Sie sind auf Seite 1von 10

Ecogreen Vol. 1 No.

1, April 2015
Halaman 55 – 64
ISSN 2407 - 9049

ANALISIS PENGEMBANGAN AGROFORESTRI DI KECAMATAN


LASALIMU KABUPATEN BUTON

Safril Kasim dan Aminuddin Mane Kandari


Program Studi Ilmu Lingkungan, FHIL Universitas Halu Oleo

Correspondence Author Email : Safrilkasim1970@gmail.com

ABSTRACT

Agroforestry developmet analysis in Lasalimu Regency, Buton District, Southeast Sulawesi province aimed to evaluate existing
agroforestry system that has been implemented by local farmers in this area and to provide land use development strategy based on
socio economic and land suitability evaluation. Focus Group Discussion (FGD) with local farmers was carried out in Prediagnosis and
Diagnosis Phase in order to explore problems and constrains that faced by stakeholders. While Land Suitability Analysis was conducted to
develop a proper land use in accordance with its suitability classes. This study found that there are two agroforestry systems based on the
existing components, namely agrisilviculture and agrisilvopastura. Problems and constraints encountered by local farmers were lack of
education, lack of skills, especially in silviculture aspect, low agribusiness management skill and low acsess to financial sources. Land
suitability analysis showed that in general,land suitability ratings for woody crops and perennial crops were categorized as moderately
suitable (S2), marginally suitable (S3) and Not Suitable (NS) while those for annual crops / non rice food crops were categorized as
marginally suitable (S3) and Not Suitable (NS). The study also found that there are significant land area that are suitable for livestock
development through agrosilvopasture system. In conclusion, agroforestry system can be potentially implemented in Lasalimu Regency
with on the improvement of local farmers’s capacity and the development of appropriate technology.

Key words: agroforestry, focus group discussion, land suitability, land development.

PENDAHULUAN dengan tanaman pertanian dan/atau


hewan(ternak) dan/atau ikan, yang
Pengembangan sistem agroforestri
dilakukan pada waktuyang bersamaan atau
mempersyaratkan suatu perencanaan yang
bergiliran sehinggaterbentuk interaksi
sistematis dan menyeluruh sebagai kerangka
ekologis dan ekonomis antarberbagai
acuan pada tahapan implementasi. Hal ini
komponen yang ada (Lundgren danRaintree,
disebabkan karena sistem agroforestri
1982).
mempunyai karakter yang sangat khusus
Pengembangan sistem agroforestri
dimana salah satu komponen penyusunnya
modern memerlukan strategi dan cara yang
adalah tanaman hutan (pohon berkayu).
tepat, sehingga perlu diketahui potensi dan
Adanya komponen pepohonan menyebabkan
kualitas lahan melalui evaluasi kesesuain
sistem agroforestri tidak mudah diubah dan
atau kemampuan lahan (Harjowigeno dan
diganti dalam waktu yang singkat. Demikian
Widiatmaka, 2001).Untuk itulah diperlukan
pula perubahan sistem agroforestri dan atau
suatu desain yangmerupakan proses
perubahan/perbaikan komponen sistem
merumuskan, secara spasialdan temporal
agroforestri tidak dapat dilakukan secara
penggunaan lahan dan melihatkemungkinan
insidentil dan tidak terencana dengan alasan
terbaik dari segi ekologi, ekonomi dan sosial,
yang sama. Pengembangan sistem
(Wojtkowski, 2002).
agroforestri dengan tanpa perencanaan yang
Sistem Agroforestri merupakan
sistematis dan menyeluruh akan
kearifan lokal masyarakat yang telah sejak
menyebabkan kehilangan nilai ekonomi
lama berkembang. Masyarakat di Kecamatan
yang sangat besar. Demikian pula dengan
Sorawolio, Kota Baubau menerapkan sistem
kerugian waktu dan tenaga (Widianto et al,
agroforestri sederhana sebagai sumber
2003).
pangan dan kebutuhan kayu. Sistem ini
Agroforestri adalah suatu
mampu meminimalisir tingkat erosi di DAS
sistempenggunaanlahan, yang secara
Baubau (Kasim, 2012). Demikian pula, studi
terencana dilaksanakan padasatu unit lahan
kasus di Kecamatan Indrapuri, Kabupaten
dengan mengkombinasikantumbuhan
Aceh Besar menunjukkan bahwa sistem
berkayu (pohon, perdu, palem, bambudll.)
agroforestri secara ekonomis layak untuk
Analisis Pengembangan Agroforestry – Safril Kasim & Aminuddin MK

diusahakan dan dapat berproduksi optimal rancangan & evaluasi, perencanaan dan
serta dapat berfungsi konservatif jika implementasi. Untuk kebutuhan penelitian
dikembangkan sesuai dengan Kelas ini, maka metode D&D yang diimplentasikan
Kemampuan Lahan (Bukhari dan Febryano, hanya pada tahap pre-diagnosa, diagnosa,
I.G, 2010). serta menyusun rancangan pengembangan
Kecamatan Lasalimu merupakan salah agroforestri.
kecamatan di Kabupaten Buton dimana Untuk kebutuhan melakukan
masyarakatnya memiliki kearifan lokal prediagnosa dan diagnosa masalah
dalam mengembangkan pola agroforestri pengembangan agroforestri dilakukan
sederhana. Pola tanam agroforestri yang melalui metode Focus Group Discussion
diterapkan oleh masyarakat dapat (FGD) bersama petani, PPL dan Dinas
ditingkatkan menjadi sistem agroforestri Pertanian Kabupaten Buton. Sementara
modern yang didasarkan pada kesesuaian untuk kebutuhan menyusun rancangan
potensi lokal, baik potensi agroklimat pengembangan lahan agroforestri dilakukan
maupun kesesuaian ekonomi, sosial dan Analisis Kesesuaian Lahan. Rekomendasi
budaya. pengembangan sistem agroforestri disusun
Berdasarkan uraian tersebut, maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
diperlukan suatu penelitian yang bertujuan sosial ekonomi sesuai dengan hasil FGD dan
untuk menyusun desain pengembangan hasil analisis kesesuaian lahan.
agroforestri berdasarkan potensi kesesuaian Untuk kebutuhan analisis kesesuaian
lahan dengan komoditas yang lahan, pengambilan sampel tanah dilakukan
dikembangkan, serta analisis preferensi pada beberapa unit lahan terpilih
masyarakat lokal. Hasil penelitian ini berdasarkan peta unit lahan. Sampel tanah
diharapkan dapat berguna dalam membantu kemudian dianalisis di Laboratorium Ilmu
petani di Kecamatan Lasalimu Kabupaten Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Buton didalam memilih dan Haluoleo.
mengembangkan sistem agroforestri dan Analisis data yang digunakan adalah :
menjadi salah satu referensi bagi Pemerintah (i) Analisis deskriptif kualitatif yang
Kabupaten Buton didalam upaya digunakan untuk mendeskripsikan
mengembangkan produktivitas pertanian penggunaan lahan existing dan berbagai
dalam arti luas. permasalahan dan potensi pengembangan
sistem agroforestri di Kecamatan Lasalimu
METODE PENELITIAN (ii) Analisis Kesesuaian Lahan yang
digunakan untuk menilai kesesuaian
Penelitian ini dilaksanakan di
agroklimat dengan rencana pengembangan
Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton
komoditas dalam sistem agroforestri.
Provinsi Sulawesi Tenggara pada Bulan Juni-
Oktober 2014.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian menggunakan diagnostic
tools of agroforestry yang dikembangkan oleh Tahap Pre-diagnostic dan Diagnostic
ICRAF, yang kemudian dikenal sebagai Sistem Agroforestri dan Jenis Tanaman yang
Diagnotic and Design Approach(D&D). D&D Diusahakan
adalah suatu metodologi yang digunakan Berdasarkan hasil Focus Group
untuk mengungkap permasalahan Discussion (FGD) yang dilakukan bersama
penggunaan lahan serta untuk menyusun kelompok tani di Kecamatan Lasalimu, pada
rancangan pemecahannya dalam sistem pre-diagnosis sebagai tahap awal D&D, maka
agroforestri (Lundgren danRaintree, 1982). diperoleh hasil sebagaimana dapat dilihat
Metode D&D terdiri dari lima langkah pada tabel 1 berikut :
dasar, yaitu: pre-diagnosa, diagnosa,

56
Ecogreen Vol. 1(1) April 2015, Hal. 55 - 64

Tabel 1. Sistem Agroforestry dan Jenis Tanaman/Ternak yang Diusahakan


No Sistem Agroforestry Jenis Tanaman Pola Tanam
1 Agrisilvicultur Mahoni, Jati Lokal, Jarak tanam tidak teratur (Mixed
Jagung dan Padi cropping), Tanaman Mahoni
Ladang sebagai tanaman pagar, Tanaman
Jati ditanam secara mengelompok,
Tanaman padi ladang dan jagung
sebagai tanaman utama.
2 Agrosilvopastura Mahoni, Bitti, Jati, Jarak tanam tidak teratur (Mixed
Jagung, Padi Ladang, cropping), Tanaman Mahoni
dan Ternak Sapi sebagai tanaman pagar, Tanaman
Jati ditanam secara mengelompok,
Tanaman padi ladang dan jagung
sebagai tanaman
utama.

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dengan tanaman lainnya, pertimbangan


dilihat bahwa terdapat 2 (dua) sistem petani adalah karena umumnya setelah
agroforestry yang diterapkan oleh tanaman jati berumur 6-8 tahun, tidak ada
masyarakat di Kecamatan Lasalimu yang lagi jenis tanaman yang bisa ditumpangsari
berada, yaitu : Sistem agrisilviculture dan atau disisip ditengah tegakkan jati,
Sistem agrosilvopastura. Adapun disebabkan oleh lahan yang ditumbuhi jati
pertimbangan petani dalam memilih menjadi tanah yang miskin hara dan
komoditas tersebut karena tanaman yang cenderung mematikan bagi tanaman lainnya.
diusahakan sejak lama oleh keturunan Sistem agrosilvopastura yang
mereka, kemudahan memperoleh diterapkan memiliki komponen penyusun,
bibit/benih tanaman, mudah dibudidayakan, pertimbangan memilih komoditas dan pola
kecocokan lahan dan ketersediaan air serta tanam yang hampir sama dengan
untuk memenuhi kebutuhan sendiri akan agrisilviculture, kecuali tambahan pada input
bahan papan dan pangan dan kemudahan ternak sapi potong kedalam sistem. Pada
dalam pemasaran dan nilai ekonomi jangka sistem agrisilviculture, tanaman pangan
panjang, khususnya bagi tanaman menjadi komoditas utama dan menjadi
kehutanan. andalan didalam memenuhi kebutuhan
Pola tanam yang diterapkan adalah keluarga. Sementara pada sistem
pola tanam tradisional atau pola tanam agrosilvopastura, selain tanaman pangan,
campur (mixed cropping). Sebagian besar ternak sapi potong menjadi andalan utama
tanaman kehutanan digunakan sebagai yang diharapkan petani untuk memenuhi
tanaman pagar, sebagian lainnya, seperti jati kebutuhan ekonomi keluarga jangka
lokal ditanam mengelompok tanpa adanya menengah.
tanaman lain. Pola penggunaan tanaman Tujuan, Alokasi Sumberdaya, Teknologi dan
kehutanan sebagai tanaman pagar Strategi Produksi
dimaksudkan disamping sebagai pelindung Tujuan pengembangan tanaman
dari hama, juga untuk tidak menaungi kehutanan pada sistem agroforestry yang
tanaman pangan dan atau hortikultura pada diterapkan masyarakat Kecamatan Lasalimu
saat tanaman hutan (pohon) tersebut adalah : (1) Mencukupi kebutuhan kayu
berkembang menjadi tanaman dewasa dan untuk bahan pembuatan rumah dan pagar,
tua. Khusus tanaman jati yang ditanam perabot rumah tangga (meja, kursi, lemari);
secara mengelompok tanpa ditumpangsari (2) Dijual kepada masyarakat lokal

57
Analisis Pengembangan Agroforestry – Safril Kasim & Aminuddin MK

kecamatan yang membutuhkan; (3) Dijual Penilaian kelas kesesuaian lahan didasarkan
kepada pengusaha meubel di Kota Baubau. pada metoda dari Reconnaissance Land
Tujuan pengembangan tanaman pangan dan Resource Surveys, Atlas Format Procedures
hortikultura adalah: (1) Memenuhi (CSR/FAO, 1983) yang telah direvisi oleh
kebutuhan pangan keluarga; dan (2) dijual Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat
kepada tengkulak dan hasil dari penjualan Bogor pada tahun 1994 (Sitorus, S.R.P.,
digunakan untuk membiayai kebutuhan 1995). Penilaian dilakukan pada penilaian
keluarga lainnya. Sementara pengembangan kelas kesesuaian lahan saat sekarang (Actual
ternak sapi adalah : (1) Dijual untuk Suitability). Dengan usaha perbaikan yang
memenuhi kebutuhan pendidikan anak dan diperlukan untuk pengembangan (I =
atau kebutuhan jangka menengah/panjang Improvements), maka diperoleh kelas
lainnya; (2) Dikembangkan untuk menjadi kesesuaian lahan potensial (Potential
bibit (sapi betina). Secara detail, tujuan, Suitability).Jenis komoditas yang dipilih
alokasi sumberdaya, teknologi yang disesuaikan dengan keadaan fisik lingkungan
diterapkan dan strategi produksi masyarakat daerah dan prioritas yang diperlukan oleh
dapat dilihat pada tabel 2. pemerintah dan masyarakat setempat sesuai
Masalah, Tantangan dan Keterbatasan Petani hasil FGD.
Pada tahap diagnosis dimaksudkan Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman
untuk memperoleh gambaran tentang Pangan
masalah, hambatan dan keterbatasan yang Tabel 4 berikut menggambarkan hasil
dimiliki oleh petani didalam analisis kesesuaian lahan komoditas
mengembangkan sistem agroforestry pada Agroforestri di Kecamatan Lasalimu
lahan mereka. Dalam hal ini masalah Kabupaten Buton. Berdasarkan tabel 4
diartikan sebagai kendala petani yang terkait tersebut diatas menujukkan bahwa Kelas
dengan budidaya dan proses produksi Kesesuaian lahan potensial untuk beberapa
(misalnya : kondisi lahan, kondisi iklim, dll), jenis tanaman pertanian (pangan) seperti
hambatan dimaksudkan sebagai tantangan kedelai, kacang tanah dan ubi kayu
yang dihadapi oleh petani terkait dengan menempati Kelas Kesesuaian S2 (sesuai) dan
kondisi eksternal diluar petani (misalnya: S3 (cukup sesuai) dengan luasan yang cukup
akses permodalan, akses pemasaran, dll) dan significant. Sementara jenis-jenis tanaman
keterbatasan diartikan sebagai kondisi seperti padi ladang dan jagung
keterbatasan yang terkait diri petani memperlihatkan Kelas Kesesuaian N1(Tidak
tersebut dan keluarganya (misalnya : Tingkat Sesuai) dan N2 (Sangat Tidak Sesuai). Hal
Pendidikan, Tingkat Pendapatan Keluarga, tersebut mengindikasikan bahwa beberapa
dll). jenis pengembagan tanaman pangan yang
Secara detail, gambaran tentang dapat diorientasikan untuk kebutuhan
masalah, tantangan dan keterbatasn petani komersil dan dapat diintegrasikan kedalam
dapat dilihat pada tabel 3. sistem agroforestri adalah tanaman yang
Tahap Desain dan Pengembangan memiliki kesesuaian S2 (sesuai) dan S3
Analisis Kesesuaian Lahan (cukup sesuai).
Metode penilaian Kelas Kesesuaian Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman
Lahan (Land Suitability) merupakan salah Hortikultura
satu metode yang digunakan untuk menilai Hasil Kelas Kesesuaian Lahan
kesesuaian komoditas tanaman pertanian, Tanaman Hortikultura di Kecamatan
perkebunan dan hortikultura untuk Lasalimu Kabupaten Buton disajikan pada
dikembangkan di Kecamatan Lasalimu. tabel 5.

58
Ecogreen Vol. 1(1) April 2015, Hal. 55 - 64

Tabel 2. Tujuan, Alokasi Sumberdaya, Teknologi yang Diterapkan & Strategi Produksi Masyarakat Kecamatan Lasalimu dalam Mengembangkan Sistem
Agroforestry
No Tujuan Teknologi yang Diterapkan Alokasi Sumberdaya Strategi Produksi
1 Tanaman Kehutanan : 1. Sumber bibit dibuat sendiri atau dari pemerintah 1. Tenaga Kerja Metode produksi tradisional (tanam
1. Mencukupi Kebutuhan Kayu dalam sebagai Kota Baubau Domestik (suami, dan menunggu panen).
Bahan Baku Pembuatan Rumah, Pagar dan 2. Pembersihan gulma dilakukan oleh tenaga kerja isteri dan anak).
Kebutuhan alat rumah tangga rumah tangga (suami, isteri dan anak). 2. Modal dari
2. Dijual kepada masyarakat sekitar yang pendapatan rumah
membutuhkan. tangga.
3. Dijual kepada pengusaha meubel dari Kota 3. Tidak ada sarana
Baubau. produksi yang dibeli
4. Tanaman Jangka Panjang untuk kebutuhan masa
depan keluarga
2 Tanaman Pangan : 1. Sumber benih dari kebun sendiri. 1. Tenaga kerja adalah 1. Pembersihan gulma dilakukan
Tujuan produksi : 2. Tidak ada tindakan pemupukan. tenaga kerja secara semi intensif.
1. Untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah 3. Panen dilakukan oleh tenaga kerja keluarga. domestik. 2. Jarak tanam tidak teratur.
tangga. 4. Tidak ada tindakan pengolahan 2. Sumber modal 3. Tidak ada tindakan pengendalian
2. Untuk dijual dimana hasilnya digunakan untuk pendapatan lain hama dan penyakit.
membiayai kebutuhan rumah tangga lainnya keluarga.
(pendidikan, kesehatan, dll)
3 Tanaman Hortikultura 1. Sumber benih untuk tanaman sayuran dibeli di 1. Tenaga kerja adalah 1. Pembersihan gulma dilakukan
Toko Tani Kota Baubau tenaga kerja secara semi intensif.
2. Sumber bibit untuk tanaman buah diperoleh dari domestik. 2. Jarak tanam tidak teratur.
bantuan Dinas Pertanian atau dibuat sendiri. 2. Sumber modal 3. Tidak ada tindakan pengendalian
3. Tidak ada Teknologi Pemupukan. pendapatan lain hama dan penyakit.
4. Panen dilakukan oleh tenaga kerja sendiri keluarga.
4 Komoditas Ternak 1. Sumber bibit dari bantuan Dinas Pertanian atauy 1. Tenaga kerja adalah 1. Tidak ada lahan khusus untuk
dari Perguruan Tinggi (Program ). tenaga kerja ditanami pakan.
2. Tidak ada teknologi kandangnisasi domestik. 2. Kotoran ternak tidak ada yang
2. Sumber modal dimanfaatkan.
pendapatan lain 3. Pemeliharaan Ternak dengan
keluarga. Sistem Penggembalaan.

59
Analisis Pengembangan Agroforestry – Safril Kasim & Aminuddin MK

Tabel 3. Masalah, Tantangan dan Keterbatasn Petani dalam Pengembangan Sistem Agroforestry
di Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton.
No Masalah Tantangan Keterbatasan
1 a. Luas Lahan yang a. Minimnya Pembinaan dari a. Minimnya pendidikan petani,
terbatas. penyuluh pertanian/kehutanan. b. Rendahnya keterampilan dalam
b. Sumber dan b. Tidak adanya sarana irigasi atau budidaya sistem agroforestry.
ketersediaan air embung (sarana penampungan air c. Rendahnya keterampilan
yang terbatas. pada puncak musim hujan untuk manajemen usaha tani
c. Terbatasnya kebutuhan tanaman dan minuman d. Rendahnya pengetahuan dan
sumber dan ternak) keterampilan dalam mengakses
ketersediaan c. Terbatasnya akses modal usaha modal usaha tani.
benih/ bibit. tani. e. Rendahnya motivasi dalam
d. Terbatasnya sarana d. Terbatasnya bantuan bibit/benih mengusahakan tanaman jangka
pembibitan unggul dari pemerintah. panjang (kehutanan).
e. Terbatasnya bantuan pupuk dan f. Rendahnya motivasi dalam
pestisida dari pemerintah. memanfaatkan kotoran ternak yang
f. Retribusi yang dikenakan oleh diusahakan untuk diolah menjadi
pemerintah untuk penjualan hasil barang yang bernilai ekonomi
tanaman kehutanan (kayu) (pupuk organik, biogas, dll)
g. Harga yang fluktuatif (rendah pada
musim panen)

Tabel 4. Hasil Analisisis Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Jenis Tanaman Pangan di
Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton
Kesesuaian
No Komoditas Input Lahan Unit Lahan Faktor Pembatas Luas
Potensial
7, 112-116, 141, 143, 144, 165-
N1 167, 169, 173, 174, 176, 183, Kelembaban dan lereng 3,263.82
198-203 dan 208-214
1 Padi Ladang Kv
4, 15-17, 19, 28, 33-39, 41, 43, Kedalaman, batuan
N2 73, 76, 79, 82, 84, 92-95, 97-99, permukaan, singk. batuan, 6,737.60
101-105, 107, 110, 111 erosi, dan lereng
112-116, 141, 143, 144, 165-
Kelembaban, hara
N1 167, 169, 173, 174, 176, 183, 3,329.29
tersedia, erosi, dan lereng
198-203 dan 208-214
2 Jagung p, k, kv
4, 7, 15-17, 19, 28, 33-39, 41, Kedalaman, batuan
N2 43, 73, 76, 79, 82, 84, 92-95, 97- permukaan, singk. batuan, 6,615.71
99, 101-105, 107, 110, 111 erosi, dan lereng
Suhu, bahaya erosi dan
S3 114, 115 253.12
kelerengan
3 Kedelai d, kv 4, 7, 15-17, 19, 28, 33-39, 41, 43, Kedalaman, batuan
N1 73, 76, 79, 82, 84, 92-95, 97-99, permukaan, singk. batuan, 9746,88
101-105, 107, 110,111 erosi, dan lereng
114, 115, 141, 143, 144, 165-
S3 167, 169, 173, 174, 176, 183, Kesuburan tanah, lereng, 2,584.81
198, 199-203 dan 208-214
d , p,
4 Kacang Tanah 112-116, 4, 7, 15-17, 19, 28, 33-
Kv
39, 41, 43, 73, 76, 79, 82, 84, 92- Batuan permukaan, singk.
N1 7059,61
95, 97-99, 101-105, 107, 110 batuan, erosi, dan lereng
dan 111
Suhu, drainase,
114-116, 141, 143, 144, 165,
kedalaman, kemasaman
S2 174, 176, 183, 199-203, 208 1,536.21
d,k, v, tanah, C-organik, erosi
5 Ubi Kayu dan 210-214
kp dan lereng
112, 113, 166, 167, 169, 173, Kedalaman, drainase,
S3 6,615.13
198 dan 209 kemasaman tanah, lereng

60
Ecogreen Vol. 1(1) April 2015, Hal. 55 - 64

Tabel 5. Kelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Hortikultura di Kecamatan Lasalimu
Kabupaten Buton
Kesesuaian
No Komoditas Input Lahan Unit Lahan Faktor Pembatas Luas
Potensial
S1 141, 144, 176 dan 199 800.59
d, bo, Kedalaman efektif,
1 Jeruk
kv S2 168, 192, 195, 207 dan 207 bahaya erosi dan 1,297.77
kelerengan
Curah hujan,
kelembaban, drainase,
141, 143, 144, 165-167, 169,
S2 kejenuhan basa, bahaya 1.794,93
173, 174, 176, 183, 199-203
erosi, kelerengan dan
bahaya banjir
Curah hujan, drainase,
d, kv,
2 Semangka S3 112-116, 198 kedalaman efektif dan 738,43
bo
pH
Drainase, kedalaman
4,7, 15-17, 19, 28, 33-39, 41, 43,
efektif, batuan
73, 76, 79, 82, 84, 92-95, 97-99,
N permukaan, singkapan 7.098,05
101-105, 107, 110, 111, 208-
batuan, bahaya erosi
214
dan kelerengan
Suhu, curah hujan,
112-116, 141, 143, 144, 165-
drainase, kedalaman
S3 167, 169, 173, 174, 176, 183, 3.011,45
efektif, pH, C-organik
199-203, 208-214
dan kelerengan
4 Kacang Panjang d , p, Kv Drainase, kedalaman
4, 7, 15-17, 19, 28, 33-39, 41 efektif, batuan
N1 43, 73, 76, 79, 82, 84, 92-99, permukaan, singkapan 6.632,97
101-105, 107, 110, 111, 198 batuan, bahaya erosi
dan kelerengan

Berdasarkan tabel 5 tersebut diatas Lasalimu Kabupaten Buton disajikan pada


menujukkan bahwa Kelas Kesesuaian Lahan tabel 6.
Potensial untuk beberapa jenis tanaman Berdasarkan Tabel 6 menujukkan
Hortikulturaseperti Jeruk, Semangka dan bahwa Tanaman Jati Lokal, Mahoni dan
Kacang Panjang mempunyai Kelas Sengon memiliki areal yang cukup luas untuk
Kesesuaian S2 (sesuai) dan S3 (cukup sesuai) dikembangkan, khususnya pada lahan-lahan
dengan luasan yang cukup significant. Dari yang memiliki Kesesuaian S2 (Sesuai) dan S3
sisi kesesuaian tanaman, Jeruk merupakan (Cukup Sesuai).
tanaman hortikultura yang sangat layak Kesesuaian Lahan untuk Padang
dikembangkan di Kecamatan Lasalimu. Penggembalaan
Kelas Kesesuaian Tanaman Kehutanan Berdasarkan hasil analisis Kelas
Hasil Kelas Kesesuaian Lahan Kesesuaian Lahan, maka Kelas Kesesuaian
Potensial Tanaman Kehutanan di Kecamatan untuk padang penggembalaan sebagaimana
ditampilkan pada tabel 7.

61
Analisis Pengembangan Agroforestry – Safril Kasim & Aminuddin MK

Tabel 6. Kelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kehutanan di Kecamatan Lasalimu
Kabupaten Buton
Kesesuaian
No Komoditas Input Lahan Unit Lahan Faktor Pembatas Luas
Potensial
114, 115, 141, 144, 176,
S2 Kedalaman efektif 800,59
d, k, p, 199
1 Jati
kv 112, 113, 116, 143, 165- Tekstur dan kedalaman
S3 1.666,92
167, 174, 183, 200-203 efektif
Bulan kering, curah
114, 115, 141, 144, 176, hujan, tekstur,
S2 1.136,97
199 kedalaman efektif, KB
dan kelerengan
Kedalaman efektif,
batuan permukaan,
112, 113, 116, 143, 165,
I,d, p S3 singkapan batuan, 1.089,71
2 Mahoni 174, 183, 200-203
kv bahaya erosi dan
kelerengan
4,7, 15-17, 19, 28, 33-39, Drainase, kedalaman
41, 43, 73, 76, 79, 82, 84, efektif, pH, batuan
N 92-95, 97-99, 101-105, permukaan, singk. 7.417,74
107, 110, 111, 166, 167, batuan, bahaya erosi
169, 173, 198, 208-214 dan kelerengan
112-116, 141, 143, 144,
Drainase, curah hujan,
S3 165-167, 169, 173, 174, 2.693,66
kelembaban dan pH
176, 183, 198-209
i, d, k, Curah hujan,
4 Sengon 4,7, 15-17, 19, 28, 33-39,
kv kedalaman efektif,
41, 43, 73, 76, 79, 82, 84,
N batuan permukaan, 6.950,76
92-95, 97-99, 101-105,
singk. batuan, bahaya
107, 110, 111, 208-214
erosi dan kelerengan

Tabel 7. Kelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Padang Pengembalaan di Kecamatan Lasalimu
Kabupaten Buton

Luas
Kesesuaian
No Kecamatan Input Lahan Unit Lahan Faktor Pembatas
Potensial
(Ha) (%)

141, 143, 144, 165-167, 169, Bulan kering dan


S2 1.812,77 5,06
173, 174, 176, 183, 198-203 kelembaban
i, d, k,
1 Lasalimu 4,7, 15-17, 19, 28, 33-39, 41, Batuan permukaan,
p, kv
43, 73, 76, 79, 82, 84, 92-95, singkapan batuan,
N 7.831,65 21,86
97-99, 101-105, 107, 110- bahaya erosi dan
116, 208-214 kelerengan

Berdasarkan tabel 7 diatas, lahan yang Rencana Pengembangan


tersedia dan memiliki kesesuaian lahan Rencana pengembangan agroforestri
potensial untuk pengembangan di Kecamatan Lasalimu perlu
penggembalaan ternak cukup luas memperhatikan baik aspek sosial maupun
yaitu1.812,77 Ha dengan faktor pembatas aspek biofisik lahan. Dalam hal aspek sosial
Bulan Kering dan Kelembaban. ekonomi beberapa masalah yang perlu
diatasi adalah perbaikan tingkat pendidikan

62
Ecogreen Vol. 1(1) April 2015, Hal. 55 - 64

petani, peningkatan keterampilan budidaya 2. Berdasarkan hasil diagnosa masalah-


tanaman pangan, hortikultura, kehutanan masalah sosial ekonomi masyarakat
dan pengembangan peternakan dalam pola Kecamatan Lasalimu adalah perbaikan
agroforestri, perbaikan manajemen usaha tingkat pendidikan petani, peningkatan
tani, peningkatan akses terhadap keterampilan budidaya tanaman pangan,
permodalan. Disamping itu, untuk dapat hortikultura, kehutanan dan
mengimplementasikan kegiatan usaha tani pengembangan peternakan dalam pola
berbasis agroforestri perlu diketahui kendala agroforestri, perbaikan manajemen
spesifik yang ada di lokasi tersebut. usaha tani, peningkatan akses terhadap
Beberapa faktor penghambat sebagaimana permodalan.
yang dijelaskan pada analisis kesesuaian 3. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian
lahan tersebut diatas, beberapa diantaranya lahan maka direkomendasikan beberapa
dapat diperbaiki, tetapi ada juga faktor jenis tanaman kehutanan yang memiliki
penghambat yang sulit diperbaiki karena nilai ekonomi yang tinggi dan sesuai
akan membutuhkan biaya yang tinggi dan untuk dikembangkan di Kecamatan
sulit diperbaiki. Untuk itu dibutuhkan Lasalimu, antara lain : Jati Lokal, Mahoni,
keterlibatan Pemerintah Daerah dan dan Sengon. Beberapa tanaman
Perguruan Tinggi dalam memfasilitasi adopsi Hortikultura seperti Jeruk, Semangka
teknologi ditingkat petani. Berdasarkan hasil dan Kacang Panjang dapat menjadi
analisis kesesuaian lahan maka pilihan kombinasi. Demikian juga
direkomendasikan beberapa jenis tanaman beberapa jenis tanaman pangan seperti
kehutanan yang memiliki nilai ekonomi yang Kacang Tanah, Kedelai, dan Ubi kayu
tinggi dan sesuai untuk dikembangkan di dapat dikembangkan pada lahan-lahan
Kecamatan Lasalimu, antara lain : Jati Lokal, yang memiliki kesesuaian S2 dan S3.
Mahoni, dan Sengon. Beberapa tanaman 4. Pengembangan peternakan dalam pola
Hortikultura seperti Jeruk, Semangka dan Agrosilvopastura sangat memungkinkan
Kacang Panjang dapat menjadi pilihan dengan tersedianya lahan yang sesuai
kombinasi. Demikian juga beberapa jenis untuk padang penggembalaan.
tanaman pangan seperti Kacang Tanah,
Kedelai, dan Ubi kayu dapat dikembangkan SARAN
pada lahan-lahan yang memiliki kesesuaian.
1. Sistem agroforestri tradisional yang
Pengembangan peternakan dalam pola
telah dikembangkan oleh masyarakat
Agrosilvopastura sangat memungkinkan
Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton
dengan tersedianya lahan yang sesuai untuk
perlu ditingkatkan dengan input
padang penggembalaan. Meskipun demikian,
teknologi budidaya yang tepat,
penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
perbaikan manajemen usaha tani dan
menguji beberapa kombinasi tanaman dan
peningkatan akses terhadap
atau ternak sehingga memberikan interaksi
permodalan.
ekonomi dan ekologi yang optimal dalam
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
rangka meningkatkan produktivitas.
untuk mencari kombinasi yang optimal
dalam meningkatkan interaksi ekologis,
KESIMPULAN
ekonomis dan sosial diantara komponen
1. Sistem agroforestri yang dikembangkan penyusun agroforestri untuk
oleh masyarakat di Kecamatan Lasalimu peningkatan produksi dan kelestarian
berdasarkan komponen penyusunnya sumberdaya lahan.
adalah pola agrisilvicultur dan
agrosilvopastura.

63
Analisis Pengembangan Agroforestry – Safril Kasim & Aminuddin MK

DAFTAR PUSTAKA Kasim, S. 2012. Analisis Pengembangan


Agroforestri sebagai Tindakan
Bukhari dan Febryano I.N. Desain
Konservasi Vegetatif DAS Baubau.
agroforestry pada lahan kritis (Studi
Jurusan Kehutanan, Fakultas
Kasus di Kecamatan Indrapuri
Pertanian Unhalu.
Kabupaten Aceh
Sitorus, S.R.P, 1995. Evaluasi Sumberdaya
Besar).Perennial,6(1) : 53-59
Lahan. Tarsito. Bandung, Indonesia.
Hardjowigeno dan Widiatmaka. 2001.
Widianto, Utami dan Hairiah. 2003.
Kesesuaian Lahan dan Perencanaan
Agroforestri dan ekositem Sehat.
Tataguna Tanah. Jurusan Tanah
International Center for Research in
Fakultas Pertanian IPB. Bogor
Agroforestry - ICRAF Southeast Asia.
Lundgren, B.O. and J.B. Raintree. 1982.
Bogor, Indonesia.
Suistainabed agroforetry. In: Nestel B
Wojtkowski, P.A., 2002. Agroecological
(ed.). 1982. Agricultural Research for
Perspectives in Agronomi, Forestry,
Development. Potentials and
and Agroforestry. Science Publisher,
Challenges in Asia, ISNAR, The
NH, USA
Hague, The Netherlands. hal 37- 49.

64

Das könnte Ihnen auch gefallen