Sie sind auf Seite 1von 12

EFFORTS TO IMPROVE THE MASTERY OF VOCABULARY IN

LEARNING TO WRITE ESSAYS USING THE MEDIA ENVIRONMENT IN


THE FOURTH GRADE OF SDN 3 CIPEDANG - WANASALAM

Usep Saepul Anwar *)


Abstrak
This study was motivated by the many students still have not been able to
master the vocabulary optimally, less capable of arranging vocabulary into
sentences and sentences into an essay/story. consequently students' writing ability is
low, and this makes the students difficulty in making sentences especially an essay /
story. this is because teachers only use the lecture method without varying with the
environment, where as according to Piaget, the development of primary school
students are still in the concrete operational level thinking, the process of teaching
and learning in primary schools should be using environmental media, because the
media will be more meaningful learning environment, because the environment is
already very familiar with students' daily activities.
Based on the background of the above problems, then the problem is
formulated in the form of the following research questions: (1) whether the
environment can improve the mastery of vocabulary ? (2) whether the environment
can improve students' skills in arranging vocabulary into sentences ? (3) whether the
media environment can improve students' ability to arrange sentences into an
essay/story ?
While the objectives are (1) want to increase students' vocabulary by using
the media environment. (2) want to improve the technique of making sentences using
the media environment. (3) wants to improve students' ability to compose a sentence
into an essay.
The population or sample in this study is the fourth grade students of SDN 3
Cipedang-Wanasalam with 32 students. This study used a descriptive analytical
method using a test instrument. This research is a class act that is performed in two
cycles.
From the overall results , the study of this class action has undergone
significant changes in each cycle . The acquisition value of the student's ability to
master the vocabulary is as follows : the pre-cycle got the average 39.8; in cycle 1
got the average 66.4; in cycle 2 got the average 71.9. whereas the acquisition value
of students' ability in arranging vocabulary into sentences are as follows: the pre-
cycle got the average 35; in cycle 1 got the average 54.5; in cycle 2 got the average
value of 71.
From the data obtained during the study, it can be concluded that the
students' ability to master the vocabulary, arranging vocabulary into sentences and
sentences into an essay/story, increasingly, from cycle 1 to cycle 2; it is
recommended to the teachers for using the media environment in the process of
learning Indonesian language in their schools.

Kata kunci: Media Lingkungan, Penguasaan Kosakata, Menulis Karangan

*) Teachers National Achievement Finalist 2014

1
PENDAHULUAN
Eksistensi manusia sedikit banyak dipengaruhi oleh seberapa intens ia
berinteraksi dengan sesamanya. Pada saat bersamaan interaksi antar manusia sangat
dipengaruhi oleh komunikasi. Dan komunikasi bisa berlangsung jika antara
kominukator dengan komunikan saling memahami lambang pesan komunikasi yang
dipakai.
Melalui bermacam-macam media komunikasi, setiap hari aneka gagasan, aneka
pertemuan, bermacam-macam penemuan, aneka persetujuan bahkan pertentangan,
disampaikan secara cepat kepada seluruh umat manusia. Dan yang memegang
peranan penting di dalamnya adalah manusia.
Dengan demikian bahasa mempunyai pengaruh dan peranan yang besar bagi tata
pergaulan antar manusia bahkan antar bangsa. Bukan saja keperluan yang saling
menguntungkan, misalnya dalam kepentingan manusia untuk membangun kehidupan
bersama, tetapi juga bagi kepentingan manusia yang saling menghancurkan. Dengan
kata lain “Bahasa dapat berperan sebagai medium untuk menciptakan kebaikan dan
keburukan dalam waktu yang bersamaan”. (Panggabean, 1982: 155). Jelaslah bahwa
kedudukan bahasa sebagai medium atau fasilitas vital bagi suatu peristiwa.
Pendidikan akan menjadi alat kebudayaan dengan fasilitas bahasa, fasilitas yang
baik akan membantu mengantarkan pada tujuan. Artinya, “tujuan pendidikan akan
tercapai apabila bahasa sebagai fasilitasnya dipelihara dengan baik, difungsikan
dengan tepat, dan dikembangkan dengan cermat”. (Royani, 2004).
Keberadaan pengajaran bahasa dan sastra di sekolah memiliki peranan penting
dalam membekali kemampuan berkomunikasi siswa. Hal ini sesuai dengan tujuan
pengajaran bahasa dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu “membekali
keterampilan berbahasa peserta didik dengan keterampilan menyimak, berbicara,
membaca, dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan tadi merupakan
kemampuan dasar yang harus dikuasai agar dapat berkomunikasi dengan baik, dapat
mengungkapkan pikiran dan perasaan yang disampaikan orang lain baik secara lisan
maupun tulisan serta dapat menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia
Indonesia”. Dengan demikian pembelajaran bahasa Indonesia harus diarahkan pada
proses kegiatan yang dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Hal ini
menuntut guru untuk memiliki kemampuan menciptakan proses belajar yang
partisipatif dan kondusif.
Dalam komunikasi, kata merupakan salah satu unsur pembentuk bahasa yang
sangat penting untuk dikuasai, Karen dasar pengungkapan bahasa adalah kata.
Penguasaan kosakata mutlak harus dikuasai agar mampu berkomunikasi. Semakin
banyak kosakata yang dikuasai oleh seseorang maka semakin mudah ia menerima
serta menyampaikan informasi.
Oleh sebab itu, penguasaan kosakata seseorang dapat menentukan
keberhasilannya dalam berkomunikasi. Manusia menggunakan bahasa sebagai sarana
vital dalam kehidupan ini. Bahasa adalah salah satu ciri pembeda utama manusia dari
makhluk lainnya di dunia ini. Bahasa mempunyai fungsi yang amat penting bagi
manusia, terutama sekali fungsi komunikatif.
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal memiliki peranan yang sangat
besar dalam mengembangkan kosakata. Di sekolah dasar, siswa berperan aktif dalam
pemerolehan kosakata disetiap tingkatan kelas yang dilaluinya dan setiap mata

2
pelajaran yang diperolehnya. Logikanya semakin tinggi tingkatan kelasnya, maka
semakin banyak perolehan kosakata yang dimilikinya.
Pemerolehan kosakata dapat melalui belajar formal, yaitu pemerolehan melalui
sekolah, penataran, atau kursus. Dalam pemerolehan kosakata yang didapat dari
lingkungan, yaitu perolehan kosakata dari lingkungan keluarga atau melalui
pergaulan di masyarakat. Pemerolehan kosakata melalui belajar secara formal
maupun pemerolehan kosakata dari lingkungan tidak dapat dipisahkan secara tegas
karena pemerolehan kosakata seseorang telah dimulai sejak kecil dan terus
berkembang seumur hidup, pemerolehan kosakata yang sama juga diperoleh oleh
setiap orang dengan cara yang berbeda.
Penguasaan kosakata sangat berperan pada semua aspek keterampilan berbahasa.
Kosakata dapat meningkatkan pertumbuhan kegiatan menulis, berbicara, membaca,
dan menyimak. Hal ini memberi penekanan bahwa penguasaan kosakata sangat
berperan pada semua aspek keterampilan berbahasa. “Kosakata dapat meningkatkan
pertumbuhan kegiatan menulis, berbicara, membaca, dan menyimak”. (Tarigan,
1985).
Hal ini berarti bahwa kosakata merupakan salah satu kemampuan yang harus
dimiliki dalam kegiatan berbahasa. Bagaimana seseorang dapat mengemukakan
gagasan dan perasaan baik secara lisan maupun tulisan dengan baik, serta bagaimana
seseorang dapat menerima ide dan informasi lainnya baik melalui membaca maupun
melalui mendengar kalau penguasaan kosakatanya tidak memadai.
Berbagai Upaya Meningkatkan penguasaan kosakata khususnya di sekolah dasar
merupakan keharusan. Menguasai koskata yang memadai akan memudahkan siswa
dalam berkomunikasi serta akan memudahkan dalam memaknai berbagai informasi
yang ia peroleh.
Di sekolah tempat peneliti mengajar khususnya kelas IV, banyak siswa yang
kurang perbendaharaan katanya, sehingga menjadi hambatan dalam proses
pembelajaran bahasa Indonesia. Hal ini sangat menghambat siswa dalam membuat
kalimat terutama sebuah cerita. Hal ini merupakan sebuah tantangan bagi peneliti
untuk dapat mengupayakan agar masalah yang dihadapi siswa dapat diatasi.
Sesuai dengan pendapat Buran (1971), yang menyatakan bahwa :

Kegagalan itu bersumber pada guru dan metodologi pembelajarannya. Padahal


dalam Kurikulum Nasional fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi,
setiap warga dituntut untuk dapat terampil berbahasa yang baik. Bila setiap
warga sudah terampil berbahasa, maka komunikasi antar warga akan
berlangsung dengan baik.
Untuk keluar dari permasalahan tersebut maka diperlukan suatu model
pembelajaran yang efektif yang dapat mengatasi kesulitan belajar siswa akan
kosakatanya yang kurang. Kenyataan inilah yang menjadi titik tolak bagi
mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Penguasaan
Kosakata dalam Pembelajaran Menulis Karangan dengan Menggunakan Media
Lingkungan”. Karena dengan teknik ini dirasa akan dapat meminimalisir kesulitan
yang dihadapi siswa maupun guru, sebab siswa akan lebih tertarik bila diajak belajar
diluar sekolah, dengan media pembelajarannya adalah benda-benda yang ada
disekitar lingkungan.

3
Adapun keuntungan yang diperoleh dari kegiatan menggunakan Media
Lingkungan adalah : kegiatan belajar akan lebih menarik dan tidak membosankan,
bahan-bahan yang dipelajari lebih kaya dan lebih faktual, kegiatan belajar siswa
lebih aktif dan lebih komfrehensif sehingga motivasi belajar siswa dalam penguasaan
kosakata lebih tinggi.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dirancang untuk menjawab permasalahan mengenai cara
meningkatkan penguasaan kosakata siswa dalam pembelajaran menulis Bahasa
Indonesia melalui teknik pendekatan lingkungan. Penerapan pendekatan lingkungan
melalui penelitian tindakan kelas.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas merupakan tahapan dimana peneliti
yang berkolaborasi dengan guru kelas dan siswa sebagai subjek penelitian,
melakukan tindakan-tindakan yang telah direncanakan sebelumnya. Penelitian
tindakan kelas merupakan studi sitematis yang dilakukan untuk memperbaiki
praktek-praktek dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi
dari tindakan tersebut. Proses dan penelitian tindakan merupakan siklus
berkelanjutan yang di dalam dan diantara siklus-siklus tersebut terdapat informasi
yang merupakan umpan balik (feedback).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, penelitian tindakan kelas memiliki ciri-
ciri sebagai berikut: a). dilakukan oleh guru sendiri b). bertujuan memperbaiki dan
meningkatkan pelayanan professional guru dalam proses pembelajaran c).
pelaksanaan tindakannya dapat dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan
teman sejawat agar hasil tindakannya dapat diperoleh secara maksimal d).
permasalahan yang diteliti timbul dari kegiatan sehari-hari yang dihadapi peneliti
yang sifatnya aktual.
Penelitian juga dapat dikatakan sebagai suatu proses yang dinamis. Artinya,
dalam penelitian tindakan harus dipahami adanya empat tahapan yang diterapkan
secara berdaur dan utuh tanpa dapat dipisahkan antara satu tahapan dengan tahapan
lain, serta harus dilaksanakan secara berurutan. Tahapannya dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi terhadap pelaksanaan tindakan
tersebut, dan langkah terakhir adalah telaah secara mendalam tentang semua yang
telah direncanakan sampai pada pelaksanaan tindakan, yang disebut dengan refleksi.

Metode yang penulis pilih dalam penelitian ini adalah deskriftif analisis.
Konsep dasarnya adalah pemusatan diri pada pemecahan masalah yang ada pada
masa kini berdasarkan dat-data yang dikumpulkan, disusun, dijelaskan dan kemudian
dianalisis.
Karakteristik dasar metode penelitian deskriftif analisis adalah :
 Yang diteliti adalah masalah aktual yang terjadi pada saat penelitian
dilaksanakan
 Lebih berfungsi memecahkan masalah praktis daripada pengembangan ilmu
 Manfaat penelitian berlaku pada saat itu juga, dan mungkin berlaku pada
situasi dan waktu yang akan datang
 Hasil pengamatan disusun dan disimpulkan berdasarkan apa yang diamati

4
HASIL PENELITIAN
Pada saat proses pembelajaran peneliti banyak memberikan kesempatan pada
siswa untuk aktif dalam pembelajaran kosa kata, siswa diberikan kesempatan untuk
mencari sendiri kosa kata yang ingin ditulisnya dalam lingkungan sekitar anak
sehingga siswa termotivasi untuk belajar menemukan sendiri pembelajarannya.
Disini siswa juga diberi kesempatan untuk mengamati langsung benda konkrit di luar
kelas, dengan demikian siswa merasa bermain walaupun walaupun sebenarnya
mereka bermain sambil belajar. Kegiatan belajar seperti ini dapat menimbulkan
motivasi belajar siswa, bila motivasi telah muncul maka siswa akan lebih mudah
memahami pelajaran.

1. Hasil Rekafitulasi Penulisan Kosakata


TABEL 1
DAFTAR REKAFITULASI HASIL PENULISAN KOSA KATA
(Pada Pra Siklus, Siklus I, II,)
No Kode Pra Siklus Siklus I Siklus II
Siswa
01 25 75 75
02 25 50 50
03 25 75 75
04 50 75 75
05 50 50 50
06 50 50 50
07 25 75 75
08 50 75 100
09 50 75 75
10 25 50 50
11 50 75 75
12 25 50 50
13 50 75 100
14 50 75 75
15 25 75 75
16 25 50 50
17 50 75 100
18 50 75 100
19 50 75 75
20 25 50 50
21 50 75 100
22 50 50 50
23 50 75 75
24 25 75 75
25 50 50 50
26 50 75 100
27 25 50 50
28 25 75 75
29 50 75 100
30 50 75 75
31 25 50 50
32 50 75 75
Jumlah 1.275/32 2.125/32 2.300/32
Rata-rata 39.8 66.4 71.9

5
Grafik 1 Hasil Penulisan Kosakata

80

70

60

50

40

30

20

10

0
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Bila dilihat hasil penulisan kosa kata mulai pra siklus, siklus pertama dan
siklus kedua, terjadi kenaikan hasil nilainya dari 39.8, 66.4, dan 71.9. dari kenaikan
angka tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan lingkungan dari sekitar anak dapat memotivasi siswa untuk belajar
mandiri dan menyenangkan. Setelah siswa menguasai berbagai kosa kata yang
terdapat di lingkungan sekitar anak, maka siswa diberi tugas membuat kalimat dari
kosa kata yang telah ditulisnya.

2. Hasil Rekafitulasi Pembuatan Kalimat

TABEL 2
DATA REKAFITULASI HASIL PEMBUATAN KALIMAT
(Pada Pra Siklus, Siklus I, II,)
No Kode Pra Siklus Siklus I Siklus II
Siswa
01 25 75 75
02 25 50 50
03 25 50 50
04 50 75 75
05 50 50 50
06 25 50 50
07 25 50 50
08 50 75 75
09 25 75 100
10 25 50 50
11 50 75 75
12 25 50 50
13 50 50 100
14 50 50 50

6
15 25 75 75
16 25 50 50
17 50 75 100
18 25 75 75
19 50 75 75
20 25 50 50
21 50 75 100
22 25 75 75
23 50 75 75
24 25 75 75
25 50 75 75
26 50 50 50
27 25 75 75
28 25 50 50
29 50 75 100
30 50 75 75
31 25 75 75
32 50 50 75
Jumlah 1.125/32 2.125/32 2.225/32
Rata-rata 35 66.4 70

Grafik 2 Rekafitulasi Hasil Pembuatan Kalimat dari Kosa Kata

80

70

60

50

40

30

20

10

0
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Bila dilihat perolehan nilai dari pembuatan kaliamat untuk seluruh siklus
mengalami kenaikan nilai di pra siklus 35, menjadi sebesar 66.4, kalau kita lihat
kenaikan di siklus I hampir seratus prosen dari perolehan nilai di pra siklus, hal ini
menandakan bahwa belajar dengan pendekatan lingkungan dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalammenguasai kosa kata dan kemampuan siswa dalam menulis
kalimat, begutupun pada siklus II terjadi kenaikan dari 66.4 di siklus I menjadi
menjadi 70 di siklus II. Dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam membuat
kalimat, diharapkan juga akan menaikan kemampuan siswa dalam menulis karangan.

7
3. Rekafitulasi Hasil Karangan Siswa

TABEL 3
REKAFITULASI HASIL KARANGAN SISWA
(Pada Pra Siklus, Siklus I, II, III)
No Kode Pra Siklus Siklus I Siklus II
Siswa
01 44 52 63
02 44 52 63
03 48 52 63
04 44 48 66
05 30 48 60
06 30 60 60
07 44 63 72
08 63 52 80
09 48 48 69
10 30 59 60
11 44 49 77
12 44 59 69
13 63 52 80
14 30 52 69
15 60 63 80
16 60 59 80
17 44 60 72
18 54 52 80
19 44 52 75
20 30 52 69
21 44 52 69
22 30 52 69
23 33 48 72
24 44 48 60
25 48 60 77
26 44 63 69
27 30 59 80
28 30 49 69
29 44 59 80
30 63 52 80
31 48 63 72
32 44 52 80
Jumlah 1.400/32 1.741/32 2.282/32
Rata-rata 43.7 54.4 71

Grafik 3 Rekafitulasi Hasil Karangan Siswa

80
70
60
50
40
30
20
10
8
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Bila kita lihat hasil akhir dari perolehan nilai karangan yang tertera pada tabel
di atas, kita akan dapat melihat kenaikannya dari mulai pra siklus 43.7, pada siklus I
menjadi sebesar 54.4 dan siklus II menjadi sebesar 71. Hal itu menunjukan bahwa
dengan pendekatan lingkungan kemampuan siswa dalam menambah kosa kata,
membuat kalimat dan membuat karangan lebih meningkat di banding pada pra siklus
yang tidak menggunakan pendekatan lingkungan. Sedangkan hasil rekafitulasi
kemampuan siswa dalam menguasai kosa kata, merangkai kosa kata menjadi kalimat
dan merangkai kalimat menjadi sebuah karangan secara keseluruhan dari pra siklus,
siklus I, dan siklus II ada pada tabel dan grafik berikut.

Tabel 4. Rekafitulasi Nilai dari Pra Siklus sampai Siklus II


Siklus / Nilai Rata-rata
No Tujuan Pra Siklus Siklus I Siklus II

1 Menuliskan kosa kata 39.8 66.4 71.9


2 Merangkai kosa kata
menjadi kalimat 35 66.4 70
3 Merangkai kalimat
menjadi karangan 43.7 54.5 71
Jumlah 118.5/3 187.3/3 212.9/3
Rata-rata 39.5 62.4 70.9

Grafik 4 Grafik Hasil Nilai Tindakan Kelas Pra Siklus sampai Siklus II
80

70

60

50
Series 1
40
Series 2
30 Series 3
20

10

0
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Keterangan:

= Tujuan Nomor Satu


= Tujuan Nomor Dua
= Tujuan Nomor Tiga

9
PEMBAHASAN

Data hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:


1. Pra Siklus
Data hasil penelitian pra siklus menunjukan bahwa pada tahap situasi asli,
banyak ditemukan kekurangan, meliputi aktivitas siswa, interaktif antara guru dan
siswa dan kemampuan siswa dalam hal menulis, peneliti belum menggunakan
pembelajaran pendekatan lingkungan dalam setiap pembelajaran. Hal ini dapat
dijadikan suatu masukan bagi peneliti untuk merencanakan tindakan dan diharapkan
akan membawa perubahan bagi siswa dalam pengetahuan maupun dalam
kemampuan menulis bagi guru dalam menerapkan pendekatan lingkungan khususnya
pada pelajaran Bahasa Indonesia dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis.
2. Siklus I
a. Tujuan penelitian nomor satu tentang kemampuan siswa dalam menguasai
kosa kata pendekatan lingkungan dari bacaan yang ada di perpustakaan
sekolah dengan menggunakan instrument tes. Dari hasil tes pada siklus I
menunjukan adanya kekurangan dalam mengenal dan menguasai kosa kata.
Hal ini karena peneliti belum menggunakan pendekatan lingkungan dalam
belajar kosa kata, akibatnya kemampuan penguasaan kosa kata siswa sangat
terbatas, padahal di lingkungan sekitar siswa jumlah kosa kata yang bisa
dikenal siswa sangat banyak. Setelah dilakukan diskusi dan refleksi akhirnya
peneliti bersama guru kolaborator menetapkan tujuan pembelajaran untuk
tindakan siklus II, dimana pada kegiatan pembelajaran menguasai kosa kata,
siswa dibawa ke halaman sekolah. Dari penelitian tentang penguasaan kosa
kata diperoleh nilai 66.4 (skala nilai 0-100).
b. Penelitian tujuan nomor dua tentang merangakai kosa kata menjadi kalimat,
ada beberapa tujuan yang belum tercapai disebabkan karena siswa tidak
memahami struktur kalimatnya. Maka peneliti dan guru kolabolator
menetapkan tujuan pembelajaran untuk siklus II, dimana pada kegiatan
pembelajarannya diberikan penjelasan cara merangkai kosa kata menjadi
kalimat menurut struktur kalimat dan diberikan latihan. Pada tujuan nomor
dua memperoleh nilau rata-rata 66.4 (skala 0-100).
c. Penelitian nomor tiga tentang merangkaikan kalimat demi kalimat menjadi
sebuah karangan, ada beberapa tujuan pembelajaran yang sudah tercapai
tetapi ada juga yang belum tercapai, hal ini disebabkan karena siswa kurang
memahami unsur-unsur dalam karangan yang baik. Maka peneliti bersama
guru kolabolator menetapkan tujuan pembelajaran untuk siklus II dimana
pada kegiatan pembelajarannya siswa dibimbing bagaimana cara merangkai
kalimat menjadi sebuah karangan dari penelitian ini diperoleh nilai rata-rata
54,5 (skala nila 0-100).
3. Siklus 2
Dari data penelitian siklus kedua menggambarkan bahwa penguasaan kosa kata
siswa sudah ada kemajuan, dari pendekatan lingkungan sekitar, siswa sudah mampu
mengungkapkan kosa kata dari benda-benda sekitar, jenis dan manfaatnya. Dengan

10
nilai rata-rata 66.4 (skala 0-100 dan sudah ada peningkatan nilai menjadi 71.9, dan
ini sudah dirasa cukup oleh peneliti.

PENUTUP

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran sebelum dan sesudah menggunakan
pendekatan lingkungan pada pembelajara bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Negeri
3 Cipedang Kecamatan Wanasalam ternyata ada perubahan yang mengarah kepada
peningkatan hasil belajar dalam penulisan kosa kata.
Hal ini bisa dilihat dari mulai pra siklus sebelum menggunakan pendekatan
lingkungan hasilnya sebesar 39,8 atau sekitar 12 orang dari seluruh siswa yang
berjumlah 32 yang dapat menuliskan kosa kata dengan benar sesuai dengan tema,
sisanya yang berjumlah 20 siswa, kesulitan dalam menuliskan kosa kata, setelah
memakai pendekatan lingkungan siswa dengan mudah dapat menuliskan kosa kata,
hal ini terlihat dari perolehan nilai yang naik sebesar 66.4 di siklus I. selanjutnya
karena sudah mudah dan merasa senang belajar dengan pendekatan lingkungan maka
perolehan nilainya meningkat terus menjadi 71.9 di suklus II.
1. Hasil Pembuatan Kalimat
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan lingkungan hal
ini bisa dibuktikan dari hasil perolehan nilai siswa yang semakin meningkat, di mulai
dari pra siklus sebesar 35, naik menjadi 66.4 di siklus I dan naik lagi menjadi 70 di
siklus II dan ini sudah cukup ideal.
2. Hasil Karangan Siswa
Hasil karangan siswa bisa dilihat pada tabel 4.12, yang dimulai dari pra siklus,
siswa hanya mendapatkan nilai 43.7. hal ini karena siswa belum mengetahui tentang
unsur-unsur karangan ditambah sulitnya mereka dalam menguasai kosa kata, padahal
dalam hal apapun kita sangat tergantung pada kosa kata apalagi dalam
mengarang/cerita, kosa kata sangat diperlukan tanpa kosa kata tak aka nada
karangan. Tetapi setelah memakai pendekatan lingkungan dan bimbingan, maka
perolehan nilai mengarang siswa naik menjadi 54.5 di siklus I dan terakhir pada
siklus II menjadi 71.

Saran
1. Pengajar atau Guru untuk dapat menggunakan berbagai media lingkungan di
sekitar siswa dalam kegiatan belajar mengajarnya, terutama dalam pelajaran
mengarang/cerita, karena dengan media lingkungan pembelajaran akan menjadi
lebih konkrit hal itu akan mempermudah siswa dalam belajar kosa kata. Dengan
mudahnya siswa mempelajari kosa kata akan berimplikasi pada mudahnya
membuat karangan.
2. Dengan menggunakan media lingkungan diharapkan siswa dapat belajar lebih
bermakna karena pembelajaran lebih konkrit dengan hal-hal yang biasa terdapat
dilingkungan sekitar anak. Sesuatu yang bermakna akan mempermudah siswa
dalam proses pembelajaran

11
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1993) Prosedur Penelitian,Jakarta; Rieneka Cipta


Badudu, J.s. (1991) Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II. Jakarta: Gramedia
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013), Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud
Kusmayadi, Ismail (2007) Menulis dengan Hati Membangun Motivasi Menulis, Bandung:
Pribumi Mekar
Kusmayadi, Ismail dkk. (2009) Belajar Bahasa Indonesia Itu Menyenangkan, Jakarta: Pusat
Perbukuan Depdiknas
Meilany, (2009) Makna Kata dan Majas, Jakarta: Interplus
Mulyasa, E. (2007) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Nuraeni, Ani. (2007) Peningkatan Penguasaan Kosa Kata dalam Pembelajaran Menulis,
Skripsi Serang. UPI Serang
Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006. Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas
Solihin, Hidayatullah dan Ine Ririn S. (2013) Langkah Pasti Menulis Penelitian Tindakan
Kelas, Rangkasbitung: Padeae
Tarigan, Henry Guntur. (1986) Menulis sebagai Suatu Keterampilan. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. (1993) Pengajaran Kosa Kata. Bandung: Angkasa.
Wiriaatmaja, Rochiati. (2009) Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja guru
dan Dosen. Bandung: Remaja Rosda Karya

12

Das könnte Ihnen auch gefallen