Sie sind auf Seite 1von 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN DALAM HUBUNGAN


KERJA PT X BERDASARKAN TEORI LOSS CAUSATION MODEL
(Studi Kasus Pada Karyawan Bagian Warehouse)

Santini Sekar Candra Sulistyowati, Ida Wahyuni, Daru Lestantyo


Bagian keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: santinicandra@gmail.com

Abstract: Accident on working relationship is something that nobody want, that


take place outside the working place and causing disadvantage. PT X is a
manufacturing company that produce diesel engine in Semarang. PT X has
applied the golden flagged SMK3, but the case of accident especialy on working
relations are still at high number. From 2015 to 2017, analysis trend shows an
escalation on accident rate from 4 to 6 case of accident. The investigation data
shows that the most involved on accident at working relations come from
warehouse employees. This is a descriptive qualitative research with an in-depth
interview. Main informan are 3 warehouse workers that already had accident at
working relation and 2 warehouse workers that never had an accident at working
relations before. The triangulation informan are the chief of warehouse, safety
leader of warehose and K3 expert from PT X. The outcome from the research
shows that the cause of accident to the warehouse workers are substandard
acts, substandard conditions, personal factors, job factors, inadequate program
and inadequate standard. Substandard acts mentioned above are riding behavior
that doesn’t meet the standart, include talking while riding, daydreaming, haste,
high speed riding, and careless overtaking. Substandard conditions mentioned
above are the condition of the road are accident prone, narrow, wavy, perforated,
sharp turn, slippery and muddy. Personal factors mentioned above are stress that
comes from working situation and skill of braking the motorcycle. Job factors
mentioned above are extra overtime work and the job demand that has to be
accomplished when the production rate is high. Inadequate program that
mentioned above is the driving practice in safety riding training program that still
use a motorcycle simulator and hasnt been practiced on the suitable road
conditions as passed by the workers. Inadequate standard that mentioned above
is the unavailablelity of driving SOP in PT X.

Keywords: Accidents on working relationship, warehouse.

PENDAHULUAN International Labour Organization


Perkembangan industri di (ILO) mengungkapkan terdapat lebih
Indonesia pada setiap bidang dari 250 juta karyawan mengalami
semakin meningkat dan berkembang kecelakaan kerja setiap tahun.5
pesat. Hal ini diikuti pula dengan Berdasarkan data statistik BPJS
meningkatnya jumlah karyawan di Ketenagakerjaan, terjadi peningkatan
Indonesia yang mencapai 17.008.865 kecelakaan kerja mencapai 20%
jiwa pada tahun 2017.1 pada tahun 2017 dibandingkan
Kecelakaan dalam hubungan dengan tahun 2016 dengan total
kerja merupakan kejadian yang tidak klaim hingga Rp 971 miliar.6,7,8
diinginkan, terjadi di luar tempat kerja World Health Organization
dan mengakibatkan kerugian.2,3,4 (WHO) mengungkapkan kendaraan

635
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

bermotor menyebabkan lebih dari 1,2 Informan utama adalah 3


juta kematian di seluruh dunia dan karyawan warehouse yang pernah
jumlah cedera non-fatal yang lebih mengalami kecelakaan dalam
besar setiap tahun.9 Data Korlantas hubungan kerja dan 2 karyawan
Polri, penyumbang kecelakaan warehouse yang tidak pernah
tertinggi adalah pengendara sepeda mengalami kecelakaan dalam
motor sebanyak 32.649 kasus dan hubungan kerja. Informan triangulasi
Provinsi Jawa Tengah menyumbang adalah kepala sie bagian warehouse,
angka kecelakaan di jalan raya safety leader bagian warehouse dan
tertinggi kedua setelah provinsi Jawa ahli K3 PT X.
Timur dengan kerugian materiil
mencapai 3 miliar rupiah.10 HASIL DAN PEMBAHASAN
PT X merupakan perusahaan Analisis Kecelakaan Dalam
manufaktur yang memproduksi mesin Hubungan Kerja PT X
diesel di Kota Semarang. PT X telah Kecelakaan dalam hubungan
menerapkan SMK3 dengan bendera kerja merupakan kejadian yang tidak
emas, namun kasus kecelakaan kerja diinginkan, terjadi di luar tempat kerja
masih tinggi terutama kecelakaan dan mengakibatkan kerugian.2,3,4
dalam hubungan kerja. Analisis tren Waktu kecelakaan di jalan raya
menunjukkan adanya peningkatan tertinggi terjadi pada hari kerja.11
kasus pada tahun 2015-2017 yaitu 4 Kecelakaan dalam hubungan yang
menjadi 6 kasus kecelakaan dalam dialami karyawan adalah ketika
hubungan kerja. Data investigasi berangkat menuju tempat kerja.
kecelakaan menunjukkan bahwa Analisis Kerugian Biaya Langsung
kecelakaan dalam hubungan kerja di Kerugian biaya langsung (direct
PT X banyak melibatkan karyawan cost) merupakan kerugian akibat
bagian warehouse. peristiwa kecelakaan yang dapat
Berdasarkan banyaknya kasus dihitung secara langsung dari awal
kecelakaan dalam hubungan kerja di kejadian hingga tahap rehabilitasi.2
PT X terutama bagian warehouse, Kerugian biaya langsung akibat
peneliti tertarik untuk mengetahui kecelakaan dalam hubungan kerja di
“Analisis faktor penyebab kecelakaan PT X meliputi kerugian finansial yaitu
dalam hubungan kerja PT X perbaikan kendaraan, ganti rugi pada
berdasarkan teori loss causation pengendara lain yang ditabrak dan
model (studi kasus pada karyawan rehabilitasi paska kecelakaan; serta
bagian warehouse)”. kerugian fisik yaitu cidera kaki dan
tangan.
METODE PENELITIAN Analisis Kerugian Biaya Tidak
Jenis penelitian ini adalah Langsung
deskriptif kualitatif dengan Kerugian biaya tidak langsung
wawancara mendalam. Populasi akibat kecelakaan dalam hubungan
adalah 30 orang karyawan bagian kerja di jalan raya yang paling dirasa
warehouse. Sampel terdiri dari oleh bagian warehouse ini adalah
informan utama dan informan hilangnya waktu kerja. Hilangnya
triangulasi. Teknik pengambilan waktu kerja dapat menyebabkan
sampel yang digunakan adalah keterlambatan produksi sehingga
nonprobability sampling dengan ketidaktepatan dalam pemenuhan
metode pemilihan sampel purposive jadwal dapat berakibat besar pada
sampling. kerugian perusahaan.12

636
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Analisis Substandard Acts Banyumanik, sementara PT X


(Tindakan dalam Berkendara) terletak di Kecamatan Mijen
Tindakan tidak sesuai standard Semarang. Kondisi jalan yang sering
(substandard acts) dalam berkendara dilewati oleh karyawan dan rawan
karyawan PT X yaitu mengobrol kecelakaan terdapat di empat titik
sambil berkendara, melamun ketika yaitu di Kedungpane, Jatibarang,
berkendara, mengejar waktu/tergesa- Kaligetas arah gunungpati serta jalan
gesa, berkendara dalam kecepatan raya Semarang-Boja.
tinggi, serta menyalip dengan Karyawan bagian warehouse
mengambil jalan untuk arah lawan. mengalami kecelakaan di jalan
Tindakan mengobrol dan jatibarang dan Kedungpane. Kondisi
melamun ketika berkendara dapat jalan Jatibarang cenderung lebar,
menurunkan konsentrasi. Hal ini cor-coran dan bagus sehingga
merupakan pelanggaran Undang- memungkinkan karyawan untuk
Undang Nomor 22 Tahun 2009 berkendara dengan kecepatan tinggi.
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Selain itu menurut informasi, kondisi
Jalan.13 jalan Jatibarang cenderung naik
Tindakan berkendara dengan turun, menikung serta setelah hujan
kecepatan tinggi dan menyalip jalanan menjadi licin dan berlumpur.
dilakukan karena karyawan mengejar Jalan Kedungpane merupakan
waktu/tergesa-gesa untuk cepat daerah perkampungan yang sempit,
sampai di tempat kerja. Tindakan ini berlubang, menikung, ramai dan licin
adalah pelanggaran Peraturan setelah hujan.
Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 Analisis Personal Factors
tentang Prasarana dan Lalu Lintas (Pengetahuan)
Jalan.14 Hal ini terjadi karena Pengetahuan mempengaruhi
karyawan takut terlambat. Sanksi pola fikir seseorang dalam
yang diperoleh karyawan ketika menghindari kecelakaan.15 Karyawan
datang terlambat adalah sanksi sosial bagian warehouse berpengetahuan
dan pemotongan gaji. baik mengenai berkendara aman
Analisis Substandard Condition meliputi memperhatikan kendaraan
(Kondisi Kendaraan) sebelum berangkat, arah pandangan,
Kondisi kendaraan karyawan menggunakan APD (helm, sarung
dalam kondisi baik yang meliputi tangan, dan jaket), menaati rambu
kondisi rem, konsisi ban, kondisi lalu lintas, memperhatikan surat-surat
lampu, kondisi spion, serta kondisi berkendara (SIM), tidak boleh
lainnya. Dalam menjaga kondisi mengantuk dan melamun.
kendaraan tetap normal, karyawan Analisis Personal Factors
melakukan pengecekan kendaraan (Keterampilan)
sebelum berangkat bekerja dan Karyawan telah mendapatkan
melakukan servis secara berkala. bekal keterampilan berkendara dari
Analisis Substandard Condition pelatihan safety riding yang diadakan
(Kondisi Jalan) PT X. Terdapat penilaian ketika
Faktor substandard condition pelatihan, karyawan warehouse
yang mengakibatkan kecelakaan di mendapatkan nilai A yang berarti
jalan raya meliputi kondisi jalan memuaskan.
berlubang, bergelombang, licin dan Berdasarkan kronologis
lalu lintas padat.2 Lokasi rumah kecelakaan, karyawan mengalami
karyawan rata-rata berada di daerah kecelakaan ketika gagal melakukan
Ungaran dan Kecamatan pengereman. Hal ini menandakan

637
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

bahwa nilai yang diperoleh ketika yaitu selama sepuluh menit, sehingga
pelatihan safety riding tidak sesuai total waktu istirahat dalam satu hari
dengan keterampilan yang dimiliki adalah satu jam dua puluh menit. Hal
oleh karyawan. Kondisi ini dapat ini telah sesuai dengan Undang-
terjadi karena ketika pelatihan Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
berlangsung praktik berkendara Ketenagakerjaan. 18
dilakukan dengan menggunakan alat Waktu lembur ketika hari
simulator berkendara. Tidak terampil normal yaitu hari Senin-Jum’at
adalah penyebab kecelakaan lalu selamat tiga jam dengan waktu
lintas sepeda motor.16 istirahat selama setengah jam. Waktu
Analisis Personal Factors lembur di hari Sabtu terdapat dua
(Kelelahan) jenis, waktu lembur jenis pertama
Kelelahan ditandai dengan seperti waktu kerja normal yaitu 8
adanya penurunan fungsi-fungsi jam dengan waktu istirahat selama
kesadaran otak dan perubahan pada satu jam dua puluh menit, sementara
organ di luar kesadaran.17 Estimasi waktu kerja lembur di hari Sabtu jenis
waktu karyawan sampai ke kedua yaitu selama 12 jam dengan
perusahaan lebih dari 30 menit. Hasil waktu istirahat satu jam lima puluh
wawancara mendalam, kondisi fisik menit. Waktu lembur di PT X dalam
karyawan bagian warehouse baik satu bulan tidak pasti, dilakukan
ketika berangkat bekerja. Hal ini ketika produksi meningkat, waktu
karena karyawan mengetahui lembur dapat mencapai 98 jam
tanggung jawab dalam bekerja dengan tiap minggunya selama
sehingga ketika malam hari karyawan empat sampai lima kali lembur untuk
istirahat dengan cukup. hari normal yaitu hari Senin-Jum’at
Analisis Personal Factors (Stres serta tiga kali lembur dalam satu
Kerja) bulan pada hari Sabtu. Hal ini tidak
Gejala perilaku stres kerja sesuai karena waktu lembur dalam
adalah menunda/ menghindari/ satu minggu maksimal adalah 14 jam
absen dari pekerjaan, menurunnya yaitu selama kurang lebih 3 hari.20
prestasi, perilaku sabotase dalam Frekuensi waktu lembur
pekerjaan, dan perilaku makan tidak meningkat pada akhir tahun yaitu
normal.18,19 Hasil wawancara bulan Juli-Desember. Berdasarkan
mendalam, karyawan warehouse data kecelakaan kerja PT X,
memiliki gejala stres kerja yaitu ada kecelakaan yang terjadi pada tiga
kecenderungan untuk membolos/cuti orang informan terjadi pada bulan
bekerja serta memikirkan pekerjaan Juli, September dan Oktober. Hal ini
yang membuat karyawan tidak fokus menandakan bahwa kecelakaan
dalam berkendara ketika pekerjaan dalam hubungan kerja terjadi ketika
menumpuk. Tindakan manusia produksi di PT X sedang meningkat
(immediate causes) dapat terjadi dan sering diadakan lembur.
akibat faktor manusia (basic Analisis Job Factors (Tuntutan
causes).2 Tugas)
Analisis Job Factors (Waktu Kerja) Komponen tugas-tugas tertentu
Waktu kerja di PT X dalam satu mungkin dapat mempengaruhi tingkat
hari adalah 8 jam kerja dengan hari kekerapan suatu kecelakaan.2
aktif bekerja dalam satu minggu Karyawan bagian warehouse
adalah 5 hari yaitu hari Senin-Jum’at memiliki tanggung jawab pekerjaan
dan waktu istirahat selama satu jam berbeda-beda dan saling berkaitan
serta terdapat dua kali waktu break satu sama lain. Karyawan warehouse

638
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

yang pernah mengalami kecelakaan dalam memberikan pengetahuan


dalam hubungan kerja bekerja di bagi karyawan.
area penerimaan barang dan blank Berdasarkan yang telah
part/big part, sementara karyawan dibahas pada personal factors yaitu
warehouse yang tidak pernah keterampilan, karyawan gagal
mengalami kecelakaan dalam melakukan pengereman ketika
hubungan kerja bekerja di area kecelakaan. Hal ini terjadi karena
penerimaan barang dan service part. yang dipraktekkan oleh karyawan
Deadline pekerjaan bagian dalam program safety riding training
warehouse area penerimaan barang, tidak sesuai dengan kondisi
finish part dan blank part/big part lingkungan seperti kondisi jalan
harus dipenuhi pada hari itu karena sempit, naik turun, berlubang,
menyangkut kebutuhan produksi, menikung, licin serta berlumpur.
sedangkan bagian warehouse area Analisis Inadequate Program
completely bill up (CBU) mesin dan (Program Safety Talk)
service part dipenuhi berdasarkan Struktur organisasi yang
instruksi dari marketing. Hal ini mempromosikan pengenalan serta
menunjukkan bahwa bagian pengendalian potensi bahaya akan
warehouse area penerimaan barang, dapat mempengaruhi perilaku
finish part dan blank part/big part pekerja.2 Program safety talk
memiliki tanggung jawab lebih berat dilaksanakan setiap Senin di setiap
dalam pencapaian target. bagian PT X dan dipimpin oleh
Faktor tuntutan tugas terdapat seorang safety leader setiap bagian.
kaitan dengan waktu kerja lembur Safety leader ini merupakan
yang telah dibahas sebelumnya perwakilan dalam keanggotaan
bahwa waktu kerja lembur PT X Panitia Pembina Keselamatan dan
melebihi batas normal pada akhir Kesehatan Kerja (P2K3) di PT X.
tahun yaitu bulan Juli-Desember. Analisis Inadequate Program
Ketika produksi sedang meningkat (Program Safety Man)
otomatis beban kerja karyawan Terdapat empat level dalam
bagian warehouse meningkat program safety man yaitu level satu
dibandingkan biasanya terutama ketika karyawan dapat bekerja aman
bagian warehouse area penerimaan apabila diingatkan, level dua ketika
barang, finish part dan blank part/big karyawan sudah memiliki kesadaran
part. untuk dapat bekerja aman tanpa
Analisis Inadequate Program diingatkan, level tiga yaitu karyawan
(Program Safety Riding Training) dapat memberi contoh untuk bekerja
PT X telah mengadakan safety aman kepada karyawan lain,
riding training sebanyak dua kali yang sedangkan level empat karyawan
meliputi teori dan praktik berkendara dapat melakukan inovasi tentang
untuk seluruh karyawan PT X dan keselamatan. Sosialisasi program
terdapat tambahan satu kali untuk safety man berupa training dan
karyawan-karyawan PT X yang terdapat penilaian untuk dapat naik
mengalami kecelakaan dalam level. Training safety man dilakukan
hubungan kerja. Lingkungan sosial sebagai upaya pengendalian bahwa
yang tidak aman dapat diperbaiki lingkungan sosial yang tidak aman
dengan latihan dan pendidikan dapat diperbaiki dengan latihan dan
secara terus-menerus.2 Program pendidikan secara terus-menerus.2
safety riding training sudah efektif Karyawan warehouse berada
pada level 2 dalam program safety

639
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

man yang berarti karyawan dapat standard, meliputi mengobrol


bekerja aman tanpa diingatkan. Hal sambil berkendara, melamun
ini menunjukkan bahwa tidak semua ketika berkendara, mengejar
karyawan menerapkan program waktu/tergesa-gesa, berkendara
safety man. Faktor keselamatan dalam kecepatan tinggi, serta
ditentukan oleh manusia yang berada menyalip dengan mengambil jalan
di belakang kemudi (man behind the untuk arah lawan.
gun).21 2. Substandard conditions yaitu
Analisis Inadequate Standard kondisi jalan rawan terjadi
(Standar Operasional Prosedur kecelakaan, sempit, naik turun,
Berkendara) berlubang, menikung, licin setelah
PT X berada di daerah hujan dan berlumpur.
kawasan industri Mijen sehingga area 3. Personal factors yaitu stres kerja
jalan yang dilewati oleh karyawan dan keterampilan berkendara
menuju tempat kerja maupun dalam melakukan pengereman.
sebaliknya padat kendaraan di pagi 4. Job factors yaitu waktu kerja
dan sore hari ketika jam berangkat lembur melebihi batas normal
maupun pulang kerja. Hasil ketika produksi meningkat dan
wawancara mendalam, belum ada tuntutan tugas dalam mencapai
standar operasional prosedur (SOP) target ketika produksi meningkat.
berkendara di PT X, namun sudah 5. Inadequate program yaitu praktik
terdapat himbauan yang dibuat oleh berkendara dalam safety riding
ahli K3 PT X mengenai kecepatan training masih menggunakan alat
berkendara yang diperkenankan simulator kendaraan bermotor dan
serta jam waktu keberangkatan untuk belum dipraktekkan di kondisi
setiap daerah rumah karyawan. jalan seperti kondisi jalan yang
Dalam upaya untuk mengetahui dilewati karyawan.
bagaimana tindakan karyawan dalam 6. Inadequate standard yaitu belum
berkendara, PT X sudah menerapkan terdapat SOP berkendara di PT X.
kegiatan morning check. Tidak hanya
dapat melihat tindakan karyawan SARAN
dalam berkendara saja, namun 1. Bagi Perusahaan
sebenarnya kegiatan ini dapat a. Memperhatikan waktu kerja
berguna untuk memantau keefektifan lembur karyawan agar tidak
dari himbauan ini. Dalam melebihi batas normal. Waktu
pelaksanaannya kegiatan morning kerja lembur maksimal dalam
check sendiri masih belum optimal satu minggu adalah 14 jam.
dikarenakan baru dilaksanakan b. Lebih mengefektifkan program
sebanyak satu kali, akan lebih baik safety riding training, ketika
apabila pelaksanaan morning check praktik berkendara langsung
ini menjadi kegiatan rutin yang menggunakan kendaraan
dilakukan oleh ahli K3 PT X. bermotor dan dipraktekkan
sperti kondisi jalan yang dilalui
KESIMPULAN karyawan, contoh kondisi jalan
Faktor penyebab kecelakaan sempit, naik turun, berlubang,
dalam hubungan kerja pada menikung, licin, berlumpur.
karyawan bagian warehouse PT X c. Memberikan reward bagi
meliputi: karyawan yang berangkat pagi
1. Substandard acts yaitu tindakan agar dapat dijadikan sebagai
dalam berkendara tidak sesuai motivasi. Reward dapat berupa

640
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

pemasangan foto “karyawan Industri. Yogyakarta: Graha


terajin” di papan informasi Ilmu; 2009.
perusahaan. 5. International Labour
d. Membuat SOP berkendara di Organization (ILO).
luar tempat kerja. Keselamatan dan Kesehatan
e. Mensosialisasikan kepada Kerja: Sarana Untuk
seluruh karyawan PT X SOP Produktivitas. Geneva: ILO;
berkendara di luar tempat kerja. 2013.
f. Mengoptimalkan morning check 6. BPJS Ketenagakerjaan.
dengan memberi punishment Laporan Tahunan. Jakarta:
bagi karyawan yang melanggar Author; 2017.
SOP berkendara. 7. BPJS Ketenagakerjaan. Jumlah
2. Bagi Karyawan Kecelakaan Kerja di Indonesia
a. Mengaplikasikan pengetahuan Masih Tinggi; 2016. Diakses
dan keterampilan dalam melalui
berkendara yang diperoleh dari www.bpjsketenagakerjaan.go.id
program safety riding training. pada tanggal 25 April 2018.
b. Tidak melakukan tindakan 8. Saut, PD. Angka Kecelakaan
berbahaya ketika berkendara Kerja Meningkat ke 123 Ribu
seperti mengobrol, melamun, Kasus di 2017. Diunduh pada 8
mengejar waktu/tergesa-gesa, Mei 2018. [Online]. Di
berkendara dalam kecepatan www.finance.detik.com; 2018.
tinggi, serta menyalip dengan 9. World Health Organization
mengambil jalan untuk arah (WHO). Global Status Report
lawan. on Road Safety. Geneva:
c. Lebih peka terhadap potensi- WHO; 2015.
potensi bahaya dari jalan yang 10. Korlantas Polri. Statistik Laka;
dilalui ketika dari rumah menuju 2017. Diakses melalui
tempat kerja. www.korlantas.polri.go.id pada
3. Bagi Peneliti Lain tanggal 25 April 2018.
Peneliti lain dapat melakukan 11. Fajar, Muh. Syaeful. Analisis
penelitian tentang beban kerja Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
mental pada karyawan. Raya di Kota Semarang
DAFTAR RUJUKAN Menggunakan Metode K-
1. Badan Pusat Statistik. Statistik Means Clustering. Semarang:
Dasar; 2017. Diakses melalui Universitas Negeri Semarang;
www.bps.go.id pada tanggal 11 2015.
april 2018. 12. Depnaker RI. Indonesian
2. Tarwaka. Dasar-Dasar Journal of Industrial Hygiene
Keselamatan Kerja Serta Occupational Health and
Pencegahan Kecelakaan di Safety, Vol. XXIX, No. 4.
Tempat Kerja. Surakarta: Jakarta: Depnaker; 1996.
Harapan Press; 2012. 13. Republik Indonesia. Undang-
3. Republik Indonesia. Undang- Undang No. 22 Tahun 2009
Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Lalu Lintas dan
Tentang Sistem Jaminan Sosial Angkutan Jalan. Jakarta:
Nasional. Author; 2009.
4. Anizar. Teknik Keselamatan 14. Republik Indonesia. Peraturan
dan Kesehatan Kerja di Pemerintah No. 43 Tahun 1993
tentang Prasarana dan Lalu

641
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Lintas Jalan. Jakarta: Author; 18. Waluyo, Minto. Psikologi


2009. Industri. Jakarta: Akademia
15. Suma’mur. Keselamatan Kerja Permata; 2013.
dan Pencegahan Kecelakaan. 19. A., Zuyina Lukluk. Psikologi
Jakarta: PT Gunung Agung; Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
1984. Medika; 2011.
16. Marsaid; M. Hidayat; Ahsan. 20. Republik Indonesia. Undang-
Faktor Yang Berhubungan Undang RI No. 13 Tahun 2003
dengan Kejadian Kecelakaan tentang Ketenagakerjaan.
Lalu Lintas Pada Pengendara Jakarta: Author; 2003.
Sepeda Motor di Wilayah 21. Ramli, Soehatman. Sistem
Polres Kabupaten Malang. Manajemen Keselamatan dan
Jurnal Ilmu Keperawatan, Kesehatan kerja OHSAS
Vol.1, No.2; 2013. 18001. Jakarta: Dian Rakyat;
17. Okti FP. Keselamatan dan 2009.
Kesehatan Kerja. Jakarta: FKM
Universitas Indonesia; 2008.

642

Das könnte Ihnen auch gefallen