Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
2, September 2015
ABSTRACT - TB is an infectious disease which has long been known in the world. The
disease is becoming a pretty big problem for public health, especially in developing
countries like Indonesia. According to the WHO report of 2009, Indonesia ranked fifth
after India, China, South Africa and Nigeria. Child TB cases in 2011 was 1,707 / 100,000
population. West Java is the province that has the most TB in children is high, that is 267
/ 100,000 population. TB child will cause growth disorders, even to the death. This study
aimed to determine the nutritional status, patients with a history of contact with adult TB
patients and BCG immunization status in children TB history. This study used descriptive
method with a population of 22 respondents history of pulmonary TB child and his
parents. The sampling technique this study using total sampling. Retrieval of data
obtained by the study of documentation, questionnaires, and observations by using
univariate data processing percentages. Research results that the nutritional status of
almost half of the respondents including good nutrition (40.9%) and malnutrition
(36.4%), and a small proportion of respondents (22.7%) including malnutrition. Patients
with a history of contact with adult TB patients most respondents (72.7%) had a positive
contact history, and nearly half of the respondents (27.3%) had a history of negative
contact. Then, BCG immunization status almost all respondents (86.4%) had a positive
immunization status, and a small proportion of respondents (13.6%) had a negative
immunization status. The conclusion that the nutritional status of almost half of the
respondents nourished and malnourished. Contact history the majority of respondents
have a positive contact history. BCG immunization status then almost all respondents
have a positive immunization status.
Keywords: Nutritional status, contact history, BCG immunization, Tuberculosis Children
ABSTRAK - TB merupakan penyakit infeksi yang telah lama di kenal di dunia. Penyakit
ini menjadi masalah yang cukup besar bagi kesehatan masyarakat, terutama di negara
berkembang seperti Indonesia. Menurut laporan WHO 2009, Indonesia menduduki
peringkat kelima setelah India, Cina, South Afrika dan Nigeria. Kasus TB anak pada
2011 adalah 1.707/100.000 penduduk. Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki
penderita TB pada anak paling tinggi, yaitu 267/100.000 penduduk. TB anak akan
menyebabkan terjadinya gangguan tumbuh kembang, bahkan sampai pada kematian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi, riwayat kontak penderita dengan
penderita TB dewasa, dan status imunisasi BCG pada anak riwayat TB Paru.Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan jumlah populasi 22 responden anak riwayat TB
Paru dan orang tuanya. Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan total
sampling. Pengambilan data diperoleh dengan studi dokumentasi, kuesioner, dan
observasi dengan pengolahan data univariate menggunakan prosentase. Hasil Penelitian
bahwa status gizi hampir setengah responden termasuk gizi baik (40,9 %) dan gizi buruk
(36,4 %), dan sebagian kecil responden (22,7 %) termasuk gizi kurang. Riwayat kontak
penderita dengan penderita TB dewasa sebagian besar responden (72,7 %) memiliki
riwayat kontak positif, dan hampir setengah responden (27,3 %) memiliki riwayat kontak
negatif. Kemudian, status imunisasi BCG hampir seluruh responden (86,4 %) memiliki
status imunisasi positif, dan sebagian kecil responden (13,6%) memiliki status imunisasi
negatif. Kesimpulannya bahwa status gizi hampir setengah responden berstatus gizi baik
ISSN: 2338-7246 64
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 2, September 2015
dan gizi buruk. Riwayat kontak sebagian besar responden mempunyai riwayat kontak
positif. Kemudian status imunisasi BCG hampir seluruh responden mempunyai status
imunisasi positif.
Kata Kunci : Status Gizi, Riwayat Kontak, Imunisasi BCG, Tuberkulosis Paru Anak
ISSN: 2338-7246 65
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 2, September 2015
ISSN: 2338-7246 66
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 2, September 2015
ISSN: 2338-7246 67
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 2, September 2015
ISSN: 2338-7246 68
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 2, September 2015
ISSN: 2338-7246 69
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 2, September 2015
ISSN: 2338-7246 70
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 2, September 2015
ISSN: 2338-7246 71
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 2, September 2015
ISSN: 2338-7246 72
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 2, September 2015
Karakteristik Kategori F %
Keterangan : P = persentase 1. Umur Anak ≤ 60 bulan 11 50,0
X = Jumlah >60 bulan 11 50,0
jawaban responden 2. Pendidikan
Y = Jumlah skor a. Ibu SD 3 13,6
total SMP 8 36,4
SMA 11 50,0
Selanjutnya hasil perhitungan b. Ayah SD 3 13,6
tersebut di atas, di interpretasikan dengan SMP 4 18,2
menggunakan kriteria sebagai berikut SMA 14 63,6
(Arikunto, 2006) : PT 1 4,5
0% = Tak seorang pun
3. Pekerjaan
1-25 % = Sebagian kecil
a. Ibu IRT 21 95,5
responden
Buruh Pabrik 1 4,5
26-49 % = Hampir setengah
b. Ayah Karyawan 9 40,9
responden Swasta
50 % = Sebagian responden Wiraswasta 7 27,3
76-99 = Sebagian besar Kuli 1 4,5
responden Bangunan
Serabutan 2 9,1
76-99 % = Hampir seluruh
Tidak Bekerja 3 13,6
responden
Total 22 100,0
100 = Seluruh responden
ISSN: 2338-7246 73
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 2, September 2015
(13,6%) adalah tingkat SD, dan (4,5%) Wilayah Puskesmas Garuda Kota
adalah tingkat PT. Bandung ditampilkan pada tabel 4.3
Dilihat dari pekerjaan ibu, di bawah ini.
hampir seluruh responden (95,5%) adalah
ibu rumah tangga, dan sebagian kecil Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi
responden (4,5%) adalah buruh pabrik. Kontak Anak (0-14 Tahun)
Sedangkan pekerjaan ayah hampir Riwayat TB Paru dengan
setengah responden (40,9%) adalah Penderita TB Paru Dewasa di
karyawan swasta dan (27,3%) adalah Wilayah
wiraswasta, dan sebagian kecil responden Puskesmas Garuda Kota Bandung
(13,6%) adalah tidak bekerja, (9,1%) Tahun 2013
adalah serabutan, (4,5%) adalah
pedagang dan kuli bangunan. Riwayat Kontak dengan
F %
Penderita TB Dewasa
4.1.2 Analisa Univariate Positif 16 72,7
Analisa univariate digunakan Negatif 6 27,3
untuk mengetahui distribusi frekuensi Total 22 100,0
dari variabel yang terdapat pada
penelitian ini. Hasil analisis univariate Tabel 4.3 menggambarkan
dapat dilihat dibawah ini. riwayat kontak penderita TB dengan
1. Status Gizi penderita TB dewasa. Dari tabel di
Identifikasi status gizi pada atas dapat diketahui bahwa sebagian
anak (0-14 tahun) riwayat TB Paru besar responden (72,7 %)
sebelum terdiagnosa TB Paru di diantaranya memiliki riwayat kontak
Wilayah Puskesmas Garuda Kota positif, dan hampir setengah
Bandung ditampilkan pada tabel 4.2 responden (27,3 %) diantaranya
di bawah ini. memiliki riwayat kontak negatif.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Status Gizi Anak (0-14 Tahun) sebagian besar responden
Riwayat TB Paru Sebelum mempunyai riwayat kontak positif
Terdiagnosa di Wilayah dengan penderita TB dewasa.
Puskesmas Garuda 3. Status Imunisasi BCG
Kota Bandung Tahun 2013 Identifikasi status imunisasi
BCG pada anak (0-14 tahun) riwayat
Status Gizi F % TB Paru di Wilayah Puskesmas
Baik 9 40,9 Garuda Kota Bandung ditampilkan
Kurang 5 22,7
Buruk 8 36,4 pada tabel 4.4 di bawah ini.
Total 22 100,0
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi
Tabel 4.2 menggambarkan Status Imunisasi BCG Pada Anak
status gizi pada anak riwayat TB (0-14 tahun) Riwayat TB Paru di
Paru sebelum terdiagnosa. Dari tabel Wilayah Puskesmas Garuda
di atas dapat diketahui bahwa Kota Bandung Tahun 2013
hampir setengah responden
diantaranya termasuk ke dalam gizi Imunisasi BCG F %
baik (40,9 %) dan gizi buruk (36,4 Positif 19 86,4
%), dan sebagian kecil responden Negatif 3 13,6
(22,7 %) diantaranya termasuk ke 22 100,0
Total
dalam gizi kurang. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hampir setengah
responden termasuk ke dalam status Tabel 4.4 menggambarkan
gizi baik dan gizi buruk. status imunisasi BCG. Dari tabel di
2. Riwayat Kontak TB atas dapat diketahui bahwa hampir
Identifikasi kontak anak (0- seluruh responden (86,4 %)
14 tahun) riwayat TB Paru dengan diantaranya memiliki status
penderita TB Paru dewasa di imunisasi positif, dan sebagian kecil
ISSN: 2338-7246 74
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 2, September 2015
responden (13,6%) diantaranya anak yang baik daya tahan tubuh anak
memiliki status imunisasi negatif. akan baik juga, kemungkinan anak
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terinfeksi TB bukan karena status gizinya
hampir seluruh responden sudah saja tapi bisa juga dipengaruhi oleh
mendapatkan imunisasi BCG. seringnya anak kontak dengan penderita
TB dewasa yang tidak diketahui oleh
4.2 Pembahasan keluarga anak, lamanya menghirup udara
TB merupakan salah satu tersebut, konsentrasi droplet dalam udara
penyakit infeksi yang dapat dan banyaknya kuman yang dikeluarkan
menimbulkan dampak pada status dari paru penderita TB dengan BTA (+)
kesehatan dan perkembangan anak, hal (Supariasa, 2012).
ini diakibatkan karena TB Paru pada Hasil penelitian juga hampir
anak sulit untuk didiagnosa. Oleh karena setengah responden mempunyai status
itu perlu dilakukan tindakan pencegahan gizi buruk dan sebagian kecil responden
dengan memahami faktor-faktor yang mempunyai status gizi kurang. Gizi
berhubungan dan berisiko untuk buruk muncul akibat ketidakcukupan zat
terjadinya kejadian TB Paru pada anak. gizi yang berlangsung lama sehingga
Pada penelitian ini dilakukan terhadap 22 persediaan/cadangan gizi akan digunakan
responden, diperoleh hasil gambaran untuk memenuhi ketidakcukupan itu,
faktor-faktor yang berhubungan dengan lama kelamaan akan terjadi kemerosotan
kejadian TB paru pada anak (0-14 tahun) jaringan yang ditandai dengan penurunan
di Wilayah Puskesmas Garuda Kota berat badan, proses ini berlanjut sehingga
Bandung tahun 2013, yaitu status gizi, mengakibatkan seseorang sakit
riwayat kontak penderita dengan (Supariasa, 2012).
penderita TB dewasa, dan status Anak yang status gizinya kurang
imunisasi BCG. atau buruk mengalami penurunan sistem
4.2.1 Status Gizi pada Anak (0-14 pertahanan dalam tubuh yang membuat
tahun) Riwayat TB Paru anak mudah terserang infeksi, dikatakan
Sebelum Terdiagnosa di bahwa manfaat gizi bagi tubuh yaitu
Wilayah Puskesmas Garuda berperan dalam mekanisme pertahanan
Kota Bandung tubuh terhadap penyakit TB Paru lebih
Gizi baik adalah keseimbangan banyak terjadi pada anak yang
antara kebutuhan dan masukan nutrisi mempunyai gizi buruk sehubungan
sehingga berpengaruh terhadap daya dengan lemahnya daya tahan tubuh anak
tahan tubuh dan respon imunologik yang kurang gizi. TB Paru juga dapat
terhadap penyakit, sedangkan gizi buruk memperburuk status gizi anak
merupakan status kondisi seseorang yang (Soeditama, 2002).
kekurangan nutrisi atau nutrisi di bawah Penyakit TB dapat dengan
standar rata-rata (Soeditama, 2002). mudah menyerang anak yang mempunyai
Status gizi pada anak sangat status gizi yang kurang. Seseorang
penting, karena status gizi yang baik akan dengan kondisi kurang gizi akan
meningkatkan daya tahan dan kekebalan mempunyai risiko 3,7 kali untuk
tubuh anak, sehingga anak tidak mudah menderita TB Paru berat dibandingkan
menderita penyakit TB. Dan bila dengan orang yang status gizinya cukup
terinfeksi pun, anak dengan status gizi atau lebih (Depkes RI, 2001).
yang baik cenderung menderita TB Hal ini tidak lepas dari peran
ringan dibandingkan dengan gizi buruk orang tua ibu yang hampir sebagian
(Soeditama, 2002). responden tingkat pendidikannya berlatar
Berdasarkan hasil penelitian belakang SMA dan Ayah sebagian besar
bahwa hampir setengah responden responden tingkat pendidikannya berlatar
mempunyai status gizi baik, diantaranya belakang SMA. Pendidikan orang tua
hampir seluruh responden mempunyai merupakan salah satu faktor yang penting
riwayat kontak positif, dan sebagian kecil dalam tumbuh kembang anak, karena
responden mempunyai riwayat kontak dengan pendidikan yang baik orang tua
negatif. Belum tentu dengan status gizi dapat menerima segala informasi dari
ISSN: 2338-7246 75
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 2, September 2015
luar terutama cara pengasuhan anak yang dan hampir setengah responden riwayat
baik, bagaimana menjaga kesehatan kontak negatif. Penelitian ini juga sama
anaknya, pendidikannya dan sebagainya dengan penelitian Yulistyaningrum dan
(Soetjiningsih, 2010). Semakin tinggi Dwi Sarwani Sri Rejeki (2010), bahwa
pendidikan formal, akan semakin baik ada hubungan riwayat kontak TB dengan
keterampilan terdapat ketahanan pangan kejadian TB paru anak di BP4
keluarga, pola pengasuhan anak dan Purwokerto. Hasil ini sesuai dengan
pengetahuan tentang kesehatan untuk penelitian Dudeng ( 2 0 0 6 ) , yang
memanfaatkan pelayanan yang ada menyatakan bahwa anak yang pernah
(Depkes RI, 2001). Hal ini menunjang kontak dengan orang dewasa yang
penelitian bahwa pendidikan akan menderita TB BTA (+) atau suspek yang
berpengaruh terhadap pemberian nutrisi diduga menjadi sumber penular
pada anak. mempunyai risiko 3,91 kali lebih besar
Maka dari itu upaya menderita TB, dibandingkan dengan anak
pemeliharaan status gizi anak harus yang tidak mempunyai riwayat kontak.
dilakukan sejak dini oleh orang tua anak Anak-anak yang tinggal dirumah dimana
mulai dari mendatangi pelayanan terdapat orang dewasa yang mengidap
kesehatan terdekat untuk melakukan TB aktif atau yang memiliki risiko TB,
penilaian status gizi anak berupa akan memiliki risiko sama tingginya
penimbangan berat badan, pengukuran untuk mengidap TB.
tinggi badan berdasarkan umur anak Menurut Rosmayudi (2002),
selanjutnya dapat diketahui upaya-upaya sumber penularan yang paling berbahaya
untuk mempertahankan status gizi yang adalah penderita TB dewasa dan orang
baik bagi anak. dewasa yang menderita TB paru dengan
Berdasarkan uraian di atas dapat kavitas (lubang pada paru-paru). Kasus
di simpulkan bahwa faktor gizi yang seperti ini sangat infeksius dan dapat
buruk dan kurang dapat berpengaruh menularkan penyakit melalui batuk,
terhadap kejadian TB Paru pada anak, bersin dan percakapan. Semakin sering
akan tetapi pada hasil penelitian yang dan lama kontak, makin besar pula
dilakukan di Puskesmas Garuda Kota kemungkinan terjadi penularan. Sumber
Bandung tahun 2013 hampir setengah penularan bagi bayi dan anak yang
responden menunjukan status gizi yang disebut kontak erat adalah orang tuanya,
baik. orang serumah atau orang yang sering
berkunjung dan sering berinteraksi
4.2.2 Riwayat Kontak Penderita langsung.
dengan Penderita TB Dewasa Menurut Diani (2008) Kontak
di Wilayah Puskesmas Garuda yang erat dan berlangsung lama dengan
Kota Bandung penderita TB Paru dewasa yang tinggal
Riwayat kontak adalah adanya serumah, juga memudahkan terjadinya
hubungan dengan penderita penularan TB Paru pada bayi atau anak.
(Notoatmodjo, 1993). Timbulnya Penularannya bisa dari ayah, ibu, kakek,
penyakit TB pada anak dapat dipengaruhi nenek, kakak, pengasuh, dan yang
juga oleh riwayat kontak dengan lainnya sebagai sumber penularan yang
penderita TB dewasa yang merupakan utama.
pencetus. Karena kejadian TB pada anak Hasil penelitian juga diketahui
sering diakibatkan oleh penularan bahwa hampir setengah responden
penderita dewasa yang selalu diantaranya memiliki riwayat kontak
berhubungan dengan anak baik langsung negatif, dengan sebagian besar responden
maupun tidak langsung. diantaranya mempunyai status gizi buruk
Berdasarkan hasil penelitian dan hampir setengah responden
tentang faktor riwayat kontak penderita diantaranya mempunyai status gizi baik.
dengan penderita TB dewasa di Wilayah Berdasarkan uraian di atas dapat
Puskesmas Garuda Kota Bandung, dari disimpulkan bahwa sebagian besar
22 responden didapatkan sebagian besar responden mempunyai riwayat kontak
responden dengan riwayat kontak positif
ISSN: 2338-7246 76
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 2, September 2015
positif akan mempengaruhi kejadian BCG, tetapi imunisasi BCG tidak dapat
penyakit TB Paru pada anak. menjamin tidak terjadinya infeksi TB
4.2.3 Status Imunisasi BCG pada Paru pada anak, kemungkinan anak
Anak (0-14 tahun) Riwayat TB menderita TB Paru sebelum diberikan
Paru di Wilayah Puskesmas imunisasi BCG atau anak menderita TB
Garuda Kota Bandung Paru karena faktor lain yang tidak diteliti
Berdasarkan hasil penelitian oleh peneliti seperti faktor lingkungan
bahwa hampir seluruh responden dan faktor orang tua.
mendapatkan imunisasi BCG. Hal ini
berarti responden tersebut telah diberikan 4.3 Keterbatasan Penelitian
imunsasi BCG. Pemberian imunisasi Dalam penelitian ini keterbatasan
BCG merupakan bagian dari faktor yang dihadapi oleh peneliti adalah:
imunisasi yang dianalisa untuk 1. Sampel yang digunakan terbatas
memprediksi kejadian TB Paru pada pada anak (0-14 tahun) riwayat TB
anak. Pemberian imunisasi BCG dapat di Wilayah Puskesmas Garuda Kota
melindungi dari meningitis TB dan TB Bandung saja, sehingga penelitian
milier dengan derajat proteksi sekitar ini tidak bersifat general bagi semua
86% (Wahab, 2002). BCG melindungi penderita TB yang berada di Kota
terhadap penyebaran bakteri secara Bandung.
hematogen, tetapi tidak mampu 2. Jumlah sampel terbatas sehingga
membatasi pertumbuhan fokus yang kesimpulan belum dapat dijadikan
terlokalisasi seperti pada TB Paru untuk generalisasi.
(Wahab, 2002).
Hal ini sejalan dengan Retno V. PENUTUP
(2008), berjangkitnya TB Paru pada anak 5.1 Kesimpulan
ini kemungkinan disebabkan cara Dari hasil penelitian dan
pemberian imunisasi BCG yang tidak pembahasan pada BAB IV tentang
tepat, misalnya cara penyuntikan yang “Faktor-Faktor yang Berhubungan
salah, dosis yang diberikan tidak sesuai dengan Kejadian TB Paru pada Anak (0-
dengan indikasi, area penusukan dan 14 tahun) di Wilayah Puskesmas Garuda
sudut penusukan yang salah. Bisa juga Kota Bandung” dapat disimpulkan
tergantung pada daya tahan tubuh anak, bahwa:
jumlah kuman dan lingkungan sekitar 1. Status gizi pada anak (0-14 tahun)
anak. Bila daya tahan tubuh kuat, risiko riwayat TB Paru sebelum
kecil untuk menderita TB Paru. terdiagnosa di Wilayah Puskesmas
Oleh karena itu pada penelitian Garuda Kota Bandung yaitu
ini, meskipun anak sudah diberikan hampir setengah responden
imunisasi BCG ternyata anak masih berstatus gizi baik (40,9 %) dan
terkena penyakit TB. Hal ini ada gizi buruk (36,4 %).
kemungkinan diakibatkan banyak faktor 2. Riwayat kontak anak (0-14 tahun)
diantaranya waktu pemberiannya kurang riwayat TB Paru dengan penderita
tepat atau oleh sebab lain sehingga TB dewasa di Wilayah Puskesmas
efektifitas proteksi dari vaksin BCG Garuda Kota Bandung diketahui
tersebut tidak optimal. bahwa sebagian besar responden
Pemberian imunisasi BCG akan (72,7 %) memiliki riwayat kontak
memberikan kekebalan aktif terhadap positif.
penyakit TB. Imunisasi yang terbentuk 3. Status imunisasi BCG pada anak
tidaklah menjamin tidak terjadinya (0-14 tahun) riwayat TB Paru
infeksi TB pada seseorang, namun sebelum terdiagnosa di Wilayah
infeksi yang terjadi tidak progresif dan Puskesmas Garuda Kota Bandung
tidak menimbulkan komplikasi yang hampir seluruh responden (86,4 %)
berat (Baratawidjaja, 2000). memiliki status imunisasi positif.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa hampir seluruh
responden sudah mendapatkan imunisasi
ISSN: 2338-7246 77
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 2, September 2015
ISSN: 2338-7246 78
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 2, September 2015
ISSN: 2338-7246 79