Sie sind auf Seite 1von 25

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan p-ISSN 2548 – 298X

Akreditasi No. 32a/E/KPT/2017 e-ISSN 2548 – 5024


DOI: 10.24034/j25485024.y2018.v2.i3.3934

KINERJA MEMEDIASI PENGARUH KOMITMEN ORGANISASIONAL


TERHADAP KEPUASAN KERJA DOSEN PERGURUAN TINGGI SWASTA
DI MALANG

Fathorrahman
faturrahman.asia.74@gmail.com
Prodi Manajemen, STIE ASIA Malang

ABSTRACT

This study aimed at test and analyze the effect of organizational commitment on the performance and working
satisfaction as the mediatory variable. This research was conducted to identify the causal relationships among the
available and clearly defined variables in the study problems through the hypothesis testing. The sample were 95
respondents, who were 95 lecturers of different private universities in Malang. The sampling technique in the
research was multistage random sampling. The data were obtained through distribution and collection of
questionnaires. They were then analyzed witht he structural model with GeSCA program. The results showed
that 1) the motivation had a positive significant effect on the performance, 2) the ability had a positive
significant effect on the performance, 3) the organizational commitment had a positive significant effect on the
performance, 4) the organizational commitment had a positive significant effect on working satisfaction, 5) the
performance had a positive significant on the working satisfaction, And 6) the Performance also gave mediatory
support to organizational commitment on the working satisfaction.

Key words: organizational commitment, performance, working satisfaction

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menguji dan menganalisis pengaruh komitmen organisasional terhadap
kepuasan kerja dan kinerja sebagai variabel mediasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi
hubungan sebab akibat antara variabel yang tersedia dan didefinisikan dengan jelas dalam masalah
penelitian melalui pengujian hipotesis. Jumlah sampel adalah 95 responden, yang merupakan 95
dosen dari berbagai universitas swasta di Malang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah multistage random sampling. Data diperoleh melalui pendistribusian dan pengumpulan
kuesioner. Kemudian dianalisis dengan model struktural dengan program GeSCA. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 1) motivasi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja, 2) kemampuan
berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja, 3) komitmen organisasional berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja, 4) komitmen organisasional memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap kepuasan kerja, 5) kinerja berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan kerja, dan 6)
Kinerja juga memberikan dukungan mediasi terhadap pengaruh komitmen organisasional kepada
kepuasan kerja.

Kata kunci: komitmen organisasional, kinerja, kepuasan kerja.

PENDAHULUAN sarana dan prasarana dan suasana akademik.


Komponen penentu mutu di perguruan Dari sekian banyak komponen tersebut,
tinggi terdiri dari banyak komponen, di- faktor sumber daya manusia yaitu dosen
antaranya mutu program akademik (mulai menjadi sesuatu yang sangat penting dalam
dari calon mahasiswa, proses pembelajaran, upaya meningkatkan mutu perguruan tinggi.
dan keluaran lulusan), sumberdaya manusia, Dosen sebagai salah satu unsur penting

360
Kinerja Memediasi Pengaruh Komitmen Organisasional ... – Fathorrahman 361

dalam perguruan tinggi mempunyai peran akan berjalan dengan baik. Dalam hal ini
strategis dalam peningkatan mutu pendidi- pimpinan perlu mencari cara yang terbaik
kan di Indonesia. Oleh karena pentingnya untuk memperbaiki kualitas sumber daya
peran dosen dalam perguruan tinggi, maka manusia, agar mampu meningkatkan ke-
perhatian terhadap kinerja dan kepuasan puasan kerja dan kinerja mereka.
kerja dosen dalam menjalankan profesinya
sangat penting dan perlu untuk diperhatikan. TINJAUAN TEORETIS
Dosen di perguruan tinggi memegang Menurut Steers (1999: 164) kinerja di-
peranan yang sangat strategis terutama dari definisikan sebagai berikut: performance is
sisi pembinaan akademik dan kemaha- the level of success in completing the task and in
siswaan. Dosen merupakan tenaga profesi- accordance with the objectives. Kinerja adalah
onal yang mampu menentukan apa yang tingkat keberhasilan dalam menyelesaikan
terbaik bagi mahasiswanya. Banyak pe- tugas dan sesuai dengan tujuan. Sehingga
ngakuan yang menyatakan bahwa mutu kinerja dapat dikatakan sebagai hasil kerja
pendidikan dapat dicapai melalui pengem- yang dapat dicapai oleh seorang atau seke-
bangan mutu dosen. Hal itu karena dosen lompok orang dalam suatu organisasional,
berfungsi sebagai agen yang mentransfor- sesuai dengan wewenang dan tanggung
masikan ilmu dan pengetahuan kepada jawab masing-masing.
mahasiswa, sehingga jika dosennya ber- Kepuasan kerja mencerminkan perasa-
mutu, maka diharapkan ilmu dan penge- an seseorang terhadap pekerjaannya ini
tahuan yang ditransformasikan juga ber- nampak dalam sikap positif karyawan ter-
mutu yang pada akhirnya dapat meningkat- hadap pekerjaannya dan segala sesuatu
kan mutu mahasiswa dan lulusan per- yang dihadapi di lingkungan kerjanya.
guruan tinggi. Hal tersebut tampak dari Greenberg dan Baron (2000:148) men-
temuan penelitian sebelumnya bahwa da- deskripsikan kepuasan kerja sebagai sikap
lam pendidikan berlaku “the man behind the positif atau negatif yang dilakukan indi-
system”, manusia merupakan faktor kunci vidual terhadap pekerjaan mereka, sedang-
yang menentukan kekuatan pendidikan kan Vecchio (dalam Wibowo, 2009:323)
(Miller, 1980:76). Bahkan, pendidikan se- menyatakan, kepuasan kerja sebagai pe-
bagai industri jasa merupakan “front line mikiran, perasaan, dan kecenderungan
provider and determine the quality of service tindakan seseorang yang merupakan sikap
delivery system”, dosen berada pada garis seseorang terhadap pekerjaan.
terdepan dalam menentukan kualitas pe- Ada banyak faktor yang mempengaruhi
layanan (Sallis, 2002:35). kepuasan kerja karyawan, faktor-faktor itu
Sumberdaya manusia (terutama dosen) sendiri dalam peranannya memberikan ke-
sebagai aset penting yang harus dimiliki puasan kepada karyawan tergantung pada
oleh organisasional perguruan tinggi senan- pribadi masing-masing karyawan. Faktor-
tiasa harus diperhatikan kebutuhan dan faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
keinginannya sehingga diharapkan dapat karyawan, yaitu faktor psikologis, yang
menghasilkan kepuasan kerja serta kinerja meliputi minat, ketentraman dalam bekerja,
yang tinggi pada organisasional yang pada bakat, dan keterampilan; faktor sosial,
akhirnya dapat meraih berbagai tujuan misalnya, interaksi sosial baik antara se-
organisasional. Dalam mencapai tujuan ter- sama karyawan, dengan atasan langsung
sebut, diperlukan manajemen sumberdaya dan tidak langsung; faktor fisik, misalnya,
manusia yang mampu mengelola dengan kondisi lingkungan kerja dan kondisi fisik
cara-cara manusiawi dan memiliki motivasi karyawan; dan faktor finansial, misalnya,
serta berdedikasi tinggi terhadap organi- sistem dan besarnya gaji atau upah dan
sasional. Tanpa adanya orang yang me- macam-macam tunjangan serta promosi.
miliki motivasi, maka organisasional tidak Herzberg (dalam Handoko, 1998:259)
362 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 3, September 2018 : 360 – 384

mengatakan bahwa terdapat faktor-faktor Dickson, 1939), dan topik ini tetap berlanjut
yang menjadi penyebab kepuasan kerja (job diteliti sampai saat ini baik dari tinjauan
satisfaction). Pada prinsipnya teori ini me- penelitian kualitatif (Brayfield dan Crockett,
mandang kepuasan kerja mempunyai pe- 1955; Herzberg et al., 1957; Locke, 1970;
ngaruh positf dan pendorong pada prestasi Schwab dan Cummings, 1970) maupun
kerja, sedangkan faktor-faktor penyebab kuantitaif (Laffaldano dan Muchincky, 1985;
ketidakpuasan kerja (job dissatisfaction) Petty et al., 1984). Meski studi Hawthorne
mempunyai pengaruh negatif. Penemuan- umumnya diunggulkan karena penekanan-
nya membedakan antara kelompok yang nya pada kaitan antara perilaku karyawan
disebut motivators (pemuas) dan faktor- dan kinerja, dan menstimulasi ketertarikan
faktor pemeliharaan (hygienic factors). Pen- banyak peneliti untuk meneliti hubungan
dekatan ini berusaha menjelaskan bahwa tersebut. Setelah studi Hawthorne tersebut,
kepuasan kerja dapat ditimbulkan oleh tinjauan naratif yang paling berpengaruh
sumber-sumber kepuasan kerja seperti tentang hubungan kepuasan kerja dengan
achievement, recognition, work insentive, kinerja adalah yang dipublikasikan oleh
responsibility dan advancement dan faktor- Brayfield dan Crockett (1955) yang me-
faktor ketidakpuasan kerja antara lain nyimpulkan bahwa antara kepuasan kerja
company policy and administration, super- dan kinerja tidak terdapat cukup hubungan.
vision technical, salary, interpersonal relations, Semenjak tinjauan Brayfield dan Crockett
working condition, job security and status. (1955), beberapa tinjauan naratif berpengaruh
Perbaikan terhadap kondisi-kondisi ter- lainnya juga telah dipublikasikan (Herzberg et
sebut dapat menghilangkan ketidakpuasan al., 1957; Locke, 1970; Schwab dan Cummings,
karyawan akan tetapi tidak akan me- 1970; Vroom, 1964). Tinjauan ini sangat
nimbulkan suatu kepuasan kerja, karena berbeda dari sebelumnya dimana mereka
kondisi-kondisi tersebut bukanlah suatu dengan optimis mengungkap hal yang
sumber kepuasan kerja. berkaitan dengan hubungan antara kepuasan
Kepuasan kerja (job satisfaction) me- kerja dan kinerja.
rupakan keadaan emosional yang me- Dari penelitian-penelitian yang berkaitan
nyenangkan dengan mana para karyawan tentang hubungan antara kepuasan kerja dan
memandang pekerjaan yang dihadapi. Ke- kinerja, menunjukkan bahwa sejak dulu telah
puasan kerja juga mencerminkan perasaan terjadi sebuah kontroversi pendapat tentang
seseorang terhadap pekerjaan dan segala hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja
sesuatu yang dihadapi dalam lingkungan karyawan dan sampai saat ini selalu menjadi
kerja. Karyawan yang mempunyai tingkat topik yang menarik, sebagian berpendapat
kepuasaan kerja yang memadai akan dapat bahwa kepuasan mempengaruhi kinerja
bekerja dengan baik dan dengan hasil kerja sebagian yang lain berpendapat sebaliknya
yang baik pula. Ini menunjukkan bahwa yakni justru kinerja-lah yang mempengaruhi
hasil kerja atau prestasi kerja karyawan kepuasan kerja (Bono et al., 2001). Sementara
akan dapat dicapai sesuai dengan yang itu beberapa penelitian menyarankan bahwa
diharapkan dipengaruhi oleh kondisi ke- tidak ada hubungan umum antara kepuasan
jiwaan dari para karyawan, yaitu berupa kerja dengan kinerja karyawan (Dowling,
kepuasan kerja. 1975). Penelitian lain dari Orpen (1986)
Studi tentang hubungan antara kepuasan meneliti karyawan di perusahaan pabrik
kerja dengan kinerja menjadi salah satu elektronik menghasilkan hubungan yang
penelitian yang penting dalam psikologi tidak segnifikan antara kepuasan kerja
industri-organisasional. Ketertarikan ter- dengan kinerja karyawan. Chen (2004) me-
hadap hubungan antara perilaku di tempat neliti gabungan karyawan SME’s di sektor
kerja dengan produktivitas telah ada sejak jasa dan manufaktur menunjukkan bahwa
jaman studi Hawthorne (Roethlisberger dan tidak ada hubungan signifikan antara
Kinerja Memediasi Pengaruh Komitmen Organisasional ... – Fathorrahman 363

kepuasan kerja dan kinerja karyawan. reward yang diberikan tidak sebanding
Secara historis, sering dianggap bahwa (tidak adil) dengan kinerja maka kepuasan
karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja akan cenderung melemah, dan se-
kerja akan melaksanakan pekerjaannya baliknya jika seseorang merasa bahwa
dengan lebih baik. Dalam banyak kasus, reward yang diberikan sebanding (adil)
memang sering ada hubungan positif antara dengan kinerja maka ia akan cenderung
kepuasan tinggi dengan prestasi kerja atau puas.
kinerja tinggi, tetapi tidak selalu cukup kuat Modifikasi atas konsep Porter dan
dan berarti (signifikan). Ada banyak karya- Lawler (1967) dalam penelitian ini adalah
wan dengan kepuasan kerja tinggi tidak peneliti memasukkan variabel komitmen
menjadi karyawan yang kinerjanya juga organisasional yang juga dapat mempe-
tinggi tetapi tetap hanya sebagai karyawan ngaruhi kepuasan kerja seseorang. Komit-
rata-rata. Banyak studi penelitian menemu- men dipahami sebagai niat karyawan untuk
kan hubungan yang tidak jelas antara terus bekerja dalam organisasional (Meyer
kepuasan kerja dan prestasi kerja (kinerja). dan Allen, 1997). Artinya bagi karyawan
Beberapa karyawan puas dengan pekerjaan- yang merasa mempunyai komitmen organi-
nya, tetapi rendah prestasi kerjanya. Se- sasional yang tinggi terhadap organisasi-
baliknya karyawan tidak puas terhadap onal maka dia akan merasakan kepuasan
pekerjaannya tetapi berprestasi unggul. kerja lebih baik sebaliknya jika tidak maka
Kepuasan kerja tidak mempengaruhi pres- dia akan merasakan kepuasan kerja kurang
tasi kerja, tetapi kepuasan akan mempe- baik.
ngaruhi perilaku karyawan, misalnya ting- Komitmen dipahami sebagai niat karya-
kat absensi, kemangkiran, turnover, yang wan untuk terus bekerja dalam organisasional
akhirnya mempengaruhi kinerja secara total (Meyer dan Allen, 1997). Hasil studi dari Lee
(Gibson et al., 1996). dan Mowday (1987) menyebutkan bahwa
Dari berbagai kontroversi hubungan kepuasan kerja dan komitmen organisasional
antara kinerja dan kepuasan kerja di atas, saling berhubungan. Keterkaitan komitmen
menurut Bono et al. (2001) sangat me- organisasionalonal dengan kepuasan kerja,
mungkinkan mengembangkan model baru menunjukkan bahwa komitmen organisasi-
dengan menambahkan variabel baru se- onal dapat berpengaruh secara timbal balik
bagai variabel moderator atau mediator dari dengan kepuasan kerja. Artinya, jika karya-
hubungan antara kinerja dan kepuasan wan merasa puas dalam bekerja,, maka
kerja di atas. Mengacu pada hal tersebut di mereka akan mempunyai komitmen yang
atas, maka peneliti mencoba mengkaji ulang tinggi pada organisasional. Sebaliknya, karya-
dan memodifikasi atas hasil penelitian wan yang mempunyai komitmen yang tinggi
Lawler dan Porter (1967) yang mengem- pada organisasional maka mereka dapat
bangkan dari teori pengharapan dari Vroom meningkatkan kepuasan kerjanya (Sudiro,
yang menyatakan bahwa kepuasan kerja 2008); Westover et al., (2010).
dan kinerja saling berkaitan meskipun Penelitian-penelitian yang dilakukan
keduanya disebabkan oleh hal yang ber- Gunz dan Gunz (1994), Knoop (1995) serta
beda. Vroom mengasumsikan bahwa reward Young et al. (1998) menemukan bahwa ada-
system (sistem penghargaan) menyebabkan nya hubungan antara kepuasan kerja dengan
kepuasan dan dalam beberapa hal kinerja komitmen organisasional. Hasil ini sejalan
menghasilkan reward. Lawler dan Porter dengan penelitian Martin dan O’Loughlin
(1967) dalam penelitiannya menyimpulkan (1984) yang menunjukkan bahwa kepuasan
bahwa sistem penghargaan (ekstrisik mau- kerja pada sebuah bataliyon angkatan darat
pun intrinsik) memoderasi hubungan antara Amerika Serikat secara konsisten mempe-
kinerja dan kepuasan kerja. Artinya bahwa ngaruhi peningkatan komitmen organisasi
ketika persepsi seseorang merasa bahwa onal serta penelitian Westover et al., (2010)
364 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 3, September 2018 : 360 – 384

yang menyimpulkan bahwa: (1) komitmen bahwa komitmen organisasional mempunyai


organisasional berpengaruh signifikan ter- hubungan yang tidak jelas dengan kinerja.
hadap kepuasan kerja. Sementara itu pene- Untuk mendorong karyawan berkinerja
litian Yiing dan Zaman (2009) menemukan tinggi diperlukan kemampuan pemimpin
hasil yang sebaliknya bahwa komitmen yang dapat memacu semangat kerja (me-
organisasional mempunyai pengaruh signi- motivasi) karyawan agar dapat meningkat-
fikan negatif terhadap kepuasan kerja. kan prestasi kerja sehingga tujuan per-
Berkaitan dengan kinerja karyawan, usahaan bisa tercapai. Karyawan yang ter-
beberapa faktor yang mampu mempengaruhi motivasi biasanya tetap bertahan dengan
kinerja diantaranya adalah komitmen organi- pekerjaannya dalam waktu yang relatif
sasional, motivasi dan kemampuan karya- lama, karena dalam melaksanakan pekerja-
wan. Benkhoff (1997:3) mendefinisikan annya atau tugas-tugas yang diberikan oleh
komitmen sebagai derajad kepedulian pimpinan, karyawan mempunyai harapan
karyawan dan kontribusinya terhadap ke- akan diperoleh penghargaan yang sesuai
berhasilan organisasional. Hal itu me- dengan usaha atau pengorbanan yang
nunjukkan bahwa jika karyawan mempunyai dikeluarkan. Motivasi merupakan sesuatu
komitmen tinggi maka akan mampu me- yang ada dalam pribadi seseorang yang
ningkatkan kinerja mereka yang pada akhir- dapat mendorong keinginannya untuk me-
nya dapat meningkatkan kinerja organisasi lakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk
onal. Ada tiga komponen komitmen organi- mencapai tujuan. Menurut Robbins (2003:
sasional, yaitu komitmen afektif, komitmen 135), motivasi adalah proses yang ikut
kesinambungan dan komitmen normatif menentukan arah, intensitas dan ketekunan
(Allen dan Meyer, 1990; Meyer dan Allen, individu dalam usaha mencapai tujuan.
1997). Komitmen afektif (affective commitment) Sedangkan Gibson et al. (1996) motivasi
berkaitan dengan adanya keterikatan emosi- merupakan kekuatan yang mendorong se-
onal, identifikasi dan keterlibatan karyawan seorang yang menimbulkan atau meng-
pada organisasional. Komitmen kesinambu- arahkan perilaku, atau suatu proses dimana
ngan (continuance commitment) berkaitan perilaku diberikan energi dan diarahkan.
dengan pertimbangan untung rugi jika Dengan demikian dapat dikatakan
karyawan meninggalkan organisasional. Dan, bahwa motivasi merupakan suatu proses
komitmen normatif (normative commitment) yang dapat mengarahkan seorang individu
berkaitan dengan adanya perasaan wajib untuk secara sukarela mengeluarkan tingkat
dalam diri karyawan untuk tetap bekerja upaya yang lebih tinggi di dalam kinerjanya
dalam organisasional. untuk memenuhi kebutuhan hidup. Moti-
Hal itu sejalan dengan penelitian De- vasi dipengaruhi oleh dua faktor yakni
Cotiis dan Summers (1987) yang menemukan faktor dari dalam individu itu sendiri dan
bahwa komitmen organisasional merupakan faktor dari luar individu, sedangkan peri-
prediktor yang kuat terhadap kinerja karya- laku individu pada umumnya dimotivasi
wan serta penelitian Jaramillo et al., (2005) oleh keinginan untuk mencapai tujuan
yang menemukan bahwa komitmen organi- tertentu guna untuk memenuhi kebutuhan
sasional dan kinerja mempunyai hubungan hidup. Salah satu dari kebutuhan individu
positif bagi karyawan sales dan non sales. itu adalah kebutuhan primer yakni ke-
Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh hasil butuhan yang harus segera dipenuhi,
penelitian Chen and Francesco (2003) serta seperti kebutuhan untuk mendapatkan gaji,
Sudiro (2008). Sementara itu Yiing dan Zaman upah, makanan, minuman, pakaian dan
(2009) menemukan sebaliknya bahwa komit- perumahan, sedangkan kebutuhan yang
men tidak berpengaruh terhadap kinerja lainnya adalah kebutuhan sekunder yaitu
karyawan. Sedangkan peneitian dari Wiener kebutuhan keamanan dan keselamatan,
dan Vardi (1980) menghasilkan kesimpulan hubungan baik dengan orang lain, harga
Kinerja Memediasi Pengaruh Komitmen Organisasional ... – Fathorrahman 365

diri, status, kasih sayang, perlakuan adil, intrinsik tidak berpengaruh signifikan
penghargaan, prestasi, kesempatan untuk terhadap kinerja karyawan serta Mehta
mengembangkan diri. Setiap kebutuhan (2014) menyatakan bahwa kinerja karyawan
tersebut dapat berbeda-beda dari waktu tidak mempunyai hubungan yang signi-
kewaktu dan berbeda pula masing masing fikan dengan penilaian kinerja dan moti-
orang. vasi.
Porter dan Lawler (dalam Luthans, Kemampuan dimaksudkan sebagai ke-
1992:165) menyatakan bahwa: “Start with the sanggupan karyawan untuk melaksanakan
premise that motivation (effort or force) does not pekerjaan. Kesanggupan ini menyangkut
equal to satisfaction and/or performance. Moti- berbagai unsur seperti kemampuan kognitif
vations, satisfaction and performance are all dan kemampuan teknikal, bahkan sampai
separate variables and relate in ways different pada sifat-sifat yang dimiliki. Kemampuan
from what was traditionally assumed.” Pada disini merujuk pada kapasitas individu
dasarnya dalam kehidupan sehari-hari untuk mengerjakan berbagai tugas dalam
antara motivasi, kepuasan kerja, dan kinerja pekerjaan (Gibson et al., 1996), yaitu ke-
merupakan sesuatu hal yang saling terpisah mampuan merupakan sifat (bawaan atau
dan selalu berhubungan. Motivasi merupa- dipelajari) yang memungkinkan seseorang
kan dorongan seseorang dalam memenuhi melaksanakan suatu tindakan atau pe-
kebutuhannya, dikatakan baik apabila ke- kerjaan mental atau fisik. Kemampuan ter-
puasan yang dirasakan sesuai dengan yang diri dari dua unsur pokok yaitu ke-
diinginkan. Pada umumnya apabila sese- mampuan intelektual dan kemampuan fisik.
orang telah memperoleh kepuasan seperti Kemampuan intelektual diperlukan untuk
apa yang diharapkan maka akan dapat mengerjakan kegiatan mental, seperti ke-
menciptakan kinerja yang lebih optimal, hal giatan-kegiatan yang rumit dan memerlu-
ini wajar karena timbulnya semangat baru kan pemikiran. Sedangkan kemampuan
untuk memperoleh hasil lebih maksimal fisik mengarah pada kemampuan yang
dari sebelumnya. diperlukan untuk melakukan tugas-tugas
Hasil penelitian Kustiningsih (2007) yang menuntut stamina, kecekatan, ke-
menyimpulkan, aktivitas yang dilakukan kuatan, dan keterampilan serupa atau se-
oleh para pegawai dalam menyelesaikan baliknya. Penelitian yang dilakukan oleh
pekerjaannya perlu mendapatkan motivasi Palumbo et al. (2005) menyatakan bahwa
atau dorongan untuk dapat bekerja secara kemampuan kognitif mempengaruhi ter-
efektif dan efisien. Jika para pegawai hadap kinerja karyawan.
menyukai pekerjaan mereka, menganggap Vrooms menyatakan bahwa kinerja
bahwa tugas mereka penuh tantangan, seseorang merupakan fungsi dari motivasi
maka mereka akan berusaha sekuat tenaga dan kemampuan seseorang, sedangkan
untuk melaksanakan pekerjaannya dengan Robbins (2003:218) mengemukakan bahwa
antusias. Ini berarti bahwa dengan motivasi kinerja karyawan merupakan fungsi dan
kerja yang tinggi maka prestasi kerja akan interaksi antara kemampuan (ability), moti-
dapat dicapai. Hal itu sejalan dengan hasil vasi (motivation), dan kesempatan (opportu-
penelitian Karatepe dan Tekinkus (2006) nity) dan dapat dirumuskan bahwa kinerja
yang menyatakan bahwa motivasi internal (P) = f(A x M x O). Dalam penelitian ini,
berpengaruh signifkan terhadap kinerja peneliti memodifikasi dengan memasukkan
karyawan dan menjadi prediktor terhadap variabel komitmen organisasional dan
kepuasan kerja. Akan tetapi Sudarmasto membuang variabel kesempatan (opportu-
(2005) menyatakan bahwa motivasi kerja nity). Alasan peneliti mengganti variabel
mempunyai pengaruh tidak signifikan kesempatan dengan komitmen organisasi-
terhadap kinerja pegawai. Demikian juga onalonal sebagai variabel yang mempe-
yang dinyatakan Ayobami (2013) motivasi ngaruhi kinerja adalah bagi seorang karya-
366 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 3, September 2018 : 360 – 384

wan atau pegawai, variabel kesempatan me- PTS di Malang. 2). Untuk mengetahui dan
rupakan variabel yang berada di luar menganalisis pengaruh langsung kemampu-
dirinya yang bisa mempengaruhi naik an terhadap kinerja dosen PTS di Malang. 3).
turunnya kinerja seseorang. Artinya, jika Untuk mengetahui dan menganalisis pe-
karyawan melihat ada kesempatan atau ngaruh langsung komitmen organisasional
peluang yang bagus terhadap dirinya maka terhadap kinerja dosen PTS di Malang. 4).
dia akan berkinerja lebih baik. Sebaliknya, Untuk mengetahui dan menganalisis pe-
jika tidak maka dia akan berkinerja kurang ngaruh langsung kinerja terhadap kepuasan
baik. Akan tetapi variabel komitmen kerja dosen PTS di Malang, dan 5). Untuk
organisasional merupakan variabel yang mengetahui dan menganalisis pengaruh lang-
berada di dalam dirinya yang bisa mem- sung dan tak langsung komitmen organi-
pengaruhi naik turunnya kinerja seseorang sasional terhadap kepuasan kerja dosen PTS
seperti halnya variabel motivasi dan di Malang.
kompetensi. Hal itu karena, komitmen
dipahami sebagai niat karyawan untuk METODE PENELITIAN
terus bekerja dalam organisasional (Meyer Penelitian ini merupakan penelitian
dan Allen, 1997). Artinya bagi karyawan kausalitas. Data penelitian ini diperoleh
yang merasa mempunyai komitmen organi- melalui suatu prosedur penyebaran kuesi-
sasional yang tinggi terhadap organisasi- oner. Sampel yang diambil sebagian dari
onal maka dia akan berkinerja lebih baik seluruh populasi dosen PTS di Malang.
sebaliknya jika tidak maka dia akan Teknik pengambilan sampel adalah Stratified
berkinerja kurang baik. random sampling dengan jumlah sampel
Berdasarkan kajian secara teori dan adalah 95. Adapun hasil uji validitas semua
temuan empiris maka tujuan yang ingin item dalam variabel penelitian ini adalah
dicapai dalam penelitian ini adalah: 1). Untuk valid. Hasil uji reliabilitas semua item dalam
mengetahui dan menganalisis pengaruh variable penelitian ini adalah reliable seperti
langsung motivasi terhadap kinerja dosen terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1
Hasil uji reliabilitas
Scale Scale Corrected Cronbach's
Mean if Variance if Item-Total Alpha if
Keterangan
Item Item Deleted Correlation Item
Deleted Deleted
X1 (motivasi) 383.0698 884.733 .434 .944 Reliabel
X2 (kompetensi) 382.7442 900.481 .033 .945 Reliabel
X3 (komitmen 384.3023 890.883 .171 .945 Reliabel
organisasional)
Y1 (kinerja) 383.0000 889.000 .285 .945 Reliabel
Y2 (kepuasan kerja) 383.2326 878.754 .437 .944 Reliabel

Adapun alat analisis yang digunakan Karakteristik demografi responden ber-


dalam penelitian ini menggunakan Generali- dasarkan jenis kelamin dosen adalah 50,98%
zed Structured Component Analysis (GSCA). berberjenis kelamin laki-laki dan 49,02%
berjenis kelamin perempuan. Prosentase
yang cukup berimbang antara laki-laki dan
ANALISIS DAN PEMBAHASAN perempuan memberi makna bahwa profesi
Karakteristik Responden dosen bisa dijalankan oleh siapa saja yang
Kinerja Memediasi Pengaruh Komitmen Organisasional ... – Fathorrahman 367

mempunyai kemampuan dan memenuhi didikan dan status sertifikasi yang di-
persyaratan akademik sebagai dosen serta peroleh saat ini. Hal tersebut mungkin
tidak tergantung pada jenis kelamin ter disebabkan salah satunya adalah faktor
tentu. Karakteristik demografi responden biaya, akses beasiswa yang terbatas atau
berdasarkan usia dosen, menunjukkan faktor personal lainnya. Pada tahun-tahun
sebagi an besar usia responden antara 46 mendatang kemungkinan dosen yang mau
sampai dengan 55 tahun sebanyak 49,02%. studi lanjut ke S3 akan semakin besar
Pada usia ini termasuk usia produktif dan mengingat akses beasiswa studi lanjut
masa purna tugas yang masih lama, (BPPDN dan BPPLN) sudah semakin mu-
sehingga sangat potensial untuk melakukan dah dengan kuota yang semakin meningkat
pengembangan (promosi jabatan struktural serta adanya perubahan aturan (Permenpan
dan fungsional). Sementra yang berusia No. 17 tahun 2013) bahwa dosen yang tidak
kurang dari 45 tahun sebanyak 35,95% berpendidikan S3 tidak bisa meningkatkan
merupakan usia yang masih muda, pe- jabatan fungsional dan pangkatnya ke jabat-
ngalaman masih kurang, tetapi sangat an akademik guru besar atau profesor.
energik dan produktif untuk terus ber- Sumber biaya yang digunakan oleh dosen
kembang. Karakteristik responden yang yang sedang studi lanjut menunjukkan
berusia di atas 55 tahun sebanyak 15,03% bahwa sebagian besar responden dosen
biasanya relatif kurang produktif tetapi yang sedang studi lanjut yaitu sebanyak
sudah sangat matang sebagai seorang 40% menggunakan sumber biaya dari
pendidik. Hal ini memberikan arti bahwa institusi tempat bekerja, 36% menggunakan
komposisi usia yang demikian, sebagian sumber biaya BPPS dan sisanya sebanyak
besar dosen PTS di Malang berada dalam 24% menggunakan sumber dana mandiri.
usia kerja produktif. Hal ini menunjukkan bahwa komitmen per-
Karakteristik responden berdasarkan guruan tinggi untuk membiayai studi lanjut
tingkat pendidikan menunjukkan bahwa dosennya ke jenjang yang lebih tinggi
83,66% responden lebih banyak berpendidi- cukup besar serta kesadaran bahwa untuk
kan S2 (magister), hal ini sesuai dengan meningkatkan kualitas pendidikan, maka
sasaran dalam studi ini, bahwa obyek studi dosennya juga harus berkualitas dan dosen
adalah dosen yang mensyaratkan ber- merupakan aset lembaga yang harus di-
pendidikan minimal S2 atau S1 dengan pupuk dan dijaga kepuasannya.
jabatan fungsional lektor kepala. Jumlah Karakteristik responden berdasarkan
responden yang berpendidikan S3 (doktor) status penikahan menunjukkan jumlah
hanya sebesar 16,34%, hal tersebut sejalan responden yang telah menikah mencapai
dengan jumlah dosen berpendidikan S3 90,85% hal itu sejalan dengan rata-rata usia
(doktor) di PTS Jawa Timur masih sedikit mereka di atas 35 tahun. Hal ini dapat
(menurut data Dirjen Dikti tahun 2013, meningkatkan motivasi dosen serta komit-
secara nasional jumlah doktor di PTS hanya men dosen dalam menjalankan profesinya
5.168 dan di PTN 10.598). dengan semakin baik sebagai bentuk tang-
Karakteristik responden berdasarkan gung jawab kepada keluarga.
proses studi lanjut menunjukkan bahwa Karakteristik responden berdasarkan
sebagain besar responden dosen tidak status kepegawaian, sebagian besar respon-
sedang studi lanjut yaitu sebanyak 83,66%. den dosen yaitu sebanyak 77,12% berstatus
Sedangkan responden yang sedang studi dosen tetap yayasan (non PNS) dan se-
lanjut ke jenjang S3 (doktor) hanya sebesar banyak 22,88% berstatus dosen PNS di-
16,34%. Hal ini menunjukkan bahwa minat pekerjakan (Dpk). Hal itu sejalan dengan
dosen untuk meningkatkan jenjang pen- obyek penelitian ini yaitu Perguruan Tinggi
didikannya masih rendah, dan mereka Swata sebagai institusi para dosen bekerja.
merasa sudah cukup puas dengan pen- Hal itu karena PTS memang didirikan dan
368 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 3, September 2018 : 360 – 384

dikelola secara penuh oleh masyarakat (ba- menunjukkan bahwa dengan tingkat pe-
dan hukum yayasan) sehingga pengangkat- ngalaman menjadi dosen sudah cukup
an dosen menjadi wewenang penuh dari tinggi maka para dosen dapat terus me-
yayasan dan pemerintah memberikan ngembangkan pengetahuan, transfer keilmu
bantuan tenaga pengajar dosen PNS (Dpk) an dan keterampilan serta meningkatkan
dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kinerja yang lebih baik.
kemampuan pemerintah dan aturan ke-
pengawaian yang berlaku. Hasil Pengujian Model Struktural GeSCA
Karakteristik responden berdasarkan Model Single Factor
jabatan fungsional akademik menunjukkan Langkah awal sebelum menguji full
bahwa sebanyak 44,44 % responden dosen model adalah dengan menganalisis terlebih
mempunyai jabatan fungsional Lektor dahulu model confirmatory factor analisis
Kepala dan sebanyak 39,87% mempunyai (CFA) masing-masing variabel laten. Ana-
jabatan fungsional lektor. Hal itu sejalan lisis model CFA setiap variabel atau evalu-
dengan kondisi rata-rata usia responden asi unidimensionalitas memiliki tujuan untuk
yang berkisar antara 36-55 tahun. Kondisi mengetahui validitas dan reliabilitas indi-
ini menunjukkan bahwa tingkat kematang- kator. Jika dijumpai indikator dengan load-
an dan pengalaman menjadi dosen sudah ing factor rendah, yaitu bernilai kurang dari
cukup tinggi sehingga jika kinerja dan nilai 0,50, maka indikator tersebut dianggap
pendidikan mereka terus berkembang maka lemah dalam mengukur variabel laten dan
dalam 10 tahun kedepan sangat potensial akan dihilangkan dari model (Igbaria et al.,
untuk bisa mencapai jabatan fungsional 1997 (dalam Wijanto, 2008).
guru besar. Unidimensionalitas adalah syarat yang
Karakteristik responden berdasarkan diperlukan untuk analisis reliabilitas dan
pengalaman atau masa kerja menunjukkan validitas construct (Anderson dan Gerbing,
bahwa sebanyak 45,10% responden mem- 1991 (dalam Ferdinand, 2000)). Model confir-
punyai pengalaman kerja antara 21-30 matory factor analysis (CFA) dapat diguna-
tahun. Hal ini memberikan arti bahwa kan untuk memeriksa unidimensionalitas
komposisi masa kerja yang demikian, dari sebuah variabel. Pada konstruk laten
sebagian besar berada dalam masa kerja dengan hubungan refleksif terhadap indi-
matang, dengan pola penyebaran yang katornya dapat menggunakan goodness of fit
tidak berbeda dengan pola penyebaran usia index (GFI) untuk mengukur kelayakan
dan jabatan fungsional dosen. Kondisi ini model.

Gambar 1
Model Unidimensionalitas Variabel Motivasi
Kinerja Memediasi Pengaruh Komitmen Organisasional ... – Fathorrahman 369

Nilai minimal yang diharapkan untuk Sebagai sebuah model single factor yang
GFI adalah 0,90. Sehingga bila hasil dikonstruk atas 6 indikator, kelayakan
perhitungan GFI 0,90 atau lebih berarti model diukur berdasarkan indeks-indeks
seluruh indikator memiliki reliabilitas yang kelayakan yang diringkas dalam Tabel 2.
bisa diterima. Hair et al., (2010) merekomen- Berdasarkan Tabel 2, kelayakan model
dasikan bahwa bobot faktor di atas 0,5 berdasarkan nilai FIT dan AFIT yang
menunjukkan adanya validasi yang kuat bernilai 69,7% dan 68,9% menerangkan bah-
dari sebuah indikator untuk mengukur wa keragaman total dari struktur hubungan
suatu variabel laten. Berikut hasil-hasil yang dalam model yang dijelaskan oleh keenam
berhubungan dengan kelima variabel yang indikator adalah 69,7%. Berdasarkan hasil
ada pada penelitian ini. perhitungan dengan nilai GFI yang men-
capai 0,994 (nilai lebih dari 0,90), maka
Variabel Motivasi (M) tingkat kecocokan atau kelayakan model ini
Variabel laten motivasi terdiri atas 6 tergolong baik. Sedangkan dari sisi per-
indikator yang mempunyai hubungan re- hitungan nilai SRMR sebesar 0,074 (lebih
fleksif. Gambar berikut adalah hasil analisis kecil dari 0,10) tingkat kecocokan model ini
unidimesionalitas dari motivasi. tergolong sesuai.

Tabel 2
Unidimensionalitas Variabel Motivasi
Indeks Nilai Rekomendasi Hasil Analisis Keterangan
FIT Tidak ada, semakin 0,697 -
tinggi semakin baik
AFIT Tidak ada, semakin 0,689 -
tinggi semakin baik
GFI ≥ 0,90 0,994 Baik
SRMR ≤ 0,10 0,074 Baik
Sumber: data primer, diolah (2015)

Loading factor yang terhitung berkisar Sebagai sebuah model single factor bersifat
0,460 hingga 0,858. Nilai loading factor yang formatif yang dikonstruk atas 3 indikator,
disarankan adalah 0,50 atau lebih, dan salah kelayakan model diukur berdasarkan
satu dari indikator mempunyai nilai 0,460. indeks-indeks kelayakan yang diringkas
Harrington (2009), Tabachnick dan Fidell dalam Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, kelaya-
(2007) memberikan pertimbangan lain bah kan model berdasarkan nilai FIT dan AFIT
wa nilai loading factor sekurang-kurangnya yang bernilai 20,0% dan 18,4% menerang-
adalah 0,32 karena akan memberikan kan bahwa keragaman total dari struktur
konstribusi sebesar 10% (didapatkan dari hubungan dalam model yang dijelaskan
0,322) terhadap variabel laten. Sehingga oleh keempat indikator adalah 20,0%.
perhitungan hasil analisis unidimensi- Khusus pada variabel laten dengan sifat
onalitas variabel motivasi telah memenuhi formatif nilai GFI dan SRMR tidak ada.
syarat. Begitu pula dengan nilai loading factor tidak
ada batasan nilai tertentu yang direkomen-
Variabel Kompetensi (K) dasikan. Berikut ini adalah hasil uji koefi-
Variabel laten kompetensi terdiri atas 4 sien regresi dari masing-masing indikator
sub variabel yang mempunyai hubungan terhadap variabel laten seperti pada Tabel 4.
formatif. Gambar berikut adalah hasil Berdasarkan Tabel 4, Hasil uji koefisien
analisis unidimesionalitas dari kompetensi. regresi pada masing-masing jalur adalah
370 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 3, September 2018 : 360 – 384

signifikan (CR>2). Kompetensi dosen di- dosen lebih kuat dibentuk oleh kompetensi
prediksi melalui kompetensi pedagogik, pedagogik dan kompetensi sosial di-
kompetensi profesional, kompetensi kepri- bandingkan kompetensi profesional dan
badian dan kompetensi sosial. Kompetensi kompetensi kepribadian.

Gambar 2
Model Unidimensionalitas Variabel Kompetensi

Tabel 3
Unidimensionalitas Variabel Kompetensi Dosen
Indeks Nilai Rekomendasi Hasil Analisis Keterangan
FIT Tidak ada, semakin 0,200 -
tinggi semakin baik
AFIT Tidak ada, semakin 0,184 -
tinggi semakin baik
GFI ≥ 0,90 Tidak ada -
SRMR ≤ 0,10 Tidak ada -
Sumber : data primer, diolah (2015)

Tabel 4
Hasil Uji Koefisien Regresi Indikator Kompetensi
Hubungan Estimate SE CR
X21-> KOMPETENSI 0.683 0.013 52.34*
X22-> KOMPETENSI 0.032 0.001 52.34*
X23-> KOMPETENSI 0.153 0.003 52.34*
X24-> KOMPETENSI 0.598 0.011 52.34*
Keterangan: * = signifkan pada α=0.05
Sumber : data primer, diolah (2015)

Variabel Komitmen Organisasional (KO) Sebagai sebuah model single factor yang
Variabel laten komitmen organisasional dikonstruk atas 3 indikator, kelayakan
terdiri atas 3 indikator yang mempunyai model diukur berdasarkan indeks-indeks
hubungan refleksif. Gambar 3 adalah hasil kelayakan yang diringkas dalam Tabel 5.
analisis unidimesionalitas dari komit- men Berdasarkan Tabel 5, kelayakan model
organisasional. berdasarkan nilai FIT dan AFIT yang ber-
Kinerja Memediasi Pengaruh Komitmen Organisasional ... – Fathorrahman 371

nilai 67,7% dan 66,8% menerangkan bahwa Berdasarkan hasil perhitungan dengan
keragaman total dari struktur hubungan nilai GFI yang mencapai 0,981 (nilai lebih
dalam model yang dijelaskan oleh ketiga dari 0,90), maka tingkat kecocokan atau
indikator adalah 67,7%. kelayakan model ini tergolong baik.

Gambar 3
Model Unidimensionalitas Variabel Komitmen Organisasionalonal

Tabel 5
Unidimensionalitas Variabel Komitmen Organisasional

Indeks Nilai Rekomendasi Hasil Analisis Keterangan


FIT Tidak ada, semakin
0,677 -
tinggi semakin baik
AFIT Tidak ada, semakin
0,668 -
tinggi semakin baik
GFI ≥ 0,90 0,981 Baik
SRMR ≤ 0,10 0,091 Baik
Sumber : data primer, diolah (2015)

Sedangkan dari sisi perhitungan nilai Variabel Kinerja (KI)


SRMR sebesar 0,091 (lebih kecil dari 0,10) Variabel laten kinerja dosen terdiri atas
tingkat kecocokan model ini tergolong 4 indikator yang mempunyai hubungan
sesuai. Loading factor yang terhitung ber- refleksif. Gambar 4 berikut adalah hasil
kisar 0,637 hingga 0,832, maka pada ketiga analisis unidimesionalitas dari kinerja
indikator ini terbukti mempunyai validitas dosen. Sebagai sebuah model single factor
dan reliabilitas konstruk yang baik untuk yang dikonstruk atas 4 indikator, kelayakan
komitmen organisasional.

Gambar 4
Model Unidimensionalitas Variabel Kinerja Dosen
372 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 3, September 2018 : 360 – 384

Tabel 6
Unidimensionalitas Variabel Kinerja Dosen
Indeks Nilai Rekomendasi Hasil Analisis Keterangan
FIT Tidak ada, semakin
0,674 -
tinggi semakin baik
AFIT Tidak ada, semakin
0,666 -
tinggi semakin baik
GFI ≥ 0,90 0,986 Baik
SRMR ≤ 0,10 0,094 Baik
Sumber : data primer, diolah (2015)

model diukur berdasarkan indeks-indeks sebesar 0,094 (lebih kecil dari 0.10) tingkat
kelayakan yang diringkas dalam Tabel 6. kecocokan model ini tergolong sesuai.
Berdasarkan Tabel 6, kelayakan model Loading factor yang terhitung berkisar 0,665
berdasarkan nilai FIT dan AFIT yang ber- hingga 0,784, maka pada keempat indikator
nilai 67,4% dan 66,6% menerangkan bahwa ini terbukti mempunyai validitas dan
keragaman total dari struktur hubungan reliabilitas konstruk yang baik untuk kinerja
dalam model yang dijelaskan oleh keempat dosen.
indikator adalah 67,4%.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan Variabel Kepuasan Kerja (KK)
nilai GFI yang mencapai 0,986 (nilai lebih Variabel laten kepuasan kerja terdiri
dari 0,90), maka tingkat kecocokan atau atas 6 indikator yang mempunyai hubung-
kelayakan model ini tergolong baik. an refleksif. Gambar 5 adalah hasil analisis
Sedangkan dari sisi perhitungan nilai SRMR unidimesionalitas dari kepuasan kerja.

Gambar 5
Model Unidimensionalitas Variabel Kepuasan kerja
Kinerja Memediasi Pengaruh Komitmen Organisasional ... – Fathorrahman 373

Sebagai sebuah model single factor yang model berdasarkan nilai FIT dan AFIT yang
dikonstruk atas 6 indikator, kelayakan bernilai 75,7% dan 75,1% menerangkan
model diukur berdasarkan indeks-indeks bahwa keragaman total dari struktur
kelayakan yang diringkas dalam Tabel 7 hubungan dalam model yang dijelaskan
berikut. Berdasarkan Tabel 7, kelayakan oleh keenam indikator adalah 75,7%.

Tabel 7
Unidimensionalitas Variabel Kepuasan kerja
Indeks Nilai Rekomendasi Hasil Analisis Keterangan
FIT Tidak ada, semakin tinggi
0,757 -
semakin baik
AFIT
Tidak ada, semakin tinggi 0,751 -
semakin baik
GFI ≥ 0,90 0,996 Baik
SRMR ≤ 0,10 0,058 Baik
Sumber : data primer, diolah (2015)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan measurement model GeSCA dari masing-


nilai GFI yang mencapai 0,996 (nilai lebih masing indikator variabel.
dari 0,90), maka tingkat kecocokan atau Berdasarkan Tabel 8, measurement model
kelayakan model ini tergolong baik. bertujuan untuk menguji hubungan masing-
Sedangkan dari sisi perhitungan nilai SRMR masing indikator terhadap konstruk laten
sebesar 0,058 (lebih kecil dari 0,10) tingkat yang ada dalam model struktural. Pada
kecocokan model ini tergolong sesuai. hubungan indikator dengan konstruk yang
Loading factor yang terhitung berkisar 0,674 bersifat refleksif bobot faktor iambil dari
hingga 0,850, maka pada keenam indikator nilai loading.
ini terbukti mempunyai validitas dan Indikator dengan nilai loading paling
reliabilitas konstruk yang baik untuk besar menunjukkan bahwa indikator paling
kepuasan kerja. kuat membentuk konstruk laten tersebut.
Pada indikator yang bersifat refleksif,
Measurement Model loading factor bernilai 0,50 atau lebih
Pada penelitian ini model GeSCA menunjukkan bahwa indikator tersebut
mempunyai satu variabel mediasi kinerja memiliki validasi yang baik untuk meng-
pada hubungan komitmen terhadap ke- ukur variabel laten. Hubungan indikator
puasan kerja. Hubungan indikator dengan dengan konstruk yang bersifat formatif
variabel laten, seluruhnya bersifat refleksif. bobot faktor diambil dari nilai weight.
Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan

Tabel 8
Measurement Model GeSCA
Variable Loading Weight SMC
Estimate SE CR Estimate SE CR Estimate SE CR

MOTIVASI AVE = 0.511, Alpha =0.807


Prestasi 0.730 0.038 19.41* 0.233 0.016 14.39* 0.532 0.055 9.69*
Penghargaan 0.740 0.044 17.01* 0.247 0.015 16.09* 0.548 0.063 8.72*
374 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 3, September 2018 : 360 – 384

Pekerjaan 0.587 0.079 7.41* 0.187 0.021 9.13* 0.345 0.090 3.82*
Tanggung Jawab 0.463 0.089 5.19* 0.153 0.028 5.52* 0.215 0.078 2.76*
Kemajuan 0.859 0.025 34.64* 0.283 0.019 15.1* 0.738 0.042 17.44*
Pertumbuhan 0.830 0.029 29.1* 0.269 0.019 14.11* 0.689 0.047 14.66*

KOMPETENSI AVE = 0.000, Alpha =0.857


Pedagogik 0 0 0 0.100 0.279 0.36 0 0 0
Profesional 0 0 0 0.594 0.240 2.47* 0 0 0
Kepribadian 0 0 0 0.342 0.235 1.46 0 0 0
sosial 0 0 0 0.122 0.244 0.5 0 0 0

KOMITMEN
ORGANISAIONAL
AVE = 0.579, Alpha =0.631

Afektif 0.631 0.082 7.65* 0.359 0.045 8.04* 0.398 0.093 4.28*
Keberlanjutan 0.801 0.041 19.76* 0.460 0.033 14.09* 0.641 0.064 9.97*
Normatif 0.835 0.031 27.04* 0.485 0.043 11.38* 0.698 0.051 13.65*

KINERJA AVE = 0.507, Alpha =0.686


Pengajaran 0.778 0.034 23.03* 0.462 0.056 8.32* 0.606 0.053 11.47*
Penelitian 0.552 0.099 5.56* 0.194 0.052 3.71* 0.305 0.100 3.06*
Pengabdian
0.676 0.068 9.98* 0.300 0.042 7.1* 0.457 0.088 5.17*
Masy
Penunjang 0.812 0.042 19.48* 0.408 0.040 10.22* 0.659 0.066 9.93*

KEPUASAN AVE = 0.640, Alpha =0.886


Gaji 0.757 0.036 20.94* 0.214 0.014 15.40* 0.573 0.055 10.35*
Pekerjaan 0.690 0.045 15.50* 0.196 0.015 13.26* 0.476 0.060 7.88*
Pengawasan 0.856 0.021 39.86* 0.232 0.019 12.49* 0.733 0.037 20.02*
Promosi 0.824 0.030 27.11* 0.223 0.015 15.08* 0.679 0.050 13.70*
Rekan kerja 0.836 0.025 32.97* 0.194 0.018 10.86* 0.699 0.043 16.40*
Kondisi kerja 0.825 0.027 30.28* 0.191 0.016 12.27* 0.680 0.045 15.25*
Sumber: data primer, diolah (2015).

Koefisien pada masing-masing indi- kinerja. LVS untuk kinerja dosen dihitung
kator tidak dapat dibandingkan karena dengan fungsi:
tidak bersifat standard. Konstruk laten LVS Kinerja = 0.462ZY1.1 + 0.194ZY1.2 +
dibentuk oleh indikator yang signifikan (CR 0.300ZY1.3 + 0.408ZY1.4
> 2). Sifat hubungan formatif hanya ada LVS kinerja merupakan fungsi penjumlahan
dalam hubungan kompetensi dosen. Per- dari skor indikator kinerja setelah di-
hitungan nilai square multiple correlation standardkan (z score).
(SMC) hanya ada dalam indikator yang Adapun hasil perhitungan structural
bersifat refleksif. Interpretasi dari nilai SMC model GeSCA dengan mediasi adalah seperti
adalah besarnya konstribusi indikator pada Tabel 9 dan Gambar 6. Berdasarkan
dalam membentuk variabel laten. Hasil Tabel 9, hasil uji seluruh koefisien jalur pada
measurement model terfokus pada hasil model adalah signifikan (CR > 2) dengan arah
perhitungan nilai weight pada variabel positif.
Kinerja Memediasi Pengaruh Komitmen Organisasional ... – Fathorrahman 375

Tabel 9
Hasil Struktural Model GeSCA

Pengaruh Langsung Pengaruh tak langsung


Hubungan Sifat
Estimate SE CR Estimate
mediasi
Motivasi -> Kinerja Dosen 0.218 0.081 2.70*
Kompetensi -> Kinerja Dosen 0.396 0.073 5.42*
Komitmen Org. -> Kinerja Dosen 0.190 0.087 2.18*
Mediasi
Komitmen Org. -> Kepuasan Kerja 0.274 0.065 4.24* 0.367
penuh
Kinerja Dosen -> Kepuasan Kerja 0.494 0.076 6.51*
CR* = significant at .05 level
Sumber : data primer, diolah (2015)

Hal itu menunjukkan bahwa kinerja Koefisien jalur 0.494 pada hubungan kinerja
dosen dapat dijelaskan oleh motivasi, terhadap kepuasan kerja adalah signifikan,
kompetensi dan komitmen. Sedangkan sedangkan hasil model tersebut dalam
kepuasan kerja dosen dijelaskan oleh digambarkan dalam model GeSCA berikut
komitmen organisasional dan kinerja dosen. ini.

Gambar 6
Pemodelan GeSCA dengan Mediasi

Pengujian Hipotesis H1: Semakin kuat motivasi dosen akan


Hipotesis yang ada dalam penelitian ini meningkatkan kinerja dosen
berjumlah lima, empat hipotesis pertama
berkaitan dengan pengaruh langsung Koefisien jalur 0,218 (CR=2,70) dari
sedangkan pada hipotesis kelima menyatakan motivasi terhadap kinerja dosen adalah
dugaan bahwa kinerja akan memediasi signifikan dengan arah positif. Kinerja dosen
hubungan komitmen organisasional dengan akan meningkat apabila dosen memiliki
kepuasan kerja dosen. Berikut ini adalah hasil motivasi yang tinggi, sehingga hipotesis H1
uji pada ketiga hipotesis. dalam penelitian ini diterima.
376 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 3, September 2018 : 360 – 384

H2: Semakin kuat kompetensi dosen akan Dari hasil pengujian hipotesis pertama,
meningkatkan kinerja dosen koefisien jalur 0,218 (CR=2,70) dari motivasi
terhadap kinerja dosen adalah signifikan
Koefisien jalur 0,396 (CR=5,24) dari dengan arah positif. Berarti hipotesis
kompetensi dosen terhadap kinerja dosen pertama, yang menyatakan motivasi dosen
adalah signifikan dengan arah positif. berpengaruh positif terhadap kinerja dosen,
Kinerja dosen meningkat apabila dosen terbukti benar atau diterima. Koefisien jalur
memiliki kompetensi yang bagus, sehingga yang bertanda positif, berarti secara teoritis
hipotesis H2 dalam penelitian ini diterima. pengaruh dari motivasi kerja terhadap
H3: Semakin kuat komitmen organisasional kinerja adalah searah. Hal ini meng-
dosen akan meningkatkan kinerja dosen indikasikan bahwa dosen yang memiliki
motivasi kerja tinggi, maka kinerjanya
Koefisien jalur 0,190 (CR=2,18) dari semakin baik. Sebaliknya, dosen yang mem-
komitmen organisasional terhadap kinerja punyai motivasi kerja rendah, maka
dosen adalah signifikan dengan arah positif. kinerjanya semakin rendah atau turun.
Kinerja dosen akan meningkat apabila dosen Indikator promosi atau kemajuan (X.1.5)
memiliki komitmen organisasional yang lebih dengan loading factor 0,859 dan indikator
baik, sehingga hipotesis H3 dalam penelitian pertumbuhan (X.1.6) dengan loading factor
ini diterima. 0,830 menjadi indikator yang dominan
H4: Semakin tinggi kinerja dosen akan dalam merefleksikan variabel motivasi ter-
meningkatkan kepuasan kerja dosen. hadap kinerja dosen bidang penunjang tri
dharma (Y.1.4) dengan loading factor 0,811
Koefisien jalur 0,494 (CR=6,51) dari dan kinerja dosen bidang pengajaran (Y.1.1)
kinerja dosen terhadap kepuasan kerja dosen dengan loading factor 0,778. Hal itu berarti
adalah signifikan dengan arah positif. Dosen bahwa motivasi seorang dosen tercermin
berkinerja kuat akan mempunyai kepuasan dari kuatnya keinginan untuk meningkat-
kerja yang lebih tinggi, sehingga hipotesis H4 kan karier atau promosi ke jabatan
diterima. (fungsional maupun struktural) yang lebih
H5: Semakin kuat komitmen organisasional tinggi. Dengan rata-rata usia responden
dosen akan meningkatkan kepuasan antara usia 36–55 tahun adalah yang
kerja dosen. dominan, yang masih sangat terbuka luas
kesempatan untuk meningkatkan kariernya
Koefisien jalur 0,217 (CR=3,31) dari menjadi pendorong dosen untuk berkinerja
komitmen organisasional terhadap kepuasan lebih baik. Dorongan dari dalam diri dosen
kerja dosen adalah signifikan dengan arah serta dukungan dari organisasional untuk
positif. Dosen dengan komitmen organi- pertumbuhan diri dan peningkatan karier
sasional lebih kuat akan mempunyai kepuas- atau promosi ke jabatan yang lebih tinggi
an kerja yang lebih tinggi, sehingga hipotesis menyebabkan dosen selalu berupaya me-
H5 diterima. nunjukkan atau meningkatkan kinerja yang
lebih tinggi dalam melakukan aktivitas
Pembahasan Hasil Penelitian profesinya melalui peningkatan kinerja
Dari hasil uji hipotesis di atas maka khususnya di bidang penunjang tri dharma
peneliti dapat membahas pengaruh antar perguruan tinggi dan pendidikan peng-
varabel dalam penelitian ini adalah sebagai ajaran. Dari 4 indikator kinerja dosen,
berikut: indikator penunjang tri dharma perguruan
tinggi menjadi indikator utama yang
ditingkatkan kinerjanya oleh dosen. Hal itu
Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja (M karena kegiatan bidang penunjang tri
KI) dharma dan pengajaran merupakan kegiat-
Kinerja Memediasi Pengaruh Komitmen Organisasional ... – Fathorrahman 377

an yang mudah dilakukan dan menjadi Mangkunegara et al., 2005:20) berdasarkan


aktivitas rutinitas sehari-hari dosen. Kondisi hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada
ini sejalan dengan fenomena yang ada hubungan yang positif antara motivasi
bahwa dosen di Indonesia masih banyak dengan pencapaian prestasi. Artinya, karya-
berkecimpung dalam kegiatan pengajaran wan yang memiliki motivasi tinggi cen-
dan penunjang tri dharma serta masih derung memililki prestasi kerja tinggi dan
sangat minim dalam kegiatan penelitian sebaliknya mereka yang prestasi kerjanya
dan pengabdian masyarakat. rendah disebabkan karena motivasinya
Sebagai temuan dari hasil studi ini, rendah. Selanjutnya McClelland (dalam
adalah mendukung penelitian-penelitian Arep dan Tanjung, 2004:93) mengatakan
yang telah dilakukan oleh Newstrom dan bahwa prestasi merupakan sumber dari
Davis (1997:117) bahwa prestasi kerja me- motivasi. Semakin tinggi tingkat motivasi,
rupakan fungsi dari kemampuan (ability) semakin meningkat prestasi kerjanya. De-
dan motivasi. Penilaian prestasi kerja ngan demikian temuan ini dapat diterima
menyangkut penentuan tingkat kontribusi kebenarannya, karena bila setiap dosen
individu atau kinerja yang diekspresikan yang dimotivasi untuk pencapaian kinerja,
dalam penyelesaian tugas-tugas yang maka kinerjanya akan lebih baik.
menjadi tanggung jawabnya. Hasil ini juga Temuan dari hasil studi ini juga sejalan
sejalan dengan hasil penelitian Karatepe dengan hasil penelitian Burdahyat (2009)
and Tekinkus (2006), Anderson dan Butzin hasil penelitiannya menyatakan bahwa
(1974) yang menyatakan bahwa motivasi motivasi perawat pelaksana di Rumah Sakit
internal berpengaruh signifkan terhadap Umum Daerah Sumedang adalah rendah,
kinerja karyawan. sehingga berpengaruh pada kinerja perawat
Temuan dari hasil studi ini juga men- tersebut. Artinya penelitian ini memper-
dukung hasil penelitian dari Orpen (2001) lihatkan adanya hubungan yang signifikan
yang menyatakan bahwa motivasi memiliki antara variabel motivasi dan kinerja, se-
peran yang berbeda dalam mempengaruhi hingga mendukung hubungan antara kedua
kinerja karyawan. Efek ini dimoderasi oleh variabel tersebut. Hubungan yang signi-
kontrol personal. Hasil ini juga sejalan fikan antara kedua variabel ini, maka jika
dengan hasil penelitian dari Kustiningsih motivasi meningkat akan meningkatkan
(2007) yang menyimpulkan bahwa aktivitas kinerja dan sebaliknya.
yang dilakukan oleh para pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaannya perlu men- Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja
dapatkan motivasi atau dorongan untuk (K KI)
dapat bekerja secara efektif dan efisien. Dari hasil pengujian hipotesis kedua,
Faktor-faktor terpenting yang mempunyai koefisien jalur 0,396 (CR=5,24) dari kompe-
pe- ngaruh motivasi adalah kebutuhan-ke- tensi dosen terhadap kinerja dosen adalah
butuhan pribadi, tujuan-tujuan dan per- signifikan dengan arah positif. Berarti hipo-
sepsi-persepsi orang atau kelompok yang tesis kedua, yang menyatakan kompetensi
bersangkutan. Ini berarti bahwa jika para dosen berpengaruh positif terhadap kinerja
pegawai menyukai pekerjaan mereka, dosen, terbukti benar atau diterima. Koefi-
menganggap bahwa tugas mereka penuh sien jalur yang bertanda positif, berarti
tantangan, maka mereka akan berusaha secara teoritis pengaruh dari kompetensi
sekuat tenaga untuk melaksanakan pe- terhadap kinerja adalah searah. Hal ini
kerjaannya dengan antusias. Ini berarti mengindikasikan bahwa dosen yang lebih
bahwa dengan motivasi kerja yang tinggi kompeten bisa mempunyai kinerja yang
maka kinerja akan dapat dicapai. lebih baik. Sebaliknya, dosen yang kurang
Temuan dari hasil studi ini juga sejalan kompeten mempunyai kinerja yang kurang
dengan pendapat McClelland et al. (dalam baik.
378 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 3, September 2018 : 360 – 384

Sub variabel kompetensi profesional Temuan ini juga sejalan dengan Mulyana
(X.2.2) dengan loading factor 0,594 dan (2005) hasil analisisnya menunjukkan bah-
kompetensi profesional (X.2.3) dengan load- wa terdapat hubungan yang positif antara
ing factor 0,342 menjadi sub variabel yang variabel-variabel kemampuan kerja pe-
dominan dalam membentuk variabel gawai, iklim organisasional, dan motivasi
kompetensi. Hal itu berarti bahwa kompe- dengan kualitas pelayanan kesehatan, yang
tensi seorang dosen terbentuk dari kuatnya mengisyaratkan bahwa semakin baik ke-
kompetensi profesional dan kepribadian mampuan kerja, iklim organisasional, dan
dosen dalam menjalankan profesinya. motivasi yang tinggi akan cenderung diikuti
Dengan rata-rata usia responden antara usia oleh terciptanya kualitas pelayanan yang
36-55 tahun adalah yang dominan, maka lebih baik di Rumah Sakit Umum Daerah
masih terbuka luas bagi dosen untuk terus Kota Semarang. Artinya terdapat arah yang
meningkatkan berbagai kompetensi yang positif dan hubungan yang signifikan
harus dimiliki seorang dosen untuk menjadi antara kemampuan dan kinerja pada obyek
dosen yang lebih kompeten dan berkinerja penelitian ini, sehingga mendukung hubu-
lebih baik. Kompetensi yang dimiliki dosen ngan antara kedua variabel tersebut.
khususnya kompetensi profesional dan Hasil temuan ini juga sejalan dengan
kepribadian yang lebih tinggi menyebabkan temuan Kolz et al. (1998), bahwa kemampu-
dosen selalu berupaya meningkatkan an adalah faktor penentu yang paling
kinerja yang lebih tinggi khususnya kinerja penting dari kinerja dan pengaruhnya stabil
dosen bidang penunjang tri dharma (Y.1.4) sepanjang waktu. Akan tetapi hasil ini tidak
dengan loading factor 0,811 dan kinerja sejalan dengan hasil penelitian Schneider,
dosen bidang pengajaran (Y.1.1) dengan 1977 (dalam Chow, 1986), yang berpendapat
loading factor 0,778. Dari 4 indikator kinerja sebaliknya yaitu kemampuan tidak di-
dosen, indikator penunjang tri dharma perlukan saat automatisasi terjadi. Ke-
perguruan tinggi menjadi indikator utama mampuan individu tidak berarti saat rutini-
yang ditingkatkan kinerjanya oleh dosen. sasi oleh mesin telah terjadi. kemampuan
Kompetensi profesional dosen akan sangat tetap akan dibutuhkan untuk mengoperasi-
mendukung kinerja bidang penunjang tri kan mesin, agar tidak sering terjadi human
dharma dan pengajaran dalam menyampai- error yang berakibat fatal.
kan dan mengembangkan materi perkuliah-
an. Sedangkan kompetensi kepribadian Pengaruh Komitmen Organisasional ter-
dosen akan sangat mendukung kinerja hadap Kinerja (KO KI)
bidang penunjang tri dharma dan peng- Dari hasil pengujian hipotesis ketiga,
ajaran sehingga dosen bisa lebih empati dan koefisien jalur 0,190 (CR=2,18) dari komitmen
berpandangan positif terhadap mahasiswa organisasional terhadap kinerja dosen adalah
dan orang lain. signifikan dengan arah positif. Berarti
Hasil penelitian ini sejalan dengan hipotesis pertama, yang menyatakan semakin
penelitian Pitoyo, 2000 (dalam Amelia, kuat komitmen organisasional dosen akan
2009) menunjukkkan bahwa penampilan meningkatkan kinerja dosen, terbukti benar
perawat, kemampuan perawat, motivasi atau diterima. Koefisien jalur yang bertanda
perawat dan gaya kepemimpinan ber- positif, berarti secara teoritis pengaruh dari
hubungan dengan kinerja perawat dalam komitmen organisasional terhadap kinerja
melaksanakan perawatan kesehatan masya- adalah searah. Hal ini mengindikasikan
rakat di Puskesmas, Kabupaten Dati II bahwa dosen yang mempunyai komitmen
Semarang. Artinya ada hubungan variabel organisasional kuat, maka kinerjanya akan
antara kemampuan dan kinerja di Puskes- semakin meningkat. Sebaliknya, dosen yang
mas ini, sehingga penelitian ini mendukung mempunyai komitmen organisasional lemah,
hubungan antara kedua variabel tersebut. maka kinerjanya akan semakin menurun.
Kinerja Memediasi Pengaruh Komitmen Organisasional ... – Fathorrahman 379

Indikator komitmen normative (X.3.2) (2009) menemukan bahwa komitmen organi-


dengan loading factor 0,835 dan komitmen sasional tidak berpengaruh secara signifikan
keberlanjutan dengan loading factor 0,803 terhadap kinerja serta Wiener dan Vardi
menjadi indikator yang dominan dalam (1980) yang menyimpulkan bahwa Komitmen
merefleksikan variabel komitmen organi- organisasional mempunyai hubungan yang
sasional terhadap kinerja dosen bidang tidak jelas dengan kinerja.
penunjang tri dharma (Y.1.4) dengan loading
factor 0,811 dan kinerja dosen bidang Pengaruh Kinerja terhadap Kepuasan kerja
pengajaran (Y.1.1) dengan loading factor 0,778. (KI KK)
Hal itu berarti bahwa komitmen seorang Dari hasil pengujian hipotesis keempat,
dosen tercermin dari kuatnya keinginan koefisien jalur 0,494 (CR=6,51) dari kinerja
untuk tetap bertahan dalam organisasional dosen terhadap kepuasan kerja dosen adalah
dan merasa rugi jika keluar dari organi- signifikan dengan arah positif. Koefisien jalur
sasional masih sangat tinggi. Dengan rata- 0,024 (CR=0,26) dari sistem penghargaan
rata masa kerja responden di atas 21 tahun dosen terhadap kepuasan kerja dosen adalah
dan jabatan fungsional lektor kepala adalah tidak signifikan.
yang dominan, maka keinginan dosen Indikator kinerja dosen bidang pe-
untuk pindah ke pekerjaan lain menjadi nunjang tri dharma (Y.1.4) dengan loading
lebih kecil. Dosen lebih merasa senang factor 0,811 dan kinerja dosen bidang peng-
untuk bertahan di organisasional ini se- ajaran (Y.1.1) dengan loading factor 0,778
hingga menjadi dorongan dari dalam diri terhadap kepuasan kerja dosen akan
dosen untuk meningkatkan meningkatkan pengawasan (Y.2.3) dengan loading factor
kinerja yang lebih tinggi dalam melakukan 0,856 dan kepuasan kerja dosen akan rekan
aktivitas profesinya melalui peningkatan kerja (Y.2.5) dengan loading factor 0,838. Hal
kinerja di bidang pengajaran melalui pe- ini menunjukkan bahwa dosen lebih merasa
ngembangan metode pengajaran yang lebih senang untuk bertahan di organisasional ini
menarik, serta penunjang tri dharma per- sehingga menjadi dorongan dari dalam diri
guruan tinggi melalui keaktifan dalam dosen untuk meningkatkan kinerja yang
kegiatan-kegiatan ilmiah dan akademik lebih tinggi dalam melakukan aktivitas
dosen. profesinya melalui peningkatan kinerja di
Sebagai hasil temuan, maka penelitian ini bidang pengajaran melalui pengembangan
sejalan dengan penelitian Darwito (2008), metode pengajaran yang lebih menarik,
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa serta penunjang tri dharma perguruan
komitmen organisasional berpengaruh positif tinggi melalui keaktifan dalam kegiatan-
terhadap kinerja karyawan. Artinya jika kegiatan ilmiah dan akademik dosen. Di
melihat penelitian tersebut khusus pada samping itu, dosen lebih merasa senang
hubungan variabel komitmen organisasional untuk bertahan di organisasional ini
dan kinerja, maka terdapat hubungan yang sehingga mengindikasikan bahwa dosen
positif dan signifikan. Selain itu penelitian ini merasakan puas berada didalam organi-
juga sejalan dengan Burton (2002), Jaramillo et sasional tersebut sebagai sebuah parameter
al. (2005), dan Sudiro (2008), yang menyata- kepuasan kerja, khususnya kepuasan kerja
kan bahwa komitmen organisasional telah akan pengawasan dan rekan kerja.
berhubungan dengan kinerja organisasional, Sebagai hasil temuan pengaruh kinerja
serta Fathorrahman (2017) yang menyatakan terhadap kepuasan kerja, maka penelitian ini
bahwa dosen yang mempunyai komitmen sejalan dengan penelitian Lawler dan Porter
yang tinggi cenderung kinerjanya lebih tinggi (1967); Siegel dan Bowen, 1971; Stumpf dan
dibandingkan dengan dosen yang mem- Hartman, 1984; Karatepe and Tekinkus (2006);
punyai komitmen yang rendah. Akan tetapi Zimmerman dan Darnold (2009) yang me-
berbeda dengan penelitian Yiing dan Zaman nyatakan bahwa kinerja karyawan akan
380 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 3, September 2018 : 360 – 384

menyebabkan kepuasan kerja, serta Fathor- akan pengawasan dan rekan kerja. Hal itu
rahman (2017) yang menyatakan bahwa mengindikasikan bahwa walaupun dosen
dosen yang mempunyai kinerja yang tinggi mempunyai kebebasan dan otonomi aka-
cenderung lebih puas dibandingkan dengan demik, dia tetap memerlukan pengawasan
dosen yang mempunyai kinerja yang rendah. dan pengarahan dari pimpinan dalam
menjalankan dan mendukung aktifitas pro-
Pengaruh Komitmen Organisasional ter- fesinya. Di samping itu peran dan duku-
hadap Kepuasan kerja (KO KK) ngan dari rekan kerja juga sangat mem-
Dari hasil pengujian hipotesis kedua, bantu dosen dalam menjalankan profesinya.
koefisien jalur 0,217 (CR=3,31) dari komitmen Kondisi ini yang menyebabkan dosen
organisasional terhadap kepuasan kerja dosen merasa harus bertahan dan merasa rugi jika
adalah signifikan dengan arah positif. Berarti harus keluar dari organisasi atau perguruan
hipotesis kedua, yang menyatakan semakin tinggi ini. Sebagai temuan penelitian, maka
kuat komitmen organisasional dosen akan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
meningkatkan kepuasan kerja dosen, terbukti Sudiro, (2008) dan Westover et al., (2010) yang
benar atau diterima. Koefisien jalur yang menyatakan bahwa karyawan yang mem-
bertanda positif, berarti secara teoritis pe- punyai komitmen yang tinggi pada organi-
ngaruh dari komitmen organisasional ter- sasional maka mereka dapat meningkatkan
hadap kepuasan kerja adalah searah. Hal ini kepuasan kerjanya, serta Fathorrahman (2017)
mengindikasikan bahwa dosen yang mem- yang menyatakan bahwa dosen yang mem-
punyai komitmen organisasional kuat, maka punyai komitmen yang tinggi cenderung
kepuasan kerjanya akan semakin meningkat. kepuasannya meningkat. Akan tetapi pe-
Sebaliknya, dosen yang mempunyai komit- nelitian ini berbeda dengan penelitian Yiing
men organisasional lemah, maka kepuasan dan Zaman (2009) menemukan hasil yang
kerjanya akan semakin menurun. sebaliknya bahwa komitmen organisasional
Indikator komitmen normatif (X.3.2) mempunyai pengaruh signifikan negatif
dengan loading factor 0,835 dan komitmen terhadap kepuasan kerja.
keberlanjutan dengan loading factor 0,803
menjadi indikator yang dominan dalam Variabel Kinerja Memediasi Pengaruh
merefleksikan variabel komitmen organi- Komitmen Organisasional Terhadap Ke-
sasional terhadap kepuasan kerja dosen puasan kerja (KO KI KK)
akan pengawasan (Y.2.3) dengan loading Di samping hasil temuan dari ketiga
factor 0,856 dan kepuasan kerja dosen akan hipotesis di atas, maka penelitian ini juga
rekan kerja (Y.2.5) dengan loading factor 0,838. menemukan peranan variabel kinerja sebagai
Hal itu berarti bahwa komitmen seorang variabel mediasi dari pengaruh komitmen
dosen tercermin dari kuatnya keinginan organisasional terhadap kepuasan kerja
untuk tetap bertahan dalam organisasional dosen. Koefisien jalur 0,367 menunjukkan
dan merasa rugi jika keluar dari organi- bahwa variabel kinerja sebagai variabel
sasional masih sangat tinggi. Dengan rata- mediasi pengaruh komitmen organisasional
rata masa kerja responden diatas 21 tahun terhadap kepuasan kerja dosen adalah signi-
dan jabatan fungsional lektor kepala adalah fikan dengan arah positif. Hasil uji me-
yang dominan, maka keinginan dosen nerangkan bahwa kinerja bersifat full inter-
untuk pindah ke pekerjaan lain menjadi vening terhadap hubungan komitmen organi-
lebih kecil. Dosen lebih merasa senang sasional dengan kepuasan kerja dosen.
untuk bertahan di organisasional ini se- Penelitian ini juga menemukan peran
hingga mengindikasikan bahwa dosen variabel kinerja sebagai variabel mediasi
merasakan puas berada didalam organi- hubungan antara komitmen organisasional
sasional tersebut sebagai sebuah parameter dengan kepuasan kerja. Komitmen dipaha-
kepuasan kerja, khususnya kepuasan kerja mi sebagai niat karyawan untuk terus
Kinerja Memediasi Pengaruh Komitmen Organisasional ... – Fathorrahman 381

bekerja dalam organisasional (Meyer dan hasil studi ini dapat bermanfaat untuk
Allen, 1997). Artinya bagi karyawan yang digunakan sebagai bahan acuan bagi pe-
mempunyai komitmen organisasional yang nelitian dengan obyek yang sama namun
tinggi terhadap organisasional maka dia variabel maupun indikator yang lebih di-
akan berkinerja lebih baik yang selanjutnya sempurnakan lagi, serta dapat memperluas
akan merasakan kepuasan kerja yang lebih cakupannya tidak hanya pada perguruan
baik, sebaliknya jika tidak maka dia akan tinggi swasta di Malang, tetapi meliputi
berkinerja kurang baik yang selanjutnya seluruh perguruan tinggi swasta di Jawa
akan merasakan kepuasan kerja kurang Timur. Di samping itu hubungan variabel
baik. Hasil penelitan ini mengindikasikan kinerja dan kepuasan kerja sangat menarik
bahwa Kepuasan kerja akan semakin me- untuk diadakan penelitian lebih lanjut
ningkat pada dosen yang mempunyai komit- terutama untuk melihat pengaruh bolak balik
men organisasionalonal yang tinggi dan (resiprokal) sehingga memperkaya studi-
dosen yang berkinerja baik. Sebaliknya bagi studi berikutnya.
dosen yang kurang berkinerja baik tidak serta
merta langsung mempunyai kepuasan kerja DAFTAR PUSTAKA
yang tinggi. Hal inilah yang menunjukkan Allen, N. J. dan J. P. Meyer. 1990. The
bahwa variabel kinerja menjadi variabel Measurement and Antecedents of Affec-
mediator hubungan antara komitmen tive, Continuance, and Normative Com-
organisasional dengan kepuasan kerja. mitment to Organization. Journal of
Sebagai hasil temuan pengaruh kinerja Occupational Psychology 63(1): 1–18.
sebagai variabel mediasi dari pengaruh Amelia, Rina. 2009. Pengaruh Motivasi
komitmen organisasional terhadap kepuasan Berpretasi Terhadap Kinerja Perawat
kerja, maka penelitian ini sejalan dengan Dalam Asuhan Keperawatan Pasien di
penelitian Bono et al. (2001). Rumah Sakit Jiwa Di Medan Propinsi
Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.
SIMPULAN DAN SARAN id/bitstream/123456789 /6657/7/Chapter%
Simpulan 20I.pdf. Diakses tanggal 8 januari 2013
Berdasarkan latar belakang masalah, Anderson, N. H., dan Butzin, C. A. 1974.
rumusan masalah, tujuan studi, hipotesis, Performance = Motivation × Ability: An
pembuktian hipotesis dan pembahasan yang integration-theoretical analysis. Journal
telah dilakukan, maka dari hasil studi ini of Personality and Social Psychology, 30(5):
dapat disusun simpulan sebagai berikut: 598-604. http://dx.doi.org/10.1037/h0037
Motivasi, Kompetensi, dan komitmen organi- 447. Diakses 20 januari 2012.
sasional masing-masing berpengaruh signi- Arep, I. dan Tanjung, H. 2004. Manajemen
fikan positif terhadap kinerja dosen PTS di Motivasi. PT. Grasindo. Jakarta.
Malang, sedangkan kinerja dan komitmen Ayobami, P. Akanbi. 2013. Impact of
organisasional masing-masing berpengaruh Globalization on Human Resource
signifikan positif terhadap kepuasan kerja Practices in a Manufacturing Firm in
dosen PTS di Malang. Di samping itu, kinerja Nigeria. European Journal of Business and
memediasi penuh pengaruh komitmen Management 5(6): 2013
organisasional terhadap kepuasan kerja dosen Benkhoff, B. 1997. Ignoring commitment is
PTS di Malang. costly: New approaches establish the
missing link between commitment and
Saran performance’. Human Relations. 50: 701-
Berdasarkan simpulan yang telah di- 726.
lakukan dalam penelitian ini, maka selanjut- Bono, J. E., T. A. Judge, C. J. Thoresen, dan G.
nya peneliti dapat menyampaikan saran bagi K. Patton. 2001. The Job Satisfaction-Job
para peneliti selanjutnya diharapkan bahwa Performance Relationship: a Qualitative
382 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 3, September 2018 : 360 – 384

and Quantitative Review. Psycological Mediator and Moderator Variable


Bulletin 127(3): 376-407. Between Organizational Commitment
Burdahyat. 2009. Hubungan Budaya Anda Job Satisfaction of Lecturers at
Organisasional Dengan Kinerja Perawat Private Colleges in East Java Indonesia,
Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap Russian Journal of Agricultural and Socio-
Rumah Sakit Umum Daerah Sume- Economic Sciences 10(70): 150-159.
dang. Tesis. Universitas Indonesia. Ferdinand, A. 2000. SEM-Structural Equa-
Depok. tion Modeling AMOS 4.0. Penerbit
Burton, E., Gene. 2002. A Comparison of Universitas Diponegoro. Semarang.
Corporate Environments and Characte- Gibson, James L., James H, Donnelly Jr. dan
ristics’. Human Systems Management Ivancebich, John M. 1996. Organi-
8(2): 167-73. sational Behavior, structure, process. 8th
Brayfield, A. H. dan W. H. Crockett. 1955. Edition. Alih bahasa: Adiardini, Editor
Employee Attitudes and Employee Saputa. Binarupa Aksara Jakarta.
Performance. Psychological Bulletin 52(5): Greenberg, J., dan Baron, R.A. 2000. Behavior
396-424. in organizations: Understanding and
Chen, Z. X. dan C. Francesco. 2003. The managing the human side of work (5th
Relationship between the Three Compo- Ed.), Upper Saddle River, NJ: Prentice
nents of Commitment and Employee Hall.
Performance in China. Journal of Vacati- Gunz, H. P. dan S. P. Gunz. 1994. Professi-
onal Behaviour 62(3): 490-510. onal/Organizational Commitment and
Chen, L. Y. 2004. Examining the effect of Job Satisfaction for Employed Lawyers.
organization culture and leadership Human Relations 47(7): 801-828.
behaviours on organizational commit- Handoko, T., H., 1998, Manajemen Personalia
ment, job satisfaction and job per- Dan Sumber Daya Manusia. BPFE.
formance at small and middle-sized Yogyakarta.
firms of Taiwan. Journal of American Harrington, D. 2009. confirmatory factor
Academy of Business, 5(1-2): 432-8. analysis, Oxford University Press, USA
Chow, L. S. 1986. Automatic Detection, Herzberg, F., B. Mausner, R. O. Peterson, dan
Consistent Mapping, and Training D. F. Capwell. 1957. Job Attitude: Review of
Originally. http://cogprints.org/2959/1/ Research and Opinion, Pittsburgh PA,
Automaticity.pdf diakses tanggal 10 Psychological service of Pittsburgh.
januari 2013 Jaramillo F., J. P. Mulki, dan G. W. Marshall.
Darwito. 2008. Analisis Pengaruh Gaya 2005. A Meta-analysis of the Relationship
Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja between Organizational Commitment
dan Komitmen Organisasional untuk and Salesperson Job Performance: 25
Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi Years of Research. Journal of Business
pada RSUD Kota Semarang). Tesis. Research 58(6): 705-714.
Universitas Diponegoro. Semarang. Joseph F. Hair, Jr. William C. Black. Barry
DeCotiis, T. A. dan T. P. Summers. 1987. A J. Babin. Rolph E. Anderson. 2010.
Path Analysis of a Model of the Ante- Multivariate Data Analysis, Seventh
cedents and Consequences of Organi- Edition. Pearson Prentice Hall.
zational Commitment. Human Relations J. W. Newstrom and K. Davis 1997.
40(7): 445-470. “Organizational Behavior,” 10th Edi-
Dowling, W. F. 1975. Conversation with tion, Mc. Graw-Hill, New York.
George C. Homans. Organizational Dyna- Karatepe M. O. dan M. Tekinkus. 2006. The
mics Autums: 34-54. Effects of Work Family Conflict, Emoti-
Fathorrahman. 2017. The Impact of Job onal Exhaustion, and Intrinsic Motivation
Performance and Reward System As a on Job Outcomes of Front Line Emplo-
Kinerja Memediasi Pengaruh Komitmen Organisasional ... – Fathorrahman 383

yees. International Journal of Bank Meyer, J. P. dan N. J. Allen. 1997. Commitment


Marketing 24(3): 173-193. in the Workplace: Theory, Research, and
Knoop, R. 1995. Relationships among Job Application. Thousand Oaks, CA: Sage
Involvement, Job Satisfaction and Publication, Inc.
Organizational Commitment for Nurses. Miller, R. I. 1980. Appraising Institutional
The Journal of Psychology 129(6): 643-649. Performance, Improving Academic Mana-
Kolz, Arno, R., Lynn, A. Mc Farland and gement. John Wiley and Sons. USA.
Stanley B. Silverman. 1998. Cognitive Mulyana, D. A. 2005. Studi Tentang Ke-
Ability and Job Experience as Predictor mampuan Kerja, Iklim Organisasional,
of Work Performance. The Journal of dan Motivasi Terhadap Kualitas
Psychology 132(5): 539-548. Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit
Kustiningsih. 2007. Pengaruh Motivasi dan Umum Daerah Kota Semarang. Tesis.
Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Ketata- Universitas Diponegoro. Semarang.
usahaan di Sekolah Menengah Pertama Orpen, C. 2001. Interactive effects of work
(SMP). Pelatihan Jardiknas Kabupaten motivation and personal control on
Boyolali. employee job performance and satis-
Laffaldano, M. T. dan P. M. Muchinsky. 1985. faction. Journal of Social Psychology
Job Satisfaction and Job Performance: A 134(6): 855-6.
Meta-analysis. Psychological Bulletin 97(2): Orpen, C. 1986. The effect of job perfor-
251-273. mance on the relationship between job
Lawler, E. E. dan L. W. Porter. 1967. The Effect satisfaction and turnover. Journal of
of Performance on Job Satisfaction. social psychology 126(2): 277-8
Industrial Relations, a Journal of Economy Palumbo V. Mark, C. E. Miller, dan V. L.
and Society 7(1): 20-28. Shalin. 2005. The Impact of Job
Lee, T. W. dan R. T. Mowday. 1987. Knowledge in the Cognitive Ability-
Voluntarily Leaving an Organization: An Performance Relationship. Applied HRM
Empirical Investigation of Steers and Research 10(1): 13-20.
Mowday’s of Turnover. Academy of Permenpan Nomor 17 Tahun 2013, tentang
Management Journal 30(4): 721-743. Jabatan Fungsional Dosen dan Angka
Locke, E. A. 1970. Job Satisfaction and Job Kreditnya, Berita Acara Republik
Performance: A Theoretical Analysis. Indonesia Tahun 2013 Nomor 466.
Organizational Behaviour and Human Petty, M. M., G. W. McGee, dan J. W.
Performance 5(5): 484-500. Cavender. 1984. A Meta-Analysis of the
Luthans, Fred. 1992. Organizational Behavior, Relationships between Individual Job
Sixth Edition, Singapore: Mc Grow Hill Satisfaction and Individual Performance.
Book Co. Academy of Management Review 9(4): 712-
Mangkunegara, A.A., Anwar, Prabu. 2005. 721.
Manajemen Sumber Daya Perusahaan, Robbins, Stephen P. 2003. Organizational
Bandung: Remaja Rosda Karya. Behavior: New Jersey: Printice Hall, Inc
Martin, T. N. dan M. S. O’Laughlin. 1984. upper Saddle River.
Predictors of Organizational Commit- Roethlisberger, F. J. dan W. J. Dickson. 1939.
ment: The Study of Part-time Army Management and the Worker. Harvard
Reservists. Journal of Vocational Behavior University Press, Cambridge, MA.
25(3): 270-283. Sallis, E. 2002. Total Quality Management in
Mehta, K. Arvinder. 2014. Impact of Education. Kogan Page Limited.
Performance Appraisal system on London.
Employee Motivation. Abhinav Publi- Schwab, D. P. dan L. L. Cummings. 1970.
cation 3(6): June 2014 Theories of Performance and Satisfaction:
384 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 3, September 2018 : 360 – 384

A Review. Industrial Relations: A Journal of Wibowo. 2009. Manajemen Kinerja. Edisi


Economy and Society 9(4): 408-430. Kedua. Rajawali Pers. Jakarta.
Siegel, J. P. dan D. Bowen. 1971. Satisfaction Wiener, Y. dan Y. Vardi. 1980. Relationships
and Performance: Causal Relationships between Job, Organization, and Career
and Moderating Effects. Journal of Commitment and Work Outcomes – An
Vocational Behavior 1(3): 263-269. Integrative Approach. Organizational
Steers, R. M. 1999. Efektivitas Organisasional. Behavior and Human Performance 26(1): 81-
Erlangga. Jakarta. 96.
Stumpf, S. A. dan K. Hartman. 1984. Wijanto, S. 2008. Structural Equation Model-
Individual Exploration to Organizational ling dengan Lisrel 8.8. Graha Ilmu,
Commitment or Withdrawal. Academy of Yogyakarta
Management Journal 27(2): 308-329. Young, B. S., S. Worchel, dan D. J. Woehr.
Sudarmasto. 2005. Analisis Pengaruh Struk- 1998. Organizational Commitment
tur Organisasional, Kepemimpinan among Public Service Employees. Public
Transformasional, Kepemimpinan Personnel Management 27(3): 339-348.
Transaksional, Nilai-Nilai Budaya dan Yiing, L. H. dan K. Zaman Bin Ahmad. 2009.
Motivasi terhadap Kinerja individual The Moderating Effects of Organizational
peneliti pada unit pelayanan teknis Culture on the Relationships between
Riset di Departemen Perindustrian. Leadership Behaviour and Organi-
Disertasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu zational Commitment and between
Politik, Universitas Indonesia. Depok. Organizational Commitment and Job
Sudiro, A. 2008. Pengaruh Timbal Balik antara Satisfaction and Performance. Leadership
Kepuasan Kerja dengan Kepuasan & Organization Development Journal 30(1):
Keluarga dan Komitmen Kerja serta 53-86.
Dampaknya terhadap Prestasi Kerja dan Zimmerman, R. D. dan T. C. Darnold. 2009.
Karier Dosen. Jurnal Manajemen dan The Impact of Job Performance on
Kewirausahaan 10(1): 38-49. Employee Turnover Intentions and the
Tabachnick, B. G., dan Fidell, L. S. 2007. Voluntary Turnover Process: A Meta-
Using Multivariate Statistics 5th ed. analysis and Path Model. Personnel
New York Allyn and Bacon. Review 38(2): 142-158.
Vroom, V. H. 1964. Work and Motivation.
Wiley. New York.
Westover, J. H., A. R. Westover, dan L. A.
Westover. 2010. Enhancing Long-term
Worker Productivity and Performance:
The Connection of Key Work Domains to
Job Satisfaction and Organizational
Commitment. International Journal of
Productivity and Performance Management
59(4): 372-387.

Das könnte Ihnen auch gefallen