Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
INFO ARTIKEL A B S T R A C T / A B S T R A K
Article History: Research on Aedes aegypti hatchability and larval development into adult mosquitoes
Received: 31 Januari 2017 were conducted to compare the egg laying behavior of mosquitoes in different types of
Revised: 3 Juni 2017 water (water from wells, sewage and clean water or distilled water). It also want to
Accepted: 6 Juni 2017 campare the durability of the larvae until the adult mosquitoes. This research was
conducted on August to October 2012 in Entomology Laboratory Vector Borne Disease
Research and Development Baturaja. The study design was a complete randomized design
with different type of water as the treatment and used four level and six repetition. The
observed variables were color, odor and turbidity of the water. Data analysis was
Keywords: performed by One-Way ANOVA Post Hoc Tests with Least Significant Difference (LSD). The
larvae hatchability, results showed that there was a significant influence on the hatchability and development
behaviour egg laying of of Ae. aegypti larvae into the adult stage in regard of the type of water (p<0,05). It can be
Ae. aegypti, concluded that Ae. aegypti can grow into adult stage on the outside of clean water media
growth medium and also on the soil contaminated water.
Kata kunci: Penelitian mengenai daya tetas dan perkembangan larva Aedes aegypti menjadi
daya tetas larva, nyamuk dewasa dilakukan untuk membandingkan perilaku bertelur nyamuk Ae.
perilaku bertelur aegypti pada tiga jenis air sumur gali, air selokan, dan air bersih, serta untuk melihat
Ae. aegypti, daya tahan Ae. aegypti sampai menjadi nyamuk dewasa. Penelitian dilakukan pada
media pertumbuhan bulan Agustus hingga Oktober tahun 2012 di Laboratorium Entomologi Loka Litbang
P2B2 Baturaja. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah
rancangan acak kelompok, dengan faktor perlakuan adalah air sebagai media bertelur,
dengan empat taraf dan enam pengulangan. Variabel yang diamati dibedakan
berdasarkan warna, bau dan kekeruhan air. Analisis data dilakukan dengan One-Way
ANOVA Post Hoc Tests dengan least significant difference (LSD). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh media air terhadap daya tetas dan perkembangan
Ae. aegypti menjadi nyamuk dewasa (p<0,05). Penelitian membuktikan bahwa Ae.
aegypti dapat berkembang biak menjadi dewasa di luar media air bersih dan air yang
dasarnya mengandung tanah.
http://dx.doi.org/10.22435/vektorp.v11i1.6036.9-18 9
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 11 No. 1, 2017 : 9 - 18
10
Daya Tetas dan Perkembangan Larva.................... (Yahya dan Sulfa Esi Warni)
11
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 11 No. 1, 2017 : 9 - 18
aegypti yang ditemukan dalam ovitrap Hal ini menunjukkan ada indikasi
berdasarkan jenis air dengan enam kali ketertarikan nyamuk terhadap jenis air
pengulangan. Rata-rata jumlah telur paling tersebut, karena mengandung senyawa
sedikit ditemukan pada jenis air organik dan anorganik yang berpengaruh
pembanding, pada seluruh perlakuan yaitu terhadap aroma yang bersifat “chemical
17
6.345, jumlah telur terbanyak pada jenis air senses”. Karbondioksida, ammonia dan
selokan. mikroorganisme yang diduga banyak
18
terkandung pada jenis air tersebut dapat pertumbuhan ovarium yang sempurna.
menjadi daya tarik bagi nyamuk Ae. aegypti Berdasarkan hasil analisis secara statistik
betina dalam memilih media untuk menunjukkan bahwa dari masing masing air
meletakkan telurnya. yaitu air pembanding, air selokan dan tiga
Pemilihan tempat untuk bertelur jenis air sumur sebagai perlakuan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti indra berpengaruh sangat nyata terdapat jumlah
penglihatan, penciuman, suhu, cahaya, telur, jumlah pupasi dan jumlah eklosi. Pada
kelembaban dan fisik media tempat peletakan Tabel 4 menunjukkan ada pengaruh jenis air
14
telur. Peletakan telur juga dipengaruhi oleh t e r h a d a p d a y a t e t a s t e l u r, p r o s e s
12
Daya Tetas dan Perkembangan Larva.................... (Yahya dan Sulfa Esi Warni)
perkembangan jentik menjadi pupa (pupasi) 5 tampak bahwa ada perbedaan jumlah telur
dan perkembangan larva menjadi nyamuk yang menetas pada berbagai media air, pada
dewasa (eklosi). Selanjutnya untuk melihat air selokan berbeda dengan air sumur I, air
jenis apa saja yang berpengaruh terhadap sumur II, air sumur III, dan air pembanding,
perkembangan jentik menjadi nyamuk demikian juga untuk jumlah pupasi (Tabel 6)
dewasa dilakukan analisis LSD dengan hasi dan jumlah eklosi (Tabel 7) ada perbedaan
seperti yang terlihat pada Tabel 5. Pada Tabel bermakna pada masing-masing jenis air.
Tabel 4. Hasil Analisis Peletakan Telur dan Daya Tetas berdasarkan Jenis Air
Variabel Signifikansi
Daya Tetas <0,001
Pupasi (Perkembangan Larva Menjadi Pupa) <0,001
Eklosi <0,001
Tabel 5. Hasil Analisis LSD terhadap Perbedaan Jumlah Telur yang Menetas
pada Masing-masing Jenis Air
Daya tetas telur berdasarkan jenis air Ae. aegypti terbanyak terdapat pada air sumur
Hasil analisis perkembangan telur I yang memiliki karakteristik air berwarna
menjadi dewasa pada media air selokan dan kuning, keruh, berminyak serta berbau. Daya
ketiga media air sumur dapat dilihat pada tetas telur Ae. aegypti paling sedikit terdapat
Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1 dapat pada air selokan. Hal ini kemungkinan, karena
dilihat bahwa daya tetas telur berdasarkan air sumur tidak keruh dan kandungan kimia
jenis air sangat berbeda nyata. Daya tetas telur lainya tidak setinggi kandungan kimia pada
air selokan.
13
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 11 No. 1, 2017 : 9 - 18
Dari Gambar 2 dapat diketahui bahwa Hal ini diduga karena air sumur I secara fisik
perkembangan nyamuk Ae. aegypti pra berminyak pada permukaan air yang dapat
dewasa berdasarkan jenis air didapatkan menyebabkan terhalangnya penetrasi cahaya
hasil yang sangat berbeda nyata. Telur yang matahari kedalam air dan rendahnya kadar O2
menetas dan berkembang menjadi pra yang dibutuhkan larva untuk bernafas dan
dewasa paling sedikit terjadi pada air sumur I. perkembangan.
14
Daya Tetas dan Perkembangan Larva.................... (Yahya dan Sulfa Esi Warni)
Keterangan :
1. Air selokan
2. Air sumur I
3. Air sumur II
4. Air sumur III
5. Air pembanding (aquades)
Keterangan :
1. Air selokan
2. Air sumur I
3. Air sumur II
4. Air sumur III
5. Air pembanding (aquades)
15
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 11 No. 1, 2017 : 9 - 18
Ae. aegypti. Larva akan mati pada pH ≤ 3 dan ≥ penetasan telur telur nyamuk Ae. aegypti
12.21 Pertumbuhan larva secara optimal tergantung pada waktu yang dibutuhkan telur
terjadi pada kisaran pH 6,0-7,5. Meskipun
22
untuk menjadi masak setelah dikeluarkan
29
pH air PAM termasuk netral, tetapi kematian induknya dan suhu yang optimal. Telur yang
larva juga tinggi karena terdapat kandungan sudah masak (umur 4-7 hari) akan langsung
kaporit (Ca(Ocl2)) yang bersifat disinfektan.
23
menetas setelah terkena air. Telur telur yang
Keberadaan makanan pada air sumur gali dan sudah masak tidak akan menetas bila suhu
PAM lebih sedikit dibandingkan pada air dalam kontainer berkisar 10°C-15°C, tetapi
17
campuran seperti air got. Hasil penelitian akan menetas bila suhu dinaikkan sampai
Sayono dkk. juga menunjukkan bahwa jumlah 25°C.30
telur Ae. aegypti menetas berbeda-beda Ternyata Ae.aegypti juga mampu
menurut jenis air media penetasan. Hal ini berkembang biak dan menjadi dewasa di luar
membuktikan bahwa kondisi air air bersih dan air yang dasarnya mengandung
mempengaruhi daya tetas telur Ae. aegypti. tanah. Kemungkinan pada masa yang akan
Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa datang, peningkatan penyakit DBD akan
air comberan menjadi media yang baik bagi semakin tinggi. Apabila dari instansi
telur Ae. aegypti untuk menetas, juga pada air pemerintah, swasta dan masyarakat tidak
rob dan air hujan, sedangkan paling rendah mewaspadai perubahan adaptasi dari
terjadi pada air tanah. Ada kemungkinan, hal nyamuk Ae. aegypti maka penyakit DBD akan
ini terkait dengan kadar unsur-unsur atau semakin cepat menyebar di seluruh wilayah
s e nyawa k i m i a ya n g te rka n d u n g d i bahkan bisa menimbulkan Kejadian Luar
d a l a m nya . 2 0 , 2 4 Pe n e l i t i a n J a c o b d k k . Biasa.
menunjukkan hasil bahwa Ae. aegypti mampu
hidup tidak hanya pada air jernih tetapi juga
KESIMPULAN
dapat bertahan hidup dan tumbuh normal
25 Nyamuk Ae. aegypti mampu bertelur dan
pada air got yang didiamkan menjadi jernih.
berkembang menjadi nyamuk dewasa pada
Hasil analisis lanjut dari penelitian deskriptif
semua jenis perindukan, baik pada air bersih,
untuk mengetahui apakah nyamuk Ae. aegytpi
air selokan maupun pada air sumur gali. Pada
mau bertelur diberbagai media air tercemar
jenis air selokan dengan karakter fisik
dan mengetahui jenis air tercemar yang paling
berwarna hitam, keruh dan berbau
d i s u ka i Ae . a e gy p t i u n t u k b e r te l u r,
menyengat, perkembangan dari telur hingga
menunjukkan hasil bahwa media air memiliki
dewasa relatif lebih lambat dibanding
pengaruh yang nyata terhadap kesukaan
perkembang pada jenis air lainnya.
bertelur Ae. aegypti, pada taraf nyata 5%
dengan nilai p sebesar < 0.0001. Air tercemar
SARAN
kotoran sapi merupakan media yang paling
Dalam program pemberantasan penyakit
disukai Ae. aegypti untuk meletakkan
DBD untuk masa yang akan datang tidak
telurnya.26 Kekeruhan menggambarkan sifat
hanya terfokus kepada program
optik air yang menyebabkan terjadinya
pemberantasan sarang nyamuk pada
fenomena pembiasan cahaya dan
kontainer di dalam rumah yang berisi air
menyebabkan terhalangnya penetrasi cahaya
bersih, atau kontainer di luar rumah yang
matahari ke dalam air. 2 7 Kekeruhan
berisi sisa air hujan, tetapi hendaknya
disebabkan oleh tumbuhan plankton atau
diperhatikan kebersihan lingkungan sekitar
masuknya zat-zat yang tidak tersuspensi.
termasuk saluran limbah rumah tangga yang
Tingkat kekeruhan yang berlebihan akan
kemungkinan dapat dijadikan sebagai tempat
mengakibatkan perubahan tubuh insekta
berkembangbiaknya nyamuk Ae. aegypti.
yaitu terjadinya abrasi epitel saluran
Selain itu juga diperlukan pengkajian
pernafasan, menurunnya frekuensi makanan,
lebih lanjut tentang kandungan kandungan
tersumbatnya alat pernafasan, terpaparnya
kimia yang menarik nyamuk Ae. aegypti dalam
keracunan, berkurangnya penglihatan,
memilih tempat bertelur dan berkembang
sedangkan di lingkungan air menyebabkan
menjadi nyamuk dewasa.
menurunnya kandungan oksigen.28 Lamanya
16
Daya Tetas dan Perkembangan Larva.................... (Yahya dan Sulfa Esi Warni)
17
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 11 No. 1, 2017 : 9 - 18
aegypti pada air tercemar. In: Prosiding 28. Ewing DA, Cobbold CA, Purse B V, Nunn MA,
Seminar Nasional Hari Nyamuk Sedunia. White SM. Modelling the effect of
Bogor: Institut Pertanian Bogor; 2009. temperature on the seasonal population
25. Jacob A, Victor DP, Wahongan GJP. Ketahanan dynamics of temperate mosquito. J Theor
hidup dan pertumbuhan nyamuk. J e- Biol. 2016;400:65-79.
Biomedik. 2014;2(November). 29. Kohler SL. Aquatic insects challenges to
26. Wurisastuti T. Perilaku Bertelur Nyamuk Populations. In: Royal Entomological Society
Aedes aegypti pada Media Air Tercemar. J of London. Symposium (24th: 2007). London:
Biotek Medisiana Indones. 2013;2(1):25-32. University of Edinburgh; 2007:55-79.
27. Abal EG, Dennisson WC. Seagrass depth 30. O'Gower AK. Environmental stimuli and
range and water quality in southern ovipositionbehaviour of Aedes aegypti Var.
Moreton Bay, Queensland, Australia. J Aust queenslandensis Theobald (Diptera,
Mar Fresh Res. 1996;47(6):763-771. Culiciadae). J Anim Behav. 1963;11(1):189-
197.
18