Sie sind auf Seite 1von 11

Jurnal Pendidikan Biologi 8 (1) (2018) 20 - 30

Jurnal Pendidikan Biologi


Journal of Biology Education
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/JPB
eISSN: 2502-3810 pISSN: 2086-2245

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan


Kompetensi Siswa dalam Pembelajaran Biologi
Pendrice1,*, Evi Suryawati2,**, Suwondo2
1
Sekolah Menengah Atas Negeri 2 XIII Koto Kampar, Jl. Pasar No.4, Pulau Gadang
2
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Pekanbaru
28293, Indonesia

INFO ARTIKEL ABSTRACT

Histori Artikel Application of guided inquiry learning model to Improve Student


Received 7 Nopember 2018 Competency in Biology Learning at SMAN 2 XIII Koto Kampar. The
Revised 8 Desember 2018 purpose of this study was to determine improving student competence of
Accepted 10 Desember 2018 grouping plant. through the application of guided inquiry. This
Published 20 Desember 2018 classroom action research was conducted in two cycles, each cycle
consisting of planning, implementation, observation and reflection. This
study begins with a pre cycle before the cycle I. Subjects were 26 students
X IPA 2. Data obtained using the competency attitude instrument
Keywords: observation sheet of religious and social attitudes, including: faithful,
Grouping Plants, honest, discipline, cooperation, tolerance and mutual cooperation. A
Guided Inquiry, knowledge data was collected with quiz and test questions at the end of
Student Competence the cycle. The skills data was collected with observation sheets of
practices and product. The results showed an increase in the competence
of the students after the applied application of guided inquiry learning
model. An increase in the average value of attitude competence of the
first cycle of 3.15 and the second cycle of 3.49. The competence of
knowledge showed an increase from the first cycle of students who pass
as many as 22 people (84.62%) in the second cycle students who pass as
many as 24 people (92.31%), while competence of skills to practice skills
in the first cycle of 3.16, and the second cycle of 3.30. And then, product
skills in the first cycle of 3.04 increased in the second cycle of 3.30.
Implementation guided inquiry can improve students competency in
Biology learning.

Copyright © 2018 Universitas Negeri Medan. Artikel Open Access dibawah


lisensi CC-BY-4.0 (https://creativecommons.org/licenses/by/4.0)

How to Cite
Pendrice, Suryawati, E., & Suwondo (2018) Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk
Meningkatkan Kompetensi Siswa dalam Pembelajaran Biologi. Jurnal Pendidikan Biologi, 8(1), 20-30.

PENDAHULUAN pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidik-


an tidak terlepas dari kompetensi guru dan
Guru sebagai pemegang kendali pelaksa- perencanaan kurikulum yang digunakan.
na pembelajaran mempunyai peran yang Guru sebagai ujung tombak keberhasilan
sangat besar dalam pencapaian tujuan implementasi kurikulum memiliki persiapan

Korespondensi Author: evi.suryawati@lecturer.unri.ac.id (Suryawati)


DOI: https://doi.org/10.24114/jpb.v8i1.11224
Pendrice, et al. / Jurnal Pendidikan Biologi 8 (1) (2018) 20 - 30

yang matang dan siap mengubah paradigma orang siswa atau 80,77% tuntas, sedangkan 5
pengajaran. Pembelajaran kurikulum 2013 orang siswa atau 19,23% tidak mencapai
adalah pembelajaran kompetensi dengan ketuntasan sedangkan pengetahuan adalah 18
memperkuat proses pembelajaran dan penilai- orang siswa atau 69,24% tuntas sedangkan 8
an autentik. Penguatan proses pembelajaran orang siswa atau 30,76% tidak mencapai
dilakukan melalui pendekatan saintifik, mela- ketuntasan dan keterampilan adalah 21 orang
lui proses inkuiri yang bernapaskan kons- siswa atau 80,77% tuntas, sedangkan 5 orang
truktivisme. Sasaran pembelajaran dengan siswa atau 19,23% tidak mencapai ketuntasan.
pendekatan ilmiah mencakup pengembangan Berdasarkan permasalahan tersebut,
ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan penulis perlu untuk mencarikan solusi peme-
yang dielaborasi untuk setiap satuan cahan masalah tersebut agar tidak terulang
pendidikan (Hosnan, 2014). dan berkelanjutan. Salah satu upaya yang
Berdasarkan pengalaman penulis selama efektif adalah dengan melakukan suatu
menerapkan pembelajaran dengan pendekatan tindakan kelas melalui perubahan strategi
saintifik di SMA Negeri 2 XIII Koto Kampar pembelajaran atau model belajar, agar dapat
pada kelas X IPA 2, ditemukan permasalahan memperbaiki kompetensi siswa. Dalam
yang muncul dalam pembelajaran biologi pembelajaran biologi (teaching on science) yang
dengan pendekatan saintifik, pada kompetensi berkaitan dengan kerja ilmiah, adalah sangat
sikap yaitu siswa malu dan takut bertanya, tepat jika guru memilih dan menerapkan
rasa ingin tahu siswa rendah, siswa tidak metode inquiry. Untuk materi tertentu, guru
terbiasa dalam mencari informasi-informasi perlu memberikan kesempatan pada siswa
dan menemukan tentang konsep-konsep untuk mengembangkan rasa ingin tahunya
pembelajaran karena siswa bekerja secara dan memberikan peluang pada mereka untuk
individu, siswa belum percaya diri dan siswa menemukan sendiri jawaban atas rasa
kurang aktif dalam mencari informasi keingintahuan siswa pada alam; bukan justru
penunjang, kompetensi pengetahuan termasuk membunuh keingintahuan siswa, atau bahkan
pemahaman konsep dalam belajar rendah menuntut hanya satu cara dalam menemukan
sehingga nilai akhir siswa rendah sedangkan jawaban atas persoalan sains (Bruce, 2001).
kompetensi keterampilan mencakup siswa Namun demikian, untuk menumbuhkan
dalam menyiapkan alat dan bahan, pengamat- keingintahuan dan keterampilan siswa
an dan membuat hasil praktek masih rendah. menemukan berbagai jawaban atas pertanyaan
Permasalahan dari sisi guru adalah -pertanyaan ini, guru perlu memberikan
penerapan pendekatan saintifik belum berjalan bimbingan (guided), terlebih pada siswa yang
dengan baik, dimana guru lebih dominan belum biasa melakukan langkah-langkah kerja
bertanya kepada siswa, guru belum memak- ilmiah ini.
simalkan mendorong dan membimbing siswa, Namun disisi yang lain, pada usia
dan guru masih terbiasa dengan memberikan menjelang dewasa ini, siswa SMA dipandang
informasi-informasi dengan ceramah tentang masih memerlukan bantuan dan bimbingan
materi yang diajarkan, serta kurang guru dalam melakukan berbagai kegiatan
memberikan perhatian kepada siswa sebagai belajar, terutama dalam kaitannya dengan
fasilitator. pembangunan pengetahuan dan pemahaman
Berdasarkan hasil ulangan harian materi mereka. Bagaimana menangkap permasalahan
jamur dari 26 siswa, kelas X IPA 2 yang dari suatu fakta atau gejala biologi, bagaimana
mencapai ketuntasan kompetensi sikap 21 merumuskan permasalahan ini, sampai

21
Pendrice, et al. / Jurnal Pendidikan Biologi 8 (1) (2018) 20 - 30

dengan bagaimana menemukan pemecahan petensi dan karakteristik materi biologi,


permasalahan, khususnya siswa SMAN 2 XIII diantaranya pembelajaran penemuan/discovery
Koto Kampar, masih perlu dibimbing guru. learning/inquiry (Permendikbud No. 65 Tahun
Dalam posisi yang demikian, Paidi (2009) 2013).
melihat penggunaan guided inquiry dalam Pembelajaran inkuiri memberikan kesem-
pembelajaran sains sangat tepat. Dengan patan kepada siswa untuk aktif dan terlibat
strategi ini, siswa dibimbing oleh guru dalam dalam proses pembelajaran bagaimana meng-
membangun pengetahuan dan pemahaman analisis masalah dengan adil, objektif, kritis,
mengenai objek dan persoalan sains, termasuk terbuka dan komprehensif serta memberikan
proses-proses sains terkait, dan secara pengaruh positif pada sikap ilmiah siswa
perlahan guru membekali mereka untuk (Dewi et al, 2013). Natalina et al. (2013)
mampu melakukan belajar mandiri (termasuk menyatakan model inkuiri terbimbing dapat
melakukan investigasi secara mandiri). Materi dijadikan salah satu alternatif model pembela-
yang dapat menggunakan dengan model jaran yang dapat membangun sikap ilmiah
mencari dan menemukan (inquiry) untuk siswa. Olvah dan Fujianor (2015) menun-
meningkatkan kompetensi siswa adalah materi jukkan bahwa penerapan model pembelajaran
klasifikasi atau pengelompokkan divisio inkuiri terbimbing pada konsep sistem regulasi
tumbuhan. manusia dapat meningkatkan hasil belajar
Proses pembelajaran pada Kurikulum siswa. Novana et al. (2014) menunjukkan
2013 untuk semua jenjang dilaksanakan pembelajaran yang menggunakan potensi
dengan menggunakan pendekatan ilmiah lokal menumbuhkan keterdekatan ruang
(scientific). Karakteristik pembelajaran dengan dengan siswa sehingga siswa juga dapat
pendekatan saintifik adalah berpusat pada langsung untuk mengamati tumbuhan lumut
siswa, melibatkan keterampilan proses sains dan tumbuhan paku sesuai dengan kegiatan
dalam mengonstruksi konsep, hukum atau yang ada dalam modul. Sedangakan penelitian
prinsip, melibatkan proses-proses kognitif yang Suprihatin dan hidayah (2014) psikomotor
potensial dalam merangsang perkembangan siswa dalam pembelajaran inkuiri terbimbing
intelek, khususnya keterampilan berpikir pada konsep pencemaran lingkungan.
tingkat tinggi siswa dan mengembangkan Trianto (2012), inkuiri merupakan bagian
karakter siswa (Hosnan, 2014). inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
Selanjutnya Hosnan (2014) kompetensi kontekstual. Adapun langkah-langkah kegiat-
dimunculkan dengan harapan agar siswa an inkuiri adalah observasi (observation),
mampu menjadi lulusan yang memiliki sikap, bertanya (questioning), mengajukan dugaan
pengetahuan dan keterampilan sehingga dia (hyphotesis), pengumpulan data (data gathering),
mampu hidup kapan dan dimanapun berada. penyimpulan (conclussion). Pembelajaran de-
Berdasarkan Permendikbud No. 81 A Tahun ngan mengimplementasikan guided inquiry,
2013 lampiran IV, proses pembelajaran pada prinsipnya sama dengan prinsip-prinsip
saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pengimplementasian metode inquiry, namun
pokok yaitu mengamati, menanya, mengum- menuntut peran pembimbingan yang
pulkan informasi, mengasosiasi, dan mengko- terstruktur.
munikasikan. Tahapan pembelajaran inkuir terbimbing
Model-model pembelajaran biologi untuk memiliki tahapan-tahapan dalam pembelajar-
Kurikulum 2013 yang direkomendasikan an yaitu: penyajian masalah (confrontation with
berdasarkan kebutuhan pengembangan kom- problem), pengumpulan data (data gathering),

22
Pendrice, et al. / Jurnal Pendidikan Biologi 8 (1) (2018) 20 - 30

pengujian data (data experimentation), organi- siswa dalam kegiatan belajar mengajar dengan
sasi data dan formulasi kesimpulan (organizing, menggunakan model pembelajaran inkuiri
formulating and explanation), dan analisis proses terbimbing, guru, untuk melihat tingkat
inkuiri (analysis of the inquiry proces) (Joyce and keberhasilan implementasi model pembelajar-
Weil, 1992; Wena, 2013; Natalina et al., 2013). an inkuiri terbimbing untuk meningkatkan
Menurut Putra (2013) tujuan pembelajar- kompetensi siswa dalam proses pembelajaran
an dengan pendekatan inkuiri terbimbing pada materi klasifikasi tumbuhan, dan teman
adalah meningkatkan keterlibatan siswa dalam sejawat, untuk melihat implementasi PTK
menemukan dan memproses bahan pelajaran- secara komprehensif, baik dilihat dari sisi
nya, mengurangi ketergantungan siswa siswa maupun guru.
terhadap guru untuk mendapatkan pelajaran- Instrumen yang digunakan dalam
nya, melatih siswa dalam menggali dan penelitian ini adalah lembar observasi yang
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber digunakan untuk mengukur sikap adalah
belajar yang tidak ada habisnya dan memberi- pengamatan sikap religius dan sikap sosial
kan pengalaman belajar seumur hidup. meliputi beriman, jujur, disiplin, kerjasama,
toleransi dan gotong royong, sedangkan
METODE lembaran observasi keterampilan siswa adalah
kegiatan praktek. Tes dilakukan untuk meng-
Jenis penelitian yang dilakukan adalah ukur kompetensi belajar siswa diberikan
penelitian tindakan kelas (classroom action setelah pembelajaran setiap pertemuannya
research), yaitu penelitian reflektif oleh pelaku yaitu berupa soal post tes dan ulangan harian
tindakan yang dilakukan oleh guru sendiri pada akhir setiap siklus. Lembar catatan
untuk memperbaiki proses pembelajaran yang lapangan ini memuat kondisi siswa pada saat
menjadi tanggung jawabnya. Menurut kegiatan belajar mengajar berlangsung dan
Arikunto (2012) dalam pelaksanaan penelitian tindakan guru dalam melaksanakan pembela-
ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan jaran.
kelas yang pelaksanaan tindakannya terdiri
atas beberapa siklus. Setiap siklus terdiri atas Analisis Data
tahap perencanaan (planning), tindakan Penilaian kompetensi sikap melalui
(acting), pengamatan (observing), dan refleksi observasi, meliputi aspek beriman dan bertaq-
(reflecting). wa kepada Tuhan Yang Maha Esa, jujur,
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X disiplin, kerjasama, toleransi dan gotong
IPA 2 semester II SMA Negeri 2 XIII Koto royong. Penilaian sikap dilakukan dengan
Kampar dengan jumlah siswa 26 orang yang observasi pada saat proses pembelajaran
terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 13 berlangsung. Penilaian pengetahuan siswa
orang siswa perempuan dengan tingkat untuk menentukan penguasaan konsep siswa
kemampuan yang heterogen. Pada penelitian terhadap pembelajaran data ini diperoleh
ini peneliti sekaligus guru bidang studi biologi melalui tes tertulis. Penilaian kompetensi kete-
dan teman sejawat yang bertindak sebagai rampilan melalui penilaian praktek dan
observer guna mengamati seluruh proses penilaian produk berupa pembuatan
belajar mengajar yang berlangsung. herbarium. Penilaian dilakukan dengan mem-
Sumber data dalam penelitian ini terdiri bandingkan antara skor perolehan siswa dan
dari beberapa sumber, yaitu siswa, untuk skor maksimum (Majid & Aep, 2014).
mendapatkan data tentang kompetensi belajar

23
Pendrice, et al. / Jurnal Pendidikan Biologi 8 (1) (2018) 20 - 30

Penelitian ini dikatakan berhasil jika si sikap, pengetahuan dan keterampilan. Hal
siswa dinyatakan mengalami peningkatan ini dibuktikan oleh data yang diperoleh dari
kompetensi sikap, pengetahuan dan keteram- prasiklus, siklus I, dan siklus II selama kegiat-
pilan belajar siswa. Kompetensi pengetahuan an penelitian berlangsung. Berikut ini pemba-
(kognitif) dan keterampilan (psikomotor) hasan masing-masing aspek kompetensi
dengan nilai 2,67 dan sikap (afektif) dengan dengan penerapan model pembelajaran inkuiri
nilai predikat Baik (Permendikbud No. 104 terbimbing.
tahun 2014).
Kompetensi Sikap (Afektif)
HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai rata-rata kompetensi sikap siswa
pada prasiklus adalah 2,79 dengan predikat
Berdasarkan analisa hasil penelitian baik, pada siklus I adalah 3,15 dengan
menunjukkan, pelaksanaan pembelajaran predikat baik, sedangkan pada siklus II
dengan penerapan model pembelajaran inkuiri diperoleh nilai 3,49 dengan predikat Baik.
terbimbing di kelas X IPA 2 SMA Negeri 2 Nilai rata-rata sikap pada prasiklus, siklus I
XIII Koto Kampar dapat meningkatkan dan siklus II disajikan pada Tabel 1.
kompetensi belajar siswa baik pada kompeten-

Tabel 1. Nilai rata-rata sikap siswa pada prasiklus, siklus I dan siklus II
Rata-rata Peningkatan
No. Indikator sikap
Pra siklus Siklus I Siklus II Prasiklus ke siklus I Siklus I ke siklus II
1 Beriman 3,08 3,83 3,95 0,75 0,12
2 Jujur 2,87 3,16 3,38 0,29 0,22
3 Disiplin 2,97 3,19 3,51 0,22 0,31
4 Kerja sama 2,92 3,06 3,42 0,14 0,36
5 Toleransi 2,42 2,84 3,45 0,42 0,62
6 Gotong royong 2,46 2,84 3,20 0,38 0,36
Rata-rata 2,79 3,15 3,49 0,37 0,33
Predikat Baik Baik Baik

4.5

3.5

3
Rata-rata

2.5

1.5

0.5

0
Beriman Jujur Disiplin Kerja sama Toleransi G otong royong

PR ASI KLUS SI KLUS 1 SIKLUS I I

Gambar 1. Perbandingan nilai rata-rata observasi sikap dari prasiklus, siklus I dan siklus II

24
Pendrice, et al. / Jurnal Pendidikan Biologi 8 (1) (2018) 20 - 30

Nilai rata-rata tertinggi adalah beriman satu sama yang lain atau menciptakan suatu
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa semangat gotong royong dan saling
disebabkan oleh siswa sudah bersungguh- ketergantungan.
sungguh dalam mengikuti pembelajaran Berdasarkan hasil observasi penilaian
dengan pendekatan inkuiri terbimbing. Siswa kompetensi sikap selama menerapkan model
juga sudah terbiasa memulai kegiatan pembelajaran inkuiri terbimbing dari prasiklus,
pembelajaran dengan mengucapkan salam, siklus I dan siklus II menunjukkan peningkat-
dan berdoa. Guru juga pada setiap pembela- an. Nilai rata-rata prasiklus 2,79 meningkat
jaran selalu berusaha mengkaitkan materi pada siklus I menjadi 3,15 dan pada siklus II
dengan menyampaikan nilai-nilai keagungan menjadi 3,49. Penerapan model pembelajaran
ciptaan Tuhan. inkuiri terbimbing pada pokok bahasan
Berdasarkan observasi sikap religius ini klasifikasi tumbuhan seluruh siswa dinyatakan
siswa sudah terbiasa melakukan berdoa tuntas untuk kompetensi nilai sikap. Hal ini
sebelum dan sesudah belajar dan mengucap- menunjukkan bahwa model inkuiri terbimbing
kan salam dan guru selalu mengkaitkan dapat meningkatkan kompetensi sikap siswa.
pembelajaran dengan kebesaran ciptaan Hal ini sesuai dengan pendapat Yuniastuti
Tuhan. Proses kemanu-siaan sesuai dengan (2013) menyatakan bahwa penerapan pembe-
agama sebenarnya adalah proses internalisasi lajaran inkuiri terbimbing juga berdampak
iman, nilai–nilai pengetahuan dan keterampil- pada kenaikan motivasi belajar biologi siswa.
an dalam konteks mengakui dan mewujudkan Selanjutnya hasil penelitian Wahyuni
nilai-nilai itu dalam amal soleh (Sukanto, (2010) menyimpulkan bahwa pembelajaran
1985; Mustari, 2014). menggunakan model pembelajaran inkuiri
Nilai rata-rata sikap sosial yang tertinggi terbimbing peserta didik menjadi aktif
adalah sikap disiplin disebabkan siswa hadir, sehingga peserta didik menjadi lebih disiplin,
mengerjakan tugas dan mengumpulkan tugas lebih teliti, rasa ingin tahu meningkat dan
tepat waktunya. Salah satu keberhasilan dari bekerjasama dengan baik. Selanjutnya
sikap disiplin adalah siswa memiliki motivasi diperkuat oleh Natalina et al. (2013) menyata-
untuk hadir tepat pada waktunya. Dirman & kan model inkuiri terbimbing dapat dijadikan
Juarsih (2014) menyatakan bahwa keteraturan salah satu alternatif model pembelajaran yang
waktu dengan disiplin, dengan adanya disiplin dapat membangun sikap ilmiah siswa.
waktu maka akan membina sikap mental yang
baik pada diri peserta didik untuk memaknai Kompetensi Pengetahuan (Kognitif)
proses belajar. Berdasarkan analisa data kompetensi
Kompetensi sikap gotong royong menun- pengetahuan jumlah siswa yang tuntas pada
jukkan nilai rata-rata terendah. Penyebab prasiklus sebanyak 18 orang dan tidak tuntas
rendahnya nilai sikap gotong royong ini sebanyak 8 sedangkan pada siklus I yang
adalah siswa tidak aktif dalam kelompok, tuntas sebanyak 22 orang dan yang tidak
tidak melakukan tugas sesuai dengan tuntas 4 orang. Pada siklus II jumlah siswa
kesepakatan bersama dan mendahulukan yang tuntas meningkat menjadi 24 orang,
kepentingan pribadi. Dalam proses pembela- sedangkan yang tidak tuntas 2 orang. Pening-
jaran siswa seharusnya membangun team katan kompetensi pengetahuan seluruh siswa
building yang baik. Dirman & Juarsih (2014) dari prasiklus hingga siklus II disajikan pada
menyatakan team building (pembentukan tim) Tabel 2.
akan membantu peserta didik menjadi terbiasa

25
Pendrice, et al. / Jurnal Pendidikan Biologi 8 (1) (2018) 20 - 30

Tabel 2. Peningkatan kompetensi pengetahuan dari prasiklus, silkus I dan siklus II


Prasiklus Siklus I Siklus II
No Data
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
1 Tuntas 18 69,23% 22 84,62% 24 92,31%
2 Tidak Tuntas 8 30,77% 4 15,38% 2 7,69%
3 Rata –rata UH 2,85 3,07 3,20

30
25

Jumlah
20

siswa
15
10
5
0
PRASIKLUS SIKLUS 1 SIKLUS II

Tidak tuntas Tuntas

Gambar 2. Perbandingan ketuntasan belajar dari prasiklus, siklus I dan siklus II

Pada Tabel 2 menunjukkan peningkatan peningkatan aspek pengamatan, mengingat,


kompetensi pengetahuan yang ditinjau dari berpikir, menciptakan serta kreativitas peserta
jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas didik. Untuk menciptakan daya berpikir dan
berdasarkan nilai tes tertulis diakhir siklus. mengingat yang baik diperlukan penerapan
Dari ketuntasan pengetahuan prasiklus 18 model pembelajaran yang dapat meningkatkan
orang tuntas 69,23% dengan nilai rata-rata UH kompetensi siswa. Berdasarkan analisa data
2,85 mengalami peningkatan pada siklus I bahwa kompetensi pengetahuan siswa dapat
menjadi 22 orang tuntas 84,31% dengan nilai meningkat dengan menggunakan model
rata-rata UH 3,07 pada siklus II menjadi 24 pembelajaran inkuiri terbimbing, hal ini sesuai
orang 92,31% dengan nilai rata-rata UH 3,20. dengan pernyataan Hosnan (2014) menyata-
Gambar 2 menunjukkan bahwa ada kan pembelajaran inkuiri menekankan kepada
peningkatan nilai rerata pengetahuan siswa pengembangan aspek kognitif, afektif dan
antara prasiklus hingga siklus II. Hal ini psikomotor secara seimbang. Selanjutnya
dipengaruhi oleh pelaksanaan model pembela- Putra (2013) menambahkan model pembela-
jaran inkuiri terbimbing. Sehingga kompetensi jaran inkuiri dapat meningkatkan potensi
pengetahuan siswa semakin meningkat dalam intelektual siswa.
pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Peningkatan kompetensi pengetahuan dalam proses pembelajaran inkuiri terbimbing
disebabkan meningkatnya pemahaman siswa siswa selalu melibatkan diri dalam kegiatan
dengan melakukan berbagai kegiatan penga- bertukar pendapat melalui diskusi, pengamat-
matan dan pengumpulan data dalam an maupun kerja kelompok. Hal ini sesuai
pembelajaran inkuiri. Hal ini sesuai dengan dengan pernyataan Hosnan (2014) bahwa
pernyataan Dirman dan Juarsih (2014) bahwa pembelajaran inkuiri dapat membantu dalam
pengembangan kompetensi kognitif peserta menggunakan daya ingat dan transfer pada
didik pada dasarnya merupakan upaya situasi-situasi proses belajar yang baru.

26
Pendrice, et al. / Jurnal Pendidikan Biologi 8 (1) (2018) 20 - 30

Sedangkan Putra (2013) menyatakan proses memberikan kesempatan kepada siswa untuk
pembelajaran inkuiri dapat membentuk dan memiliki pengalaman belajar yang nyata dan
mengembangkan konsep diri siswa. Hal ini aktif, siswa dilatih bagaimana memecahkan
didukung oleh penelitian yang dilakukan masalah sekaligus membuat keputusan. Peran
Sudarman (2012) bahwa implementasi guru didalam pembelajaran inkuiri terbimbing
(penerapan) model pembelajaran inkuiri lebih sebagai fasilitator, mediator, motivator,
terbimbing lebih efektif dalam meningkatkan dan evaluator (Nur & Djirimu, 2014).
pemahaman konsep dan kinerja ilmiah
daripada penerapan pembelajaran langsung. Kompetensi Keterampilan (Psikomotorik)
Hasil penelitian yang dilakukan Natalina Hasil analisis data kompetensi keterampil-
et al. (2013) menunjukkan penerapan model an dilakukan dengan 2 penilaian keterampilan
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat yaitu melalui keterampilan praktek dan
meningkatkan hasil belajar siswa disebabkan keterampilan produk. Hasil analisa kompeten-
strategi pembelajaran inkuiri memberikan si keterampilan secara keseluruhan menunjuk-
motivasi yang besar kepada siswa melalui kan kenaikan, dari prasiklus ke siklus I menga-
permasalahan yang dimunculkan membuat lami peningkatan 0,44, sedangkan perlakuan
siswa terlibat aktif dalam belajar dan tertarik siklus I ke siklus II juga mengalami
dalam mendalami konsep. Peningkatan hasil peningkatan sebesar 0,19. Peningkatan seluruh
belajar yang menggunakan model pembelajar- kompetensi keterampilan disajikan pada Tabel
an inkuiri terbimbing disebabkan karena 3.
model pembelajaran inkuiri terbimbing

Tabel 3. Peningkatan hasil nilai rata-rata kompetensi keterampilan


Rata-rata keterampilan Peningkatan
Pra siklus Siklus I Siklus II Prasiklus ke siklus I Siklus I ke siklus II
2,68 3,12 3,31 0,44 0,19

Gambar 3. Peningkatan nilai rata-rata kompetensi keterampilan dari prasiklus, siklus I dan siklus II

Hasil analisa kompetensi keterampilan juga mengalami peningkatan 3,31. Gambar 3


secara keseluruhan menunjukkan kenaikan menunjukkan adanya peningkatan nilai rerata
dari prasiklus dengan nilai rata-rata 2,68 keterampilan siswa dari prasiklus, siklus I dan
mengalami peningkatan pada perlakuan siklus siklus II. Hal ini dipengaruhi oleh pelaksanaan
I sebesar 3,12 sedangkan perlakuan siklus II model pembelajaran dengan menggunakan

27
Pendrice, et al. / Jurnal Pendidikan Biologi 8 (1) (2018) 20 - 30

pendekatan inkuiri terbimbing, sehingga dapat Aktifitas Guru


meningkatkan kompetensi keterampilan siswa Berdasarkan analisa aktivitas guru dalam
dalam proses pembelajaran. penerapan model pembelajaran inkuiri
Berdasarkan hasil rata-rata kompetensi terbimbing di kelas X IPA 2 pada pokok
keterampilan selama menerapkan model materi tumbuhan, menunjukkan adanya
pembelajaran inkuiri terbimbing dari prasiklus, peningkatan dari prasiklus, siklus I dan siklus
siklus I dan siklus II menunjukkan peningkat- II. Rata-rata pada prasiklus adalah 69,23,
an. Nilai rata-rata prasiklus 2,68 meningkat siklus I adalah 90,47 dan siklus II adalah 100.
pada siklus I menjadi 3,12 dan pada siklus II Menurut Jufri (2013) menyatakan bahwa
menjadi 3,31. Hal ini membuktikan bahwa pendidik profesional yang memiliki kemampu-
model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat an baik dalam merancang pembelajaran
meningkatkan kompetensi keterampilan siswa. inkuiri terbimbing menyatakan bahwa mereka
Menurut Wena (2013) yang menjelaskan meluangkan banyak waktu untuk berinteraksi
bahwa esensi dari model pembelajaran inkuiri dengan peserta didik tetapi tidak banyak
ini adalah mengajarkan kepada siswa untuk menunjukkan atau membantu peserta didik
memperoleh pengetahuan seperti halnya para dalam merumuskan jawaban terhadap
peneliti dalam melakukan penelitian. Sedang- pertanyaan. Ini berarti bahwa pendidik yang
kan prosedurnya adalah melibatkan siswa baik akan memfasilitasi peserta didik untuk
dalam penyelidikan masalah yang sebenarnya mencari dan merumuskan sendiri jawabannya
(genuine problems) dengan cara melibatkan terhadap permasalahan yang dihadapinya.
dalam penelitian, membantu siswa dalam Hal ini sejalan dengan apa yang
mengidentifikasi konsep atau metode, dan dikemukakan oleh Rahmayanti (2014), bahwa
mendorong keterampilan siswa menemukan pembelajaran dengan model inkuiri terbim-
cara untuk memecahkan masalah yang bing juga membuat suasana kelas menjadi
dihadapi. Kegiatan inkuiri sangat penting lebih menyenangkan. Selanjutnya Yuniastuti
karena dapat mengoptimalkan keterlibatan (2013) menyatakan guru sudah menerapkan
pengalaman langsung siswa dalam proses strategi pembelajaran inkuiri terbimbing
pembelajaran (Rizal, 2014). dengan maksimal sehingga aktivitas mening-
Berdasarkan hasil penelitian yang kat. Berdasarkan hasil penelitian yang menun-
dilakukan oleh Dewi et al. (2013) menyebut- jukkan bahwa pemahaman konsep dan
kan bahwa model pembelajaran inkuiri keterampilan proses sains antara siswa yang
terbimbing dapat memberi peluang kepada mengikuti pembelajaran model inkuiri
siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses terbimbing lebih baik daripada siswa yang
belajar. Selanjutnya hasil penelitian Suprihatin mengikuti model pembelajaran langsung
dan Yulianti (2014) psikomotor siswa dalam (Tangkas & Made, 2012). Secara keseluruhan
pembelajaran inkuiri terbimbing pada konsep dapat dinyatakan dengan penerapan model
pencemaran lingkungan pada siklus I yaitu inkuiri terbimbing membuat suasana belajar
2,29 dengan kategori C, sedangkan pada siklus lebih menyenangkan, model pembelajaran
II meningkat nilai rata-rata skor sebesar 2,69 inkuiri terbimbing mengajak siswa untuk
dengan kategori B, hal ini menunjukkan belajar sambil melakukan sendiri dalam
penerapan aspek psikomotor siswa mulai menemukan konsep yang dipelajari, berdasar-
berkembang. kan masalah yang ada di lingkungan sekitar.

28
Pendrice, et al. / Jurnal Pendidikan Biologi 8 (1) (2018) 20 - 30

KESIMPULAN Novana, M., Jidan, & Maridi. (2014) Pengembang-


an modul inkuiri terbimbing berbasis potensi
lokal pada materi tumbuhan lumut (bryophyta )
Berdasarkan hasil penelitian tindakan dan Tumbuhan paku (pteridophyta). Jurnal
kelas dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri, 3(2), 108-122
inkuiri terbimbing dapat meningkatkan Nur, M., Djirimu, M. L., & Kamaluddin, K.
kompetensi siswa pada pokok materi (2014) Penggunaan Metode Inquiri Terbimbing
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
klasifikasi tumbuhan di kelas X IPA 2 SMA Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V
Negeri 2 XIII Koto Kampar. Penerapan model SDN 2 Bora. Jurnal Kreatif Tadulako, 5(6), 126-
pembelajaran inkuiri terbimbing bisa dijadikan 132
salah satu alternatif dalam proses pembelajar- Olvah, M., & Maulana, F. (2015). Peningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sistem
an biologi terutama yang menerapkan Kuriku- Regulasi Manusia Menggunakan Model Inkuiri
lum 2013 dengan tujuan untuk meningkatkan Terbimbing. Jurnal Pendidikan Hayati, 1(1), 16-
kompetensi siswa. 22
Paidi (2009) Peningkatan Scientific Skill Siswa
melalui Implementasi Metode Guided Inquiry
DAFTAR PUSTAKA pada Pembelajaran Biologi di SMAN I Sleman.
Jurnal Teknodika UNS, 7(1)
Arikunto, S. (2012) Prosedur Penelitian Suatu Permendikbud No. 104 Tahun 2014 tentang
Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Penilaian. Jakarta: Kemendikbud.
Bruce, C. (2001) Teaching Science: The Inquiry Process Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar
and Engaging in Inquiry. (Online). Proses. Jakarta: Kemendikbud.
http://www.isrl.uiuc.edu/~chip-teach/ Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 tentang
resources/D_Process.shtml Kerangka Dasar dan Stuktur Kurikulum SMA.
Dewi, N. L., Dantes, N., & Sadia, I. W. (2013). Jakarta: Kemendikbud.
Pengaruh model pembelajaran inkuiri Putra, S. R. (2013) Desain Belajar Mengajar Kreatif
terbimbing terhadap sikap ilmiah dan hasil Berbasis Sains. Yogyakarta: Diva Pres.
belajar IPA. PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Rahmayanti, F., Ramdani, A., & Japa, L. (2014).
Indonesia, 3(1), 78-82 Pengaruh Penerapan Model Inkuiri Terbimbing
Dirman & Juarsih, C. (2014) Pengembangan Peserta (Guided Inquiry) terhadap kemampuan berpikir
Didik. Jakarta: Rineka Cipta. kritis siswa kelas XI Peminatan Matematika
Hosnan, M. (2014). Pendekatan saintifik dan dan Ilmu-ilmu alam SMAN 2 Gerung Tahun
kontekstual dalam pembelajaran abad 21: Kunci Ajaran 2014/2015 (Skripsi, Universitas
sukses implementasi kurikulum 2013. Bogor: Mataram).
Ghalia Indonesia. Rizal, M. (2014). Pengaruh Pembelajaran Inkuiri
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2003). Models Terbimbing dengan Multi Representasi
of teaching. Massachusetts: Allyn and Bacom. terhadap Keterampilan Proses Sains dan
Jufri, W. (2013) Belajar dan Pembelajaran Sains. Penguasaan Konsep IPA Siswa SMP. Jurnal
Bandung: Pustaka Reka Cipta. Pendidikan Sains, 2(3), 159-165.
Majid & Aep (2014) Implementasi kurikulum 2013. Sudarman, I. N. (2012). Pengaruh Model
Bandung: Interes Media. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap
Mustari, M. (2014) Nilai karakter Refleksi untuk Pemahaman Konsep dan Kinerja Ilmiah Siswa
Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. SMP. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran IPA
Natalina, M., Mahadi, I., & Suzane, A. C. (2013). Indonesia, 2(1), 1-19
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Suprihatin, E., & Hidayah, Y. (2014). Penerapan
Terbimbing (Guided Inquiry) untuk Meningkat- model pembelajaran inkuiri terbimbing pada
kan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Biologi konsep pencemaran lingkungan dalam melatih
Siswa Kelas XI IPA-5 SMA Negeri 5 Pekan keterampilan menyelesaikan masalah siswa
Baru Tahun Ajaran 2011/2012. Prosiding kelas VII MTS At-Thohiriyah. Jurnal Ilmiah
Semirata FMIPA Universitas Lampung. [Online]. Kependidikan, 9(2), 11-24.
URL: jurnal.fmipa.unila.ac.id/index. php/semirata Tangkas, I. M. (2012). Pengaruh implementasi
/article/download/591/411.[29 Maret 2014]. model pembelajaran inkuiri terbimbing
terhadap kemampuan pemahaman konsep dan
keterampilan proses sains siswa kelas X SMAN

29
Pendrice, et al. / Jurnal Pendidikan Biologi 8 (1) (2018) 20 - 30

3 Amlapura. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Wena, M. (2013) Strategi Pembelajaran Inovatif
IPA Indonesia, 2(1) Kontemporer. Jakarta: Bumi aksara.
Trianto (2012) Mendesian Model Pembelajaran Yuniastuti, E. (2016). Peningkatan keterampilan
Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada proses, motivasi, dan hasil belajar biologi
Media group. dengan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing
Wahyuni, E. S. (2010) Meningkatkan Hasil Belajar pada siswa kelas VII SMP Kartika V-1
Siswa Sub Materi Kingdom Plantae dengan Balikpapan. Jurnal Penelitian Pendidikan, 13(1),
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing di SMP. 78-86
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 4(6), 1-12

30

Das könnte Ihnen auch gefallen