Sie sind auf Seite 1von 106

HALAMAN PENGESAHAAN

Judul : PERILAKU PETANI TERHADAP EFEKTIVITAS KEGIATAN


SEKOLAH LAPANG BUDIDAYA TANAMAN CABAI
(Capsicum annuum. L) (Suatu Kasus di Kecamatan Kramatwatu,
Kabupaten Serang, Provinsi Banten)

Oleh : Muhammad Algifari

NIM : 4441132389

Serang, November 2017


Menyetujui dan Mengesahkan:

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Setiawan Sariyoga, S.P., M.P Nanang Krisdianto, S.T., M.Kom


NIP. 197502062005011003 NIP. 197504092006041004

Dekan, Ketua Jurusan,

Prof. Dr. Nurmayulis, Ir., M.P. Dr. H. Suherman, Ir., MM., M.Si
NIP. 196311182001122001 NIP. 196702091999011001

Tanggal Sidang : 03 November 2017 Tanggal Lulus :

ii
HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertandan tangan dibawah ini:


Nama : Muhammad Algifari
NIM : 4441132389
Jurusan/Fakultas : Agribisnis/Pertanian
Menyatakan bahwa hasil penelitian saya yang berjudul :

PERILAKU PETANI TERHADAP EFEKTIVITAS PROGRAM SEKOLAH


LAPANG BUDIDAYA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum.L)
(Suatu Kasus di Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang Provinsi Banten)

Adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil jiplakan. Apabila dikemudian hari
diketahui bahwa hasil penelitian saya merupakan jiplakan, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.

Serang, November 2017

Muhammad Algifari

ABSTRACT

Nowadays, agriculture is a sector that has considerable progress in technological


development, one of them is UPSUS. UPSUS activity was created to solve the

iii
problems of basic needs of Indonesian society. In addition, to realize food self-
sufficiency in Indonesia. Some basic commodities included in Special Efforts
(UPSUS) are onions, sugar, corn, soybeans, rice, chili and meat. In 2015, focused
on physical facilities or RJIT (Rehabilitation of Tertiary Irrigation Network), as
well as the optimization of land. In 2016 GP2TT (Integrated Crop Management
Empowerment Movement) moves in training, counseling and education, for the
third year or in 2017 focused on SIWAB (Cattle breeders Required) and LTT (Size
Add Planting). Production of red chili in Kramatwatu Subdistrict has fluctuated
tend to decrease, so it is necessary to empower farmers competence activities to
be better in farming. This study aims to determine the characteristics of
respondents as well as to analyze the influence Field School Program of
Cultivation of Chili Farming Behavior farmers (attitude, knowledge and skills).
The research conducted in Kramatwatu sub-district. The type of this research is
survey research. The sample used in this research is 12 people using census
technique. Data processing method used is multiple regression analysis and
hypothesis test using F test, T test and Coefficient of Determination. From the
results of this study can be concluded that all independent variables of attitude,
knowledge and skills significantly did not affect the effectiveness of Field School
Program of Cultivation of Chili Plants both simultaneously and partially.

Keywords: Effectivity, UPSUS, Field School Program of Cultivation of Chili


Plants both

RINGKASAN

MUHAMMAD ALGIFARI, 2017. Perilaku Petani Terhadap Efektivitas


Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai (Capsicum Annuum L)
(Suatu Kasus Di Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang Provinsi
Banten). Dibimbing Oleh : SETIAWAN SARIYOGA dan NANANG
KRISDIANTO.

Pada masa kini pertanian menjadi sektor yang mengalami kemajuan yang cukup
bagus dalam perkembangan teknologi, salah satunya UPSUS. Kegiatan UPSUS

iv
ini dibentuk untuk memecahkan permasalahan kebutuhan pokok masyarakat
indonesia. Selain itu, guna merealisasikan swasembada pangan di Indonesia.
Beberapa komoditas pokok yang termasuk dalam Upaya Khusus (UPSUS) yaitu
bawang, gula, jagung, kedelai, padi, cabai dan daging. Pada tahun 2015 tertuju
terhadap sarana fisik atau RJIT (Rehabilitas Jaringan Irigasi Tersier), serta
Optimalisasi lahan. Pada tahun 2016 diadakanya GP2TT (Gerakan Pemberdayaan
Pengelolaan Tanaman Terpadu) bergerak dalam pelatihan, penyuluhan dan
pendidikan, untuk tahun ketiga atau tahun 2017 tertuju pada SIWAB (Sapi
Indukan Wajib) serta LTT (Luas Tambah Tanam). Produksi cabai merah di
Kecamatan Kramatwatu mengalami fluktuatif cenderung menurun, sehingga perlu
adanya kegiatan pemberdayaan kompetensi petani agar lebih baik lagi dalam
berusah tani.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden serta
menganalisis pengaruh Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai
terhadap Perilaku petani (sikap, pengetahuan dan keterampilan).
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Kramatwatu. Jenis penelitian ini adalah
penelitian survey. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 12 orang
menggunakan teknik sensus. Metode pengolahan data yang digunakan adalah
analisis regresi berganda dan uji hipotesis menggunakan uji F, uji T dan Koefisien
Determinasi.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas yaitu
sikap, pengetahuan dan keterampilan secara signifikan tidak berpengaruh terhadap
ke efektivitasan Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai baik secara
simultan dan parsial.

RIWAYAT HIDUP

v
Penulis bernama Muhammad Algifari. Penulis dilahirkan di Kota Serang
pada tanggal 13 Juni 1995. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara,
dari pasangan Bapak Abdurahman dan Ibu Tati Aliyati. Penulis memulai
pedidikan pada tahun 2000–2001 di TK Garuda. Pada tahun 2007, penulis telah
menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN IX Serang. Pada tahun 2007-
2013 penulis menyelesaikan pendidikan SMP dan SMA di Pondok Pesantren La–
Tansa, Parakansantri, Lebak Gedong, Lebak–Banten. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan di perguruan tinggi negeri
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA) Banten melalui jalur Ujian
Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri (UMBPTN) dan diterima di jurusan
Agribisnis Fakultas Pertanian. Selama masa perkuliahan penulis pernah menjadi
anggota organisasi Himpunan Mahasiswa Agribisnis (HIMAGRI) dan Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM FAPERTA) periode 2016. Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) di Desa Deringo dengan tema
memanfaatkan limbah yang digunakan sebagai media tanam dengan cara
hidroponik. Pada tahun 2017 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP)
di Dinas Pertanian Provinsi Banten, Bidang Hortikultura.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa


meridhoi segala aktivitas keseharian kita. Tak lupa pula Shalawat serta Salam kita
junjungkan kepada baginda Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita ke zaman yang terang benderang seperti ini. Alhamdulillahi Rabbil
Alamin karena atas Rahmat dan Hidayah–Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan hasil penelitian dengan judul “Perilaku Petani terhadap
Efektivitas Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai (Capsicum
Annuum L) (Suatu Kasus Di Kecamatan Kramatwatu).
Disusunnya hasil penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak dalam berbagai bentuk, oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Setiawan Sariyoga, SP., MP selaku dosen pembimbing I dan Nanang
Krisdianto, S.T., M.Kom selaku dosen pembimbing II yang telah

vi
memberikan arahan, masukan serta bimbingannya selama penyusunan
skripsi ini;
2. Aris Supriyo Wibowo, Ir, M.P. selaku dosen penelaah yang telah
memberikan masukan dalam proses tugas akhir;
3. Ari Tresna Sumantri, S.P., M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan arahan serta bimbingannya;
4. Kepada seluruh dosen Jurusan Agribisnis dan Ketua Jurusan Dr. Ir. H.
Suherman, M.M., M.Si yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama
masa perkuliahan;
5. Kepada seluruh staf di UPTD Kecamatan Kramatwatu;
6. Kepada kedua orangtua yang selalu mendukung, memberikan kasih sayang
dan perhatian serta jasa mereka yang tidak akan pernah dilupakan; dan
7. Kepada teman-teman seperjuangan Jurusan Agribisnis angkatan 2013 serta
anggota BEM FAPERTA periode 2016, yang telah membantu dan memberi
dukungan penuh kepada penulis.
Penulis telah berusaha agar penelitian ini bisa mencapai hasil maksimal,
tetapi penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritikan agar
kedepannya menjadi lebih baik lagi dan berguna bagi penulis dan khalayak luas.

Serang, Oktober 2017

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAAN.............................................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN...................................................................................iii

ABSTRACT...........................................................................................................iv

RINGKASAN.........................................................................................................v

RIWAYAT HIDUP................................................................................................vi

KATA PENGANTAR...........................................................................................vii

DAFTAR ISI..........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL.................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1. Latar Belakang...........................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah......................................................................................5
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................6
1.4. Batasan Masalah..........................................................................................6
1.5. Kegunaan Penelitian..................................................................................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................8

2.1. Kegiatan Penyuluhan Pertanian.................................................................8

viii
2.2. Program Sekolah Lapang Pertanian.........................................................10
2.2.1. Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT)............11
2.2.2. Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)...............12
2.3. Tanaman Cabai (Capsicum annumm L)...................................................13
2.4. Efektivitas Penyuluhan...............................................................................14
2.4.1. Pengetahuan...................................................................................15
2.4.2. Keterampilan..................................................................................16
2.4.3. Sikap..............................................................................................17
2.5. Penelitian Terdahulu..................................................................................17
2.6. Kerangka Pemikiran...................................................................................19
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................21

3.1. Jenis, Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................21


3.2. Jenis dan Sumber Data.............................................................................21
3.3. Metode Pengumpulan Data......................................................................21
3.4. Instrument Penelitian...............................................................................23
3.5. Teknik Pengambilan Responden..............................................................23
3.6. Pengolahan Data......................................................................................23
3.6.1. Pengukuran Interval.......................................................................23
3.6.2. Skala likert.....................................................................................24
3.6.3. Analisis Asumsi Klasik..................................................................24
3.6.4. Analisis Regresi Linier Berganda...................................................26
3.6.5. Koefisien Determinasi (R2)............................................................27
3.6.5. Uji Hipotesis..................................................................................28
2.6. Hipotesis..................................................................................................28
3.7. Definisi Operasional Variabel..................................................................29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................36

4.1. Monografi Wilayah Penelitian..................................................................36


4.1.1. Profil Kecamtan Kramatwatu........................................................36
4.1.2. Letak Geografis Kecamatan Kramatwatu......................................36
4.1.3. Keadaan Administrasi Wilayah dan Pemerintahan........................37
4.1.4. Keadaan Penduduk.........................................................................38
4.1.5. Keadaan Pendidikan di Kecamatan Kramatwatu...........................40
4.1.6. Keadaan Pertanian di Kecamatan Kramatwatu..............................41
4.2. Karakteristik Responden...........................................................................42

ix
2.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur.................................43
2.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan........................43
2.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan
dan Luas Garapan...........................................................................44
2.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani. 45
2.2.5. Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Tanggungan
Keluarga.........................................................................................46
4.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas............................................................47
4.3.1. Uji Validitas...................................................................................47
4.3.2. Uji Reliabilitas...............................................................................48
4.4. Gambaran Umum Program Sekolah Lapang Buididaya Tanaman Cabai. .49
4.4.1. Persiapan Bibit, Lahan dan Penanaman.........................................49
4.4.2. Pemeliharaan Tanaman, Pengendalian Hama dan Penyakit..........51
4.4.3. Penanganan Panen dan Pasca Panen..............................................53
4.5. Uji Asumsi Klasik.....................................................................................55
4.5.1. Uji Normalitas................................................................................55
4.5.2. Uji Multikolinearitas......................................................................57
4.5.3. Uji Heterokedastisitas....................................................................58
4.6. Analisis Regresi Linear Berganda.............................................................59
4.6.1. Koefisien Determinasi (R2)............................................................61
4.6.2. Pengujian Hipotesis Penelitian......................................................61
BAB V....................................................................................................................65

PENUTUP.............................................................................................................65

5.1. Simpulan....................................................................................................65
5.2. Saran..........................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................68

LAMPIRAN...........................................................................................................70

x
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman


1.1 Data produksi tanama sayuran di Kecamatan
Kramatwatu tahun 2015 ................................................... 3
1.2. Data peserta yang mengikuti kegiatan Sekolah Lapang
Budidaya Tanaman Cabai ................................................ 7
3.1. Waktu penelitian .............................................................. 21
3.2. Interval kategori penilaian pengetahuan .......................... 24
3.3. Pengukuran Skala Likert .................................................. 24
3.4. Definisis operasional variabel .......................................... 30
4.1. Statistik pemerintahan Kecamatan Kramatwatu .............. 38
4.2. Indikator kependudukan Kecamatan Kramatwatu dan
Kabupaten Serang ............................................................ 39
4.3. Keadaan pendudukan Kecamatan Kramatwatu
berdasarkan mata pencaharian ......................................... 40
4.4. Statistik Kecamatan ramatwatu ....................................... 40
4.5. Keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan ....... 41
4.6. Data produktivitas tanama pangan ................................... 42
4.7. Karakteristik responden berdasarkan Umur peserta
kegiatan Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai ...... 43
4.8. Karakteristik responden berdasarkan pendidika akhir
peserta kegiatan Sekolah Lapang Budidaya Tanaman
Cabai ................................................................................ 44
4.9. Karakteristik responden berdasarkan status kepemilikan
lahan peserta kegiatan Sekolah Lapang Budidaya
Tanaman Cabai ................................................................ 44
4.10. Karakteristik responden berdasarkan luas garapan lahan
peserta kegiatan Sekolah Lapang Budidaya Tanaman
Cabai ................................................................................ 45
4.11. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman
berusaha tani peserta kegiatan Sekolah Lapang
Budidaya Tanaman Cabai ................................................ 46
4.12. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan
keluarga peserta kegiatan Sekolah Lapang Budidaya
Tanaman Cabai ................................................................ 46
4.13. Hasil uji validitas kuesioner ............................................. 47
4.14. Hasil uji reabilitas ............................................................ 48
4.15. Persyaratan mutu cabai merah segar ................................ 55
4.16. Uji multikoleniaritas ........................................................ 57

xi
4.17. Hasil regresi perilaku petani terhadap program Sekolah
Lapang Budidaya Tanaman Cabai ................................... 59
4.18. Pengujian hipotesis secara simultan (Uji F) .................... 62
4.19. Hasil Uji Hipotesis secara parsial (Uji T) ........................ 63

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman


1.1. Pola tanam pada Desa Tonjong, Desa Toyomerto, Desa
Pejaten dan Desa Teluk Terate ........................................ 4
2.1. Kerangka pemikiran ......................................................... 20
4.1. Peta Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang
Provinsi Banten ................................................................ 37
4.2. Hasil analisis histogram normalitas ................................. 56
4.3. Hasil analisi grafik normal P – P Plot .............................. 56
4.4. Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................... 58

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman


1 Kuesioner ....................................................................... 71
2 Data responden .............................................................. 79
3 Data skor jawaban responden sebelum di MSI kan ....... 80
4 Data skor jawaban responden sesudah di MSI kan ....... 82
5 Data hasil uji validitas dan reabilitas ............................. 85
6 Data asumsi klasik ......................................................... 92
7 Hasil uji hopotesis, koefisien determinasi dan regresi .. 94
8 Dokumentasi kegiatan ................................................... 96

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada masa kini pertanian menjadi sektor yang mengalami kemajuan yang
cukup bagus dalam perkembangan teknologi. Penggunaan teknologi dalam teknik
budidaya (off farm), sudah hampir menyeluruh dalam upaya meningkatkan
kualitas dan kuantitas produksi, seperti hidroponik, aeroponik, dan aquaponik
(khusus untuk tanaman hortikultura); UPSUS PAJALE, teknik HASTON,
teknologi nanofarm, Padi JARWO dan lain sebagainya. Penerapan teknologi
pertanian baik dalam kegiatan prapanen maupun pasca panen, menjadi penentu
dalam mencapai kecukupan pangan dalam negeri. Program penyuluhan pertanian
terdiri dari atas program penyuluhan desa/kelurahan atau unit kerja lapangan,
program penyuluhan kecamatan, program penyuluhan kabupaten/kota, program
penyuluhan provinsi dan program penyuluhan nasional, sebagaimana tertera
dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 mengenai Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K).
UPSUS atau biasa disebut dengan Upaya Khusus merupakan program
yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian. Kegiatan UPSUS ini dibentuk untuk
memecahkan permasalahan kebutuhan pokok masyarakat indonesia. Selain itu,
guna merealisasikan swasembada pangan di Indonesia. Beberapa komoditas
pokok yang termasuk dalam Upaya Khusus (UPSUS) yaitu bawang, gula, jagung,
kedelai, padi, cabai dan daging. Program UPSUS dilakukan dari tahun 2015
sampai dengan 2017, dimana pada tahun 2015 tertuju terhadap sarana fisik atau
RJIT (Rehabilitas Jaringan Irigasi Tersier), serta Optimalisasi lahan. Pada tahun
2016 diadakanya GP2TT (Gerakan Pemberdayaan Pengelolaan Tanaman
Terpadu). GP2TT bergerak dalam pelatihan, penyuluhan dan pendidikan, untuk
tahun ketiga atau tahun 2017 tertuju pada SIWAB (Sapi Indukan Wajib) serta LTT
(Luas Tambah Tanam). Kegiatan UPSUS juga didukung oleh Angkatan Darat,
bahwasannya seluruh Babinsa akan membantu petani agar program swasembada
pangan dapat terealisasikan. Republik Indonesia (2015).

1
2

Pembangunan pertanian tidak lepas dari pelaku utama pertanian atau


sumber daya manusia. Pelaku utama pertanian di Indonesia khususnya masih ada
yang belum bisa menerapkan teknologi pertanian. Petani yang berada di daerah
pelosok umumnya sangat minim dalam pendidikan sehingga dalam penerapan
teknologi masih belum maksimal karena cenderung lebih nyaman dengan teknik
bercocok tanam yang lebih sederhana, maka dibutuhkan pemberdayaan sumber
daya manusia yang biasa disebut dengan penyuluhan. Proses pemberdayaan
sumber daya manusia untuk pembangunan pertanian, dibantu oleh pemerintah,
akademisi, dan instansi penyuluhan swasta.
Penyuluh di bidang pertanian berperan penting dalam pembangunan
pertanian, dimana penyuluh memiliki peran sebagai motivator dan mediator para
petani. Penyuluhan merupakan proses belajar diluar sekolah (non formal).
Penyuluhan juga salah satu dari proses pembelajaran yang bertujuan agar sasaran
mendapatkan suatu ilmu yang tidak diperoleh dari kehidupan sehari-harinya.
Penyuluhan pertanian dikhususkan kepada para petani dan sanak saudaranya,
dimana penyuluhan ini berfungsi sebagai suatu proses pendidikan nonformal yang
mengajarkan sasaran (petani dan keluarganya) untuk mengembangkan usaha
budidaya pertanian dan meningkatkan perekonomian petani tersebut. Penyuluhan
pada saat ini dilakukan dengan berbagai cara, dari metode secara massal, dengan
berceramah, demonstrasi, door to door dan masih banyak yang lainnya. Para
penyuluh menggunakan alat bantu berupa media sebagaimana semua alat dan
sarana yang digunakan dalam proses penyampaian informasi dari penyuluh untuk
sasaran (petani). Media ini memiliki berbagai macam diantaranya bisa berupa
audio (dapat didengar), visual (dapat dilihat) dan yang terakhir audio visual (dapat
dilihat dan didengar). Soekartawi (1988).
Provinsi Banten sebagai provinsi baru di Indonesia memiliki potensi
pertanian yang sangat besar untuk dikembangkan. Salah satu kabupaten di
Provinsi Banten yang usaha sektor pertaniannya berpeluang dan potensial untuk
dikembangkan adalah Kabupaten Serang khususnya di Kecamatan Kramatwatu.
.Kecamatan Kramatwatu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Serang
yang membudidayakan berbagai komoditi hortikultura, terutama tanaman
sayuran, seperti bawang merah, sawi, kacang panjang, cabai, terong, ketimun,
3

kangkung dan bayam. Kecamatan Kramatwatu telah melakukan program Sekolah


Lapang pada komoditi bawang merah pada tahun 2014, yang dilakukan di daerah
Pejaten, dimana hasil dari Sekolah Lapang budidaya Bawang Merah memotivasi
para petani yang pada sebelumnya tidak menanam bawang, hingga menjadi
daerah pembibitan bawang merah Provinsi Banten. Pada pertengahan tahun 2016
Kecamatan Kramatwatu mengadakan sekolah lapang mengenai budidaya tanaman
cabai. Keberadaan sekolah lapang cabai ini didasarkan kurangnya minat petani di
Kecamatan Kramatwatu untuk membudidayakan cabai, selaian itu cabai
merupakan komoditi yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Kenaikan harga
cabai juga bisa diakibatkan oleh kenaikan harga sarana produksi, seperti pupuk,
pestisida, tenaga kerja, dan sewa lahan. Hal ini dibuktikan pada tabel 1.1. Data
produksi tanaan sayuran di Kecamatan Kramatwatu tahun 2015.
Tabel 1. 1 Data produksi tanaman sayuran di Kecamatan Kramatwatu tahun 2015

Desa Bawang Sawi Kacang Cabai Terong Ketimun Kangku Bayam


Merah (Kw) Panjang (Kw) (Kw) (Kw) ng (Kw)
(Kw) (Kw) (Kw)
Kramatwatu - - - - - - - -

Pelamunan - - - - - - - -

Lebakwana - 30 60 - - - - -

Pejaten 70 - - - - - 500 600

Margasana - - - - - 10 - -

Pegadingan - - - - - - 490 400

Pamengkang - - - - - 80 - -

Tonjong 875 150 120 36 - - - -

Toyomerto 700 150 156 - 6 10 320 450

Wanayasa - - - - - - - -

Margatani - - - - - - - -

Harjatani - - - - - - - -

Serdang - - - - - - - -

Teluk 34 - 24 - - - - -
ternate
Terate - - - - - - - -
4

JUMLAH 1.645 330 360 36 6 100 1.310 1.450

Sumber: BP3K Kramatwatu, tahun 2014

Daerah Kecamatan Kramatwatu pada umumnya menggunakan sistem


surjan didalam bertani. Sistem Surjan ini merupakan salah satu sistem tanam
dengan dicirikan perbedaan tinggi permukaan bidang tanam, dimana dengan
permukaan yang tinggi dapat ditanami sayur mayur, buah-buahan, atau palawija,
sedangkan bidang yang rendah dapat ditanami dengan tanaman padi atau untuk
ikan. Kegiatan Sekolah Lapang budidaya tanaman cabai hanya dilakukan di
beberapa desa saja, yaitu Desa Tonjong, Desa Toyomerto, dan Desa Teluk Terate.
Keempat desa tersebut dipilih oleh ketua kelompok tani hasil dari diskusi para
kelompok tani yang memiliki daerah yang strategis, sehingga kegiatan Sekolah
Lapang Budidaya Tanaman Cabai dapat berlangsung. Pola tanam di daerah
tersebut sangatlah produktif disetiap tahunnya. Berikut penggambaran pola tanam
pada Desa Tonjong, Desa Toyomerto, Desa Pejaten dan Desa Teluk Terate.
Bulan Januari - Desember

01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12
Desa Tojong
Desa Toyomerto
Desa Pejaten
Desa Teluk
Terate
Keterangan:
Padi
Bawang/Cabai
Sayuran Daun (Bayam, Kemangi, Kangkung dan caisim)
Sumber : PPL Kec. Kramatwatu
Gambar 1. 1. Pola tanam pada Desa Tonjong, Desa Toyomerto, Desa Pejaten
dan Desa Teluk Terate.
Pola tanam pada Desa Tonjong, Desa Toyomerto, Desa Pejaten dan Desa
Teluk Terate, dimana keempat desa tersebut menggunakan sistem surjan yang
mana pada permukaan yang tinggi ditanami tanaman bawang atau cabai dan
sayuran daun (untuk Desa Pejaten). Sedangkan pada permukaan tanah yang
5

rendah (yang terairi) ditanami padi sebanyak 2 kali musim tanam pada Januari-
awal April, dan pada Akhir Mei–September.

Kegiatan Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai yang dilaksanakan di


Kecamatan Kramatwatu ini berisikan penyuluhan mengenai budidaya cabai,
sebagaimana program SLPTT dan SLPHT yang saling berkesinambungan guna
meningkatkan hasil produksi cabai dan kesejahteraan petani. Kegiatan tersebut
diantaranya perisapan bibit tanaman, persiapan lahan, pemeliharaan tanaman,
pengendalian hama penyakit, panen, dan pasca panen tanaman cabai. Budidaya
tanaman cabai tidaklah mudah untuk menghasilkan cabai dengan kualitas yang
baik, perlu banyak perhatian dalam budidayanya, seperti memilih varietas unggul,
menyiapkan lahan dan mengatur jadwal penanaman, pemeliharaan dari serangan
OPT (Organisme Pengganggu Tanaman).
Adanya program Sekolah Lapang ini diselenggarakan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan petani, agar dapat meningkatkan potensi di
lingkungan tersebut, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat (petani) dan
keluarganya. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan mengenai perilaku petani
terhadap keefektivitasan program kegiatan sekolah lapang budidaya tanaman
cabai, sehingga penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Perilaku Petani
terhadap Efektivitas Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai
(Capsicum annuum L) (Suatu kasus di Kecamatan Kramatwatu)”.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana karakteristik responden peserta Sekolah Lapang Budidaya
Tanaman Cabai ?
2. Bagaimana pengaruh keterampilan, pengetahuan dan sikap peserta kegiatan
Sekolah Lapang Budidaya Tanaman terhadap keefektivitasan Sekolah
Lapang Budidaya Tanaman Cabai secara simultan ?
3. Bagaimana pengaruh keterampilan, pengetahuan dan sikap peserta kegiatan
Sekolah Lapang Budidaya Tanaman terhadap keefektivitasan Sekolah
Lapang Budidaya Tanaman Cabai secara parsial ?
6

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui karaktersitik responden peserta Sekolah Lapang Budidaya
Tanaman Cabai.
2. Mengetahui pengaruh keterampilan, pengetahuan dan sikap peserta kegiatan
Sekolah Lapang Budidaya Tanaman terhadap keefektivitasan Sekolah
Lapang Budidaya Tanaman Cabai secara simultan.
3. Mengetahui pengaruh keterampilan, pengetahuan dan sikap peserta kegiatan
Sekolah Lapang Budidaya Tanaman terhadap keefektivitasan Sekolah
Lapang Budidaya Tanaman Cabai secara parsial.
1.4. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah kegiatan sekolah lapang
budidaya tanaman cabai ini dilakukan di Kecamatan Kramatwatu, dimana
kegiatan tersebut hanya dilakukan di empat desa saja yaitu, Desa Teluk Terate,
Desa Tonjong, Desa Pejaten dan Desa Toyomerto. Keempat desa tersebut hanya
beberapa kelompok tani saja yang diikutsertakan dalam kegiatan sekolah lapang
ini. Kegiatan sekolah lapang ini hanya diikuti oleh ketua kelompok taninya saja,
dimana kegiatan ini dilakukan oleh ketua kelompok tani terlebih dahulu,
kemudian setelah panen dan hasilnya memuaskan maka akan diterapkan oleh
anggota kelompok taninya. Akan tetapi, peneliti hanya meneliti ketuanya saja
yang mengikuti kegiatan program sekolah lapangnya. Berikut data kelompok tani
yang mengkuti kegiatan sekolah lapang budidaya tanaman cabai.
7

Tabel 1. 2. Data Kelompok Tani Yang Mengikuti Kegiatan Sekolah Budidaya


Tanaman Cabai

Nama Ketua Desa Kelompok tani


Bp. Anay Desa Tonjong Tomat
Bp. Aliudin Mekar Jaya
Bp. Basir Tunas Muda
Bp. Edi Suhedi Desa Teluk Terate Ulet
Bp. Gozali Karya Mulya
Bp. Rohyuli Ginanjar
Bp. Hawasi. A Desa Pejaten Melati
Bp. Hawasi. B Makmur
Bp. Yasin Desa Toyomerto Bumi Anjung
Bp. Murtado Wisma tani
Bp. Fahri Gunung Wangi
Bp. Rasito Sumber Bawang
Sumber: BP3K Kramatwatu

1.5. Kegunaan Penelitian


Adapun manfaat atau kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini
adalah :
1. Bagi Penulis, menambah sarana pembelajaran dan bermanfaat dalam
melatih kemampuan serta latihan di dalam menerapkan ilmu-ilmu yang
telah dipelajari.
2. Bagi Perguruan Tinggi, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan serta
dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai pengaruh
strategi bauran pemasaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kegiatan Penyuluhan Pertanian


Menurut Ban & Hawkins (1999), istilah ‘penyuluhan’ dikenal secara luas
dan diterima oleh mereka yang bekerja di dalam organisasi pemberi jasa
penyuluhan, tetapi tidak demikian halnya bagi masyarakat luas. Karena belum ada
definisi yang disepakati, diperlukan untuk memberikan pandangan serta dampak
yang ditimbulkannya. Dalam bahasa Belanda digunakan kata voorlichting yang
berarti memberi penerangan untuk menolong seeorang menemukan jalannya.
Istilah ini digunakan pada masa kolonial bagi negara-negara jajahan Belanda,
walaupun sebenarnya penyuluhan diperlukan oleh kedua pihak. Indonesia
misalnya, mengikuti cara Belanda dengan kata penyuluhan, sedangkan Malaysia
yang dipengaruhi bahawa inggris menggunakan kata perkembangan. Bahasa
Inggris dan Jerman masing-masing mengistilahkan sebagai pemberian saran atau
Beratung yang berarti seorang pakar dapat memberikan petunjuk kepada
seseorang tetapi seseorang tersebut yang berhak untuk menentukan pilihannya
Tidak jarang terjadi kombinasi spesifik yang sifatnya lebih banyak
didasarkan pada tradisi dan bukan pada kombinasi yang tepat menurut situasi
yang dihadapi. Situasi demikian membingungkan bilamana organisasi/istitusi lain
mendiskusikan penyuluhan pertanian. Namun demikian, masih ditemukan
beberapa kesamaan persepsi untuk istilah ‘penyuluhan’. Satu diantaranya, yaitu
bahwa penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan
komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya
memberikan pendapat sehingga bisa membantu keputusan yang benar. Beberapa
perbedaan pendapat mengenai arti penyuluhan menyangkut pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut :
a. Dalam berbagai situasi, apakah kita hanya terlibat dalam pembentukan
pendapat atau turut dalam pengambilan keputusan?

8
9

b. Apakah meningkatkan pengetahuan petani semata-mata merupakan tujuan


ataukah perlu membangkitkan kesadaran dan menerangkan tujuan serta arti
dari masalah yang dihadapi?
c. Sejauh mana organisasi penyuluhan dapat melihat apakah pendapat atau
keputusan sudah optimal bagi petani?
d. Apakah ada kepuasan jika petani dapat membuat keputusan yang benar
ataukah perlu memberi bantuan sebagai upaya untuk mendidik mereka agar
dapat mengambil keputusan pada masa depan?
Menurut Ban & Hawkins (1999), agen penyuluhan bebas melayani
kebutuhan petani dengan menggunakan cara-cara yang dianggap paling efektif.
Pada kenyataannya, seorang agen penyuluhan hampir selalu merupakan anggota
dari suatu organisasi dan diharapkan ikut serta berusaha mencapai tujuan
organisasi tersebut, yang tidak jarang merupakan bagian dari departemen
pertanian negara yang bersangkutan. Kenyataan ini membatasi kebebasan agen
penyuluhan. Pemerintah akan memberikan dana untuk kegiatan penyuluhan
apabila meyakini manfaatnya sebagai sarana kebijakan yang mendukung
tercapainya tujuan-tujuan pemerintah sebagai berikut :
a. Meningkatkan produksi pangan
Di berbagai negara permintaan terhadap bahan pangan semakin
meningkat, baik karena pertumbuhan penduduk maupun meningkatnya
kemakmuran. Impor makanan dapat menjadi sebuah ancaman serius bagi
keseimbangan pembayaran dan di negara-negara besar dapat pula menyebabkan
naiknya harga-harga dipasar dunia dalam jumlah besar. Seandainya Revolusi
Hijau tidak menyebabkan peningkatan hasil panen sereal dalam jumlah besar,
banyak orang akan berada dalam kondisi yang memprihatinkan atau bahkan mati
kelaparan.
b. Merangsang pertumbuhan ekonomi
Tujuan ini berkaitan dengan tujuan pertama, tetapi lebih menekankan pada
biaya produksi dan daya saing di pasar dunia melalui produksi yang efesien.
Meningktakan produktifitas tenaga kerja di sektor pertanian memungkinkan
produksi pengan menggunakan sedikit tenaga. Di negara yang menyediakan
alternatif lapangan kerja bagi mereka yang meninggalkan sektor pertanian,
misalnya di tengah kondisi perkembangan industri yang sangat cepat,
meningkatnya produktivitas tenaga kerja dapat memberikan sumbangan yang
10

berarti bagi pertumbuhan ekonomi. Tidak demikian halnya di negeri lain


kenyataannya menunjukkan bahwa orang meninggalkan sektor pertanian justru
meningkatkan pengangguran atau kurangnya lapangan pekerjaan di sektor-sektor
ekonomi lainnya dan tentu saja menyebabkan timbulnya masalah-maslah sosial
yang serius.
c. Meningkatkan kesejahteraan keluarga dan rakyat desa
Biasanya petani dan buruh tani yang tidak memiliki tanah sendiri termasuk
golongan termiskin di negara yang bersangkutan. Pemerintah berupaya, atau
setidakya mengaku berusaha untuk mengurangi kemiskinan ini karena golongan
tersebut memiliki jumlah suara yang besar dalam pemilu.
d. Mengusahakan pertanian yang berkelanjutan
Di banyak negara, erosi tanah, “salinasi”, penipisan mata air dan/atau
polusi lingkungan merupakan ancaman yang serius bagi produksi pertanian pada
masa mendatang. Oleh karena itu, pemerintah kerap kali menunjukkan
perhatiannya dalam mengusahakan pertanian yang berkelanjutan. Langkah-
langkah ini belum tentu menyentuh kepentingan jangka pendek petani maupun
pihak-pihak yang berpengaruh.
2.2. Program Sekolah Lapang Pertanian
Sekolah lapang (farmer’s field school) adalah rangkaian kegiatan
peningkatan kapasitas yang dilakukan pada kelompok sasaran yang dilakukan
melalui pelatihan-pelatihan dengan tema-tema tertentu yang sesuai (berkaitan dan
saling memperkuat) dan pelaksanaan prakteknya di lahan masing-masing peserta.
Kegiatan sekolah lapang disepakati untuk dilaksanakan setiap dua minggu yang
dilakukan melalui pemberian materi kemudian dilanjutkan praktek materi
tersebut. Hal ini dilakukan agar peserta benar-benar mendalami dan memahami
materi yang telah diberikan, dan instruktur mendampingi selama praktek
berlangsung (Arief & dkk, 2011).
Menurut Edeng (2012), perumusan tujuan Sekolah Lapangan dilakukan
dengan menganalisis secara tepat kesenjangan yang ada pada masyarakat, baik
pengetahuan, sikap maupun keterampilan, sehingga diketahui kemampuan yang
perlu ditingkatkan dan menentukan apa yang diharapkan dapat dilakukan peserta
setelah mengikuti sekolah lapangan. Perumusan tujuan dimulai dengan
menginventarisasi informasi yang diperoleh melalui identifikasi kebutuhan yang
11

telah dianalisis, kemudian dijadikan bahan pertimbangan dalam merumuskan


tujuan sekolah lapangan, sebagai berikut :
1) Mempercepat penerapan komponen teknologi pengelolaan tanaman terpadu
oleh petani sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam mengelola usahatani untuk mendukung peningkatan produksi
2) Meningkatkan efisiensi penggunaan faktor produksi usahatani
3) Meningkatkan produktivitas, produksi (Komoditi) dan pendapatan serta
kesejahteraan petani
4) Meningkatkan harga jual hasil PTT
5) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola PTT
6) Meningkatkan peran kelembagaan kelompok tani dan memahami pentingnya
berkelompok dalam menangani usahatani
7) Meningkatkan kerjasama petani internal dan antar kelompoktani; dan
8) Mendukung pencapaian sasaran produksi di suatu daerah
2.2.1. Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT)
Menurut Moeksan, Prabaningrum, Gunadi, & Adiyoga (2010), SL-PTT
pada dasarnya adalah teknologi pendekatan budidaya tanaman yang memberikan
penekanan pada pencapaian keseimbangan ekonomi dan ekologi. Mengacu pada
prinsip keseimbangan tersebut, kondisi atau keadaan usahatani yang sangat
beragam harus tetap diakomodasi dan menjadi pertimbangan utama di dalam
perancangan teknologi.
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan suatu pendekatan
budidaya tanaman yang berdasarkan pada keseimbangan ekonomi dan ekologi.
Dengan dasar keseimbangan tersebut keadaan usahatani yang beragam harus
diperhatikan. Keterpaduan teknologi budidaya maju dengan praktek petani
memungkinkan petani menyusun sendiri berbagai teknologi yang cocok
diterapkan pada usahataninya. Tujuan utama adalah untuk meraih keseimbangan
antara pengeluaran dan pendapatan, dan antara proses alami dan teknologi,
dengan selalu mengingat keberlanjutan dari usahatani tersebut. PTT bersifat
spesifik lokasi, dapat berbeda antar petani, integrasi teknologi maju dengan
teknologi asli petani (Indigenous Technology). Beberapa komponen PTT antara
lain :
1. Penentuan pilihan komoditas adaptif sesuai sifat agroklimat, musim tanam
2. Penyediaan lingkungan optimal yang tidak kondusif untuk perkembangan
hama penyakit : rumah plastik, lindungan net atau jala, mulsa plastik;
12

3. Varietas unggul tahan hama penyakit, benih


4. Pola tanam, rotasi tanaman
5. Pengelolaan hara, tanah, air, gulma;
6. Penerapan PHT
7. Pengelolaan tanaman optimal
8. Panen tepat waktu
9. Penanganan pascapanen dan
10. Pemasaran dengan efisien
2.2.2. Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)
Moeksan, Prabaningrum, Gunadi, & Adiyoga (2010) dalam bukunya
mengemukakan bahwa Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT)
adalah suatu konsep atau cara berfikir mengenai pengendalian Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan pendekatan ekologi yang bersifat
multidisiplin untuk mengelola populasi hama dan penyakit dengan memafaatkan
beragam taktik pengendalian yang kompetibel dalam suatu sistem pengendalian
yang menggunakan pendekatan ekologi, maka pemahaman tentang biologi dan
ekologi hama dan penyakit menjadi sangat penting. Penerapan dan pengembangan
PHT dilandasi beberapa prinsip dasar sebagai berikut :
1. Budidaya tanaman sehat
Budidaya tanaman yang sehat dan kuat menjadi bagian penting dalam
program pengendalian hama dan penyakit. Tanaman yang sehat akan mampu
bertahan terhadap serangan hama dan penyakit dan lebih cepat mengatasi
kerusakan akibat serangan hama dan penyakit tersebut. Oleh karena itu, setiap
usaha dalam budidaya tanaman paprika seperti pemilihan varietas,
penyemaian, pemeliharaan tanaman sampai penanganan hasil panen perlu
diperhatikan agar diperoleh tanaman yang sehat, kuat dan produktif, serta
hasil panen yang tinggi.
2. Pemanfaatan musuh alam
Pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami yang potensial
merupakan tulang punggung PHT. Dengan adanya musuh alami yang mampu
menekan populasi hama, diharapkan di dalam agroekosistem terjadi
13

keseimbangan populasi antara hama dengan musuh alaminya, sehingga


populasi hama tidak melampaui ambang toleransi tanaman.
3. Pengamatan rutin atau pemantauan
Agroekosistem bersifat dinamis, karena banyak faktor di dalamnya yang
saling mempengaruhi satu sama lain. Untuk dapat mengikuti perkembangan
populasi hama dan musuh alaminya serta untuk mengetahui kondisi tanaman,
harus dilakukan pengamatan secara rutin. Informasi yang diperoleh
digunakan sebagai dasar tindakan yang akan dilakukan.
4. Petani sebagai ahli PHT
Penerapan PHT harus disesuaikan dengan keadaan ekosistem setempat.
Rekomendasi PHT hendaknya dikembangkan oleh petani sendiri. Agar petani
mampu menerapkan PHT, diperlukan usaha pemasyarakatan PHT melalui
pelatihan baik secara formal maupun informal.
2.3. Tanaman Cabai (Capsicum annumm L)
Menurut Syukur, Yuniati, & Dermawan (2012), tanaman cabai berasal
dari bagian tropis dan subtropis benua Amerika, khususnya Kolombia, Amerika
Selatan. Selanjutnya tanaman tersebut menyebar ke Amerika Latin. Penggunaan
tanaman cabai oleh masyarakat indian telah dilakukan sejak dahulu kala. Hal ini
diketahui setelah Christhoper Colombus mendapati benua Amerika sekitar tahun
1492. Tanaman cabai termasuk famili Solanaceae, genus Capsicum. Capsicum
annuum L, merupakan salah satu spesies dari 20-30 spesies dalam genus tersebut.
Spesies ini paling luas dibudidayakan dan penting secara ekonomi. Capsicum
annuum diperkirakan mempunyai pusat asal di Meksiko, kemudian menyebar ke
daerah Amerika Selatan, Amerika Tengah dan Eropa. Kini spesies tersebut
tersebar luas di daerah tropis dan subtropis.
Varietas merupakan kelompok di bawah spesies. Varietas dapat
digolongkan menjadi varietas agronomi dan varietas botani. Varietas agronomi
atau kultivar (Cultivared variety) adalah sekelompok tanaman yang memiliki satu
atau lebih ciri yang dapat dibedakan secara jelas dan tetap mempertahankan ciri-
ciri khas ini jika diperbanyak. Varietas agronomi biasanya disahkan
penggunaannya/penamaan berdasarkan SK Menteri Pertanian. Contoh varietas
agronomi adalah varietas cabai Capsicum annuum L. ‘Hot Beauty’. Varietas
14

botani berbeda dengan varietas agronomi. Varietas botani adalah suatu populasi
tanaman dalam satu spesies yang menunjukkan ciri berbeda yang jelas. Varietas
botani dapat berupa beberapa varietas agronomi. Penulisan namaya dicetak miring
dan didahului dengan singkatan “Var”.
Varietas agronomi cabai digolongkan menjadi dua macam, yaitu hibrida
dan nonhibrida. Vairetas hibrida adalah F1 (turunan pertama) hasil persilangan
dua galur murni. Varietas nonhibrida adalah varietas bersari bebas yang dapat
diperbanyak sendiri oleh petani. Produktivitas cabai hibrida umumnya lebih tinggi
dari pada nonhibrida. Keunggulan hibrida dikaitkan dengan peristiwa heterosis.
Heterosis adalah keunggulan hibrida atau hasil persilangan (F1) yang melebihi
nilai kisaran kedua tetuanya. Penanaman benih varietas hibrida hibrida pada
generasi berikutnya (generasi F2 dan selanjutnya) akan menghasilkan tanaman
yang rata-rata unggul lagi akibat adanya segregasi tanaman F2. Dengan demikian,
benih varietas hibrida selalu harus disediakan melalui persilangan dua tetua
tersebut. Karakter unggul ini digunakan melalui persilangan dua tetua tersebut.
Karakter unggul ini digunakan untuk memperoleh keuntungan komersial dari
tanaman yang diusahkan. Karakter unggul cabai medukung produksi tinggi dan
kualitas buah prima. Karakter unggul tersebut di antaranya produktivitas tinggi,
daya simpan lebih lama, tingkat kepedasan tertentu, serta kualitas buah sesuai
dengan selera konsumen.
2.4. Efektivitas Penyuluhan
Efektifitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran
yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program.
Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah
ditentukan. Van Den Ben dan Howkin (1999) mengartikan penyuluhan sebagai
keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar
dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa
membuat keputusan yang benar. Soekartawi (1988) mendefiniskan penyuluhan
pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah (informal) yang diberikan
kepada petani dan keluarganya dengan maksud agar mereka mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekelilingnya. Hal ini merupakan
15

perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat diamati secara
langsung maupun tidak langsung dengan indera manusia.
Berdasarkan pengertian-pengertian efektifitas dan penyuluhan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa efektifitas penyuluhan merupakan tercapainya
tujuan penyuluhan yaitu perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani
agar mampu membuat keputusan yang benar dalam mengatasi masalah
usahataninya sehingga petani mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan
keluarganya.
2.4.1. Pengetahuan
Soekanto, Soejono (1990), menyatakan pengetahuan adalah kesan di
dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda
sekali dengan kepercayaan, tahayul dan penerangan yang keliru.
Menurut Polanyi yang dikutip dalam Nawawi (2012), pengetahuan terdiri
atas dua jenis, yaitu pengetahuan terbatinkan atau pemikiran (tacit knowledge) dan
pengetahuan yang sudah terekam dan termodifikasi dalam dokumen (explisit
knowledge). Tacit knowledge yang diam dalam benak manusia dalam bentuk
judgement intuition, skill, nilai (value) dan belief yang sangat sulit diformulasikan
dishare dengan orang lain. Sedangkan explicit knowledge dapat berupa formula,
kaset, CD video dan audio, spesifikasi produk atau normal.
Menurut Von Krough, Ichiyo Nonaka (2000) dan Chu Wei Choo (1998)
yang dikutip dalam Nawawi (2012) menyampaikan seuatu ringkasan gagasan
yang mendasari pengertian pengetahuan (knowledge) adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan (knowledge) merupakan kepercayaan yang dapat
dipertanggungjawabkan (justified true believe).
b. Pengetahuan (knowledge) merupakan sesuatu yang eksplisit sekaligus
terpikirkan (tacit).
c. Penciptaan inovasi secara efektif bergantung pada konteks yang
memungkinkan terjadinya penciptaan tersebut.
d. Penciptaan inovasi yang melibatkan lima langkah utama.
1. Berbagai knowledge terpikirkan (tacit)
2. Menciptakan konsep
3. Membenarkan prototype
16

4. Melakukan penyebaran knowledge tersebut


2.4.2. Keterampilan
Keterampilan lebih berasosiasi pada kerja fisik anggota badan, tangan,
kaki dan mulut (suara) untuk bekerja dan berkarya. Unsur keterampilan seseorang
umumnya banyak diperoleh melalui latihan dan pengalaman kerja nyata. Tingkat
keterampilan seringkali ditentukan oleh banyaknya pengalaman, lama melakukan
suatu pekerjaan dan disiplin, serta mampu mengukur berapa jauh
profesionalitasnya (Wijandi, 1988).
Menurut Robbins (2000) dalam Mutiara (2016) pada dasarnya keterampilan
dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu:
a. Basic Literacy Skill (Keahlian Dasar), merupakan keahlian seseorang yang
pasti dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti membaca, menulis
dan mendengar.
b. Technical Skill (Keahlian tehnik), merupakan keahlian seseorang dalam
pengembangan tehnik yang dimiliki seperti menghitung secara cepat dan
mengoperasikan komputer.
c. Interpersonal Skiil (Keahlian Interpersonal), merupakan kemampuan
seseorang secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan
rekan kerja seperti pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas
dan bekerja dalam satu tim.
d. Problem Solving (Pemecahan Masalah), merupakan proses aktivitas untuk
menjalankan logika, beragumentasi dan penyelesaian masalah serta
kemampuan untuk mengetahui penyebab, pengembangan alternatif dan
menganalisa serta memilih penyelesaian yang baik.
2.4.3. Sikap
Secord & Backman (1964) yang dikutip dalam Azwar (2012)
mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi),
pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu
aspek di lingkungan sekitarnya.
Menurut Azwar (2012) struktur sikap dibedakan atas 3 komponen yang
saling menunjang yaitu :
17

1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercaya oleh individu


pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan strereotype yang
dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamarkan penangan (opini)
terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.
2. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.
Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai
komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap
pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang
komponen aktif disamakan dengan perasaan yang dimiliki oleh seseorang
terhadap sesuatu.
3. Komponen kognitif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang dan berisi tendensi atau
kecenderungan untuk bertindak atau beraksi terhadap sesuatu dengan cara-
cara tertentu dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk
mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk
tendensi perilaku.
2.5. Penelitian Terdahulu
1. Amin, M (2014) Efektivitas dan Perilaku Petani dalam Memanfaatkan
Teknologi Informasi Berbasis Cyber Extension.
Alat analisis yang digunakan yaitu Analisis jalur (path analysis), yaitu
kombinasi analisis faktor (Confirmatory Factor Analysis) dan analisis
regresi. Menghasilkan :
a. Teknologi informasi berbasis cyber extension sebagai media informasi
dan komunikasi cukup efektif dalam menyediakan informasi teknologi
yang dapat diakses secara cepat oleh petani maupun stakeholder
lainnya untuk mendukung usaha pertanian yang berkelanjutan.
b. Karakterstik petani, interaksi petani dan persepsi petani berhubungan
positif terhadap efektivitas cyber extension maupun perilaku petani
dalam memanfaatkan teknologi informasi.
2. Narti, S (2015) Hubungan Karakteristik Petani Dengan Efektivitas
Komunikasi Penyuluhan Pertanian Dalam Program SL-PTT (Kasus
Kelompok Tani di Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara).
18

Alat analisis yang digunakan yaitu Analisis korelasi Chi-Square.


Menghasilkan :
a. Efektivitas komunikasi penyuluhan pertanian dalam program SL-PTT
di Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara tergolong cukup
efektif.
b. Karakteristik petani yang paling dominan berhubungan dengan efektivitas
komunikasi adalah tingkat pendidikan petani dan frekuensi mengikuti
penyuluhan.
3. Faqih et al (2015). Efektivitas Metode Dan Teknik Penyuluhan Pertanian dalam
Penerpan Teknologi Budidaya Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Sistem Tanam Jajar
Legowo 4:1 (Studi Kasus Di Kelompok Tani Silih Asih Desa Ciomas Kecamatan
Ciawigebang Kabupaten Kuningan).
Alat analisis yang digunakan yaitu Uji Koefisien Korelasi jenjang
Spearman (rs) dengan pendekatan Uji t. Menghasilkan:
a. Terdapat hubungan sedang dan nyata antara efektifitas metode
penyuluhan pertanian dengan teknologi budidaya padi sawah sistem
tanam jajar legowo.
b. Terdapat hubungan rendah dan nyata antara teknik penyuluhan
pertanian dengan teknologi budidaya padi sawah sistem tanam jajar
legowo.
c. Terdapat hubungan sangat kuat dan nyata antara efektifitas metode
dan teknik penyuluhan pertanian dengan teknologi budidaya padi
sawah sistem tanam jajar legowo.
4. Kustiari et al (2012) Pengaruh Efektivitas Penyuluhan Terhadap Kompetensi
Pembudidaya Rumput Laut Polikultur Di Perairan Pantai Utara Pulau Jawa.
Alat analisis yang digunakan yaitu Analisis SEM (Structural Equation Model)
dengan program LISREL. Menghasilkan:
a. Tingkat effektivitas penyuluhan berada pada kategori rendah.
b. Strategi mengembangkan kompetensi pembudidaya rumput laut dapat
dilakukan dengan cara mengefektifkan penyuluhan secara partisipatif,
memperbesar intensitas penyuluhan dengan pendekatan kelompok,
pendekatan pluralistik dengan pelibatan secara sinergi antara unsur
pemerintah, swadaya dan Swasta), berorientasi pada masa depan dan
berkelanjutan.pendekatan pluralistic
5. Mardiyanto dan Prastuti (2016) Efektivitas Pelatihan Teknologi Budidaya
Bawang Putih Varietas Lokal Ramah Lingkungan dengan Metode
Ceramah di Kabupaten Karanganyar.
19

Alat analisis yang digunakan yaitu analisis statistik dengan Uji Wilcoxon
Match Pairs Test. Menghasilkan
a. Model pelatihan menggunakan metode ceramah efektif dalam
meningkatkan pengetahuan petani tentang teknologi budidaya
bawang putih ramah lingkungan di Kabupaten Karanganyar.
b. Peningkatan pengetahuan responden (petani) setelah mengikuti
pelatihan rata-rata sebesar 54,52 persen.
Perbedaan dengan penelitian terdahulu di atas terfokus pada, seberapa besar
Ektivitas program terhadap perilaku peserta kegiatan Sekolah Lapang Budidaya
Tanaman Cabai dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda, serta
ditujukan kepada responden yang berbeda karakteristiknya pula.
2.6. Kerangka Pemikiran
Kecamatan Kramatwatu merupakan salah satu daerah yang masyarakatnya
melakukan kegiatan usaha tani, umumnya dalam tanaman sayuran. Kegiatan
bertani di Kecamatan Kramatwatu ini sangat diperhatikan sekali oleh pihak
pemerintah dimana sudah banyak program penyuluhan yang dikembangkan di
daerah Kramatwatu ini. Sekolah lapang budidaya tanaman cabai salah satunya
program yang saat ini sedang dilakukan di daerah ini yang diikutsertakan oleh
para ketua kelompok tani dari beberapa desa yakni Desa Toyomerto, Desa Teluk
Terate, Desa Tonjong, dan Desa Pejaten.
Program Sekolah lapang budidaya tanaman cabai ini bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan keterampilan dan sikap dalam usaha tani cabai.
Peneliti ingin melihat ke efektivitasan program tersebut terhadap perilaku petani,
dengan melihat secara bersamaan pengaruh program sekolah lapang terhadap ke
tiga variabel tersebut (pengetahuan keterampilan dan sikap) serta melihat
pengaruh program sekolah lapang secara parsial atau satu-satu terhadap perilaku
petani (pengetahuan keterampilan dan sikap).
Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan di atas peneliti ingin mencoba
untuk mengkaji lebih lanjut mengenai efektivitas suatu program dalam kegiatan
Sekolah Lapang Budidaya Tanaman cabai yang di terapkan di Kecamatan
Kramatwatu, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Kegiatan Penyuluhan Sekolah Lapang


budidaya tanaman cabai
20

Perilaku Petani

Keterampilan Sikap
Pengetahuan

Uji T (Parsial) Uji T (Parsial) Uji T (Parsial)

Uji F (Simultan)

Efektivitas Program Sekolah Lapang


Budidaya Tanaman Cabai
Gambar 2. 1. Kerangka Pemikiran
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis, Lokasi dan Waktu Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian Survey, yang mana menggunakan
metode Deskriptif Kuantitatif. Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan
Kramatwatu, Kabupaten Serang–Banten. Pemilihan lokasi pada penelitian ini
dipilih secara sengaja (Purposive), karena dari potensi Kecamatan Kramatwatu ini
beragam komoditi sayuran unggulnya. Waktu penelitian dilakukan dalam kurun
waktu ± 7 bulan.
Tabel 3. 1. Waktu Penelitian

Bulan
Kegiatan
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengajuan Judul
Pelaksanaan UP
Kelapangan (Penyebaran
Kuisioner)
Pengolahan Data
Pembahasan
Seminar Hasil (Kolokium)
Ujian Komprehensif

3.2. Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder,
dimana data primer merupakan data yang diperoleh sendiri dari hasil pengamatan
yang telah dilakukan dari hasil wawancara terhadap informan/responden dengan
panduan beberapa kuesioner untuk mempermudah mendapatkan informasi.
Adapun Data Sekunder yang digunakan dalam penunjang penelitian diperoleh
dari BP3K Kec. Kramatwatu.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting serta data yang
digunakan harus valid. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

21
22

penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil data primer dimana data primer
yaitu data berdasarkan yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung dari
tempat penelitian dan untuk melengkapi data yang dilakukan adalah wawancara
mendalam kepada responden/informan dengan berpedoman pada daftar
pertanyaan yang erat kaitannya dengan permasalahannya yang akan diteliti.
Pada teknik pengumpulan data primer peneliti dapat menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data, diantaranya :
a) Observasi/Pengamatan
Observasi atau pengamatan adalah teknik pengumpulan data dengan cara
melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti.
b) Wawancara/Interview
Wawancara adalah pengumpulan data dengan menggunakan teknik
wawancara mendalam atau antara peneliti dan responden/informan yang
dilakukan untuk mendapatkan keterangan lebih lengkap dan jelas.
Pengumpulan data yang dibimbing oleh pedoman wawancara yang
dipersiapkan. Teknik ini disertai pencatatan konsep, gagasan, pengetahuan
responden/informan yang dilakukan lewat atatap muka.
c) Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang berupa selembaran
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada sasaran/petani mengenai
kegiatan sekolah lapang budidaya tanaman cabai.
d) Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan membaca,
pembelajaran secara kelompok (Discussion) dan mengutip pendapat dari para
ahli, penelitian terdahulu, jurnal dan lainnya yang bersangkutan dengan
penelitian.
e) Dokumentasi
Merupakan salah satu cara memperoleh data dengan sejumlah dokumentasi
yang berasal dari dinas dan instansi terkait, selain itu menghimpun dan
merekam data yang bersifat Dokumentatif.

3.4. Instrument Penelitian


Instrument penelitian merupakan langkah penting dalam pola prosedur
penelitian. Instrument penelitian berfungsi sebagai alat bantu dalam
mengumpulkan data yang diperlukan peneliti. Alat instrument yang digunakan
23

oleh peneliti yaitu berupa kuesioner. Kuesioner tersebut berisikan bahan-bahan


pertanyaan yang ditujukan kepada sasaran. Sedangkan alat untuk mengolah data
tersebut menggunakan MS. Excell dan SPSS.

3.5. Teknik Pengambilan Responden


Teknik pengambilan responden yang digunakan dalam penelitian ini yakni
dengan mengambil sensus peserta kegiatan sekolah lapang, dengan kata lain
pengambilan responden secara keseluruhan dalam populasi tersebut, jumlah
responden sebanyak 12 peserta. Ruslan (2008) mengatakan bahwa alasan
melakukan sensus, yaitu peneliti sebaiknya mempertimbangkan untuk meneliti
seluruh elemen-elemen dari populasi, jika elemen populasi tersebut relatif sedikit.
Sensus lebih layak digunakan jika penelitian yang dimaksudkan untuk
menjelaskan karakteristik setiap elemen dari satu populasi.

3.6. Pengolahan Data


3.6.1. Pengukuran Interval
Metode pengolahan data dari hasil kuesioner untuk variabel x 2
(Pengetahuan) menggunakan metode pengukuran interval.
Wijaya (2009) Rumus interval :
Nilai tertinggi – nilai terendah
Jumlah Kelas
18 – 0
5 = 3,6 , artinya nilai:
0 – 3,5 (Sangat rendah)
3,6 – 7,1 (Rendah)
7,2 – 10,7 (Sedang)
10,8 – 14,3 (Tinggi)
14,4 – 18 (Sangat tinggi)

Tabel 3. 2. Interval Kategori Penilaian Pengetahuan

Kategori Rentang Nilai


Sangat tinggi 14,4 – 18
Tinggi 10,8 – 14,3
Sedang 7,2 – 10,7
Rendah 3,6 – 7,1
Sangat rendah 0 – 3,5
24

3.6.2. Skala likert


Pengukuran sikap (X1), keterampilan (X3) serta kegiatan sekolah lapang
budidaya tanaman cabai (Y), yaitu dengan menggunakan Skala Likert. Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Menurut Sugiyono (2013), Skala
sikap yang banyak digunakan untuk pengukuran segi–segi afektif adalah model
likert. Hasil dari kuesioner tersebut diskoringkan berdasarkan kriteria dibawah ini,
yaitu :
a. Sangat Setuju (SS) ;
b. Setuju (S) ;
c. Ragu – ragu (R) ;
d. Tidak Setuju (TS) dan
e. Sangat Tidak Setuju (STS).
Untuk mengetahui keperluan kuantitatif atau dalam angka, maka jawaban
itu dapat diberi skor, yakni :
Tabel 3. 3. Pengukuran Skala Likert
Kategori Skor
Sangat setuju/ selalu/ sangat positif 5
Setuju/ positif 4
Ragu – ragu/ kadang-kadang/ netral 3
Tidak setuju/ hampir tidak pernah/ negatif 2
Sangat tidak setuju/ tidak pernah 1

3.6.3. Analisis Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik merupakan model analisis untuk mengetahui kondisi data
dalam suatu penelitian, dimana uji asumsi klasik dilakukan agar diperoleh model
analisis yang tepat, seperti analisis regresi yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel tidak bebas (Y). Berikut uji asumsi
yang digunakan dalam mensyaratkan pada analisis regresi :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang
berdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji
kolmogorov-smirnov (goodness of fit) (Imam Ghozali, 2001). Pengujian
dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi hasil pengamatan sesuai
25

dengan expected normal frequents distribusi. Dalam uji kolmogorov-smirnov


yang diperbandingkan adalah distribusi frekuensi kumulatif hasil pengamatan
dengan yang diharapkan. Berikut ini probabilitas untuk menentukan apakah
distribusi tersebut normal atau tidak normal. Kriteria pengambilan kesimpulan
adalah:
A. Nilai sig/ probabilitas < 0,05 maka distribusi tidak normal.
B. Nilai sig/ probabilitas > 0,05 maka distribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel
bebas saling berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel
ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasinya antar sesama variabel
bebas lain sama dengan nol.
Dalam penelitian ini teknik untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas didalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan
Variance inflation factor (VIF), nilai tolerance yang besarnya diatas 0,1 dan
nilai VIF dibawah 10 menunjukkan bahwa tidak ada multikolinearitas diantara
variabel bebasnya (Ghozali, 2006).

3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas yang berarti terdapat varian variabel yang tidak
sama dalam model regresi yang terbentuk. Konsekuensi adanya
heteroskedastisitas dalam model regresi ini adalah penaksiran yang diperoleh
tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun sampel besar. Model regresi yang
baik tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi adanya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan menggunakan model Glejser dengan melihat signifikansi output
yang lebih besar. Jika nilai probabilitas (nilai sig) lebih besar dari 0,05 maka dapat
disimpulkan tidak ada heteroskedastisitas dan sebaliknya (Imam Ghozali, 1995 :
81-82). Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji heteroskedastisitas
menurut Priyanto (2013) adalah :
26

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.6.4. Analisis Regresi Linier Berganda


Dalam upaya menjawab permasalahan dalam penelitian ini maka
digunakan analisis regresi linear berganda (Multiple Regression). Analisis regresi
berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (X) terhadap
variabel tidak bebas terikat (Y) atas perubahan dari setiap peningkatan atau
penurunan variabel bebas yang akan mempengaruhi variabel terikat. Pada
penelitian ini menggunakan alat bantu software SPSS version 21.0 untuk
mempermudah proses pengolahan data-data penelitian dari program tersebut akan
didapatkan output berupa hasil pengolahan data tersebut diinterprestasikan akan
dilakukan analisis terhadapnya. Setelah dilakukan analisis barulah kemudian
diambil sebuah kesimpulan sebagai sebuah hasil dari penelitian.
Pada regresi berganda terdapat satu variabel terikat dan lebih dari satu
variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah
Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai, sedangkan yang menjadi
variabel bebas (X) adalah Perilaku Petani: Sikap (X 1), Pengetahuan (X2) dan
Keterampilan (X3).

Berikut model analisis regresi linear berganda:


Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Dimana:
Y = Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai
α = Bilangan konstanta
b1b2b3 = Koefisien/arah garis
X1 = Pengetahuan
X2 = Keterampilan
27

X3 = Sikap

3.6.5. Koefisien Determinasi (R2)


Koefisein determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar
presentase sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap
variabel dependen. Nilai koefisein determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Koefisien determinasi yang dinyatakan
dengan R2 untuk pengujian regresi linear berganda yang mencakup lebih dari dua
variabel adalah untuk mengetahui proporsi keragaman total dalam variabel tak
bebas (Y) yang dapat dijelaskan atau diterangkan oleh variabel-variabel bebas (X)
yang ada dalam model persamaan regresi linear berganda secara bersama-sama.
Penggunaan R Square (R kuadrat) sering menimbulkan permasalahan,
yaitu bahwa nilai akan selalu meningkat dengan adanya penambahan variabel
bebas dalam satu model. Hal ini akan menimbulkan bias, karena jika ingin
memperoleh model dengan R tinggi, seorang peneliti dapat dengan sembarangan
menambahkan variabel bebas dan nilai R akan meningkat, tidak tergantung
apakah variabel bebas tambahan itu berhubungan dengan variabel terikat atau
tidak. Sehingga disarankan untuk menggunakan Adjusted R Square.
Interpretasinya sama dengan R Square, akan tetapi nilai Adjusted R Square dapat
naik atau turun dengan adanya penambahan variabel baru, tergantung dari korelasi
antara variabel bebas tambahan dengan terikat. Nilai Adjusted R Square dapat
bernilai negatif, sehingga jika nilainya negatif maka nilai tersebut dianggap 0, atau
variabel bebas sama sekali tidak mampu menjelaskan varians dari variabel
terikatnya.

3.6.5. Uji Hipotesis


2.6. Hipotesis
Untuk membuktikan kebenaran hipotesis harus melewati beberapa uji
kebenaran antara lain adalah sebagai berikut :
a. Uji Parsial
28

Uji T statistik pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu


variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat
(Ghozali, 2006). Dengan perumusan hipotesis sebagai berikut :
H0 : ß = 0 Menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen.
H1 : ß > 0 Menyatakan bahwa terdapat pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen.
Kaidah pengambilan keputusan dalam uji t dengan menggunakan SPSS adalah :
 Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima.
 Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak.
Uji T (Parsial)
Hipotesis 1
H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel pengetahuan (X1) secara
parsial terhadap Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai (Y)
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel pengetahuan (X 1) secara
parsial terhadap Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai (Y)
Hipotesis 2
H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel keterampilan (X2) secara
parsial terhadap Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai (Y)
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel keterampilan (X2) secara
parsial terhadap Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai (Y)
Hipotesis 3
H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel Sikap (X3) secara parsial
terhadap Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai (Y)
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel Sikap (X1) secara parsial
terhadap Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai (Y)
b. Uji Simultan
Uji F statistik pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas
yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel terikat (Ghozali, 2006). Dengan uji hipotesis statistik
sebagai berikut :
H0 : ß 1 : ß 2 = 0 Menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh variabel
independen dengan variabel dependen.
H1 : ß 1 : ß 2 > 0 Menyatakan bahwa terdapat pengaruh variabel independen
dengan variabel dependen.
Kaidah pengambilan keputusan dalam uji F dengan menggunakan SPSS adalah :
29

1. Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima.


2. Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak.
Uji F (Simultan)
H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel Pengetahuan (X1),
variabel Keterampilan (X2), variabel Sikap (X3) secara simultan terhadap
Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai (Y)
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel Pengetahuan (X1), variabel
Keterampilan (X2), variabel Sikap (X3) secara simultan terhadap Program
Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai (Y)

3.7. Definisi Operasional Variabel


Konsep operaional yang digunakan dalam penelitian ini mencakup
pengertian–pengertian yang akan digunakan untuk mendapatkan data dan
menganalisis hasil–hasil penelitian, yaitu :

Tabel 3. 4. Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Pengukuran Indikator


Independent (X)
Pengetahuan Merupakan  Penguasaan
(Kognitif) bertambahnya pengertian
Soal Pilihan
keilmuan setelah  Penguasaan
Ganda
mengikuti kegiatan pengetahuan
(Interval)
tersebut budidaya
tanaman cabai
Keterampilan Merupakan  Kecermatan
(Psikomotorik) perubahan yang  Ketelitian
berdampak setelah
mengikuti sekolah
lapang tersebut, Skala Likert
seperti halnya :
meningkatnya hasil
produktivitas atau
hasil panen.
30

Sikap (Afektif)Merupakan  Menyadari atau


perubahan reaksi mau memilih
dari suatu hal yang  Yakin atau mau
belum pernah mengikuti
dilakukan, sehingga Skala Likert
memiliki dampak
perubahan baik
yang positif
maupun negatif.
Dependent (Y)
Sekolah Lapang Dilakukan dengan  Peguasaan
Budidaya menganalisis secara konsep
Tanaman Cabai tepat kesenjangan budiddaya
yang ada pada tanaman cabai
masyarakat, baik dari hulu ke
pengetahuan, sikap hilir
maupun (Persiapan,
keterampilan, Pemeliharaan
sehingga diketahui Skala Likert serta panen dan
kemampuan yang pasca panen)
perlu ditingkatkan
dan menentukan
apa yang
diharapkan dapat
dilakukan peserta
setelah mengikuti
sekolah lapangan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Monografi Wilayah Penelitian


4.1.1. Profil Kecamtan Kramatwatu
Kecamatan Kramatwatu merupakan suatu kecamatan di Kabupaten
Serang, Provinsi Banten, Indonesia. Kecamatan Kramatwatu terdiri dari 15 desa,
yaitu : Lebakwana, Pelamunan, Margasana, Kramatwatu, Pejaten, Wanayasa,
Harjatani, Serdang, Toyomerto, Pegadingan, Pamengkang, Tonjong, Terate, Teluk
Terate dan Margatani. Kecamatan Kramatwatu merupakan kecamatan perbatasan
antara Kabupaten Serang dan Kota Cilegon, serta Kota Serang yang menjadikan
Kecamatan Kramatwatu dengan arus lalu lintas yang cukup padat. Selain itu,
Kecamatan Kramatwatu merupakan jalur lintas yang menghubungkan antara Kota
Cilegon dan Kota Serang, sehingga banyak mobil–mobil muatan besar melintas di
daerah Kecamatan Kramatwatu.
Pertumbuhan Kecamatan Kramatwatu cukup cepat dan masih
menunjukkan keseimbangan antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Mayoritas
masyarakat Kecamatan Kramatwatu yang berada di pedesaan berprofesi sebagai
petani (wilayah pesawahan) dan nelayan (wilayah pesisir). Wilayah pusat
kecamatan yang terletak di Desa Kramatwatu merupakan pusat perkotaan daerah
Kecamatan Kramatwatu sekaligus pusat perbelanjaan. Selain itu, terdapat alun–
alun yang dijadikan sebagai ikon, tempat pusat perkumpulan massyarakat,
pertunjukkan kesenian daerah, festival musik daerah Kecamatan Kramatwatu.

4.1.2. Letak Geografis Kecamatan Kramatwatu


Kecamatan Kramatwatu secara geografis terletak di bagian utara
Kabupaten Serang dan berjarak sekitar 8 km dari ibu kota kabupaten. Wilayah
Kecamatan Kramatwatu berbatasan langsung dengan Kecamatan Bojonegara dan
Laut Jawa di sebelah Utara, Kecamatan Waringinkurung di sebelah Selatan, dan
Kota Serang di sebelah Timur dan Kota Cilegon di sebelah Barat dngan bentuk

36
37

topografi pada umumnya merupakan daratan yang memiliki ketinggian rata-rata <
20 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Luas wilayah Kecamatan Kramatwatu adalah 48,59 km2, yang terdiri dari
16 desa. Salah satu desa yang memiliki luas wilayah terluas adalah desa tonjong
yaitu 5,94 km2. Desa Tonjong memiliki luas lahan pertanian yang luas
dibandingkan desa lain di Kecamatan Kramatwatu. Desa Margatani merupakan
desa dengan luas wilayah terkecil diantara desa–desa yang ada di Kecamatan
Kramatwatu, dengan luas wilayah 2,47% dari luas wilayah Kecamatan
Kramatwatu. Berikut gambaran peta Kramatwatu pada gambar 4.1. di bawah ini.

Gambar 4. 1. Peta Kecamatan Kramatwatu, Kab. Serang, Provinsi Banten

4.1.3. Keadaan Administrasi Wilayah dan Pemerintahan


Kecamatan Kramatwatu terbagi menjadi 15 desa, dengan pusat
pemerintahan atau ibu kota terletak di Desa Kramatwatu. Ada 9 desa berstatus
perkotaan dan sisanya berstatus pedesaan sejumlah 6 desa. Kecamatan
Kramatwatu yang terdiri dari 15 desa, memiliki total aparatur desa dan kecamatan
sebanyak 153 orang. Kantor Kecamatan Kramatwatu terdiri dari Camat, Sekretaris
Camat, Kasi dan Staff, sedangkan masing–masing desa terdiri dari Kepala Desa,
Sekretaris Desa, Kasi dan Staff/Kaur. Jumlah aparatur tahun 2015 lebih sedikit
dibanding tahun sebelumnya, dikarenakan adanya peraturan dari pemerintah
tentang aparatur desa. Sehubungan dengan peraturan pemerintah desa, maka status
aparatur desa yang dulunya Tenaga Kerja Sukarela (TKS) menjadi Tenaga
38

Honorer. Setiap aparatur desa mendapat penghasilan tetap (SilTap) yang telah
diatur dalam Undang–Undang dan masuk anggaran belanja pegawai desa. Berikut.
Tabel 4. 1. Statistik Pemerintahan Kecamatan Kramatwatu

Uraian 2014 2015


Desa 15 15
Kelurahan - -
Status perdesaan 6 6
Status Perkotaan 9 9
Jumlah PNS 28 27
- Laki – laki 75% 75%
- Perempuan 25% 25%
Tenaga Honorer 4 126
Tenaga Sukarela 151 -
Sumber : Kec. Kramatwatu Dalam Angka 2016

4.1.4. Keadaan Penduduk


Berdasarkan konsep kependudukan BPS, penduduk adalah semua orang
yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau
lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk
menetap. Jumlah penduduk di Kecamatan Kramatwatu yaitu 91.772 jiwa, yang
terdiri 47.053 laki–laki dan 44.719 penduduk perempuan. Kecamatan yang berada
di bagian utara Kabupaten Serang ini memiliki rasio penduduk sebesar 105 berarti
setiap 100 penduduk perempuan terdaat 105 peduduk laki–laki. Angka rasio
ketergantungan penduduk merupakan perbandingan penduduk tidak/belum
produktif (0–14 tahun dan 65 tahun ke atas) terhadap penduduk usia produktif
(15–64 tahun). Kecamatan Kramatwatu memiliki angka rasio ketergantungan
sebesar 0,46. Penduduk usia produktif (15–64) sebanyak 62.436 atau 68,03%
penduduk usia tua (65+) sebanyak 2.144 atau 2,34% dan penduduk usia muda (0–
14) sebanyak 27.192 atau 29,63%. Berikut Tabel 4.2. mengenai indikator
kependudukan Kecamatan Kramatwatu dan Kabupaten Serang.

Tabel 4. 2. Indikator Kependudukan Kecamatan Kramatwatu dan Kabupaten Serang


39

Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang


Uraian
2014 2015 2014 2015
Penduduk 91.069 91.772 1.463.094 -
- laki – laki 46.707 47.053 742.298 -
- Perempuan 44.362 44.719 720.796 -
Rasio Jennis Kelamin 105 105 103 103
Kepadatan Penduduk 1.874 1.889 997 -
Sumber : Kec. Kramatwatu Dalam Angka 2016

Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Kramatwatu.


Ragam jenis pekerjaan yang dimiliki oleh masyarakat untuk mencari nafkah
merupakan salah satu faktor yang mendorong masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan yang semakin kompleks. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa
penduduk yang belum memiliki pekerjaan dan ada penduduk yang belum
memasuki usia kerja atau tidak tergolong dalam usia produktif serta adanya
penduduk Kecamatan Kramatwatu yang masih menempuh pendidikan formal.
Mata pencaharian sebagian besar masyarakat Kecamatan Kramatwatu bekerja
sebagai petani dengan jumlah 12.320 jiwa atau 23,33%. Hal ini disebabkan karena
tersedianya lahan persawahan yang masih luas di daerah tersebut. Hal ini
membuat masyarakat Kecamatan Kramatwatu lebih memilih berprofesi sebagai
petani. Sementara itu penduduk Kecamatan Kramatwatu juga banyak yang
memiliki mata pencaharian sebagai karyawan swasta, yaitu sebanyak 11.350 jiwa
atau 21,496%. Hal ini disebabkan oleh letak geografis Kecamatan Kramatwatu
yang berdekatan dengan Kota Cilegon dan Kecamatan Bojonegara, yang mana di
daerah tersebut banyak industri dan perusahaan swasta, sehingga banyak
masyarakat Kecamatan Kramatwatu yang memilih berprofesi sebagai karyawan
industri dan perusahaan swasta tersebut. Berikut tabel yang menjelaskan mengenai
keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian pada Tabel 4.3.

Tabel 4. 3. Keadaan Penduduk Kecamatan Kramatwatu Berdasarkan Mata


Pencaharian
40

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Presentase (%)


1 PNS 5.940 11,250
2 TNI 255 0,483
3 Karyawan Swasta 11.350 21,496
4 Petani 12.320 23,333
5 Buruh 9.200 17,424
6 Wiraswasta 8.502 16,102
7 Lain-lain 5.233 9,911
Total 52.800 100
Sumber: Monografi Kecamatan Kramatwatu

4.1.5. Keadaan Pendidikan di Kecamatan Kramatwatu


Tertulis dalam Pasal 31 ayat 1–5, dimana pasal tersebut yang mengatur
tentang pendidikan di Indonesia. Makna dari pasal tersebut mengenai hak dan
kewajiban sebagai warga negara Republik Indonesia khususnya dalam hal dunia
pendidikan dan kebudayaan. Nagara (Pemerintah) berkewajiban membiayai
pendidikan anak–anak bangsa. Pemerintah harus memberikan anggaran
setidaknya 20 persen dari APBN Negara. Anggaran tersebut salah satunya
diperuntukkan untuk pembangunan/perbaikan sekolah. Meskipun demikian, masih
banyak dijumpai sekolah yang daya tampungnya melebihi muatan, sehingga rasio
murid terhadap sekolahnya besar.
Fasilitas bangunan sekolah yang tersedia di Kecamatan Kramatwatu dari
berbagai jenjang pendidikan sudah memadai. Jumlah fasilitas bangunan untuk
Pendidikan Anak usia Dini (PAUD) sebanyak 40 unit. Banyaknya TK dan SD
masing–masing 20 dan 31 untuk SMP, SMA dan SMK, ada yang belum memiliki
bangunan tersendiri. Sebagaimana dalam tabel 4.4. Statistik Pendidikan Kec.
Kramatwatu.
Tabel 4. 4. Statistik Pendidikan Kecamatan Kramatwatu
Dinas Pendidikan Kementrian Agama
Uraian
Tahun 2015 Taahun 2015
PAUD/ RA 40 12
TK/ Madrasah Diniyah 20 -
SD/ Madrasah Ibtidaiyah 31 -
SMP/MTs 9 6
SMA/MA 3 1
SMK 6 -
Perguruan Tinggi 4 -
Sumber : Kec. Kramatwatu Dalam Angka 2016
Rasio ideal murid terhadap guru menurut Suryadama adalah 25, berarti
rasio murid guru SD sampai dengan SMA di Kecamatan Kramatwatu, untuk SMP
41

dan SMA sudah optimal sehingga untuk memaksimalkan proses belajar mengajar
di tingkat SD perlu dilakukan penambahan guru. Rasio murid–guru per jenjang
pedidikan SD, SMP dan SMA masing–masing 29, 16 dan 9. Rasio murid terhadap
guru untuk jenjang SMP dan SMA tergolong kecil dikarenakan peminat murid
sekolah swasta rendah.
Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Kramatwatu dinilai cukup baik,
karena banyak penduduk yang menyelesaikan pendidikan SD, SMP, SMA,
DI/DII/DIII/DIV bahkan S1/S2/S3 dengan presentase 21,275%, 20,146%,
19,81%, 9,82% dan 11,992%. Hal tersebut menunjukan bahwa masih banyak
penduduk Kecamatan Kramatwatu yang memprioritaskan pendidikan. Walaupun
tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Kramatwatu lebih banyak yang hanya
telah menyelesaikan pendidikan SD, tetapi cukup banyak penduduk kecamatan
Kramatwatu yang telah menyelesaikan pendidikan diatas tingkat pendidikan SD.
Berikut tingkat pendidikan Kecamatan Kramatwatu berdasarkan tingkat pedidikan
dapat dilihat paaa Tabel 4.5.
Tabel 4. 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Presentase
1 Belum Sekolah 4.054 4,163
2 Tidak Sekolah 2.155 2,213
3 Tidak Tamat SD 10.299 10,576
4 SD 20.718 21,275
5 SMP 19.618 20,146
6 SMA 19.296 19,815
7 DI/DII/DIII/DIV 9.536 9,820
8 S1/S2/S3 11.678 11,992
Total 97.381 100
Sumber: Monografi Kecamatan Kramatwatu 2015

4.1.6. Keadaan Pertanian di Kecamatan Kramatwatu


Sektor pertanian adalah salah satu potensi yang dimiliki Kecamatan
Kramatwatu. Luas lahan pertanian sawah sebesar 2.548,71 ha atau 52% dari luas
total daerah Kecamatan Kramatwatu sendiri. Areal persawahan yang begitu luas
dimanfaatkan dengan optimal oleh penduduk. Kecamatan yang memiliki jumlah
91.069 jiwa mempunyai musim tanam rata–rata dua kali dalam setahun. Produksi
padi pada tahun 2014 sebanyak 25.276 ton. Produktivitas padi yang dapat dicapai
sebesar 5,5 ton/ha, dengan luas panen 4.594 ha. Berikut Tabel 4.6. mengenai data
produktivitas tanaman pangan.
42

Tabel 4. 6. Data Produktivitas Tanaman Pangan


No Tanaman pangan yang ditanam Ton/Ha
1 Padi 5,50
2 Jagung 0
3 Kedelai 0
4 Kacang Tanah 1,33
5 Kacang Hijau 0
6 Ubi Kayu 15
7 Ubi Jalar 0
Sumber: Kec. Kramatwatu dalam angka 2016
Selain padi dan palawija, Kecamatan Kramatwatu juga menghasilkan
tanaman hortikultura. Tanaman hortikultura yang menjadi produk unggulan
diantaranya bawang merah, sawi (caisim), kacang panjang, ketimun, kangkung,
dan bayam. Pada umumnya petani di Kecamatan Kramatwatu menggunakan
sistem surjan dimana tidak hanya menanam padi tetapi dapat menanam tanaman
hortikultura. Sistem surjan merupakan pemanfaatan lahan, dimana permukaan
yang rendah digunakan untuk menanam padi atau ikan, sedangkan dipermukaan
tingginya digunakan menanam tanaman jenis hortikultura. Sebagaimana petani
Kramatwatu menggunakan permukaan yang tingginya dengan sistem tumpangsari
sehingga dapat memanen tiga jenis tanaman sekaligus. Tanaman hortikultura yang
hampir setiap bulan panen sangat membantu perekonomian petani dalam
kesehariannya.

4.2. Karakteristik Responden


Karakteristik responden merupakan gambaran umum mengenai responden
dalam penelitian ini. Karakteristik responden dapat dilihat melalui beberapa aspek
seperti umur, pendidikan terakhir, status kepemilikan lahan serta luas garapannya,
pengalaman dalam berusahatani, dan tanggungan keluarga. Pengambilan data
karakteristik responden tersebut, hanya diperuntukkan kepada peserta kegiatan
Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten
Serang–Provinsi Banten.
2.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur atau usia merupakan salah satu faktor produktif seseorang, dimana
manusia hidup sebagai penggerak roda kehidupan. Jika umur seseorang
bertambah dewasa maka manusia tersebut semakin tinggi rasa partisipasi dalam
bekerja, sehingga mendapatkan reward yang akan mencukupi kebutuhan
43

hidupnya. Berikut data umur responden peserta kegiatan Sekolah Lapang


Budidaya Tanaman Cabai di Kecamatan Kramatwatu.

Tabel 4. 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Peserta Kegiatan Sekolah Lapang


Budidaya Tanaman Cabai
Umur Jumlah (Jiwa) Persentasi (%)
38 – 43 2 16,67
44 – 49 4 33,34
50 – 55 5 41,67
> 56 1 8,34
Jumlah 12 100
Sumber: Data Primer 2017 (diolah)

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa umur responden peserta


kegiatan Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai masih tergolong ke dalam
umur yang produktif, sekitar 50% dari umur 38 sampai dengan 50 tahun (Masa
Dewasa Akhir–Masa Lansia Awal Tahun). Karakteristik responden berdasarkan
umur dalam kegiatan tersebut memiliki kemampuan fisik yang cukup potensial
dalam melakukan kegiatan bertani untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu,
untuk kategori umur dari 50 sampai dengan 58 tahun (lansia) terdapat 50% masih
dapat melakukan usaha tani.

2.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


Pendidikan merupakan modal awal dalam memasuki era zaman kini.
Tingkat Pendidikan responden dapat berpengaruh dalam berfikir, mengambil
keputusan sampai melakukan tindakan. Semakin tinggi tingkat pendidikan
responden, maka tingkat adopsi dari hal yang baru akan terlihat berbeda, sehingga
akan terjadi perlakuan yang berbeda pula. Berikut data karakteristik responden
berdasarkan pendidikan.

Tabel 4. 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Akhir Peserta Kegiatan


Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai di Kecamatan Kramatwatu
Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentasi (%)
Tidak Sekolah 1 8,33
SD 3 25
SMP 4 33,33
SMA 4 33,33
Jumlah 12 100
44

Sumber: Data Primer 2017 (diolah)

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa pendidikan responden


peserta Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai berpendidikan sekitar 66,66%
dengan tingkat pendidikan SMP dan SMA. Sedangkan responden yang tidak
sekolah hanya 8% saja (1 orang) dari 12 peserta, maka dengan kata lain tingkat
pendidikan responden peserta kegiatan Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai
dapat dikatakan cukup tinggi.

2.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan


dan Luas Garapan
Lahan merupakan media tanam yang digunakan responden dalam berusaha
tani. Setiap responden memiliki status kepemilikan lahan yang berbeda–beda.
Status kepemilikan lahan milik responden peserta sekolah lapang budidaya
tanaman cabai ini beragam, seperti milik sendiri, sewa maupun kontrak. Sistem
kontraknya pun bermacam–macam, ada yang bayar pertahunnya ada juga yang
bagi hasil, dan ada juga yang membayar ketika lahan tersebut sudah diolah
(digunakan). Berikut data status kepemilikan lahan responden peserta kegiatan
sekolah lapang budidaya tanaman cabai di Kecamatan Kramatwatu.

Tabel 4. 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Peserta


Kegiatan Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai di Kecamatan Kramatwatu
Status Kepemilikan Lahan Jumlah (Jiwa) Persentasi (%)
Milik Sendiri 7 58,33
Kontrak 3 25
Sewa 2 16,67
Jumlah 12 100
Sumber: Data Primer 2017 (diolah)

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, para peserta sekolah lapang


budidaya tanaman cabai di Kecamatan Kramatwatu 58,33% memiliki lahan miliki
sendiri, baik itu berupa miliki sanak saudaranya maupun milik sendiri. Terdapat
beberapa responden yang menyewa lahan ke pemilik tanah ataupun mengkontrak
41,67% 5 orang dari 12 peserta kegiatan sekolah lapang budidaya tanaman cabai.
Luas garapan yang digunakan sebagai areal bertani peserta kegiatan
Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai dengan jumlah keseluruhan 4,83 ha.
45

Luas garapan tersebut yang khusus ditanami tanaman cabai saja, karena di
Kecamatan Kramatwatu meggunakan sistem surjan dimana permukaan rendahnya
digunakan untuk padi, sedangkan permukaan yang tingginya digunakan untuk
bawang merah dan tanaman cabai dari program Sekolah Lapang. Untuk lebih
jelasnya, berikut data luas garapan peserta Sekolah Lapang Budidaya Tanaman
cabai di Kecamatan Kramatwatu.
Tabel 4. 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Garapan Lahan Peserta Kegiatan
Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai di Kecamatan Kramatwatu
Luas Lahan (Ha) Jumlah (Jiwa) Persentasi (%)
0,01 – 0,15 5 41,67
0,16 – 0,50 5 41,67
0,51 – 1 2 16,67
Jumlah 12 100
Sumber: Data Primer 2017 (diolah)
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa 83,34% luas lahan garapan peserta
sekolah lapang budidaya tanaman cabai dibawah setengah hektar.

2.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani


Pengalaman berusaha tani merupakan langkah awal dalam bertani.
Sebagaimana pengalaman bertani responden dalam berusaha tani khususnya pada
tanaman cabai tersebut. Pengalaman bertani responden berkisar dari 2 sampai
dengan 40 tahun. Kegiatan bertani pada umumnya mengikuti jejak dari orang tua
responden sebagai petani. Seperti pada Bapak Fahri dan Bapak Gozali mereka
memulai bertani semenjak duduk dibangku sekolah dasar membantu kedua
orangtuanya dalam berusahatani. Pengalaman berusahatani responden yang sudah
melakukan usaha tani dari 20 tahun ke atas sebesar 66,67% sebanyak 8 orang.
Tabel 4. 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani Peserta
Kegiatan Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai di Kecamatan
Kramatwatu
Lama Bertani (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentasi (%)
1 – 10 2 16,67
11 – 20 3 25
21 – 30 4 33,33
31 – 40 4 33,33
Jumlah 12 100
Sumber: Data Primer 2017 (diolah)
46

2.2.5. Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga


Tanggungan keluarga merupkan tanggungan yang harus dilakukan oleh
kepala keluarga. Tanggungan keluarga berisikan istri dan anak. Anak yang sudah
berkeluarga dan sudah memiliki pekerjaan tetap maka tidak termasuk kepada
tanggungan responden. Semakin banyak tanggungan keluarga, maka semakin
besar pula pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal tersebut dapat
menjadikan dorongan agar bekerja dengan lebih baik lagi, dengan begitu dapat
meningkatkan pendapatan sehingga dapat tercukupinya kebutuhan hidup keluarga
yang termasuk dalam tanggungan keluarga responden. Berikut tabel Karakteristik
Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Peserta Kegiatan Sekolah
Lapang Budidaya Tanaman Cabai di Kecamatan Kramatwatu.

Tabel 4. 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Peserta


Kegiatan Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai di Kecamatan
Kramatwatu
Tanggungan Keluarga Jumlah (Jiwa) Persentasi (%)
1–4 7 58,33
5–8 4 33,33
>9 1 8,33
Jumlah 12 100
Sumber: Data Primer 2017 (diolah)

Berdasarkan Tabel diatas bahwa jumlah tanggungan keluarga responden yang


paling tinggi pada kategori 1–4 tanggungan keluarga sebanyak 7 peserta
(58,33%). Bahkan terdapat jumlah tanggungan keluarga >9 (10 jiwa) yang terdiri
dari orang tua responden dan anak responden.

4.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas


4.3.1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk menguji kevalidan kuesioner. Validitas
menunjukan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas pada penelitian ini menggunakan 12
responden. Validitas suatu data dapat diketahui dengan membandingkan r hitung
dengan r tabel, dengan ketentuan:
Hasil r hitung > r tabel = valid
47

Hasil r hitung < r tabel = tidak valid


Nilai r hitung diperoleh dari tanggapan responden kemudian diolah dengan
program SPSS versi 21, sementara nilai r tabel di dapat melalui perhitungan r
tabel product moment dengan n = 12 dan tingkat sign. Α = 0,05 maka di dapat
nilai r sebesar 0,576. Hasil Perbandingan r hitung dan r tabel dapat dilihat dari
tabel berikut ini:
Tabel 4. 13. Hasil Uji Validitas Kuesioner
Variabel Indikator rhitung rtabel Keterangan
Sikap (X1)
X1.1 0,924 0,576 VALID
X1.2 0,924 0,576 VALID
X1.3 0,811 0,576 VALID
X1.4 0,801 0,576 VALID
X1.5 0,777 0,576 VALID
X1.6 0,779 0,576 VALID
X1.7 0,869 0,576 VALID
X1.8 0,889 0,576 VALID
X1.9 0,764 0,576 VALID
X1.10 0,827 0,576 VALID

Keterampilan (X3)
X3.1 0,843 0,576 VALID
X3.2 0,918 0,576 VALID
X3.3 0,916 0,576 VALID
X3.4 0,858 0,576 VALID
X3.5 0,916 0,576 VALID
X3.6 0,899 0,576 VALID
X3.7 0,916 0,576 VALID
X3.8 0,598 0,576 VALID
X3.9 0,808 0,576 VALID
X3.10 0,858 0,576 VALID

Sekolah Lapang (Y)


Y1.1 0,980 0,576 VALID
Y1.2 0,980 0,576 VALID
Y1.3 0,869 0,576 VALID
Y1.4 0,757 0,576 VALID
Y1.5 0,980 0,576 VALID
Y1.6 0,980 0,576 VALID
Y1.7 0,980 0,576 VALID
Y1.8 0,879 0,576 VALID
Y1.9 0,911 0,576 VALID
Y1.10 0,858 0,576 VALID
Sumber: Data Primer yang diolah, 2017

Berdasarkan Tabel 4.13 hasil uji validitas menunjukan r hitung dari indikator
variabel sikap, keterampilan dan program sekolah lapang budidaya tanaman cabai,
semuanya lebih besar daripada r , sehingga dapat disimpulkan bahwa semua
tabel

indikator yang digunakan valid untuk dijadikan sebagai alat ukur variabel.
4.3.2. Uji Reliabilitas
Alat untuk mengukur reliabilitas adalah Alpha Cronbach. Suatu variabel
dikatakan reliabel apabila :
Hasil α ≥ 0,60 = reliabel
48

Hasil α < 0,60 = tidak reliabel

Tabel 4. 14. Hasil Uji Reliabilitas


Variabel Hasil (α) Keterangan
Sikap (X1) 0,946 0,60 Reliabel
Keterampilan (X3) 0,942 0,60 Reliabel
Program Sekolah Lapang (Y) 0,974 0,60 Reliabel
Sumber: Data Primer yang diolah, 2017

Berdasarkan Tabel 4.10. menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha/Hasil


pada variabel Sikap adalah 0,946; variabel Keterampilan adalah 0,942; variabel
Program Sekolah Lapang adalah 0,974. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
instrument untuk setiap variabel penelitian adalah reliabel dan layak untuk
dilanjutkan ke tahap penelitian selanjutnya karena nilai cronbach’s alpha dari
semua variabel yang diuji memiliki nilai > 0,60.

4.4. Gambaran Umum Program Sekolah Lapang Buididaya Tanaman Cabai


4.4.1. Persiapan Bibit, Lahan dan Penanaman
Persiapan bibit dilakukan sebelum penanaman di lahan atau pot.
Persiapannya meliputi persiapan wadah pembibitan, penyemaian benih, hingga
pemeliharaan bibit. Berikut tahap-tahap persiapan sebelum penanaman di lahan,
baik skala luas maupun sempit (pekarangan).

a. Lahan Pembibitan
Pembibitan dilakukan untuk mempersiapkan bibit hingga siap ditanam
dilahan. Hal-hal yang perlu ditimbangkan dalam pemilihan tempat persemaian
seperti tempat pembibitan cukup mendapatkan cahaya matahari dan tidak
ternaungi, dekat dengan sumber air, dekat dengan areal penanaman untuk
mempermudah pengangkutan bibit, serta bebas dari sumber inang hama dan
penyakit.
b. Persiapan Media Semai
Media semai bermanfaat sebagai media awal tumbuh bibit. Oleh karena
itu, persiapan media semai merupakan caampuran dari berbagai bahan seperti
tanah, pupuk kandang, cocopeat dan arang sekam. Media semai yang baik
memiliki ciri remah, halus, tidak mudah memadat dan kaya bahan organik tetapi
sudah terdekomposisi dengan baik.
49

c. Penyemaian Benih
Benih dapat langsung disemai di polybag kecil atau tray atau
dikecambahkan terlebih dahulu. Agar diperoleh hasil yang baik, benih dirangsang
terlebih dahulu untuk berkecambah. Bahan yang digunakan untuk merangsang
perkecambahan adalah kertas atau kain lembab dan zat perangsang tumbuh seperti
Atonik.
d. Pemeliharaan Pembibitan
Pemeliharaan pembibitan meliputi penyiraman, pemupukan dan
pengendalian organisme pengganggu tanaman. Pemupukan bibit bermanfaat
untuk menghasilkan bibit yang berkualitas. Pupuk yang digunakan, yaitu pupuk
daun (misalnya NPK mutiara 16:16:16, NPK Phonska atau NPK pelangi).
Pengendalian organisme pengganggu tanaman sejak di pembibitan sangat penting.
Organisme pengganggu tanaman yang sering menyerang bibit cabai adalah
penyakit rebah kecambah, kutu daun, kutu thrips dan tungau.
Cabai memerlukan tanah yang gembur, remah, bebas gulma, seta cukup air
dan hara. Setelah melakukan tata letak lokasi penanaman di lahan luas atau
pekarangan, tahap selanjutnya adalah persiapan lahan. Persiapan lahan untuk
penanaman cabai meliputi pengolahan tanah, pembuatan bedengan, pengapuran,
pemupukan dasar dan pemasangan mulsa plastik hitam perak.
Pengolahan tanah bertujuan untuk menggemburkan tanah, memperbaiki
aerasi dan draenase tanah, serta mengendalikan gulma. Untuk mencapai tujuan
tersebut, diperlukan pembajakan tanah, penghalusan tanah dan pembuatan
bedengan. Adapun cara pengolahan tanah seperti pembersihan lahan dan sisa–sisa
tanaman dan sampah, bajak atau cangkul tanah ± 30-50 cm, gemburkan tanah
sedalam ± 20 cm secara merata sebelum dibuat bedengan, buat bedengan dengan
ukuran lebar 100-110 cm dan panjang 10-15 cm serta atur bedengan sehingga
memanjang dari arah timur ke barat, buat saluran drainase di sekeliling lahan
pertanaman dengan kedalaman 70 cm dan lebar 60 cm.
Pengapuran tanah dilakukan apabila tanah memiliki pH < 5,5. Derajat
keasaman (pH) tanah yang ideal untuk penanaman cabai sekitar 5,5-6,8.
Pengapuran bertujuan untuk menaikkan pH tanah agar sesuai dengan kebutuhan
tanaman danmeningkatkan unsur hara. Selain itu pengapuran berfungsi sebagai
50

mendorong aktivitas jasad renik tanah dalam proses nitrifikasi dan penguraian
bahan organik tanah.
Pemberian pupuk dasar adalah pemberian pupuk organik atau pupuk
kandang dan anorganik sebelum penanaman cabai. Pemberian pupuk kandang
diperlukan untuk memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan jumlah
organisme tanah yang berguna dalam proses penguraian bahan organik menjadi
bahan yang tersedia bagi tanaman. Pupuk kandang yang digunakan di antaranya
kotoran sapi, kotoran kerbau, kotoran kambing, kotoran ayam, kotoran kuda,
kotoran itik dan kotoran puyuh. Selain pupuk kandang, pupuk dasar yang
diberikan adalah ZA, urea, SP 36, KCL dan borat.
Pemasangan mulsa sangat diperlukan dalam teknik budidaya tanaman
cabai. Mulsa memiliki manfaat seperti pada plastik warna hitamnya sebagai
menekan pertumbuhan gulma, menjaga tanah tetap gembur, menjaga kestabilan
suhu dan kelembapan tanah. Adapun warna perak pada plastik mulsa berfungsi
sebagai memantulkan cahay matahari sehingga mengurangi serangan hama apids,
thrips, tungau, serta meningkatkan kualitas buah.
Pengaturan jarak tanam penanaman cabai berpengaruh terhadap keadaan
iklim mikro di sekitar tanaman dan penerimaan cahaya. Jarak tanam yang terlalu
dekat dapat mengakibatkan kepadatan tanaman lebih tinggisehingga dapat
meningkatkan kelembapan udara di sekitar tanaman dan medukung kehidupan
organisme pengganggu tanaman, terutama cendawan dan bakteri. Pengaturan
jarak tanam cabai ditanam dengan jarak ± 50 cm-60 cm.
Penentuan waktu tanam didasarkan pada musim dan kebutuhan pasar. Keadaan
cuaca dalam budidaya tanaman cabai berpengaruh terhadap perkembangan
organisme pengganggu tanaman, yaitu hama dan patogen. Waktu tanam yang baik
untuk lahan kering adalah akhir musim hujan (Maret-April). Sedangkan pada
musim hujan agar dapat memperoleh nilai tinggi dilakukan pada bulan oktober
dan panen pada bulan desember. Cara penanaman bibit cabai di lahan dilakukan
dengan hati-hati pada saat pemindahan bibit dari semaian ke lahan, kemudian
ditanam ke dalam lubang dan dipadatkan dengan ujung jari.
51

4.4.2. Pemeliharaan Tanaman, Pengendalian Hama dan Penyakit


Merawat tanaman merupakan kegiatan sangat penting dalam budidaya
cabai agar diperoleh produktivitas tinggi. Kegiatan merawat tanaman umumnya
meliputi pengajiran, penyulaman, pembuangan tunas air (pewiwilan), pemupukan
susulan, pengairan dan pengendalian OPT.
Pengajiran dilakukan sebagai pemberian penopang atau penguat agar
tanaman dapat tegak dengan baik, karena batang cabai tidak mampu menopang
dahan, daun dan buah yang cukup banyak. Ajir dapat berupa bambu yang dibelah
berukuran lebar 5 cm, lebar 2 cm dan panjang 120-200 cm, tergantung kesuburan
tanaman. Pemasangan ajir dilakukan sedalam 20-25 cm, dipasang pada bagian
tengah tanaman kemudian diikat batang yang berada di bawah cabang utama pada
umur 10-15 hari setelah tanam dengan tali plastik pada ajir. Ikatan antara ajir dan
batang harus longgar agar tidak mencekiki tanaman.
Penyulaman adalah kegiatan mengganti bibit tanaman yang mati atau
pertumbuhannya kurang baik (lambat). Bibit pengganti harus berasal dari bibit
cadangan yang telah disiapkan sebelumnya agar pertumbuhannya relatif sama
dengan tanaman lain. penyulaman sebaiknya dilakukan pada sore hari agar bibit
mudah beradaptasi.
Pewiwilan merupakan pembuangan tunas air di bawah cabang pertama
(dikotomus). Tunas air harus dibuang karena tidak akan produktif dan hanya akan
memanfaatkan hasil fotosintesis dari daun–daun yang lain sehingga mengganggu
pertumbuhan cabang lainnya. Perampelan juga dilakukan pada bunga pertama
akan keluar pada cabang pertama. Tujuan perampelan ini untuk merangsang
pertumbuhan tunas dan cabang (pertumbuhan vegetatif), pada pertanaman cabai di
dataran tinggi, perampelan dilakukan hingga bunga ke dua.
Pemupukan susulan perlu dilakukan agar ketersediaan unsur hara sesuai
dengan kebutuhan dan stadia tanaman. Tanaman yang belum berubah
membutuhkan hara N lebih tinggi dari pada P dan K. Sementara itu tanaman
berubah membutuhkan hara P dan K lebih tinggi dari pada N. Pemupukan di
lakukan melalui daun dan/atau akar. Pemupukan melalui akar berupa pupuk kocor
atau tabur. Daerah curah hujan rendah, pupuk kocor lebih baik dari pada pupuk
tabur.
52

Air memegang peranan penting dalam budidaya cabai. Pemberian air


secara optimal berdasarkan fase pertumbuhan tanaman akan meningkatkan
produktivitas. Kekurangan air berkepanjangan saat fase vegetatif menyebabkan
pertumbuhan cabang dan adaun terganggu. Daun berukuran kecil dan berwarna
pucat. Saat fase vegetatif, kekurangan air menyebabkan kerontokan bunga, bakal
buah dan buah sehingga sangat menurunkan hasil. Kelebihan air juga
mengganggu pertumbuhan tanaman. Pada tanaman muda air yang berlebihan
dapat menyebabkan perakaran membususk dan berakibat kematian tanaman. Pada
tanaman yang sedang berbunga dan berbuah, kelebihan air menyebabkan bunga
dan buah rontok.
Pengendalian gulma dilakukan pada gulma di parit maupun lubang tanam
secara rutin. Gulma yang tumbuh di lubang tanam harus segera dibersihkan
karena akan berkompetensi dengan tanaman dalam penyerapan hara, air, oksigen,
CO2 dan cahaya matahari. Kompetensi ini dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman menjadi terganggu. Gulma dapat pula menjadi inang hama dan penyakit
tanaman. Gulma dapat menjadi inang hama dan penyakit. Misalnya, babadotan
dan puteri malu yang merupakan inang penyakit keriting kuning.
Pengendalian hama dan penyakit merupakan salah satu dari dampak
terbesar dari serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai adalah gagal panen,
sehingga dapat menghambat peningkatan produksi cabai. Hama penting pada
tanaman dan buah cabai, di antaranya thrips, kutu daun apids, kutu daun persik,
tungau, lalat buah dan lain-lain. Beberapa hama merupakan pembawa penyakit
penting. Misalnya thrips, apids dan tungau merupakan faktor penyakit keriting
mozaik yang disebabkan oleh virus; kutu kebul merupakan faktor penyakit dari
tanaman sakit ke tanaman sehat hanya dalam beberapa hari. Serangan hama
penting ini akan semakin tinggi pada musim kemarau. Oleh karena itu, kegiatan
pencegahan dan pengendalian rutin hama ini sangat penting.
Penyakit penting tanaman dan buah cabai, di antaranya rebah kecambah,
layu bakteri, layu fusarium, antraknosa, busuk daun, choanephora, hawar
phytopthora, bercak daun cercospora, bercak bakteri, busuk lunak bakteri, keriting
kuning, mozaik virus dan kerupuk. Beberapa penyakit dibawa oleh hama tertentu
53

seperti thrips, apids, tungau dan kutu kebul. Serangan penyakit tertentu yang
disebabkan oleh cendawan dan bakteri akan semakin tinggi saat musim hujan.

4.4.3. Penanganan Panen dan Pasca Panen


Keberhasilan panen dan penanganan pasca panen juga tidak terlepas dari
kegiatan budi daya, seperti penanaman dan pemeliharaan hingga akhirnya tiba
saat panen. Pemanenan cabai perlu dilakukan dengan tepat waktu, teknik,
ketelitian dan kesabaran. Pemanenan yang terlalu cepat akan menghasilkan
kualitas cabai yang kurang maksimal. Demikian juga jika terlambat, kualitas cabai
akan menurun akibat busuk dan gampang rusak. Oleh karena itu, penanganan
pasca panen ditujukan untuk meningkatkan daya simpan dan daya guna
semaksimal mungkin, selain menjaga kualitas.
a. Waktu panen
Umur panen dipengaruhi oleh varietas dan lokal penanaman. Di dataran
rendah, tanaman akan lebih cepat panen dibandingkan di dataran tinggi. Umur
panen pertama adalah 75-85 HST di dataran rendah atau 85-95 HST di dataran
tinggi. Pemanenan dilakukan 3-4 hari sekali hingga 16-20 kali panen. Waktu
panen yang baik adalah saat bobot buah masih optimal, yaitu pagi hari, setelah
embun menghilang. Tujuannya agar buah yang dipetik tidak terkontaminasi oleh
organisme pembusuk.
b. Cara Panen
Cara panen yang baik adalah dengan memetik buah cabai beserta
tangkainya. Lakukan pemanenan secara hati-hati agar ranting atau cabang tidak
patah. Buah yang dipetik dengan tangkai akan lebih tahan lama disimpan dari
buah yang dipanen tanpa menyertakan tangkainya. Selain itu, buah yang dipanen
dengan tangkai membuat bobot cabai lebih berat. Pemanenan semua buah yang
masak penuh atau masak 80% dilakukan sekaligus. Buah yang rusak atau sakit
harus dipanen.buah yang dipetik dikumpulkan dalam wadah dan ditempatkan
pada tempat yang teduh. Jika hasil panen terkena cahaya matahari langsung,
kualitas buah cabai akan turun. Selain itu, buah yang terserang penyakit sebaiknya
ditempatkan di wadah terpisah.
c. Pascapanen
54

Penanganan pascapanen cabai mencakup kegiatan sortasi, grading,


penyimpanan dan pengemasan. Dalam kegiatan sortasi, cabai dipilih berdasarkan
tingkat keseragamannya yang mencakup panjang buah, diameter buah, warna,
bentuk, permukaan kulit dan kekerasan buah. Buah yang baik dippisahkan dari
yang cacat, rusak, belum matang, terlalu matang dan bentuk tidak sempurna.
Adapun buah yang sakit ditempatkan di wadah terpisah. Khusus cabai untuk
industri pembuatan saus, tangkai buah harus dibuang saat sortasi.
Grading atau pengelasan merupakan proses klasifikasi buah cabai.
menurut standar nasional indonesia, cabai merah (mencakup cabai merah besar
dan cabai merah keriting) diklasifikasi mejadi 3 kelas mutu, yaitu mutu I, mutu II
dan mutu III. Persyaratan masing-masing kelas mutu disajikan pada tabel berikut
ini.

Tabel 4. 15. Persyaratan Mutu Cabai Merah Segar

Persyaratan
Jenis Uji Satuan
Mutu I Mutu II Mutu III
1. Keragaman warna % Merah ≥ (95) Merah ≥ (95) Merah ≥
2. Kesergaman % Seragam (98) Seragam (97) (95)
- Bentuk % 98 Normal 96 Normal Seragam
3. Keseragaman Ukuran (95)
a. Cabai Merah Besar Segar 95 Normal
- Panjang Buah cm 12-14 9-11
- Garis tengah pangkal cm 1,5-1,7 1,3- < 1,5
b. Cabai merah keriting <9
- Panjang buah cm > 12-17 10- < 12 < 1,3
- Garis tengah pangkal cm > 1,3-1,5 1,0- < 1,3
4. Kadar kotoran % 1 2 < 10
5. Tingkat kerusakan dan busuk < 1,0
a. Cabai merah segar % 0 1 3
b. Cabai merah keriting % 0 1

4.5. Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik bertujuan untuk memberi kepastian bahwa persamaan
regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan
konsisten.
55

4.5.1. Uji Normalitas


Uji normalitas data dalam penelitian ini akan dideteksi melalui Analisis
Grafik dan Histogram yang dihasilkan melalui perhitungan regresi dengan SPSS.
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
uji one sample kolmogorov smirnov yang dapat dilihat pada signifikasi, apabila
nilai signifikan > 0,05 maka data dikatakan terdistribusi dengan normal.
Berdasarkan Lapiran 6, diperoleh hasil uji one sample kolmogrov smirnov sebesar
0,165 maka data tersebut dikatakan terdistribusi normal. Kemudian uji normal
probability plot dapat dilihat pada penyebaran data yang berupa titik-titik pada
sumbu diagonal dari grafik, jika data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tersebut memenuhi asumsi
normalitas dan sebaliknya, jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak
mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tersebut tidak berdistribusi
secara normal.
Analisis Histogram merupakan salah satu cara dalam melihat apakah data
tersebut dapat terdistribusi dengan normal atau tidak. Berikut dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :

Sumber: Hasil Penelitian data diolah (2017)


Gambar 4. 2. Hasil Analisis Histogram Normalitas

Selain dengan analisis Histogram, dibawah ini merupakan analisis normal


probability plot, dimana pada penyebaran data yang berupa titik–titik di dalam
grafik harus mengikuti garis linear dan mendekati garis linear. Berikut hasil dari
Diagram normal P – P Plot of Regression Standardized
56

Sumber: Hasil Penelitian data diolah (2017)


Gambar 4. 3. Hasil Analisis Grafik Normal P – P Plot

Hasil dari gambar di atas menunjukkan bahwa data tersebut normal namun
lemah karena titik–titik tersebut hanya beberapa yang mendekati garis, nilainya
sedikit karena mendekati nilai 0,05.
4.5.2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitass dilakukan untuk menguji dalam model regresi
apakah ditemukan korelasi antara variabel bebas (dependen) dengan variabel tidak
bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel independennya. Untuk uji multikolinearitas pada penelitian ini
adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Nilai VIF yang lebih
kecil dari 10 dan nilai Tolerance lebih besar dari 0,10 menunjukkan adanya gejala
multikolinearitas dalam model regresi (Ghozali, 2011).
Berdasarkan hasil output SPSS, uji multikolinearitas pada output
coefficients dapat dilihat pada Tabel 4.16 dimana diperoleh nilai VIF untuk semua
variabel independen yaitu Sikap (X1), Pengetahuan (X2), dan Keterampilan (X3),
bernilai lebih kecil dari 10, maka model tersebut dikatakan tidak terjadi
multikolinearitas. Hasil pengujian nilai Tolerance juga menunjukkan tidak ada
variabel independen yang memiliki nilai Tolerance lebih besar dari 0,10 yang
berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel dalam
model regresi pada penelitian ini.
57

Tabel 4. 16. Uji Multikolinearitas

Model Constant Colinearity Statistic


1 Tolerance VIF
Pengetahuan 0,958 1,043
Keterampilan 0,699 1,430
Sikap 0,723 1,382
a. Dependent Variable : Sekolah Lapang
Sumber: Hasil Penelitian, data diolah (2017)

Berdasarkan hasil uji ketiga variabel bebas tersebut menyatakan nilai yang
lebih kecil dari 10 terhadap VIF dan nilai yang lebih besar dari 0,1 terhadap nilai
toleransi maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi korelasi pada data yang
mengidentifikasi variabel bebas artinya masing-masing variabel pada variabel
bebas yang digunakan yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan tersebut berdiri
sendiri dan tidak tergantung satu dengan lainnya.

4.5.3. Uji Heterokedastisitas


Ghozali (2009) meyatakan bahwa, uji heteroskedastisitas bertujuan
sebagai alat uji dalam model regresi apakah terjadi ketidaksamaan variant.
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu
pada grafik Scatterplot antara Standardized Predicted Value (ZPRED) dengan
Studentized Residual (SRESID). Ada tidaknya pola tertentu pada grafik
Scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah di
prediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah
distandarisasi.
Berdasarkan output grafik Scatterplot pada Lampiran 6, menunjukkan
bahwa plot antara nilai residual terstandarisasi dengan nilai prediksi
terstandarisasi tidak membentuk suatu pola tertentu (acak), juga terdapat pola
yang jelas serta titik yang menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y.
Hal ini menunjukkan bahwa model regresi tidak memiliki gejala adanya
heteroskedastisitas, yang berarti bahwa tidak ada gangguan yang berarti dalam
model regresi ini. Dari hasil output SPSS dapat dilihat pada gambar sebagai
berikut:
58

Sumber: Hasil Penelitian, data diolah (2017)


Gambar 4. 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Hasil dari scatterplot yang ditampilkan pada gambar diatas, dapat dilihat
bahwa data tidak membentuk suatu pola tertentu dan titik-titik data tidak hanya
mengumpul diatas atau dibawah angka 0 saja melainkan menyebar diatas dan
dibawah. Hal ini berarti heteroskedastisitas pada model regresi, layak dipakai
untuk Sekolah Lapang (Y) berdasarkan masukan dari variabel bebas yaitu
Pengetahuan (X1), Keterampilan (X2), dan Sikap (X3), karena hasil output
dinyatakan titik–titik meyebar, sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.6. Analisis Regresi Linear Berganda


Analisis regresi linear berganda meruapakan alat analisis untuk
menganalisa suatu pengaruh dari beberapa variabel bebas atau independen
variabel (X) terhadap suatu variabel tidak bebas atau dependen variabel (Y) secara
bersama–sama. Hasil efektivitas sekolah lapang budidaya tanaman cabai terhadap
perilaku petani yang berupa sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan
dengan menggunakan SPSS. Hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 7, Analisis
Regresi Berganda digunakan untuk memprediksi nilai variabel Y (Sekolah
Lapang) jika variabel X1 (Pengetahuan), X2 (Keterampilan) serta X3 (Sikap)
apakah program tersebut efektif terhadap perilaku petani. Adapun hasil analisis
regresi berganda dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. 17. Hasil Regresi Program Sekolah Lapang Terhadap Perilaku Petani
59

Standardized
Model Unstandardized Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta


(Constant) 38,038 13,105
Pengetahuan - 0,887 1,561 - 0,240
Keterampilan 0,094 0,328 0,116
Sikap - 0,237 0,393 - 0,197
Sumber: Hasil Penelitian, data diolah (2017)

Dari hasil analisis regresi berganda diatas dapat dibuat persamaan sebagai berikut:

Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e


Y = 38,038 – 0,240 + 0,116 – 0,197 + e
Hasil regresi dilihat pada kolom Standardized Coefficients, hal ini
menunjukkan bahwa nilai regresi pada variabel X yaitu -0,240; 0,116; dan -0,197;
Asumsinya adalah Jika regresi bernilai positif berarti adanya pengaruh yang
searah atau jika variabel X meningkat maka variabel Y meningkat, begitupun
sebaliknya. Namun jika regresi bernilai negatif berarti adanya pengaruh yang
tidak searah, jika variabel X meningkat maka variabel Y menurun, begitupun
sebaliknya jika X menurun maka Y meningkat.
Koefisien regresi konstanta adalah 38,038 artinya jika variabel independen
(X) sama dengan nol, maka Program Sekolah Lapang (Y) bernilai positif sebesar
38,038. Berikut adalah penjelasan masing-masing variabel independen dari
persamaan model regresi diatas :
a. Pengetahuan (X1)
Berdasarkan hasil model regresi di atas, koefisien variabel pengetahuan
(X2) mimiliki nilai -0,240. Nilai regresi tersebut bernilai negatif yang
menunjukkan tidak terdapat hubungan searah antara variabel pengetahuan dengan
Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai. Artinya, jika variabel pengetahuan
turun satu satuan maka Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai akan
mengalami penurunan sebesar -0,240 dengan asumsi variabel lain tetap. Dengan
kata lain, semakin menurun pengetahuan petani mengenai budidaya tanaman
cabai maka kinerja efektivitas Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai
akan semakin berkurang.
60

b. Keterampilan (X2)
Berdasarkan hasil model regresi di atas, koefisien variabel keterampilan
(X3) memiliki nilai 0,116. Nilai regresi tersebut bernilai positif yang menunjukkan
adanya hubungan searah antara variabel keterampilan dengan variabel sekolah
lapang. Artinya, jika variabel keterampilan turun satu satuan maka Program
Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai akan mengalami peningkatan sebesar
0,116 dengan asumsi variabel lain tetap. Dengan demikian, semakin menurun
keterampilan petani terhadap budidaya tanaman cabai maka kinerja efektivitas
Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai akan semakin meningkat.
c. Sikap (X3)
Berdasarkan hasil perhitungan regresi diatas, koefesien variabel sikap (X1)
memiliki nilai – 0,197. Nilai koefisien regresi ini bersifat negatif yang
menunjukkan tidak terdapat hubungan searah antara variabel sikap dengan
Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai. Artinya, jika variabel sikap
turun satu satuan maka Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai akan
mengalami penurunan sebesar 0,197 dengan asumsi variabel lain tetap. Dengan
kata lain, semakin menurun sikap petani dalam berbudidaya tanaman cabai maka
kinerja efektivitas Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai akan
semakin berkurang.
4.6.1. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar
persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai adjusted
R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen sangat terbatas. Jika nilai mendekati satu maka variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Hasil uji adjusted R2 dapat dilihat pada
Lampiran 7.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan software SPSS versi 21.0,
dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (adjusted R2) yang diperoleh
adalah sebesar -0,265 atau -26,5%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel sikap,
pengetahuan, dan keterampilan terhadap program sekolah lapang budidaya
61

tanaman cabai memiliki kontribusi sangat rendah yaitu sebesar, -26,5% dan
sisanya sebesar 126,5 % dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel bebas (X)
penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa variabel terikat (Y) mampu dijelaskan
oleh variabel bebas dengan kriteria ketepatan yang cukup rendah.

4.6.2. Pengujian Hipotesis Penelitian


4.6.2.1. Uji F (Pengujian Secara Simultan)
Uji F digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perilaku
petani yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara simultan atau
bersam-sama terhadap efektifitas program sekolah lapang budidaya tanaman
cabai. Pengujian ini menggunakan tingkat signifikan 0,05. Hasil uji F dapat dilihat
pada Tabel 4.18 sebagai berikut :
Tabel 4. 18. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

ANOVAa
Model Sum of Df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 32,485 3 10,828 ,231 ,872b

1 Residual 374,957 8 46,870

Total 407,442 11
a. Dependent Variable: Sekolah Lapang
b. Predictors: (Constant), Keterampilan, Pengetahuan, Sikap
Sumber: Hasil Penelitian, data diolah (2017)

Hipotesis secara simultan dalam penelitian ini adalah:


Ho : Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap secara simultan atau bersama-sama
tidak berpengaruh signifikan terhadap Program Sekolah Lapang Budidaya
Tanaman Cabai.
H1 : Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap secara simultan atau bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap Program Sekolah Lapang Budidaya
Tanaman Cabai.
Dasar pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan pertimbangan :
1) Fhitung < Ftabel atau Sig. > α maka H0 diterima dan H1 ditolak.
2) Fhitung > Ftabel atau Sig. < α maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Berdasarkan hasil analisis regresi pada Tabel 4.18 diperoleh nilai Fhitung
sebesar 0,231 pada tingkat signifikansi α = 5% dengan df1 (jumlah variabel - 1) =
3 dan df2 (jumlah responden – jumlah variabel independen – 1) = 12 – 3 – 1 = 8,
62

maka diperoleh nilai Ftabel sebesar 4,07 kemudian membandingkan nilai Fhitung
dengan Ftabel, maka diperoleh nilai Fhitung (0,231) < Ftabel (4,07). Hal ini
menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya variabel bebas yang
terdiri dari sikap, pengetahuan dan keterampilan secara simultan atau bersama-
sama tidak berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel terikat yaitu Program
Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai.
Nilai signifikan yang rendah menunjukkan bahwa perilaku petani yang
terdiri dari sikap, pengetahuan dan keterampilan menunjukkan tidak berpengaruh
sangat nyata terhadap Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai.
Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa jika tidak adanya perilaku petani
yang baik maka akan mengakibatkan berkurangnya kinerja efektivitas Program
Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai, atau semakin rendahnya perilaku
petani maka tidak akan meningkatkan kinerja Program Sekolah Lapang Budidaya
Tanaman Cabai.

4.6.2.2. Uji T (Pengujian Secara Parsial)


Uji t digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh Sekolah Lapang
Budidaya Tanaman Cabai secara parsial atau secara masing-masing dari variabel
bebas (X) yang terdiri dari sikap, pengetahuan dan keterampilan terhadap variabel
terikat (Y) yaitu program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai. Apabila nilai
thitung > nilai ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Begitupun sebaliknya, apablia
nilai thitung < ttabel atau maka H0 diterima dan H1 ditolak. Dapat dilihat hasil uji t
pada Tabel 4.19.

Tabel 4. 19. Hasil Uji Hipotesis Parsial (Uji t)

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 38,038 13,105 2,903 ,020
Pengetahuan -,887 1,561 -,197 -,568 ,586
1
Keterampilan ,094 ,328 ,116 ,286 ,782
Sikap -,237 ,393 -,240 -,602 ,564
a. Dependent Variable: Sekolah Lapang
Sumber: Hasil Penelitian, data diolah (2017)
63

Berdasarkan Tabel 4.19 dapat dilihat nilai thitung dari setiap variabel bebas
(X) dalam penelitian ini. Nilai thitung dari setiap variabel bebas akan dibandingkan
dengan nilai ttabel dengan menggunakan tingkat kepercayaan (confiedence interval)
5% atau α = 0,05 maka diperoleh nilai t tabel 1,860. Pengujian juga dilakukan
berdasarkan nilai signifikansi, jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan jika
signifikansi > 0,05 maka H0 diterima. Dari hasil uji t dapat diketahui pengaruh
setiap variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) adalah sebagai berikut :

a. Pengetahuan (X1)
Pengaruh pengetahuan (X1) terhadap program Sekolah Lapang Budidaya
Tanaman Cabai (Y) secara parsial dapat dilihat dari hasil uji parsial. Nilai t hitung (-
0.568) lebih kecil dari ttabel (1,860), maka keputusannya adalah H0 diterima dan H1
ditolak. Dilihat dari nilai signifikansi yaitu 0,586 > 0,05 artinya bahwa H 0
diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkam bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan antara variabel pengetahuan (X2) secara parsial
terhadap Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai (Y).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan petani tidak
memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap program Sekolah Lapang
Budidaya Tanaman Cabai. Berdasarkan hasil uji secara parsial bahwa terdapat
pengaruh positif dan signifikan antara pengetahuan petani terhadap program
Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai, artinya pengetahuan petani sudah
sesuai sehingga efektivitas program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai
meningkat.
b. Keterampilan (X2)
Pengaruh keterampilan (X2) terhadap program Sekolah Lapang Budidaya
Tanaman Cabai (Y) secara parsial dapat dilihat dari hasil uji parsial. Nilai t hitung
(0,286) lebih kecil dari ttabel (1,860), maka keputusannya adalah H0 diterima dan
H1 ditolak. Dilihat dari nilai signifikansi yaitu 0,782 > 0,05 artinya bahwa H 0
diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkam bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan antara variabel keterampilan (X3) secara parsial
terhadap Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai (Y).
c. Sikap (X3)
64

Pengaruh sikap (X3) terhadap variabel program Sekolah Lapang Budidaya


Tanaman Cabai (Y) secara parsial dapat dilihat pada hasil uji parsial dimana nilai
thitung (-0,602) lebih kecil dari ttabel (1,860), maka keputusannya adalah H0 diterima
dan H1 ditolak. Dilihat dari nilai signifikansi yaitu 0,564 > 0,05 keputusannya
adalah H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkam bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan antara variabel sikap (X1) secara parsial terhadap
Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai (Y)
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Efektivitas
Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai (Capsicum annuum. L)
terhadap perilaku petani, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Karakteristik responden peserta Sekolah Lapang Budidaya tanaman Cabai,
diantaranya:
a) Berdasarkan umur responden, masih tergolong produktif dalam
berusaha tani, sekitar 50% dari umur 38-50 tahun (masa dewasa
akhir – masa lansia awal tahun), sedangkan untuk kategori umur 50-
58 tahun (lansia) terdapat 50%;
b) Berdasarkan pendidikan responden, berpendidikan sekitar 66,66%
(SMP & SMA), Sedangkan responden yang tidak sekolah hanya 8%
saja (1 orang) dari 12 peserta, maka tingkat pendidikan responden
cukup tinggi;
c) Berdasarkan lahan garapan responden, 58,33% (7 orang) memiliki
lahan miliki sendiri dan sewa lahan ke pemilik tanah ataupun
mengontrak 41,67% 5 orang.
d) Berdasarkan luas garapan responden, 83,34% luas garapan dibawah
setengah hektar;
e) Berdasarkan pengalaman bertani responden, 66,67% sudah
melakukan usaha tani 20 tahun ke atas sebanyak 8 orang dari 12
peserta.
2. Berdasarkan hasil uji simultan atau bersama - sama diketahui bahwa
variabel pengetahuan, keterampilan dan sikap tidak berpengaruh signifikan
terhadap efektivitas program sekolah lapang budidaya tanaman cabai.
3. Berdasarkan hasil uji parsial diketahui bahwa ketiga variabel seperti
pengetahuan, keterampilan dan sikap tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap efektivitas program sekolah lapang budidaya tanaman cabai.

65
66

5.2. Saran
Luas lahan yang sempit mengakibatkan produktivitas semakin menurun,
untuk itu petani harus bisa mempertahankan dan memanfaatkan lahan sebaik
mungkin dengan luas yang minim dalam proses kegiatan produksi tanaman cabai
di Kecamatan Kramatwatu.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. (2014). Efektivitas dan Perilaku Petani dalam Memanfaatkan


Teknologi Informasi Berbasis Cyber Extension. Jurnal Informatika
Pertanian. Vol. 23(2): 211-219.

Arief, Wirawan, M. C., & dkk (2011). Panduan Sekolah Lapangan Budidaya
Kopi Konservasi. Jakarta: Conservation International Indonesia.

Azwar, Saefudin. (2012). Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ban, A. V., & Hawkins, H. (1999). Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: PT.


Kanisius.

[BPS] Badan Puat Statistika. (2016). Statistik Daerah Kecamatan Kramatwatu


2016. https://serangkab.bps.go.id/index.php/publikasi/196 [diakses 05 Juni
2017, 09.08 PM]

Edeng. (2012). Manajemen Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu.


Journal. Subang
Faqih et al. (2015). Efektivitas Metode Dan Teknik Penyuluhan Pertanian Dalam
Penerpan Teknologi Budidaya Padi Sawah (Oryza sativa L.) Sistem
Tanam Jajar Legowo 4:1 (Studi Kasus di Kelompok Tani Silih Asih Desa
Ciomas Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan).Jurnal Agrijati.
Vol. 28(1): 45-67.
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Kustiari et al. (2012). Pengaruh Efektivitas Penyuluhan Terhadap Kompetensi


Pembudidaya Rumput Laut Polikultur di Perairan Pantai Utara Pulau
Jawa. Jurnal J. Sosek KP. Vol. 7(1): 79-95.

Mardiyanto dan Prastuti. (2016). Efektivitas Pelatihan Teknologi Budidaya


Bawang Putih Varietas Lokal Ramah Lingkungan dengan Metode
Ceramah di Kabupaten Karanganyar. Jurnal Agraris. Vol. 2(1): 61-68.

68
69

Moeksan, T.K., Prabaningrum, L., Gunadi, N., & Adiyoga, W. (2010). Modul
Pelatihan SL PTT Cabai Merah - Bawang Merah. Pasarminggu-Jakarta:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.

Narti, S. (2015). Hubungan Karakteristik Petani dengan Efektivitas Komunikasi


Penyuluhan Pertanian Dalam Program SL-PTT (Kasus Kelompok Tani di
Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara). Jurnal Professional FIS
UNIVED. Vol. 2(2): 40-52.

Nawawi I. (2012). Knowledge Management, Teori dan Aplikasi dalam


Mewujudkan Daya Saing Organisasi Bisnis dan Publik. Jakarta (ID).
Ghalis Indonesia.

Republik Indonesia. (2015). Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia.


Nomor 14.1/Permentan/RC.220/4/2015 Tentang Pedoman Upaya Khusus
Percepatan Swasembada Pangan dan Peingkatan Produksi Kommoditas
Strategis Melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan
Tahun Anggaran 2015. Menteri Pertanian Republik Indonesia. Jakarta.

Ruslan. (2008). Metodologi Penelitian : Public Relation dan Komunikasi. Jakarta:


PT Raja Grafindo Persada.

Soekanto, Soejono. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. PT Raja Grafindo


Persada
Soekartawi. (1988). Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta: UI-Press.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Syukur, M., Yuniati, R., Dermawan, & Rahmansyah (2012). Sukses PANEN
CABAI Tiap Hari. jakarta: Penebar Swadaya.

Wijaya, T. (2009). Analisis Data Penelitian menggunakan SPSS. Yogyakarta:


Universitas Atma Jaya.

Zulkarnain, (2009). Dasar-Dasar Hortikultura. Jakarta: Bumi Aksara.


LAMPIRAN

70
71
71

Lampiran 1. Kuesioner

EFEKTIVITAS PROGRAM SEKOLAH LAPANG BUDIDAYA TANAMAN


CABAI (Capsicum annuum L) TERHADAP PERILAKU PETANI
(Suatu Kasus di Kecamatan Kramatwatu)

I. Identitas Responden

1. Nama Responden :

2. Alamat :

3. Kel. Tani

4. Umur Responden : Tahun

5. Jenis Kelamin : (P/L)

6. Pendidikan Terakhir :

7. No. Telp/Hp :

8. Pengalaman : Tahun
Berusahatani

9. Luas Garapan : Ha

10. Status Kepemilikan :


Lahan

11. Tanggungan Keluarga : Jiwa

II. Kompetensi Responden


2.1. Pengetahuan Responden dalam Kegiatan Sekolah Lapang Budidaya
Tanaman Cabai
2.1.1. Persiapan Bibit, Lahan dan Penanaman
12. Bibit yang dipakai untuk budidaya tanaman cabai merah adalah
a) Bibit bantuan
b) Bibit unggul
c) Bibit lokal
13. Tujuan menggunakan benih unggul cabai adalah
72

a) Umur pendek, produksi tinggi, kualitas buah baik


b) Umur panjang, produksi biasa, kualitas sedang
c) Umur pendek, produksi rendah, kualitas kurang baik
14. Kadar pH tanah yang sesuai untuk tanaman cabai adalah
a) 5
b) 6,0-7,0
c) 8
15. Jarak tanam yang optimal bagi tanaman cabai merah adalah
a) 20 cm x 20 cm
b) 30 cm x 30 cm
c) 60 cm x 70 cm
16. Bibit siap dipindah saat cabai berumur
a) 1-2 minggu
b) 1-4 minggu
c) 5-8 minggu
17. Waktu menanam bibit cabai merah adalah
a) Sebelum pukul 09.00 atau setelah pukul 15.30 wib
b) Pukul 10.00 atau setelah pukul 12.30 wib
c) Kapan saja
2.1.2. Pemeliharaan Tanaman, Pengendalian Hama dan Penyakit
18. Plastik penutup tanah/bedengan yang berfungsi untuk menekan
pertumbuhan gulma pada tanaman cabai disebut
a) Plastik transparan
b) Plastik hitam
c) Mulsa plastik hitam perak
19. Lebar bedengan yang baik untuk tanaman cabai menggunakan mulsa adalah
a) 100 cm
b) 150 cm
c) 200 cm
20. Tujuan menggunakan mulsa adalah untuk
a) Menambah produksi
b) Memperbesar tanaman
73

c) Mengurangi gulma
21. Fungsi dar kapur pertanian (kaptan) adalah
a) Menambah unsur hara
b) Menetralkan pH tanah
c) Sebagai pestisida
22. Gejala busuk (seperti terbakar) pada buah cabai merah disebabkan oleh
a) Thrips
b) Tungau
c) Patek atau antraknosa
23. Pemupukan dasar pada tanaman cabai merah dilakukan pada
a) Setelah ditutup mulsa
b) Sebelum ditutup mulsa
c) Bersamaan menutup mulsa
2.1.3. Penanganan Panen dan Pasca Panen
24. Bagaimana cara memanen tanaman cabai
a) Dilakukan pemetikan satu persatu dengan menyertakan tangkainya
b) Dipisahkan antara yang sehat dan yang sakit
c) Benar keduanya
25. Berapa interval dalam pemanenan tanaman cabai
a) 1 s/d 2 hari
b) 2 s/d 3 hari
c) 3 s/d 4 hari
26. Hasil panen dibawa ke tempat penyimpanan sementara untuk
diseleksi/grading. Apa fungsi grading
a) Menyatukan segala kondisi
b) Memisahkan antara cabai yang sehat dengan yang sakit
c) Memisahkan tangkai dan buahnya
27. Di dalam grading menghasilkan 2 grade, grade yang seperti apakah yang
dijual dipasaran
a) Semua benih cabai yang menguning
b) Varietas seragam, panjang minimal 10 cm, serta merah sempurna >
98%
74

c) Keduannya benar
28. Bagaimana cara pengemasan tanaman cabai
a) Pengemasan menggunakan sterofoam berisian es
b) Pengemasan menggunakan kardus atau kantong plastik nilon (waring)
c) Pengemasan menggunakan peti
2.2. Keterampilan Responden dalam Kegiatan Sekolah Lapang Budidaya
Tanaman Cabai

Sangat Terampil

Terampil

Ragu - Ragu

Tidak Terampil

Sangat Tidak Terampil


No. Keterampilan Responden mengenai
Persiapan Bibit, Persiapan Lahan
dan Penanaman, Pemeliharaan
Tanaman, Pengendalian Hama dan
Penyakit, Serta Panen dan Pasca
Panen

1 2 3 4 5 6 7

Apakah Bapak terampil dan menerapkan


varietas benih unggul cabai yang sesuai
dengan karakteristik lahan, lingkungan
dan keinginan petani setempat

Apakah Bapak terampil dan menerapkan


proses pemilihan tempat lokasi tanam
sesuai dengan ketentuan karakteristik
lahan dan lingkungan setempat

Apakah Bapak terampil dan menerapkan


persiapan benih ± 200 gram dalam
luasan 1 ha (20 bungkus / pack @ 10
gram)

Apakah Bapak terampil dan menerapkan


pemilihan benih cabai yang siap ditanam
setelah berumur 18 – 25 hari

Apakah Bapak terampil dan menerapkan


pemberian dosis pemupukan tahap I
(umur 7 – 15 hari) dengan menggunakan
NPK (20 kg) dan ZA (20 kg/1000 m2)
hingga pada tahap II dengan
75

perbandingan 1 : 1 sebanyak 25 kg/1000


m2 . setelah umur 30 hari dosis campuran
NPK : ZA sebesar 30 Kg/1000 m 2

Apakah Bapak terampil dan menerapkan


berbagai jenis pestisida yang digunakan
untuk pengendalian OPT (Organisme
Pengganggu Tanaman)

Apakah Bapak terampil dan menerapkan


pencegahan dan penanganan macam-
macam penyakit pada tanaman cabai

Apakah Bapak terampil dan menerapkan


waktu yang tepat untuk panen

Apakah Bapak terampil dan menerapkan


pemberian interval (jarak) pada
pemanenan yang dilakukan antara jam
08.00 – 17.00

Apakah bapak terampil dan menerapkan


alur kegiatan pasca panen dari mulai
grading, timbang, packing/kemas sampai
ke pedagang

2.3. Sikap Responden dalam Kegiatan Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai
Sangat Melakukan

Melakukan

Kurang Melakukan

Tidak Melakukan
Melakukan
Sangat Tidak

No. Sikap Responden mengenai


Persiapan Bibit, Persiapan Lahan
dan Penanaman, Pemeliharaan
Tanaman, Pengendalian Hama dan
Penyakit, Serta Panen dan Pasca
Panen
76

1 2 3 4 5 6 7

Apakah Bapak bersedia menggunakan


varietas benih unggul cabai yang sesuai
dengan karakteristik lahan dan
lingkungan petani setempat

Apakah Bapak bersedia melakukan


proses pemilihan tempat lokasi tanam
yang sesuai dengan ketentuan
karakteristik lahan dan lingkungan
setempat

Apakah Bapak bersedia dalam persiapan


benih ± 200 gram dalam luasan 1 ha (20
bungkus / pack @ 10 gram)

Apakah Bapak bersedia melakukan


persiapan untuk benih cabai yang siap
ditanam setelah berumur 18 – 25 hari

Apakah Bapak bersedia melakukan


pemberian dosis pemupukan tahap I
(umur 7 – 15 hari) dengan menggunakan
NPK (20 kg) dan ZA (20 kg/1000 m2)
hingga pada tahap II dengan
perbandingan 1 : 1 sebanyak 25 kg/1000
m2 . setelah umur 30 hari dosis campuran
NPK : ZA sebesar 30 Kg/1000 m 2

Apakah Bapak bersedia menggunakan


berbagai jenis pestisida untuk
pengendalian OPT (Organisme
Pengganggu Tanaman)

Apakah Bapak bersedia melakukan


pencegahan macam-macam penyakit
pada tanaman cabai serta mengatasinya

Apakah Bapak bersedia melakukan


pemanenan pada waktu yang tepat untuk
tanaman cabai

Apakah Bapak bersedia melakukan


pemberian interval (jarak) pada
pemanenan yang dilakukan antara jam
08.00 – 17.00

Apakah bapak bersedia melakukan alur


77

kegiatan pasca panen dari mulai grading,


timbang, packing/kemas sampai ke
pedagang

2.4. Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai (Variabel y)

No. Pernyataan
SS S KB TB STB
1 2 3 4 5 6 7
Penggunaan benih yang diberikan
oleh program Sekolah Lapang
Budidaya Tanaman Cabai merupakan
benih unggulan
Lahan yang digunakan sudah baik
dari segi keasaman tanah (Ph),
kebutuhan air (pengairan) serta
pemupukan dasarnya
Membuat tempat khusus untuk
penyemaian benih
Penggunaan mulsa dapat berpengaruh
dalam proses pertumbuhan
Pembagian pupuk yang diberikan
pemerintah untuk program sekolah
lapang sudah mencukupi kebutuhan
Melakukan penyiapan sumber air
untuk penyiraman
Partisipasi petani terhadap kegiatan
pengamatan OPT (Organisme
Pengganggu Tanaman) dan Penyakit
pada tanaman Cabai
Produksi Cabai yang dihasilkan dari
program tersebut optimal
Adanya proses standarisasi dan
grading terhadap hasil produksi yang
dihasilkan
Melakukan pengemasan terhadap
hasil panen
Lampiran 2. Data Responden

LAMA LUAS TANGGUNGAN


UMUR PENDIDIKAN STATUS
NO NAMA ALAMAT KEL. TANI BERTANI GARAPAN KELuarga
LAHAN
(TAHUN) TERAKHIR (TAHUN) (Ha) (JIWA)
KP. SINDANG JAYA , DS. TONJONG, KEC. MILIK
1 ANAY KRAMATWATU TOMAT 55 SMP 25 1 SENDIRI 2
KP. LAMONGAN, DS. TONJONG, KEC.
SMA
2 ALIUDIN KRAMATWATU MEKAR JAYA 49 30 0,5 SEWA 8
MILIK
3 BASIR KP. KASUBAN, DS. TONJONG, KEC. KRAMATWATU TUNAS MUDA 51 SMA 30 0,5 SENDIRI 3
KP. WANASABA, DS. TOYOMERTO, KEC. GUNUNG
4 FAHRI KRAMATWATU WANGI 58 SMA 40 1 SEWA 4
MILIK
5 HAWASI A. KP. KEJAYAN, DS. PEJATEN, KEC. KRAMATWATU MELATI 39 SMA 2 0,1 SENDIRI 10
KP. KEBAGUSAN, DS. PEJATEN, KEC. MILIK
6 HAWASI B. KRAMATWATU MAKMUR 45 SMP 7 0,03 SENDIRI 2
KP. CILIA, DS. TELUK TERATE, KEC.
7 ROHYULI KRAMATWATU GINANJAR 38 SMP 11 0,15 KONTRAK 2
KP. KEBAROSAN, DS. TELUK TERATE, KEC.
8 GOZALI KRAMATWATU KARYA MULYA 54 SD 40 0,5 KONTRAK 5
KP. WANASABA, DS. TOYOMERTO, KEC. SUMBER TIDAK
9 RASITO KRAMATWATU BAWANG 53 SEKOLAH 12 0,02 KONTRAK 7
MILIK
10 MURTADO KP. WERA, DS. TOYOMERTO, KEC. KRAMATWATU WISMA TANI 44 SD 21 0,03 SENDIRI 4
KP. WANASABA, DS. TOYOMERTO, KEC. MILIK
11 YASIN KRAMATWATU BUMI ANJUNG 52 SD 30 0,5 SENDIRI 5
KP. LELENGKONG, DS. TELUK TERATE, KEC. MILIK
12 EDI S. KRAMATWATU ULET 48 SMP 20 0,5 SENDIRI 4

78
Lampiran 3. Data Skor Jawaban Responden Sebelum di MSI kan
a. Pengetahuan (X2)
Item Pertanyaan
No. Responden
X2.1 X2.2 X2.3
01 4 4 4
02 4 3 3
03 6 4 4
04 6 4 4
05 6 4 4
06 5 4 4
07 6 4 4
08 5 6 6
09 4 4 4
10 6 6 6
11 5 5 5
12 6 5 5

b. Keterampilan (X3)
Item Pertanyaan
No. Responden
X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 X3.10
01 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
02 3 3 4 4 4 4 4 2 2 4
03 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3
04 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4
05 5 5 5 5 5 4 5 2 4 5
06 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
07 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4
08 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
09 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4
10 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5
11 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4
12 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4

79
c. Sikap (X1)
Item Pertanyaan
No. Responden
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10
01 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4
02 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4
03 2 2 1 3 4 4 4 3 4 4
04 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
05 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5
06 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4
07 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2
08 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
09 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5
10 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4
11 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

d. Sekolah Lapang (Y)


Item Pertanyaan
No. Responden
Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Y.6 7Y X1.8 X1.9 X1.10
01 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
02 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
03 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4
04 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2
05 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
06 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5
07 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4
08 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4
09 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5

80
Lampiran 4. Data Skor Jawaban Responden yang di MSI kan
a. Sikap
No.
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 Jumlah
Responden
01 2,799 2,799 2,840 2,499 3,140 4,680 3,007 2,503 1,681 2,711 28,658
02 2,799 2,799 2,840 2,499 1,681 2,840 3,007 3,776 2,840 2,711 27,792
03 1,000 1,000 1,000 1,000 3,140 2,840 3,007 1,681 2,840 2,711 20,218
04 2,799 2,799 2,840 2,499 3,140 2,840 3,007 3,776 2,840 2,711 29,250
05 2,799 2,799 2,840 2,499 3,140 2,840 3,007 2,503 2,840 4,339 29,605
06 2,799 2,799 2,840 3,998 3,140 2,840 3,007 2,503 4,339 2,711 30,975
07 1,000 1,000 1,681 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 10,681
08 2,799 2,799 2,840 2,499 3,140 2,840 3,007 2,503 2,840 2,711 27,977
09 2,799 2,799 2,840 3,998 3,140 2,840 3,007 3,776 4,339 4,339 33,876
10 2,799 2,799 4,339 2,499 3,140 2,840 3,007 3,776 2,840 2,711 30,749
11 2,799 2,799 4,339 2,499 3,140 2,840 3,007 3,776 2,840 2,711 30,749
12 2,799 2,799 2,840 2,499 3,140 2,840 3,007 2,503 2,840 2,711 27,977

81
b. Keterampilan
No.Responden X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 X3.10 Jumlah
01 2,840 2,723 2,711 2,593 2,711 2,840 2,711 2,308 2,388 2,593 26,418
02 1,999 1,681 2,711 2,593 2,711 2,840 2,711 1,000 1,000 2,593 21,839
03 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 10,000
04 2,840 2,723 2,711 2,593 2,711 2,840 2,711 3,362 3,770 2,593 28,854
05 3,931 4,111 4,339 4,111 4,339 2,840 4,339 1,000 2,388 4,111 35,507
06 3,931 4,111 4,339 4,111 4,339 4,680 4,339 3,362 3,770 4,111 41,091
07 2,840 2,723 2,711 2,593 2,711 2,840 2,711 1,000 1,000 2,593 23,722
08 2,840 2,723 2,711 2,593 2,711 2,840 2,711 2,308 2,388 2,593 26,418
09 3,931 4,111 2,711 2,593 2,711 2,840 2,711 2,308 2,388 2,593 28,896
10 3,931 2,723 2,711 4,111 2,711 2,840 2,711 2,308 2,388 4,111 30,544
11 1,999 2,723 2,711 2,593 2,711 2,840 2,711 3,362 2,388 2,593 26,630
12 1,999 2,723 2,711 2,593 2,711 2,840 2,711 1,772 2,388 2,593 25,040

82
c. Sekolah Lapang (y)
No.Responde
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y1.7 Y1.8 Y1.9 Y1.10 Jumlah
n
01 3,007 3,007 2,711 2,711 3,007 3,007 3,007 3,931 2,711 2,593 29,692
02 3,007 3,007 2,711 2,711 3,007 3,007 3,007 2,479 2,711 4,111 29,758
03 3,007 3,007 2,711 4,339 3,007 3,007 3,007 2,479 4,339 2,593 31,496
04 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 10,000
05 3,007 3,007 2,711 2,711 3,007 3,007 3,007 2,479 2,711 2,593 28,240
06 3,007 3,007 2,711 4,339 3,007 3,007 3,007 3,931 4,339 4,111 34,465
07 3,007 3,007 4,339 2,711 3,007 3,007 3,007 3,931 2,711 2,593 31,320
08 3,007 3,007 4,339 2,711 3,007 3,007 3,007 3,931 2,711 2,593 31,320
09 3,007 3,007 2,711 2,711 3,007 3,007 3,007 2,479 2,711 2,593 28,240
10 3,007 3,007 2,711 2,711 3,007 3,007 3,007 2,479 2,711 2,593 28,240
11 3,007 3,007 2,711 2,711 3,007 3,007 3,007 2,479 2,711 2,593 28,240
12 3,007 3,007 2,711 2,711 3,007 3,007 3,007 2,479 2,711 4,111 29,758

83
Lampiran 5. Data Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
a. Uji Validitas dan Reabilitas Variabel Sikap (X1)

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 Sikap

Pearson Correlation 1 1,000** ,923** ,775** ,564 ,640* ,674* ,830** ,540 ,632* ,924**

X1.1 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,003 ,056 ,025 ,016 ,001 ,070 ,027 ,000

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
** ** ** * * ** *
Pearson Correlation 1,000 1 ,923 ,775 ,564 ,640 ,674 ,830 ,540 ,632 ,924**

X1.2 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,003 ,056 ,025 ,016 ,001 ,070 ,027 ,000

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
** ** * **
Pearson Correlation ,923 ,923 1 ,662 ,418 ,448 ,484 ,809 ,378 ,433 ,811**

X1.3 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,019 ,177 ,144 ,111 ,001 ,226 ,160 ,001

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
** ** * * ** *
Pearson Correlation ,775 ,775 ,662 1 ,485 ,451 ,522 ,643 ,760 ,612 ,801**

X1.4 Sig. (2-tailed) ,003 ,003 ,019 ,110 ,141 ,082 ,024 ,004 ,034 ,002

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
** ** * **
Pearson Correlation ,564 ,564 ,418 ,485 1 ,820 ,887 ,546 ,692 ,792 ,777**

X1.5 Sig. (2-tailed) ,056 ,056 ,177 ,110 ,001 ,000 ,066 ,013 ,002 ,003

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
* * ** ** * **
Pearson Correlation ,640 ,640 ,448 ,451 ,820 1 ,903 ,604 ,500 ,736 ,779**

X1.6 Sig. (2-tailed) ,025 ,025 ,144 ,141 ,001 ,000 ,037 ,098 ,006 ,003

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
* * ** ** ** ** **
X1.7 Pearson Correlation ,674 ,674 ,484 ,522 ,887 ,903 1 ,728 ,761 ,853 ,869**

Sig. (2-tailed) ,016 ,016 ,111 ,082 ,000 ,000 ,007 ,004 ,000 ,000

84
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation ,830** ,830** ,809** ,643* ,546 ,604* ,728** 1 ,632* ,657* ,889**

X1.8 Sig. (2-tailed) ,001 ,001 ,001 ,024 ,066 ,037 ,007 ,028 ,020 ,000

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation ,540 ,540 ,378 ,760** ,692* ,500 ,761** ,632* 1 ,776** ,764**

X1.9 Sig. (2-tailed) ,070 ,070 ,226 ,004 ,013 ,098 ,004 ,028 ,003 ,004

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation ,632* ,632* ,433 ,612* ,792** ,736** ,853** ,657* ,776** 1 ,827**

X1.10 Sig. (2-tailed) ,027 ,027 ,160 ,034 ,002 ,006 ,000 ,020 ,003 ,001

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation ,924** ,924** ,811** ,801** ,777** ,779** ,869** ,889** ,764** ,827** 1

Sikap Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,001 ,002 ,003 ,003 ,000 ,000 ,004 ,001

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,946 10

b. Uji Validitas dan Reabilitas Variabel Keterampilan (X3)

85
Correlations

X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 X3.10 Keterampilan

Pearson Correlation 1 ,856** ,741** ,817** ,741** ,671* ,741** ,330 ,567 ,817** ,843**

X3.1 Sig. (2-tailed) ,000 ,006 ,001 ,006 ,017 ,006 ,294 ,055 ,001 ,001

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation ,856** 1 ,866** ,739** ,866** ,797** ,866** ,429 ,695* ,739** ,918**

X3.2 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,006 ,000 ,002 ,000 ,164 ,012 ,006 ,000

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation ,741** ,866** 1 ,853** 1,000** ,921** 1,000** ,297 ,574 ,853** ,916**

X3.3 Sig. (2-tailed) ,006 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,348 ,051 ,000 ,000

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation ,817** ,739** ,853** 1 ,853** ,746** ,853** ,253 ,538 1,000** ,858**

X3.4 Sig. (2-tailed) ,001 ,006 ,000 ,000 ,005 ,000 ,427 ,071 ,000 ,000

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation ,741** ,866** 1,000** ,853** 1 ,921** 1,000** ,297 ,574 ,853** ,916**

X3.5 Sig. (2-tailed) ,006 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,348 ,051 ,000 ,000

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation ,671* ,797** ,921** ,746** ,921** 1 ,921** ,492 ,591* ,746** ,899**

X3.6 Sig. (2-tailed) ,017 ,002 ,000 ,005 ,000 ,000 ,104 ,043 ,005 ,000

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation ,741** ,866** 1,000** ,853** 1,000** ,921** 1 ,297 ,574 ,853** ,916**

X3.7 Sig. (2-tailed) ,006 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,348 ,051 ,000 ,000

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

X3.8 Pearson Correlation ,330 ,429 ,297 ,253 ,297 ,492 ,297 1 ,818** ,253 ,598*

86
Sig. (2-tailed) ,294 ,164 ,348 ,427 ,348 ,104 ,348 ,001 ,427 ,040

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation ,567 ,695* ,574 ,538 ,574 ,591* ,574 ,818** 1 ,538 ,808**

X3.9 Sig. (2-tailed) ,055 ,012 ,051 ,071 ,051 ,043 ,051 ,001 ,071 ,001

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation ,817** ,739** ,853** 1,000** ,853** ,746** ,853** ,253 ,538 1 ,858**

X3.10 Sig. (2-tailed) ,001 ,006 ,000 ,000 ,000 ,005 ,000 ,427 ,071 ,000

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation ,843** ,918** ,916** ,858** ,916** ,899** ,916** ,598* ,808** ,858** 1
Ketera
Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,040 ,001 ,000
mpilan
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,942 10

c. Uji Validitas dan Reabilitas Variabel Sekolah Lapang (Y)


Correlations

87
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y1.7 Y1.8 Y1.9 Y1.10 Sekolah Lapang

Pearson Correlation 1 1,000** ,853** ,663* 1,000** 1,000** 1,000** ,817** ,853** ,827** ,980**

Y1.1 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,019 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000 ,001 ,000

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation 1,000** 1 ,853** ,663* 1,000** 1,000** 1,000** ,817** ,853** ,827** ,980**

Y1.2 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,019 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000 ,001 ,000

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation ,853** ,853** 1 ,478 ,853** ,853** ,853** ,885** ,667* ,621* ,869**

Y1.3 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,116 ,000 ,000 ,000 ,000 ,018 ,031 ,000

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation ,663* ,663* ,478 1 ,663* ,663* ,663* ,599* ,956** ,649* ,757**

Y1.4 Sig. (2-tailed) ,019 ,019 ,116 ,019 ,019 ,019 ,040 ,000 ,022 ,004

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation 1,000** 1,000** ,853** ,663* 1 1,000** 1,000** ,817** ,853** ,827** ,980**

Y1.5 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,019 ,000 ,000 ,001 ,000 ,001 ,000

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation 1,000** 1,000** ,853** ,663* 1,000** 1 1,000** ,817** ,853** ,827** ,980**

Y1.6 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,019 ,000 ,000 ,001 ,000 ,001 ,000

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Y1.7 Pearson Correlation 1,000** 1,000** ,853** ,663* 1,000** 1,000** 1 ,817** ,853** ,827** ,980**

88
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,019 ,000 ,000 ,001 ,000 ,001 ,000

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation ,817** ,817** ,885** ,599* ,817** ,817** ,817** 1 ,737** ,664* ,879**

Y1.8 Sig. (2-tailed) ,001 ,001 ,000 ,040 ,001 ,001 ,001 ,006 ,019 ,000

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation ,853** ,853** ,667* ,956** ,853** ,853** ,853** ,737** 1 ,776** ,911**

Y1.9 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,018 ,000 ,000 ,000 ,000 ,006 ,003 ,000

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation ,827** ,827** ,621* ,649* ,827** ,827** ,827** ,664* ,776** 1 ,858**

Y1.10 Sig. (2-tailed) ,001 ,001 ,031 ,022 ,001 ,001 ,001 ,019 ,003 ,000

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Pearson Correlation ,980** ,980** ,869** ,757** ,980** ,980** ,980** ,879** ,911** ,858** 1
Sekolah
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,004 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
Lapang
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

89
Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,974 10

r Tabel

Tingkat signifikansi untuk uji satu arah


0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005
df = (N-2)
Tingkat signifikansi untuk uji dua arah
0.1 0.05 0.02 0.01 0.001
1 0.9877 0.9969 0.9995 0.9999 1.0000
2 0.9000 0.9500 0.9800 0.9900 0.9990
3 0.8054 0.8783 0.9343 0.9587 0.9911
4 0.7293 0.8114 0.8822 0.9172 0.9741
5 0.6694 0.7545 0.8329 0.8745 0.9509
6 0.6215 0.7067 0.7887 0.8343 0.9249
7 0.5822 0.6664 0.7498 0.7977 0.8983
8 0.5494 0.6319 0.7155 0.7646 0.8721
9 0.5214 0.6021 0.6851 0.7348 0.8470

90
10 0.4973 0.5760 0.6581 0.7079 0.8233
11 0.4762 0.5529 0.6339 0.6835 0.8010
12 0.4575 0.5324 0.6120 0.6614 0.7800

91
Lampiran 6. Data Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas

a. Tabel One Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 12

Mean ,0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 5,83840904

Absolute ,322

Most Extreme Differences Positive ,189

Negative -,322

Kolmogorov-Smirnov Z 1,116

Asymp. Sig. (2-tailed) ,165


a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

b. Histogram
c. P-P Plot Regression

2. Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Pengetahuan ,958 1,043
1 Sikap ,723 1,382
Keterampilan ,699 1,430
a. Dependent Variable: Sekolah Lapang

3. Heteroskedastisitas
Lampiran 7. Hasil Uji Hipotesis, Koefisien Determinasi, Regresi

A. Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 32,485 3 10,828 ,231 ,872b

1 Residual 374,957 8 46,870

Total 407,442 11
a. Dependent Variable: Sekolah Lapang
b. Predictors: (Constant), Keterampilan, Pengetahuan, Sikap

df1 = jumlah variabel – 1


df2 = n – k -1
Dimana :
k = jumlah variabel independen
n = jumlah sampel
Dasar pengambilan keputusannya adalah dengan mempertimbangkan:
1. Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
2. Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Df1 = 4 -1
Df2 = 12 – 3 - 1
Tabel f
B. Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta


(Constant) 38,038 13,105 2,903 ,020

Pengetahuan -,887 1,561 -,197 -,568 ,586


1
Keterampilan ,094 ,328 ,116 ,286 ,782

Sikap -,237 ,393 -,240 -,602 ,564


a. Dependent Variable: Sekolah Lapang
df = n-k- 1
df = 12 – 3 – 1
Dimana:
α = 0,05
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel independen
Titik Presentase Distribusi t (Tabel t)
Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
Df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884
2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712
3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453
4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318
5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343
6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763
7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529
8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079
9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681
10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370

C. Koefisien Determinasi
Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the


Estimate

1 ,282a ,080 -,265 6,846141

a. Predictors: (Constant), Keterampilan, Pengetahuan, Sikap

b. Dependent Variable: Sekolah Lapang


D. Hasil Regresi Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta


(Constant) 38,038 13,105 2,903 ,020
Pengetahuan -,887 1,561 -,197 -,568 ,586
1
Keterampilan ,094 ,328 ,116 ,286 ,782
Sikap -,237 ,393 -,240 -,602 ,564
a. Dependent Variable: Sekolah Lapang

Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e


Y = 38,038 – 0,887 – 0,237 + 0,094 + e

Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan


A. Penyebaran Kuesioner
97

B. Kegiatan Penyuluhan Pertemuan ke 1

C. Kegiatan Penyuluhan
Pertemuan ke 2

A. Jadwal Kegiatan Program Sekolah Lapang Budidaya Tanaman Cabai


98

Das könnte Ihnen auch gefallen