Sie sind auf Seite 1von 11

ISSN 0853-8557

KAJIAN ANALISIS RISIKO BENCANA TANAH LONGSOR SEBAGAI DASAR


DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI DESA SRIHARJO
KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL
Sri Aminatun1
1
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
email: sri.aminatun@uii.ac.id

ABSTRACT
Sriharjo Village Imogiri District Bantul Regency is one of the villages that are vulnerable to
landslides located on the morphology of the ridge to the hills in the eastern region of Bantul
Regency. In each rainy season some areas in the village of Sriharjo landslides occurred. Based
on the map of landslide incident from the Regional Disaster Management Agency in 2011,
Sriharjo village is one of the villages in Bantul Regency that experienced high intensity of
landslide events, one of the ways to mitigate the landslide disaster is to assess and analyze the
risk of landslide disaster in detail. This study aims to identify the homes of residents who are in
landslide threat zone, be it a high threat zone or medium threat zone. The method used in this
research is descriptive method with qualitative approach combined with quantitative method
used to give a clear picture about the number of houses in each zonation. Sources of data used
are primary and secondary data sources through interviews and documentation. The results of
this study indicate that 1) the number of households in the high risk zone is 119 houses, in the
yellow risk zone is 136 houses. 2) The village of Sriharjo has a high threat, medium to high
vulnerability, and medium capacity, which means having a medium to high risk. 3)
Recommended infrastructure development for disaster mitigation.
Keywords: landslide, mitigation, disaster risk ,zonation
PENDAHULUAN sedangkan urutan stratigrafi pada bagian
timur yaitu bagian yang terletak di sebelah
Desa Sriharjo Kecamatan Imogiri
selatan dan tenggara depresi (graben)
Kabupaten Bantul merupakan salah satu
Wonogiri-Baturetno . Daerah Kabupaten
desa di Kabupaten Bantul di provinsi
Bantul yang termasuk dalam Pegunungan
Daerah Istimewa Yogyakarta yang
Selatan bagian barat secara umum tersusun
merupakan daerah rawan terhadap tanah
oleh batuan yang hampir seluruhnya
longsor. Di Kabupaten Bantul ada 16 desa
terbentuk oleh pengendapan gaya berat
dari 75 desa adalah desa desa di daerah
(gravity depositional processes) setebal
rawan longsor. Kondisi tersebut dipengaruhi
kurang lebih 4000m yang hampir seluruhnya
karena letak geografi Kabupaten Bantul
mempunyai kemiringan ke selatan. Urutan
pada morfologi punggungan hingga
stratigrafi mulai dari tua ke muda adalah:
perbukitan di wilayah timur dan sebagian
formasi Kebo-Butak, formasi Semilir,
kecil di wilayah barat dari Kabupaten
formasi Nglanggran, formasi Sambipitu,
Bantul. Berdasarkan penelitian terdahulu
formasi Oya, formasi Wonosari, dan formasi
dan atas dasar pengamatan lapangan, secara
Kepek
garis besar stratigrafi daerah Pegunungan
Selatan dapat dinyatakan dalam dua macam Berdasarkan data kejadian tanah longsor
urutan, yang pertama adalah stratigrafi yang pernah terjadi di Kabupaten Bantul
bagian barat, yang pada dasarnya bersumber disajikan dalam peta pada gambar 1.
kepada hasil penelitian Bothe (1929),

372 Jurnal Teknisia, Volume XXII, No. 2, November 2017


ISSN 0853-8557

Gambar 1 Peta kejadian tanah longsor Kabupaten Bantul


Dari peta kejadian tanah longsor dapat di berada di masing-masing zona risiko
kategorikan 3 warna untuk 3 tingkat bencana (merah, kuning, hijau) dan
keseringan terjadinya tanah longsor, yaitu mengetahui nilai masing-masing parameter
merah pekat untuk wilayah yang paling sebagai penentu nilai risiko bencana tanah
sering terjadi tanah longsor, warna merah longsor di desa Sriharjo Kecamatan Imogiri.
untuk yang sering terjadi dan warna merah Kemudian menentukan program
muda untuk agak sering terjadi tanah pembangunan baik infrastruktur maupun
longsor. non infrastruktur pada masing-masing zona
risiko tersebut.
Berdasarkan data tersebut, dalam rangka
pengurangan risiko bencana tanah longsor TINJAUAN PUSTAKA
yang ada di kabupaten Bantul, maka
Kajian analisis risiko bencana dengan
diperlukan kajian analisis risiko bencana
melakukan pemetaan risiko bencana belum
tanah longsor sesuai dengan Undang
ada standarisasi yang baku dalam
Undang Penanggulan Bencana No.24 tahun
penyusunan peta risiko bencananya
2007 dan United Nation-International
sehingga setiap lembaga atau institusi
Strategi for Disaster Reduction (UN-ISDR),
memiliki metode yang berbeda. Begitupula
2007 dalam rangka mengimplementasikan
dengan pengkajian analisis risiko bencana
Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan
longsor yang dilakukan pada Desa Terong.
Risiko Bencana (2015-2030).
Pemetaan risiko bencana longsor pada
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
penelitian ini memiliki kriteria dan
jumlah rumah (Kepala Keluarga) yang
paramater tertentu yang mungkin tidak jauh

Aminatun – Kajian Analisis Risiko Bencana Tanah Longsor Sebagai Dasar Dalam Pembangunan … 373
ISSN 0853-8557

berbeda dengan lemba-lembaga dan H = Hazard (Ancaman)


institusi-institusi lain tetapi tetap memiliki C = Capacity (Kapasitas)
prinsip parameter kajian peta dasar yang V = Vulnerability (Kerentanan)
sama. Beberapa penelitian yang telah Dalam kajian analisis risiko bencana longsor
dilakukan dan dijadikan referensi pada ini tidak hanya berdasarkan petimbangan
penelitian ini antara lain sebagai berikut ini. ilmiah semata tetapi juga mempertimbangan
pola partisipatif yang melibatkan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Hasan, F.,
masyarakat sebagai subjek sekaligus objek
Magister Pengelolaan Bencana Alam,
kajian serta pemangku kepentingan ditingkat
Program Pascasarjana Fakultas Teknik
Desa dan Kabupaten. Hal ini dimaksudkan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
bahwa dalam melakukan kajian risiko
tahun 2008 dengan judul Evaluasi Risiko
bencana tidak hanya bersifat parsial tetapi
Runtuhan Batuan Di Sebagian Dusun
juga dilakukan secara holistik sebagai
Gunung Kelir Kecamatan Girimulyo
bentuk pembelajaran bersama.
Kabupaten Kulonprogo.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Haryanto, Peta Risiko Bencana
D., Magister Pengelolaan Bencana Alam,
Penyusunan pemetaan risiko bencana tanah
Program Pascasarjana Fakultas Teknik
longsor ini menggunakan 3 kelas skoring
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
dan metode pembobotan untuk masing-
3. tahun 2009 dengan judul Kajian Risiko
masing parameter. Pembobotan komponen
Tanah Longsor Di Kota Semarang
penyusunan peta risiko tanah longsor
Provinsi Jawa Tengah.
dilakukan berdasarkan Perka No.2 tahun
4. Penelitian yang dilakukan oleh Badan
2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian
Perencana Daerah (BAPEDA) Provinsi
Risiko Bencana.
Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2008
dengan judul Metode Pemetaan Risiko Pembobotan Parameter Ancaman
Bencana Prov. Daerah Istimewa Pembobotan parameter ancaman yang
Yogyakarta. Hasil penelitian adalah peta dilakukan berdasarkan Perka No.2 tahun
risiko bencana prov. DIY secara global. 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian
5. Penelitian oleh Pusat Studi Bencana UPN Risiko Bencana disajikan pada Tabel 1.
Veteran Yogyakarta dengan topik
Pemetaan Risiko Bencana, Yogyakarta Penilaian dari pembobotan parameter
tahun 2009. pengaruh tanah longsor dilakukan dengan
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan Weighted Method yaitu dengan
tersebut masih dalam bentuk global, memperhitungkan jumlah nilai maksimal
sehingga perlu dilakukan penelitian yang pembobotan dikurangi dengan jumlah nilai
lebih detail terkait kajian risiko bencana, minimal pembobotan. Hasil pengurangan ini
khususnya bencana tanah longsor. dibagi dengan jumlah kelas yang diinginkan
yang dalam hal ini kita membaginya
Rumus Risiko Bencana menjadi 3 kelas kemudian akan dihasilkan
Kajian risiko bencana longsor didasarkan interval skor kriteria bahaya sebegai berikut:
pada tiga parameter sesuai formula yang Interval = Skor Maks - Skor Min
disepakati dalam Hyogo Framework for 3
Action yaitu: Interval = 45 – 15 = 10
R H
C
xV 3
Berdasarkan hasil skor tersebut, dapat dibuat
dengan: interval zona ancaman seperti yang disajikan
R = Risk (Risiko) pada Tabel 2.

374 Jurnal Teknisia, Volume XXII, No. 2, November 2017


ISSN 0853-8557

Tabel 1. Pembobotan Parameter Ancaman Tanah Longsor


No Parameter Bobot Skor Maks Skor Min
1 Kelas Tekstur Tanah 1 3 1
2 Ketebalan solum Tanah 1 3 1
3 Tingkat Pelapukan Batuan 1 3 1
4 Kemiringan Lereng 5 15 5
5 Jenis Morfologi 3 9 3
6 Sejarah longsor 1 3 1
7 Kerapatan Vegetative 1 3 1
8 Penggunaan Lahan 1 3 1
9 Data curah hujan 1 3 1
Total 15 45 15

Tabel 2. Interval Pembobotan Ancaman Pembobotan Parameter Kerentanan


Inteval Skor Kriteria Kelas (Zona) Pembobotan parameter kerentanan yang
15 -24 Rendah Hijau dilakukan berdasarkan Perka No.2 tahun
25 – 34 Sedang Kuning 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian
35 – 45 Tinggi Merah Risiko Bencana disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pembobotan Parameter Kerentanan Tanah Longsor


Unsur yang Nilai Nilai
No Bobot
Dinilai Maksimal Minimal
1. Jumlah Kepala Keluarga dalam satu rumah 1 3 1
2. Jumlah anggota keuarga dalam satu rumah 1 3 1
3. Status kepemilikan rumah 1 2 1
4. Status kepemilikan lahan 1 2 1
5. Luas lahan 1 3 1
6. Jenis bangunan 3 9 3
7. Penggunaan lahan lainnya 1 3 1
Total 9 25 9

Dengan menggunakan Weighted Method Hasil interval pembobotan kerentanan


didapat interval skor kriteria risiko, dengan disajikan pada Tabel 4.
perhitungan sebagai berikut:
Tabel 4. Interval Pembobotan Kerentanan
Skor Max  Skor Min
Interval  Inteval Skor Kriteria
Kelas
3 (Zona)
25  9 9 – 14 Rendah Hijau
Interval   5,335
3 15 – 19 Sedang Kuning
20 -21 Tinggi Merah

Aminatun – Kajian Analisis Risiko Bencana Tanah Longsor Sebagai Dasar Dalam Pembangunan … 375
ISSN 0853-8557

Tabel 5. Pembobotan Parameter Kapasitas Tanah Longsor


Unsur yang Nilai Nilai
No Bobot
Dinilai Maksimal Minimal
1. Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas, Polindes 1 3 1
2. Jumlah Sekolah 1 3 1
3. Jumlah Tenaga Medis 1 3 1
4. Kelembagaan PRB 1 3 1
5. Marka/tanda Jalur Evakuasi 1 3 1
6. Sistem Peringatan Dini 1 3 1
Total 6 18 6
Pembobotan Parameter Kapasitas 18  6
Interval  4
Pembobotan parameter kapasitas yang 3
dilakukan berdasarkan Perka No.2 tahun Hasil interval pembobotan kapasitas
2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian disajikan pada Tabel 6.
Risiko Bencana disajikan pada Tabel 5.
Tabel 6. Interval Pembobotan Kapasitas
Dengan menggunakan Weighted Method
didapat interval skor kriteria risiko, dengan Inteval Skor Kriteria Kelas (Zona)
perhitungan sebagai berikut: 6 – 10 Rendah Merah
11- 14 Sedang Kuning
Skor Max  Skor Min
Interval  15 – 18 Tinggi Hijau
3
Tabel 7. Pembobotan Risiko Bencana Tanah Longsor
Nilai Nilai
Nilai Nilai Persentase/
No Unsur Yang Dinilai Maksimal Minimal
Maks Min faktor Pengali
Akhir Akhir
1. Ancaman/Hazard 45 15 0.5 22.5 7.5
Kerentanan/
2. 25 9 0.3 7.5 2.7
Vulnerabilty
3. Kapasitas/ Capacity 15 6 0.2 3.6 1.2
Jumlah 88 30 6 33.6 11.4

Pembobotan Risiko Bencana Dengan menggunakan Weighted Method


didapat interval skor kriteria risiko pada
Pembobotan parameter risiko bencana yang
Tabel 8 berikut ini.
dilakukan berdasarkan Perka No.2 tahun
2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Tabel 8. Interval Pembobotan Risiko
Risiko Bencana disajikan pada Tabel 7. Bencana
Dengan menggunakan Weighted Method Inteval Skor Kriteria Kelas (Zona)
didapat interval skor kriteria risiko, dengan 26.3 – 33.6 Tinggi Merah
perhitungan sebagai berikut: 18.9 – 26.2 Sedang Kuning
11.4 – 18.8 Rendah Hijau
Skor Max  Skor Min
Interval 
3 Sistem Informasi Geografis (SIG)
33,6  11,4
Interval   7,4 1. Sistem Informasi Geografis (SIG) terdiri
3
atas seperangkat komponen yang tidak
dapat dipisahkan satu dengan lainnya.

376 Jurnal Teknisia, Volume XXII, No. 2, November 2017


ISSN 0853-8557

Komponen tersebut adalah sebagai 1. Observasi dengan cara melakukan


berikut: pengamatan langsung dan melakukan
2. Brainware (manusia) pengukuran.
3. Data, berupa peta analog, data survey, 2. Wawancara dan FGD (Focus Group
statistic, foto udara, data SIG Discussion) dengan cara berdialog face to
sebelumnya, dll. face atau diskusi kelompok terarah
4. Hardware (perangkat keras komputer dengan para key informan yang terdiri
berikut kelengkapan pendukungnya dan dari warga setempat, tokoh masyarakat,
perangkat keras komunikasi) mis: tokoh perempuan dan pemuda, aparat
computer, scanner, digitizer, terkait di tingkat desa, kecamatan dan
5. Software (perangkat lunak) misalnya : kabupaten.
ArcGis, Map Info, Surfer, Autocad. 3. Dokumentasi dengan cara mengumpul-
Software yang dipergunakan adalah ArcGis, kan data sekunder berupa dokumen-
Versi 9.3. Software ini digunakan untuk dokumen yang diperlukan sebagai bahan
menghitung persentase kemiringan lereng, kajian, termasuk dokumen kajian yang
dan menghitung dan mengevaluasi unit, klas telah disusun sebelumnya.
atau tipe mana dari setiap individu peta yang 4. Melakukan assessment atau kajian secara
penting (berpengaruh) terhadap kejadian langsung di daerah kajian dengan
gerakan tanah. mengisi form yang telah dipersiapkan
dengan parameter-paramter yang telah
Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan
ditentukan.
Sumberdaya Mineral No.1452/K/10/MEM/
2000 tentang Pedoman Teknis Pemetaan Metode Analisa Data
Zona Kerentanan Gerakan Tanah, pemetaan
Analisis data dilakukan dengan cara sebagai
zona kerentanan tanah dapat dilakukan
berikut ini.
dengan pemetaan langsung, pemetaan tidak
langsung dan metoda gabungan. 1. Menginventarisasi dan mengklasifikasi
data yang telah diperoleh berdasarkan
Selain menggunakan metode SIG, juga
masing-masing parameter.
dilakukan metode pendekatan berupa
2. Data yang telah diinventrisasi dan
metode kuantitatif (metode statistik).
diklasifikasi berdasarkan masing-masing
Metode ini didasarkan pada perhitungan
parameter tersebut selanjutnya
kerapatan (density) gerakan tanah dan nilai
ditentukan tingkat dan besarnya
bobot (weight value) dari masing-masing
indikator yang didapat.
unit, klas atau tipe pada setiap peta
3. Tingkat dan besarnya indikator yang
parameter. Cara perhitungan yang
telah dikelompokkan kemudian
didasarkan pada perhitungan luas gerakan
ditabelkan.
tanahnya. Nilai kerapatan (density value)
4. Dari masing-masing titik lokasi yang
dari tiap unit, klas atau tipe pada setiap peta
telah ditabelkan kemudian ditentukan
parameter dalah pencerminan dari luas
tingkat kerawanan masing-masing titik
kejadian gerakan tanah pada satu satuan
lokasi.
(unit, klas atau tipe) per luas dari luas unit,
5. Dari tingkat kerawanan yang ditentukan
klas atau tipe parameter.
kemudian dianalisis berupa analisis
METODOLOGI ancaman, vulnerability/kerentanan dan
kapasitas masyarakat.
Metode Pengumpulan Data
6. Dari analisis tingkat kerawanan tersebut
Pengumpulan data dilakukan berdasarkan kemudian dianalisis tingkat risiko
tahap-tahap berikut ini. kerawanan bencana longsor dari posisi
titik yang telah dikaji.
7. Dari analisis ancaman dan risiko yang
telah didapatkan kemudian dilakukan

Aminatun – Kajian Analisis Risiko Bencana Tanah Longsor Sebagai Dasar Dalam Pembangunan … 377
ISSN 0853-8557

proses pemetaan berdasarkan analisi 12. Peta akhir yang dibuat kemudian
tersbut yang didukung oleh peta disosialisasikan kembali melalui
Geologi, Peta kemiringan lereng, peta workshop yang dihadiri oleh pihak
curah hujan daan peta tata guna lahan. Pemda Bantul, perangkat dan
8. Dengan proses pemetaan yang perwakilan masyarakat desa kajian,
dilakukan dengan beberapa peta tokoh masyarakat dan stakeholder yang
dukungan kemudian peta-peta tersebut terkait.
di overlay dengan menggunakan Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Spatial Geoogtaphical Information
System dengan program ArcGIS. Pembobotan Ancaman (Hazard)
9. Peta yang akan dihasilkan akan Setelah melakukan pengharkatan dari
menunjukan peta ancaman tanah longsor masing-masing indikator dan parameter-
dan peta risiko bencana tanah longsor. parameter, kemudian masing-masing
10. Peta yang telah dibuat kemudian parameter tersebut diberi pembobotan
dilakukan sosialisasi ke basis/desa berdasarkan besarnya pengaruh parameter
dengan perwakilan masyarakat untuk tersebut terhadap ancaman bencana longsor
memvalidasi hasil peta yang telah dibuat yang terjadi. Pembobotan-pembobotan
melalui FGD (Focus Group Discussion). parameter ancaman kerawanan tanah
11. Hasil sosialisasi awal akan menjadi longsor tersebut disajikan pada Tabel 9.
evaluasi dalam penyempurnaan
pembuatan peta akhir.
Tabel 9. Hasil Penilaian Parameter Ancaman Kerawanan Longsor
No Parameter Bobot Skor Jumlah
1 Kelas Tekstur Tanah 1 3 3
2 Ketebalan solum Tanah 1 2 2
3 Tingkat Pelapukan Batuan 1 3 3
4 Kemiringan Lereng 5 3 15
5 Jenis Morfologi 3 3 9
6 Sejarah longsor 1 2 2
7 Kerapatan Vegetasi 1 3 3
8 Penggunaan Lahan 1 3 3
9 Data curah hujan 1 2 2
Total 42

Berdasarkan hasil penilaian terhadap meredam, mencapai kesiapan dan


parameter ancaman bencana tanah longsor, menanggapi dampak bahaya tertentu.
diperoleh sebesar 42. Hal ini berarti bahwa Komponen kerentanan yang digunakan
Desa Sriharjo mempunyai kriteria ancaman dalam metode ini meliputi komponen fisik,
yang tinggi sehingga termasuk dalam zona demografi, ekonomi dan lingkungan.
merah. Pembobotan-pembobotan tersebut terlihat
pada Tabel 10.
Kerentanan (Vulnerability)
Dari jumlah skor yang dihitung didapat nilai
Kerentanan adalah kondisi atau karakteristik
kerentanan sebesar 20 sehingga termasuk
biologis, ekonomi, sosial, budaya, politik,
dalam zona merah, yaitu kriteria kerentanan
budaya, dan teknologi suatu masyarakat di
tinggi Kapasitas (Capacity)
suatu wilayah untuk jangka waktu yang
mengurangi masyarakat untuk mencegah,

378 Jurnal Teknisia, Volume XXII, No. 2, November 2017


ISSN 0853-8557

Tabel 10. Pembobotan Parameter Kerentanan Tanah Longsor


No Unsur Yang Dinilai Bobot Skor Jumlah
1. Jumlah Kepala Keluarga dalam satu rumah 1 2 2
2. Jumlah anggota keuarga dalam satu rumah 1 3 3
3. Status kepemilikan rumah 1 2 2
4. Status kepemilikan lahan 1 2 2
5. Luas lahan 1 1 2
6. Jenis bangunan 3 2 6
7. Penggunaan lahan lainnya 1 3 3
Total 20

Tabel 11. Hasil Penilaian Parameter Kapasitas Kerawaran Longsor


No Unsur Yang Dinilai Bobot Skor Jumlah
Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas,
1. 1 2 2
Polindes
2. Jumlah Sekolah 1 2 2
3. Jumlah Tenaga Medis 1 2 2
4. Kelembagaan PRB 1 3 3
5. Marka/tanda Jalur Evakuasi 1 3 3
6. Sistem Peringatan Dini 1 3 3
Total 14

Kapasitas (Capacity) Analisis Risiko


Kapasitas/kemampuan adalah sumber daya, Analisis risiko bencana tanah longsor
cara dan kekuatan yang dimiliki oleh merupakan gabungan dari 3 komponen
masyarakat yang memungkinkan masyarakt utama yaitu ancaman (H), Kerentanan (V)
untuk mempertahankan dan mempersiapkan dan kapasitas (C). Masing-masing total
diri, mencegah, menganggulangi, meredam bobot dari ancaman, kerentanan dan
serta dengan cepat memulihkan diri dari kapasitas untuk risiko ini akan memiliki
akibat bencana. Kapasitas masyarakat dapat nilai yang berbeda. Dari Pembobotan nilai
berupa komponen fisik dan non fisik maksimal dan minimal dari masing masing
(sosial). Komponen fisik dan non fisik ancaman, kerentanan dan kapasitas
(sosial) tersebut diukur berdasarkan wilayah dijumlahkan kemudian diambil persentase
desa karena data spasial administrasi yang dari masing-masing pembobotan tersebut
terkecil adalah desa. Pembobotan- terhadap jumlah total pembobotan. Dari
pembobotan tersebut terlihat pada Tabel 11. persentase yang didapat kemudian dikalikan
dengan masing-masing nilai maksimal dan
Dari jumlah skor yang dihitung didapat minimal kriteria yang ditentukan. Hasil
bahwa nilai kapasitas untuk desa Sriharjo penilaian risiko bencana tanah longsor
adalah 14 sehingga Desa Sriharjo disajikan Pada Tabel 12. Sedangkan hasil
mempunyai kriteria kapasitas yang sedang pemetaan berdasarkan zona risiko bencana
dengan zona daerah kuning.
tanah longsor di desa Terong, Dlingo,
disajikan pada Gambar 2.

Aminatun – Kajian Analisis Risiko Bencana Tanah Longsor Sebagai Dasar Dalam Pembangunan … 379
ISSN 0853-8557

Tabel 12. Penilaian Risiko Bencana Tanah Longsor


Data Jumlah
Zona Ketos Ngrancah Pengkol Sompok Wunut Total
Rumah (KK)
Zona Merah 3 41 79 70 193
Zona
Zona Kuning 11 7 15 30 63
Ancaman
Zona Hijau 0

Zona Merah 1 36 34 31 102


Zona
Zona Kuning 2 7 5 33 29 76
Kerentanan
Zona Hijau 2 2
Zona Merah 0
Zona
Zona Kuning 1 36 34 25 96
Kapasitas
Zona Hijau 2 5 5 33 25 70
Zona Merah 3 40 37 39 119
Zona Risiko Zona Kuning 11 6 1 57 61 136
Zona Hijau

Gambar 2. Peta Risiko Longsor Desa Sriharjo, Imogiri, Bantul

380 Jurnal Teknisia, Volume XXII, No. 2, November 2017


ISSN 0853-8557

Berdasarkan Gambar 2, sebagian besar rendah hingga sedang, sehingga nilai


wilayah di desa Sriharjo memiliki tingkat risikonya sedang hingga tinggi.
risiko bencana tanah longsor sedang hingga 3. Untuk mengurangi nilai risiko diperlukan
tinggi (zona kuning hingga merah). peningkatan kapasitas untuk mitigasi
bencananya dalam bentuk fisik/
Rekomendasi Program Pembangunan
infrastruktur dan non-fisik, pembangunan
Hasil kajian risiko bencana tanah longsor di infrastruktur tersebut antara lain :
desa Sriharjo Kecamatan Imogiri Kabupaten a. Untuk wilayah yang berisiko tinggi
Bantul yang dapat dilihat pada table .12 di direkomendasikan untuk relokasi ke
atas, maka dalam rangka pengurangan risiko tempat yang aman. Pembangunan
bencana tanah longsor diperlukan rumah untuk relokasi dengan
pembangunan infrastruktur yang terkait di menggunakan konsep bangunan tahan
wilayah tersebut berdasarkan tingkatan gempa.
risiko bencananya, adalah sebagai berikut : b. Untuk wilayah yang berisiko sedang
1. Risiko tinggi direkomendasikan adanya
Pada wilayah berisiko tinggi, pembagunan dinding penahan tanah,
pengurangan risiko bencana berupa saluran drainasi dan penanaman
relokasi, yaitu memindah masyarakat dari pohon.
wilayah berisiko tinggi ke tempat yang REFERENSI
aman.
Undang-Undang Republik Indonesia No.24
Bangunan yang ada di lokasi relokasi tahun 2007 tentang Penanggulangan
tersebut adalah Bencana.
a. Rumah Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Bangunan tersebut menggunakan (BNPB), (2015), Kerangka Kerja Sendai
konsep bangunan tahan gempa. untuk Pengurangan Risiko Bencana
b. Jalan Evakuasi (2015-2030).
Yang minimal memiliki 2 jalur
United Nation-International Strategi for
sehingga kendaraan roda empat dapat
Disaster Reduction (UN-ISDR), (2007),
berjalan berpapasan dengan baik.
Panduan untuk Mengimplementasikan
c. Saluran drainasi
Kerangka Kerja Sendai.
d. Tempat ibadah
2. Risiko sedang Peraturan Pemerintah No.21 tahun 2008,
Pada wilayah berisiko sedang dibangun tentang Penyelenggaraan
infrastruktur , yang antara lain : Penanggulangan Bencana.
a. Dinding penahan tanah BNPB, (2008), Peraturan Kepala Badan
b. Saluran drainasi Nasional Penanggulangan Bencana
c. Jalan Evakuasi Republik Indonesia, No.4 tahun 2008
tentang Pedoman Rencana
KESIMPULAN
Penanggulangan Bencana.
Dari hasil analisis dan pembahasan yang
BNPB, (2012), Peraturan Kepala Badan
telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
Nasional Penanggulangan Bencana
sebagai berikut ini.
Republik Indonesia, No.2 tahun 2012
1. Jumlah rumah yang berada di zona merah tentang Pedoman Umum Pengkajian
risiko adalah 119 rumah (KK), zona Risiko Bencana.
kuning untuk risiko 136 rumah (KK).
Hasan, F, ( 2008), Evaluasi Risiko Runtuhan
2. Desa Sriharjo mempunyai nilai ancaman
Batuan Di Sebagian Dusun Gunung
yang sedang hingga tinggi, kerentanan
Kelir Kecamatan Girimulyo Kabupaten
sedang hingga tinggi, dan kapasitas
Kulonprogo, Program Pascasarjana

Aminatun – Kajian Analisis Risiko Bencana Tanah Longsor Sebagai Dasar Dalam Pembangunan … 381
ISSN 0853-8557

Fakultas Teknik Universitas Gadjah BAPPEDA DIY, (2008), Metode Pemetaan


Mada Yogyakarta. Risiko Bencana Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Haryanto, D, (2009), Kajian Risiko Tanah
Longsor Di Kota Semarang Provinsi Pusat Studi Bencana UPN Veteran
Jawa Tengah, Program Pascasarjana Yogyakarta. (2009), Pemetaan Risiko
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Bencana,
Mada, Yogyakarta.

382 Jurnal Teknisia, Volume XXII, No. 2, November 2017

Das könnte Ihnen auch gefallen