertambah besar.
untuk melakukan eksperimen yang terkait
Memar pada buah apel setelah perlakuan
dengan transportasi buah dan sayuran (ISO,
ini akan ditandai dengan berubahnya warna
2001) (O’Brien et al., 1965; O’Brien dan
daging buah apel dari putih menjadi coklat.
Guillou,
Memar muncul sebagai bintik-bintik hitam
1969; Chesson dan O’Brien, 1971)
pada permukaan produk karena terjadi
kontak antara produk dan badan lainnya
(Blahovec and Paprˇstein, 2005). Memar sangat ketat sehingga permukaan
dapat disebabkan oleh satu atau lebih jenis melengkung mereka menjadi rata.
kontak (Brusewitz et al., 1989; Vergano et Gambar 2 menunjukkan hubungan
al., 1991), yaitu benturan, kompresi, dan frekuensi dengan luas area memar telah
getaran. Bukti fisik memar adalah mengalami kenaikan yang mencolok di tiap
kerusakan sel dan perubahan warna sub frekuensi dan pertambahan hari. Dari grafik
sequent browning. Ketika mengalami stres, tampak bahwa semakin lama waktu simpan
sel-sel individu terdistorsi yang mengarah area memar semakin meluas, berbanding
ke ekstensi dinding sel dan akhirnya terjadi lurus dengan besarnya frekuensi yang
kerusakan (Schoorl and Holt, 1983). diberikan pada apel dengan kemasan
Menurut Li dan Colin (2014) organik. Jika dibandingan dengan kontrol,
Kompresi akibat getaran juga nilai area kerusakan lebih kecil jika
menyebabkan memar dan retak. Kerusakan dibandingkan dengan kemasan organik. Hal
kompresi terjadi terutama selama atau ini diduga faktor kekasaran kemasan
setelah pengemasan akibat memaksakan organik yang terasa lebih kasar jika
terlalu banyak produk dalam suatu wadah. dibandingkan dengan kemasan Styrofoam,
Sementara buah-buahan seperti melon sehingga membuat beberapa goresan pada
harus dikemas cukup kuat untuk kulit buah apel.
menghindari gesekan, mereka tidak boleh
diisi dengan

Gambar 2. Hubungan Frekuensi Getaran dengan Luas Area Memar Buah

Kekasaran permukaan kemasan


organik dapat dilihat pada gambar 3 yang
dibandingkan dengan permukaan plastik
foam.

(Hasil Pengujian, 2019)


(a)
pada bagian samping buah belum dapat
dilihat secara visual setelah dilakukan
simulasi transportasi karena buah apel
masih terlihat bagus. Hanya terlihat bercak
coklat saat satu hari setelah penggetaran
dan warna akan berubah coklat gelap 7 hari
setelah penggetaran.

4. Hubungan Frekuensi dan Perbedaan


(Takamatsu et al., 2003) Kemasan terhadap Susut Bobot Buah
(b) Apel
Gambar 3. SEM (a) Kemasan Organik (b) Pada penelitian ini dilakukan dua
Plastik foam secara cross section perlakuan jenis kemasan, antara lain
menggunakan kemasan organik dan
Penggunaan kemasan organik di tiap
styrofoam jaring. Tujuan dari dilakukannya
frekuensi menghasilkan rentang nilai
perbedaan kemasan adalah untuk
kerusakan mekanis yang memiliki selisih
membandingkan kualitas kemasan terhadap
yang tinggi. Pada frekuensi 2,667 Hz
sifat fisik buah apel berupa susut bobot.
kemasan organik menghasilkan nilai
Pengukuran susut bobot dilakukan selama 5
kerusakan rata-rata 65 mm. Berbeda halnya
hari pengujian dibiarkan sesuai dengan
dengan styrofoam pada frekuensi yang
suhu lingkungan. Susut bobot akan
sama yaitu 3,1 Hz menghasilkan nilai rata-
dipengaruhi oleh umur simpan sekaligus
rata 64,1 mm. Pada frekuensi 3,933 Hz
kondisi kulit buah apel yang mengalami
kemasan organik masih memiliki nilai
proses respirasi akibat kerusakan mekanis
kerusakan yang tinggi pada hari ketiga jika
yang dialami. Gambar 4 menunjukkan
dibandingkan styrofoam. Sedangkan
pengaruh getaran dan perbedaan kemasan
kemasan organik pada frekuensi 3,933 Hz
terhadap susut bobot buah apel pada
memiliki selisih yang sedikit pada setiap
masing-masing frekuensi.
hari pengukuran.
Perubahan warna coklat yang terjadi
pada buah apel disebabkan oleh dua hal, KEMASAN ORGANIK
antara lain proses oksidasi dan enzimatis.
0.60
Menurut Blackwell (2012) enzim dapat
Susut Bobot (%)

kontak dengan substrat yang biasanya 0.40


merupakan asam amino tirosin dan 0.20
komponen fenolik seperti katekin, asam
0.00
kafeat, dan asam klorogena sehingga
2.667 3.1 3.933
substrat fenolik pada tanaman akan
Frekuensi (Hz)
dihidroksilasi menjadi 3,4-
dihidroksifenilalanin (dopa) dan dioksidasi Gambar 4. Persentase Susut Bobot Buah Apel
menjadi kuinon oleh enzim phenolase. dengan Perbedaan Kemasan
Selain adanya pengaruh frekuensi dan
lama penyimpanan, kerusakan mekanis Susut bobot pada Gambar 4 terlihat
awal pada penelitian ini terdapat pada bahwa frekuensi getaran tidak berpengaruh
bagian samping buah hal ini dikarenakan terhadap susut bobot buah apel. Namun,
buah apel dalam posisi horizontal dan kemasan organik membuat buah apel
mendapat gaya tekan yang besar sehingga sedikit mengalami susut bobot jika
bagian samping buah apel menerima dibandingkan penggunaan styrofoam.
pembebanan lebih besar dari bagian tengah Selain itu, styrofoam merupakan bahan
buah yang berada di atas. Tetapi kerusakan
anorganik yang dapat memberikan dampak DAFTAR PUSTAKA
panas pada buah saat dikemas, sehingga
proses respirasi pada buah juga akan Abhay, K.T., Ramesh K., Vidya B.S. dan
semakin tinggi jika dibandingkan dengan Indu S.S. (2017). Effectiveness of
kemasan organik yang tidak memberikan Shrink-wrap Packaging on Extending
dampak terhadap respirasi buah. Hal ini the Shelf-life of Apple.
menjadikan alasan mengapa susut bobot Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci 6 (12):
buah yang dikemas styrofoam lebih tinggi 2365-2374
dibandingkan buah yang dikemas kemasan Blackweel, Wiley. (2012). Food
organik. Penggunaan kemasan organik Biochemistry and Food Processing,
yang terbuat dari kombinasi serat eceng 2nd (ed). New York
gondok dan pelepah pisang sebagai Blahovec, J. dan Papršrein, F. (2005).
pengemas buah apel dapat menjaga nilai Susceptibility of pear varieties to
susut bobot buah apel 0,8% lebih baik jika bruising. Postharvest Biology and
dibandingkan dengan buah yang dikemas Technology, 38, 231-238.
styrofoam. Kejadian sama juga dialami Brusewitz, G.H. dan Bartsch, J.A. (1989).
oleh Sharma, et al. (2010) yang Impact parameters related to post
menunjukkan data buah yang dikemas harvest bruising of apples’.
menggunakan bahan anorganik (LDPE) Transactions of the ASAE, 32 (3):
memiliki susut bobot yang tinggi sebesar 953-957.
8,5% jika dibandingkan dengan bahan Chesson, J.H. dan M. O’Brien. (1971).
polimer polyolefin (organik berupa karet Analysis of mechanical vibration of
alam) sebesar 7,5%. Penelitian lain yang fruit during transportation.
dilakukan oleh Abhay et al. (2017) Transactions of the ASAE, 14: 222-
menyatakan bahwa wrapping yang 224.
direkayasa dapat mengurangi penyusutan, Chonhenchob, V., Sittipod, S., Swasdee, P.,
melindungi hasil dari insiden penyakit Rachtanapun, S., Singh, S.P. and
jamur, mengurangi kerusakan mekanis dan Singh, J. (2009). Effect of truck
memberikan permukaan yang bagus untuk vibration during transport on damage
ditempelkan label. Penggunaan wrap to fresh produce shipments in
dengan bahan polimer memiliki Thailand. Journal of Applied
keunggulan besar dalam mengurangi Packaging Research, 3 (1): 27-38.
kehilangan kelembaban dari buah. Ini juga Cortesa, V., C. Ortiz., N. Aleixos., J.
melindungi buah dari beberapa kerusakan Blascod., S. Cuberod, and P. Talens.
oleh abrasi selama transportasi. (2015). A new internal quality index
for mango and its prediction by
KESIMPULAN external visible and near infrared
reflection spectroscopy. J. Posthar-
Penggunaan kemasan organik yang vest Biology and Technology. 118:
terbuat dari kombinasi serat eceng gondok 148–158.
dan pelepah pisang sebagai pengemas buah Ishikawa, Y., Katazawa, H. and Shina, T.
apel dapat menjaga nilai susut bobot buah (2009). Vibration and shock analysis
apel 0,8% lebih baik jika dibandingkan of fruit and vegetables transport -
dengan buah yang dikemas styrofoam. Cherry Transport from Yamagata to
Pada frekuensi 2,667 Hz kemasan organik Taipei. The Japan Agricultural
menghasilkan nilai kerusakan rata-rata 65 Research Quarterly 43, (2): 129-135.
mm. Berbeda halnya dengan styrofoam ISO. (2001). Packing-complete, filled
pada frekuensi yang sama yaitu 2,667 Hz transport packages and unit-
menghasilkan kerusakan rata-rata 64,1 mm. loadsvertical random vibration test
(ISO/FDIS-13355). International Sharma, R.R, Pal, R.K., Singh, D., Samuel,
Standard, Geneva D.V.K., Kar, A., and Asrey, R.
Jarimopas, B., Singh, S. P. and Saengnil, (2010). Storage life and fruit quality
W. (2005). Measurement and of individually shrink-wrapped apples
analysis of truck transport vibration (Malus domestica) in zero energy
levels and damage to packaged cool chamber. Indian Journal of
tangerines during transit. Packaging Agricultural Sciences 80 (4): 338–41.
Technology and Science 18: 179-188. Takamatsu, A., Ozaki, N., Tanaka, K.A.,
Li, Zhiguo and Colin Thomas. (2014). Ono, T., Nagai, K., Watari, T.,
Quantitative evaluation of Sunahara, A., Nakano, M., Kataoka,
mechanical damage to fresh fruits. T., Takenaka, H., Yoshida, M.,
Trends in Food Science & Kondo, K. and Yamanaka, T. (2003).
Technology 35: 138-150 Equation-of-state measurements of
Musyarofatunnisa, E. (2018). Pengaruh polyimide at pressures up to 5.8 TPa
Penambahan Gliserol pada Kemasan using low-density foam with laser-
Primer Organik Terhadap driven shock waves. Physical Review
Karakteristik Kemasan dan Sifat E 67, 056406
Mekanis Buah Apel (Malus sylvestris Vergano, P.J., Testin, R.F. and Newall, W.
Mill). Skripsi. Jurusan Keteknikan C. (1991). Peach bruising:
Pertanian.Universitas Brawijaya Susceptibility to impact, vibration,
O’Brien, M., and R. Guillou. (1969). An in- and compression abuse’. Transactions
transit vibration simulator for fruit- of the ASAE 34 (5): 2110-2116.
handling studies. Transactions of the Wang, W., Yang, Z., Lu, H., and Fu, H.
ASAE 12(1): 94–97. (2018). Mechanical Damage cused by
O’Brien, M., J. P. Gentry, dan R. C. fruit to fruit impact of litchis. IFAC
Gibson. (1965). Vibrating Papers Online 51-17, 532-535
characteristics of fruit as related to Zhou, R., Su, S., Yan, L. dan Li, Y. (2007).
in-transit injury. Transactions of the Effect of transport vibration levels on
ASAE 8(2): 241– mechanical damage and physiological
243. responses of Huanghua pears (Pyrus
Schoorl, D. and Holt, J. E. (1983). Bruise pyrifolia Nakai cv. Huanghua).
resistance measurements in apples, Postharvest Biology and Technology,
Journal of Texture Studies 11: 389- 46, 20-28.
394.

Das könnte Ihnen auch gefallen