Sie sind auf Seite 1von 11

Meditory

Number 8

DETEKSI FENOTIPIK Methicillin Resistant Staphylococcus aureus


(MRSA) PADA SAMPEL MAKANAN DI SIDOARJO

Yulianto Ade Prasetya1, Retna Hermawati2, Ike Yuyun Winarsih3, Merinsa Chorry Hartono4,
Kharisma Aprilia Pratiwi5, dan Dita Nur Rochimah6
1,2,3,4,5,6
Program Studi Diploma III Teknologi Laboratorium Medik, STIKES Rumah Sakit Anwar Medika
Jalan Raya By Pass Krian Km. 33 Sidoarjo
*yuliantoadeprasetya@gmail.com

Abstract:
Background: Methicillin-resistant Staphyloccocus aureus (MRSA) is an isolate that is resistant to the
antibiotic methicillin and beta lactam group. The incidence of MRSA associated with nosocomial
infections in various parts of the world is very high, but research on its spread in community infections is
rarely reported.
Purpose: This study aims to detect the presence of phenotypic MRSA in food samples in Sidoarjo.
Methods: The food samples (cilok, fried foods and tempura) collected were then weighed, diluted, and
cultured in a selective medium and differential namely Manitol Salt agar. The yellow-colored colonies
were then continued with microscopic testing and biochemical tests to distinguish between
Staphylococcus species.
Result: Thirty eight collected Staphyloccus aureus isolates were then screened using Oxacillin 1 µg and
there were eight (8) isolates that were positive for MRSA according to the criteria of the Clinical
Laboratory Standart Institutre (CLSI). Eight of the isolates were tested for antibiotic sensitivity with the
Kirby-Bauer method with Chloramphenicol 30 µg and Cotrimoxazole 25 µg. Eight MRSA (21%) isolates
were resistant to Chloramphenicol and only four isolates were resistant to Cotrimoxazole.
Conclusion: The presence of MRSA isolates in community infections needs to be watched out for
considering these genes can be transmitted and spread between bacterial species.
Keywords: MRSA, Staphylococcus aureus, Food, Sidoarjo

PENDAHULUAN

Staphylococcus aureus merupakan Bakteri yang resisten terhadap antibiotik


bakteri Gram positif, berbentuk kokus, bertanggungjawab terhadap kejadian
mempunyai enzim katalase dan infeksi nosokomial, peningkatan angka
termasuk patogen oppotunistik pada kesakitan, kematian, dan biaya
kebanyakan hewan termasuk manusia1. kesehatan2 .Gen pada bakteri MRSA
Bakteri ini semakin meningkat kejadian seberat 76kDa yang mampu
infeksinya di berbagai belahan dunia mengkespresikan enzim penicillin
karena kemampuannya menghasilkan binding protein (PBP2a) sehingga
menghasilkan enzim yang dikode oleh mampu menghidrolisis pada
gen mecA yang dikenal dengan sebutan kebanyakan antibiotik golongan beta
yakni Methicillin-Resistant laktam3. Bakteri ini dilaporkan telah
Staphylococcus aureus (MRSA). menyebabkan infeksi hampir 11 juta

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 7, No. 1, Juni 2019
Hlm. 55 – 65, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M 55
Yulianto Ade Prasetya, dkk., Deteksi Fenotipik Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (Mrsa) Pada
Sampel Makanan Di Sidoarjo

penduduk, dimana infeksi yang fenotipik Methicillin-Resistant


didapatkan berupa infeksi kulit dan Staphylococcus aureus (MRSA) dari
jaringan lunak, bakterimia, pneumonia, sampel makanan sesuai dengan kriteria
osteomyelitis, endokarditis, meningitis, Clinical Laboratory Standart Institute
dan sepsis. Di Amerika tercatat hampir (CLSI).
19.000 pasien meninggal dunia
dikarenakan infeksi MRSA, dan angka METODE PENELITIAN
ini dapat semakin meningkat dengan Sampel Makanan yang digunakan
adanya infeksi lain berupa HIV/AIDS, Sampel makanan dari sepuluh tempat
influenza, dan hepatitis4. MRSA yang berbeda di Sidoarjo telah berhasil
dikaitkan dengan infeksi nosokomial terkumpul pada bulan Juli 2017 yakni
banyak sekali diteliti, sedangkan yang sebanyak tiga puluh (30) sampel
terkait dengan infeksi komunitas jarang makanan berupa cilok, gorengan, dan
sekali dilakukan di Indonesia. tempura termasuk saus sambal. Sampel
Communitiy asossiated- Methicillin yang didapatkan segera dilakukan
Resistant Staphylococcus aureus (CA- preparasi di Laboratorium Mikrobiologi
MRSA) dapat disebabkan oleh makanan dan Bioteknologi.
yang dikonsumsi seperti daging dan
sayuran. Oleh karena itu penelitian ini Isolasi Staphylococcus aureus dari
bertujuan untuk membuktikan ada sampel makanan
tidaknya MRSA pada sampel makanan Sampel makanan dari Krian
yang mungkin berkontribusi pada Sidoarjo kemudian ditimbang sebanyak
infeksi komunitas. Sampel makanan 20 gram, kemudian dihaluskan
diambil di daerah Sidoarjo berupa cilok, menggunakan blender dan dilarut
gorengan, dan tempura. CA-MRSA homogenkan dengan 180 ml aquadest
diberbagai belahan dunia berbeda-beda steril dalam Erlenmeyer. Sebanyak 1 ml
seperti di Kanada (36.4%), Spanyol dari campuran tersebut diambil dan
(5.04%), dan Kolombia (47%)5, dilarut homogenkan kembali dengan 99
sedangkan di Indonesia yang berasal ml aquadest steril. Ambil 1 ml (10-3)
dari sampel makanan belum pernah dan 0.1 ml (10-4) campuran tersebut dan
dilaporkan sebelumnya. Penelitian ini diinokulasikan dalam medium Manittol
bertujuan untuk mendeteksi secara Salt Agar (MSA) 6. Satu ml pada larutan
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 7, No. 1, Juni 2019
Hlm. 55 – 65, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M 56
Yulianto Ade Prasetya, dkk., Deteksi Fenotipik Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (Mrsa) Pada
Sampel Makanan Di Sidoarjo

tersebut diambil lagi dan dilarutkan kelebihan reagen, jangan dicuci dengan
dalam 9 ml aquadest steril. Pada larutan air lalu direndam apusan dalam alkohol
terakhir tersebut diambil sebanyak 1 ml 96% selama 30 detik dan dicuci apusan
(10-5) dan 0.1 ml (10-6) kemudian dengan air mengalir secara hati-hati
diinokulasikan pada agar MSA di kemudian diwararnai dengan safranin
cawan Petri. Semua sampel yang didiamkan selama 1 menit sebagai
diinokulasikan pada agar MSA pewarna pembanding lalu dicuci
diinkubasi selama 24 jam suhu 370C kembali safranin yang berlebihan
kemudian diamati. Koloni berwarna dengan air mengalir dan langkah
kuning yang terbentuk merupakan terakhir preparat yang sudah dicuci
indikasi adanya bakteri Staphylococcus dikeringkan dan amati dibawah
aureus pada sampel tersebut. Koloni mikroskop dengan perbesaran 1000x
yang tumbuh tersebut diinokulasikan menggunakan minyak imersi6.
pada medium Nutrien agar (NA) untuk
identifikasi uji mikroskopis dan Uji Motilitas
karakteristik biokimia. Uji Motilitas dilakukan dengan
menginokulasikan inokulum
Pewarnaan Gram menggunakan jarum tanam tajam secara
Preparat apusan dibuat dengan tegak lurus ke dalam media agar tegak
menginokulasikan satu ose koloni pada SIM (Sulfide Indol Motility). Usahakan
gelas obyek yang sudah ditetesi dengan jarum tanam tajam jangan sampai
aquadest steril kemudian digeser- menyentuh dasar tabung reaksi. Biakan
geserkan hingga membentuk lingkaran kemudian diinkubasi selama 24 jam
seperti uang logam. Preparat kemudian suhu 370C. Adanya koloni biakan diatas
dialirkan diatas api bunsen hingga air permukaan medium menandakan bahwa
mengering. Preparat apusan yang sudah bakteri tersebut motil/ bergerak6.
dibuat kemudiaan ditetesi dengan
pewarna dasar Kristal violet, biarkan 1- Uji Katalase
2 menit lalu dicuci kelebihan pewrana Sebanyak satu ose koloni yang
dengan air mengalir secara hati-hati. tumbuh diinokulasikan pada gelas
Apusan ditetesi dengan lugol atai obyek steril. Teteskan larutan hidrogen
iodine, biarkan 1-2 menit dibuang peroksida (H2O2) 3% sebanyak 1 tetes
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 7, No. 1, Juni 2019
Hlm. 55 – 65, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M 57
Yulianto Ade Prasetya, dkk., Deteksi Fenotipik Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (Mrsa) Pada
Sampel Makanan Di Sidoarjo

pada gelas obyek tersebut. Reaksi Satu ose koloni di Inokulasikan dalam
positif ditandai dengan terbentuknya medium MR-VP dengan jarus ose
gelembung gas6. secara aseptik dan diinkubasi biakan
selama 24 jam pada suhu 370C. Biakan
Uji Indol kemudian ditambahkan sebanyak 10
Uji Indol dilakukan dengan tetes reagen Barrit dan kocok perlahan
menyiapkan media agar miring SIM kemudian biarkan 15 menit lalu
pada tabung reaksi. Inokulasikan bakteri diamati6.
sebanyak satu ose dalam tabung reaksi
yang berisi media SIM tersebut. Uji Penggunaan Sitrat
Inkubasikan biakan selama 24 jam pada Uji penggunaan sitrat dilakukan
suhu 370C. Setelah itu ditetesi dengan dengan menyiapkan medium agar
pereaksi kovac sebanyak 10 tetes lalu miring Simmon Sitrat pada tabung
dikocok secara perlahan dan diamati reaksi. Inokulasikan biakan kedalam
warna yang terjadi6. media dengan jarum ose secara aseptik
Uji Metil Merah dan diinkubasi selama 24-48 jam pada
Uji Metil Merah dilakukan suhu 370C kemudian diamati. Adanya
dengan menyiapkan kaldu Metil Red- koloni berwarna biru menandakan
Voges Proskauer (MR-VP) dalam bakteri tersebut mampu menggunakan
tabung reaksi sebanyak 5 mL. Satu ose sitrat sebagai sumber energi 6.
koloni diinokulasikan dalam medium
MR-VP dengan jarus ose secara aseptik Uji Urease
dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu Uji urease dilakukan dengan
370C. Kemudian biakan ditambahkan menggunakan media kaldu urease yang
sebanyak lima tetes indikator metil telah diinokulasikan sebanyak 1 (satu)
merah lalu diamati perubahan warna ose koloni. Biakan kemudian diinkubasi
yang terjadi setelah 15 menit6. selama 24-48 jam pada suhu 370C.
Adanya warna media yang berubah dari
Uji Voges Proskauer kuning mejadi pink menandakan bahwa
Uji Voges Proskauer dilakukan bakteri mempunyai enzim urease6.
dengan menyiapkan kaldu MR-VP
dalam tabung reaksi sebanyak 5 mL.
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 7, No. 1, Juni 2019
Hlm. 55 – 65, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M 58
Yulianto Ade Prasetya, dkk., Deteksi Fenotipik Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (Mrsa) Pada
Sampel Makanan Di Sidoarjo

Uji Konfirmasi Methicillin-Resistant media MHA tersebut. Biakan diinkubasi


Staphyloccocus aureus selama 24 jam suhu 37ᵒC. Ukuran zona
Uji konfirmasi dilakukan dengan hambat yang terbentuk.
antibiotik Oksasilin 1 µg7 sesuai dengan
kritreria Clinical Laboratory Standart HASIL DAN PEMBAHASAN
Institute (CLSI). Prosedur dilakukan Hasil isolasi dan karakterisitik
dengan teknik difusi Kirby Bauer. biokimia bakteri Staphylococcus aureus
Celupkan swab pada inokulum disajikan pada tabel 1. Gambar 1
kemudian usapkan secara merata menunjukkan morfologi mikroskopis
dengan teknik aseptis pada media bakteri pada pewarnaan Gram.
Muller Hinton Agar (MHA). Kertas Sebanyak 38 isolat Staphyloccous aures
cakram diteteskan dengan antibiotik yang berhasil diisolasi dari sampel
dan letakkan pada media MHA tersebut. makanan (cilok, gorengan, dan tempura)
Biakan diinkubasi selama 24 jam suhu dari daerah Sidoarjo. Dari hasil tersebut
37ᵒC. Ukuran zona hambat yang kemudian dilakukan uji skrining dan
terbentuk. Resisten terhadap antibiotik konfirmasi menggunakan disk yang
ini bila terdapat zona hambat ≤ 10 mm, mengandung Oksasilin 1 µg sesuai
intermediet 11-22 mm, dan sesitif kriteria CLSI7 dan sebanyak 8 sampel
dengan ukuran zona hambat sebesar ≥ isolat positif Methicillin Resistan
13 mm7. Staphylococcus aureus (MRSA). Test
positif ditunjukkan pada karakteristik
Uji Sensitivitas Antibiotik biokimia berupa Gram positif, non-
Uji sensitivitas antibiotik motil, memiliki beberapa enzim
dilakukan dengan teknik Kirby Bauer. intraseluler (katalase dan urease), tes
Antibiotik yang digunakan yakni positif pada MR dan VP, serta positif
Kloramfenikol 30 µg dan menggunakan sitrat, fermnetasi manitol,
Kotrimoksazol 25 µg. Celupkan swab dan indol. Hasil tersebut dilanjutkan
pada inokulum kemudian usapkan dengan uji sensitivitas antibiotik
secara merata dengan teknik aseptis menggunakan Kloramfenikol 30 µg dan
pada media Muller Hinton Agar Kotrimoksazol 25 µg (Tabel 2). Dimana
(MHA). Kertas cakram diteteskan kedelapan isolat resisten terhadap
dengan antibiotik dan letakkan pada
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 7, No. 1, Juni 2019
Hlm. 55 – 65, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M 59
Yulianto Ade Prasetya, dkk., Deteksi Fenotipik Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (Mrsa) Pada
Sampel Makanan Di Sidoarjo

Kloramofenikol dan empat isolat resisten terhadap Kontrimoksazol.

Tabel 1 Karakteristik Biokimia Isolat MRSA dari Sampel Makanan di Sidoarjo


Karakteris Kode Isolat
tik SWA SWMA SSDA STR SPA STMN SJBU SPRG
Biokimia M 5 M8 M2 KS 2 M 4 M4 M2 M8
Gram + + + + + + + +
Motilitas - - - - - - - -
Katalase + + + + + + + +
Urease + + + + + + + +
MR/VP +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+
Sitrat + + + + + + + +
Manitol + + + + + + + +
Indol + + + + + + + +
Sitrat + + + + + + + +

Tabel 2 Uji Konfirmasi MRSA dan Sensitivitas Antibiotik


Kode Isolat Uji Konfirmasi Kloramfenikol 30 µg Kotrimoksasol 25
(Oksasilin 1 µg) µg
SWAM 5 3 mm (R) 9 mm (R) 11 mm (R)
SWMAM 8 1 mm (R) 3 mm (R) 10 mm (R)
SSDAM 2 2 mm (R) 5 mm (R) 17 mm (S)
STRKS 2 1 mm (R) 4 mm (R) 13 mm (I)
SPAM 4 3 mm (R) 7 mm (R) 18 mm (S)
STMNM 4 1 mm (R) 10 mm (R) 11 mm (R)
SJBUM 2 4 mm (R) 6 mm (R) 16 mm (S)
SPRGM 8 1 mm (R) 3 mm (R) 7 mm (R)
Keterangan: R=Resisten; I=Intermediet; S=Sensitif

SWAM 5 SWMAM 8 SSDAM 2 STRKS 2

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 7, No. 1, Juni 2019
Hlm. 55 – 65, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M 60
Yulianto Ade Prasetya, dkk., Deteksi Fenotipik Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (Mrsa) Pada
Sampel Makanan Di Sidoarjo

SPAM 4 STMNM 4 SJBUM 2 SPRGM 8

Gambar 1. Morfologi Mikroskopis pada Pewarnaan Gram bakteri Methicillin-Resistant


Staphylococcus aureus dari Sampel Makanan di Sidoarjo

Sebanyak 38 koloni Bakteri Staphylococcus aureus


Staphylococcus aureus yang berhasil termasuk Gram positif yang berarti
diisolasi dari sampel makanan daerah memiliki lapisan peptidoglikan (murein)
Sidoarjo, hanya delapan isolat yang yang lebih banyak dibandingkan Gram
bersifat sebagai Methicillin-Resistant negatif. Hal ini ditandai dengan
Staphylococcus aureus (MRSA). pewarnaan Gram secara mikroskopis
Sampel makakan (cilok, gorengan, dan yang berwarna ungu pada sel bakteri
tempura) yang didapatkan dihaluskan tersebut. Uji motilitas bakteri
dan diencerkan dengan pengeceran menunjukkan hasil negatif, dimana
bertingkat untuk kemudian ditanam menunjukkan bahwa bakteri tersebut
dalam media selektif dan diferensial tidak memiliki flagela untuk bergerak.
yakni Mannitol Salt Agar (MSA). S. aureus memiliki beberapa enzim
Koloni yang diduga sebagai S. aureus intraseluler diantaranya ditunjukkan
ditunjukkan dengan adanya koloni yang dengan hasil positif pada uji urease dan
dikelilingi zona kuning. Hasil ini katalase. Katalase merupakan enzim
menunjukkan bahwa bakteri tersebut yang mengkatalisis penguraian hidrogen
mampu memfermentasi karbohidrat peroksida menjadi hidrogen dan oksigen
manitol, dimana asam yang dihasilkan karena bahan ini mampu menonaktifkan
menyebabkan indikator fenol merah enzim dalam sel bakteri. Hidrogen
berubah menjadi kuning6. Koloni yang peroksida terbentuk pada saat
positif tersebut kemudian dipindahkan metabolisme aerob. Pada uji enzim
pada medium agar nutrisi untuk urease reaksi positif dari bakteri ini
dilanjutkan dengan karakteristik ditunjukkan dengan berubahnya urea
biokimia yang lain untuk membedakan menjadi amoniak sehingga
spesies Staphyloccocus aureus dengan lingkungannya menjadi basa dan pada
Staphylococcus yang lain yakni S. indikator phenol red berubah menjadi
epidermidis dan S. saproticus. kuning. Pada uji iMVic (Indol, Metil
Merah, Voges Proskauer, dan Citrate)

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 7, No. 1, Juni 2019
Hlm. 55 – 65, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M 61
Yulianto Ade Prasetya, dkk., Deteksi Fenotipik Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (Mrsa) Pada
Sampel Makanan Di Sidoarjo

menunjukkan hasil positif semua pada mandiri tanpa tergantung kromosom.


S. aureus. Pada uji indol membuktikan Gen resistensi ini selain mengkode
bahwa S.aureus mampu menghasilkan resistensi antibiotik juga mengkode
enzim triptophase dengan mengubah resistensi terhadap logam berat seperti
asam amino triptofan dalam medium merkuri dan timbal8. Plasmid sendiri
SIM menjadi Indol, amoniak, dan asam dapat dipindahkan dari satu bakteri ke
piruvat secara deaminasi dimana bakteri lain walaupun berbeda spesies
dimetilaminobenzaldehid (komposisi secara konjugasi dan transduksi. Pada
pada reagen Kovac) akan bereaski konjugasi melibatkan secara langsung
denga indol menjadi quinoidal merah. pada pili sedangkan transduksi
Uji Metil merah digunakan untuk melibatkan bakteriofaga. Penelitian
membuktikan bakteri mampu MRSA pada susu pernah dilakukan di
memfermentasi glukosa menjadi produk Italia, dimana terdapat 9.1% S.aureus
asam (asam laktat, asam asetat, dan ditemukan dan sebanyak 20.9
asam formiat) sedangkan uji Voges didalamnya termasuk MRSA. Selain
Proskauer digunakan untuk susu, produk daging juga dilakukan
membuktikan bahwa glukosa dapat identifikasi MRSA dan ditemukan
diubah menjadi asam karbionol. Pada 12.9% sampel mengandung S. aureus
uji Sitrat juga membuktikan bahwa dan 8.3 % diantaranya merupakan
bakteri ini mampu menggunakan MRSA. Penelitian tersebut didasari
sumber karbon selain glukosa yakni adanya penyakit masitis pada sapi yang
sitrat6. menularkan MRSA pada pekerja
Bakteri penghasil Methicllin - perkebunan di Italia. Pada penelitian ini
Resistant Staphylococcus aureus didapatkan sebanyak delapan isolat
(MRSA) penting untuk dilakukan positif MRSA (20%) dari 38 isolat S.
identifikasi dalam rangka tahap aureus yang berhasil diisolasi pada
preventif dan kuratif terhadap produk makanan7. Hal ini perlu
penyebaran gen resistensi antibibotik. diwaspadai dan diperhatikan mengingat
Gen yang mengkode MRSA yakni sampel makanan yang digunakan
mecA terdapat pada plasmid. Plasmid merupakan produk makanan yang siap
merupakan bagian internal pada sel untuk dikonsumsi dan tidak
bakteri yang dapat bereplikasi secara memerlukan proses olahan lebih lanjut
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 7, No. 1, Juni 2019
Hlm. 55 – 65, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M 62
Yulianto Ade Prasetya, dkk., Deteksi Fenotipik Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (Mrsa) Pada
Sampel Makanan Di Sidoarjo

seperti sampel produk daging yang bekerja dengan cara menghambat


diteliti di Italia. Personal higienitas sintesis metabolik essensial bakteri.
pedagang produk makanan tersebut juga Pada penelitian ini didapatkan bahwa
perlu mendapat perhatian karena semua MRSA resisten terhadap
berpotensi menularkan MRSA pada kloramfenikol. Hal ini menandakan
konsumennya. Staphylococcal food bahwa untuk infeksi MRSA tidak boleh
poisioning (SPF) termasuk juga dalam digunakan kloramfenikol untuk
penelitian ini merupakan kelompok pengobatan. Pada uji sensitivitas
yang berpotensi menimbulkan wabah antibiotik menggunakan kotrimoksasol
infeksi di masyarakat. Penelitian (Trimetroprim dan Sulfametoksazol),
terdahulu menunjukkan bahwa SPF sebanyak empat bakteri resistensi
dapat berasal dari salad, daging, keju, terhadap antibiotik ini, dua masih
susu, kue, saus, dan sandwich. sensitif, dan satu isolat berisfat
Sebanyak 20 ng hingga 1 µg intermediet. Kedua antibiotik tersebut
enterotoksin dikeluarkan oleh SPF dan seharusnya sudah tidak boleh digunakan
jumlah tersebut cukup untuk lagi untuk pengobatan infeksi oleh
menyebabkan penyakit pada manusia7. MRSA. Hal ini sesuai dengan
MRSA yang semakin luas penelitian5 bahwa MRSA resisten
mengakibatkan pilihan antibiotik terhadap kotrimoksasol sebanyak
menjadi semakin terbatas untuk 80.49% sedangkan antibiotik golongan
pengobatan infeksi pada bakteri makrolida yang bekerjanya sama
patogen. dengan kloramfenikol juga
Pada uji sensitivitas antibiotik menunjukkan resistensi yang besar
pada penelitian ini digunakan yakni sebesar 82.93 sampai 100%.
kloramfenikol dan kotrimoksasol karena Bakteri penghasil MRSA menyebabkan
dua antibiotik tersebut sering digunakan peningkatan biaya kesehatan,
oleh masyarakat untuk penyakit seperti morbiditas, dan mortalitas dimana
radang dan diare. Kloramenikol bekerja pilihan antibiotik menjadi semakin
dengan menghambat sintesis protein terbatas diberbagai belahan dunia.
bakteri pada sub unit 50s ribosom dan Penggunaan antibiotik harus dibatasi
menghalangi aktivitas enzim peptidil dan digunakan dengan efektif untuk
transferase sedangkan kotrikomoksazol mencegah terjadinya bakteri resisten
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 7, No. 1, Juni 2019
Hlm. 55 – 65, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M 63
Yulianto Ade Prasetya, dkk., Deteksi Fenotipik Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (Mrsa) Pada
Sampel Makanan Di Sidoarjo

antibiotik dan penyebaran gen resistensi resisten terhadap antibiotik


diantara spesies mikroorganisme. kloramfenikol dan kotrimoksazol. Perlu
4. Kesimpulan dan Saran ditelaah lebh lanjut MRSA tersebut
Berdasarkan penelitian yang dengan melakukan identifikasi secara
telah dilakukan bahwa sebanyak 38 genotipik menggunakan Polymerase
isolat Staphylococcus aureus berhasil Chain Reaction (PCR). Adanya MRSA
diisolasi pada produk makanan (cilok, pada produk makanan perlu diwaspadai
gorengan, dan tempura) di daerah karena gen resistensi tersebut dapat
Sidoarjo. Sebanyak delapan isolat ditularkan antar spesies bakteri dan
(20%) merupakan Methicillin- Resistant berpotensi menimbulkan wabah
Staphylococcus aureus (MRSA) yang penyakit infeksi patogen.

DAFTAR PUSTAKA
1. Faden A. Methicillin-resistant Available from:
Staphylococcus aureus (MRSA) https://doi.org/10.1016/j.cell.201
screening of hospital dental clinic 8.05.039
surfaces. Saudi Journal 5. Paternina-de la Ossa R, Prado SI
Biological Science. 2018;4–7. do, Cervi MC, Lima DAF dos S,
Available from: Martinez R, Bellissimo-
https://doi.org/10.1016/j.sjbs.201 Rodrigues F. Is community-
8.03.006 associated methicillin-resistant
2. Prasetya Y.A. Identifikasi Gen Staphylococcus aureus (CA-
Ctx-M pada Esherichia coli MRSA) an emerging pathogen
Penghasil Extended Spectrum among children in Brazil?
Beta-Lactamases (ESBLs) di Brazilian Journal Infection
RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Disease. 2018;2(5):371–6.
Journal Teknologi Laboratorium. 6. Brown A. 2011. Benson:
2017;6(2):56–60. Microbiological Application Lab
3. Bhakyashree K, Kannabiran K. Manual Eight Edition. The
Actinomycetes mediated McGraw-Hill Companies.
targeting of drug resistant MRSA 7. Basanisi MG, La Bella G, Nobili
pathogens. Journal of King Saud G, Franconieri I, La Salandra G.
University – Science. 2018;0–4. Genotyping of methicillin-
Available from: resistant Staphylococcus aureus
https://doi.org/10.1016/j.jksus.20 (MRSA) isolated from milk and
18.04.034 dairy products in South Italy.
4. Liu Y, Bai P, Woischnig AK, Food Microbiol. 2017;62:141–6.
Charpin-El Hamri G, Ye H, Available from:
Folcher M, et al. Immunomimetic http://dx.doi.org/10.1016/j.fm.20
Designer Cells Protect Mice from 16.10.020
MRSA Infection. Cell. 8. Prasetya Y.A. Deteksi Gen SHV
2018;174(2):259–270.e11. pada Isolat Klinik Escherichia
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 7, No. 1, Juni 2019
Hlm. 55 – 65, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M 64
Yulianto Ade Prasetya, dkk., Deteksi Fenotipik Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (Mrsa) Pada
Sampel Makanan Di Sidoarjo

Coli Penghasil Extended


Spectrum Beta − Lactamases
(ESBLs) dengan Metode
Polymerase Chain Reaction
(PCR) dari urin pasien. Al
Kauniyah Journal. 2018:
11(2):91–8.

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 7, No. 1, Juni 2019
Hlm. 55 – 65, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/M 65

Das könnte Ihnen auch gefallen