Sie sind auf Seite 1von 20

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN

KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP LANTAI 10


RUMAH SAKIT UMUM ROYAL PRIMA MEDAN
TAHUN 2017

Elis Anggeria1; Maria2


1
Magister Administrasi Keperawatan USU, 2Sarjana Keperawatan UNPRI
elis.anggeria@gmail.com; mariamanaf5@gmail.com

ABSTRACT

Supervision is an important part of the overall management and leadership


responsibilities. So as to manage the nursing care, manager's ability to supervise
nursing is urgently required. This study aims to find out relationship between
supervision and the implementation of nursing care in the inpatient floor 10 at Royal
Prima General Hospital Medan in 2017. This study is descriptive correlative. The
population are 40 people and sampling techniques used was saturated sampling, then
40 people were drawn to be samples. Data collection was performed by using
observation sheets and questionnaires. Based on the research finding, it is found that
there is a relationship between the supervision and implementation of nursing care in
the inpatient floor 10 of Royal Prima Hospital Medan in which it is obtained that the
data of respondents who supervised well consists of 31 people (77.5%), medium was 7
people (17.5%), and less by 2 people (5%). Respondents who did the implementation of
nursing care were 38 people (95%) and those who did not perform 2 people (5%).
Spearman test results showed that value of significance of (2 - tailed) was 0.401 or
probability (p) above 0.05 (0.401 <0.05), then Ho is accepted. It is concluded that there
is not any relationship between supervision and implementation of nursing care in the
inpatient floor 10 of Royal Prima Hospital Medan. It is suggested that further studies
should be conducted about supervision in the implementation of nursing care which
refers to the standard operating procedures.

Keywords: Relationship, Supervision, Implementation, Nursing Care, Hospitalization

PENDAHULUAN inap maupun rawat jalan (Potter &


Mewujudkan derajat kesehatan Perry, 2005). Pengelolaan pelayanan
yang optimal diperlukan tenaga keperawatan membutuhkan sistem
kesehatan yang terampil dan manajerial keperawatan yang tepat
bertanggung jawab dalam pelaksanaan untuk mengarahkan seluruh sumber
tugas-tugasnya. Salah satu unsur tenaga daya keperawatan dalam menghasilkan
kerja kesehatan yang dibutuhkan adalah pelayanan keperawatan yang prima dan
perawat karena berperan langsung berkualitas (Sugiharto, Keliat, & Sri,
terhadap pasien dalam memenuhi 2012). Supervisi dan evaluasi
kebutuhan pasien baik yang dirawat merupakan bagian yang penting dalam

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 78


manajemen serta keseluruhan tanggung pelayanan keperawatan yang tidak
jawab pemimpin. Sehingga untuk berkualitas.
mengelola asuhan keperawatan Penelitian Nainggolan (2010)
dibutuhkan kemampuan supervisi dari mendapatkan bahwa terdapat pengaruh
seorang manajer keperawatan (Suyanto, pelaksanaan supervisi kepala ruangan
2009). Pemimpin yang paling efektif terhadap kinerja perawat pelaksana.
mempunyai hubungan saling Etlidawati (2012) mendapatkan
mendukung dengan karyawannya. Bagi hubungan bermakna strategi supervisi
perawat di ruang rawat inap, kepala kepala ruang dengan motivasi perawat
ruangan adalah pemimpin yang dapat pelaksana dalam pendokumentasian
menggerakkan perawat untuk dapat asuhan keperawatan, yaitu dilihat
melaksanakan asuhan keperawatan struktur, keterampilan, dukungan dan
dengan baik (Mulyono, Hamzah, & keberlanjutan, Sedangkan hasil analisis
Abdullah, 2013). multivariat faktor yang paling dominan
Kepala ruangan sebagai seorang adalah keberlanjutan supervisi setelah
supervisor juga harus berorientasi pada dikontrol dengan keterampilan, struktur
pekerjaannya dan mempunyai dan dukungan.
sensitivitas sosial yang mampu Supervisi memungkinkan
memberikan umpan balik, penghargaan, seorang manajer keperawatan dapat
pengakuan serta memotivasi keahlian menemukan berbagai kendala yang
terhadap stafnya sehingga motivasi staf dihadapi dalam pelaksanaan asuhan
akan muncul dalam memberikan keperawatan di ruang yang
pelayanan keperawatan yang lebih baik. bersangkutan melalui analisis secara
Penelitian Mua (2011) yang komprehensif bersama-sama dengan
mengemukakan bahwa tidak optimalnya anggota perawat secara efektif dan
supervisi klinik kepala ruangan harus efisien. Kegiatan supervisi seharusnya
mendapat perhatian yang serius dari meningkatkan kualitas dan mutu
bidang keperawatan, mengingat resiko pelayanan keperawatan yang menjadi
dan dampak yang dapat timbul fokus dan tujuan utama, bukan malah
berkaitan dengan supervisi klinik kepala menyibukkan diri mencari kesalahan
ruangan yang tidak optimal yaitu atau penyimpangan (Arwani &
Supriyatno, 2006).

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 79


Penelitian Purnamasari, Erwin, jawab dan wewenang dalam mengatur
dan Jumaini (2014) mendapatkan hasil dan mengendalikan kegiatan pelayanan
pelaksanaan tindakan supervisi kepala keperawatan di ruang rawat.
ruangan lebih banyak dinilai kurang Berdasarkan uraian tersebut peneliti
dibandingkan dengan pelaksanaan tertarik melakukan penelitian tentang
tindakan supervisi yang dinilai baik. hubungan supervisi dengan pelaksanaan
Frekuensi yang dikategorikan baik asuhan keperawatan di ruang rawat inap
sebanyak 21 orang (48,8%) dan lantai 10 Royal Prima Hospital Medan.
pelaksanaan tindakan supervisi kepala
Supervisi
ruangan yang dikategorikan kurang
1. Definisi Supervisi
sebanyak 22 orang (51,2 %). Supervisi berasal dari kata super
Berdasarkan hasil wawancara (bahasa Latin yang berarti di atas) dan
yang dilakukan peneliti terhadap 5 videre (bahasa Latin yang berarti
perawat pelaksana di ruang rawat inap melihat). Supervisi berarti “melihat dari
lantai 10 Royal Prima Hospital, atas” (Suarli & Bahtiar, 2009). Secara
pelaksanaan supervisi dilakukan secara umum yang dimaksud dengan supervisi
rutin setiap hari. Supervisi yang adalah melakukan pengamatan secara
dilakukan secara langsung berupa langsung dan berkala oleh “atasan”
bimbingan, dan pengarahan mengacu terhadap pekerjaan yang dilaksanakan
pada pelayanan kesehatan yang oleh “bawahan” untuk kemudian
diberikan dan masalah yang muncul di
apabila ditemukan masalah, segera
ruang rawat. Pelaksanaan supervisi diberikan petunjuk atau bantuan yang
dilakukan ketika operan oleh kepala bersifat langsung guna mengatasinya
ruangan dan tidak menggunakan (Triwibowo, 2013; Suarli & Bahtiar,
pedoman tertentu, sehingga masalah 2009).
yang ditemukan hanya diidentifikasi Supervisi meliputi segala
secara langsung dengan menggunakan bantuan dari pemimpin/penanggung
catatan perawatan. Kepala ruangan juga jawab kepada perawat yang ditujukan
tidak pernah mendapatkan pelatihan untuk perkembangan para perawat dan
tentang supervisi. staf lainnya dalam mencapai tujuan
Kepala ruangan adalah asuhan keperawatan. Kegiatan supervisi
seseorang yang diberikan tanggung ini merupakan dorongan bimbingan dan

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 80


kesempatan bagi pertumbuhan dan harta dan sarana) yang sia-sia dapat
perkembangan keahlian dan kecakapan dicegah.
para perawat (Suyanto, 2009). Supervisi 3. Frekuensi Pelaksanaan Supervisi
keperawatan adalah kegiatan Supervisi harus dilakukan
pengawasan dan pembinaan yang dengan frekuensi yang berkala.
dilakukan secara berkesinambungan Supervisi yang dilakukan hanya sekali
oleh supervisor mencakup masalah dapat dikatakan bukan supervisi yang
pelayanan keperawatan, masalah baik, karena organisasi/lingkungan
ketenagaan dan peralatan agar pasien selalu berkembang (Suarli & Bahtiar,
mendapat pelayanan yang bermutu 2009).
setiap saat (Depkes, 2000 dalam Tidak ada pedoman yang pasti
Nursalam, 2012). mengenai berapa kali supervisi harus
2. Manfaat dan Tujuan Supervisi dilakukan. Hal yang digunakan sebagai
Manfaat dan tujuan supervisi pegangan umum, supervisi biasanya
tersebut diantaranya adalah sebagai bergantung dari derajat kesulitan
berikut (Azwar, 2010; Suarli & Bahtiar, pekerjaan yang dilakukan, serta sifat
2009): penyesuaian yang akan dilakukan. Jika
a. Supervisi dapat meningkatkan derajat kesulitannya tinggi serta sifat
efektifitas kerja. Peningkatan penyesuaiannya mendasar, maka
efektifitas kerja ini erat hubungannya supervisi harus lebih sering dilakukan
dengan peningkatan pengetahuan dan (Azwar, 2010; Suarli & Bahtiar, 2009).
keterampilan bawahan, serta makin 4. Prinsip Pokok dalam Supervisi
terbinanya hubungan dan suasana Prinsip pokok supervisi secara
kerja yang lebih harmonis antara sederhana dapat diuraikan sebagai
atasan dan bawahan. berikut (Suarli & Bahtiar, 2009): a)
b. Supervisi dapat lebih meningkatkan Tujuan utama supervisi ialah untuk
efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi lebih meningkatkan kinerja bawahan,
kerja ini erat kaitannya dengan bukan untuk mencari kesalahan.
makin berkurangnya kesalahan yang Peningkatan kinerja ini dilakukan
dilakukan bawahan, sehingga dengan melakukan pengamatan
pemakaian sumber daya (tenaga, langsung terhadap pekerjaan bawahan,
untuk kemudian apabila ditemukan

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 81


masalah, segera diberikan petunjuk atau Supervisi keperawatan
bantuan untuk mengatasinya, b) Sejalan dilaksanakan oleh personil atau bagian
dengan tujuan utama yang ingin dicapai, yang bertanggung jawab (Suyanto,
sifat supervisi harus edukatif dan 2009; Suarli & Bahtiar, 2009) yaitu:
suportif, bukan otoriter. Supervisi harus a. Kepala ruangan. Kepala ruangan
dilakukan secara teratur atau berkala. yang bertanggung jawab untuk
Supervisi yang hanya dilakukan sekali melakukan supervisi pelayanan
bukan supervisi yang baik, c) Supervisi keperawatan yang diberikan pada
harus dapat dilaksanakan sedemikan pasien di ruang perawatan yang
rupa sehingga terjalin kerja sama yang dipimpinnya. Kepala ruangan
baik antara atasan dan bawahan, d) mengawasi perawat pelaksana dalam
Strategi dan tata cara supervisi yang memberikan asuhan keperawatan
akan dilakukan harus sesuai dengan baik secara langsung maupun tidak
kebutuhan masing-masing bawahan langsung disesuaikan dengan metode
secara individu, dan e) Supervisi harus penugasan yang diterapkan di ruang
dilaksanakan secara fleksibel dan selalu perawatan tersebut. Sebagai contoh
disesuaikan dengan perkembangan. ruang perawatan yang menerapkan
5. Pelaksana Supervisi metode tim, maka kepala ruangan
Menurut Azwar (2010) yang dapat melakukan supervisi secara
bertanggung jawab dalam melaksana- tidak langsung melalui ketua tim
kan supervisi adalah atasan yang masing-masing.
memiliki kelebihan dalam organisasi. b. Pengawas perawatan (Supervisor).
Idealnya kelebihan tersebut tidak hanya Ruang perawatan dan unit pelayanan
aspek status dan kedudukan, tetapi juga yang berada di bawah unit pelaksana
pengetahuan dan keterampilan. fungsional (UPF) mempunyai
Berdasarkan hal tersebut serta prinsip- pengawas yang bertanggung jawab
prinsip pokok supervisi maka untuk mengawasi jalannya pelayanan
dapat melaksanakan supervisi dengan keperawatan.
baik ada beberapa syarat atau c. Kepala bidang keperawatan. Sebagai
karasteristik yang harus dimilki oleh top manajer dalam keperawatan,
pelaksana supervisi (supervisor). kepala bidang keperawatan, kepala
bidang keperawatan bertanggung

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 82


jawab melakukan supervisi baik perlu dibantu dengan dengan
secara langsung atau tidak langsung suatu daftar isi yang telah
melalui para pengawas keperawatan. dipersiapkan.
6. Teknik Supervisi 3) Pendekatan pengamatan.
Teknik pokok supervisi pada Pengamatan langsung sering
dasarnya identik dengan teknik menimbulkan berbagai dampak
penyelesaian masalah (Azwar, 2010; dan kesan negatif, misalnya rasa
Suarli & Bahtiar, 2009): takut dan tidak senang, atau
a. Pengamatan langsung. Pengamatan kesan mengganggu kelancaran
langsung harus dilaksanakan pekerjaan. Pengamatan langsung
dengan sebaik-baiknya. Ada harus dilakukan sedemikian rupa
beberapa hal yang harus sehingga berbagai dampak atau
diperhatikan yaitu: kesan negatif tersebut tidak
1) Sasaran pengamatan. sampai muncul.
Pengamatan langsung yang tidak b. Kerja sama. Agar komunikasi
jelas sasarannya dapat yang baik dan rasa memiliki ini
menimbulkan kebingungan, dan dapat muncul, pelaksana
untuk mencegah keadaan yang supervisi dan yang disupervisi
seperti ini, maka pada perlu bekerjasama dalam
pengamatan langsung perlu penyelesaian masalah, sehingga
ditetapkan sasaran pengamatan, prinsip-prinsip kerjasama
yakni hanya ditujukan pada kelompok dapat diterapkan
sesuatu yang bersifat pokok dan (Azwar, 2010).
strategis saja (selective 7. Kompetensi Supervisor
Keperawatan
supervision) (Azwar, 2010;
Menurut Suyanto (2009),
Suarli & Bahtiar, 2009).
seorang supervisor keperawatan dalam
2) Objektivitas pengamatan.
menjalankan tugasnya sehari-hari harus
Pengamatan langsung yang tidak
memiliki kemampuan dalam: a)
terstandardisasi dapat
Memberikan pengarahan dan petunjuk
menggangu objektivitas.
yang jelas, sehingga dapat dimengerti
Mencegah keadaan yang seperti
oleh staf dan pelaksana keperawatan, b)
ini, maka pengamatan langsung
Memberikan saran, nasehat dan bantuan

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 83


kepada staf dan pelaksanan b. Model ilmiah
keperawatan, c) Memberikan motivasi Supervisi dilakukan dengan
untuk meningkatkan semangat kerja pendekatan yang sudah direncanakan
kepada staf dan pelaksanan sehingga tidak hanya mencari kesalahan
keperawatan, d) Mampu memahami atau masalah saja. Oleh karena itu,
suatu proses kelompok (dinamika supervisi yang dilakukan dengan model
kelompok), e) Memberikan latihan dan ini memilki karasteristik yaitu:
bimbingan yang diperlukan oleh staf dilakukan secara berkesinambungan,
dan pelaksana keperawatan, f) dengan prosedur, instrumen dan standar
Melakukan penilaian terhadap supervisi yang baku, menggunakan data
penampilan kinerja perawat, dan g) yang objektif sehingga dapat diberikan
Mengadakan pengawasan agar asuhan umpan balik dan bimbingan (Suyanto,
keperawatan yang diberikan lebih baik. 2009).
8. Model Supervisi Keperawatan c. Model klinis
Beberapa model supervisi dapat Supervisi model klinis bertujuan
diterapkan dalam kegiatan supervisi untuk membantu perawat pelaksana
antara lain (Suyanto, 2009): dalam mengembangkan profesionalisme
a. Model konvensional sehingga penampilan dan kinerjanya
Model supervisi dilakukan dalam pemberian asuahn keperawatan
melalui inspeksi langsung untuk meningkat. Supervisi dilakukan secara
menemukan masalah dan kesalahan sistematis melalui pengamatan
dalam pemberian asuahan keperawatan. pelayanan keperawatan yang diberikan
Supervisi dilakukan untuk mengoreksi oleh seorang perawat selanjutnya
kesalahan dan memata-matai staf dalam dibandingkan dengan standar
mengerjakan tugas. Model ini sering keperawatan (Suyanto, 2009).
tidak adil karena hanya melihat sisi d. Model artistik
negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang Supervisi model artistik
dilakukan perawat pelaksana sehingga dilakukan dengan pendekatan personal
sulit terungkap sisi positif, hal yang untuk menciptakan rasa aman sehingga
baik ataupun keberhasilan yang telah supervisor dapat diterima oleh perawat
dilakukan (Suyanto, 2009). pelaksana yang disupervisi. Sehingga
akan tercipta hubungan saling percaya

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 84


sehingga hubungan antara perawat dan tercapai mutu pelayanan
supervisor akan terbuka dam keperawatan yang optimal (Suarli
mempermudah proses supervisi & Bahtiar, 2009).
(Suyanto, 2009). 2) Tujuan penerapan proses
keperawatan bagi klien, antara
Asuhan Keperawatan
lain: a) Mempertahankan
1. Definisi Asuhan Keperawatan
kesehatan klien, b) Mencegah
Asuhan keperawatan merupakan
sakit yang lebih parah/
proses atau rangkaian kegiatan praktik
penyebaran penyakit/ komplikasi
keperawatan langsung pada klien di
akibat penyakit, c) Membantu
berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
pemulihan kondisi klien setelah
Asuhan keperawatan dilaksanakan
sakit, d) Mengembalikan fungsi
berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan
maksimal tubuh, dan membantu
sebagai profesi yang berdasarkan ilmu
klien terminal untuk meninggal
dan kiat keperawatan, bersifat
dengan tenang.
humanistik, dan berdasarkan kebutuhan
b. Manfaat penggunaan proses
objektif klien untuk mengatasi masalah
keperawatan. Manfaatnya dapat
yang dihadapi klien. Asuhan
dilihat dari sisi pelayanan kesehatan,
keperawatan merupakan inti
pelaksanaan keperawatan, dan bagi
pelayanan/praktik keperawatan (Ali,
klien atau pasien sendiri (Suarli &
2002).
Bahtiar, 2009).
2. Tujuan dan Manfaat Proses
Keperawatan 3. Teori yang Mendasari Proses
a. Tujuan menetapkan proses Keperawatan
a. Teori sistem
keperawatan
Teori sistem merupakan suatu
1) Pelaksanaan proses keperawatan
kerangka kerja yang berhubungan
secara umum bertujuan untuk
dengan keseluruhan aspek sosial,
menghasilkan asuhan
manusia, struktur, masalah-masalah
keperawatan yang berkualitas
organisasi, serta perubahan hubungan
(Hidayat, 2008). Proses
internal dan lingkungan di sekitarnya.
keperawatan dapat memberikan
Sistem tersebut terdiri atas tujuan,
asuhan keperawatan yang sesuai
proses, dan isi. Tujuan adalah sesuatu
dengan kebutuhan klien, sehingga
yang harus dilaksanakan. Proses

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 85


berfungsi dalam memenuhi tujuan yang selalu berbeda antara individu yang satu
hendak dicapai, dan isi terdiri atas dengan individu yang lain (Nursalam,
bagian yang membentuk suatu sistem. 2008).
Keterkaitan antara teori sistem dengan d. Teori informasi dan komunikasi
proses keperawatan dapat dijelaskan Tujuan asuhan keperawatan
melalui masukan (input), hasil (output), adalah untuk meengidentifikasi masalah
dan umpan balik (feedback) (Nursalam, klien. Proses keperawatan sebagai salah
2008). satu pendekatan utama dalam
b. Teori kebutuhan manusia pemberian asuhan keperawatan pada
Teori ini memandang bahwa dasarnya merupakan suatu proses
manusia sebagai bagian integral yang pengambilan keputusan dan
berintegrasi satu sama lain dalam penyelesaian masalah. Setelah
motivasinya untuk memenuhi penerapan proses keperawatan, perawat
kebutuhan dasar (fisiologis, keamanan, dituntut mempunyai pengetahuan
kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi tentang konsep dan teori sebagai dasar
diri). Setiap kebutuhan manusia dalam mengartikan data yang diperoleh
merupakan suatu “tegangan internal” serta dapat menjalin komunikasi yang
sebagai akibat dari perubahan setiap efektif (Nursalam, 2008).
komponen sistem. Tegangan tersebut e. Teori pengambilan keputusan dan
dimanifestasikan dalam perilaku untuk penyelesaian masalah
memenuhi kebutuhan atau tujuan Setiap tindakan yang dilakukan
sampai tingkat kepuasan klien secara rasional oleh seseorang selalu
(Nursalam, 2008). melibatkan keputusan atau pilihan.
c. Teori persepsi Setiap pengambilan keputusan dan
Terjadinya perubahan dalam penyelesaian masalah menuntut
pemenuhan kebutuhan dasar manusia seseorang untuk dapat menerima hal
sangat dipengaruhi oleh persepsi baru, perbedaan, dan aspek-aspek yang
individu. Setiap manusia selalu berubah lebih kompleks dari lingkungan yang
kebutuhan dan kepuasannya sudah ada (Nursalam, 2008).
berdasarkan perubahan perilaku yang 4. Metode Asuhan Keperawatan
sangat unik. Akibatnya, setiap Terdapat beberapa metode
perubahan terjadi persepsinya akan pemberian asuhan keperawatan, yaitu

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 86


metode kasus, metode fungsional, Perawat akan melaporkan tugas yang
metode Tim, dan metode keperawatan dikerjakannnya kepada kepala ruangan
primer (Gillies, 1989 dalam Sitorus, dan kepala ruangan tersebut
2006) bertanggung jawab dalam membuat
a. Metode kasus laporan klien (Sitorus, 2006).
Metode kasus merupakan c. Metode tim
metode pemberian asuhan keperawatan Metode tim merupakan metode
yang pertama kali digunakan. Metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu
ini menggunakan satu perawat yang seorang perawat professional
memberikan asuhan keperawatan memimpin sekelompok tenaga
kepada seorang klien secara total dalam keperawatan dalam memberikan asuhan
satu periode dinas. Jumlah klien yang keperawatan pada sekelompok klien
dirawat oleh satu perawat tergantung melalui upaya kooperatif dan
pada kemampuan perawat tersebut dan kolaboratif (Douglas, 1992, dalam
kompleksnya kebutuhan klien (Sitorus, Sitorus, 2006).
2006). d. Metode keperawatan primer
b. Metode fungsional Menurut Gillies (1989, dalam
Pemberian asuhan keperawatan Sitorus, 2006) keperawatan primer
pada metode fungsional ditekankan merupakan suatu metode pemberian
pada penyelesaian tugas dan prosedur. asuhan keperawatan, dimana terdapat
Setiap perawat diberi satu atau beberapa hubungan yang dekat dan
tugas untuk dilaksanakan kepada semua berkesinambungan antara klien dan
klien di suatu ruangan. Komunikasi seorang perawat tertentu yang
antar perawat sangat terbatas sehingga bertanggungjawab dalam perencanaan,
tidak ada satu perawat yang mengetahui pemberian, dan koordinasi asuhan
tentang satu klien secara komprehensif keperawatan klien, selama klien
kecuali mungkin kepala ruangan. dirawat. Perawat yang
Keterbatasan itu sering menyebabkan bertanggungjawab terhadap pemberian
klien merasa kurang puas terhadap asuhan keperawatan disebut perawat
layanan atau asuhan yang diberikan. primer (primary nurse) disingkat
Kepala ruangan menentukan tugas dengan PP. Perawat bertanggungjawab
setiap perawat dalam suatu ruangan. untuk mengadakan komunikasi dan

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 87


koordinasi dan membuat rencana pulang lain, yang dikumpulkan selama
klien jika diperlukan (Sitorus, 2006). pengkajian (Potter & Perry, 2005).
5. Komponen Proses Keperawatan Pernyataan diagnosis keperawatan harus
a. Pengkajian jelas, singkat, dan lugas terkait masalah
Pengkajian merupakan dasar kesehatan klien berikut penyebabnya
utama atau langkah awal dari proses yang dapat diatasi melalui tindakan
keperawatan secara keseluruhan keperawatan (Asmadi, 2008). Manfaat
(Gaffar, 1999). Pengkajian harus diagnosa keperawatan adalah sebagai
dilakukan secara komprehensif terkait pedoman dalam pemberian asuhan
dengan asfek biologis, psikologis, keperawatan karena menggambarkan
sosial, maupun spiritual klien. Tujuan status kesehatan (Gaffar, 1999).
pengkajian adalah untuk c. Perencanaan
mengumpulkan informasi dan membuat Tahap perencanaan memberikan
data dasar klien (Asmadi, 2008). Data kesempatan kepada perawat, klien,
akan dikumpulkan dan dianalisa untuk keluarga dan orang terdekat klien untuk
menentukan diagnosa keperawatan merumuskan rencana tindakan
(Gaffar, 1999). Metode utama yang keperawatan guna mengatasi masalah
dapat digunakan dalam pengumpulan yang dialami klien. Perencanaan ini
data adalah wawancara, observasi, dan merupakan suatu petunjuk tertulis yang
pemeriksaan fisik serta diagnostik menggambarkan secara tepat rencana
(Asmadi, 2008). tindakan keperawatan yang dilakukan
b. Diagnosa keperawatan terhadap klien sesuai dengan
Diagnosis keperawatan adalah kebutuhannya berdasarkan diagnosis
pernyataan yang menguraikan respon keperawatan. Tahap perencanaan
aktual atau potensial klien terhadap disebut sebagai inti atau pokok dari
masalah kesehatan yang perawat proses keperawatan sebab perencanaan
mempunyai izin dan berkompeten untuk merupakan keputusan awal yang
mengatasinya. Respon aktual dan memberi arah bagi tujuan yang ingin
potensial klien didapatkan dari data dicapai, hal yang akan dilakukan,
dasar pengkajian, tinjauan literatur yang termasuk bagaimana, kapan, dan siapa
berkaitan, catatan medis klien masa yang akan melakukan tindakan
lalu, dan konsultasi dengan profesional keperawatan. Penyusunan rencana

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 88


tindakan keperawatan untuk klien, keluar dari siklus proses keperawatan.
keluarga dan orang terdekat perlu Jika sebaliknya, klien akan masuk
dilibatkan secara maksimal (Asmadi, kembali ke dalam siklus tersebut mulai
2008). dari pengkajian ulang. Secara umum,
d. Implementasi evaluasi ditujukan untuk: 1) Melihat
Implementasi yang merupakan dan menilai kemampuan klien dalam
komponen dari proses keperawatan mencapai tujuan. 2) Menentukan
adalah katagori dari perilaku apakah tujuan keperawatan telah
keperawatan dimana tindakan yang tercapai atau belum. 3) Mengkaji
diperlukan untuk mencapai tujuan dan penyebab jika tujuan asuhan
hasil yang dipekirakan dari asuhan keperawatan belum tercapai (Asmadi,
keperawatan dilakukan dan 2008).
diselesaikan. Implementasi dari rencana METODE PENELITIAN
asuhan keperawatan mengikuti Penelitian ini menggunakan
komponen perencanaan dari proses desain penelitian deskriptif korelatif,
keperawatan. Sedangkan di lingkungan yang bertujuan untuk menggambarkan
perawatan kesehatan lainnya, dan menghubungkan supervisi dengan
implementasi mungkin dimulai secara pelaksanaan asuhan keperawatan di
langsung setelah pengkajian (Potter & ruang rawat inap lantai 10 Royal Prima
Perry, 2005). Hospital Medan tahun 2017. Waktu
e. Evaluasi penelitian dilaksanakan selama bulan
Evaluasi adalah tahap akhir dari Maret 2017.
proses keperawatan yang merupakan Populasi dan Sampel
perbandingan yang sistematis dan 1. Populasi
terencana antara hasil akhir yang Populasi adalah keseluruhan
teramati dan tujuan atau kriteria hasil subjek penelitian (Arikunto, 2010).
yang dibuat pada tahap perencanaan. Populasi adalah seluruh perawat di
Evaluasi dilakukan secara ruang rawat inap lantai 10 Royal Prima
berkesinambungan dengan melibatkan Hospital tahun 2015. Populasi dalam
klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika penelitian ini sebanyak 40 orang.
hasil evaluasi menunjukkan tercapainya
tujuan dan kriteria hasil, klien dapat

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 89


2. Sampel No Karakteristik Jumlah Persentase

Sampel adalah elemen populasi 2. Jenis Kelamin


Laki-laki 3 7,5
yang dipilih berdasarkan kemampuan
Perempuan 37 92,5
mewakilinya (Setiadi, 2007). Teknik
Jumlah 40 100
pengambilan sampel dengan cara 3. Pendidikan
Sampling jenuh yaitu teknik penentuan DIII 24 60,0

sampel bila semua angota populasi S1 16 40,0


Jumlah 40 100
digunakan sebagai sampel. Sampel
4. Pekerjaan
dalam penelitian ini seluruh perawat di
Novice 15 37,5
ruang rawat inap lantai 10 Royal Prima (Pemula)
Hospital sebanyak 40 orang. Advanced 11 27,5
Analisa Data beginner
(1-2 tahun)
a. Analisa univariat untuk menganalisa
Competen/ 6 15,0
data demografi, supervisi dan asuhan
Kompeten
keperawatan. (2-3 tahun)
b. Analisa Bivariat. Analisa statistik Proficient/ 4 10,0
dengan menggunakan koefisien cakap
(3-5 tahun)
korelasi spearman’s rho.
Expert/ 4 10,0
HASIL PENELITIAN ahli
A. Karakteristik Responden (>5 tahun)

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jumlah 40 100


Karakteristik Responden di
Berdasarkan data karakteristik
Ruang Rawat Inap Royal
Prima Hospital Medan responden menurut umur didapatkan
Tahun 2017
bahwa mayoritas responden berumur
Persentase
No Karakteristik Jumlah (n) 22–25 tahun sebanyak 26 orang (65%),
(%)
1. Umur
minoritas umur 35–37 tahun sebanyak 1
22 – 25 tahun 26 65,0
orang (2,5%) dan 38 – 40 tahun
26 – 28 tahun 6 15,0
29 – 31 tahun 4 10,0 sebanyak 1 orang (2,5%). Berdasarkan
32 – 34 tahun 2 5,0 jenis kelamin, mayoritas perempuan
35 – 37 tahun 1 2,5 sebanyak 37 orang (92,5%) dan
38 – 40 tahun 1 2,5
minoritas laki-laki sebanyak 3 orang
Jumlah 40 100
(7,5%).

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 90


Berdasarkan data pendidikan, C. Pelaksanaan Asuhan
Keperawatan di Ruang Rawat
mayoritas DIII sebanyak 24 orang
Inap Lantai 10 Royal Prima
(60%) dan minoritas S1 sebanyak 16 Hospital
orang (40%). Berdasarkan lama bekerja, Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi
Pelaksanaan Asuhan
mayoritas novice (pemula) sebanyak 15
Keperawatan di Ruang
orang (37,5%), minoritas Rawat Inap Lantai 10
Royal Prima Hospital
proficient/cakap (3–5 tahun) sebanyak 4
Tahun 2017
orang (10%) dan expert/ahli (> 5 tahun) Pelaksanaan
Persentase
sebanyak 4 orang (10%). No Asuhan Jumlah
(%)
Keperawatan
B. Supervisi di Ruang Rawat Inap 1. Dilakukan 38 95,0
Lantai 10 Royal Prima Hospital Tidak
2. 2 5,0
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dilakukan
Supervisi di Ruang Rawat
Inap Lantai 10 Royal Prima Total 40 100
Hospital Tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas,
Persentase
No Supervisi Jumlah responden yang melakukan pelaksanaan
(%)
asuhan keperawatan di ruang rawat inap
1. Baik 31 77,5
lantai 10 Royal Prima Hospital
2. Cukup 7 17,5
sebanyak 38 orang (95%) dan yang
3. Kurang 2 5,0
tidak melakukan pelaksanaan asuhan
Total 40 100
keperawatan di ruang rawat inap lantai
Berdasarkan tabel diatas, 10 Royal Prima Hospital sebanyak 2
responden yang melakukan supervisi orang (5%).
dengan baik sebanyak 31 orang (77,5%)
melakukan supervisi dengan cukup
sebanyak 7 orang (17,5%), dan
melakukan supervisi dengan kurang
sebanyak 2 orang (5%).

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 91


D. Hubungan Supervisi dengan ruang rawat inap lantai 10 Royal Prima
Pelaksanaan Asuhan
Hospital Medan.
Keperawatan di Ruang Rawat
Inap Lantai 10 Royal Prima
PEMBAHASAN
Hospital Tahun 2017
Berdasarkan hasil penelitian
Tabel 4.4 Hubungan Supervisi
dengan Pelaksanaan mengenai hubungan supervisi dengan
Asuhan Keperawatan di
pelaksanaan asuhan keperawatan di
Ruang Rawat Inap Lantai
10 Royal Prima Hospital ruang rawat inap lantai 10 Royal Prima
Tahun 2017
Hospital Medan tahun 2017, responden
Pelaksanaan
Asuhan
Sig. (2-
yang melakukan supervisi di ruang
Supervisi Keperawatan (n) (%)
tailed) rawat inap lantai 10 Royal Prima
Tidak
Dilakukan
Dilakukan
(n) (%) (n) (%) Hospital dengan baik sebanyak 31
Baik 30 96,8 1 3,2 31 100
orang (77,5%) melakukan supervisi
Cukup 6 85,7 1 14,3 7 100 0,401
Kurang 2 100,0 0 0,0 2 100 dengan cukup sebanyak 7 orang
(17,5%), dan melakukan supervisi
Berdasarkan tabel diatas,
dengan kurang sebanyak 2 orang (5%)
supervisi dengan pelaksanaan asuhan
Supervisi yang dilakukan di
keperawatan pada 40 orang responden
rumah sakit Royal Prima berupa
didapat bahwa supervisi dengan baik
pengarahan dan bimbingan. Supervisi di
oleh 31 orang, dilakukan sebanyak 30
ruang rawat inap dilakukan oleh kepala
orang (96,8%), dan tidak dilakukan oleh
ruangan. Observasi yang dilakukan
1 orang (3,2%). Supervisi dengan cukup
kepala ruangan difokuskan terhadap
oleh 7 orang, dilakukan sebanyak 6
catatan keperawatan pasien. Evaluasi
orang (85,7%), dan tidak dilakukan oleh
dilakukan oleh Kepala Ruang tetapi
1 orang (14,3%). Supervisi dengan
belum optimal. Faktor penghambat
kurang oleh 2 orang, dilakukan oleh 2
yang dihadapi dalam pendokumentasian
orang (100%).
asuhan keperawatan diantaranya tidak
Hasil uji Spearmen rho didapat
seimbangnya jumlah tenaga perawat
nilai signifikasi (2 – tailed) 0,401 atau
dengan pekerjaan yang ada.
probabilitasnya (p) diatas 0,05 (0,401 <
Penelitian Yanti dan Warsito
0,05) maka Ho diterima berarti tidak
(2013) menyatakan ada hubungan
ada hubungan supervisi dengan
antara motivasi dan supervisi kepala
pelaksanaan asuhan keperawatan di
ruang dengan kualitas dokumentasi

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 92


asuhan keperawatan. Supervisi oleh perawat pelaksana. Kelengkapan
mempunyai hubungan yang signifikan dokumentasi asuhan keperawatan paling
dalam meningkatkan kualitas banyak dalam kategori lengkap.
dokumentasi asuhan keperawatan. Berdasarkan hasil penelitian,
Kegiatan supervisi yang baik dapat responden yang melakukan pelaksa-
dipakai sebagai usaha untuk melakukan naan asuhan keperawatan di ruang
penjaminan mutu. rawat inap lantai 10 Royal Prima
Hasil penelitian Rohayani dan Hospital sebanyak 38 orang (95%) dan
Banuwati (2015) bahwa supervisi yang tidak melakukan pelaksanaan
perawat primer hampir setengah asuhan keperawatan di ruang rawat inap
responden baik sebanyak 48,2%. lantai 10 Royal Prima Hospital
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan sebanyak 2 orang (5%). Hal ini
perawat associate sebagian besar kemungkinan karena sebagian perawat
responden baik sebanyak 63,9%. Hasil yang bekerja belum memiliki
penelitian menunjukkan tidak terdapat keterampilan dan pengalaman yang
hubungan yang signifikan antara cukup sehingga tidak melakukan asuhan
supervisi perawat primer meningkatkan keperawatan secara optimal.
tindakan keperawatan perawat associate Penelitian Diyanto (2007)
di Ruang MPKP Dewasa RSUD menunjukkan bahwa penatalaksanaan
Sumedang. pengisian dokumentasi asuhan
Penelitian Silawati (2014) keperawatan sebagai berikut proporsi
mendapatkan ada hubungan yang terbesar dalam kategori kurang (48%),
bermakna antara supervisi kepala ruang yang selanjutnya diikuti sedang (35%)
dengan kelengkapan dokumentasi dan baik (17%). Penelitian Sodriques,
asuhan keperawatan di ruang rawat inap Kresnowati, dan Kun (2011) dari
RS Nur Hidayah Bantul. Supervisi persentase responden terhadap variabel
kepala ruang paling banyak memiliki supervisi sebagian besar masuk ke
kategori sedang 86,7%. Supervisi dalam kategori baik 57,1%, Persentase
kepala ruang yang baik tentang responden dengan motivasi yang baik
kelengkapan dokumentasi asuhan 58,6%, hasil penelitian menunjukan
keperawatan akan berakibat pada dokumen asuhan keperawatan yang
penulisan dokumentasi yang lengkap lengkap 55,7%. Persentase responden

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 93


yang tidak lengkap dalam mengisi Hasil penelitian ini tidak sejalan
dokumen asuhan keperawatan, memiliki dengan penelitian sebelumnya.
supervisi kurang baik 60% daripada Etlidawati (2012) menyatakan ada
yang supervisi baik 32,5%. Persentase hubungan bermakna startegi supervisi
responden yang tidak lengkap dalam kepala ruang dengan motivasi perawat
mengisi dokumen asuhan keperawatan, pelaksana dalam pendokumentasian
memiliki motivasi kurang 65,5% asuhan keperawatan, yaitu dilihat dari
dibandingkan motivasi baik 29,3%. struktur, keterampilan, dukungan dan
Sehingga ada hubungan antara supervisi keberlanjutan supervisi, serta dalam
dan motivasi dengan kelengkapan analisis multivariat faktor yang dominan
pengisian dokumen asuhan keberlanjutan supervisi.
keperawatan.
KESIMPULAN
Berdasarkan supervisi dengan Hasil penelitian tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan pada mengenai hubungan supervisi dengan
40 orang responden didapat bahwa pelaksanaan asuhan keperawatan di
supervisi dengan baik oleh 31 orang, ruang rawat inap lantai 10 Royal Prima
dilakukan sebanyak 30 orang (96,8%), Hospital Medan tahun 2017 dengan
dan tidak dilakukan oleh 1 orang jumlah responden sebanyak 40 orang
(3,2%). Supervisi dengan cukup oleh 7 didapat bahwa supervisi dengan baik
orang, dilakukan sebanyak 6 orang oleh 31 orang, dilakukan sebanyak 30
(85,7%), dan tidak dilakukan oleh 1
orang (96,8%), dan tidak dilakukan oleh
orang (14,3%). Supervisi dengan kurang 1 orang (3,2%). Supervisi dengan cukup
oleh 2 orang, dilakukan oleh 2 orang oleh 7 orang, dilakukan sebanyak 6
(100%). Hasil uji Spearmen rho didapat orang (85,7%), dan tidak dilakukan oleh
nilai signifikasi (2 – tailed) 0,401 atau 1 orang (14,3%). Supervisi dengan
probabilitasnya (p) diatas 0,05 (0,401 < kurang oleh 2 orang, dilakukan oleh 2
0,05) maka Ho diterima berarti tidak orang (100%). Penelitian ini
ada hubungan supervisi dengan mendapatkan tidak adanya hubungan
pelaksanaan asuhan keperawa-tan di supervisi dengan pelaksanaan asuhan
ruang rawat inap lantai 10 Royal Prima keperawatan di ruang rawat inap lantai
Hospital Medan. 10 Royal Prima Hospital Medan.

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 94


SARAN perawat dapat melaksanakan asuhan
1. Responden keperawatan dengan optimal.
Responden disarankan berperan
DAFTAR PUSTAKA
aktif dalam melaksanakan asuhan Ali, Z. (2002). Dasar-dasar
kepemimpin dalam keperawatan.
keperawatan di ruang rawat inap RSU Jakarta: EGC.
Royal Prima sehingga Arikunto, S. (2010). Prosedur
pendokumentasian asuhan keperawatan penelitian: Suatu pendekatan
praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
berjalan dengan optimal. Responden
Arlinda. (2004). Komplikasi statistik
juga harus memahami tentang makna kesehatan. Medan: Bagian ilmu
supervisi dan pelaksanaan asuhan kesehatan masyarakat/ilmu
kedokteran komunitas/ilmu
keperawatan yang sesuai dengan kedokteran pencegahan. FK USU.
pedoman tertentu. Arwani., & Supriyatno, H. (2006),
2. Pendidikan Manajemen bangsal keperawatan.
Jakarta: EGC.
Institusi pendidikan disarankan
Asmadi. (2008). Konsep dasar
agar menambah bahan bacaan di keperawatan. Jakarta: EGC.
perpustakaan untuk lebih meningkatkan Azwar, A. (2010). Pengantar
wawasan mahasiswa/i tentang supervisi administrasi kesehatan. Edisi
Ketiga. Tangerang: Binarupa
dan asuhan keperawatan. Institusi Aksara Publisher.
pendidikan juga dapat bekerjasama Budiarto, E. (2002). Biostatistika untuk
kedokteran dan kesehatan
dengan pihak diklat rumah sakit untuk
masyarakat. Jakarta: EGC.
memberikan arahan yang jelas tentang
Dahlan, M. (2014). Statistik untuk
model supervisi dan pelaksanaan asuhan kedokteran dan kesehatan. Jakarta:
PT. Arkans.
keperawatan yang sesuai di rumah sakit.
Diyanto, Y. (2007). Analisis faktor –
3. Peneliti Selanjutnya faktor pelaksanaan dokumentasi
Peneliti selanjutnya disarankan asuhan keperawatan di Rumah
Sakit Umum Daerah Tugurejo
untuk dapat melakukan penelitian yang Semarang. Tesis. Program Pasca
lebih luas lagi tentang supervisi dalam Sarjana Universitas Diponegoro
Semarang.
pelaksanaan asuhan keperawatan yang
Etlidawati. (2012). Hubungan strategi
mengacu pada standar operasional supervisi kepala ruang dengan
prosedur. Sehingga hasil penelitian ini motivasi perawat dalam
pelaksanaan pendokumentasi
lebih berfokus pada implementasi asuhan keperawatan di ruang
perawat di ruang rawat inap dan rawat inap RSUD Pariaman. Tesis.

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 95


Mua, E. L. (2011). Pengaruh pelatihan Riduwan. (2009). Skala pengukuran
supervisi klinik kepala ruangan variabel-variabel penelitian.
terhadap kepuasan kerja dan Cetakan ke-8 Bandung: Alfabeta.
kinerja perawat pelaksana di ruang Rohayani, L., & Banuwati, N. (2015).
rawat inap rumah sakit Woodward Supervisi Perawat Primer Perawat
Palu. FIK Universitas Indonesia. Associate dalam Melakukan
Diperoleh tanggal 30 Oktober 2015 Tindakan Keperawatan. Volume 3
dari http://lontar.ui.ac.id/file?file Nomor 2 Agustus 2015. Diakses
=digital /20280828- dari:
T%20Estelle%20Lilian% https://www.researchgate.net/public
20Mua.pdf. ation/315941558_Supervisi_Peraw
Mulyono, H., Hamzah, A., & Abdullah, at_Primer_Perawat_Associate_dala
A. A. (2013). Faktor yang m_Melakukan_Tindakan_Keperaw
berpengaruh terhadap kinerja atan
perawat di rumah sakit tingkat III Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan
16.06.01 Ambon. Jurnal AKK, Vol riset keperawatan. Yogyakarta:
2 No 1, Januari 2013, hal 18-26. Graha Ilmu.
Nainggolan, M. J. (2010). Pengaruh Silawati (2014). Hubungan antara
Pelaksanaan Supervisi Kepala supervise kepala ruang dengan
Ruangan terhadap Kinerja Perawat kelengkapan dokumentasi asuhan
Pelaksana di Rumah Sakit Islam keperawatan di ruang rawat inap
Malahayati. Pascasarjana IKM-
RS Nur Hidayah Bantul. Naskah
USU. publikasi. Program studi ilmu
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
penelitian kesehatan, Jakarta: Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Rineka Cipta. Sitorus, R. (2006). Model praktik
Nursalam. (2008). Proses dan keperawatan profesional di rumah
dokumentasi keperawatan konsep sakit. Jakarta: EGC.
dan praktik. Edisi 2 Jakarta:
Sodriques, Y. S., Kresnowati, l., & Kun
Salemba Medika. S, K. (2011). Hubungan antara
Nursalam. (2012). Manajemen supervisi, motivasi perawat dengan
keperawatan: Aplikasi dalam kelengkapan pengisian dokumen
praktik keperawatan profesional. asuhan keperawatan di rsud
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. tugurejo semarang.
Potter., & Perry. (2005). Fundamental Suarli, S., & Bahtiar, Y. (2010).
Keperawatan; Konsep, Proses, dan Manajemen keperawatan. Jakarta:
Praktik, Edisi Keempat, Volume 1: Erlangga.
EGC. Sugiharto, A. S., Keliat, B. A., & Sri, T.
Purnamasari., Erwin., & Jumaini. (2012). Manajemen keperawatan:
(2014). Hubungan supervisi kepala aplikasi MPKP di rumah sakit.
ruangan dengan motivasi kerja Jakarta: EGC.
perawat di ruang rawat inap. Sumijatun. (2010). Konsep dasar
Pogram Studi Ilmu Keperawatan menuju keperawatan profesional.
Universitas Riau. JOM PSIK Vol. 1 Jakarta: TIM.
No.2 Oktober 2014.

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 96


Suyanto (2009). Mengenal
kepemimpinan dan manajemen
keperawatan di rumah sakit,
Jogjakarta: Mitra Cendikia.
Triwibowo, C. (2013). Manajemen
pelayanan keperawatan di rumah
sakit. Jakarta: Trans Info Media.
Yanti, R. I., & Warsito, B. E. (2013).
Hubungan karakteristik perawat,
motivasi, dan supervisi dengan
kualitas dokumentasi proses
asuhan keperawatan. Jurnal
managemen keperawatan. Volume
1, No. 2; 107-114.

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 97

Das könnte Ihnen auch gefallen