Sie sind auf Seite 1von 9

Edu-Sains Volume 3 No.

1, Januari 2014

Pengembangan Kerangka Kerja TPACK pada Materi Koloid untuk Meningkatkan


Aktivitas Pembelajaran dalam Mencapai HOTS Siswa

Development Framework Creative TPACK on Colloids to Enhance Learning Activities


for Achieving Student Hots

Dwi Kurnia Hayati1),*, Sutrisno2), Aprizal Lukman2)

1)
Mahasiswa Program Magister Pendidikan IPA Universitas Jambi,
2)
Staf Pengajar di Program Magister Pendidikan IPA Universitas Jambi
*Corresponding author: nia.sihabuddin@gmail.com

Abstract

Chemistry learning particularly colloid material has a scientific topic that measuring up to abstract
and emphasizes the mastery of concepts until the microscopic level (molecular) symbolic. Thus, the
implementation of learning need to be completed. Up till now, chemistry learning process is still
dominantly conventional in teacher-centered, so that the students tend to be passive and less interested
in learning. Therefore, it is necessary to develop an innovative learning to improve student’s learning
activities, by integrating Technology, Pedagogy, and Content Knowledge (TPACK). Through the
integration of TPACK, abstract material can be concrete with the use of simulation, as well as the
learning will be student-centered learning by means of Inquiry Based Learning (IBL) model, so that
students are more active in their learning and students’ Higher Order Thinking Skills (HOTS) will be
achieved. The results indicating that learning activities at the meeting I 96.25%, meeting II 92.98%,
meeting III 95.29%, and meeting IV 91.18% , all of them belong to the category of "highly
optimized". Student test scores on average 64.6 which belong to the category of "quite".

Keyword: TPACK Framework, Colloid, learning activities, HOTS

Abstrak

Pembelajaran kimia khususnya materi koloid memiliki kajian keilmuan yang bersifat abstrak dan
menekankan penguasaan konsep hingga ke tingkat mikroskopik (molekuler) simbolik. Sehingga
pelaksanaan pembelajarannya perlu dilakukan penyempurnaan. Selama ini proses pembelajaran kimia
masih dominan bersifat konvensional yang lebih berpusat pada guru, sehingga siswa cenderung pasif
dan kurang berminat dalam belajar. Karena itu perlu dikembangkan pembelajaran inovatif untuk
meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa pada materi tersebut, yaitu dengan mengintegrasikan
Technology, Pedagogy, and Content Knowledge (TPACK). Melalui integrasi TPACK, materi yang
abstrak dapat menjadi konkrit dengan penggunaan simulasi, serta pembelajaran yang dilakukan
berpusat pada siswa melalui model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL), sehingga siswa lebih
aktif dalam pembelajaran dan Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa akan tercapai. Hasil
penelitian menunjukkan aktivitas pembelajaran pada pertemuan I 96,25%, pertemuan II 92,98%,
pertemuan III 95,29%, dan pertemuan IV 91,18%, keempatnya termasuk pada kategori “sangat
optimal”. Nilai ulangan siswa rata-rata 64,6 yang termasuk pada kategori “cukup”.

Kata Kunci: Kerangka kerja TPACK, Koloid, Aktivitas Pembelajaran, HOTS

PENDAHULUAN ilmu apapun, selalu berkaitan dengan kimia.


Berbagai kejadian alam juga selalu
Ilmu kimia sering dikatakan sebagai berhubungan dengan ilmu kimia. Salah satu
“central of science” karena pada disiplin konsep dasar dalam ilmu kimia yang

53
Hayati dkk. Pengembangan dan kerangka kerja ….

aplikasinya banyak digunakan dalam miskonsepsi siswa. Misalnya, siswa sering


kehidupan adalah koloid. Koloid merupakan mengalami miskonsepsi mengenai sifat
materi yang harus dipelajari oleh siswa kelas heterogen koloid (Awan, et.al., 2012).
XI IPA semester II. Dalam silabus KTSP, Koloid jika diamati secara langsung seolah
kompetensi dasar pokok bahasan koloid bersifat homogen. Padahal sebenarnya
adalah mengelompokkan sifat-sifat koloid koloid bersifat heterogen, namun hanya
serta penerapannya dalam kehidupan sehari- dapat diamati dengan mikroskop ultra.
hari dan membuat berbagai sistem koloid Sedangkan laboratorium di sekolah belum
dengan bahan-bahan yang ada di sekitar. memiliki mikroskop ultra.

Konsep koloid banyak digunakan dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
kimia industri, misalnya pada pembuatan memberikan banyak peluang dan tantangan
berbagai produk seperti kosmetik, untuk menjawab persoalan ini. Salah
insektisida, semen, karet, kertas, plastik, satunya dengan mengintegrasikan TIK
tekstil, tinta, cat, keramik, perekat, sabun, dalam pembelajaran. Bentuk integrasi TIK
bahan-bahan makanan, dan sejumlah produk dalam pembelajaran, yaitu memadukan
lainnya. Proses seperti memutihkan, antara materi, pedagogi dan teknologi, atau
menghilangkan bau, menyamak, mewarnai, yang disebut kerangka kerja TPACK
dan pemurnian melibatkan adsorpsi pada (Technological, Pedagogical, and Content
permukaan partikel koloid. Dalam kimia Knowledge). Dalam kerangka kerja ini,
farmasi, kimia koloid banyak dimanfaatkan materi pelajaran dikemas menggunakan
pada pembuatan minyak ikan, obat kapsul model pembelajaran yang sesuai dengan
dan penisilin untuk suntikan. Oleh karena itu karakteristiknya dan dipadukan dengan
pemahaman mengenai sifat-sifat koloid teknologi yang digunakan seperti program
sangat penting. animasi, simulasi, serta laboratorium virtual
sebagai media dan sumber belajar.
Dengan alasan pentingnya materi koloid
dalam ilmu kimia, dapat memberikan Simulasi menampilkan situasi nyata atau
perspektif baru tentang ilmu kimia dan imajinasi yang tidak bisa dibawa ke dalam
kaitannya dengan materi lain. Ekplorasi setting pembelajaran. Siswa dapat
materi koloid dan berbagai penggunaannya membangun jaringan memori secara lebih
sangat dibutuhkan oleh siswa dalam baik ketika mereka memiliki acuan nyata
pembelajaran di sekolah. selama pembelajaran (Schunk, 2012:450).
Sebagai salah satu jenis lingkungan berbasis
Akan tetapi, berdasarkan wawancara dengan komputer, simulasi terlihat sesuai bagi
guru kimia, pada materi ini siswa seringkali pembelajaran penemuan dan inkuiri. Dalam
tidak bergairah dalam belajar dan cenderung tinjauan penelitian mengenai penggunaan
menyepelekan. Hal ini dikarenakan materi simulasi komputer dalam pembelajaran
koloid kebanyakan teori dan bersifat penemuan, de Jong dan van Joolingen
mikroskopik, yang dianggap siswa kurang (Schunk, 2012:451), menyimpulkan bahwa
penting. Siswa beranggapan mereka dapat simulasi lebih efektif ketimbang pengajaran
menghapal materi ketika akan menghadapi tradisional dalam memunculkan proses
ujian. Akibatnya, aktivitas pembelajaran kognitif “mendalam” (intuitif).
siswa menjadi pasif.
Lebih jauh, simulasi dapat mempengaruhi
Padahal tidak sesederhana itu, banyak pembelajaran dengan meningkatkan
aplikasi materi koloid yang digunakan motivasi. (Schunk, 2012:450). Teknologi
dalam kehidupan sehari-hari yang penting simulasi dan laboratorium virtual yang
untuk dipahami. Sifat materi koloid yang diintegrasikan dengan pedagogi yang sesuai
mikroskopik dapat menimbulkan dalam pembelajaran koloid dapat menjadi

54
Edu-Sains Volume 3 No. 1, Januari 2014

solusi kreatif dalam meningkatkan motivasi Berpikir tingkat tinggi atau lebih dikenal
dan aktivitas siswa dalam mempelajari dengan Higher Order Thinking Skills
materi koloid. (HOTS) merupakan wilayah berpikir dalam
tataran menganalisis, mengevaluasi, dan
Aktivitas dalam proses pembelajaran menciptakan dalam struktur taksonomi
merupakan rangkaian kegiatan yang Bloom. Banyak peneliti percaya,
meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti mengembangkan HOTS pada siswa di segala
pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, usia adalah tujuan pendidikan yang sangat
mencatat, mendengar, berpikir, membaca, penting dan HOTS sendiri merupakan
dan segala kegiatan yang dilakukan yang elemen penting dalam kesuksesan hidup
dapat menunjang prestasi belajar (Sadirman, (Marzano, et al. dalam Rooney, 2012:6).
2004:99). Harris et al. (2009)
mengidentifikasi tiga bentuk aktivitas Ada beberapa implikasi penelitian yang
pembelajaran sains, yaitu bentuk aktivitas dilakukan Hopson, et al. (2002:8) yang
membangun pengetahuan konseptual, berhubungan dengan desain pembelajaran
bentuk aktivitas membangun pengetahuan untuk meningkatkan perkembangan
prosedural, dan bentuk aktivitas membangun keterampilan berpikir tingkat tinggi.
ungkapan pengetahuan. Teknologi diidentifikasikan sebagai katalis
untuk restrukturisasi dan merancang kembali
Aktivitas yang dilakukan dengan pembelajaran untuk menciptakan
menggunakan simulasi dan laboratorium lingkungan yang memajukan dan
virtual membantu siswa tidak hanya mendorong perkembangan keterampilan
memberikan peluang untuk meningkatkan berpikir tingkat tinggi, khususnya evaluasi.
keterampilan analitis mereka, tetapi juga
memperoleh pengalaman belajar dengan METODE PENGEMBANGAN
menghubungkan ke dalam skenario dunia
nyata melalui keterlibatan aktif, kolaboratif, Penelitian ini merupakan penelitian
dan pembelajaran berbasis inkuiri pengembangan. Model pengembangan yang
(Boloudakis, 2012:1). digunakan dalam penelitian ini adalah model
4D yang disarankan oleh Thiagarajan,
Pembelajaran berbasis inkuiri atau Inquiry Semmel, dan Semmel (Trianto, 2011:190).
Based Learning (IBL) didefinisikan sebagai Model pengembangan ini terdiri dari 4 tahap
metode pembelajaran yang sesuai dengan namanya, yaitu define
mengkombinasikan aktivitas kerja dengan (pendefinisian), design (perancangan),
diskusi yang berpusat pada siswa dan develop (pengembangan), dan disseminate
konsep penemuan (Towns, 2009:1). (penyebaran).
Spronken-Smith (2007:2) mendefinisikan
IBL sebagai pembelajaran terbaik yang Tahap pendefinisian dilakukan untuk
memungkinkan siswa mengalami proses menetapkan dan mendefinisikan syarat-
menciptakan pengetahuan. Melalui IBL, syarat pembelajaran, diawali dengan analisis
pembelajaran di kelas dihubungkan dengan tujuan dari batasan materi yang
kehidupan sehari-hari, serta memberikan dikembangkan perangkatnya. Tahap ini
stimulasi berupa pertanyaan awal yang meliputi 5 langkah pokok yaitu: a) analisis
mendorong siswa untuk berpikir, dapat ujung depan, b) analisis siswa, c) analisis
menjadi strategi untuk membantu siswa tugas, d) analisis konsep, e) perumusan
mencapai Higher Order Thinking Skills tujuan pembelajaran.
(HOTS) (Zoller et al., 2007:11).
Tahap perancangan bertujuan untuk
menyiapkan prototype perangkat

55
Hayati dkk. Pengembangan dan kerangka kerja ….

pembelajaran. Tahap ini terdiri dari tiga coba perorangan yang melibatkan tiga orang
langkah, yaitu: a) penyusunan tes acuan siswa.
patokan, b) pemilihan media dan model
pembelajaran, dan c) pemilihan format. Dari hasil uji coba perorangan diperoleh
data kualitatif berupa saran dan masukan
Tahap pengembangan meliputi validasi terhadap perbaikan LKS yang
produk oleh tim ahli diikuti dengan revisi, dikembangkan. Saran-saran tersebut antara
dan uji coba produk yang terdiri dari: a) uji lain huruf yang digunakan pada LKS perlu
coba perorangan diikuti dengan revisi, b) uji diperbesar agar dapat terlihat dengan jelas.
coba kelompok kecil, dan b) uji coba Selain itu, siswa juga menyarankan agar
lapangan. LKS diberikan musik latar agar belajar lebih
menyenangkan. Dari hasil uji coba
Tim ahli yang melakukan validasi produk perorangan ini maka LKS direvisi dengan
dalam penelitian ini adalah Dr. Risnita, memperbesar ukuran huruf dan memberikan
M.Pd. dan Dr. Haris Effendi, M.Sc., Ph.D. musik latar “Mozart Pachelbel”.
Sedangkan yang menjadi subjek penelitian
adalah siswa SMA Negeri 1 Kota Jambi Hal ini dilakukan sesuai dengan penelitian
Kelas XI IPA 3. yang dilakukan Lozanov (DePorter,
2010:72) yang menyatakan bahwa selama
Instrumen yang digunakan dalam penelitian mengerjakan pekerjaan mental yang berat,
ini divalidasi oleh ahli evaluasi, Dr. Risnita, tekanan darah dan denyut jantung
M.Pd. Instrumen penelitian meliputi lembar meningkat. Gelombang-gelombang otak
validasi ahli, angket tanggapan siswa, meningkat, dan otot-otot menjadi tegang.
angket tanggapan guru bidang studi, Sedangkan selama relaksasi, denyut jantung
observasi aktivitas belajar siswa, instrumen dan tekanan darah menurun, serta otot-otot
penilaian HOTS siswa, yang dianalisis mengendur. Biasanya seseorang akan sulit
menggunakan skala numerical rating scale, berkonsentrasi ketika sedang benar-benar
sedangkan angket untuk mengukur relaks, dan sulit untuk relaks ketika sedang
keterkaitan komponen-komponen dalam benar-benar konsentrasi. Untuk itu,
TPACK, dianalisis menggunakan analisis diperlukan cara untuk mengkombinasikan
jalur (path analysis). pekerjaan mental yang menekan dengan
fisiologi relaks. Sesuai hasil penelitian
Lozanov, kuncinya adalah musik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurutnya, dengan mendengarkan musik
seseorang tetap dapat mengerjakan
Hasil dari penelitian ini berupa kerangka pekerjaan mental yang melelahkan dengan
kerja Technological, Pedagogical, and tetap relaks dan berkonsentrasi. Musik yang
Content Knowledge (TPACK) yang terdiri paling membantu menurut penelitian
dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lozanov adalah musik barok seperti Bach,
(RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Handel, Pachelbel, dan Vivaldi, karena para
dalam bentuk flip page ebook yang berisi komposer ini menggunakan ketukan yang
materi ajar, simulasi, aplikasi laboratorium sangat khas dan pola-pola yang secara
virtual, langkah kerja praktikum, dan soal otomatis menyinkronkan tubuh dan pikiran.
latihan, dan instrumen penilaian Higher Selain itu, musik barok mampu membawa
Order Thinking Skills (HOTS). gelombang otak ke kondisi beta maupun
alfa. Gelombang otak yang berada pada
Setelah draft awal produk dibuat, maka frekuensi gelombang beta yaitu 12-25 Hz
selanjutnya divalidasi oleh tim ahli. Hasil merupakan kondisi yang sangat baik untuk
revisi yang dilakukan sesuai saran ahli melakukan aktivitas yang menuntut
kemudian diuji coba. Diawali dengan uji konsentrasi tinggi. Sedangkan frekuensi

56
Edu-Sains Volume 3 No. 1, Januari 2014

gelombang alfa berkisar antara 8-12 Hz, Namun, komentar secara keseluruhan, siswa
sangat baik untuk melakukan aktivitas merasa pembelajaran dengan LKS yang di
belajar (Gunawan, dalam Hidayat, 2010:2). dalamnya terdapat simulasi dan
laboratorium virtual membuat mereka
Setelah LKS direvisi, maka diuji coba tertarik untuk belajar serta cukup membantu
kembali pada kelompok kecil, yang dan memudahkan mereka dalam
melibatkan tujuh orang siswa dengan mempelajari materi koloid. Hal ini
kategori siswa berkemampuan tinggi 2 menunjukkan bahwa produk cukup efektif
orang, berkemampuan sedang 3 orang, dan dalam membangkitkan motivasi belajar
berkemampuan rendah 2 orang. Uji coba siswa.
kelompok kecil dilakukan sesuai dengan
RPP yang telah disusun untuk pertemuan 1. Selanjutnya dilakukan uji coba kelompok
Dalam uji coba ini, setelah pembelajaran besar yang bertujuan untuk memperoleh
siswa diberikan tugas untuk mengerjakan data tanggapan siswa terhadap pembelajaran
latihan 1 pada LKS. dengan TPACK, data keoptimalan aktivitas
pembelajaran sains siswa, dan data
Nilai yang diperoleh siswa pada latihan 1 ketercapaian Higher Order Thinking Skills
menunjukkan rata-rata siswa berada pada (HOTS) siswa.
kategori “kompeten” dengan nilai rata-rata
7, dengan rincian 1 siswa mendapatkan nilai Pertemuan pertama membahas tentang sub
9 (sangat kompeten), 2 siswa mendapatkan materi pengertian sistem koloid. Pada
nilai 8 (kompeten), 2 siswa mendapatkan pertemuan ini siswa berdiskusi tentang
nilai 7 (kompeten), 1 siswa mendapatkan pengertian sistem koloid, melakukan
nilai 6 (kompeten), dan 1 siswa percobaan membedakan larutan, koloid, dan
mendapatkan nilai 5 (cukup kompeten). suspensi secara virtual dan melakukan
Nilai ini menunjukkan bahwa produk telah percobaan secara langsung. Kemudian siswa
cukup efektif untuk diuji coba ke tahap mendiskusikan hasil pengamatan pada
berikutnya. percobaan dan menjawab pertanyaan di
dalam Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
Dari hasil angket tanggapan siswa, dari 7 Setelah itu siswa secara berkelompok
orang siswa, enam orang di antaranya mempresentasikan hasil diskusinya di depan
menunjukkan tanggapan positif, 1 orang kelas.
persentasenya 100% (sangat baik), 2 orang
83% (baik), 2 orang 75% (baik), dan 1 orang Pada pertemuan pertama ini, keoptimalan
66,7% (baik), sedangkan satu orang aktivitas pembelajaran sains siswa adalah
menunjukkan tanggapan negatif 33,3% 97,47% yang termasuk pada kategori
(kurang baik). “sangat optimal”.

Mayoritas siswa menjawab kesulitan ketika Sub materi yang dibahas pada pertemuan
mengikuti pembelajaran adalah karena kedua adalah jenis-jenis koloid dan sifat-
tulisan dalam LKS ukurannya kecil, sifat koloid, yaitu efek Tyndall, gerak
sehingga perlu diperbesar. Selain itu ada Brown, muatan koloid (elektroforesis,
juga siswa yang menjawab masih kesulitan adsorpsi, koagulasi), dan dialisis. Pada
ketika pembelajaran terpusat pada siswa, pertemuan ini, siswa melakukan diskusi
karena siswa harus berusaha lebih keras tentang jenis-jenis koloid berdasarkan fase
untuk bisa memahami pelajaran dengan terdispersi dan medium pendispersinya,
baik. koloid liofil dan liofob, serta melakukan
praktikum tentang sifat-sifat koloid melalui
simulasi dan percobaan langsung. Percobaan

57
Hayati dkk. Pengembangan dan kerangka kerja ….

langsung yang dilakukan adalah pada sifat meskipun hanya sebagian kecil. Pertemuan
efek Tyndall. Kemudian siswa mengerjakan pertama 2 siswa yang tidak melakukan,
soal latihan di LKS dan mendiskusikan hasil pertemuan kedua 6 siswa, pertemuan ketiga
pengamatan yang dilakukan serta 9 siswa, dan pertemuan keempat 3 siswa.
mempresentasikannya secara berkelompok. Tidak semua siswa yang melakukan
Pada pertemuan ini keoptimalan aktivitas aktivitas membuat catatan ini dikarenakan
pembelajaran sains yang dilakukan siswa siswa-siswa tersebut merasa malas dan tidak
sebesar 97,62% yang tergolong dalam terbiasa mencatat ketika belajar. Hal ini juga
kategori “sangat optimal”. disebabkan faktor gaya belajar siswa.
Menurut De Porter (2010: 114), siswa
Pada pertemuan ketiga dibahas sub materi biasanya lebih suka berbicara daripada
aplikasi sistem koloid dalam kehidupan. menulis tergolong pada siswa dengan gaya
Siswa berdiskusi tentang apa saja aplikasi belajar auditorial. Siswa dengan gaya belajar
konsep koloid dalam kehidupan, kemudian ini cenderung suka belajar dengan cara
mengamati simulasi video tentang aplikasi mendengar, dan tidak suka membaca.
konsep koloid, dan merancang percobaan
penjernihan air berdasarkan konsep koloid. Aktivitas menjawab pertanyaan tergolong
Aktivitas pembelajaran sains siswa pada tidak optimal, karena hanya sebagian siswa
pertemuan ini tergolong dalam kategori yang melakukannya. Pada pertemuan
“sangat optimal”, dengan persentase pertama siswa yang melakukan aktivitas ini
96,11%. berjumlah 14 siswa, pertemuan kedua 16
siswa, pertemuan ketiga 12 siswa, dan
pertemuan keempat 12 siswa. Faktor yang
Pertemuan keempat membahas tentang sub mempengaruhi tidak optimalnya aktivitas ini
materi pembuatan sistem koloid melalui adalah siswa telah memahami materi
berbagai cara, antara lain pembuatan sistem sehingga tidak banyak dari siswa yang
koloid dengan cara kondensasi dan cara mengajukan pertanyaan, faktor lain yaitu
dispersi. Pembuatan sistem koloid dengan ada beberapa siswa yang merasa kurang
cara kondensasi dilakukan secara virtual berani untuk bertanya. Selain itu faktor
karena kurang memungkinkan untuk lainnya adalah kurangnya waktu yang
dilakukan secara langsung, sedangkan cara tersedia sehingga kesempatan tanya jawab
dispersi dilakukan secara langsung di ketika presentasi tidak optimal.
laboratorium. Persentase keoptimalan
aktivitas pembelajaran sains siswa pada
Aktivitas debat hanya ada di pertemuan
pertemuan keempat adalah 91,02%, yang
ketiga, tetapi tidak terlaksana. Hal ini
berarti termasuk pada kategori “sangat
dikarenakan waktu dan kondisi yang tidak
optimal”.
memungkinkan untuk dilaksanakan.
Sedangkan aktivitas mengembangkan atau
Secara keseluruhan, aktivitas pembelajaran membangun model pada pertemuan keempat
sains siswa tergolong “sangat optimal”. tidak dilakukan siswa karena siswa kesulitan
Namun ada beberapa aktivitas yang tidak untuk menemukan model yang cocok ketika
dilakukan oleh sebagian kecil siswa, bahkan mempelajari cara-cara pembuatan sistem
ada pula yang tidak optimal. Beberapa koloid.
aktivitas tersebut antara lain aktivitas
membuat catatan, aktivitas menjawab
Jika dirata-ratakan, aktivitas pembelajaran
pertanyaan, aktivitas debat, dan aktivitas
sains pada keempat pertemuan, maka
mengembangkan atau membangun model.
diperoleh persentase rata-rata sebesar
95,55%, yang termasuk pada “kategori
Aktivitas membuat catatan tidak semua sangat optimal”. Hal ini membuktikan
siswa melakukannya pada setiap pertemuan, bahwa pembelajaran yang dilakukan telah
58
Edu-Sains Volume 3 No. 1, Januari 2014

mampu mengoptimalkan aktivitas “baik” berjumlah 7 siswa, “cukup”


pembelajaran sains siswa. berjumlah 15 siswa, “kurang” berjumlah 5
siswa, dan “sangat kurang” berjumlah 4
Hasil uji coba kelompok besar pada aspek siswa. Rata-rata hasil ulangan dengan soal
tanggapan siswa, menunjukkan bahwa 13 yang berada pada tingkatan C3, C4, C5, dan
siswa memberikan tanggapan dengan C6 ini adalah 64,6 dan termasuk pada
kategori “sangat baik”, 14 siswa kategori “cukup”. Artinya produk yang
memberikan tanggapan dengan kategori dikembangkan cukup memfasilitasi
“baik”, 2 siswa memberikan tanggapan tercapainya Higher Order Thinking Skills
dengan kategori “cukup”, dan 2 siswa (HOTS) siswa.
memberikan tanggapan dengan kategori
“kurang baik” terhadap pembelajaran
Jumlah siswa
dengan TPACK. Hal ini menunjukkan
bahwa pembelajaran yang dilakukan telah Sangat Kurang
membuat siswa merasa tertarik dan senang Kurang
dalam belajar.
Cukup
Jumlah Siswa Baik
Sangat Kurang
Sangat Baik
Kurang
0 5 10 15 20
Cukup

Baik

Sangat Baik Gambar 2. Grafik Kategori Nilai Ulangan pada Uji


Coba Kelompok Besar
0 5 10 15
Gambar 1. Grafik Kategori Tanggapan Siswa pada Perbedaan pencapaian hasil latihan dengan
Uji Coba Kelompok Besar hasil ulangan siswa dipengaruhi oleh faktor
sebagai berikut:
Tercapai atau tidaknya Higher Order a. Waktu pengerjaan latihan dilakukan
Thinking Skills (HOTS) atau keterampilan langsung setelah pembelajaran selesai
berpikir tingkat tinggi siswa diukur dari nilai dalam satu pertemuan, sedangkan
siswa pada latihan yang terdapat di LKS dan ulangan dilakukan pada pertemuan
hasil ulangan siswa di akhir pertemuan. selanjutnya dengan soal ulangan yang
merangkum materi dari pertemuan I
Nilai siswa pada latihan 1, 2, dan 3 yang sampai dengan pertemuan IV.
terdapat di LKS secara berturut turut rata- b. Ketika mengerjakan soal latihan, siswa
ratanya adalah 6,9; 9,7; dan 10,6. Seluruh dalam kondisi santai dan tidak merasa
nilai tersebut termasuk dalam kategori tertekan, sedangkan ketika mengerjakan
“kompeten”. Artinya siswa kompeten dalam soal ulangan, siswa merasa tegang dan
mengerjakan latihan soal pada LKS yang tertekan karena kondisi yang diciptakan
berada pada tingkatan C4 pada taksonomi mendorong hal tersebut, seperti kursi
Anderson dan Krathwohl. yang disusun dengan jarak cukup jauh,
suasana yang hening, pengawasan yang
Sedangkan nilai hasil ulangan siswa cukup ketat, waktu yang terbatas, dan target
beragam, dari yang terendah 23 (sangat masing-masing siswa untuk mendapatkan
kurang) hingga yang tertinggi (baik). Siswa nilai tertentu.
dengan nilai yang termasuk pada kategori

59
Hayati dkk. Pengembangan dan kerangka kerja ….

Distribusi capaian siswa untuk tiap tingkatan Aksela, Maija. 2005. Supporting Meaningful
soal (C3, C4, C5, dan C6) dapat dilihat pada Chemistry Learning and Higher-
gambar berikut. order Thinking through Computer-
Assisted Inquiry: a Design Research
Rata-rata pencapaian siswa Approach. Disertasi.
80
60 Awan, A., Khan, T., Aslam, T. 2012.
40 Gender Disparity in Misconceptions
20 about the Concept of Solution at
0 Secondary Level Students in Pakistan.
C3 C4 C5 C6 Journal of Elementary Education
Vol.22, No. 1 pp.65-79.
Gambar 3. Grafik Distribusi Capaian Siswa pada
Tiap Tingkatan Soal
Boloudakis, Michail. 2012. Designing and
Enacting An Inquiry Based
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa
Collaborative Learning Script Using
capaian siswa secara berturut-turut dari yang
the CADMOS Tool. Department of
tertinggi adalah pada tingkatan soal C3, C4,
Digital Systems, University of
C5, dan C6. Hal ini sesuai dengan karakter
Piraeus.
soal yang semakin tinggi tingkatannya maka
semakin kompleks.
DePorter, Bobbi. 2010. Quantum Learning.
Bandung: Kaifa.
KESIMPULAN DAN SARAN

Elliott, Seif. 2011. Using Inquiry Based


Berdasarkan penelitian yang telah
Instruction (IBI) in Schools And
dilaksanakan, diperoleh kesimpulan sebagai
Classrooms. Project of the Bucks
berikut:
Country Intermediate Unit’s Social
1) Kerangka kerja TPACK pada materi Studies Advisory Committee.
koloid yang telah dikembangkan dapat
mengoptimalkan aktivitas pembelajaran
siswa. Harris, J., Mishra, P., & Koehler, M. 2009.
Teachers’ Technological Pedagogical
2) Kerangka kerja TPACK pada materi
Content Knowledge and Learning
koloid yang telah dikembangkan
Activity Types: Curriculum-based
“cukup” mampu mendorong tercapainya
Technology Integration Reframed.
HOTS siswa.
Journal of Research on Technology in
3) Semua komponen dalam TPACK Education (p. 393-416).
mempengaruhi secara signifikan
terhadap keberhasilan integrasi TPACK
pada pembelajaran koloid. Hidayat, S. 2010. Pengaruh Musik Klasik
terhadap Daya Tahan Konsentrasi
dalam Belajar. Jurnal Psikologi UIN
DAFTAR PUSTAKA Sultan Syarif Kasim Riau.

Abdelraheem, A., Asan, A. The effectiveness Hopson, Michael. 2002. Using a


of inquiry-based technology Technology-Enriched Environment to
enhanced collaborative learning Improve Higher-Order Thinking Skill.
environment. International Journal of Journal of Research on Technology in
Technology in Teaching and Education, volume 34 number 2.
Learning, 2(2), 65-87.

60
Edu-Sains Volume 3 No. 1, Januari 2014

Partay, Livia Bartok. 2009. Colloid Syafitri, Winda. 2010. Analisis


Chemical Applications Of Computer Keterampilan Proses Sains Siswa
Simulation Methods. Tesis. Melalui Pendekatan Inkuiri pada
Konsep Sistem Koloid. Skripsi
Rooney, Caitriona. 2009. How am I Using
Inquiry-Based Learning to Improve Towns, M. H., Bruck, L.B. Preparing
My Practice and to Encourage Students To Benefit from Inquiry-
Higher Order Thinking Among My Based Activitiesin the Chemistry
Students of Mathematics. Educational Laboratory: Guidelines and
Journal of Living Theories Volume 5. Suggestions. Jurnal of Chemical
Education Volume 86.
Schunk, H., Dale. 2012. Learning Theories:
An Educational Perspective Edisi ke- Trianto. 2011. Mendesain Model
6 (terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Pelajar. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Sproken-Smith, Rachel. 2007. Experiencing
the Process of Knowledge Creation: Zoller, U., Miri, B., David, B. 2007.
The Nature and Use of Inquiry-Based Purposely Teaching for the
Learning in Higher Education. Promotion of Higher order Thinking
University of Otago, New Zealand. Skills: A Case of Critical Thinking.
Res Sci Educ (2007) 37:353-369.
Sutrisno, 2012. Kreatif Mengembangkan
Aktivitas Pembelajaran Berbasis TIK.
Jakarta: Gaung Persada (GP) Press.

61

Das könnte Ihnen auch gefallen