Sie sind auf Seite 1von 16

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU & CALL FOR PAPERS UNISBANK (SENDI_U)

Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Mewujudkan Poros Maritim dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Kesejahteraan Rakyat
ISBN: 978-979-3649-81-8

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASIONAL DAN BUDAYA ORGANISASI


TERHADAP KINERJA GURU DIMEDIASI KEPUASAN KERJA (STUDI KASUS
PADA GURU SMA KESATRIAN DALAM YAYASAN PENDIDIKAN KESATRIAN
67)

Sunarno
Alumni Pascasarjana, Universitas Stikubank Semarang

Lie Liana
Universitas Stikubank Semarang
lieliana08@gmail.com

Abstract
The results of this study are the Influence of organizational commitment, organizational culture and job
satisfaction on teacher performance. The research problems in this study are: (1) to examine the influence of
organizational commitment, school culture, and job satisfaction on teacher performance. (2) to test whether job
satisfaction mediates organizational commitment, school culture of the teacher performance. The samples of
this study are 103 teachers of Kesatrian Senior High School under the Kesatrian Education Foundation in
Semarang. The used sampling was census techniques and the used model was multiple regression analysis. The
results of this study are: (1) organizational commitment is not proved in influencing the job satisfaction, (2)
school culture has positive and significant influence on the job satisfaction, (3) organizational commitment was
not proved in influence on teacher performance, (4) school culture has positive and significant influence on
teacher performance, (5) the job satisfaction has positive and significant influence on teacher performance, (6)
job satisfaction variable is not proved having the function as intervening variable on the variable of school
culture on teacher performance.

Keywords: organizational commitment, school culture, job satisfaction, teacher performance.

ABSTRAK
Studi dalam penelitian ini mengenai pengaruh komitmen organisasional, budaya organisasi, dan kepuasan kerja
terhadap kinerja guru. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: (1) menguji pengaruh komitmen
organisasional, budaya organisasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja guru. (2) menguji apakah kepuasan
kerja memediasi komitmen organisasional dan budaya organisasi terhadap kinerja guru. Populasi penelitian
ini adalah 103 guru SMA Kesatrian di dalam Yayasan Pendidikan Kesatrian 67 Semarang. Pengambilan
populasi data menggunakan teknik sensus. Model analisis menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian:
(1) komitmen organisasional terbukti tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja, (2) budaya organisasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja, (3) komitmen organisasional tidak terbukti
berpengaruh terhadap kinerja guru, (4) budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja guru, (5) kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru, (6) kepuasan kerja
tidak terbukti berfungsi sebagai variabel intervening antara variabel budaya organisasi terhadap kinerja guru.
Kata kunci: komitmen organisasional, budaya organisasi, kepuasan kerja, kinerja guru.

PENDAHULUAN
Peran guru sangat penting dalam pendidikan yang baik dan unggul tetap akan
mentransformasikan input-input bergantung pada mutu guru. Harapan output
pendidikan. Tanpa perubahan mindset dan dan outcome yang berkualitas tinggi dapat
peningkatan kualitas guru dapat dipastikan di dihasilkan oleh guru yang berkualitas tinggi
sekolah tidak akan terjadi perubahan atau pula. Untuk itu, upaya peningkatan kualitas
peningkatan kualitas. Hal ini berarti,

1
dan kinerja guru yang terukur senantiasa Budaya organisasi adalah
diupayakan. sekumpulan karakteristik rinci yang
Survei yang dilakukan oleh peneliti dijunjung tinggi oleh organisasi, mengacu
di SMA Kesatrian Semarang diketahui pada sebuah sistem makna bersama yang
bahwa kinerja guru dipengaruhi beberapa dianut oleh para anggota yang membedakan
faktor diantaranya komitmen sebuah organisasi dengan organisasi lain
organisasional, budaya organisasi, dan (Robbins & Judge, 2009). Budaya sekolah
kepuasan kerja. Budaya organisasi yang juga akan mempengaruhi mutu sekolah.
baik belum secara optimal ada di SMA Budaya sekolah yang berbeda-beda
Kesatrian. Di sisi lain komitmen mempengaruhi mutu setiap sekolah berbeda
organisasional di SMA Kesatrian masih pula.
rendah. Misalnya masih dijumpai guru Istilah kepuasan kerja (job
datang terlambat dan menunda masuk kelas satisfaction) didefinisikan sebagai suatu
dengan berbagai alasan. Hal ini merupakan perasaan positif tentang pekerjaan seseorang
indikasi perlunya peningkatan kinerja guru. yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi
Nilai Uji Kompetensi Guru yang terhadap pekerjaan itu (Robbins & Judge,
diselenggarakan oleh pemerintah pada tahun 2009). Kepuasan kerja guru menimbulkan
2011 khususnya guru SMA Kesatrian perasaan senang dalam menjalankan aktivitas
Semarang rata-rata mendapat nilai 67, masih belajar mengajar dan tugas-tugas tambahan
jauh dari yang dipersyaratkan oleh yang lain.
pemerintah yaitu minimal 70. Sedangkan Kinerja guru adalah hasil penilaian
pada tahun 2013 Uji Kompetensi Guru yang terhadap proses dan hasil kerja yang dicapai
diikuti oleh Guru SMA Keatrian Semarang guru dalam melaksanakan tugasnya.
mendapat nilai 69. Sedangkan nilai Ujian (Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010).
Nasional SMA Kesatrian dalam tiga tahun Kewajiban guru dalam
terakhir baik program IPA maupun IPS pembelajaran/pembimbingan meliputi: 1)
masih di bawah 75. Peran guru sangat merencanakan pembelajaran/ pembim-
penting dalam mentransformasikan input- bingan; 2) melaksanakan pembelajaran/
input pendidikan. Tanpa perubahan mindset pembimbingan yang bermutu; 3) menilai dan
dan peningkatan kualitas guru dapat mengevaluasi hasil pembelajaran/
dipastikan di sekolah tidak akan terjadi pembimbingan; 4) melaksanakan perbaikan
perubahan atau peningkatan kualitas. Hal ini dan pengayaan; 5) melaksanakan pengem-
berarti, pendidikan yang baik dan unggul bangan keprofesian berkelanjutan sesuai
tetap akan bergantung pada mutu guru. dengan kebutuhannya.
Harapan output dan outcome yang Dalam penelitian ini, kepuasan
berkualitas tinggi dapat dihasilkan oleh guru kerja digunakan sebagai variabel mediasi
yang berkualitas tinggi pula. Untuk itu, terhadap pengaruh variabel independen
upaya peningkatan kualitas dan kinerja guru budaya organisasi dan komitmen
yang terukur senantiasa diupayakan. organisasional terhadap variabel dependen
Komitmen organisasional meru- kinerja guru. Hal ini didasarkan pada
pakan suatu kekuatan yang mengikat asumsi bahwa jika budaya organisasi baik,
perorangan kepada suatu tindakan komitmen organisasional tinggi dan
keterkaitan pada satu atau lebih target kepuasan kerja dapat diwujudkan, maka
(Mayer et. al, 2007). Komitmen guru akan berpengaruh positif terhadap kinerja
menjadi kekuatan untuk menjalankan guru.
program sekolah. Komitmen guru yang Fenomena kurang optimalnya
tinggi terhadap sekolah akan mempermudah kinerja guru menurut peneliti sangat menarik
tercapainya tujuan-tujuan sekolah. untuk diteliti mengingat guru adalah faktor
kunci di dalam proses pembelajaran yang
2
sangat menentukan keberhasilan organisasional merupakan sikap yang
pembangunan kualitas sumber daya menunjukkan loyalitas karyawan dan
manusia. Faktor-faktor utama penyebab merupakan proses berkelanjutan bagaimana
rendahnya kinerja guru harus diungkap dan seorang anggota organisasi menunjukkan
diatasi. perhatian mereka untuk keberhasilan dan
Berdasarkan fenomena di atas, maka kebaikan organisasinya. Komitmen
penelitian ini bertujuan menganalisis organisasional membuat pekerja
pengaruh komitmen organisasional memberikan yang terbaik kepada
terhadap kepuasan kerja guru; menganalisis organisasi tempat dia bekerja. Pekerja
pengaruh budaya organisasi terhadap yang berkomitmen tinggi akan lebih
kepuasan kerja guru; menganalisis berorientasi pada pekerjaan. Pekerja yang
pengaruh komitmen organisasional memiliki komitmen organisasional tinggi
terhadap kinerja guru; menganalisis akan cenderung senang membantu dan
pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja dapat bekerjasama dengan orang lain.
guru; menganalisis pengaruh kepuasan kerja Curtis dan Wright dalam Rahmi (2013)
terhadap kinerja guru; dan menganalisis menyebutkan bahwa komitmen
mediasi kepuasan kerja pada pengaruh budaya didefinisikan sebagai kekuatan identifikasi
organisasi terhadap kinerja guru. seorang individu yang berada dalam sebuah
Permasalahan utama dalam organisasi. Jika seseorang memiliki
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh komitmen untuk organisasinya, ia akan
komitmen organisasional dan budaya memiliki identifikasi yang kuat dengan
organisasi terhadap kinerja guru dengan organisasi, memiliki nilai-nilai keanggotaan,
mediasi kepuasan kerja. Selanjutnya mendukung tujuan dan sistem nilai,
rumusan masalah dirinci kedalam kemungkinan akan tetap di dalamnya, dan
pertanyaaan-pertanyaan penelitian sebagai akhirnya siap untuk bekerja keras demi
berikut: (1) Bagaimana pengaruh komitmen organisasinya.
organisasional terhadap kepuasan kerja. (2) Berdasarkan teori-teori di atas dapat
Bagaimana pengaruh budaya organisasi disimpulkan bahwa komitmen
terhadap kepuasan kerja guru. (3) organisasional adalah suatu kekuatan yang
Bagaimana pengaruh komitmen mengikat perorangan kepada suatu tindakan
organisasional terhadap kinerja guru. (4) keterkaitan pada satu atau lebih target
Bagaimana pengaruh budaya organisasi (Mayer et. al., 1990). Luthans (2008);
bterhadap kinerja guru. (5) Bagaimana mengemukakan tiga dimensi dari komitmen
pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja organisasional yaitu (1) Komitmen afektif
guru. (6) Apakah kepuasan kerja memediasi (affective commitment) adalah keterikatan
pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja guru. emosional, identifikasi serta keterlibatan
seorang karyawan pada suatu organisasi.
KAJIAN PUSTAKA DAN Komitmen afektif seseorang akan menjadi
PENGEMBANGAN HIPOTESIS lebih kuat bila pengalamannya dalam
Komitmen Organisasional suatu organisasi konsisten dengan harapan-
Komitmen organisasional harapan dan memuaskan kebutuhan
didefinisikan oleh Durkin dan Bennet dasarnya. Komitmen afektif menunjukkan
yang direplikasi Rahmi (2013) merupakan kuatnya keinginan seseorang untuk terus
sebuah perasaan yang kuat dan erat bekerja bagi suatu organisasi karena ia
terhadap tujuan dan nilai suatu organisasi memang setuju dengan organisasi itu dan
dalam hubungannya dengan peran mereka memang berkeinginan melakukannya.
terhadap upaya pencapaian tujuan dan Karyawan yang mempunyai komitmen
nilai-nilai tersebut. Sementara Luthans afektif yang kuat tetap bekerja dengan
(2006) menyatakan bahwa komitmen organisasi karena mereka menginginkan
3
untuk bekerja pada organisasi itu. (2) adalah suatu bentuk atau cara yang
Komitmen berkelanjutan (continuance digunakan dalam pemecahan masalah
commitment) merupakan komitmen organisasi, baik intern maupun ekstern.
karyawan yang didasarkan pada Budaya ini mencakup: filosofi, ideologi,
pertimbangan apa yang harus dikorbankan values, asumsi, keyakinan, harapan, sikap,
bila meninggalkan organisasi. Apa kerugian dan norma-norma yang dirajut bersama
yang akan ditanggung karyawan jika tidak oleh anggota organisasi dan digunakan
melanjutkan pekerjaannya dalam dalam pembuatan keputusan dan
organisasi. Tindakan meninggalkan pemecahan masalah.
organisasi merupakan perbuatan yang Schein berpendapat seperti yang
beresiko tinggi karena karyawan merasa dikutip oleh Nurmantu (2007), budaya
takut akan kehilangan sumbangan yang sebagai pola asumsi dasar yang ditemukan,
mereka tanamkan pada organisasi itu. dikembangkan atau dibangun oleh
Mereka menyadari bahwa mereka tak kelompok tertentu yang digunakan untuk
mungkin mencari gantinya. Karyawan yang mengatasi masalah adaptasi eksternal, dan
mempunyai komitmen kontinuan yang tinggi intergrasi internal. Budaya telah dianggap
akan berada dalam organisasi karena mereka berfungsi dan berlaku baik dan karenanya
memang membutuhkan untuk bekerja pada diajarkan kepada anggota-anggota baru
organisasi itu. (3) Komitmen normatif organisasi sebagai cara yang benar untuk
(normative commitment) merupakan berprestasi dan merasakan problem yang
komitmen karyawan terhadap organisasinya dihadapi.
karena kewajibannya untuk bertahan dalam Menurut Robbins (2009) budaya
organisasi untuk alasan-alasan moral atau menjalankan sejumlah fungsi di dalam
etis. Dengan kata lain, keyakinan yang sebuah organisasi. Pertama, budaya
dimiliki karyawan tentang tanggung mempunyai peran menetapkan tapal batas;
jawabnya terhadap organisasi. Tindakan artinya budaya menciptakan perbedaan
tersebut merupakan hal benar yang harus yang jelas antara satu organisasi dan yang
dilakukan. Komitmen ini berkaitan dengan lain. Kedua, budaya membawa suatu rasa
perasaan karyawan terhadap keharusan identitas bagi anggota-anggota organisasi.
untuk tetap bertahan dalam organisasi. Oleh Ketiga, budaya mempermudah timbulnya
karena itu, karyawan yang memiliki komitmen pada sesuatu yang lebih luas
komitmen normatif yang tinggi akan daripada kepentingan diri pribadi
bertahan dalam organisasi karena merasa seseorang. Keempat, budaya itu
wajib atau sudah seharusnya untuk loyal meningkatkan kemantapan sistem sosial.
kepada organisasi tersebut. Budaya merupakan perekat sosial yang
membantu mempersatukan organisasi itu
Budaya Organisasi dengan memberikan standar-standar yang
Menurut Porter (2008) budaya adalah tepat untuk apa yang harus dikatakan dan
sarana untuk mencapai keunggulan dilakukan oleh para karyawan. Akhirnya
kompetitif dan bukan merupakan tujuan. budaya organisasi berfungsi sebagai
Sedangkan Taylor (1999) menyatakan mekanisme pembuat makna dan kendali
bahwa budaya adalah suatu totalitas yang memandu dan membentuk sikap serta
kompleks yang meliputi pengetahuan, perilaku para karyawan. Fungsi yang
kepercayaan, seni, moral, hukum, terakhir inilah yang terutama menarik
kebiasaan dan setiap kemampuan dan perhatian kita.
kebiasaan yang dibutuhkan manusia Menurut MC Shane dan Von Glinow,
sebagai anggota masyarakat. Roberts G. yang dikutip oleh Bahri, (2010), budaya
Owens dalam Matondang (2008) organisasi memiliki tiga fungsi penting.
berpendapat bahwa budaya organisasi Pertama, sebagai sistem kontrol (control
4
system). Budaya organisasi secara organisasi lain. Sistem makna bersama ini,
mendalam melembaga dalam bentuk bila diamati dengan lebih seksama,
kontrol sosial yang mempengaruhi merupakan seperangkat karakteristik
pengambilan keputusan dan perilaku utama yang dihargai oleh organisasi itu.
pegawai. Budaya bersifat menyebar dan Riset paling baru mengemukakan tujuh
berlangsung secara tidak sadar. Kedua, karakteristik primer berikut sebagai
perekat sosial (social glue). Budaya dimensi yang mengungkap hakikat dari
organisasi merupakan perekat sosial yang budaya suatu organisasi. (1) Inovation &
mengikat seseorang secara bersama dan risk taking (Inovasi dan pengambilan
membuat perasaan sebagai bagian dari risiko). Sejauh mana para karyawan
pengalaman organisasi. Pegawai yang didorong untuk inovatif dan mengambil
termotivasi untuk menginternalisasikan risiko. (2) Attention to detail (Perhatian
budaya-budaya yang dimiliki organisasi pada rincian). Sejauh mana para karyawan
karena dapat memenuhi kebutuhannya diharapkan memperlihatkan kecermatan,
untuk identitas sosial. Perekat sosial ini analisis, dan perhatian kepada rincian. (3)
penting sebagai cara untuk menarik staf Outcome orientation (Orientasi pada hasil).
baru dan mempertahankan kinerja unggul. Sejauh mana manajemen memusatkan
Ketiga, menciptakan pengertian. Hal ini perhatian kepada hasil bukannya kepada
membantu pegawai memahami apa yang teknik dan proses yang digunakan untuk
harus dilanjutkan dan mengapa sesuatu mencapai hasil itu. (4)Poeple orientation
terjadi di perusahaan. Budaya organisasi (Orientasi pada orang). Sejauh mana
juga membuat pegawai lebih mudah untuk keputusan manajemen memperhi-tungkan
memahami apa yang diharapkan darinya efek hasil pada orang-orang di dalam
dan untuk berinteraksi dengan pegawai lain organisasi itu. (5) Team orientation
yang mengetahui dan kepercayaan di (Orientasi pada tim). Sejauh mana kegiatan
dalamnya. kerja diorganisasikan menjadi sebuah tim
Budaya sekolah adalah pola belajar dan bukan secara individu. (6)
yang terintegrasi dari perilaku manusia di Aggressiveness (Keagresifan). Sejauh
sekolah yang mewujudkan konten sendiri; mana orang-orang itu agresif dan
konten diwujudkan dalam beberapa jenis kompetitif dan tidak bersikap santai. (7)
objek, perilaku, dan ditularkan melalui Stability (Kemantapan). Sejauh mana
jaringan komunikasi khusus. Sekolah kegiatan organisasi menekankan
mempunyai budaya yang berbeda satu dipertahankannya status quo dari pada
dengan lainnya. Di sekolah ada tata tertib pertumbuhan.
yang rumit tentang hubungan sosial, sanksi,
dan kode etik. Ada permainan, persaingan, Kepuasan Kerja
tim di antara mereka. Ada tradisi-tradisi yang Menurut Hasibuan (2007) kepuasan
membuat orang melawan perubahan. Ada kerja adalah sikap emosional yang
undang-undang dan masalah yang memaksa menyenangkan dan mencintai pekerjaannya.
(Glatthorn, 1990). Kepuasan kerja (job statisfaction) karyawan
Setelah mempertimbangkan teori- harus diciptakan sebaik-baiknya supaya
teori di atas, tulisan ini merujuk pada moral kerja, dedikasi, kecintaan, dan
pendapat Robbins dan Judge (2009) yang kedisiplinan karyawan meningkat. Noe, et.
menyatakan bahwa budaya organisasi al. (2006) mendefinisikan kepuasan kerja
adalah sekumpulan karakteristik rinci yang sebagai perasaan yang menyenangkan
dijunjung tinggi oleh organisasi, mengacu sebagai hasil dari persepsi bahwa
ke suatu sistem makna bersama yang pekerjaannya memenuhi nilai-nilai
dianut oleh anggota-anggota yang pekerjaan yang penting.
membedakan organisasi itu dari organisasi-
5
Di sisi lain kepuasan kerja sesuai dengan tanggung jawab yang
berhubungan erat dengan sikap diberikan kepadanya (Hamzah, 2010).
karyawan terhadap pekerjaannya Dalam Undang-Undang RI No. 14
sendiri, karena makin tinggi tingkat Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
kepuasan kerja seseorang akan tecermin mengemukakan terdapat enam unsur yang
dan sikap kerja ke arah positif (Robbins dan merupakan indikator prestasi kerja guru atau
Judge, 2009). Untuk mengukur kepuasan kinerja guru yaitu: 1). Penguasaan Landasan
kerja seseorang biasanya dilihat dari besaran Kependidikan 2). Penguasaan bahan
gaji atau upah yang diberikan, tetapi ini pengajaran 3). Pengelolaan Program Belajar
sebenarnya bukan satu-satunya faktor yang Mengajar 4). Penggunaan Alat Pelajaran 5).
ada, faktor lain seperti suasana kerja, Pemahaman Metode Penelitian 6).
hubungan atasan dan bawahan ataupun Pemahaman Administrasi sekolah
rekan sekerjanya, pengem-bangan karir, Dari berbagai konsep di atas konsep
pekerjaan yang sesuai dengan minat dan yang akan dipakai dalam penelitian ini
kemam-puannya, dan fasilitas yang ada adalah konsep kinerja sebagaimana yang
(Ema Sukmasih dalam Riduwan, 2009). tercantum dalam Peraturan Menteri
Berdasarkan pendapat-pendapat Pendidikan Nasional Nomor 35 tahun 2010
tersebut, tulisan ini mengacu pada teori yang tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan
dikemukakan oleh Robbins (2009) bahwa Fungsional Guru dan Angka Kreditrnya.
kepuasan kerja sebagai perasaan positif Kinerja guru adalah hasil penilaian terhadap
tentang pekerjaan sebagai hasil evaluasi proses dan hasil kerja yang dicapai guru
karakter-karakter pekerjaan tersebut. Adapun dalam melaksanakan tugasnya. Tugas utama
dimensi yang dipergunakan mencakup Work guru adalah mendidik, mengajar,
it self (pekerjaan itu sendiri), Pay (upah), membimbing, mengarahkan, melatih,
Advancement opportunity (peluang menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
kemajuan), Supervision (pengawasan), Co- pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
workers (rekan kerja). formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Kewajiban guru dalam
Kinerja pembelajaran/pembimbingan dijadikan
Menurut Mangkunegara (2001) sebagai dimensi variabel penelitian ini
kinerja dapat didefinfisikan sebagai meliputi: 1) merencanakan pembelajaran/
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas pembimbingan; 2) melaksanakan
yang dapat dicapai oleh seseorang karyawan pembelajaran/pembimbingan yang bermutu;
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan 3) menilai dan mengevaluasi hasil
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. pembelajaran/ pembimbingan; 4)
Hasibuan (2010) mengemukakan "kinerja melaksanakan perbaikan dan pengayaan; 5)
adalah suatu hasil kerja yang dicapai melaksanakan pengembangan keprofesian
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas berkelanjutan sesuai dengan kebutuhannya.
yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan
kesungguhan serta waktu". Pemampuan Pengaruh komitmen organisasional
guru untuk melaksanakan tugas sesuai terhadap kepuasan kerja guru.
dengan profesinya secara bertanggung jawab Menurut Mathis dan Jackson (dalam
menjadi salah satu tolok ukur kinerja seorang Sopiah 2008) “komitmen organisasional
guru. adalah derajat yang mana karyawan
Kinerja guru adalah hasil kerja percaya dan menerima tujuan-tujuan
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai organisasi dan akan tetap tinggal atau
oleh guru dalammelaksanakan tugasnya tidak akan meninggalkan organisasi”. Dari
pendapat tersebut dapat dipahami bahwa
6
komitmen organisasi merupakan minat the job satisfaction level of teachers of
individu yang melekat pada perilaku sosial these institutes.
untuk bertahan menjadi anggota, percaya, Dari pendapat dan penelitian yang
dan menerima tujuan organisasi, serta sudah dilakukan tersebut maka dapat
bertahan di organisasi untuk mewujudkan disusun suatu hipotesis yang menjelaskan
tujuan organisasi. hubungan fungsi budaya organisasi dengan
Wahyuni et al (2014) dalam kepuasan kerja guru sebagai berikut:
penelitiannya Influence of Organizational H2. Budaya organisasi berpengaruh positif
Commitment, Transactional Leadership, and dan signifikan terhadap kepuasan kerja.
Servant Leadership to the Work Motivation,
Work Satisfaction and Work Performance of Pengaruh komitmen organisasional
Teachers at Private Senior High Schools in terhadap kinerja guru.
Surabaya menemukan bahwa komitmen Meyer et. al. dalam Kusmaryani
organisasional berpengaruh signifikan (1993) menegaskan bahwa komitmen
terhadap kinerja guru. terhadap pekerjaan merupakan perspektif
Dari pendapat dan penelitian yang yang multidimensional yang berupa
sudah dilakukan sebelumnya, maka dapat pengembangan dari teori komitmen
disusun suatu hipotesis yang organisasi. Dalam pendekatan
menjelaskan pengaruh komitmen multidimensional, komitmen terhadap
organisasional terhadap kepuasan kerja pekerjaan seperti halnya komitmen
guru adalah sebagaiberikut: organisasi memberikan pemahaman yang
HI: Komitmen organisasional kompleks mengenai keterikatan seseorang
berpengaruh positif dan signifikan terhadap dengan pekerjaannya.
kepuasan kerja. Signifikansi pengaruh antara komitmen
organisasional dengan kinerja guru
Pengaruh budaya organisasi terhadap dikemukakan oleh Ade et al. (2013) dalam
kepuasan kerja. The Influence of Organizational
Jumari (2013) menyebutkan bahwa Commitment and Individual Competence on
budaya organisasi adalah norma-norma Teacher Performance. Mereka mengatakan
dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku bahwa komitmen organisasional
warga sekolah. Setiap warga, termasuk berpengaruh positif dan signifikan terhadap
guru akan berperilaku sesuai dengan kinerja guru. Di sisi lain Hanna & Firnanti
budaya yang berlaku agar diterima oleh (2013) menemukan bahwa komitmen tidak
lingkungannya. Lebih lanjut Jumari berpengaruh terhadap kinerja Auditor yang
menegaskan bahwa budaya organisasi yang bekerja di Kantor Akuntan Publik Jakarta.
kuat akan mempengaruhi setiap perilaku Atas uraian tersebut maka hipotesis
warganya, terutama guru. mengenai pengaruh komitmen
Sabri (2011) dalam penelitiannya organisasional terhadap kinerja guru dapat
Organizational Culture and Its Impact on disusun sebagai berikut:
the Job Satisfaction of the University H3. Komitmen organisasional berpengaruh
Teachers of Lahore menemukan bahwa positif dan signifikan terhadap kinerja
budaya organisasi berpengaruh signifikan guru.
terhadap kepuasan kerja guru. Lebih lanjut
Sabri mengatakan On the basis of findings Pengaruh budaya organisasi terhadap
of this study we recommend that policy kinerja guru.
makers should create supportive Budaya organisasi merupakan
organizational culture in higher education pedoman perilaku semua orang yang
institutes and universities in order to raise terlibat dalam proses pembelajaran anak
didik. Menurut Moeljono dalam Koesmono
7
(2013) Budaya organisasi adalah sistem dikemukakan oleh Vroom et. al. dalam
nilai-nilai yang diyakini semua anggota Engko (2006). Menurut mereka,
organisasi dan yang dipelajari, diterapkan produktivitas dapat ditingkatkan melalui
serta dikembangkan secara berkesinam- peningkatan kepuasan kerja, karena
bungan, berfungsi sebagai sistem perekat kepuasan kerja memberikan semangat
dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam kepada pekerja untuk meningkatkan
organisasi untuk mencapai tujuan produktivitas. Di lain pihak Ahmad (2010)
organisasi/ perusahaan yang telah menemukan korelasi yang tidak signifikan
ditetapkan. antara kepuasan kerja dan kinerja individu.
Penelitian yang terkait dengan Beliau mengatakan " There is no
budaya organisasi dan kinerja guru telah significant relation between job
dilakukan oleh Mutmainah (2013). Dalam satisfaction and performance". Atas
jurnal internasional Organizational Culture, ketidakkonsistenan hasil penelitian yang
Leadership Style Influence on sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu
Organizational Commitment and tersebut maka dapat disusun suatu hipotesis
Performance of Teacher beliau menemukan yang menjelaskan hubungan antara
bahwa budaya organisasi berpengaruh pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja
positif dan signifikan terhaadap kinerja adalah sebagai berikut:
guru di sekolah menengah di Uganda. H5. Kepuasan kerja berpengaruh positif
Sementara itu Brahmasari & Sungkono dan signifikan terhadap kinerja guru.
(2008) dalam penelitiannya Pengaruh
Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja Model Penelitian
terhadap Komitmen Karyawan dan Kinerja
Perusahaan menyimpulkan bahwa budaya Model penelitian ini akan
organisasi mempunyai pengaruh negatif dan menunjukkan bahwa kinerja guru sebagai
signifikan kinerja Karyawan PT DuPont variabel dependen dipengaruhi oleh faktor-
Agricultural Products Indonesia Sidoarjo faktor independen komitmen organisasional,
dan Pasuruhan. Berdasar uraian tentang budaya organisasi, dengan mediasi
fungsi budaya organisasi terhadap kinerja kepuasan kerja. Faktor-faktor lain di luar
guru, maka hipotesis dapat disusun sebagai model yang berpengaruh pada kinerja tidak
berikut: menjadi pembahasan penelitian ini.
H4. Budaya organisasi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja guru.

Hipotesis mengenai pengaruh kepuasan


kerja terhadap kinerja.
Signifikansi hubungan antara
kepuasan kerja dengan kinerja

8
KOMITMEN
ORGANISASIONAL H3
(X1) H1

KEPUASAN KINERJA GURU


KERJA H5 (Y2)
(Y1)
H2

BUDAYA SEKOLAH
(X2) H4

Gambar 1
Desain Penelitian

METODA PENELITIAN 2010).


Strategi Riset Dengan memperhatikan jumlah
Metode pengumpulan data yang populasi di atas penelitian ini
digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik sensus, yaitu
menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah menjadikan seluruh anggota populasi
daftar pertanyaan yang didistribusikan untuk sebagai responden. Jadi, jumlah responden
diisi oleh responden dan dikembalikan atau yang diambil adalah 103 orang.
dapat juga dijawab di bawah pengawasan
peneliti. Angket pada umumnya meminta Prosedur Penelitian
keterangan tentang fakta yang diketahui oleh Kuesioner (daftar pertanyaan)
responden atau juga mengenai pendapat atau diberikan kepada responden. Metode ini
sikap (Nasution, 2009). Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh data primer.
dimaksudkan untuk memperoleh data Daftar pertanyaan diberikan kepada
deskriptif guna menguji hipotesis dan responden oleh peneliti secara langsung
model kajian. Untuk memperoleh data untuk diisi dan kuesioner yang telah diisi
tersebut digunakan kuesioner yang bersifat dikembalikan lagi kepada peneliti untuk
tertutup yaitu pertanyaan yang dibuat kemudian dilakukan proses pengolahan data.
sedemikian rupa hingga responden Penetuan skor jawaban responden
dibatasi dalam memberi jawaban kepada untuk data primer dilakukan dengan
beberapa alternatif saja atau kepada satu menggunakan skala Likers dalam interval 1
jawaban saja. sampai dengan 5. Pengukuran ini
menggunakan pertanyaan-pertanyaan dan di
Partisipan Riset dalam menanggapi pertanyaan tersebut
Populasi dalam penelitian ini adalah subjek memilih salah satu dari alternatif
guru di SMA Kesatrian di bawah naungan jawaban sesuai dengan keadaan subjek.
Yayasan Pendidikan Kesatrian Semarang Alternatif jawaban tersebut meliputi sangat
yang jumlahnya keseluruhan 103 orang, tidak setuju dengan nilai 1 (satu) sampai
dengan rincian pada tabel di bawah ini. dengan sangat setuju dengan nilai 5 (lima).
Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai Definisi Operasional Variabel dan
kualitas dan karakteristik tertentu yang Instrumen Penelitian
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan Komitmen organisasional adalah suatu
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, kekuatan yang mengikat perorangan kepada
9
suatu tindakan keterkaitan pada satu atau menguji apakah kuesioner yang disampaikan
lebih target. (Mayer & Allen, 2007) Dimensi kepada responden tersebut valid. Validitas
variabel ini mencakup (1) Affective menunjukkan sejauh mana ketepatan dan
commitment (Komitmen afektif), (2) kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
Continuance commitment (Komitmen fungsinya. Pengujian validitas menggunakan
kontinuan), (3) Normative Commitment metode analisis faktor dengan cara
(Komitmen normatif) mengorelasikan masing-masing item dengan
Budaya organisasi adalah sekumpulan skor total sebagai jumlah setiap skor item,
karakteristik rinci yang dijunjung tinggi oleh sehingga diperoleh koefisien korelasi. Untuk
organisasi, mengacu pada sebuah sistem mengetahui valid tidaknya suatu variabel
makna bersama yang dianut oleh para yang diuji dilakukan dengan
anggota yang membedakan sebuah organisasi membandingkan nilai component matrix atau
dengan organisasi lain. (Robbins & Judge, faktor loading-nya dengan 0,4. Jika hasilnya
2009). Dimensi dalam variabel ini meliputi lebih besar dari 0,4 berarti kuesioner tersebut
(1) Inovation & risk taking (Inovasi dan valid dan jika lebih kecil dari 0,4 item
keberanian mengambil risiko), (2) Attention variabel yang diuji tidak valid, item didrop
to detail (Perhatian pada hal-hal yang bersifat dahulu kemudian diuji kembali. Sedangkan
rinci), (3) Outcome orientation(Orientasi KMO (Kaiser – Meyer – Olkin) and
pada hasil), (4) Poeple orientation (Orientasi Bartlett’s Test harus lebih besar dari 0,5.
pada manusia), (5) Team orientation Berdasarkan hasil perhitungan validitas pada
(Orientasi pada tim), (6) Aggressiveness setiap item pernyataan hasil yang diperoleh
(Keagresifan), dan (7) Stability (Stabilitas) adalah semua variabel memenuhi kecukupan
Kepuasan kerja (job satisfaction) sampel dengan KMO total lebih besar dari
adalah suatu perasaan positif tentang 0,5. Hasil uji validitas indikator terdapat satu
pekerjaan seseorang yang merupakan hasil item yang tidak valid dengan loading faktor
dari sebuah evaluasi tentang karakteristik 0,293 (di bawah 0,4) yaitu indikator X27.
pekerjaan itu. (Robbins & Judge, 2009). Oleh karena itu, indikator tersebut tidak
Variabel kepuasan kerja memiliki dimensi (1) dipergunakan dalam pengujian penelitian ini.
Work it self (pekerjaan itu sendiri), (2) Pay Pengujian reliabilitas dipergunakan
(upah), (3) Advancement opportunity untuk menguji kehandalan instrumen.
(peluang kemajuan), (4) Supervision Variabel atau konstruk dikatakan reliable
(pengawasan), (5) Co-workers (rekan kerja). atau handal apabila jawaban seseorang
Kinerja guru adalah hasil penilaian terhadap pernyataan adalah konsisten atau
terhadap proses dan hasil kerja yang dicapai stabil dari waktu ke waktu. Suatu ukuran
guru dalam melaksanakan tugasnya. dikatakan reliable apabila ukuran tersebut
(Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010). memberikan hasil yang konsisten. Suatu
Dengan variabel (1) Merencanakan konstruk atau variabel dikatakan reliable jika
pembelajaran, (2) Melaksanakan memberikan nilai cronbach alpha > 0,70.
pembelajaran, (3) Menilai hasil belajar, (4) Adapun hasil uji reliabilitas dengan melihat
Melaksanakan tindak lanjut penilaian, dan (5) nilai Cronbach alpha masing-masing
Melaksanakan pengembangan diri variabel dari hasil perhitungan dalam SPSS
semuanya reliabel dapat dilihat pada tabel 1
Pengujian Instrumen sebagai berikut.
Uji validitas dipergunakan untuk

10
Tabel 1
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Nama Variabel Cronbach’s Alpha Kriteria Keterangan
X1 Komitmen Organisasional 0,957 >0,7 Reliabel
X2 Budaya Organisasi 0,935 >0,7 Reliabel
Y1 Kepuasan Kerja 0,929 >0,7 Reliabel
Y2 Kinerja Guru 0,900 >0,7 Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah (2015)

Adapun uji normalitas dalam penelitian kerja (Y1) menunjukkan bahwa nilai VIF
ini dengan menggunakan One-Sample sebesar 2,804. Ketiganya berada di bawah
Kolmogorov-Smirnov Test. Pada tabel 4.12 nilai 10. Sedangkan nilai tolerance pada
dapat dilihat nilai Kolmogorov-Smirnov Z variabel komitmen organissional sebesar
dan nilai Sig. Residual 1 sebesar 0,073 dan 0,236, variabel budaya organisasi 0,163 dan
Residual 2 sebesar 0,774. Nilai sig Ressidual variabel kepuasan kerja 0,357 yang berarti
1 dan Residual 2 lebih besar daripada 0,05. lebih besar dari 0,1. Dengan demikian, dapat
Jadi, dapat disimpulkan bahwa data disimpulkan bahwa pada variabel komitmen
berdistribusi normal. organisasional (X1), budaya organisasi (X2)
Multikolinearitas menunjukkan adanya dan kepuasan kerja (Y1) pada model 2 tidak
lebih dari satu hubungan linier yang terjadi multikolinearitas.
sempurna. Hal tersebut seperti yang telah Uji heteroskedastisitas adalah untuk
dikemukakan oleh Imam Ghozali (2012) menguji apakah dalam model regresi terjadi
bahwa tujuan uji multikolinearitas adalah ketidaksamaan variance residual dari suatu
untuk menguji apakah pada model regresi pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
ditemukan adanya korelasi antar variable variance residual dari suatu pengamatan ke
independen. Jika terjadi korelasi, maka pengamatan lain tetap maka disebut
dinamakan terdapat problem homokedastisitas. Jika varian berbeda,
multikolinearitas. Untuk mendeteksi adanya disebut heteroskedastisitas. Model regresi
multikolinearitas adalah dari besarnya VIF yang baik adalah tidak terjadi
(Variance Inflating Factor) dan tolerance. heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2012).
Pedoman suatu model regresi yang bebas Pada uji heteroskedastisitas ini penulis
multikolinearitas menurut Imam Ghozali menggunakan uji Glejser, dimana Glejser
(2012) adalah: mempunyai nilai VIF < 10 mengusulkan untuk meregres nilai absolut
dan angka tolerance > 0,10. terhadap variabel independent (Gujarati,
Berdasarkan hasil pengujian 2003) dengan persamaan regresi : │Ut│=α
multikolinearitas pada model 1 dapat + βXt + Vt
diketahui bahwa nilai VIF (Variance Dari Uji model 1 nilai signifikansi
Inflating Factor) pada variabel Komitmen variabel Komitmen Organisasional 0,982
Organisasional (X1) sebesar 4,219 dan dan variabel budaya organisasi 0,360. Pada
Budaya organisasi (X2) yaitu sebesar 4,219 Uji model 2 diperoleh signifikansi
lebih kecil dari 10. Sedangkan nilai tolerance Komitmen Organisasional 0,855; Budaya
0,237 berada di atas 0,1. Dengan demikian Organisasi 0,894; Kepuasan Kerja 0,320.
menunjukkan bahwa pada variabel Semua nilai sig. di atas 0,05 yang berarti
Komitmen Organisasional (X1) dan Budaya signifikan. Dengan demikian, membuktikan
Organisasi pada model 1 tidak terjadi bahwa persamaan regresi yang dihasilkan
multikolinearitas. Pada uji model 2 terhadap dalam penelitian ini efisien dan kesimpulan
variabel komitmen organisasional (X1) yang dihasilkan tepat.
menunjukkan VIF sebesar 4,221, budaya
organisasi (X2) sebesar 6,124 dan kepuasan
11
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pengujian hipotesis menggunakan Hasil Uji Hipotesis 1
uji t dilakukan untuk mengetahui ada Berdasarkan hasil analisis regresi
tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap mengenai pengaruh variabel komitmen
variabel terikat secara parsial. Kriteria organisasional dan budaya organisasi
pengujian hipotesis penelitian adalah terhadap kepuasan kerja adalah sebagaimana
sebagai berikut: Apabila sig < 0,05 maka terlihat pada tabel berikut :
hipotesis diterima. Apabila sig > 0.05 maka
hipotesis ditolak (Ghozali, 2012).

Tabel 2
Regresi Berganda
Persamaan I Regresi Berganda:
Y 1 = a 1 +b 1 X 1 + b 2 X 2 + e 1
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
a
1 .802 .643 .636 .302443456030469
a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi, Komitmen Organisasional
Sumber: Data primer yang diolah (2015)

Angka R sebesar 0,802 munujukkan yang digunakan Adjusted R Square yaitu


bahwa korelasi/hubungan antara X1, dan sebesar 0,636. Hal ini berarti 63,6% variasi
X2 dengan Y1 adalah positif. Angka R dari kepuasan kerja (Y1) bisa dijelaskan
square atau koefisien determinasi adalah oleh variasi dari X1 dan X2. Sedangkan
0,643 (berasal dari 0,802 x 0,802). Jika sisanya (100% - 63,6%= 36,4%) dijelaskan
variabel bebasnya lebih dari satu maka oleh sebab-sebab lain.

Tabel 3
Regresi Model 1
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .200 .298 .672 .503
Komitmen Organisasional -.026 .125 -.026 -.208 .835
Budaya Organisasi .942 .140 .824 6.721 .000
a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Sumber: Data primer yang diolah (2015)

Koefesien Regresi
Persamaan Regresi : Y1 = β1X1 + β2X2 + e1
Kepuasan Kerja (Y1) = -0,026(X1) + 0,824(X2)

Persamaan regresi berdasarkan Tabel 1. Komitmen organisasional tidak


4.22 dapat dijelaskan dalam suatu mempengaruhi kepuasan kerja dengan
interpretasi statistik sebagai berikut : arah pengaruh parameter estimasi
12
bertanda negatif sebesar -0,026. Nilai kerja diterima. Maknanya semakin
sig. 0,835 > 0,05 artinya tidak tinggi pengaruh budaya organisasi,
signifikan. Dengan demikian, maka kepuasan kerja semakin
hipotesis 1 bahwa komitmen meningkat. Sebaliknya, semakin
organisasional berpengaruh positif dan rendah nilai budaya organisasi
signifikan terhadap kepuasan kerja semakin rendah pula kepuasan guru.
ditolak.
2. Budaya organisasi mempengaruhi Hasil Uji Hipotesis 2
kepuasan kerja guru dengan arah Berdasarkan analisis regresi
pengaruh parameter estimasi bertanda mengenai pengaruh variabel komitmen
positif sebesar 0,824. Nilai sig. 0,000 organisasional, budaya organisasi dan
< 0,05 artinya berpengaruh signifikan. kepuasan kerja terhadap kinerja guru
Dengan demikian, hipotesis 2 bahwa adalah sebagaimana terlihat pada tabel
budaya organisasi berpengaruh positif berikut :
dan signifikan terhadap kepuasan

Persamaan II Regresi Berganda:


Y2 = b3 X1 + b4 X2 + b5Y1 + e2

Tabel 4
Regresi Model II
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Model B Std. Error Beta
(Constant) .817 .295 2.772 .007
Komitmen Organisasional .051 .123 .056 .411 .682
Budaya Organisasi .460 .167 .454 2.754 .007
Kepuasan Kerja .249 .099 .281 2.515 .014
a. Dependent Variable: Kinerja
Sumber: Data primer yang diolah (2015)

Koefesien Regresi
Persamaan Regresi : Y2 = β3 X1 + β4 X2 + β5Y1 + e2
Kinerja guru (Y2) = 0,056(X1) + 0,454(X2) + 0,281(Y1)

Analisis regresinya dapat dijelaskan dalam organisasional berpengaruh positif dan


suatu interpretasi statistik sebagai berikut: signifikan terhadap kinerja guru
1. Komitmen Organisasional tidak ditolak.
mempengaruhi kinerja guru dengan 2. Budaya organisasi mempengaruhi
arah pengaruh parameter estimasi kinerja guru secara signifikan, dengan
bertanda positif yang ditunjukkan oleh arah pengaruh parameter estimasi
koefisien beta 0,056. Nilai sig. 0,682 bertanda positif yang ditunjukkan oleh
> 0,05 yang bermakna tidak koefisien beta 0,454. Nilai sig. 0,007
signifikan. Dengan demikian, < 0,05 artinya berpengaruh signifikan.
hipotesis 3 bahwa komitmen Dengan demikian, hipotesis 4 bahwa

13
budaya organisasi berpengaruh positif menguji pengaruh komitmen
dan signifikan terhadap kinerja guru organisasional dan budaya organisasi
diterima. Maknanya bahwa semakin terhadap kinerja guru dengan mediasi
tinggi nilai budaya organisasi, maka kepuasan kerja guru di SMA Kesatrian
kinerja guru semakin baik. Sebaliknya Semarang. Berdasarkan hasil pengujian
semakin rendah nilai budaya penelitian ini menghasilkan bebagai
organisasi, maka semakin rendah pula temuan yang dapat disimpulkan :
kinerja guru. 1. Komitmen organisasional tidak
3. Kepuasan kerja mempengaruhi kinerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja
guru secara signifikan, dengan arah guru di SMA Kesatrian Semarang.
pengaruh parameter estimasi bertanda 2. Budaya organisasi berpengaruh positif
positif yang ditunjukkan oleh dan signifikan terhadap kepuasan
koefisien beta 0,281. Nilai sig. 0,014 kerja guru di SMA Kesatrian
< 0,05 artinya berpengaruh signifikan. Semarang.
Dengan demikian, hipotesis 5 bahwa 3. Komitmen organisasional tidak
kepuasan kerja berpengaruh positif berpengaruh terhadap kinerja guru di
dan signifikan terhadap kinerja guru SMA Kesatrian Semarang.
diterima. maknanya bahwa semakin 4. Budaya organisasi berpengaruh positif
tinggi kepuasan guru, maka kinerja dan signifikan terhadap kinerja guru di
guru semakin baik. Sebaliknya SMA Kesatrian Semarang.
semakin rendah kepuasan guru, maka 5. Kepuasan kerja berpengaruh positif
semakin rendah kinerja guru. dan signifikan terhadap kinerja guru di
SMA Kesatrian Semarang.
Hasil uji mediasi kepuasan kerja 6. Kepuasan Kerja tidak Memediasi
pada pengaruh komitmen organisasional Pengaruh Komitmen Organisasional
terhadap kinerja guru, pengaruh langsung terhadap Kinerja Guru SMA Kesatrian
adalah sebesar 0,056. Pengaruhnya sangat 2 karena komitmen organisasional
kecil sebesar 5,6%. Pengaruh tidak tidak mempengaruhi kepuasan kerja
langsung melalui mediasi kepuasan kerja maupun kinerja guru.
tidak terjadi karena komitmen 7. Kepuasan kerja tidak memediasi
organisasional (X1) tidak berpengaruh pengaruh budaya organisasi terhadap
pada kepuasan kerja (X2). Artinya adalah kinerja guru SMA Kesatrian
kepuasan kerja tidak memediasi pengaruh Semarang. Hal ini dibuktikan dari
komitmen organisasional terhadap kinerja hasil uji mediasi bahwa nilai pengaruh
guru. langsung lebih besar daripada nilai
Hasil uji mediasi kepuasan kerja pengaruh tidak langsung.
pada pengaruh budaya organisasi terhadap
kinerja guru, variabel Budaya Organisasi Saran
(X2) berpengaruh secara signifikan Komitmen organisasional tidak
terhadap variabel Kinerja Guru (Y2) berpengaruh pada kepuasan kerja dan
sebesar 45,4%. Sedangkan pengaruh tidak kinerja guru. Hal ini disebabkan oleh
langsung atau melalui variabel kepuasan banyaknya guru baru dengan status guru
kerja sebesar 23,2%. Artinya adalah tidak tetap. Oleh karena itu, kedepan
kepuasan kerja tidak memediasi budaya penelitian sebaiknya ditujukan kepada
organisasi terhadap kinerja guru. responden guru tetap dan atau guru yang
memiliki masa kerja lebih dari sepuluh
PENUTUP tahun.
Simpulan Model 1 dengan dua variabel
Penelitian ini bertujuan untuk independen memiliki pengaruh lebih besar
14
daripada model 2 yang memiliki tiga Ahmad, Habib. et al. 2010. “Relationship
variabel independen. Artinya pengaruh between Job Satisfaction, Job
pada model 2 belum maksimal. Oleh Performance Attitude towards
karena itu, kedepan perlu dilakukan Work and Organizational
penelitian dengan model yang berbeda. Commitment”. European Journal
Hasil uji model dalam penelitian ini of Social Sciences – Volume 18,
sangat terbatas, baik variabel yang Number 2. pp. 257-267.
mempengaruhi kepuasan kerja (10,2%) Allen, N. J., & Meyer, J. P. (1990). “The
maupun variabel yang mempengaruhi measurement and antecedents of
kinerja guru (28,2%). Untuk itu, peneliti affective,continuance and
selanjutnya disarankan menambah variabel normative commitment to the
yang lain untuk menguji pengaruh organization”. Journal of
kepuasan kerja maupun kinerja guru. Occupational Psychology, Vol.
Komitmen organisasional tidak 63, 1-18.
berpengaruh terhadap kepuasan kerja guru. Engko, Cecilia. 2006. “Pengaruh
Oleh karena itu, kepala sekolah harus Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
memperhatikan faktor-faktor yang lain Individual dengan Self Esteem
untuk mewujudkan kepuasan kerja guru dan Self Efficacy sebagai
karena kinerja guru dipengaruhi secara Variabel Intervening”.
positif oleh kepuasan kerja guru. Hamzah, Uno, (2010). Teori Motivasi dan
Pengaruhnya. Jakarta : Bumi
Keterbatasan Penelitian Aksara.
Hasil uji determinasi menghasilkan Hanna, Elizabeth & Firnanti, Frizka. 2013.
model kurang baik karena Adjusted R “Faktor-Faktor yang
Square dari pengaruh variabel Komitmen Mempengaruhi Kinerja Auditor”.
Organisasional dan Budaya Organisasi Jurnal Bisnis dan Akuntansi.
terhadap Kepuasan Kerja Guru hanya Vol.15 No.1 hlm.13-28.
sebesar 10,2% dan hasil uji determinasi Hasibuan, Malayu SP, 2010, Manajemen
dari pengaruh variabel Komitmen Sumber Daya Manusia. Edisi
Organisasional, Budaya Organisasi dan Revisi Cetakan ke dua belas.
Kepuasan Kerja Guru terhadap Kinerja Sinar Grafika Offset.
Guru, Adjusted R Squarenya sebesar Hasibuan, Malayu SP. 2007. Organisasi
28,2%. dan Motivasi. PT Bumi Aksara.
Keterbatasan lainnya terletak pada Jakarta.
data jawaban responden yang cenderung Jumari et al. 2013. “Pengaruh Budaya
menyebar sehingga ada indikator yang Organisasi, Efikasi Diri dan
tidak valid. Keterbatasan ini akan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja
berdampak pada ketepatan prediksi, karena Mengajar Guru SMK Negeri
akan menggangu konsistensi hasil Kecamatan Denpasar Selatan”. e-
penelitian. Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha
DAFTAR PUSTAKA Program Studi Administrasi
Ade, Ruslan. et al. 2013. “The Influence of Pendidikan. Vol. 4.
Organizational Commitment and Koesmono, H. Teman. 2005. “Pengaruh,
Individual Competence on Motivasi, Budaya Organisasi,
Teacher Performance”. Kepemimpinan Transformasional,
International Journal of Business Transaksional Terhadap
and Behavioral Sciences. Vol. 3, Kepuasan Kerja dan Komitmen
No. 8. Hlm. 18-35. Organisasional Guru SMA
15
Swasta Kristen Petra”. Jurnal terhadap Organizational
Mitra Ekonomi dan .Manajemen Citizenship Behavior dan
Bisnis. Vol. 4. No. 1. hlm. 56-68. Komitmen Organisasional dengan
Kusmaryani, Rosita Endang. 2009. Mediasi Kepuasan Kerja. Tesis.
“Komitmen Terhadap Pekerjaan Denpasar: Universitas Udayana.
dan Kinerja Guru Pembimbing di Riduwan.(2010). Metode dan Teknik
Kabupaten Bantul”. Jurnal Menyusun Proposal Penelitian.
Penelitian Dan Pengembangan Bandung : Alfabeta
Pemerintah Provinsi DIY. Vol. 1 Robbins-Judge. 2009. Organizational
No. 1. Behavior 13th Edition. New Jersy
Luthans, Fred, 2006, Perilaku Organisasi, : Pearson Education Inc.
Edisi 10, Andi, Yogyakarta. Sabri, Pirzada Sami Ullah, et al. 2011.
Mangkunegara, Anwar Prabu (2001). “Organizational Culture and Its
Manajemen Sumber Daya Impact on the Job Satisfaction of
Manusia Perusahaan. Bandung: the University Teachers of
Remaja Rosdakarya. Lahore”. International Journal of
Matondang, 2008. Kepemimpinan: Budaya Business and Social Science. Vol.
Organisasi Dan Manajemen 2 No. 24. Pp 121-128.
Strategik. Edisi Pertama, Graha Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Ilmu, Yogyakarta. Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Mutmainah, et al. 2013. “Organizational Taylor, J.W.V and John, M.C. 1999.
Culture, Leadership Style “Leadership Style, School
Influence on Organizational Climate and Institutional
Commitment and Performance of Commitment of Teachers”.
Teachers”. International Journal International Forum, 2 (1).
of Business and Behavioral Undang-Undang Republik Indonesia
Sciences Vol. 3, No.10; pp 54-65. Nomor 14 tahun 2005 tentang
Noe, R.M., and Mondy, R.W. (2006). Guru dan Dosen.
Human Resource Management. Wahyuni, Dewi Urip, et al. 2014.
Prentice Hall International. “Influence of Organizational
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Commitment, Transactional
Nomor 35 Tahun 2010 tentang Leadership, and Servant
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Leadership to the Work
Jabatan Fungsional Guru dan Motivation, Work Satisfaction
Angka Kreditrnya.. and Work Performance of
Porter, M.E. (2008) "The Five Competitive Teachers at Private Senior High
Forces That Shape Strategy", Schools in Surabaya”.
Harvard Business Review, Educational Research
January 2008, pp. 79–93. International Vol. 3(2). Hlm.
Rahmi, B. Maptuhah. 2013. Pengaruh 82-96
Kepemimpinan Transformasional

16

Das könnte Ihnen auch gefallen