Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Pengelolaan Gulma Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Studi Kasus di Kalimantan Selatan
Weed Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) case : at South Kalimantan
ABSTRACT
The research was conducted at Angsana Estate, South Kalimantan from February to June 2011.
The data was collected from field and from reports. There were two methods on weed control according to
weed problem at site, first inter-row and second circle weeding. The vegetation analysis showed that
broadleaves were dominant at field. Coefficient weed comunity was than 75%, indicating non homogen.
Weeds were controled in Angsana Estate consisted of manually and chemically. Manual control performed
on young (immature) and productive diving rainy weather. Chemical control was performed using
systemic herbicides according to principles of sustainable palm oil management through Block Spraying
System (BSS). Some weed species were maintained for a specific purpose (beneficial plant) s u c h as
maintain soil moisture, increase organic matter and nutrients in the soil and manage pests, They
were Euphorbia heterophylla, Cassia cobanensis, Antigonon leptopus and Turnera subulata.
ABSTRAK
Kegiatan bertujuan untuk mengetahui manajemen pengendalian gulma kelapa sawit. Kegiatan
dilaksanakan dari bulan Februari sampai Juni 2011. Pengumpulan data dilakukan di Angsana Estate,
Kalimantan Selatan. Metode tidak langsung dengan melakukan studi pustaka berupa literatur dan laporan
kebun. Gulma berdaun lebar banyak mendominasi areal perkebunan. Perbandingan nilai koefisien
komunitas gulma tiap tahun tanam tidak homogen, nilai C < 75%. Pengendalian gulma dilakukan di dua
tempat yaitu di gawangan dan piringan, secara manual dan kimiawi. Pengendalian secara manual
dilakukan pada tanaman yang masih muda (TBM) dan TM. Pengendalian secara kimiawi dengan
menggunakan herbisida sistemik sesuai dengan pedoman prinsip dan kriteria kebun yang berkelanjutan
dengan Block Spraying System (BSS). Tidak semua gulma di ASE dikendalikan, beberapa jenis gulma
dipelihara untuk tujuan tertentu (beneficial plant) seperti menjaga kelembaban tanah, meningkatkan bahan
organik dan nutrisi dalam tanah serta dapat mengatasi serangan hama. Beneficial plant tersebut antara lain
Euphorbia heterophylla, Cassia cobanensis, Antigonon leptopus dan Turnera subulata.
seperti peta wilayah administrasi kebun, letak hasil pengendalian gulma, perubahan flora
geografis, peta kebun, data iklim, data produksi, sebagai akibat pengendalian tertentu dan
data perawatan kebun seperti data program evaluasi herbisida untuk menentukan aktivitas
pemupukan dan pengendalian gulma serta data suatu herbisida terhadap jenis gulma di
pendukung lainnya. lapangan. Parameter kuantitatif yang digunakan
Data pengamatan petak contoh yang untuk analisis vegetasi antara lain persentase
diperoleh dikelompokkan dan diolah penyebaran gulma, kerapatan, frekuensi dan
dengan menggunakan analisis vegetasi gulma dominasi gulma. Nilai Nisbah Jumlah Dominasi
metode kuadrat untuk mencari Nisbah Jumlah (NJD) disajikan dalam Tabel 1.
Dominasi (NJD) gulma dan koefisien Hasil analisis vegetasi yang dilakukan
komunitas (C). Data sekunder dan informasi (Tabel 1) menunjukkan bahwa jenis-jenis
yang didapat melalui pengumpulan laporan gulma yang ada di ASE cukup bervariasi. Jenis
bulanan, laporan tahunan, arsip kebun yang gulma yang tumbuh di areal TM ditemukan juga
lain diolah secara deskriptif. di areal TBM. Nilai NJD menurut golongan
gulma menunjukkan golongan gulma daun
HASIL DAN PEMBAHASAN lebar banyak mendominasi di areal
perkebunan. Gulma daun lebar tersebut antara
Kondisi dan Jenis Gulma lain Ageratum conyzoides, Borreria alata,
Kentosan, Melastoma malabatricum, dan
Gulma yang tumbuh disuatu daerah Micrania micranta. Gulma golongan rumput
akan berbeda di daerah lainnya meskipun pada banyak mendominasi areal TM, gulma tersebut
tanaman budi daya yang sama. Kondisi gulma antara lain Axonopus compressus, Centotheca
pada suatu lahan dapat diketahui dengan lappaceae, dan Cynodon dactilon. Gulma
cara analisis vegetasi. Menurut Tjitrosoedirdjo golongan teki-tekian yang mendominasi yaitu
et al. (1984) analisis vegetasi ditunjukkan Cyperus iria dan Scleria sumatrensis.
untuk mempelajari tingkat suksesi, evaluasi
Perbedaan tahun tanam kelapa sawit cahaya masuk ke permukaan tanah tidak
mengakibatkan penutupan kanopi yang berbeda, banyak. Kondisi yang demikian akan
sehingga jenis gulma yang tumbuh dominan menghambat pertumbuhan gulma di bawah
memiliki perbedaan disetiap tahun tanamnya. tajuk karena cahaya matahari kurang bagi
Tanaman kepala sawit menghasilkan (TM) pertumbuhan gulma. Kondisi ini berbeda
memiliki tajuk yang saling menutup sehingga dengan tanaman kelapa sawit yang masih muda
(TBM). Syahputra et al. (2011) mengungkapkan dari koefisien komunitas (C) di atas 75%
bahwa kondisi lahan pada TBM masih terbuka (Tjitrosoedirdjo et al., 1984). Hasil perhitungan
sehingga penetrasi cahaya matahari lebih koefisien komunitas dengan membandingkan
banyak, keadaan ini dapat menyebabkan biji tiap tahun tanaman kelapa sawit diperoleh nilai
gulma yang pada awalnya dorman di permukaan C < 75% (Tabel 2). Hal ini dapat disimpulkan
tanah menjadi terpicu untuk berkecambah. bahwa perbandingan komunitas gulma tiap
Koefisien komunitas digunakan untuk tahun tanam adalah tidak homogen. Syahputra
menilai adanya variasi atau kesamaan dari et al. (2011) menyatakan perbedaan komunitas
berbagai komunitas dalam suatu area. Suatu dapat menyebabkan perbedaan pengelolaan
area dikatakan memiliki kesamaan apabila nilai gulma pada kebun.
tenaga kerja tim semprot ini tidak boleh diganti- Pengendalian gulma secara manual
ganti dan sebagian besar adalah wanita. Pekerjaan banyak dilakukan pada tanaman kelapa sawit yang
pengendalian gulma secara kimia merupakan masih muda (TBM). Pengendalian gulma secara
pekerjaan halus yang membutuhkan manual pada areal TM dilakukan oleh tim TSK
keterampilan khusus, tenaga kerja wanita mampu dan MHS ketika tidak ada aplikasi herbisida.
memperhitungkan kecepatan jalan, kekuatan Sasaran pengendalian gulma secara manual
memompa dan menyemprotkan herbisida secara adalah piringan dan gawangan kelapa sawit.
merata sehingga pemakaian herbisida tidak Metode pengendalian gulma secara manual pada
berlebihan. piringan disebut piringan manual atau raking.
Mandor memberi arahan kepada supir dan Pengendalian gulma secara manual di gawangan
tukang air berapa dosis per kap herbisida yang disebut dengan berantas tanaman pengganggu
digunakan di lapangan. Lalu membagi hancak (BTP), cara kerjanya dengan cara dongkel anak
penyemprot dan melakukan pengawasan penuh kayu (DAK) dan tebas rendahan. Tujuan
terhadap pekerjaan di lapangan seperti kualitas pengendalian gulma secara manual adalah untuk
semprotan, jam kerja karyawan, dan pendataan mengurangi kehilangan unsur hara dan
hasil yang berorientasi pada kualitas semprot. memperlancar kegiatan kebun lainnya seperti
Penyemprotan harus mengenai gulma sasaran kegiatan panen dan pemupukan.
yang dikendalikan. Pengisian larutan dilakukan Keunggulan dari pengendalian gulma
oleh tukang air yang diawasi oleh supir TSK, secara manual antara lain hasil yang didapat
sedangkan mandor tetap di lapangan mengawasi cepat terlihat, mudah untuk dilaksanakan dan
pelaksanaan penyemprotan. Program semprot secara ekologi dapat menghindarkan dampak
setiap bulannya dibuat 20 hari kerja, sehingga polusi lingkungan. Dampak negatif dari
pada hari kerja terdapat hari hujan maka pengendalian gulma secara manual antara lain
pengganti harinya diambil dari lima hari yang memerlukan banyak tenaga kerja dan
telah dicadangkan (dalam satu bulan dihitung 25 membutuhkan waktu yang cukup lama
hari kerja). Pada saat hari hujan, pekerjaan sehingga terjadi peningkatan terhadap biaya
penyemprotan dialihkan ke pekerjaan perawatan kebun.
pengendalian gulma secara manual sehingga alat Pengendalian gulma secara manual juga
kerja cadangan (cados) harus dibawa ke lapangan menyebabkan terjadinya pelukaan akar tanaman
setiap hari kerja. kelapa sawit akibat peralatan mekanis dan dapat
menyebabkan terjadinya erosi permukaan.
Teknik Pengendalian Gulma Peralatan yang digunakan untuk pengendalian
gulma secara manual antara lain cangkul dodos
Pengendalian gulma pada prinsipnya yaitu (cados), garukan, dan parang.
mengendalikan pertumbuhan gulma yang tumbuh Pengendalian gulma secara manual di
di areal tanaman kelapa sawit untuk menekan gawangan lebih banyak dilakukan untuk
adanya kompetisi. Adanya pengendalian gulma mengendalikan gulma jenis anak kayu. Gulma
diharapkan dapat melemahkan daya saing gulma anak kayu dikendalikan dengan cara
terhadap tanaman kelapa sawit yang mendongkel/ membongkar gulma tersebut
dibudidayakan. Pengendalian gulma mengacu hingga keakarnya kemudian gulma yang sudah
pada pengendalian gulma secara terpadu sesuai dibongkar diletakkan di gawangan mati.
dengan prinsip dan kriteria untuk menjadi kebun Metode pengendalian gulma anak kayu,
kelapa sawit yang berkelanjutan. Metode pelaksanaan di lahan sering tidak efektif, yaitu
pengendalian gulma yang digunakan atas dengan cara ditebas. Kesalahan metode
dasar pertimbangan secara ekologi, sehingga pengendalian gulma anak kayu memungkinkan
pengendalian gulma diutamakan kepada populasi gulma tersebut tumbuh dengan cepat, sehingga
gulma yang merugikan saja. sebelum rotasi pengendalian gulma berikutnya
Pengendalian gulma dilakukan di dua gulma ini telah tumbuh dengan lebat. Jenis gulma
tempat yaitu di piringan dan di gawangan. yang dikendalikan secara manual antara lain
Fokus kegiatan pengendalian gulma ini antara lain anakan sawit (kentosan), Clibadium suriname,
yaitu gulma umum yang berada di piringan dan Melastoma malabatricum, Chromolaena odorata,
pengendalian gulma di gawangan. Rotasi Lantana camara dan gulma epifit.
pengendalian gulma sebanyak empat kali dalam Kegiatan raking atau garuk piringan yaitu
setahun, dimana pengendalian secara kimia membersihkan piringan kelapa sawit dari
dilakukan sebanyak tiga kali dan pengendalian brondolan hitam yang tidak terambil, anakan
manual dilaksanakan sebanyak satu kali dalam sawit, bunga jantan yang luruh dan gulma-gulma
setahun. lainnya, sehingga piringan bersih dalam kondisi
bersih bebas dari gulma. Kegiatan garuk di setiap kantor divisi. Peta pemeliharaan terdiri
piringan pada TBM selain membersihkan atas peta identifikasi gawangan dan piringan
piringan dari gulma dan kotoran, gulma yang dalam satu tahun, peta program pemupukan dan
merambat seperti Micrania micranta juga tabel aplikasi, peta program gawangan dan
diberantas. Jenis gulma Micrania micranta yang piringan manual beserta tabel aplikasi, peta
merambat dan menutup tajuk kelapa sawit program gawangan dan piringan kimia beserta
mengakibatkan tanaman kelapa sawit kekurangan tabel aplikasi, peta luasan kebun, peta sumur
sinar matahari, sehingga menyebabkan tanaman pantau, peta seksi panen, dan peta seksi tunas
menjadi kerdil, tidak berbuah, hingga mati. progresif. Pada peta identifikasi gawangan dan
Adriadi et al. (2012) menyebutkan piringan di ASE, terdapat informasi mengenai
Micrania micranta merupakan tumbuhan yang kondisi umum pertumbuhan gulma. Keadaan
mudah menyebar dan berkembang biak dengan gulma di lapangan disimbolkan dengan warna.
cepat. Tumbuhan ini juga memiliki daya yang Area yang diberi warna hijau menunjukkan
cepat untuk tumbuh di lingkungan apa saja kondisi gulma di area tersebut ringan. Warna
seperti lahan lembab dan lahan kering, sehingga kuning menunjukkan kondisi gulma di area
tumbuhan ini merupakan ancaman yang besar tersebut sedang. Warna merah menunjukkan
bagi tanaman pertanian karena mengancam dalam kondisi gulma di area tersebut berat.
pengambilan unsur hara. Pada peta pemeliharaan, juga terdapat
Kegiatan raking/ garuk piringan juga peta program gawangan dan pringan kimia dan
dilakukan pada kelapa sawit TM, jenis manual serta terdapat tabel aplikasi masing-
kegiatannya yaitu dengan mencabuti gulma epifit masing program. Peta ini menginformasikan
yang tumbuh pada pokok kelapa sawit (sanitasi mengenai rotasi pengendalian gulma baik di
pokok). Sanitasi pokok dilakukan dengan tujuan gawangan maupun di piringan selama setahun.
untuk memudahkan kegiatan panen dan Tabel aplikasi digunakan untuk memantau blok
pengutipan brondolan sehingga meminimalkan mana saja yang sudah diaplikasi sesuai dengan
resiko kehilangan dan terjadinya serangan hama. peta identifikasi gawangan dan piringan serta
Gulma epifit merupakan gulma yang tumbuh peta program pemeliharan. Adanya tabel
menempel pada batang kelapa sawit, umumnya aplikasi asisten divisi dapat memantau secara
berupa pakis-pakisan, beringin dan kayuan tertulis terjadinya permasalah pengendalian
lainnya (Ginting et al., 2004). Pengendalian gulma di lapangan.
gulma epifit ini dengan cara ditabas dan dicabut Pengendalian gulma dengan
dari pokok kelapa sawit, kemudian di buang ke menggunakan herbisida memiliki beberapa
gawangan mati. Pakis-pakisan seperti Neprolephis keunggulan antara lain mengurangi tenaga kerja;
biserrata tetap dipertahankan untuk menjaga dapat mengendalikan gulma yang tumbuh
kelembaban pokok kelapa sawit, akan tetapi jika bersamaan dengan tanaman budi daya yang sulit
gulma ini tumbuh sampai mengganggu tanaman disiangi; mampu mengendalikan gulma sejak
pokok ataupun menghambat kegiatan panen awal; mengurangi kerusakan dan pelukaan akar
dan pemeliharaan lainnya diperlukan dampak penyiangan secara mekanis; erosi
pengendalian khusus. Pengendalian khusus permukaan dapat dikurangi; dan banyak gulma
tersebut seperti mencabut gulma tersebut, namun yang bersifat pohon lebih mudah ditangani
masih disisakan untuk memjaga kelembaban dengan menggunakan herbisda. Pengendalian
pokok kelapa sawit. Menurut Syahputra et al. gulma dengan menggunakan herbisida selain
(2011), golongan gulma pakis-pakisan menguntungkan juga memiliki kelemahan
memperbanyak diri melalui spora dan akar antara lain memerlukan tenaga ahli untuk
rimpang, keadaan ini menyebabkan mudahnya pemakaiannya baik yang berhubungan dengan
gulma tersebut tumbuh dan menyebar. keselamatan dan dosis. Pemakaian herbisida yang
Pengendalian gulma secara kimia dengan berlebihan dapat berdapak secara ekologi yaitu
menggunakan herbisida. Herbisida merupakan menimbulkan polusi lingkungan serta toksisitas
bahan senyawa beracun yang dimanfaatkan untuk bagi tanaman budidaya itu sendiri (Tjitrosoedirdjo
membunuh atau mengendalikan gulma. et al., 1984).
Penggunaan herbisda sesuai dengan SOP yang Jenis herbisida yang digunakan bersifat
mengacu pada kriteria dan prinsip kebun sistemik. Menurut Sukman dan Yakup (2002),
yang berkelanjutan. herbisida sistemik berarti herbisida yang
Pengendalian gulma secara kimia diberikan pada gulma setelah diserap oleh
dilakukan pada piringan, pasar rintis, TPH dan jaringan daun kemudian ditranlokasikan
gawangan. Pengendalian gulma secara kimia keseluruh bagian gulma tersebut sehingga akan
dengan melihat peta pemeliharaan yang terdapat mengalami kematian total. Aplikasinya dengan
cara melakukan penyemprotan ke daun atau yang digunakan disajikan pada Tabel 3.
menyiramkan ke akar tanaman. Jenis herbisida
menggunakan beneficial plants ini diharapkan plant) seperti menjaga kelembaban tanah,
dapat mengurangi penggunaan bahan kimia pada meningkatkan bahan organik dan nutrisi dalam
tahun-tahun berikutnya. Empat spesies tanaman tanah serta dapat mengatasi serangan hama.
yang dibudidayakan antara lain Euphorbia Beneficial plant tersebut antara lain Euphorbia
heterophylla, Cassia cobanensis, Antigonon heterophylla, Cassia cobanensis, Antigonon
leptopus, dan Turnera subulata. Menurut PPKS leptopus dan Turnera subulata.
(2005) Euphorbia heterophylla berperan dalam
pengendalian hayati ulat api dan ulat kantong DAFTAR PUSTAKA
yaitu sebagi sumber makanan yang berupa
nektar dari kelenjar ekstra floral bagi imago Adriadi, A., Chairul, Solfiyeni. 2012. Analisis
(serangga dewasa), parasitoid ulat kantong vegetasi gulma pada perkebunan kelapa
(Metisa plana) dan ulat api. Kelenjar ekstra floral sawit (Elais guineensis Jacq) di Kilangan,
dari Euphorbia heterophylla ini terdapat di dekat Muara Bulian, Batang Hari. J. Bio. UA.
pangkal bunga atau buah, parasitoid akan 1(2):108-115.
menghisap nektar dari kelenjar ekstra floral
tumbuhan tersebut. Jenis parasitoid antara lain Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di
Systropus roepkei Meig, Dolichogenidea nixon Perkebunan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
spp., Brachymeria lasus Walker, dan Goryphus
bunoh. [Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan.
Beneficial plants diperbanyak dengan 2013. Statistik Perkebunan Tahun 2008-
cara stek dan perbanyakan biji. Perbanyakan 2012 [Internet]. [diunduh 2013 Mei 3].
tanaman ini lebih banyak menggunakan stek, Tersedia pada: http://www.ditjenbun.
karena rendahnya tingkat keberhasilan pada deptan.go.id.
perbanyakan melalui biji dan biji sulit didapat.
Cara penanaman beneficial plants ini yaitu 60% Ginting, K., Sutarta, E, S., Purba, R, Y. 2004.
Cassia cobanensis, 20% Antigonon leptopus dan Pengendalian gulma epifit pada kelapa
20% Tunerra subulata. Dalam setiap 10 sawit. Warta. 12(1):13-17.
mbeneficial plants ditanam 6 m Cassia
cobanensis dan diapit oleh jarak masing-masing 2 Manual Referensi Agronomi. 2008. Buku
m untuk ditanami Antigonon leptopus dan Pedoman Teknis Kelapa Sawit. Jakarta
Tunerra subulata. Penanamannya dilakukan di (ID): Minamas Plantation.
sebelah kanan-kiri jalan yang terbuka dan di
pinggir blok kebun. Penanaman beneficial plants, Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit: Manajemen
lebih diutamakan pada areal-areal yang memiliki Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir.
sejarah serangan hama ulat daun. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.