Sie sind auf Seite 1von 7

Vol. 09 No.

02 Oktober 2013 ISSN 0216-9487

Jurnal Ilmiah

Konservasi
Hayati

Papilio polytes
DAFTAR ISI

Halaman

Perilaku Grooming Macaca fascicularis, Raffles 1821 di Taman Hutan Raya 1-6
Rajolelo Bengkulu
Santi Nurul Kamilah, Deni Saprianto, Jarulis

Komposisi Guild Burung-Burung di Kawasan Hutan Taman Wisata Alam 7-17


Seblat Bengkulu Utara
Jarulis, Aristo Median, Santi Nurul Kamilah

Siklus Hidup Beberapa Jenis Kupu-Kupu Papilionidae Pada Tanaman Inang 18-24
Jeruk Kalamansi (Citrofurtunella microcarpa)
Helmiyetti, Fadillah, Syalfinaf Manaf

Keanekaragaman Serangga Tanah Permukaan Pada Kebun Karet Desa Dusun 23-32
Baru Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu
Darmi, Syarifuddin, Rinna

Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Desa Suka Rami 33-43
Kecamatan Air Nipis Kabupaten Bengkulu Selatan
Rochmah Supriati, Timi Juniarti, R.R. Sri Astuti

Studi Komposisi Makrozoobenthos Sebagai Bioindikator Pencemaran Limbah 44-52


PDAM di Bendungan Sungai Jenggalu Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Seluma
M. Rizka Ikhsan, Rizwar, Darmi

Pengaruh Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Awal Buah Naga Super 52-54
Merah (Hylocereus costaricensis (Webb.) Britton. & Rose) di Kabupaten
Kepahiang Propinsi Bengkulu
R.R. Sri Astuti, Hery Haryanto, Deliza Purnama Sari

Uji Efektivitas Ekstrak Daun Iler-Iler (Coleus scutellarioides (Linn.) Benth) 56-60
Sebagai Antibakteri Staphylococcus aureus
Welly Darwis, Makda Romauli, Kasrina
Konservasi Hayati Vol. 09 No. 02 Oktober 2013, hlm. 55-59
ISSN 0216-9487

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN ILER-ILER


(Coleus scutellarioides (Linn.) Benth) SEBAGAI ANTIBAKTERI Staphylococcus aureus

Welly Darwis1, Makda Romauli1, Kasrina2


1)
Jurusan Biologi Gedung T, FMIPA Universitas Bengkulu Jl. WR. Supratman
2)
Jurusan Biologi FKIP Universitas Bengkulu Jl. WR. Supratman
e-mail : wellydtbgdsati@rocketmail.com
Accepted, August 25th 2013; Revised, September 28th 2013

ABSTRACT

The research has been conducted in order to determine the effective concentration of leaf
extract of Coleus scutellarioides to inhibit the growth of Staphylococcus aureus. The
antibacterial test was using paper disc diffusion method, Leaf extract obtained by maceration
method, using methanol as a liquid solvent. This research used a Completely Randomized, 5
treatments variation of leaf extract (3.5%, 4.75%, 6%, 7.25% and 8.5%), and 5 replications.
Tetracycline antibiotics were used as a comparison test. The results showed that the leaf
extract was effective to inhibit the growth of bacteria S. aureus. Antimicrobial with the
largest diameter of inhibition was at concentrations of 7.25% (8.5 mm). While tetracycline
was 4 mm. Antimicrobial inhibition was most effective at a concentration of 3.5%.

Key words: Leaf extract of Coleus scutellarioides (Linn.) Benth, antimicrobial,


Staphylococcus aureus

PENDAHULUAN digunakan karena sedikit menimbulkan efek


Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak samping bahkan tidak menimbulkan efek
pernah lepas dari suatu penyakit, termasuk samping, masih bersifat alami dan masih
penyakit infeksi. Penyakit infeksi menjadi bisa dicerna oleh tubuh. Sedangkan obat-
salah satu masalah dalam bidang kesehatan obat sintetik yang dipasarkan harganya
dan dari waktu ke waktu terus berkembang. lumayan tinggi dan jika terlalu sering
Infeksi merupakan penyakit yang dapat dikonsumsi maka cenderung akan
ditularkan dari satu orang ke orang lain menimbulkan efek samping (Sari, 2006).
atau dari hewan ke manusia. Bagi Salah satu alternatif dalam pengoba-
penderita, selain menyebabkan penderitaan tan penyakit infeksi adalah dengan
fisik, infeksi juga menyebabkan penurunan penggunaan tumbuhan yang memiliki
kinerja dan produktivitas (Wahjono, khasiat antimikroba. Tumbuhan obat yang
2007). Berbagai usaha pengobatan banyak dapat digunakan untuk mengobati penyakit
dilakukan oleh masyarakat agar bisa infeksi salah satunya yaitu daun Iler-iler
sembuh. Pengobatan infeksi yang paling (Coleus scutellarioides (Linn.) Benth), yang
umum dilakukan adalah dengan terapi dapat mengobati penyakit infeksi yang
antibiotik. Akan tetapi dewasa ini, banyak disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
masyarakat kita yang telah beralih aureus. Daun iler-iler mengandung senyawa
menggunakan obat tradisional dalam usaha kimia antara lain polifenol, flavonoid, tanin
penyembuhan suatu penyakit. (Khoirul, 2007 dalam Sari, dkk., 2009), dan
World Health Organization (WHO) alkaloida (Dalimartha, 2006). Di duga
merekomendasikan penggunaan obat bahan aktif yang terdapat pada daun Iler-iler
tradisional dalam memelihara kesehatan tersebut dapat mengobati penyakit karena
masyarakat baik itu pencegahan maupun infeksi S. aureus.
pengobatan (WHO, 2010). Obat-obatan Bakteri S. aureus dapat mengakibatkan
tradisional memang bermanfaat bagi infeksi pada kulit seperti infeksi folikel
kesehatan dan kini digencarkan penggunaan- rambut atau bisul. Infeksi S. aureus juga
nya karena lebih mudah dijangkau masya- dapat terjadi akibat kontaminasi langsung
rakat, baik harga maupun ketersediaannya. pada luka, misalnya pada infeksi luka
Obat tradisional pada saat ini banyak pascabedah. Saat bakteri masuk ke pereda-

55
Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 09 No. 02 Oktober 2013 ISSN 0216-9487
ran darah, bakteri dapat menyebar ke Uji awal penentuan Inhibitor
organ lain dan menyebabkan infeksi Concentration
seperti pneumonia, infeksi pada katup Stok konsentrasi ekstrak daun iler-iler yang
jantung (endokarditis) yang memicu pada divariasikan adalah dalam beberapa
gagal jantung, dan osteomielitis (Jawetz, et konsentrasi yaitu 0 % (kontrol), 1%, 2%,
al., 2008). 3%, 4%, 5%, 6%, 7%, 8%, 9% dan 10%.
Sampai saat ini belum ada informasi Pembuatan konsentrasi tersebut dilakukan
tentang konsentrasi yang efektif dari dengan cara mengencerkan ekstrak daun
ekstrak daun iler-iler yang dapat mengham- dengan penambahan aquades steril. Untuk
bat pertumbuhan bakteri S. aureus. Berda- pembuatan konsentrasi 1%, diambil 0,05 gram
sarkan latar belakang demikian, maka ekstrak kental daun iler-iler, kemudian
dilakukan penelitian ini untuk menguji dilarutkan dengan menggunakan aquades
efektivitas daya hambat ekstrak daun Iler- sampai menjadi 5 ml, begitu seterusnya untuk
iler terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus. pembuatan konsentrasi lainnya. Untuk
mengetahui kemampuan antimikroba, masing-
BAHAN DAN METODE masing konsentrasi ekstrak daun iler-iler
Penelitian ini dilakukan dengan mengguna- dalam berbagai variasi tersebut diujikan
kan Rancangan Acak Lengkap (RAL). terhadap bakteri S. aureus. Kisaran Inhibitor
Sejumlah alat yang digunakan dalam Concentration yang didapatkan dari uji awal
penelitian ini adalah cawan petri ukuran diambil lima variasi konsentrasi yaitu pada
12,5x2,5 cm, tabung reaksi, gelas kimia konsentrasi 3,5%, 4,75%, 6%, 7,25%, 8,5%
1000 ml, gelas ukur 10 ml, erlenmeyer yang kemudian diujikan efektivitasnya
1000 ml, 500 ml dan 250 ml, pipet ukur 1 terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus. Uji
ml, 5 ml dan 10 ml, labu ukur 5 ml dan 250 awal dilakukan dengan dua kali pengu-
ml, jarum ose, incubator, autoclave, langan.
shaker, rotary evaporator, penangas air, hot
plate, laminar air flow, neraca analitik, Pembuatan larutan pembanding
refrigerator, batang pengaduk, bola hisap, tetrasiklin
pinset, spatula, kaca arloji, kertas saring Pembuatan larutan pembanding tetrasiklin
(Whatman-42). Bahan yang digunakan dalam konsentrasi 50μg/ml perlu dilakukan
antara lain aquades, pelarut metanol, untuk penyesuaian dosis pengujian pada
alkohol 70 %, ekstrak daun iler-iler, isolat bakteri, konsentrasi tersebut didapatkan
bakteri S. aureus, media agar NA (Nutrient pada Standard Interpretive Antibiotic
Agar), media NB (Nutrient Broth) dan (Zimbro, et al., 2009). Tetrasiklin ditimbang
tetrasiklin sebagai antibiotik pembanding. sebanyak 62,5 mg, kemudian ditambahkan
aquades sampai menjadi 250 ml sehingga
Pembuatan ekstrak daun iler-iler kadar yang didapat 0,25 mg/ml. Larutan
Daun iler-iler diambil sebanyak 2 kg, kemu- tetrasiklin kadar 0,25 mg/ml tersebut
dian dicuci bersih, dipotong-potong halus diambil sebanyak 1 ml dan ditambah
dan dikeringanginkan sampai layu aquades sampai menjadi 5 ml sehingga
sehingga didapatkan berat kering daun kadar larutan pembanding tersebut menjadi
289,3 gram. Setelah itu, daun iler-iler 50µg/ml.
direndam dengan 5 liter pelarut metanol,
metode ini disebut dengan maserasi. Uji Efektivitas
Selanjutnya dilakukan penyaringan ekstrak 10 ml media NA steril dimasukkan ke
daun menggunakan kertas saring Whatman- dalam cawan petri dan dibiarkan memadat.
24 untuk memisahkan filtrat dari ampas. Kemudian dimasukkan 0,1 ml suspensi
Sisa methanol yang masih terdapat pada bakteri S. aureus lalu disebarkan secara
hasil saringan ekstrak diuapkan dengan merata pada media dan didiamkan selama
menggunakan rotary evaporator sehingga kurang lebih sepuluh menit agar suspensi
didapatkan ekstrak kental daun iler-iler. terserap ke media. Uji kemampuan anti-
Ekstrak yang dihasilkan digunakan untuk mikroba ekstrak daun iler-iler ini mengguna-
pengujian selanjutnya. kan metode difusi kertas cakram. Pada setiap
cawan petri tersebut diletakkan satu buah
kertas cakram berdiameter 6 mm yang telah

56
Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 09 No. 02 Oktober 2013 ISSN 0216-9487
dicelupkan ke dalam setiap variasi konsen- sarkan Davis dan Stout (1971), diklasifikasi-
trasi ekstrak uji daun iler-iler. Kertas cakram kan ke dalam kategori lemah. Hal ini menun-
diambil menggunakan pinset steril, penem- jukkan bahwa senyawa-senyawa metabolit
patannya agak ditekan agar menempel pada sekunder yang terkandung dalam daun iler-
permukaan medium NA (Suryanto, 2006). iler mempunyai kemampuan daya hambat
Uji efektivitas ini dilakukan dengan lima yang lebih besar dibandingkan dengan
kali pengulangan. Hal yang sama juga tetrasiklin. Dengan kata lain bahwa
dilakukan untuk pengujian larutan Tetra- ekstrak daun iler-iler lebih efektif
siklin 50µg/ml. Media yang telah diberi terhadap S. aureus dari pada tetrasiklin
perlakuan tersebut kemudian diinkubasi di dalam menghambat pertumbuhan bakteri S.
dalam inkubator pada suhu 37 °C. Diukur aureus.
diameter zona bening yang terbentuk Tetrasiklin merupakan antibiotik yang
setiap harinya sampai zona bening yang bekerja secara bakteriostatik (hanya
terbentuk stabil. Terbentuknya zona bening bersifat menghambat pertumbuhan bakteri
di sekitar kertas cakram menunjukkan daya tidak sampai membunuh bakteri tersebut).
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Pada ribosom, tetrasiklin berikatan dengan
(Pelezar dan Chan, 2005). Data yang subunit 30S dan menghalangi pengga-
didapatkan dianalisa menggunakan uji bungan asam amino ke rantai peptida dan
statistik ANOVA. menyebabkan sistesis protein terhambat.
Terhambatnya sistesis protein akan
HASIL DAN PEMBAHASAN menyebabkan hilangnya kekakuan dan
Dari penelitian yang telah dilakukan kekuatan dinding sel, sehingga bakteri akan
didapatkan hasil pengujian efektivitas mengalami kematian (Wattimena, et al.,
seperti yang tercantum pada Tabel 1. Daya 1991). Sedangkan menurut Siswandono dan
hambat terbesar terhadap pertumbuhan Soekardjo (1995), diduga aktivitas
bakteri S. aureus adalah pada konsentrasi antibakteri tetrasiklin disebabkan oleh
ekstrak daun iler-iler 7,25 % dengan kemampuan untuk menghilangkan ion-ion
diameter zona bening yang terbentuk yaitu logam yang penting bagi kehidupan bakteri,
8,5 mm. Diameter zona bening terkecil yang seperti ion Mg. Ion Mg merupakan salah satu
terbentuk pada konsentrasi 3,5 % yaitu 6,9 sumber mineral bagi bakteri yang penting
mm. Mengacu pada Davis dan Stout untuk fungsi ribosom (Jawetz, et al., 2008).
(1971), aktivitas antibakteri dari lima variasi Jika ion Mg hilang, maka fungsi dari
konsentrasi ekstrak daun iler-iler ini ribosom akan terganggu.
diklasifikasikan ke dalam kategori sedang
karena zona bening yang terbentuk
berada pada rentang 5-10 mm.
Berdasarkan telaah fitokimia, daun iler-
iler mengandung polifenol, flavonoid dan
tanin (Khoirul, 2007 dalam Sari, dkk, 2009).
Ketiga senyawa ini bersifat sebagai
antibakteri (Wilson, 1982). Selain itu, daun a
iler-iler juga mengandung zat alkaloida
(Dalimartha, 2006). Terbentuknya zona b
bening di sekitar kertas cakram menunjuk-
kan adanya penghambatan pertumbuhan c
bakteri (Pelczar dan Chan, 2005), hal ini
dikarenakan adanya pengaruh senyawa- Gambar 1. Zona bening yang terbentuk
senyawa metabolit sekunder yang terkandung setelah inkubasi 3 x 24 jam,
dalam ekstrak daun iler-iler. a). biakan bakteri, b). zona
Antibiotik yang digunakan sebagai bening, c). kertas cakram
pembanding dalam penelitian ini adalah
tetrasiklin. Zona bening yang terbentuk
dengan diameter 4 mm. Ukuran ini berda-

57
Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 09 No. 02 Oktober 2013 ISSN 0216-9487
Tabel 1. Diamater rata-rata zona bening pada uji ekstrak daun Iler-Iler terhadap
pertumbuhan bakteri S. aureus
Konsentrasi (%) Diameter Zona Bening (mm) Kategori daya hambat*
3,5 6,9 Sedang
4,75 7,5 Sedang
6 7,8 Sedang
7,25 8,5 Sedang
8,5 7,7 Sedang
Tetrasiklin 50µg/ml 4 Lemah
Keterangan : * Daya hambat >20: Sangat Kuat, 10-20 : Kuat, 5-10: Sedang dan <5: Lemah

Tabel 2. Hasil Analisis Sidik Ragam uji efektivitas ekstrak daun Iler-iler Sebagai
antibakteri S. aureus
Sumber DB JK KT F Hitung F Tabel
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 4 6,64 1,66 0,42NS 2,67 4,43
Galat 20 77,3 3,865
Total 24 83,94
Keterangan : DB = Derajad bebas, JK = Jumlah kuadrat, NS = Non signifikan (F Hitung < F Tabel)

Polifenol dan flavonoid merupakan nutrisi sehingga pertumbuhan sel terhambat


turunan dari senyawa fenol. Aktifitas atau bahkan menyebabkan kematian sel
biologis senyawa fenol terhadap bakteri S. (Robinson, 1991).
aureus dilakukan dengan merusak dinding Alkaloid memiliki kemampuan sebagai
sel dari bakteri yang terdiri atas lipid dan asam antibakteri. Keaktifan biologis dari senyawa
amino yang akan bereaksi dengan gugus Alkaloid ini disebabkan oleh adanya gugus
alkohol pada senyawa fenol. Rusaknya basa yang mengandung nitrogen. Adanya
dinding sel mengakibatkan senyawa terse- gugus basa ini apabila mengalami kontak
but dapat masuk ke dalam inti sel bakteri. dengan bakteri akan bereaksi dengan
Selanjutnya senyawa ini akan berinteraksi senyawa-senyawa asam amino yang meru-
dengan DNA pada inti sel bakteri dan pakan penyusun peptidoglikan. Reaksi ini
merusak struktur lipid DNA bakteri sehing- akan mengganggu komponen penyusun
ga inti sel bakteri akan lisis. Selain itu, fenol peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga
juga dapat menyebabkan pengubahan meka- lapisan dinding sel tidak terbentuk secara
nisme permeabilitas mikrosom, lisosom utuh dan menyebabkan kematian sel
dan dinding sel yang kemudian menyebab- tersebut (Robinson, 1991). Karvakrol,
kan kematian sel (Wilson, 1982). eugenol, dan etil salisilat merupakan
Senyawa tanin adalah senyawa fenolik kelompok minyak atsiri. Minyak atsiri
kompleks yang mengandung gugus hidroksil. merupakan senyawa golongan terpenoid,
Karena bersifat fenolik, maka tanin berperan sebagai antibakteri dengan cara
mempunyai mekanisme yang sama dalam senyawa ini berikatan dengan lipid dan
menghambat pertumbuhan bakteri yaitu protein yang terdapat pada dinding sel.
memanfaatkan perbedaan kepolaran antara Reaksi ini mengganggu proses terbentuk-
lipid penyusun sel bakteri dengan gugus nya dinding sel sehingga tidak terbentuk atau
alkohol dari senyawa tanin. Tanin mempu- terbentuk tidak sempurna. Hal ini akan
nyai kemampuan mengikat protein sehingga menyebabkan terganggunya transport nutrisi
membentuk kompleks tanin-protein. Hal ini yang penting bagi pertumbuhan bakteri.
menyebabkan mengkerutnya dinding sel Pada umumnya, semakin tinggi kon-
sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sentrasi maka zona bening yang terbentuk
sendiri. Gangguan terhadap permeabilitas akan cenderung meningkat. Namun
sel terjadi akibat terganggunya transport berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa

58
Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 09 No. 02 Oktober 2013 ISSN 0216-9487
dari konsentrasi 3,5 % sampai konsentrasi DAFTAR PUSTAKA
7,25% daya hambat yang terbentuk menga- Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan
lami peningkatan namun pada konsentrasi Indonesia Jilid 2. Trubus Agriwidya.
8,5% daya hambat yang terbentuk mengalami Jakarta.
penurunan. Hal ini dimungkinkan karena Davis, W.W., T.R. Stout. 1971. Disc Plate
adanya perbedaan kecepatan difusi. Pada Method of Microbiological Anti-biotic
konsentrasi tinggi kemampuan difusi zat Assay. Microbiology. 22: 659-665.
antibakteri rendah karena ekstrak terlalu Jawetz, E., J. Melnick, dan E. Adelberg.
pekat. Hal ini menyebabkan ekstrak sulit 2008. Mikrobiologi Kedokteran
untuk berdifusi secara maksimal ke dalam Edisi 23. EGC. Jakarta.
media yang mengandung bakteri. Pelczar, M.J., E.C.S. Chan. 2005. Dasar-
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa F Dasar Mikrobiologi Jilid 2. UI-Press.
Hitung < F Tabel, maka secara statistik, Jakarta.
menunjukkan pengaruh yang berbeda tidak Robinson,T. 1991. Kandungan Organik
nyata pada setiap perlakuan konsentrasi Tumbuhan Tingkat Tinggi. ITB.
ekstrak daun iler-iler dalam menghambat Bandung.
pertumbuhan bakteri S. aureus. Namun, jika Sari, L.O.R.K. 2006. Pemanfaatan Obat
dianalisis tanpa statistik hasil uji menunjuk- Tradisional dengan Pertimbangan
kan bahwa ekstrak daun iler-iler mempunyai Manfaat dan Keamananya. Majalah
daya hambat yang lebih besar terhadap Ilmu Farmasi 3(1): 1-7
pertumbuhan bakteri S. aureus atau lebih Sari, E.W., M. Ririn, P.B. Vivandra. 2009.
efektif dari pada tetrasiklin 50µg. Hal ini Antibiotik dari Mikroba Endofit Ta-
ditunjukkan dengan lebih besarnya daya naman Jawer Kotok: Alternatif Solusi
hambat yang terbentuk dari ekstrak daun iler- Permasalahan Resistensi Bakteri di
iler yaitu 5-10 mm (kategori sedang) Indonesia. PKM Fakultas Matematika
sedangkan untuk daya hambat tetrasiklin dan Ilmu Pengetahuan Alam. IPB.
50µg < 4 mm (kategori lemah). Diameter Siswandono dan B. Soekardjo. 1995.
rata-rata daya hambat terbesar yang didapat Kimia Medisinal. Airlangga
pada uji efektivitas pada konsentrasi 7,25% University Press. Surabaya.
dengan kategori daya hambat sedang. Akan Suryanto. 2006. Uji Brine-Shrimp dan Pe-
tetapi, konsentrasi 3,5% dinilai lebih efektif ngaruh Ekstrak Metanol Daun tumbu-
karena telah mampu menghambat bakteri S. han Pradep (Psychothria stipulacea
aureus dibandingkan konsentrasi 7,25%. WALL (Familia Rubiaceae)) Terhadap
Konsentrasi 3,5 % memiliki kategori daya Mikroba.
hambat yang sama dengan 7,25%. Wahjono, H. 2007. Peran Mikrobiologi
Klinik pada Penanganan Penyakit
KESIMPULAN DAN SARAN Infeksi, Badan. Penerbit Universitas
Kesimpulan Diponegoro. Semarang.
Secara statistik hasil uji efektivitas ekstrak Watimena, J.R., C.S. Nelly, B.W. Mathilda,
daun iler-iler dalam menghambat pertumbu- Y.S. Elin, A.S. Adreanus, dan T.S.
han bakteri S. aureus menunjukkan pengaruh Anna. 1991. Farmakodinami dan Terapi
yang berbeda tidak nyata pada setiap Antibiotik. Gajah Mada University Press.
perlakuan konsentrasi. Secara non-statistik Yogyakarta.
konsentrasi efektif dari ekstrak daun iler-iler WHO. 2010. WHO Traditional Medicine.
dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. http://www.who.int/mediacentre/factshe
aureus yaitu 3,5 % dengan diameter daya et/fs 134/en/ (11 Desember 2010).
hambat 6,9 mm. Wilson, G. 1982. Kimia Farmasi dan
Medisinal Organik. Airlangga
University Press. Surabaya.
Saran
Zimbro, M.J., D.A. Power, S.M. Miller, G.E.
Disarankan penelitian lebih lanjut mengenai
Wilson, dan J.A. Johnson. 2009. Difco
ekstrak daun iler-iler untuk menguji daya
and BBL Manual, Manual of
antibakteri, baik pada bakteri Gram positif
Microbiological Culture Media. Second
maupun bakteri Gram negatif.
Edition. Becton, Dickinson and
Company. Maryland. America.

59
Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 09 No. 02 Oktober 2013 ISSN 0216-9487

Das könnte Ihnen auch gefallen