Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ABSTRACT
This study aimed to identify, determine and formulate the mitigation strategies of
shallot supply chain risk using Fuzzy FMEA and AHP. Risk identification was performed
on shallot supply chain actors include farmers (suppliers), tengkulak (distributors) and
pengecer (retailers). Fuzzy FMEA was used as a tool to measure the risks identified
priorities. AHP was used as a tool for determining the weighting strategies in supply chain
risk mitigation strategies. Research showed that there were some risks identified on the
perpetrators of the supply chain in terms of supply and demand. Risk priorities for supply
chain farmers (suppliers) were risks associated with government policies that were policies
related to shallot imports, the risk priority of middlemen (distributors) supply chain was
risks associated with shallot imports competition, and the risk priority of retailers supply
chain was a risk for competitor with other retailers. There were six alternative mitigation
strategies, and the highest priority was choosing the right varieties, followed by a
partnership, improve the promotion, maintain quality, maintain price stability, and maintain
supplies.
Keywords: AHP, Fuzzy FMEA, Risk Management, Shallot.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, menentukan dan merumuskan
strategi mitigasi risiko rantai pasok bawang merah menggunakan FMEA Fuzzy dan AHP.
identifikasi risiko dilakukan terhadap pelaku rantai pasok bawang merah termasuk petani
(pemasok), tengkulak (distributor) dan pengecer (retailer). Fuzzy FMEA digunakan sebagai
alat untuk mengukur risiko prioritas yang diidentifikasi. AHP digunakan sebagai alat untuk
menentukan bobot strategi mitigasi risiko rantai pasok. Penelitian menunjukkan bahwa ada
beberapa risiko yang teridentifikasi pada para pelaku rantai pasok dalam hal penawaran dan
permintaan. Prioritas risiko rantai pasok petani (pemasok) berkaitan dengan risiko
kebijakan pemerintah yaitu kebijakan terkait impor bawang merah; prioritas risiko rantai
pasok perantara (distributor) berkaitan dengan risiko persaingan dengan importir bawang
merah; dan prioritas risiko rantai pasok pengecer adalah risiko pesaing dengan pengecer
lainnya. Terdapat enam strategi mitigasi alternatif, dan prioritas tertinggi adalah memilih
varietas yang tepat, diikuti oleh kemitraan, meningkatkan promosi, menjaga kualitas,
menjaga stabilitas harga, dan menjaga persediaan.
Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017 21
Integrasi Fuzzy FMEA dan AHP Winanto dan Santoso
22 Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017
Integrasi Fuzzy FMEA dan AHP Winanto dan Santoso
fuzzy FMEA dan perangkat AHP enam responden yang terdiri dari, dua
(software Criterium Decision Plus). orang dari pihak petani, dua orang dari
pihak distributor, dan dua orang dari
Metode Penelitian pihak peritel. Kriteria severity (S)
ditunjukkan pada Tabel 1, occurance (O)
Penelitian dilaksanakan di Desa
pada Tabel 2 dan detection (D) pada
Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Batu,
Tabel 3. Faktor severity, occurance dan
Jawa Timur pada tahun 2015. Prosedur
detection pada fuzzy FMEA dievaluasi
penelitian diawali dari survei
dengan cara linguistik. Istilah linguistik
pendahuluan, studi literatur, identifikasi
dan bilangan fuzzy yang digunakan untuk
dan perumusan masalah, penentuan
mengevaluasi faktor severity, occurance
responden dan pakar, pembuatan
dan detection mengikuti Wang et al.,
kuesioner, pengumpulan data,
(2009). Kepentingan relatif dari faktor
pengukuran risiko prioritas menggunakan
severity, occurance dan detection juga
metode fuzzy FMEA, dan perumusan
dinilai bobotnya menggunakan istilah
strategi mitigasi menggunakan metode
linguistik (Wang et al., 2009). Analisis
AHP. Diagram alir penelitian dapat
data dilaksanakan di Laboratorium
dilihat pada Gambar 1.
Manajemen Agroindustri, Fakultas
Data yang didapatkan pada fuzzy
Teknologi Pertanian, Universitas
FMEA merupakan hasil dari kuesioner
Brawijaya.
dan deep interview dengan para
responden. Penelitian ini menggunakan
Penyusunan Kuesioner
Pengumpulan Data
Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017 23
Winanto dan Santoso Integrasi Fuzzy FMEA dan AHP
24 Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017
Integrasi Fuzzy FMEA dan AHP Winanto dan Santoso
Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017 25
Winanto dan Santoso Integrasi Fuzzy FMEA dan AHP
perantara. Hal ini dilakukan agar pertanian lain seperti cabe merah, cabe
memudahkan dalam mel
melakukan hijau, cabe kecil, tomat, serai, jahe, dan
penjualan dan juga mencegah mahalnya jeruk nipis. Hal ini dilakukan agar tidak
biaya.Informasi terkait pemesanan hanya bergantung pada bawang merah.
bawang merah juga dapat dilakukan Penjualan/pemasaran dilakukan secara
secara langsung ke pihak tengkulak langsung atau tanpa melalui perantara.
(distributor) agar tidak terjadi kesalahan Hal ini dilakukan agar memudahkan
informasi pemesanan. Menurut College dalam melakukan penjualan. Pemesanan
(2009), pemasaran langsung adalah ad bawang merah juga dilakukan secara
pemasaran tanpa menggunakan jasa langsung
angsung ke pihak peritel (pengecer) agar
perantara semisal agen. tidak terjadi kesalahan informasi
pemesanan. Menurut College (2009),
Peritel (Pengecer)
pemasaran langsung adalah pemasaran
Aktivitas peritel (pengecer) adalah tanpa menggunakan jasa perantara
melakukan penjualan secara langsung ke semisal agen.
konsumen akhir. Peritel (pengecer)
mendapatkan pasokan bawang merah dari Pola Aliran Rantai Pasok
distributor yang kemudian d
dijual
Aliran bawang merah di Desa
langsung ke konsumen akhir di Pasar
Torongrejoo melibatkan petani (supplier),
(
Karangploso Kabupaten Malang. Aliran
tengkulak (distributor), peritel (pengecer),
informasi pada peritel (pengecer) adalah
dan konsumen. Aliran bawang merah
dari dua arah. Pertama, retailer
dimulai dari petani (supplier) yang
merupakan sumber informasi terkait
menjual bawang merah ke pihak
produk perusahaan kepada pelanggan,
tengkulak (distributor) yang selanjutnya
selain itu feedback juga merupakan
merupak poin
dialirkan ke pihak peritel (pengecer) dan
penting dari konsumen kepada
sampai ke tangan konsumen. Pola aliran
perusahaan melalui pihak retailer.
rantai pasok bawang merah dapat dilihat
(Havaldar dan Cavale, 2007).
pada Gambar 2.
Selain memasok bawang merah,
peritel (pengecer) juga memasok hasil
26 Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017
Integrasi Fuzzy FMEA dan AHP Winanto dan Santoso
Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017 27
Winanto dan Santoso Integrasi Fuzzy FMEA dan AHP
3). Risiko berikutnya yang berpengaruh sarana produksi. Hasil penelitian ini juga
adalah ketidaktersediaan bibit (peringkat memperkuat temuan riset Budiningsih
4) dan adanya faktor gangguan cuaca dan Pujiharjo (2007) bahwa faktor
(peringkat 5). Hal ini sejalan dengan resiko awang merah disebabkan faktor
temuan riset yang dilakukan Sriyadi teknis yakni harga yang cenderung tidak
(2010); Fauzan (2016) bahwa risiko stabil. Selain itu belum adanya
produksi petani bawang merah relatif perlindungan terhadap kehadiran impor
tinggi baik karena beberapa aspek bawang merah. Faktor lainnya adalah
diantaranya inefesiensi maupun karena adanya gangguan serangan hama
keterbatasan dari sisi permodalan penyakit dan terjadinya perubahan cuaca
terutama dalam memenuhi kebutuhan yang ekstrim.
28 Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017
Integrasi Fuzzy FMEA dan AHP Winanto dan Santoso
Level I:
Strategi Mitigasi Risiko Rantai Pasok
Tujuan
Menjaga
Memilih Varietas Menjaga Menjalin Meningkatkan Menjaga
Kestabilan Level III:
Yang Tepat Kualitas Kemitraan Promosi Pasokan
Harga Alternatif
(0.381) (0.131) (0.171) (0.137) (0.081)
(0.099)
Gambar 3. Struktur hierarki AHP
Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017 29
Winanto dan Santoso Integrasi Fuzzy FMEA dan AHP
pupuk yaitu jika subsidi pupuk dikurangi daya simpan lebih tinggi, dan (5) nilai
maka akan membebani petani karena penyusutan dalam pemasaran (ekspor)
harus membeli pupuk non-subsidi yang lebih kecil, sekitar 10% (varietas lokal
memiliki harga jauh lebih mahal. mencapai 15%).
30 Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017
Integrasi Fuzzy FMEA dan AHP Winanto dan Santoso
Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017 31
Winanto dan Santoso Integrasi Fuzzy FMEA dan AHP
32 Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017