Sie sind auf Seite 1von 8

Bul.

Agrohorti 4(1) : 29 – 36 (2016)

Pengelolaan Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Studi Kasus di Kalimantan Selatan

Weed Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) case : at South Kalimantan

Winda Nufvitarini, Sofyan Zaman*, dan Ahmad Junaedi

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor


(Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
Telp.&Faks. 62-251-8629353 e-mail agrohort.ipb.ac.id
*Penulis untuk korespondensi: sofyan_zaman@yahoo.co.id

Disetujui 18 Januari 2016/ Published online 25 Januari 2016

ABSTRACT

The research was conducted at Angsana Estate, South Kalimantan from February to June 2011.
The data was collected from field and from reports. There were two methods on weed control according to
weed problem at site, first inter-row and second circle weeding. The vegetation analysis showed that
broadleaves were dominant at field. Coefficient weed comunity was than 75%, indicating non homogen.
Weeds were controled in Angsana Estate consisted of manually and chemically. Manual control performed
on young (immature) and productive diving rainy weather. Chemical control was performed using
systemic herbicides according to principles of sustainable palm oil management through Block Spraying
System (BSS). Some weed species were maintained for a specific purpose (beneficial plant) s u c h as
maintain soil moisture, increase organic matter and nutrients in the soil and manage pests, They
were Euphorbia heterophylla, Cassia cobanensis, Antigonon leptopus and Turnera subulata.

Keyword: beneficial plant, weed in palm oil

ABSTRAK

Kegiatan bertujuan untuk mengetahui manajemen pengendalian gulma kelapa sawit. Kegiatan
dilaksanakan dari bulan Februari sampai Juni 2011. Pengumpulan data dilakukan di Angsana Estate,
Kalimantan Selatan. Metode tidak langsung dengan melakukan studi pustaka berupa literatur dan laporan
kebun. Gulma berdaun lebar banyak mendominasi areal perkebunan. Perbandingan nilai koefisien
komunitas gulma tiap tahun tanam tidak homogen, nilai C < 75%. Pengendalian gulma dilakukan di dua
tempat yaitu di gawangan dan piringan, secara manual dan kimiawi. Pengendalian secara manual
dilakukan pada tanaman yang masih muda (TBM) dan TM. Pengendalian secara kimiawi dengan
menggunakan herbisida sistemik sesuai dengan pedoman prinsip dan kriteria kebun yang berkelanjutan
dengan Block Spraying System (BSS). Tidak semua gulma di ASE dikendalikan, beberapa jenis gulma
dipelihara untuk tujuan tertentu (beneficial plant) seperti menjaga kelembaban tanah, meningkatkan bahan
organik dan nutrisi dalam tanah serta dapat mengatasi serangan hama. Beneficial plant tersebut antara lain
Euphorbia heterophylla, Cassia cobanensis, Antigonon leptopus dan Turnera subulata.

Kata kunci: gulma kelapa sawit, tanaman berguna (beneficial plant)

Pengelolaan Gulma Kelapa… 29


Bul. Agrohorti 4(1) : 29 – 36 (2016)

PENDAHULUAN gulma dengan cara yang sudah ditetapkan.


Pahan (2008) menambahkan pengelolaan
Sektor agribisnis kelapa sawit gulma yang dilakukan harus tepat agar tidak
memberikan dampak positif dalam pembangunan meningkatkan daya saing gulma. Pengelolaan
nasional. Sunarko (2009) menyebutkan manfaat gulma pada prinsipnya merupakan usaha
pengembangan agribisnis kelapa sawit antara lain untuk meningkatkan daya saing tanaman
peningkatan pendapatan petani, menyediakan budi daya dan melemahkan daya saing gulma.
bahan baku untuk industri hilir lainnya, Keunggulan tanaman budidaya harus
peningkatan kesempatan kerja dan mendukung ditingkatkan sedemikian rupa sehingga gulma
upaya pengembangan wilayah. Dalam proses tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya
pengembangannya, luasan areal perkebunan secara berdampingan atau pada waktu
kelapa sawit di Indonesia juga mengalami bersamaan dengan tanaman budidaya.
peningkatan pada tahun 2009 luasan areal seluas Tujuan kegiatan adalah mempelajari teknis
7.8 juta ha menjadi 8.3 juta ha pada tahun 2010. dan meningkatkan pengetahuan tentang budidaya
Peningkatan luas areal perkebunan kelapa tanaman kelapa sawit, dan mempelajari serta
sawit pada tahun 2011 seluas 8.9 juta ha mengetahui manajemen pengelolaan gulma.
meningkat pada tahun 2012 seluas 9.1 juta
ha. Peningkatan luas areal perkebunan kelapa
BAHAN DAN METODE
sawit juga diimbangi dengan peningkatan
produktivitas kelapa sawit. Produktivitas kelapa Kegiatan dilaksanakan pada bulan
sawit tahun 2009 sebesar 3 487 kg ha-1, data ini Februari sampai Juni 2011 di Perkebunan
mengalami peningkatan pada tahun 2010 Kelapa Sawit Angsana Estate, Kalimantan
sebesar 3 595 kg ha-1. Tahun 2011, Selatan. Metode yang digunakan adalah metode
produktivitas kelapa sawit 3 526 kg ha-1 langsung dan metode tidak langsung. Metode
mengalami peningkatan tahun 2012 menjadi 3 langsung dengan melaksanakan dan
571 kg ha-1 (Ditjenbun, 2013). Peningkatan mempelajari seluruh kegiatan di lapangan
produktivitas kelapa sawit ini harus sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama
dipertahankan dengan cara melakukan satu bulan, pendamping mandor selama satu
pemeliharaan terhadap kebun kelapa sawit, salah bulan dan pendamping asisten divisi selama dua
satunya yaitu dengan adanya pengelolaan gulma bulan terakhir. Metode tidak langsung yaitu
yang tepat. studi pustaka berupa literatur dan laporan
Gulma merupakan tumbuhan yang kebun.
tumbuh ditempat yang tidak dikehendaki Data primer diperoleh dari analisis
oleh manusia atau tumbuhan yang vegetasi gulma dibeberapa blok tertentu
kegunaannya belum diketahui (Tjitrosoedirdjo berdasarkan tahun tanam baik itu tanaman
et al., 1984). Hadirnya gulma diperkebunan yang sudah menghasilkan maupun tanaman
dapat menurunkan produksi karena gulma belum menghasilkan. Analisis vegetasi
melakukan kompetisi dengan tanaman budi dilakukan dengan menggunakan kuadran
daya dalam memperebutkan air tanah, cahaya berukuran 50 cm x 50 cm. Jumlah sampel
matahari, unsur hara, udara dan ruang tumbuh. yang diambil 5% dari luasan lahan tiap tahun
Hal ini mengakibatkan tanaman budi daya tanam. Dilakukan pemanenan gulma pada
terganggu pertumbuhannya, sehingga dapat kuadran untuk pengamatan Nisbah Jumlah
menurunkan hasil produksi. Selain itu, gulma Dominasi (NJD) dan koefisien komunitas (C).
juga dapat menurunkan mutu hasil tanaman NJD diperoleh dengan menentukan frekuensi,
akibat dari kontaminasi dengan bagian-bagian kerapatan dan bobot kering gulma. Kerapatan
gulma. Gulma juga dapat menjadi inang bagi diperoleh dengan menghitung jumlah individu
hama dan patogen yang menyerang tanaman, tiap spesies gulma tertentu dalam petak
mengganggu tata guna air, mengeluarkan contoh. Frekuensi ditentukan dengan cara
senyawa alelopati yang dapat mengganggu menghitung jumlah petak contoh yang
pertumbuhan tanaman dan meningkatkan biaya memuat spesies tersebut. Bobot kering
usaha tani. Keberadaan gulma banyak ditentukan dengan cara mengeringkan spesies
menimbulkan dampak negatif pada usaha tersebut selama beberapa hari, kemudian
perkebunan, untuk itu perlu adanya pengelolaan ditimbang bobot keringnya. Koefisien
gulma yang teratur dan terencana. komunitas digunakan untuk membandingkan
Menurut Sukman dan Yakup (2002), dua komunitas vegetasi atau dua macam
pengelolaan gulma merupakan suatu tindakan vegetasi dari dua daerah (Tjitrosoedirdjo et
pencegahan terhadap gulma, pengendalian al., 1984). Data sekunder yang diperoleh

30 W. Nufvitarini, Sofyan Zaman, dan Ahmad Junaedi


Bul. Agrohorti 4(1) : 29 – 36 (2016)

seperti peta wilayah administrasi kebun, letak hasil pengendalian gulma, perubahan flora
geografis, peta kebun, data iklim, data produksi, sebagai akibat pengendalian tertentu dan
data perawatan kebun seperti data program evaluasi herbisida untuk menentukan aktivitas
pemupukan dan pengendalian gulma serta data suatu herbisida terhadap jenis gulma di
pendukung lainnya. lapangan. Parameter kuantitatif yang digunakan
Data pengamatan petak contoh yang untuk analisis vegetasi antara lain persentase
diperoleh dikelompokkan dan diolah penyebaran gulma, kerapatan, frekuensi dan
dengan menggunakan analisis vegetasi gulma dominasi gulma. Nilai Nisbah Jumlah Dominasi
metode kuadrat untuk mencari Nisbah Jumlah (NJD) disajikan dalam Tabel 1.
Dominasi (NJD) gulma dan koefisien Hasil analisis vegetasi yang dilakukan
komunitas (C). Data sekunder dan informasi (Tabel 1) menunjukkan bahwa jenis-jenis
yang didapat melalui pengumpulan laporan gulma yang ada di ASE cukup bervariasi. Jenis
bulanan, laporan tahunan, arsip kebun yang gulma yang tumbuh di areal TM ditemukan juga
lain diolah secara deskriptif. di areal TBM. Nilai NJD menurut golongan
gulma menunjukkan golongan gulma daun
HASIL DAN PEMBAHASAN lebar banyak mendominasi di areal
perkebunan. Gulma daun lebar tersebut antara
Kondisi dan Jenis Gulma lain Ageratum conyzoides, Borreria alata,
Kentosan, Melastoma malabatricum, dan
Gulma yang tumbuh disuatu daerah Micrania micranta. Gulma golongan rumput
akan berbeda di daerah lainnya meskipun pada banyak mendominasi areal TM, gulma tersebut
tanaman budi daya yang sama. Kondisi gulma antara lain Axonopus compressus, Centotheca
pada suatu lahan dapat diketahui dengan lappaceae, dan Cynodon dactilon. Gulma
cara analisis vegetasi. Menurut Tjitrosoedirdjo golongan teki-tekian yang mendominasi yaitu
et al. (1984) analisis vegetasi ditunjukkan Cyperus iria dan Scleria sumatrensis.
untuk mempelajari tingkat suksesi, evaluasi

Tabel 1. Nilai NJD gulma di ASE


Tahun tanaman
Nama spesies
1996 1998 1999 2000 2006 2007 2008
-------------------------------%-----------------------------
Daun lebar
Ageratum conyzoides 13.01 8.62 18.89 20.17 21.90 10.97 20.52
Borreria alata 13.95 17.69 6.56 14.21 14.39 14.09 18.17
Cleome rutiduspermae 0.00 0.00 0.00 9.69 11.37 0.00 4.15
Kentosan 9.65 7.42 3.81 6.56 4.76 2.68 0.00
Melastoma malabatricum 6.34 4.04 2.07 8.89 11.71 14.38 14.90
Micrania micranta 0.00 0.00 2.05 1.53 0.42 5.23 0.95
gulma lain 5.26 5.21 10.95 26.02 21.40 27.42 17.40
Sub total 48.20 42.96 44.33 87.08 85.96 74.78 76.09
Rumput
Axonopus compressus 17.77 13.99 19.24 0.00 1.97 0.00 0.00
Centotheca lappaceae 13.70 15.46 5.17 0.38 0.00 0.00 0.00
Cynodon dactilon 8.87 6.23 9.32 0.53 0.00 0.00 0.00
Gulma lain 10.13 14.29 51.31 3.93 4.86 10.47 6.40
Sub total 50.47 49.97 51.31 3.93 4.86 10.47 6.40
Teki
Cyperus iria 0.02 0.18 1.34 2.49 0.75 1.81 3.51
Scleria sumatrensis 1.29 6.87 4.36 8.99 9.18 14.76 17.51
Sub total 99.98
Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Perbedaan tahun tanam kelapa sawit cahaya masuk ke permukaan tanah tidak
mengakibatkan penutupan kanopi yang berbeda, banyak. Kondisi yang demikian akan
sehingga jenis gulma yang tumbuh dominan menghambat pertumbuhan gulma di bawah
memiliki perbedaan disetiap tahun tanamnya. tajuk karena cahaya matahari kurang bagi
Tanaman kepala sawit menghasilkan (TM) pertumbuhan gulma. Kondisi ini berbeda
memiliki tajuk yang saling menutup sehingga dengan tanaman kelapa sawit yang masih muda

Pengelolaan Gulma Kelapa… 31


Bul. Agrohorti 4(1) : 29 – 36 (2016)

(TBM). Syahputra et al. (2011) mengungkapkan dari koefisien komunitas (C) di atas 75%
bahwa kondisi lahan pada TBM masih terbuka (Tjitrosoedirdjo et al., 1984). Hasil perhitungan
sehingga penetrasi cahaya matahari lebih koefisien komunitas dengan membandingkan
banyak, keadaan ini dapat menyebabkan biji tiap tahun tanaman kelapa sawit diperoleh nilai
gulma yang pada awalnya dorman di permukaan C < 75% (Tabel 2). Hal ini dapat disimpulkan
tanah menjadi terpicu untuk berkecambah. bahwa perbandingan komunitas gulma tiap
Koefisien komunitas digunakan untuk tahun tanam adalah tidak homogen. Syahputra
menilai adanya variasi atau kesamaan dari et al. (2011) menyatakan perbedaan komunitas
berbagai komunitas dalam suatu area. Suatu dapat menyebabkan perbedaan pengelolaan
area dikatakan memiliki kesamaan apabila nilai gulma pada kebun.

Tabel 2. Nilai koefisien komunitas (C) gulma di ASE


Tahun tanam
Tahun tanam
1998 1999 2000 2006 2007 2008
C (%)
1996 40.15 34.72 22.19 21.76 18.85 18.52
1998 32.96 17.21 17.65 17.24 18.64
1999 26.51 22.92 20.61 21.29
2000 43.76 34.38 36.09
2006 33.67 37.05
2007 36.95

Organisasi Pengendalian Gulma berupa herbisida dan transportasi. Ketika akan


aplikasi herbisida ke divisi lain, asisten divisi III
Pelaksanaan pengendalian gulma di akan berkoordinasi langsung dengan asisten
kebun perlu adanya koordinasi yang baik divisi yang bersangkutan. Hal ini dilakukan
agar tujuan pengendalian gulma itu sendiri dapat agar pengerjaan aplikasi herbisida tidak
berjalan sesuai dengan rencana. Manajer kebun bersamaan dengan kegiatan kebun yang lain
bertugas mengorganisasikan dan mengambil seperti kegiatan panen dan pemupukan.
keputusan di kebun. Manajer kebun akan Asisten divisi III akan memberikan
memberikan tugas kepada senior asisten untuk tugas langsung kepada mandor semprot dalam
melakukan tugas perawatan kebun salah satunya melaksanakan pengendalian gulma secara kimia.
yaitu pengendalian terhadap gulma. Senior asisten Asisten divisi III akan membuat dan memberikan
akan memberikan tugas terkait dengan bon permintaan barang berupa herbisida kepada
pelaksanaan pengendalian gulma baik secara mandor semprot. Bon permintaan barang harus
manual ataupun dengan menggunakan bahan mengetahui senior asisten dan manajer kebun,
kimia kepada asisten divisi. Pengendalian gulma baru selanjutnya barang bisa diambil di gudang
secara manual dilaksanakan langsung oleh sentral. Dari gudang sentral, pencampuran
masing-masing divisi dan dikoordinir oleh mandor herbisida dilakukan di rumah BSS oleh mandor
perawatan. semprot yang saksikan oleh asisten Divisi III.
Pengendalian gulma secara kimia dibuat Pengendalian gulma secara kimia di ASE
dalam satu tim khusus yang berada di divisi terkonsentrasi pada blok per blok yang
III, namun bertugas untuk semua divisi kebun dinamakan dengan Block Spraying System (BSS).
yang dilakukan secara bergiliran. Tim BSS sendiri dibagi menjadi dua yaitu tim
Terkonsetrasinya pengendalian gulma secara TSK (Tim Semprot Keliling) dan tim MHS
kimia dinilai memiliki beberapa keunggulan (Micro Herby Sprayer). Pengerjaan tim TSK
antara lain lebih terorganisasi, pencampuran terkonsentrasi di gawangan baik pada tanaman
bahan dan konsentrasi lebih terkontrol, kelapa sawit TBM ataupun TM, sedangkan tim
pemakaian bahan lebih terdeteksi dan efisien, MHS lebih terkonsentrasi ke piringan kelapa sawit
perawatan/ perbaikan alat lebih efektif karena TM.
kerusakan alat mudah terdeteksi, efisiensi Organisasi ditingkat penyemprotan terdiri
terhadap tenaga kerja dan supervisi. dari mandor TSK/MHS, supir TSK, tukang air
Senior asisten memberikan tugas kepada dan tenaga penyemprot. Jumlah tenaga kerja tim
asisten divisi III untuk melaksanakan TSK sebanyak 20 orang dan jumlah tenaga kerja
pengendalian gulma secara kimia. Asisten divisi tim MHS sebanyak 7 orang. Pengendalian gulma
III akan berkoordinasi dengan gudang sentral secara kimia merupakan pekerjaan yang
dan traksi untuk mempersiapkan bahan kimia membutuhkan ketelitian dan ketepatan, sehingga

32 W. Nufvitarini, Sofyan Zaman, dan Ahmad Junaedi


Bul. Agrohorti 4(1) : 29 – 36 (2016)

tenaga kerja tim semprot ini tidak boleh diganti- Pengendalian gulma secara manual
ganti dan sebagian besar adalah wanita. Pekerjaan banyak dilakukan pada tanaman kelapa sawit yang
pengendalian gulma secara kimia merupakan masih muda (TBM). Pengendalian gulma secara
pekerjaan halus yang membutuhkan manual pada areal TM dilakukan oleh tim TSK
keterampilan khusus, tenaga kerja wanita mampu dan MHS ketika tidak ada aplikasi herbisida.
memperhitungkan kecepatan jalan, kekuatan Sasaran pengendalian gulma secara manual
memompa dan menyemprotkan herbisida secara adalah piringan dan gawangan kelapa sawit.
merata sehingga pemakaian herbisida tidak Metode pengendalian gulma secara manual pada
berlebihan. piringan disebut piringan manual atau raking.
Mandor memberi arahan kepada supir dan Pengendalian gulma secara manual di gawangan
tukang air berapa dosis per kap herbisida yang disebut dengan berantas tanaman pengganggu
digunakan di lapangan. Lalu membagi hancak (BTP), cara kerjanya dengan cara dongkel anak
penyemprot dan melakukan pengawasan penuh kayu (DAK) dan tebas rendahan. Tujuan
terhadap pekerjaan di lapangan seperti kualitas pengendalian gulma secara manual adalah untuk
semprotan, jam kerja karyawan, dan pendataan mengurangi kehilangan unsur hara dan
hasil yang berorientasi pada kualitas semprot. memperlancar kegiatan kebun lainnya seperti
Penyemprotan harus mengenai gulma sasaran kegiatan panen dan pemupukan.
yang dikendalikan. Pengisian larutan dilakukan Keunggulan dari pengendalian gulma
oleh tukang air yang diawasi oleh supir TSK, secara manual antara lain hasil yang didapat
sedangkan mandor tetap di lapangan mengawasi cepat terlihat, mudah untuk dilaksanakan dan
pelaksanaan penyemprotan. Program semprot secara ekologi dapat menghindarkan dampak
setiap bulannya dibuat 20 hari kerja, sehingga polusi lingkungan. Dampak negatif dari
pada hari kerja terdapat hari hujan maka pengendalian gulma secara manual antara lain
pengganti harinya diambil dari lima hari yang memerlukan banyak tenaga kerja dan
telah dicadangkan (dalam satu bulan dihitung 25 membutuhkan waktu yang cukup lama
hari kerja). Pada saat hari hujan, pekerjaan sehingga terjadi peningkatan terhadap biaya
penyemprotan dialihkan ke pekerjaan perawatan kebun.
pengendalian gulma secara manual sehingga alat Pengendalian gulma secara manual juga
kerja cadangan (cados) harus dibawa ke lapangan menyebabkan terjadinya pelukaan akar tanaman
setiap hari kerja. kelapa sawit akibat peralatan mekanis dan dapat
menyebabkan terjadinya erosi permukaan.
Teknik Pengendalian Gulma Peralatan yang digunakan untuk pengendalian
gulma secara manual antara lain cangkul dodos
Pengendalian gulma pada prinsipnya yaitu (cados), garukan, dan parang.
mengendalikan pertumbuhan gulma yang tumbuh Pengendalian gulma secara manual di
di areal tanaman kelapa sawit untuk menekan gawangan lebih banyak dilakukan untuk
adanya kompetisi. Adanya pengendalian gulma mengendalikan gulma jenis anak kayu. Gulma
diharapkan dapat melemahkan daya saing gulma anak kayu dikendalikan dengan cara
terhadap tanaman kelapa sawit yang mendongkel/ membongkar gulma tersebut
dibudidayakan. Pengendalian gulma mengacu hingga keakarnya kemudian gulma yang sudah
pada pengendalian gulma secara terpadu sesuai dibongkar diletakkan di gawangan mati.
dengan prinsip dan kriteria untuk menjadi kebun Metode pengendalian gulma anak kayu,
kelapa sawit yang berkelanjutan. Metode pelaksanaan di lahan sering tidak efektif, yaitu
pengendalian gulma yang digunakan atas dengan cara ditebas. Kesalahan metode
dasar pertimbangan secara ekologi, sehingga pengendalian gulma anak kayu memungkinkan
pengendalian gulma diutamakan kepada populasi gulma tersebut tumbuh dengan cepat, sehingga
gulma yang merugikan saja. sebelum rotasi pengendalian gulma berikutnya
Pengendalian gulma dilakukan di dua gulma ini telah tumbuh dengan lebat. Jenis gulma
tempat yaitu di piringan dan di gawangan. yang dikendalikan secara manual antara lain
Fokus kegiatan pengendalian gulma ini antara lain anakan sawit (kentosan), Clibadium suriname,
yaitu gulma umum yang berada di piringan dan Melastoma malabatricum, Chromolaena odorata,
pengendalian gulma di gawangan. Rotasi Lantana camara dan gulma epifit.
pengendalian gulma sebanyak empat kali dalam Kegiatan raking atau garuk piringan yaitu
setahun, dimana pengendalian secara kimia membersihkan piringan kelapa sawit dari
dilakukan sebanyak tiga kali dan pengendalian brondolan hitam yang tidak terambil, anakan
manual dilaksanakan sebanyak satu kali dalam sawit, bunga jantan yang luruh dan gulma-gulma
setahun. lainnya, sehingga piringan bersih dalam kondisi

Pengelolaan Gulma Kelapa… 33


Bul. Agrohorti 4(1) : 29 – 36 (2016)

bersih bebas dari gulma. Kegiatan garuk di setiap kantor divisi. Peta pemeliharaan terdiri
piringan pada TBM selain membersihkan atas peta identifikasi gawangan dan piringan
piringan dari gulma dan kotoran, gulma yang dalam satu tahun, peta program pemupukan dan
merambat seperti Micrania micranta juga tabel aplikasi, peta program gawangan dan
diberantas. Jenis gulma Micrania micranta yang piringan manual beserta tabel aplikasi, peta
merambat dan menutup tajuk kelapa sawit program gawangan dan piringan kimia beserta
mengakibatkan tanaman kelapa sawit kekurangan tabel aplikasi, peta luasan kebun, peta sumur
sinar matahari, sehingga menyebabkan tanaman pantau, peta seksi panen, dan peta seksi tunas
menjadi kerdil, tidak berbuah, hingga mati. progresif. Pada peta identifikasi gawangan dan
Adriadi et al. (2012) menyebutkan piringan di ASE, terdapat informasi mengenai
Micrania micranta merupakan tumbuhan yang kondisi umum pertumbuhan gulma. Keadaan
mudah menyebar dan berkembang biak dengan gulma di lapangan disimbolkan dengan warna.
cepat. Tumbuhan ini juga memiliki daya yang Area yang diberi warna hijau menunjukkan
cepat untuk tumbuh di lingkungan apa saja kondisi gulma di area tersebut ringan. Warna
seperti lahan lembab dan lahan kering, sehingga kuning menunjukkan kondisi gulma di area
tumbuhan ini merupakan ancaman yang besar tersebut sedang. Warna merah menunjukkan
bagi tanaman pertanian karena mengancam dalam kondisi gulma di area tersebut berat.
pengambilan unsur hara. Pada peta pemeliharaan, juga terdapat
Kegiatan raking/ garuk piringan juga peta program gawangan dan pringan kimia dan
dilakukan pada kelapa sawit TM, jenis manual serta terdapat tabel aplikasi masing-
kegiatannya yaitu dengan mencabuti gulma epifit masing program. Peta ini menginformasikan
yang tumbuh pada pokok kelapa sawit (sanitasi mengenai rotasi pengendalian gulma baik di
pokok). Sanitasi pokok dilakukan dengan tujuan gawangan maupun di piringan selama setahun.
untuk memudahkan kegiatan panen dan Tabel aplikasi digunakan untuk memantau blok
pengutipan brondolan sehingga meminimalkan mana saja yang sudah diaplikasi sesuai dengan
resiko kehilangan dan terjadinya serangan hama. peta identifikasi gawangan dan piringan serta
Gulma epifit merupakan gulma yang tumbuh peta program pemeliharan. Adanya tabel
menempel pada batang kelapa sawit, umumnya aplikasi asisten divisi dapat memantau secara
berupa pakis-pakisan, beringin dan kayuan tertulis terjadinya permasalah pengendalian
lainnya (Ginting et al., 2004). Pengendalian gulma di lapangan.
gulma epifit ini dengan cara ditabas dan dicabut Pengendalian gulma dengan
dari pokok kelapa sawit, kemudian di buang ke menggunakan herbisida memiliki beberapa
gawangan mati. Pakis-pakisan seperti Neprolephis keunggulan antara lain mengurangi tenaga kerja;
biserrata tetap dipertahankan untuk menjaga dapat mengendalikan gulma yang tumbuh
kelembaban pokok kelapa sawit, akan tetapi jika bersamaan dengan tanaman budi daya yang sulit
gulma ini tumbuh sampai mengganggu tanaman disiangi; mampu mengendalikan gulma sejak
pokok ataupun menghambat kegiatan panen awal; mengurangi kerusakan dan pelukaan akar
dan pemeliharaan lainnya diperlukan dampak penyiangan secara mekanis; erosi
pengendalian khusus. Pengendalian khusus permukaan dapat dikurangi; dan banyak gulma
tersebut seperti mencabut gulma tersebut, namun yang bersifat pohon lebih mudah ditangani
masih disisakan untuk memjaga kelembaban dengan menggunakan herbisda. Pengendalian
pokok kelapa sawit. Menurut Syahputra et al. gulma dengan menggunakan herbisida selain
(2011), golongan gulma pakis-pakisan menguntungkan juga memiliki kelemahan
memperbanyak diri melalui spora dan akar antara lain memerlukan tenaga ahli untuk
rimpang, keadaan ini menyebabkan mudahnya pemakaiannya baik yang berhubungan dengan
gulma tersebut tumbuh dan menyebar. keselamatan dan dosis. Pemakaian herbisida yang
Pengendalian gulma secara kimia dengan berlebihan dapat berdapak secara ekologi yaitu
menggunakan herbisida. Herbisida merupakan menimbulkan polusi lingkungan serta toksisitas
bahan senyawa beracun yang dimanfaatkan untuk bagi tanaman budidaya itu sendiri (Tjitrosoedirdjo
membunuh atau mengendalikan gulma. et al., 1984).
Penggunaan herbisda sesuai dengan SOP yang Jenis herbisida yang digunakan bersifat
mengacu pada kriteria dan prinsip kebun sistemik. Menurut Sukman dan Yakup (2002),
yang berkelanjutan. herbisida sistemik berarti herbisida yang
Pengendalian gulma secara kimia diberikan pada gulma setelah diserap oleh
dilakukan pada piringan, pasar rintis, TPH dan jaringan daun kemudian ditranlokasikan
gawangan. Pengendalian gulma secara kimia keseluruh bagian gulma tersebut sehingga akan
dengan melihat peta pemeliharaan yang terdapat mengalami kematian total. Aplikasinya dengan

34 W. Nufvitarini, Sofyan Zaman, dan Ahmad Junaedi


Bul. Agrohorti 4(1) : 29 – 36 (2016)

cara melakukan penyemprotan ke daun atau yang digunakan disajikan pada Tabel 3.
menyiramkan ke akar tanaman. Jenis herbisida

Tabel 3. Jenis Herbisida yang digunakan di PT ASE, Kalimantan Selatan


No Merek dagang Bahan aktif Kandungan bahan aktif Sifat
1 Ally 20 WDG Metil metsulfuron 20% sistemik
2 Starane Fluroksipir 200 g L-1 sistemik
3 Kenlon Triklopir butoksi, Etil ester 480 g L-1 sistemik
4 Metafuron 20 WP Metil metsulfuron 20% sistemik
5 Basta Amonium glufosinat 150 g L-1 sistemik
6 Prima Up Isopropilamina glifosat 480 g L-1 sistemik
Sumber: Kantor Besar ASE 2011

Pemakaian herbisida dengan cara menghemat biaya. Menurut Manual Referensi


mencampurkan herbisida-herbisida tertentu Agronomi Minamas Plantation (2008) dosis
dengan dosis dan konsentrasi yang sudah herbisida yang digunakan untuk pengendalian
ditetapkan oleh bagian riset (Tabel 4). Dosis gulma sangat tergantung dari jenis gulma sasaran.
merupakan jumlah herbisida yang dibutuhkan Barus (2007) menambahkan dosis herbisida yang
untuk menyemprot gulma persatuan luas (ha). digunakan sangat tergantung pada jenis dan
Konsentrasi merupakan perbandingan antara kondisi gulma sasaran, kondisi cuaca, kondisi
jumlah herbisida dengan pelarutnya (air). areal perkebunan, serta jenis sprayer dan nozzle
Pemakaian herbisida dengan cara dicampur yang digunakan. Setiap jenis produk herbisida
berfungsi untuk mendapatkan efek sinergis dan memiliki dosis rekomendasi yang dianjurkan oleh
meningkatkan toksisitas terhadap jasad sasaran formulatornya. Sasaran pengendalian gulma
ataupun memperoleh sifat kimia fisik yang antara di piringan dan di gawangan kelapa sawit
optimal dan penetrasi herbisida, memperluas berbeda maka campuran dan dosis herbisida yang
spektrum pengendalian gulma serta dapat digunakan juga berbeda.

Tabel 4. Dosis herbisida campuran yang digunakan di ASE


Campuran herbisida Dosis Sasaran
Metil metsulfuron + Isapropilamina 18 gr ha1 + 175 ml ha1 Mengendalikan gulma di piringan
glifosat
Fluroksipir + Isapropilamina glifosat 20 ml ha-1 + 200 ml ha-1 Mengendalikan gulma di piringan
Triklopir butoksida, Etil ester + 160 ml ha-1 + 180 ml ha-1 Mengendalikan gulma kentosan dan di
Isapropilamina glifosat gawangan
Amonium glufosinat + Metil metsulfuron 200 ml -1ha + 6 gr ha-1 Mengendalikan gulma di gawangan dan anakan
kayu

Pengendalian gulma secara kimia Tanaman Berguna (Beneficial Plant)


dilakukan di piringan dan pasar pikul saja (jalan Gulma disamping merugikan juga
angkong) dengan cara disemprot. Penyemprotan memberikan manfaat bagi kebun. Gulma juga
dilakukan secara sporadis, hanya pada gulma dapat dijadikan sebagai tanaman berguna
sasaran. Area penyemprotan yang dilakukan (beneficial plants). Menurut Manual Referensi
selain area buffer zone. Menurut Manual Agronomi Minamas (2008) tanaman berguna
Referensi Agronomi Minamas (2008) area buffer (benerficial plants) adalah tanaman yang
zone merupakan kawasan yang ada di sekitar mempunyai unsur perangsang alamiah untuk
sungai, berjarak 100 m dari sungai yang harus menarik populasi musuh-musuh alami hama ulat
dijaga kelestariannya sehingga mampu api dan ulat kantong pada tanaman kelapa sawit.
mendukung sebagian kawasan penyangga. Di Menurut Tjitrosoedirdjo et al. (1984) menyatakan
area buffer zone ini tidak boleh dilakukan jika tingkat preferensi hama lebih besar pada
pekerjaan dengan perlakuan kimia hanya boleh gulma maka hadirnya gulma dapat mengurangi
dilakukan dengan manual. Area ini juga ditanami intensitas kerusakan oleh hama pada tanaman budi
dengan beberapa tanaman penyangga seperti daya, walaupun demikian harus dipertimbangkan
mahoni dan bambu. Batas daerah buffer zone pula peranan gulma sebagai pesaing bagi tanaman
kurang 50 m dari tepi sungai dan diberi tanda cat budi daya.
kuning. Penanaman beneficial plants secara benar
dan berkelanjutan dapat mengatasi serangan hama
yang serius. Penangan serangan hama dengan

Pengelolaan Gulma Kelapa… 35


Bul. Agrohorti 4(1) : 29 – 36 (2016)

menggunakan beneficial plants ini diharapkan plant) seperti menjaga kelembaban tanah,
dapat mengurangi penggunaan bahan kimia pada meningkatkan bahan organik dan nutrisi dalam
tahun-tahun berikutnya. Empat spesies tanaman tanah serta dapat mengatasi serangan hama.
yang dibudidayakan antara lain Euphorbia Beneficial plant tersebut antara lain Euphorbia
heterophylla, Cassia cobanensis, Antigonon heterophylla, Cassia cobanensis, Antigonon
leptopus, dan Turnera subulata. Menurut PPKS leptopus dan Turnera subulata.
(2005) Euphorbia heterophylla berperan dalam
pengendalian hayati ulat api dan ulat kantong DAFTAR PUSTAKA
yaitu sebagi sumber makanan yang berupa
nektar dari kelenjar ekstra floral bagi imago Adriadi, A., Chairul, Solfiyeni. 2012. Analisis
(serangga dewasa), parasitoid ulat kantong vegetasi gulma pada perkebunan kelapa
(Metisa plana) dan ulat api. Kelenjar ekstra floral sawit (Elais guineensis Jacq) di Kilangan,
dari Euphorbia heterophylla ini terdapat di dekat Muara Bulian, Batang Hari. J. Bio. UA.
pangkal bunga atau buah, parasitoid akan 1(2):108-115.
menghisap nektar dari kelenjar ekstra floral
tumbuhan tersebut. Jenis parasitoid antara lain Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di
Systropus roepkei Meig, Dolichogenidea nixon Perkebunan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
spp., Brachymeria lasus Walker, dan Goryphus
bunoh. [Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan.
Beneficial plants diperbanyak dengan 2013. Statistik Perkebunan Tahun 2008-
cara stek dan perbanyakan biji. Perbanyakan 2012 [Internet]. [diunduh 2013 Mei 3].
tanaman ini lebih banyak menggunakan stek, Tersedia pada: http://www.ditjenbun.
karena rendahnya tingkat keberhasilan pada deptan.go.id.
perbanyakan melalui biji dan biji sulit didapat.
Cara penanaman beneficial plants ini yaitu 60% Ginting, K., Sutarta, E, S., Purba, R, Y. 2004.
Cassia cobanensis, 20% Antigonon leptopus dan Pengendalian gulma epifit pada kelapa
20% Tunerra subulata. Dalam setiap 10 sawit. Warta. 12(1):13-17.
mbeneficial plants ditanam 6 m Cassia
cobanensis dan diapit oleh jarak masing-masing 2 Manual Referensi Agronomi. 2008. Buku
m untuk ditanami Antigonon leptopus dan Pedoman Teknis Kelapa Sawit. Jakarta
Tunerra subulata. Penanamannya dilakukan di (ID): Minamas Plantation.
sebelah kanan-kiri jalan yang terbuka dan di
pinggir blok kebun. Penanaman beneficial plants, Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit: Manajemen
lebih diutamakan pada areal-areal yang memiliki Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir.
sejarah serangan hama ulat daun. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

[PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2005.


KESIMPULAN Seri Buku Saku Tanaman Penutup
Tanah dan Gulma pada Kebun Kelapa
Hasil analisis vegetasi jenis gulma Sawit. Medan (ID).
berdaun lebar banyak mendominasi areal
perkebunan. Perbandingan nilai koefisien Sukman, Y., Yakup. 2002. Gulma dan Teknik
komunitas gulma tiap tahun tanam yang ada Pengendaliannya. Jakarta (ID): Raja
adalah tidak homogen, nilai C < 75%. Grafindo Persada.
Pengendalian gulma dilakukan di dua tempat yaitu
di gawangan dan piringan. Pengendalian gulma Sunarko. 2009. Budi Daya dan Pengelolaan
dilakukan secara manual dan kimiawi. Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem
Pengendalian secara manual dilakukan pada Kemitraan. Agromedia Pustaka, Jakarta.
tanaman yang masih muda (TBM) dan TM
apabila cuaca hujan. Pengendalian secara Syahputra, E., Sarbino, Dian, S. 2011. Weeds
kimiawi dengan menggunakan herbisda sistemik. assessment di perkebunan kelapa sawit
Penggunaan herbisida dilakukan sesuai dengan lahan gambut. J.Tek Perkebunan &
pedoman prinsip dan kriteria kebun yang PSDL. 1:37-42.
berkelanjutan. Pengendalian gulma secara kimia,
dilakukan secara terorganisasi dan dinamakan Tjitrosoedirdjo, S., Utomo, I, H., Wiroatmodjo, J.
dengan Block Spraying System (BSS). Tidak 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan.
semua gulma dikendalikan, beberapa jenis gulma Jakarta (ID): PT Gramedia.
dikembangbiakan untuk tujuan tertentu (beneficial

36 W. Nufvitarini, Sofyan Zaman, dan Ahmad Junaedi

Das könnte Ihnen auch gefallen