Sie sind auf Seite 1von 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan jumlah lansia tidak terlepas dari keberhasilan

pembangunan nasional Indonesia. Keberhasilan itu dapat dilihat dari adanya

peningkatan kesejahteraan rakyat dan kemajuan di bidang teknologi.

Peningkatan kesejahteraan rakyat meliputi peningkatan status ekonomi,

pendidikan, dan kesehatan (Pudjiastuti, dan Utomo,2003).

Menurut Undang-Undang kesejahteraan lanjut usia No.13 tahun1998,

lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas baik pria

maupun wanita, masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang

dapat menghasilkan barang dan atau jasa maupun tidak berdaya mencari

nafkah sehingga hidupnya bergantung pada orang lain. Peningkatan harapan

hidup akan mempengaruhi terhadap peningkatan penambahan usia seseorang.

Penambahan usia seseorang yang akan berakhir menjadi proses penuaan

(aging).

Hipertensi masalah pada lanjut usia karena sering ditemukan dan

menjadi faktor utama penyebab terjadinya stroke pada lansia, payah jantung

dan penyakit jantung koroner. Lebih dari 50% kematian di atas 60 tahun

disebabkan oleh penyakit jangtung dan cerebrovaskuler (Ekasari, F.M,

Riasmini, M.N, dkk, 2018).

Jumlah lansia yang berada di dunia dari tahun semakin meningkat,

berdasarkan data WHO pada tahun 2015 ada 901.000.000 orang yang berusia

60 tahun atau lebih. Negara Asia menempati urutan pertama dengan populasi

1
2

lansia terbanyak, pada tahun 2015 berjumlan 508 juta populasi lansia, yang

terdiri dari total populasi lansia di dunia sebanyak 56% (United Nations, 2015

dalam Jayanti, 2017).

Mengutip data dari Badan Pusat Statistik (2014), populasi lansia di

Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03 persen dari seluruh

penduduk Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia semakin

tinggi dari tahun ke tahun. Sedangkan, jumlah lansia perempuan yaitu 10,77

juta lansia dan lansia laki-laki berjumlah 9,47 juta lansia (BPS, 2014).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) mencatat

prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8 %, dengan prevalensi tertinggi

terdapat di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%),

Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Sedangkan jumlah lansia

di Jawa Timur mencapai 2.971.004 jiwa atau 9,36% (Dinsos, 2012). Data

prevalensi hipertensi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep pada tahun

2014 didapatkan bahwa penderita hipertensi lansia berjumlah 17.621 jiwa

dengan usia 60-69 tahun menjadi usia terbanyak. Berdasarkan data di UPT

Puskesmas Gapura, didapatkan data pada tahun 2014 dengan pra lansia

sebanyak 26.188 jiwa, sedangkan untuk lansia sendiri sebanyak 158 jiwa.

Jumlah lansia penderita hipertensi pada tahun 2016 di UPT Puskesmas

Gapura yaitu sebanyak 31.122 jiwa.

Menurut Akhmadi (2009) dalam Yenni (2011) fungsi sistem tubuh

lansia yang mengalami hipertensi dapat berdampak buruk terhadap kualitas

hidup lansia, baik dalam skala ringan, sedang, maupun berat. Pernyataan ini

didukung oleh hasil penelitian Ibrahim (2009) yang menunjukkan bahwa dari
3

51 lansia yang mengalami hipertensi 40 orang (78,4%) lansia

mempersepsikan kualitas hidupnya pada tingkat rendah dan 11 orang (21,6%)

pada tingkat tinggi. Kualitas hidup lansia yang rendah dihubungkan dengan

kesehatan fisik, kondisi psikologis, hubunngan sosial dan hubungan lansia

dengan lingkungan.

Kualitas hidup lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya

adalah dukungan keluarga. Dukungan keluarga adalah suatu bentuk perilaku

melayani yang dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk dukungan

emosional, penghargaan/penilaian, informasional dan instrumental (Friedman

2010). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Githa

(2011) yang dilakukan pada tanggal 18 Desember 2011 di Banjar Wangaya

Kaja yang meupakan Wilayah Kerja Puskesmas III Denpasar Utara terdapat

24 orang lansia yang mengalami hipertensi dari 54 orang yang melakukan

pemeriksaan tekanan darah. Dari hasil wawancara dengan 10 orang lansia

dari 24 lansia yang mengalami hipertensi, didapatkan bahwa 60% dukungan

keluarga di bidang kesehatan masih rendah.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Karangbudi

dengan menggunakan kuisioner kualitas hidup didapatkan bahwa dari 10

lansia yang mengalami hipertensi sebanayak 7 orang lansia (70%) memiliki

kualitas hidup dalam kategori rendah dan 3 orang lansia (30%) memiliki

kualitas hidup dalam kategori baik. Sebagian besar lansia mengatakan sering

merasa putus asa, kesepian, dan cemas, merasa hidupnya tidak berarti dan

sedikitnya ketersediaan informasi dalam kehidupan sehari-harinya, serta tidak

puas dengan hubungan personal/sosialnya. Sedangkan hasil pengukuran


4

dengan kuisioner dukungan keluarga didapatkan hasil bahwa dari 10 orang

lansia yang diwawancarai, sebanyak 8 orang (80%) memiliki dukungan

keluarga yang kurang dan 2 orang lansia (20%) memiliki dukungan keluarga

baik. Sebagian besar lansia mengatakan dirinya tidak diperhatikan saat sakit,

keluarganya tidak menyediakan waktu untuk mengantarkan lansia berobat,

keluarga tidak pernah mengingatkan lansia untuk minum obat dan kontrol ke

puskesmas serta keluarga tidak mendengarkan keluhahan-keluhan yang

dikatakan oleh lansia tentang penyakitnya.

Dukungan keluarga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup

pada lansia yang berupa dukungan emosional, penghargaan/penilaian,

informasional, instrumental serta pengawasan dari pihak keluarga dalam

upaya pengendalian hipertensi pada lansia. Berdasarkan permasalahan

tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang hubungan dukungan

keluarga dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi di Desa

Karangbudi Kec. Gapura.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah dukungan keluarga di Desa Karangbudi Kec. Gapura?

2. Bagaimanakah kualitas hidup lansia penderita hipertensi di Desa

Karangbudi Kec. Gapura?

3. Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia

penderita hipertensi di Desa Karangbudi Kec. Gapura?


5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas

hidup lansia penderita hipertensi di Desa Karangbudi Kec. Gapura.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi dukungan keluarga pada lansia di Desa

Karangbudi Kec. Gapura.

b. Untuk mengidentifikasi kualitas hidup lansia penderita hipertensi

di Desa Karangbudi Kec. Gapura.

c. Untuk menganalisis dukungan keluarga dengan kualitas hidup

lansia penderita hipertensi di Desa Karangbudi Kec. Gapura.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca agar dapat

menambah wawasan tentang hubunga dukungan keluarga dengan

kualitas hidup lansia penderita hipertensi di Desa Karangbudi Kec.

Gapura.

1.4.2 Manfaat Praktisi

a. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan menambah

pengetahuan mengenai hubungan dukungan keluarga dengan

kualitas hidup lansia penderita hipertensi di Desa Karangbudi

Kec. Gapura.
6

b. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan serta pemahaman peneliti tentang

hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia

penderita hipertensi di Desa Karangbudi Kec. Gapura.

c. Bagi Keluarga

Diharapkan keluarga dapat mempertahankan dukungannya

dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan kesehatan lansia.

d. Bagi Peneliti Keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan untuk

penelitian selanjutnya yang sejenis mengenai dukungan keluarga

dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk

upaya penelitian lebih lanjut tentang hubungan dukungan

keluarga dengan kualitas hidup lansia penderita hipertensi.

Das könnte Ihnen auch gefallen