Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
1
PENDAHULUAN
Eksistensi manusia sedikit banyak dipengaruhi oleh seberapa intens ia
berinteraksi dengan sesamanya. Pada saat bersamaan interaksi antar manusia sangat
dipengaruhi oleh komunikasi. Dan komunikasi bisa berlangsung jika antara
kominukator dengan komunikan saling memahami lambang pesan komunikasi yang
dipakai.
Melalui bermacam-macam media komunikasi, setiap hari aneka gagasan, aneka
pertemuan, bermacam-macam penemuan, aneka persetujuan bahkan pertentangan,
disampaikan secara cepat kepada seluruh umat manusia. Dan yang memegang
peranan penting di dalamnya adalah manusia.
Dengan demikian bahasa mempunyai pengaruh dan peranan yang besar bagi tata
pergaulan antar manusia bahkan antar bangsa. Bukan saja keperluan yang saling
menguntungkan, misalnya dalam kepentingan manusia untuk membangun kehidupan
bersama, tetapi juga bagi kepentingan manusia yang saling menghancurkan. Dengan
kata lain “Bahasa dapat berperan sebagai medium untuk menciptakan kebaikan dan
keburukan dalam waktu yang bersamaan”. (Panggabean, 1982: 155). Jelaslah bahwa
kedudukan bahasa sebagai medium atau fasilitas vital bagi suatu peristiwa.
Pendidikan akan menjadi alat kebudayaan dengan fasilitas bahasa, fasilitas yang
baik akan membantu mengantarkan pada tujuan. Artinya, “tujuan pendidikan akan
tercapai apabila bahasa sebagai fasilitasnya dipelihara dengan baik, difungsikan
dengan tepat, dan dikembangkan dengan cermat”. (Royani, 2004).
Keberadaan pengajaran bahasa dan sastra di sekolah memiliki peranan penting
dalam membekali kemampuan berkomunikasi siswa. Hal ini sesuai dengan tujuan
pengajaran bahasa dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu “membekali
keterampilan berbahasa peserta didik dengan keterampilan menyimak, berbicara,
membaca, dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan tadi merupakan
kemampuan dasar yang harus dikuasai agar dapat berkomunikasi dengan baik, dapat
mengungkapkan pikiran dan perasaan yang disampaikan orang lain baik secara lisan
maupun tulisan serta dapat menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia
Indonesia”. Dengan demikian pembelajaran bahasa Indonesia harus diarahkan pada
proses kegiatan yang dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Hal ini
menuntut guru untuk memiliki kemampuan menciptakan proses belajar yang
partisipatif dan kondusif.
Dalam komunikasi, kata merupakan salah satu unsur pembentuk bahasa yang
sangat penting untuk dikuasai, Karen dasar pengungkapan bahasa adalah kata.
Penguasaan kosakata mutlak harus dikuasai agar mampu berkomunikasi. Semakin
banyak kosakata yang dikuasai oleh seseorang maka semakin mudah ia menerima
serta menyampaikan informasi.
Oleh sebab itu, penguasaan kosakata seseorang dapat menentukan
keberhasilannya dalam berkomunikasi. Manusia menggunakan bahasa sebagai sarana
vital dalam kehidupan ini. Bahasa adalah salah satu ciri pembeda utama manusia dari
makhluk lainnya di dunia ini. Bahasa mempunyai fungsi yang amat penting bagi
manusia, terutama sekali fungsi komunikatif.
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal memiliki peranan yang sangat
besar dalam mengembangkan kosakata. Di sekolah dasar, siswa berperan aktif dalam
pemerolehan kosakata disetiap tingkatan kelas yang dilaluinya dan setiap mata
2
pelajaran yang diperolehnya. Logikanya semakin tinggi tingkatan kelasnya, maka
semakin banyak perolehan kosakata yang dimilikinya.
Pemerolehan kosakata dapat melalui belajar formal, yaitu pemerolehan melalui
sekolah, penataran, atau kursus. Dalam pemerolehan kosakata yang didapat dari
lingkungan, yaitu perolehan kosakata dari lingkungan keluarga atau melalui
pergaulan di masyarakat. Pemerolehan kosakata melalui belajar secara formal
maupun pemerolehan kosakata dari lingkungan tidak dapat dipisahkan secara tegas
karena pemerolehan kosakata seseorang telah dimulai sejak kecil dan terus
berkembang seumur hidup, pemerolehan kosakata yang sama juga diperoleh oleh
setiap orang dengan cara yang berbeda.
Penguasaan kosakata sangat berperan pada semua aspek keterampilan berbahasa.
Kosakata dapat meningkatkan pertumbuhan kegiatan menulis, berbicara, membaca,
dan menyimak. Hal ini memberi penekanan bahwa penguasaan kosakata sangat
berperan pada semua aspek keterampilan berbahasa. “Kosakata dapat meningkatkan
pertumbuhan kegiatan menulis, berbicara, membaca, dan menyimak”. (Tarigan,
1985).
Hal ini berarti bahwa kosakata merupakan salah satu kemampuan yang harus
dimiliki dalam kegiatan berbahasa. Bagaimana seseorang dapat mengemukakan
gagasan dan perasaan baik secara lisan maupun tulisan dengan baik, serta bagaimana
seseorang dapat menerima ide dan informasi lainnya baik melalui membaca maupun
melalui mendengar kalau penguasaan kosakatanya tidak memadai.
Berbagai Upaya Meningkatkan penguasaan kosakata khususnya di sekolah dasar
merupakan keharusan. Menguasai koskata yang memadai akan memudahkan siswa
dalam berkomunikasi serta akan memudahkan dalam memaknai berbagai informasi
yang ia peroleh.
Di sekolah tempat peneliti mengajar khususnya kelas IV, banyak siswa yang
kurang perbendaharaan katanya, sehingga menjadi hambatan dalam proses
pembelajaran bahasa Indonesia. Hal ini sangat menghambat siswa dalam membuat
kalimat terutama sebuah cerita. Hal ini merupakan sebuah tantangan bagi peneliti
untuk dapat mengupayakan agar masalah yang dihadapi siswa dapat diatasi.
Sesuai dengan pendapat Buran (1971), yang menyatakan bahwa :
3
Adapun keuntungan yang diperoleh dari kegiatan menggunakan Media
Lingkungan adalah : kegiatan belajar akan lebih menarik dan tidak membosankan,
bahan-bahan yang dipelajari lebih kaya dan lebih faktual, kegiatan belajar siswa
lebih aktif dan lebih komfrehensif sehingga motivasi belajar siswa dalam penguasaan
kosakata lebih tinggi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dirancang untuk menjawab permasalahan mengenai cara
meningkatkan penguasaan kosakata siswa dalam pembelajaran menulis Bahasa
Indonesia melalui teknik pendekatan lingkungan. Penerapan pendekatan lingkungan
melalui penelitian tindakan kelas.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas merupakan tahapan dimana peneliti
yang berkolaborasi dengan guru kelas dan siswa sebagai subjek penelitian,
melakukan tindakan-tindakan yang telah direncanakan sebelumnya. Penelitian
tindakan kelas merupakan studi sitematis yang dilakukan untuk memperbaiki
praktek-praktek dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi
dari tindakan tersebut. Proses dan penelitian tindakan merupakan siklus
berkelanjutan yang di dalam dan diantara siklus-siklus tersebut terdapat informasi
yang merupakan umpan balik (feedback).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, penelitian tindakan kelas memiliki ciri-
ciri sebagai berikut: a). dilakukan oleh guru sendiri b). bertujuan memperbaiki dan
meningkatkan pelayanan professional guru dalam proses pembelajaran c).
pelaksanaan tindakannya dapat dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan
teman sejawat agar hasil tindakannya dapat diperoleh secara maksimal d).
permasalahan yang diteliti timbul dari kegiatan sehari-hari yang dihadapi peneliti
yang sifatnya aktual.
Penelitian juga dapat dikatakan sebagai suatu proses yang dinamis. Artinya,
dalam penelitian tindakan harus dipahami adanya empat tahapan yang diterapkan
secara berdaur dan utuh tanpa dapat dipisahkan antara satu tahapan dengan tahapan
lain, serta harus dilaksanakan secara berurutan. Tahapannya dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi terhadap pelaksanaan tindakan
tersebut, dan langkah terakhir adalah telaah secara mendalam tentang semua yang
telah direncanakan sampai pada pelaksanaan tindakan, yang disebut dengan refleksi.
Metode yang penulis pilih dalam penelitian ini adalah deskriftif analisis.
Konsep dasarnya adalah pemusatan diri pada pemecahan masalah yang ada pada
masa kini berdasarkan dat-data yang dikumpulkan, disusun, dijelaskan dan kemudian
dianalisis.
Karakteristik dasar metode penelitian deskriftif analisis adalah :
Yang diteliti adalah masalah aktual yang terjadi pada saat penelitian
dilaksanakan
Lebih berfungsi memecahkan masalah praktis daripada pengembangan ilmu
Manfaat penelitian berlaku pada saat itu juga, dan mungkin berlaku pada
situasi dan waktu yang akan datang
Hasil pengamatan disusun dan disimpulkan berdasarkan apa yang diamati
4
HASIL PENELITIAN
Pada saat proses pembelajaran peneliti banyak memberikan kesempatan pada
siswa untuk aktif dalam pembelajaran kosa kata, siswa diberikan kesempatan untuk
mencari sendiri kosa kata yang ingin ditulisnya dalam lingkungan sekitar anak
sehingga siswa termotivasi untuk belajar menemukan sendiri pembelajarannya.
Disini siswa juga diberi kesempatan untuk mengamati langsung benda konkrit di luar
kelas, dengan demikian siswa merasa bermain walaupun walaupun sebenarnya
mereka bermain sambil belajar. Kegiatan belajar seperti ini dapat menimbulkan
motivasi belajar siswa, bila motivasi telah muncul maka siswa akan lebih mudah
memahami pelajaran.
5
Grafik 1 Hasil Penulisan Kosakata
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Bila dilihat hasil penulisan kosa kata mulai pra siklus, siklus pertama dan
siklus kedua, terjadi kenaikan hasil nilainya dari 39.8, 66.4, dan 71.9. dari kenaikan
angka tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan lingkungan dari sekitar anak dapat memotivasi siswa untuk belajar
mandiri dan menyenangkan. Setelah siswa menguasai berbagai kosa kata yang
terdapat di lingkungan sekitar anak, maka siswa diberi tugas membuat kalimat dari
kosa kata yang telah ditulisnya.
TABEL 2
DATA REKAFITULASI HASIL PEMBUATAN KALIMAT
(Pada Pra Siklus, Siklus I, II,)
No Kode Pra Siklus Siklus I Siklus II
Siswa
01 25 75 75
02 25 50 50
03 25 50 50
04 50 75 75
05 50 50 50
06 25 50 50
07 25 50 50
08 50 75 75
09 25 75 100
10 25 50 50
11 50 75 75
12 25 50 50
13 50 50 100
14 50 50 50
6
15 25 75 75
16 25 50 50
17 50 75 100
18 25 75 75
19 50 75 75
20 25 50 50
21 50 75 100
22 25 75 75
23 50 75 75
24 25 75 75
25 50 75 75
26 50 50 50
27 25 75 75
28 25 50 50
29 50 75 100
30 50 75 75
31 25 75 75
32 50 50 75
Jumlah 1.125/32 2.125/32 2.225/32
Rata-rata 35 66.4 70
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Bila dilihat perolehan nilai dari pembuatan kaliamat untuk seluruh siklus
mengalami kenaikan nilai di pra siklus 35, menjadi sebesar 66.4, kalau kita lihat
kenaikan di siklus I hampir seratus prosen dari perolehan nilai di pra siklus, hal ini
menandakan bahwa belajar dengan pendekatan lingkungan dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalammenguasai kosa kata dan kemampuan siswa dalam menulis
kalimat, begutupun pada siklus II terjadi kenaikan dari 66.4 di siklus I menjadi
menjadi 70 di siklus II. Dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam membuat
kalimat, diharapkan juga akan menaikan kemampuan siswa dalam menulis karangan.
7
3. Rekafitulasi Hasil Karangan Siswa
TABEL 3
REKAFITULASI HASIL KARANGAN SISWA
(Pada Pra Siklus, Siklus I, II, III)
No Kode Pra Siklus Siklus I Siklus II
Siswa
01 44 52 63
02 44 52 63
03 48 52 63
04 44 48 66
05 30 48 60
06 30 60 60
07 44 63 72
08 63 52 80
09 48 48 69
10 30 59 60
11 44 49 77
12 44 59 69
13 63 52 80
14 30 52 69
15 60 63 80
16 60 59 80
17 44 60 72
18 54 52 80
19 44 52 75
20 30 52 69
21 44 52 69
22 30 52 69
23 33 48 72
24 44 48 60
25 48 60 77
26 44 63 69
27 30 59 80
28 30 49 69
29 44 59 80
30 63 52 80
31 48 63 72
32 44 52 80
Jumlah 1.400/32 1.741/32 2.282/32
Rata-rata 43.7 54.4 71
80
70
60
50
40
30
20
10
8
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Bila kita lihat hasil akhir dari perolehan nilai karangan yang tertera pada tabel
di atas, kita akan dapat melihat kenaikannya dari mulai pra siklus 43.7, pada siklus I
menjadi sebesar 54.4 dan siklus II menjadi sebesar 71. Hal itu menunjukan bahwa
dengan pendekatan lingkungan kemampuan siswa dalam menambah kosa kata,
membuat kalimat dan membuat karangan lebih meningkat di banding pada pra siklus
yang tidak menggunakan pendekatan lingkungan. Sedangkan hasil rekafitulasi
kemampuan siswa dalam menguasai kosa kata, merangkai kosa kata menjadi kalimat
dan merangkai kalimat menjadi sebuah karangan secara keseluruhan dari pra siklus,
siklus I, dan siklus II ada pada tabel dan grafik berikut.
Grafik 4 Grafik Hasil Nilai Tindakan Kelas Pra Siklus sampai Siklus II
80
70
60
50
Series 1
40
Series 2
30 Series 3
20
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Keterangan:
9
PEMBAHASAN
10
nilai rata-rata 66.4 (skala 0-100 dan sudah ada peningkatan nilai menjadi 71.9, dan
ini sudah dirasa cukup oleh peneliti.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran sebelum dan sesudah menggunakan
pendekatan lingkungan pada pembelajara bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Negeri
3 Cipedang Kecamatan Wanasalam ternyata ada perubahan yang mengarah kepada
peningkatan hasil belajar dalam penulisan kosa kata.
Hal ini bisa dilihat dari mulai pra siklus sebelum menggunakan pendekatan
lingkungan hasilnya sebesar 39,8 atau sekitar 12 orang dari seluruh siswa yang
berjumlah 32 yang dapat menuliskan kosa kata dengan benar sesuai dengan tema,
sisanya yang berjumlah 20 siswa, kesulitan dalam menuliskan kosa kata, setelah
memakai pendekatan lingkungan siswa dengan mudah dapat menuliskan kosa kata,
hal ini terlihat dari perolehan nilai yang naik sebesar 66.4 di siklus I. selanjutnya
karena sudah mudah dan merasa senang belajar dengan pendekatan lingkungan maka
perolehan nilainya meningkat terus menjadi 71.9 di suklus II.
1. Hasil Pembuatan Kalimat
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan lingkungan hal
ini bisa dibuktikan dari hasil perolehan nilai siswa yang semakin meningkat, di mulai
dari pra siklus sebesar 35, naik menjadi 66.4 di siklus I dan naik lagi menjadi 70 di
siklus II dan ini sudah cukup ideal.
2. Hasil Karangan Siswa
Hasil karangan siswa bisa dilihat pada tabel 4.12, yang dimulai dari pra siklus,
siswa hanya mendapatkan nilai 43.7. hal ini karena siswa belum mengetahui tentang
unsur-unsur karangan ditambah sulitnya mereka dalam menguasai kosa kata, padahal
dalam hal apapun kita sangat tergantung pada kosa kata apalagi dalam
mengarang/cerita, kosa kata sangat diperlukan tanpa kosa kata tak aka nada
karangan. Tetapi setelah memakai pendekatan lingkungan dan bimbingan, maka
perolehan nilai mengarang siswa naik menjadi 54.5 di siklus I dan terakhir pada
siklus II menjadi 71.
Saran
1. Pengajar atau Guru untuk dapat menggunakan berbagai media lingkungan di
sekitar siswa dalam kegiatan belajar mengajarnya, terutama dalam pelajaran
mengarang/cerita, karena dengan media lingkungan pembelajaran akan menjadi
lebih konkrit hal itu akan mempermudah siswa dalam belajar kosa kata. Dengan
mudahnya siswa mempelajari kosa kata akan berimplikasi pada mudahnya
membuat karangan.
2. Dengan menggunakan media lingkungan diharapkan siswa dapat belajar lebih
bermakna karena pembelajaran lebih konkrit dengan hal-hal yang biasa terdapat
dilingkungan sekitar anak. Sesuatu yang bermakna akan mempermudah siswa
dalam proses pembelajaran
11
DAFTAR PUSTAKA
12