Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
NIM : 4441132389
Prof. Dr. Nurmayulis, Ir., M.P. Dr. H. Suherman, Ir., MM., M.Si
NIP. 196311182001122001 NIP. 196702091999011001
ii
HALAMAN PERNYATAAN
Adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil jiplakan. Apabila dikemudian hari
diketahui bahwa hasil penelitian saya merupakan jiplakan, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.
Muhammad Algifari
ABSTRACT
iii
problems of basic needs of Indonesian society. In addition, to realize food self-
sufficiency in Indonesia. Some basic commodities included in Special Efforts
(UPSUS) are onions, sugar, corn, soybeans, rice, chili and meat. In 2015, focused
on physical facilities or RJIT (Rehabilitation of Tertiary Irrigation Network), as
well as the optimization of land. In 2016 GP2TT (Integrated Crop Management
Empowerment Movement) moves in training, counseling and education, for the
third year or in 2017 focused on SIWAB (Cattle breeders Required) and LTT (Size
Add Planting). Production of red chili in Kramatwatu Subdistrict has fluctuated
tend to decrease, so it is necessary to empower farmers competence activities to
be better in farming. This study aims to determine the characteristics of
respondents as well as to analyze the influence Field School Program of
Cultivation of Chili Farming Behavior farmers (attitude, knowledge and skills).
The research conducted in Kramatwatu sub-district. The type of this research is
survey research. The sample used in this research is 12 people using census
technique. Data processing method used is multiple regression analysis and
hypothesis test using F test, T test and Coefficient of Determination. From the
results of this study can be concluded that all independent variables of attitude,
knowledge and skills significantly did not affect the effectiveness of Field School
Program of Cultivation of Chili Plants both simultaneously and partially.
RINGKASAN
Pada masa kini pertanian menjadi sektor yang mengalami kemajuan yang cukup
bagus dalam perkembangan teknologi, salah satunya UPSUS. Kegiatan UPSUS
iv
ini dibentuk untuk memecahkan permasalahan kebutuhan pokok masyarakat
indonesia. Selain itu, guna merealisasikan swasembada pangan di Indonesia.
Beberapa komoditas pokok yang termasuk dalam Upaya Khusus (UPSUS) yaitu
bawang, gula, jagung, kedelai, padi, cabai dan daging. Pada tahun 2015 tertuju
terhadap sarana fisik atau RJIT (Rehabilitas Jaringan Irigasi Tersier), serta
Optimalisasi lahan. Pada tahun 2016 diadakanya GP2TT (Gerakan Pemberdayaan
Pengelolaan Tanaman Terpadu) bergerak dalam pelatihan, penyuluhan dan
pendidikan, untuk tahun ketiga atau tahun 2017 tertuju pada SIWAB (Sapi
Indukan Wajib) serta LTT (Luas Tambah Tanam). Produksi cabai merah di
Kecamatan Kramatwatu mengalami fluktuatif cenderung menurun, sehingga perlu
adanya kegiatan pemberdayaan kompetensi petani agar lebih baik lagi dalam
berusah tani.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden serta
menganalisis pengaruh Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai
terhadap Perilaku petani (sikap, pengetahuan dan keterampilan).
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Kramatwatu. Jenis penelitian ini adalah
penelitian survey. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 12 orang
menggunakan teknik sensus. Metode pengolahan data yang digunakan adalah
analisis regresi berganda dan uji hipotesis menggunakan uji F, uji T dan Koefisien
Determinasi.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas yaitu
sikap, pengetahuan dan keterampilan secara signifikan tidak berpengaruh terhadap
ke efektivitasan Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai baik secara
simultan dan parsial.
RIWAYAT HIDUP
v
Penulis bernama Muhammad Algifari. Penulis dilahirkan di Kota Serang
pada tanggal 13 Juni 1995. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara,
dari pasangan Bapak Abdurahman dan Ibu Tati Aliyati. Penulis memulai
pedidikan pada tahun 2000–2001 di TK Garuda. Pada tahun 2007, penulis telah
menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN IX Serang. Pada tahun 2007-
2013 penulis menyelesaikan pendidikan SMP dan SMA di Pondok Pesantren La–
Tansa, Parakansantri, Lebak Gedong, Lebak–Banten. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan di perguruan tinggi negeri
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA) Banten melalui jalur Ujian
Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri (UMBPTN) dan diterima di jurusan
Agribisnis Fakultas Pertanian. Selama masa perkuliahan penulis pernah menjadi
anggota organisasi Himpunan Mahasiswa Agribisnis (HIMAGRI) dan Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM FAPERTA) periode 2016. Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) di Desa Deringo dengan tema
memanfaatkan limbah yang digunakan sebagai media tanam dengan cara
hidroponik. Pada tahun 2017 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP)
di Dinas Pertanian Provinsi Banten, Bidang Hortikultura.
KATA PENGANTAR
vi
memberikan arahan, masukan serta bimbingannya selama penyusunan
skripsi ini;
2. Aris Supriyo Wibowo, Ir, M.P. selaku dosen penelaah yang telah
memberikan masukan dalam proses tugas akhir;
3. Ari Tresna Sumantri, S.P., M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan arahan serta bimbingannya;
4. Kepada seluruh dosen Jurusan Agribisnis dan Ketua Jurusan Dr. Ir. H.
Suherman, M.M., M.Si yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama
masa perkuliahan;
5. Kepada seluruh staf di UPTD Kecamatan Kramatwatu;
6. Kepada kedua orangtua yang selalu mendukung, memberikan kasih sayang
dan perhatian serta jasa mereka yang tidak akan pernah dilupakan; dan
7. Kepada teman-teman seperjuangan Jurusan Agribisnis angkatan 2013 serta
anggota BEM FAPERTA periode 2016, yang telah membantu dan memberi
dukungan penuh kepada penulis.
Penulis telah berusaha agar penelitian ini bisa mencapai hasil maksimal,
tetapi penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritikan agar
kedepannya menjadi lebih baik lagi dan berguna bagi penulis dan khalayak luas.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAAN.............................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN...................................................................................iii
ABSTRACT...........................................................................................................iv
RINGKASAN.........................................................................................................v
RIWAYAT HIDUP................................................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
viii
2.2. Program Sekolah Lapang Pertanian.........................................................10
2.2.1. Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT)............11
2.2.2. Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)...............12
2.3. Tanaman Cabai (Capsicum annumm L)...................................................13
2.4. Efektivitas Penyuluhan...............................................................................14
2.4.1. Pengetahuan...................................................................................15
2.4.2. Keterampilan..................................................................................16
2.4.3. Sikap..............................................................................................17
2.5. Penelitian Terdahulu..................................................................................17
2.6. Kerangka Pemikiran...................................................................................19
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................21
ix
2.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur.................................43
2.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan........................43
2.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan
dan Luas Garapan...........................................................................44
2.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani. 45
2.2.5. Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Tanggungan
Keluarga.........................................................................................46
4.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas............................................................47
4.3.1. Uji Validitas...................................................................................47
4.3.2. Uji Reliabilitas...............................................................................48
4.4. Gambaran Umum Program Sekolah Lapang Buididaya Tanaman Cabai. .49
4.4.1. Persiapan Bibit, Lahan dan Penanaman.........................................49
4.4.2. Pemeliharaan Tanaman, Pengendalian Hama dan Penyakit..........51
4.4.3. Penanganan Panen dan Pasca Panen..............................................53
4.5. Uji Asumsi Klasik.....................................................................................55
4.5.1. Uji Normalitas................................................................................55
4.5.2. Uji Multikolinearitas......................................................................57
4.5.3. Uji Heterokedastisitas....................................................................58
4.6. Analisis Regresi Linear Berganda.............................................................59
4.6.1. Koefisien Determinasi (R2)............................................................61
4.6.2. Pengujian Hipotesis Penelitian......................................................61
BAB V....................................................................................................................65
PENUTUP.............................................................................................................65
5.1. Simpulan....................................................................................................65
5.2. Saran..........................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................68
LAMPIRAN...........................................................................................................70
x
DAFTAR TABEL
xi
4.17. Hasil regresi perilaku petani terhadap program Sekolah
Lapang Budidaya Tanaman Cabai ................................... 59
4.18. Pengujian hipotesis secara simultan (Uji F) .................... 62
4.19. Hasil Uji Hipotesis secara parsial (Uji T) ........................ 63
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Pelamunan - - - - - - - -
Lebakwana - 30 60 - - - - -
Margasana - - - - - 10 - -
Pamengkang - - - - - 80 - -
Wanayasa - - - - - - - -
Margatani - - - - - - - -
Harjatani - - - - - - - -
Serdang - - - - - - - -
Teluk 34 - 24 - - - - -
ternate
Terate - - - - - - - -
4
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12
Desa Tojong
Desa Toyomerto
Desa Pejaten
Desa Teluk
Terate
Keterangan:
Padi
Bawang/Cabai
Sayuran Daun (Bayam, Kemangi, Kangkung dan caisim)
Sumber : PPL Kec. Kramatwatu
Gambar 1. 1. Pola tanam pada Desa Tonjong, Desa Toyomerto, Desa Pejaten
dan Desa Teluk Terate.
Pola tanam pada Desa Tonjong, Desa Toyomerto, Desa Pejaten dan Desa
Teluk Terate, dimana keempat desa tersebut menggunakan sistem surjan yang
mana pada permukaan yang tinggi ditanami tanaman bawang atau cabai dan
sayuran daun (untuk Desa Pejaten). Sedangkan pada permukaan tanah yang
5
rendah (yang terairi) ditanami padi sebanyak 2 kali musim tanam pada Januari-
awal April, dan pada Akhir Mei–September.
8
9
botani berbeda dengan varietas agronomi. Varietas botani adalah suatu populasi
tanaman dalam satu spesies yang menunjukkan ciri berbeda yang jelas. Varietas
botani dapat berupa beberapa varietas agronomi. Penulisan namaya dicetak miring
dan didahului dengan singkatan “Var”.
Varietas agronomi cabai digolongkan menjadi dua macam, yaitu hibrida
dan nonhibrida. Vairetas hibrida adalah F1 (turunan pertama) hasil persilangan
dua galur murni. Varietas nonhibrida adalah varietas bersari bebas yang dapat
diperbanyak sendiri oleh petani. Produktivitas cabai hibrida umumnya lebih tinggi
dari pada nonhibrida. Keunggulan hibrida dikaitkan dengan peristiwa heterosis.
Heterosis adalah keunggulan hibrida atau hasil persilangan (F1) yang melebihi
nilai kisaran kedua tetuanya. Penanaman benih varietas hibrida hibrida pada
generasi berikutnya (generasi F2 dan selanjutnya) akan menghasilkan tanaman
yang rata-rata unggul lagi akibat adanya segregasi tanaman F2. Dengan demikian,
benih varietas hibrida selalu harus disediakan melalui persilangan dua tetua
tersebut. Karakter unggul ini digunakan melalui persilangan dua tetua tersebut.
Karakter unggul ini digunakan untuk memperoleh keuntungan komersial dari
tanaman yang diusahkan. Karakter unggul cabai medukung produksi tinggi dan
kualitas buah prima. Karakter unggul tersebut di antaranya produktivitas tinggi,
daya simpan lebih lama, tingkat kepedasan tertentu, serta kualitas buah sesuai
dengan selera konsumen.
2.4. Efektivitas Penyuluhan
Efektifitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran
yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program.
Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah
ditentukan. Van Den Ben dan Howkin (1999) mengartikan penyuluhan sebagai
keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar
dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa
membuat keputusan yang benar. Soekartawi (1988) mendefiniskan penyuluhan
pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah (informal) yang diberikan
kepada petani dan keluarganya dengan maksud agar mereka mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekelilingnya. Hal ini merupakan
15
perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat diamati secara
langsung maupun tidak langsung dengan indera manusia.
Berdasarkan pengertian-pengertian efektifitas dan penyuluhan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa efektifitas penyuluhan merupakan tercapainya
tujuan penyuluhan yaitu perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani
agar mampu membuat keputusan yang benar dalam mengatasi masalah
usahataninya sehingga petani mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan
keluarganya.
2.4.1. Pengetahuan
Soekanto, Soejono (1990), menyatakan pengetahuan adalah kesan di
dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda
sekali dengan kepercayaan, tahayul dan penerangan yang keliru.
Menurut Polanyi yang dikutip dalam Nawawi (2012), pengetahuan terdiri
atas dua jenis, yaitu pengetahuan terbatinkan atau pemikiran (tacit knowledge) dan
pengetahuan yang sudah terekam dan termodifikasi dalam dokumen (explisit
knowledge). Tacit knowledge yang diam dalam benak manusia dalam bentuk
judgement intuition, skill, nilai (value) dan belief yang sangat sulit diformulasikan
dishare dengan orang lain. Sedangkan explicit knowledge dapat berupa formula,
kaset, CD video dan audio, spesifikasi produk atau normal.
Menurut Von Krough, Ichiyo Nonaka (2000) dan Chu Wei Choo (1998)
yang dikutip dalam Nawawi (2012) menyampaikan seuatu ringkasan gagasan
yang mendasari pengertian pengetahuan (knowledge) adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan (knowledge) merupakan kepercayaan yang dapat
dipertanggungjawabkan (justified true believe).
b. Pengetahuan (knowledge) merupakan sesuatu yang eksplisit sekaligus
terpikirkan (tacit).
c. Penciptaan inovasi secara efektif bergantung pada konteks yang
memungkinkan terjadinya penciptaan tersebut.
d. Penciptaan inovasi yang melibatkan lima langkah utama.
1. Berbagai knowledge terpikirkan (tacit)
2. Menciptakan konsep
3. Membenarkan prototype
16
Alat analisis yang digunakan yaitu analisis statistik dengan Uji Wilcoxon
Match Pairs Test. Menghasilkan
a. Model pelatihan menggunakan metode ceramah efektif dalam
meningkatkan pengetahuan petani tentang teknologi budidaya
bawang putih ramah lingkungan di Kabupaten Karanganyar.
b. Peningkatan pengetahuan responden (petani) setelah mengikuti
pelatihan rata-rata sebesar 54,52 persen.
Perbedaan dengan penelitian terdahulu di atas terfokus pada, seberapa besar
Ektivitas program terhadap perilaku peserta kegiatan Sekolah Lapang Budidaya
Tanaman Cabai dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda, serta
ditujukan kepada responden yang berbeda karakteristiknya pula.
2.6. Kerangka Pemikiran
Kecamatan Kramatwatu merupakan salah satu daerah yang masyarakatnya
melakukan kegiatan usaha tani, umumnya dalam tanaman sayuran. Kegiatan
bertani di Kecamatan Kramatwatu ini sangat diperhatikan sekali oleh pihak
pemerintah dimana sudah banyak program penyuluhan yang dikembangkan di
daerah Kramatwatu ini. Sekolah lapang budidaya tanaman cabai salah satunya
program yang saat ini sedang dilakukan di daerah ini yang diikutsertakan oleh
para ketua kelompok tani dari beberapa desa yakni Desa Toyomerto, Desa Teluk
Terate, Desa Tonjong, dan Desa Pejaten.
Program Sekolah lapang budidaya tanaman cabai ini bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan keterampilan dan sikap dalam usaha tani cabai.
Peneliti ingin melihat ke efektivitasan program tersebut terhadap perilaku petani,
dengan melihat secara bersamaan pengaruh program sekolah lapang terhadap ke
tiga variabel tersebut (pengetahuan keterampilan dan sikap) serta melihat
pengaruh program sekolah lapang secara parsial atau satu-satu terhadap perilaku
petani (pengetahuan keterampilan dan sikap).
Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan di atas peneliti ingin mencoba
untuk mengkaji lebih lanjut mengenai efektivitas suatu program dalam kegiatan
Sekolah Lapang Budidaya Tanaman cabai yang di terapkan di Kecamatan
Kramatwatu, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Perilaku Petani
Keterampilan Sikap
Pengetahuan
Uji F (Simultan)
Bulan
Kegiatan
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengajuan Judul
Pelaksanaan UP
Kelapangan (Penyebaran
Kuisioner)
Pengolahan Data
Pembahasan
Seminar Hasil (Kolokium)
Ujian Komprehensif
21
22
penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil data primer dimana data primer
yaitu data berdasarkan yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung dari
tempat penelitian dan untuk melengkapi data yang dilakukan adalah wawancara
mendalam kepada responden/informan dengan berpedoman pada daftar
pertanyaan yang erat kaitannya dengan permasalahannya yang akan diteliti.
Pada teknik pengumpulan data primer peneliti dapat menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data, diantaranya :
a) Observasi/Pengamatan
Observasi atau pengamatan adalah teknik pengumpulan data dengan cara
melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti.
b) Wawancara/Interview
Wawancara adalah pengumpulan data dengan menggunakan teknik
wawancara mendalam atau antara peneliti dan responden/informan yang
dilakukan untuk mendapatkan keterangan lebih lengkap dan jelas.
Pengumpulan data yang dibimbing oleh pedoman wawancara yang
dipersiapkan. Teknik ini disertai pencatatan konsep, gagasan, pengetahuan
responden/informan yang dilakukan lewat atatap muka.
c) Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang berupa selembaran
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada sasaran/petani mengenai
kegiatan sekolah lapang budidaya tanaman cabai.
d) Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan membaca,
pembelajaran secara kelompok (Discussion) dan mengutip pendapat dari para
ahli, penelitian terdahulu, jurnal dan lainnya yang bersangkutan dengan
penelitian.
e) Dokumentasi
Merupakan salah satu cara memperoleh data dengan sejumlah dokumentasi
yang berasal dari dinas dan instansi terkait, selain itu menghimpun dan
merekam data yang bersifat Dokumentatif.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel
bebas saling berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel
ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasinya antar sesama variabel
bebas lain sama dengan nol.
Dalam penelitian ini teknik untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas didalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan
Variance inflation factor (VIF), nilai tolerance yang besarnya diatas 0,1 dan
nilai VIF dibawah 10 menunjukkan bahwa tidak ada multikolinearitas diantara
variabel bebasnya (Ghozali, 2006).
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas yang berarti terdapat varian variabel yang tidak
sama dalam model regresi yang terbentuk. Konsekuensi adanya
heteroskedastisitas dalam model regresi ini adalah penaksiran yang diperoleh
tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun sampel besar. Model regresi yang
baik tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi adanya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan menggunakan model Glejser dengan melihat signifikansi output
yang lebih besar. Jika nilai probabilitas (nilai sig) lebih besar dari 0,05 maka dapat
disimpulkan tidak ada heteroskedastisitas dan sebaliknya (Imam Ghozali, 1995 :
81-82). Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji heteroskedastisitas
menurut Priyanto (2013) adalah :
26
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
X3 = Sikap
36
37
topografi pada umumnya merupakan daratan yang memiliki ketinggian rata-rata <
20 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Luas wilayah Kecamatan Kramatwatu adalah 48,59 km2, yang terdiri dari
16 desa. Salah satu desa yang memiliki luas wilayah terluas adalah desa tonjong
yaitu 5,94 km2. Desa Tonjong memiliki luas lahan pertanian yang luas
dibandingkan desa lain di Kecamatan Kramatwatu. Desa Margatani merupakan
desa dengan luas wilayah terkecil diantara desa–desa yang ada di Kecamatan
Kramatwatu, dengan luas wilayah 2,47% dari luas wilayah Kecamatan
Kramatwatu. Berikut gambaran peta Kramatwatu pada gambar 4.1. di bawah ini.
Honorer. Setiap aparatur desa mendapat penghasilan tetap (SilTap) yang telah
diatur dalam Undang–Undang dan masuk anggaran belanja pegawai desa. Berikut.
Tabel 4. 1. Statistik Pemerintahan Kecamatan Kramatwatu
dan SMA sudah optimal sehingga untuk memaksimalkan proses belajar mengajar
di tingkat SD perlu dilakukan penambahan guru. Rasio murid–guru per jenjang
pedidikan SD, SMP dan SMA masing–masing 29, 16 dan 9. Rasio murid terhadap
guru untuk jenjang SMP dan SMA tergolong kecil dikarenakan peminat murid
sekolah swasta rendah.
Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Kramatwatu dinilai cukup baik,
karena banyak penduduk yang menyelesaikan pendidikan SD, SMP, SMA,
DI/DII/DIII/DIV bahkan S1/S2/S3 dengan presentase 21,275%, 20,146%,
19,81%, 9,82% dan 11,992%. Hal tersebut menunjukan bahwa masih banyak
penduduk Kecamatan Kramatwatu yang memprioritaskan pendidikan. Walaupun
tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Kramatwatu lebih banyak yang hanya
telah menyelesaikan pendidikan SD, tetapi cukup banyak penduduk kecamatan
Kramatwatu yang telah menyelesaikan pendidikan diatas tingkat pendidikan SD.
Berikut tingkat pendidikan Kecamatan Kramatwatu berdasarkan tingkat pedidikan
dapat dilihat paaa Tabel 4.5.
Tabel 4. 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Presentase
1 Belum Sekolah 4.054 4,163
2 Tidak Sekolah 2.155 2,213
3 Tidak Tamat SD 10.299 10,576
4 SD 20.718 21,275
5 SMP 19.618 20,146
6 SMA 19.296 19,815
7 DI/DII/DIII/DIV 9.536 9,820
8 S1/S2/S3 11.678 11,992
Total 97.381 100
Sumber: Monografi Kecamatan Kramatwatu 2015
Luas garapan tersebut yang khusus ditanami tanaman cabai saja, karena di
Kecamatan Kramatwatu meggunakan sistem surjan dimana permukaan rendahnya
digunakan untuk padi, sedangkan permukaan yang tingginya digunakan untuk
bawang merah dan tanaman cabai dari program Sekolah Lapang. Untuk lebih
jelasnya, berikut data luas garapan peserta Sekolah Lapang Budidaya Tanaman
cabai di Kecamatan Kramatwatu.
Tabel 4. 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Garapan Lahan Peserta Kegiatan
Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai di Kecamatan Kramatwatu
Luas Lahan (Ha) Jumlah (Jiwa) Persentasi (%)
0,01 – 0,15 5 41,67
0,16 – 0,50 5 41,67
0,51 – 1 2 16,67
Jumlah 12 100
Sumber: Data Primer 2017 (diolah)
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa 83,34% luas lahan garapan peserta
sekolah lapang budidaya tanaman cabai dibawah setengah hektar.
Keterampilan (X3)
X3.1 0,843 0,576 VALID
X3.2 0,918 0,576 VALID
X3.3 0,916 0,576 VALID
X3.4 0,858 0,576 VALID
X3.5 0,916 0,576 VALID
X3.6 0,899 0,576 VALID
X3.7 0,916 0,576 VALID
X3.8 0,598 0,576 VALID
X3.9 0,808 0,576 VALID
X3.10 0,858 0,576 VALID
Berdasarkan Tabel 4.13 hasil uji validitas menunjukan r hitung dari indikator
variabel sikap, keterampilan dan program sekolah lapang budidaya tanaman cabai,
semuanya lebih besar daripada r , sehingga dapat disimpulkan bahwa semua
tabel
indikator yang digunakan valid untuk dijadikan sebagai alat ukur variabel.
4.3.2. Uji Reliabilitas
Alat untuk mengukur reliabilitas adalah Alpha Cronbach. Suatu variabel
dikatakan reliabel apabila :
Hasil α ≥ 0,60 = reliabel
48
a. Lahan Pembibitan
Pembibitan dilakukan untuk mempersiapkan bibit hingga siap ditanam
dilahan. Hal-hal yang perlu ditimbangkan dalam pemilihan tempat persemaian
seperti tempat pembibitan cukup mendapatkan cahaya matahari dan tidak
ternaungi, dekat dengan sumber air, dekat dengan areal penanaman untuk
mempermudah pengangkutan bibit, serta bebas dari sumber inang hama dan
penyakit.
b. Persiapan Media Semai
Media semai bermanfaat sebagai media awal tumbuh bibit. Oleh karena
itu, persiapan media semai merupakan caampuran dari berbagai bahan seperti
tanah, pupuk kandang, cocopeat dan arang sekam. Media semai yang baik
memiliki ciri remah, halus, tidak mudah memadat dan kaya bahan organik tetapi
sudah terdekomposisi dengan baik.
49
c. Penyemaian Benih
Benih dapat langsung disemai di polybag kecil atau tray atau
dikecambahkan terlebih dahulu. Agar diperoleh hasil yang baik, benih dirangsang
terlebih dahulu untuk berkecambah. Bahan yang digunakan untuk merangsang
perkecambahan adalah kertas atau kain lembab dan zat perangsang tumbuh seperti
Atonik.
d. Pemeliharaan Pembibitan
Pemeliharaan pembibitan meliputi penyiraman, pemupukan dan
pengendalian organisme pengganggu tanaman. Pemupukan bibit bermanfaat
untuk menghasilkan bibit yang berkualitas. Pupuk yang digunakan, yaitu pupuk
daun (misalnya NPK mutiara 16:16:16, NPK Phonska atau NPK pelangi).
Pengendalian organisme pengganggu tanaman sejak di pembibitan sangat penting.
Organisme pengganggu tanaman yang sering menyerang bibit cabai adalah
penyakit rebah kecambah, kutu daun, kutu thrips dan tungau.
Cabai memerlukan tanah yang gembur, remah, bebas gulma, seta cukup air
dan hara. Setelah melakukan tata letak lokasi penanaman di lahan luas atau
pekarangan, tahap selanjutnya adalah persiapan lahan. Persiapan lahan untuk
penanaman cabai meliputi pengolahan tanah, pembuatan bedengan, pengapuran,
pemupukan dasar dan pemasangan mulsa plastik hitam perak.
Pengolahan tanah bertujuan untuk menggemburkan tanah, memperbaiki
aerasi dan draenase tanah, serta mengendalikan gulma. Untuk mencapai tujuan
tersebut, diperlukan pembajakan tanah, penghalusan tanah dan pembuatan
bedengan. Adapun cara pengolahan tanah seperti pembersihan lahan dan sisa–sisa
tanaman dan sampah, bajak atau cangkul tanah ± 30-50 cm, gemburkan tanah
sedalam ± 20 cm secara merata sebelum dibuat bedengan, buat bedengan dengan
ukuran lebar 100-110 cm dan panjang 10-15 cm serta atur bedengan sehingga
memanjang dari arah timur ke barat, buat saluran drainase di sekeliling lahan
pertanaman dengan kedalaman 70 cm dan lebar 60 cm.
Pengapuran tanah dilakukan apabila tanah memiliki pH < 5,5. Derajat
keasaman (pH) tanah yang ideal untuk penanaman cabai sekitar 5,5-6,8.
Pengapuran bertujuan untuk menaikkan pH tanah agar sesuai dengan kebutuhan
tanaman danmeningkatkan unsur hara. Selain itu pengapuran berfungsi sebagai
50
mendorong aktivitas jasad renik tanah dalam proses nitrifikasi dan penguraian
bahan organik tanah.
Pemberian pupuk dasar adalah pemberian pupuk organik atau pupuk
kandang dan anorganik sebelum penanaman cabai. Pemberian pupuk kandang
diperlukan untuk memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan jumlah
organisme tanah yang berguna dalam proses penguraian bahan organik menjadi
bahan yang tersedia bagi tanaman. Pupuk kandang yang digunakan di antaranya
kotoran sapi, kotoran kerbau, kotoran kambing, kotoran ayam, kotoran kuda,
kotoran itik dan kotoran puyuh. Selain pupuk kandang, pupuk dasar yang
diberikan adalah ZA, urea, SP 36, KCL dan borat.
Pemasangan mulsa sangat diperlukan dalam teknik budidaya tanaman
cabai. Mulsa memiliki manfaat seperti pada plastik warna hitamnya sebagai
menekan pertumbuhan gulma, menjaga tanah tetap gembur, menjaga kestabilan
suhu dan kelembapan tanah. Adapun warna perak pada plastik mulsa berfungsi
sebagai memantulkan cahay matahari sehingga mengurangi serangan hama apids,
thrips, tungau, serta meningkatkan kualitas buah.
Pengaturan jarak tanam penanaman cabai berpengaruh terhadap keadaan
iklim mikro di sekitar tanaman dan penerimaan cahaya. Jarak tanam yang terlalu
dekat dapat mengakibatkan kepadatan tanaman lebih tinggisehingga dapat
meningkatkan kelembapan udara di sekitar tanaman dan medukung kehidupan
organisme pengganggu tanaman, terutama cendawan dan bakteri. Pengaturan
jarak tanam cabai ditanam dengan jarak ± 50 cm-60 cm.
Penentuan waktu tanam didasarkan pada musim dan kebutuhan pasar. Keadaan
cuaca dalam budidaya tanaman cabai berpengaruh terhadap perkembangan
organisme pengganggu tanaman, yaitu hama dan patogen. Waktu tanam yang baik
untuk lahan kering adalah akhir musim hujan (Maret-April). Sedangkan pada
musim hujan agar dapat memperoleh nilai tinggi dilakukan pada bulan oktober
dan panen pada bulan desember. Cara penanaman bibit cabai di lahan dilakukan
dengan hati-hati pada saat pemindahan bibit dari semaian ke lahan, kemudian
ditanam ke dalam lubang dan dipadatkan dengan ujung jari.
51
seperti thrips, apids, tungau dan kutu kebul. Serangan penyakit tertentu yang
disebabkan oleh cendawan dan bakteri akan semakin tinggi saat musim hujan.
Persyaratan
Jenis Uji Satuan
Mutu I Mutu II Mutu III
1. Keragaman warna % Merah ≥ (95) Merah ≥ (95) Merah ≥
2. Kesergaman % Seragam (98) Seragam (97) (95)
- Bentuk % 98 Normal 96 Normal Seragam
3. Keseragaman Ukuran (95)
a. Cabai Merah Besar Segar 95 Normal
- Panjang Buah cm 12-14 9-11
- Garis tengah pangkal cm 1,5-1,7 1,3- < 1,5
b. Cabai merah keriting <9
- Panjang buah cm > 12-17 10- < 12 < 1,3
- Garis tengah pangkal cm > 1,3-1,5 1,0- < 1,3
4. Kadar kotoran % 1 2 < 10
5. Tingkat kerusakan dan busuk < 1,0
a. Cabai merah segar % 0 1 3
b. Cabai merah keriting % 0 1
Hasil dari gambar di atas menunjukkan bahwa data tersebut normal namun
lemah karena titik–titik tersebut hanya beberapa yang mendekati garis, nilainya
sedikit karena mendekati nilai 0,05.
4.5.2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitass dilakukan untuk menguji dalam model regresi
apakah ditemukan korelasi antara variabel bebas (dependen) dengan variabel tidak
bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel independennya. Untuk uji multikolinearitas pada penelitian ini
adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Nilai VIF yang lebih
kecil dari 10 dan nilai Tolerance lebih besar dari 0,10 menunjukkan adanya gejala
multikolinearitas dalam model regresi (Ghozali, 2011).
Berdasarkan hasil output SPSS, uji multikolinearitas pada output
coefficients dapat dilihat pada Tabel 4.16 dimana diperoleh nilai VIF untuk semua
variabel independen yaitu Sikap (X1), Pengetahuan (X2), dan Keterampilan (X3),
bernilai lebih kecil dari 10, maka model tersebut dikatakan tidak terjadi
multikolinearitas. Hasil pengujian nilai Tolerance juga menunjukkan tidak ada
variabel independen yang memiliki nilai Tolerance lebih besar dari 0,10 yang
berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel dalam
model regresi pada penelitian ini.
57
Berdasarkan hasil uji ketiga variabel bebas tersebut menyatakan nilai yang
lebih kecil dari 10 terhadap VIF dan nilai yang lebih besar dari 0,1 terhadap nilai
toleransi maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi korelasi pada data yang
mengidentifikasi variabel bebas artinya masing-masing variabel pada variabel
bebas yang digunakan yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan tersebut berdiri
sendiri dan tidak tergantung satu dengan lainnya.
Hasil dari scatterplot yang ditampilkan pada gambar diatas, dapat dilihat
bahwa data tidak membentuk suatu pola tertentu dan titik-titik data tidak hanya
mengumpul diatas atau dibawah angka 0 saja melainkan menyebar diatas dan
dibawah. Hal ini berarti heteroskedastisitas pada model regresi, layak dipakai
untuk Sekolah Lapang (Y) berdasarkan masukan dari variabel bebas yaitu
Pengetahuan (X1), Keterampilan (X2), dan Sikap (X3), karena hasil output
dinyatakan titik–titik meyebar, sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 4. 17. Hasil Regresi Program Sekolah Lapang Terhadap Perilaku Petani
59
Standardized
Model Unstandardized Coefficients Coefficients
Dari hasil analisis regresi berganda diatas dapat dibuat persamaan sebagai berikut:
b. Keterampilan (X2)
Berdasarkan hasil model regresi di atas, koefisien variabel keterampilan
(X3) memiliki nilai 0,116. Nilai regresi tersebut bernilai positif yang menunjukkan
adanya hubungan searah antara variabel keterampilan dengan variabel sekolah
lapang. Artinya, jika variabel keterampilan turun satu satuan maka Program
Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai akan mengalami peningkatan sebesar
0,116 dengan asumsi variabel lain tetap. Dengan demikian, semakin menurun
keterampilan petani terhadap budidaya tanaman cabai maka kinerja efektivitas
Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai akan semakin meningkat.
c. Sikap (X3)
Berdasarkan hasil perhitungan regresi diatas, koefesien variabel sikap (X1)
memiliki nilai – 0,197. Nilai koefisien regresi ini bersifat negatif yang
menunjukkan tidak terdapat hubungan searah antara variabel sikap dengan
Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai. Artinya, jika variabel sikap
turun satu satuan maka Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai akan
mengalami penurunan sebesar 0,197 dengan asumsi variabel lain tetap. Dengan
kata lain, semakin menurun sikap petani dalam berbudidaya tanaman cabai maka
kinerja efektivitas Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai akan
semakin berkurang.
4.6.1. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar
persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai adjusted
R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen sangat terbatas. Jika nilai mendekati satu maka variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Hasil uji adjusted R2 dapat dilihat pada
Lampiran 7.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan software SPSS versi 21.0,
dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (adjusted R2) yang diperoleh
adalah sebesar -0,265 atau -26,5%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel sikap,
pengetahuan, dan keterampilan terhadap program sekolah lapang budidaya
61
tanaman cabai memiliki kontribusi sangat rendah yaitu sebesar, -26,5% dan
sisanya sebesar 126,5 % dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel bebas (X)
penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa variabel terikat (Y) mampu dijelaskan
oleh variabel bebas dengan kriteria ketepatan yang cukup rendah.
ANOVAa
Model Sum of Df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 32,485 3 10,828 ,231 ,872b
Total 407,442 11
a. Dependent Variable: Sekolah Lapang
b. Predictors: (Constant), Keterampilan, Pengetahuan, Sikap
Sumber: Hasil Penelitian, data diolah (2017)
maka diperoleh nilai Ftabel sebesar 4,07 kemudian membandingkan nilai Fhitung
dengan Ftabel, maka diperoleh nilai Fhitung (0,231) < Ftabel (4,07). Hal ini
menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya variabel bebas yang
terdiri dari sikap, pengetahuan dan keterampilan secara simultan atau bersama-
sama tidak berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel terikat yaitu Program
Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai.
Nilai signifikan yang rendah menunjukkan bahwa perilaku petani yang
terdiri dari sikap, pengetahuan dan keterampilan menunjukkan tidak berpengaruh
sangat nyata terhadap Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai.
Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa jika tidak adanya perilaku petani
yang baik maka akan mengakibatkan berkurangnya kinerja efektivitas Program
Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai, atau semakin rendahnya perilaku
petani maka tidak akan meningkatkan kinerja Program Sekolah Lapang Budidaya
Tanaman Cabai.
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 38,038 13,105 2,903 ,020
Pengetahuan -,887 1,561 -,197 -,568 ,586
1
Keterampilan ,094 ,328 ,116 ,286 ,782
Sikap -,237 ,393 -,240 -,602 ,564
a. Dependent Variable: Sekolah Lapang
Sumber: Hasil Penelitian, data diolah (2017)
63
Berdasarkan Tabel 4.19 dapat dilihat nilai thitung dari setiap variabel bebas
(X) dalam penelitian ini. Nilai thitung dari setiap variabel bebas akan dibandingkan
dengan nilai ttabel dengan menggunakan tingkat kepercayaan (confiedence interval)
5% atau α = 0,05 maka diperoleh nilai t tabel 1,860. Pengujian juga dilakukan
berdasarkan nilai signifikansi, jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan jika
signifikansi > 0,05 maka H0 diterima. Dari hasil uji t dapat diketahui pengaruh
setiap variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan (X1)
Pengaruh pengetahuan (X1) terhadap program Sekolah Lapang Budidaya
Tanaman Cabai (Y) secara parsial dapat dilihat dari hasil uji parsial. Nilai t hitung (-
0.568) lebih kecil dari ttabel (1,860), maka keputusannya adalah H0 diterima dan H1
ditolak. Dilihat dari nilai signifikansi yaitu 0,586 > 0,05 artinya bahwa H 0
diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkam bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan antara variabel pengetahuan (X2) secara parsial
terhadap Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai (Y).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan petani tidak
memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap program Sekolah Lapang
Budidaya Tanaman Cabai. Berdasarkan hasil uji secara parsial bahwa terdapat
pengaruh positif dan signifikan antara pengetahuan petani terhadap program
Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai, artinya pengetahuan petani sudah
sesuai sehingga efektivitas program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai
meningkat.
b. Keterampilan (X2)
Pengaruh keterampilan (X2) terhadap program Sekolah Lapang Budidaya
Tanaman Cabai (Y) secara parsial dapat dilihat dari hasil uji parsial. Nilai t hitung
(0,286) lebih kecil dari ttabel (1,860), maka keputusannya adalah H0 diterima dan
H1 ditolak. Dilihat dari nilai signifikansi yaitu 0,782 > 0,05 artinya bahwa H 0
diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkam bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan antara variabel keterampilan (X3) secara parsial
terhadap Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai (Y).
c. Sikap (X3)
64
65
66
5.2. Saran
Luas lahan yang sempit mengakibatkan produktivitas semakin menurun,
untuk itu petani harus bisa mempertahankan dan memanfaatkan lahan sebaik
mungkin dengan luas yang minim dalam proses kegiatan produksi tanaman cabai
di Kecamatan Kramatwatu.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Wirawan, M. C., & dkk (2011). Panduan Sekolah Lapangan Budidaya
Kopi Konservasi. Jakarta: Conservation International Indonesia.
68
69
Moeksan, T.K., Prabaningrum, L., Gunadi, N., & Adiyoga, W. (2010). Modul
Pelatihan SL PTT Cabai Merah - Bawang Merah. Pasarminggu-Jakarta:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.
Syukur, M., Yuniati, R., Dermawan, & Rahmansyah (2012). Sukses PANEN
CABAI Tiap Hari. jakarta: Penebar Swadaya.
70
71
71
Lampiran 1. Kuesioner
I. Identitas Responden
1. Nama Responden :
2. Alamat :
3. Kel. Tani
6. Pendidikan Terakhir :
7. No. Telp/Hp :
8. Pengalaman : Tahun
Berusahatani
9. Luas Garapan : Ha
c) Mengurangi gulma
21. Fungsi dar kapur pertanian (kaptan) adalah
a) Menambah unsur hara
b) Menetralkan pH tanah
c) Sebagai pestisida
22. Gejala busuk (seperti terbakar) pada buah cabai merah disebabkan oleh
a) Thrips
b) Tungau
c) Patek atau antraknosa
23. Pemupukan dasar pada tanaman cabai merah dilakukan pada
a) Setelah ditutup mulsa
b) Sebelum ditutup mulsa
c) Bersamaan menutup mulsa
2.1.3. Penanganan Panen dan Pasca Panen
24. Bagaimana cara memanen tanaman cabai
a) Dilakukan pemetikan satu persatu dengan menyertakan tangkainya
b) Dipisahkan antara yang sehat dan yang sakit
c) Benar keduanya
25. Berapa interval dalam pemanenan tanaman cabai
a) 1 s/d 2 hari
b) 2 s/d 3 hari
c) 3 s/d 4 hari
26. Hasil panen dibawa ke tempat penyimpanan sementara untuk
diseleksi/grading. Apa fungsi grading
a) Menyatukan segala kondisi
b) Memisahkan antara cabai yang sehat dengan yang sakit
c) Memisahkan tangkai dan buahnya
27. Di dalam grading menghasilkan 2 grade, grade yang seperti apakah yang
dijual dipasaran
a) Semua benih cabai yang menguning
b) Varietas seragam, panjang minimal 10 cm, serta merah sempurna >
98%
74
c) Keduannya benar
28. Bagaimana cara pengemasan tanaman cabai
a) Pengemasan menggunakan sterofoam berisian es
b) Pengemasan menggunakan kardus atau kantong plastik nilon (waring)
c) Pengemasan menggunakan peti
2.2. Keterampilan Responden dalam Kegiatan Sekolah Lapang Budidaya
Tanaman Cabai
Sangat Terampil
Terampil
Ragu - Ragu
Tidak Terampil
1 2 3 4 5 6 7
2.3. Sikap Responden dalam Kegiatan Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai
Sangat Melakukan
Melakukan
Kurang Melakukan
Tidak Melakukan
Melakukan
Sangat Tidak
1 2 3 4 5 6 7
No. Pernyataan
SS S KB TB STB
1 2 3 4 5 6 7
Penggunaan benih yang diberikan
oleh program Sekolah Lapang
Budidaya Tanaman Cabai merupakan
benih unggulan
Lahan yang digunakan sudah baik
dari segi keasaman tanah (Ph),
kebutuhan air (pengairan) serta
pemupukan dasarnya
Membuat tempat khusus untuk
penyemaian benih
Penggunaan mulsa dapat berpengaruh
dalam proses pertumbuhan
Pembagian pupuk yang diberikan
pemerintah untuk program sekolah
lapang sudah mencukupi kebutuhan
Melakukan penyiapan sumber air
untuk penyiraman
Partisipasi petani terhadap kegiatan
pengamatan OPT (Organisme
Pengganggu Tanaman) dan Penyakit
pada tanaman Cabai
Produksi Cabai yang dihasilkan dari
program tersebut optimal
Adanya proses standarisasi dan
grading terhadap hasil produksi yang
dihasilkan
Melakukan pengemasan terhadap
hasil panen
Lampiran 2. Data Responden
78
Lampiran 3. Data Skor Jawaban Responden Sebelum di MSI kan
a. Pengetahuan (X2)
Item Pertanyaan
No. Responden
X2.1 X2.2 X2.3
01 4 4 4
02 4 3 3
03 6 4 4
04 6 4 4
05 6 4 4
06 5 4 4
07 6 4 4
08 5 6 6
09 4 4 4
10 6 6 6
11 5 5 5
12 6 5 5
b. Keterampilan (X3)
Item Pertanyaan
No. Responden
X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 X3.10
01 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
02 3 3 4 4 4 4 4 2 2 4
03 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3
04 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4
05 5 5 5 5 5 4 5 2 4 5
06 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
07 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4
08 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
09 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4
10 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5
11 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4
12 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4
79
c. Sikap (X1)
Item Pertanyaan
No. Responden
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10
01 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4
02 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4
03 2 2 1 3 4 4 4 3 4 4
04 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
05 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5
06 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4
07 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2
08 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
09 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5
10 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4
11 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
80
Lampiran 4. Data Skor Jawaban Responden yang di MSI kan
a. Sikap
No.
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 Jumlah
Responden
01 2,799 2,799 2,840 2,499 3,140 4,680 3,007 2,503 1,681 2,711 28,658
02 2,799 2,799 2,840 2,499 1,681 2,840 3,007 3,776 2,840 2,711 27,792
03 1,000 1,000 1,000 1,000 3,140 2,840 3,007 1,681 2,840 2,711 20,218
04 2,799 2,799 2,840 2,499 3,140 2,840 3,007 3,776 2,840 2,711 29,250
05 2,799 2,799 2,840 2,499 3,140 2,840 3,007 2,503 2,840 4,339 29,605
06 2,799 2,799 2,840 3,998 3,140 2,840 3,007 2,503 4,339 2,711 30,975
07 1,000 1,000 1,681 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 10,681
08 2,799 2,799 2,840 2,499 3,140 2,840 3,007 2,503 2,840 2,711 27,977
09 2,799 2,799 2,840 3,998 3,140 2,840 3,007 3,776 4,339 4,339 33,876
10 2,799 2,799 4,339 2,499 3,140 2,840 3,007 3,776 2,840 2,711 30,749
11 2,799 2,799 4,339 2,499 3,140 2,840 3,007 3,776 2,840 2,711 30,749
12 2,799 2,799 2,840 2,499 3,140 2,840 3,007 2,503 2,840 2,711 27,977
81
b. Keterampilan
No.Responden X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 X3.10 Jumlah
01 2,840 2,723 2,711 2,593 2,711 2,840 2,711 2,308 2,388 2,593 26,418
02 1,999 1,681 2,711 2,593 2,711 2,840 2,711 1,000 1,000 2,593 21,839
03 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 10,000
04 2,840 2,723 2,711 2,593 2,711 2,840 2,711 3,362 3,770 2,593 28,854
05 3,931 4,111 4,339 4,111 4,339 2,840 4,339 1,000 2,388 4,111 35,507
06 3,931 4,111 4,339 4,111 4,339 4,680 4,339 3,362 3,770 4,111 41,091
07 2,840 2,723 2,711 2,593 2,711 2,840 2,711 1,000 1,000 2,593 23,722
08 2,840 2,723 2,711 2,593 2,711 2,840 2,711 2,308 2,388 2,593 26,418
09 3,931 4,111 2,711 2,593 2,711 2,840 2,711 2,308 2,388 2,593 28,896
10 3,931 2,723 2,711 4,111 2,711 2,840 2,711 2,308 2,388 4,111 30,544
11 1,999 2,723 2,711 2,593 2,711 2,840 2,711 3,362 2,388 2,593 26,630
12 1,999 2,723 2,711 2,593 2,711 2,840 2,711 1,772 2,388 2,593 25,040
82
c. Sekolah Lapang (y)
No.Responde
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y1.7 Y1.8 Y1.9 Y1.10 Jumlah
n
01 3,007 3,007 2,711 2,711 3,007 3,007 3,007 3,931 2,711 2,593 29,692
02 3,007 3,007 2,711 2,711 3,007 3,007 3,007 2,479 2,711 4,111 29,758
03 3,007 3,007 2,711 4,339 3,007 3,007 3,007 2,479 4,339 2,593 31,496
04 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 10,000
05 3,007 3,007 2,711 2,711 3,007 3,007 3,007 2,479 2,711 2,593 28,240
06 3,007 3,007 2,711 4,339 3,007 3,007 3,007 3,931 4,339 4,111 34,465
07 3,007 3,007 4,339 2,711 3,007 3,007 3,007 3,931 2,711 2,593 31,320
08 3,007 3,007 4,339 2,711 3,007 3,007 3,007 3,931 2,711 2,593 31,320
09 3,007 3,007 2,711 2,711 3,007 3,007 3,007 2,479 2,711 2,593 28,240
10 3,007 3,007 2,711 2,711 3,007 3,007 3,007 2,479 2,711 2,593 28,240
11 3,007 3,007 2,711 2,711 3,007 3,007 3,007 2,479 2,711 2,593 28,240
12 3,007 3,007 2,711 2,711 3,007 3,007 3,007 2,479 2,711 4,111 29,758
83
Lampiran 5. Data Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
a. Uji Validitas dan Reabilitas Variabel Sikap (X1)
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 Sikap
Pearson Correlation 1 1,000** ,923** ,775** ,564 ,640* ,674* ,830** ,540 ,632* ,924**
X1.1 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,003 ,056 ,025 ,016 ,001 ,070 ,027 ,000
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
** ** ** * * ** *
Pearson Correlation 1,000 1 ,923 ,775 ,564 ,640 ,674 ,830 ,540 ,632 ,924**
X1.2 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,003 ,056 ,025 ,016 ,001 ,070 ,027 ,000
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
** ** * **
Pearson Correlation ,923 ,923 1 ,662 ,418 ,448 ,484 ,809 ,378 ,433 ,811**
X1.3 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,019 ,177 ,144 ,111 ,001 ,226 ,160 ,001
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
** ** * * ** *
Pearson Correlation ,775 ,775 ,662 1 ,485 ,451 ,522 ,643 ,760 ,612 ,801**
X1.4 Sig. (2-tailed) ,003 ,003 ,019 ,110 ,141 ,082 ,024 ,004 ,034 ,002
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
** ** * **
Pearson Correlation ,564 ,564 ,418 ,485 1 ,820 ,887 ,546 ,692 ,792 ,777**
X1.5 Sig. (2-tailed) ,056 ,056 ,177 ,110 ,001 ,000 ,066 ,013 ,002 ,003
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
* * ** ** * **
Pearson Correlation ,640 ,640 ,448 ,451 ,820 1 ,903 ,604 ,500 ,736 ,779**
X1.6 Sig. (2-tailed) ,025 ,025 ,144 ,141 ,001 ,000 ,037 ,098 ,006 ,003
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
* * ** ** ** ** **
X1.7 Pearson Correlation ,674 ,674 ,484 ,522 ,887 ,903 1 ,728 ,761 ,853 ,869**
Sig. (2-tailed) ,016 ,016 ,111 ,082 ,000 ,000 ,007 ,004 ,000 ,000
84
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson Correlation ,830** ,830** ,809** ,643* ,546 ,604* ,728** 1 ,632* ,657* ,889**
X1.8 Sig. (2-tailed) ,001 ,001 ,001 ,024 ,066 ,037 ,007 ,028 ,020 ,000
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson Correlation ,540 ,540 ,378 ,760** ,692* ,500 ,761** ,632* 1 ,776** ,764**
X1.9 Sig. (2-tailed) ,070 ,070 ,226 ,004 ,013 ,098 ,004 ,028 ,003 ,004
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson Correlation ,632* ,632* ,433 ,612* ,792** ,736** ,853** ,657* ,776** 1 ,827**
X1.10 Sig. (2-tailed) ,027 ,027 ,160 ,034 ,002 ,006 ,000 ,020 ,003 ,001
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson Correlation ,924** ,924** ,811** ,801** ,777** ,779** ,869** ,889** ,764** ,827** 1
Sikap Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,001 ,002 ,003 ,003 ,000 ,000 ,004 ,001
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Reliability Statistics
,946 10
85
Correlations
X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 X3.10 Keterampilan
Pearson Correlation 1 ,856** ,741** ,817** ,741** ,671* ,741** ,330 ,567 ,817** ,843**
X3.1 Sig. (2-tailed) ,000 ,006 ,001 ,006 ,017 ,006 ,294 ,055 ,001 ,001
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson Correlation ,856** 1 ,866** ,739** ,866** ,797** ,866** ,429 ,695* ,739** ,918**
X3.2 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,006 ,000 ,002 ,000 ,164 ,012 ,006 ,000
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson Correlation ,741** ,866** 1 ,853** 1,000** ,921** 1,000** ,297 ,574 ,853** ,916**
X3.3 Sig. (2-tailed) ,006 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,348 ,051 ,000 ,000
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson Correlation ,817** ,739** ,853** 1 ,853** ,746** ,853** ,253 ,538 1,000** ,858**
X3.4 Sig. (2-tailed) ,001 ,006 ,000 ,000 ,005 ,000 ,427 ,071 ,000 ,000
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson Correlation ,741** ,866** 1,000** ,853** 1 ,921** 1,000** ,297 ,574 ,853** ,916**
X3.5 Sig. (2-tailed) ,006 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,348 ,051 ,000 ,000
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson Correlation ,671* ,797** ,921** ,746** ,921** 1 ,921** ,492 ,591* ,746** ,899**
X3.6 Sig. (2-tailed) ,017 ,002 ,000 ,005 ,000 ,000 ,104 ,043 ,005 ,000
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson Correlation ,741** ,866** 1,000** ,853** 1,000** ,921** 1 ,297 ,574 ,853** ,916**
X3.7 Sig. (2-tailed) ,006 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,348 ,051 ,000 ,000
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
X3.8 Pearson Correlation ,330 ,429 ,297 ,253 ,297 ,492 ,297 1 ,818** ,253 ,598*
86
Sig. (2-tailed) ,294 ,164 ,348 ,427 ,348 ,104 ,348 ,001 ,427 ,040
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson Correlation ,567 ,695* ,574 ,538 ,574 ,591* ,574 ,818** 1 ,538 ,808**
X3.9 Sig. (2-tailed) ,055 ,012 ,051 ,071 ,051 ,043 ,051 ,001 ,071 ,001
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson Correlation ,817** ,739** ,853** 1,000** ,853** ,746** ,853** ,253 ,538 1 ,858**
X3.10 Sig. (2-tailed) ,001 ,006 ,000 ,000 ,000 ,005 ,000 ,427 ,071 ,000
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson Correlation ,843** ,918** ,916** ,858** ,916** ,899** ,916** ,598* ,808** ,858** 1
Ketera
Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,040 ,001 ,000
mpilan
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Reliability Statistics
,942 10
87
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y1.7 Y1.8 Y1.9 Y1.10 Sekolah Lapang
Pearson Correlation 1 1,000** ,853** ,663* 1,000** 1,000** 1,000** ,817** ,853** ,827** ,980**
Y1.1 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,019 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000 ,001 ,000
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson Correlation 1,000** 1 ,853** ,663* 1,000** 1,000** 1,000** ,817** ,853** ,827** ,980**
Y1.2 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,019 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000 ,001 ,000
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson Correlation ,853** ,853** 1 ,478 ,853** ,853** ,853** ,885** ,667* ,621* ,869**
Y1.3 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,116 ,000 ,000 ,000 ,000 ,018 ,031 ,000
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson Correlation ,663* ,663* ,478 1 ,663* ,663* ,663* ,599* ,956** ,649* ,757**
Y1.4 Sig. (2-tailed) ,019 ,019 ,116 ,019 ,019 ,019 ,040 ,000 ,022 ,004
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson Correlation 1,000** 1,000** ,853** ,663* 1 1,000** 1,000** ,817** ,853** ,827** ,980**
Y1.5 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,019 ,000 ,000 ,001 ,000 ,001 ,000
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson Correlation 1,000** 1,000** ,853** ,663* 1,000** 1 1,000** ,817** ,853** ,827** ,980**
Y1.6 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,019 ,000 ,000 ,001 ,000 ,001 ,000
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Y1.7 Pearson Correlation 1,000** 1,000** ,853** ,663* 1,000** 1,000** 1 ,817** ,853** ,827** ,980**
88
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,019 ,000 ,000 ,001 ,000 ,001 ,000
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson Correlation ,817** ,817** ,885** ,599* ,817** ,817** ,817** 1 ,737** ,664* ,879**
Y1.8 Sig. (2-tailed) ,001 ,001 ,000 ,040 ,001 ,001 ,001 ,006 ,019 ,000
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson Correlation ,853** ,853** ,667* ,956** ,853** ,853** ,853** ,737** 1 ,776** ,911**
Y1.9 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,018 ,000 ,000 ,000 ,000 ,006 ,003 ,000
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson Correlation ,827** ,827** ,621* ,649* ,827** ,827** ,827** ,664* ,776** 1 ,858**
Y1.10 Sig. (2-tailed) ,001 ,001 ,031 ,022 ,001 ,001 ,001 ,019 ,003 ,000
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson Correlation ,980** ,980** ,869** ,757** ,980** ,980** ,980** ,879** ,911** ,858** 1
Sekolah
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,004 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
Lapang
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
89
Reliability Statistics
,974 10
r Tabel
90
10 0.4973 0.5760 0.6581 0.7079 0.8233
11 0.4762 0.5529 0.6339 0.6835 0.8010
12 0.4575 0.5324 0.6120 0.6614 0.7800
91
Lampiran 6. Data Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Unstandardized
Residual
N 12
Mean ,0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 5,83840904
Absolute ,322
Negative -,322
Kolmogorov-Smirnov Z 1,116
b. Histogram
c. P-P Plot Regression
2. Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Pengetahuan ,958 1,043
1 Sikap ,723 1,382
Keterampilan ,699 1,430
a. Dependent Variable: Sekolah Lapang
3. Heteroskedastisitas
Lampiran 7. Hasil Uji Hipotesis, Koefisien Determinasi, Regresi
A. Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 32,485 3 10,828 ,231 ,872b
Total 407,442 11
a. Dependent Variable: Sekolah Lapang
b. Predictors: (Constant), Keterampilan, Pengetahuan, Sikap
Df1 = 4 -1
Df2 = 12 – 3 - 1
Tabel f
B. Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
C. Koefisien Determinasi
Model Summaryb
C. Kegiatan Penyuluhan
Pertemuan ke 2