Sie sind auf Seite 1von 16

PERAN MODAL SOSIAL DALAM PENINGKATAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PETANI


TEMBAKAU DI KABUPATEN WONOSOBO
Budhi Cahyono
Universitas Islam Sultan Agung Semarang
budhicahyono@yahoo.com

ABSTRACT
Dimensions of social capital described everything that makes people allied to achieve a common
goal based on unity, and bounded by the values and norms that grow and obeyed, as well as
the social relations inherent in social structures and social networks in a community that creates
wide range of social obligations, creating a climate of mutual trust, bring information channels,
and establish norms and social sanctions for members of the community (Coleman , 1999).
However, Fukuyama ( 2000) says that not necessarily the norms and shared values are guided
by reference behave, act, and behave it automatically becomes social capital. However, only the
norms and shared values based on trust. Where trust is build from expectations, honesty, and
cooperative behavior emerging from within a community based on shared norms shared by its
members. The population consisted of tobacco farmers, community leaders, and government
officials from eight districts and rural villages are selected as samples. While the number of
respondents were 104 people , consisting of 80 tobacco farmers, 16 community leaders, 16 of
the village, sub-district and 2 devices. Variables research includes the study of economic, social
cultural, demographic, tobacco farmers, and the effectiveness of social capital. Data collection
using focus group discussions ( FGD ) with the respondent, and field observations. The results
showed that the values of trust in social capital is dominant as the basis for rural communities
to be used as based on improvement of other functions, such as increased respect and mutual
benefit. Problems in the optimization problem concerning the nature of social capital, human
resource issues, and management issues. The main problems to optimize the role of social
capital in rural areas need the support of various stakeholders, and the demands of rural
communities regarding the importance of mentoring programs to improve the competence
of rural communities by improving farming skills, and improve agricultural diversification. In
addition, the need for transformational leadership support to improve the optimization of the
role of social capital .

Keywords : social capital, welfare, transformational leadership, mentoring

PENDAHULUAN pada pertumbuhan ekonomi secara


Problem kemiskinan di Indonesia berlebihan dan mengabaikan perhatian
merupakan masalah sosial yang relevan pada aspek budaya kehidupan bangsa.
untuk dikaji terus menerus dan dicarikan Dalam perkembangannya, orientasi kepada
solusinya. Gejala kemiskinan semakin pertumbuhan dicoba untuk diseimbangkan
meningkat sejalan dengan terjadinya dengan orientasi pada pemerataan, salah
krisis multidimensional yang dihadapi satunya tampak pada program-program
oleh Indonesia. Kemiskinan muncul spesifik penanggulangan kemiskinan.
sebagai akibat dari model pembangunan Kemiskinan di Kabupaten Wonosobo
di Indonesia yang lebih menekankan disebabkan oleh beberapa hal, antara
Peran Modal Sosial Dalam Peningkatan………. (Budhi Cahyono) 1
lain: rendahnya tingkat pendidikan dan anggotanya. Oleh Aldler dan Kwon (2000)
tingkat kesejahteraan masyarakat, serapan disebutkan bahwa modal sosial adalah
tenaga kerja yang tidak seimbang dengan merupakan gambaran dari keterikatan
ketersediaan lapangan kerja, minimnya internal yang mewarnai struktur kolektif dan
infrastruktur menyebabkan aksesibilitas memberikan kohesifitas dan keuntungan-
ke/dari sumber perekonomian daerah, keuntungan bersama dari proses dinamika
kesenjangan desa dan kota, ketimpangan sosial yang terjadi di dalam masyarakat.
penguasaan tanah, kultur masyarakat, Menurut Dasgupa dan Serageldin (1999),
rendahnya daya beli masyarakat, rendahnya dimensi modal sosial menggambarkan
tingkat pertumbuhan ekonomi, dan krisis segala sesuatu yang membuat masyarakat
ekonomi yang berkepanjangan. bersekutu untuk mencapai tujuan bersama
Asumsi paradigma ini adalah atas dasar kebersamaan, serta didalamnya
pertumbuhan tidak cukup sehingga perlu ada diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma
kebijakan distribusi dan redistribusi untuk yang tumbuh dan dipatuhi. Sementara
meningkatkan kesejahteraan penduduk itu, Coleman (1999) juga menekankan
miskin. Pada perkembangan berikutnya bahwa dimensi modal sosial inheren dalam
terjadi pergeseran paradigma ke arah struktur relasi sosial dan jaringan sosial di
pemberdayaan masyarakat, dimana orang dalam suatu masyarakat yang menciptakan
miskin tidak lagi dilihat sebagai obyek, tetapi berbagai ragam kewajiban sosial,
sebagai pelaku pembangunan, dan proses menciptakan iklim saling percaya, membawa
pembangunan diarahkan pada peningkatan saluran reformasi, dan menetapkan
kualitas sumber daya manusia. Konsep norma-norma, serta sangsi-sangsi sosial
people centered development dan bottom- bagi para anggota masyarakat. Berbeda
up development planning menjadi wacana dengan pendapat Fukuyama (1995), yang
pembangunan yang banyak diadopsi dalam menyatakan bahwa norma-norma dan nilai-
proses kebijakan publik. Sebagai kelanjutan nilai bersama yang dipedomani sebagai
dari paradigma pemberdayaan masyarakat acuan bersikap, bertindak, dan bertingkah
berkembang wacana pengutamaan laku otomatis menjadi modal sosial.
kemiskinan. Dengan demikian kemiskinan Modal sosial yang sebenarnya hanyalah
harus didekati melalui penerapan strategi norma-norma dan nilai-nilai bersama
yang komprehensif yang meliputi ekonomi, yang dibangkitkan oleh kepercayaan
sosial, budaya, politik, hukum dan juga (trust), dimana trust merupakan dasar bagi
keamanan (Darwin, 2005). sikap keteraturan, kejujuran, dan perilaku
Modal sosial telah diyakini mampu kooperatif yang muncul dari dalam sebuah
memberikan dampak yang besar bagi komunitas masyarakat yang didasarkan
masyarakat dan anggotanya. Sebagaimana pada norma-norma yang dianut bersama
yang disampaikan oleh Bank Dunia, yang oleh para anggotanya. Dimensi modal
meyakini bahwa modal sosial merujuk sosial menekankan pada kebersamaan
pada dimensi institusional, hubungan- masyarakat untuk mencapai tujuan
hubungan yang tercipta, dan norma-norma memperbaiki kualitas hidupnya, sehingga
yang membentuk kualitas serta kuantitas perlu pengembangan nilai-nilai yang harus
hubungan sosial dalam masyarakat, dan dianut oleh anggotanya, seperti: sikap
sebagai perekat yang menjaga kesatuan partisipatif, sikap saling memperhatikan,
anggota kelompok secara bersama-sama. saling memberi dan menerima, dan saling
Dimensi modal sosial tumbuh di dalam suatu percaya mempercayai.
masyarakat yang didalamnya berisi nilai
dan norma serta pola-pola interaksi sosial Masalah Penelitian
dalam mengatur kehidupan keseharian Dimensi modal sosial menggambarkan

2 EKOBIS Vol.15, No.1, Januari 2014 : 1 - 16


segala sesuatu yang membuat masyarakat sikap yang saling memperhatikan, saling
bersekutu untuk mencapai tujuan bersama memberi dan menerima, saling percaya
atas dasar kebersamaan, serta didalamnya mempercayai dan diperkuat oleh nilai-nilai
diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma dan norma-norma yang mendukungnya.
yang tumbuh dan dipatuhi (Dasgupta dan Unsur lain yang memegang peranan
Serageldin, 1999). Dimensi modal sosial penting adalah kemauan masyarakat untuk
inheren dalam struktur relasi sosial dan secara terus menerus proaktif baik dalam
jaringan sosial di dalam suatu masyarakat mempertahakan nilai, membentuk jaringan
yang menciptakan berbagai ragam kerjasama maupun dengan penciptaan
kewajiban sosial, menciptakan iklim saling kreasi dan ide-ide baru, yang jati diri modal
percaya, membawa saluran informasi, dan sosial yang sebenarnya.
menetapkan norma-norma, serta sangsi-
sangsi sosial bagi para anggota masyarakat KAJIAN PUSTAKA
tersebut (Coleman, 1999). Namun demikian Modal Sosial
Fukuyama (1995, 2000) dengan tegas Supriono (2008) menyatakan modal
menyatakan, belum tentu norma-norma sosial merupakan hubungan hubungan yang
dan nilai-nilai bersama yang dipedomani tercipta dan norma-norma yang membentuk
sebagai acuan bersikap, bertindak, dan kualitas dan kuantitas hubungan sosial
bertingkah-laku itu otomatis menjadi modal dalam masyarakat dalam spektrum yang
sosial. Akan tetapi hanyalah norma-norma luas, yaitu sebagai perekat sosial yang
dan nilai-nilai bersama yang dibangkitkan menjaga kesatuan anggota masyarakat
oleh kepercayaan (trust). Dimana trust secara bersama-sama. Coleman (1999),
ini adalah merupakan harapan-harapan modal sosial adalah kemampuan
terhadap keteraturan, kejujuran, dan perilaku masyarakat untuk bekerja sama, demi
kooperatif yang muncul dari dalam sebuah mencapai tujuan-tujuan bersama, di dalam
komunitas masyarakat yang didasarkan berbagai kelompok dan organisasi. Burt
pada norma-norma yang dianut bersama (1992) mendefinisikan modal sosial adalah
oleh para anggotanya. kemampuan masyarakat untuk melakukan
Norma-norma tersebut bisa berisi asosiasi satu sama lain dan selanjutnya
pernyataan-pernyataan yang berkisar pada menjadi kekuatan yang sangat penting
nilai-nilai luhur (kebajikan) dan keadilan. bukan hanya bagi kehidupan ekonomi akan
Setidaknya dengan mendasarkan pada tetapi juga setiap aspek eksistensi sosial
konsepsi-konsepsi sebelumnya, maka dapat yang lain. Fukuyama (1995) mendefinisikan
ditarik suatu pemahaman bahwa demensi modal sosial sebagai serangkaian nilai-
dari modal sosial adalah memberikan nilai atau norma-norma informal yang
penekanan pada kebersamaan masyarakat dimiliki bersama diantara para anggota
untuk mencapai tujuan memperbaiki kualitas suatu kelompok yang memungkinkan
hidupnya, dan senantiasa melakukan terjalinnya kerjasama diantara mereka.
perubahan dan penyesuaian secara terus Cox (1995) mendefinisikan modal sosial
menerus. Di dalam proses perubahan dan sebagai suatu rangkaian proses hubungan
upaya mencapai tujuan tersebut, masyarakat antar manusia yang ditopang oleh jaringan,
senantiasa terikat pada nilai-nilai dan norma-norma, dan kepercayaan sosial yang
norma-norma yang dipedomani sebagai memungkinkan efisiensi dan efektifnya
acuan bersikap, bertindak, dan bertingkah- koordinasi dan kerjasama untuk keuntungan
laku, serta berhubungan atau membangun dan kebajikan bersama. Sejalan dengan
jaringan dengan pihak lain. Beberapa acuan Fukuyama dan Cox, Partha dan Ismail
nilai dan unsur yang merupakan ruh modal S. (1999) mendefinisikan, modal sosial
sosial antara lain: sikap yang partisipatif, sebagai hubungan-hubungan yang tercipta

Peran Modal Sosial Dalam Peningkatan………. (Budhi Cahyono) 3


dan norma-norma yang membentuk kualitas baik jika tidak dilandasi oleh terbentuknya
dan kuantitas hubungan sosial dalam hubungan saling percaya (mutual-trust)
masyarakat dalam spektrum yang luas, yaitu antar anggota masyarakat. Kekuatan
sebagai perekat sosial (sosial glue) yang kerjasama dan jaringan kerja yang terbentuk
menjaga kesatuan anggota kelompok secara di masyarakat adalah pengembangan
bersama-sama. Pada jalur yang sama Solow operasional dan hubungan saling percaya
(1999) mendefinisikan, modal sosial sebagai antar anggota masyarakat di bidang sosio-
serangkaian nilai-nilai atau norma-norma budaya, ekonomi dan pemerintahan. Dalam
yang diwujudkan dalam perilaku yang dapat kehidupan sosial di pedesaan, pengertian
mendorong kemampuan dan kapabilitas kepercayaan seharusnya tidak dilihat
untuk bekerjasama dan berkoordinasi untuk sekedar sebagai masalah personalitas atau
menghasilkan kontribusi besar terhadap intrapersonal, melainkan mencakup juga
keberlanjutan produktivitas. Adapun menurut aspek ekstrapersonal dan intersubyektif.
Cohen dan Prusak L. (2001), modal sosial Terbentuknya saling percaya menurut
adalah sebagai setiap hubungan yang terjadi (Pranaji, 2006) adalah hasil interaksi yang
dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), melibatkan anggota masyarakat dalam
kesaling pengertian (mutual understanding), suatu kelompok ketetanggaan, asosiasi
dan nilai-nilai bersama (shared value) tingkat dukuh, organisasi tingkat desa,
yang mengikat anggota kelompok untuk dan berkembangnya sistem jaringan
membuat kemungkinan aksi bersama dapat sosial hingga melintasi batas desa, dan
dilakukan secara efisien dan efektif. Senada berkembangnya sistem jaringan sosial
dengan Cohen dan Prusak L., Hasbullah hingga melintasi batas desa. Pada suatu
(2006) menjelaskan, modal sosial sebagai masyarakat ketetanggaan atau dukuh yang
segala sesuatu hal yang berkaitan dengan mengandung kontradiksi sosial relatif tinggi,
kerja sama dalam masyarakat atau bangsa maka jaringan kepercayaan yang terbentuk
untuk mencapai kapasitas hidup yang lebih umumnya relatif sempit hingga pada tingkat
baik, ditopang oleh nilai-nilai dan norma hubungan yang bersifat personal dan
yang menjadi unsurunsur utamanya sepetri persaudaraan yang lebih banyak diwarnai
trust (rasa saling mempercayai), keimbal- nilai-nilai primordial atau askriptif.
balikan, aturan-aturan kolektif dalam suatu Tata nilai yang tampak dalam masyarakat
masyarakat atau bangsa dan sejenisnya. umumnya bisa dilihat dari empat hal: (1)
Aspek kepercayaan menjadi komponen Ditegakkannya sistem sosial di pedesaan
utama pembentuk modal sosial di pedesaan, yang berdaya saing tinggi (produktif) namun
sementara aspek lainnya (kerjasama, berwajah humanistik (tidak eksploitatif dan
jaringan kerja), tidak akan terbentuk dengan intimidatif terhadap sesama manusia atau
Mutual
Trust

Cooperation dan Net-work dan


Solidarity scalling-up
Modal
Sosial

Tata Nilai Mutual

benefit
Mutual Competitiveness
dan sustainability
respect
Gambar 1
Tata-nilai sebagai Inti Pembentuk Modal Sosial

4 EKOBIS Vol.15, No.1, Januari 2014 : 1 - 16


masyarakat). (2) Ditegakkannya sistem manusia memiliki sisi luar atau tingkah laku,
keadilan yang dilandaskan pada pemenuhan dan dari sisi dalam atau kepribadian. Dalam
kebutuhan dasar manusia (tidak imperialistik sistem kehidupan manusia, sisi luar akan
dan menegasi kehidupan sosial). (3) dipengaruhi oleh sisi dalam, tingkah laku di-
Ditegakkannya sistem solidaritas yang pengaruhi oleh kepribadian. Sementara itu
dilandaskan pada hubungan saling percaya sisi dalam manusia memiliki kecenderungan
(mutual trust) antar elemen pembentuk pada hal-hal yang baik dan keburukan, se-
sistem masyarakat. (4) Dikembangkannya hingga kecenderungan ini akan berpenga-
peluang untuk mewujudkan tingkat ruh pada sisi luar manusia yang nampak
kemandirian dan keberlanjutan kehidupan pada perbuatannya. Dengan kata lain, sisi
masyarakat yang relatif tinggi, yang luar manusia dipengaruhi oleh tingkat kuali-
merupakan salah satu bagian terpenting tas sisi dalamnya. Posisi hati mempunyai
keberadaan suatu masyarakat. peran sebagai penggerak, karena dalam
hati terdapat potensi memahami, berpikir,
Pengembangan Potensi Diri merasa dan kemauan. Oleh karena itu untuk
Pengembangan masyarakat adalah melakukan perubahan pada individu-indivi-
sebuah usaha praktis untuk mengarahkan du dilakukan dengan mengubah kualitas diri,
masyarakat kepada kemandirian, sehingga yakni dengan meningkatkan potensi manu-
mereka mampu menganalisa sendiri isu-isu sia untuk memahami, berpikir, merasa dan
sosial serta dapat menemukan solusi atas potensi kemauan mereka untuk melakukan
permasalahan mereka. Sebagai sebuah perubahan. Peningkatan sisi dalam manu-
aksi sosial dalam menyelesaikan problem sia untuk mencapai kualitas yang tinggi har-
sosial, pengembangan masyarakat memberi uslah didasarkan ide atau nilai yang menjadi
perhatian yang besar pada perubahan dasar dalam mengarahkan manusia, dan
masyarakat, yakni perubahan menuju ke setiap masyarakat pasti memiliki nilai atau
arah yang lebih baik. Perubahan tersebut norma yang mereka yakini sebagai ideal.
dimulai dari tingkat personal masyarakat, Nilai-nilai moral tersebut akan menjadi gam-
sampai pada level sosial melalui perubahan baran masyarakat tertentu.
institusi sosial yang ada dalam masyarakat. Setelah terbentuk pribadi-pribadi
Perubahan menyangkut dua pelaku yang yang mempunyai kualitas yang tinggi,
berbeda, yaitu masyarakat dan individu. sehingga dapat mendorong individu untuk
Perubahan sosial harus diawali dari menggerakkan potensi sikap, berpikir,
perubahan individu, dan secara berangsur- merasa dan berkemauan, maka berangsur-
angsur, perubahan individu harus disusul angsur perubahan individu tersebut akan
dengan perubahan struktural. Perubahan disusul dengan perubahan sosial. Menurut
masyarakat akan terlaksana bila dipenuhi Jalaluddin Rahmat (2007), perubahan sosial
dua syarat pokok: (a) adanya nilai atau adalah perubahan institusional, dan dalam
ide; dan (b) adanya pelaku-pelaku yang prakteknya lebih ditujukan pada perubahan
menyesuaikan diri dengan nilai tersebut. struktur sosial yang timpang, hegemonik
Pertama, manusia adalah pelaku yang dan dominatif atau perubahan struktur
menciptakan sejarah, tujuannya gambaran sosial yang akan dibangun. Struktur sosial
masa depan yang telah ada dalam benak adalah pola-pola organisasi sosial, yaitu
manusia. Syarat kedua, perubahan bagaimana organisasi sosial berhubungan
masyarakat adalah adanya nilai-nilai atau dengan organisasi sosial yang lain dan
ide. Nilai terpenting yang mendasari serta masyarakatnya, individu yang menjadi
mengarahkan seluruh aktivitas manusia bagian dari struktur yang ada.
lahir dan batin. Perubahan institusional dengan
Dalam kedudukannya sebagai totalitas, mengubah struktur sosial dibutuhkan upaya

Peran Modal Sosial Dalam Peningkatan………. (Budhi Cahyono) 5


kolektif semua anggota masyarakat. Oleh Wonosobo seperti yang tertuang dalam
sebab itu, kesadaran individual yang telah rencana pembangunan jangka menengah
tercapai harus diikuti dengan penyadaran Kabupaten Wonosobo (tahun 2006-2010),
masyarakat. Perubahan masyarakat akan antara lain: permasalahan bidang ekonomi,
sulit tercapai bila hanya menekankan pada sosial budaya, dan lingkungan hidup.
salah satu dari dua dimensi, manusia dan Permasalahan bidang ekonomi meliputi:
struktur sosial dalam masyarakat. Keduanya Pertama, rendahnya tingkat pertumbuhan
harus diubah, karena memiliki sifat saling ekonomi Kabupaten Wonosobo, yaitu
ketergantungan antara satu dengan 2,1% per tahun sehingga lebih rendah
lainnya. Kesadaran individu-individu akan dibandingkan denga rata-rata nasional,
mendorong munculnya kesadaran kolektif yang mengindikasikan tingkat produktivitas
masyarakat untuk melakukan perubahan, masyarakat masih rendah sehingga belum
dan sebaliknya struktur atau tatanan sosial mampu memanfaatkan potensi yang
yang baik dapat menciptakan kepribadian dimiliki secara optimal. Kedua, masih
individu-individu yang baik pula. tingginya tingkat kemiskinan dengan jumlah
keluarga pra sejahtera mencapai 57,3%
Studi Pendahuluan pada tahun 2005. Masih banyaknya jumlah
Budhi dan Ardian (2009) mengidentifikasi angkatan kerja yang belum terserap dalam
menemukan adanya masalah yang lapangan kerja, nilai ekspor non-migas
kompleks di Kabupaten Wonosobo. yang cenderung mengalami penuruhan,
Permasalahan bidang sosial budaya, antara belum berkembangnya sektor pariwisata
lain: masih rendahnya tingkat pendidikan yang ditandai dengan semakin menurunnya
masyarakat, khususnya petani tembakau, jumlah kunjungan wisata yang mencapai
yaitu antara SD sampai SLTP. Tingkat 6,36% per tahunnya.
kesehatan masyarakat yang masih rendah Kajian yang dilakukan oleh Bappeda
yang ditandai dengan pola hidup yang Kabupaten Wonosobo (2006), menunjukkan
kurang sehat, gizi masyarakat rendah, dan bahwa masalah utama kemiskinan adalah:
sarana/prasarana kesehatan yang masih keterbatasan, kepemilikan aset, dan
kurang memadai. Permasalahan bidang minimnya infrastruktur, informasi dan
lingkungan yaitu semakin berkembangnya kapabilitas SDM. Aspek ketidakberdayaan
usaha pertambangan darat baik secara masyarakat sangat terkait dengan kebijakan-
individu maupun kelompok, pada kebijakan yang dapat menghambat
kecamatan-kecamatan tertentu (Kecamatan kapabilitas untuk menuju pada penghidupan
Kertek, Kecamatan Garung, dan Kecamatan yang lebih baik. Ketidakberdayaan
Mojotengah) yang tentunya dalam jangka disebabkan oleh kebijakan sektoral yang
panjang akan merusak ekosistem dan belum sepenuhnya difokuskan atau berpihak
penurunan kualitas sumberdaya alam dan pada masyarakat miskin, misalnya: sektor
makin berkurangnya kawasan terbuka pendidikan, sektor kesehatan, program-
karena desakan kebutuhan ekonomi sesaat program pemerintah (BLT, SPP gratis, Dana
yang membuat masyarakat mengeksploitasi BOS). Biaya pendidikan sudah dibantu
sumberdaya alam secara terus-menerus dan oleh pemerintah, namun untuk keperluan
melampaui kemampuan daya dukungnya. uang saku dan transport masih kesulitan,
Hal ini menyebabkan menurunnya mengingat jarak rumah ke sekolah mereka
kualitas sumberdaya lahan yang pada cukup jauh. Tingkat kesehatan masyarakat
akhirnya menyebabkan menurunnya atau miskin masih rendah, hal ini berkaitan
terdegradasinya sumberdaya alam secara dengan perilaku hidup mereka yang tidak
menyeluruh. sehat. Upaya masyarakat miskin untuk
Permasalahan daerah Kabupaten menjaga kesehatan juga terhambat oleh

6 EKOBIS Vol.15, No.1, Januari 2014 : 1 - 16


rendahnya akses terhadap pelayanan komunitas miskin. Akses masyarakat
kesehatan yang bermutu. Jarak dan biaya terhadap pasar kurang disebabkan oleh
merupakan faktor utama yang menentukan ketergantungan mereka pada tengkulak.
aksesibilitas masyarakat miskin terhadap Mereka tidak dapat menjual hasil
layanan kesehatan. Adanya program pertaniannya langsung ke pasar karena
Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari tidak mempunyai informasi kepada siapa
pemerintah terhadap komunitas miskin hasil pertanian bisa dijual,
sedikit membantu mereka, namun dalam Aspek keterisoliran juga menjadi
pelaksanaannya banyak yang tidak tepat masalah mendasar bagi masyarakat miskin.
sasaran, sehingga komunitas miskin malah Keterisoliran dapat bersifat fisik dan psikis.
tidak mendapatkan manfaatnya. Program Keterisoliran fisik terkait dengan infrastruktur,
BLT cenderung menjadikan orang berlomba- akses informasi, akses transportasi.
lomba untuk disebut miskin karena berharap Keterisoliran fisik yang menyebabkan
akan mendapatkan bantuan. kemiskinan, antara lain: sarana dan prasaran
Keterbatasan masyarakat terhadap yang tidak menunjang, seperti jalan yang
kepemilikan asset dan akses lahan menjadi berbatu dan becek. Kekurangan infrastruktur
masalah utama penyebab kemiskinan. dapat menyebabkan transportasi mahal,
Kepemilikan lahan masyarakat yang hanya sehingga masyarakat miskin kesulitan untuk
kurang dari 0,25 hektar dan banyak pula mengembangkan SDM-nya. Selain itu jarak
yang tidak memiliki lahan garapan, sulit yang jauh dari pusat kecamatan dan pusat
bagi masyarakat untuk menggantungkan ekonomi mengakibatkan akses informasi
hidupnya dari tanah pertanian dengan kurang. Keterisolasian psikilogis ditunjukkan
hasil pertanian yang sedikit, dan mereka oleh keberadaan kelompok tani yang tidak
cenderung menjadi buruh tani. berfungsi. Kelompok tani hanya berfungsi
Akses permodalan dan informasi pada saat adanya proyek dan belum semua
juga sebagai penyumbang kemiskinan di komunitas miskin ikut dalam kelompok,
Kabupaten Wonosobo. Ketiadaan dana selain itu komunitas miskin belum banyak
menjadi penyebab si-miskin susah keluar dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
dari kemiskinan. Upaya meminjam ke bank Lembaga-lembaga sosial yang ada seperti
selalu ditolak karena mereka tidak memiliki KUD, LKMD, Gapoktan, PKK, dan BPD juga
agunan. Jalan keluarnya mereka meminjam belum berperan dalam merespon kebutuhan
ke koperasi dengan bunga yang dirasa masyarakat. Rendahnya partisipasi
besar, atau ke tengkulak dengan sistem masyarakat miskin dalam perumusan
ijon. Hasil panen mereka akan dibeli oleh kebijakan oleh kurangnya informasi, baik
si peminjam. Dampak yang terjadi mereka mengenai kebijakan yang akan dirumuskan
tidak memiliki posisi tawar dalam harga, maupun mekanisme perumusan yang
karena harga ditentukan oleh tengkulak. memungkinkan keterlibatan mereka.
Alasan meminjam ke tengkulak di satu sisi Kaitannya dengan potensi dan kendala-
ada kemudahan, namun di sisi lain mereka kendala yang dihadapi sehubungan
akan terlilit hutang. Selain itu kurangnya dengan pekerjaan responden sebagai
informasi mengakibatkan komunitas miskin petani tembakau, maka akan dipaparkan
tidak tahu prosedur meminjam dana. potensi dan kendala. Usia penduduk desa
Sementara itu akses pasar bagi komunitas didominasi oleh penduduk berusia antara
miskin saat ini sangat tidak berpihak. Pasar 17-50 tahun (55%). Tingkat pendidikan
yang seharusnya menjadi media untuk penduduk desa sebanyak 70% lulusan SD.
menampung dan menjaul hasil produksi Sementara itu mata pencaharian penduduk
baik pertanian maupun non pertanian saat didominasi oleh petani, buruh tani, dan
ini kondisinya kurang dapat membantu swasta. Pertanian sayuran memiliki lahan

Peran Modal Sosial Dalam Peningkatan………. (Budhi Cahyono) 7


yang paling luas, yaitu sebanyak 34% dari penelitian merupakan suatu upaya untuk
total area pertanian yang ada, disusul oleh memecahkan masalah, sekaligus mencari
pertanian palawija, sayuran, dan tembakau. dukungan ilmiahnya. Dalam penelitian ini
akan digunakan tiga pendekatan, yaitu: 1)
METODE PENELITIAN Participatory action research; menekankan
Kerangka Penelitian pada keterlibatan masyarakat agar merasa
Dalam kerangka proses penelitian ikut memiliki program kegiatan serta berniat
pada dasarnya menggambarkan ikut aktif memecahkan masalah berbasis
alur penelitian atau kajian yang akan masyarakat. 2)Critical action research;
dilaksanakan, sehingga tahapan kegiatan dilakukan dengan menekankan adanya niat
penelitian dapat bersifat sistematis. Kajian yang tinggi untuk bertindak memecahkan
pertama diawali dengan kajian tentang masalah dan menyempurnakan situasi.
keberadaan kegiatan para petani tembakau, 3)Institutional action research; pengelola
dengan lebih banyak menggunakan data sebagai organisasi yang bertanggungjawab
skunder. Kajian difokuskan pada kajian meningkatkan kinerja, proses, dan
ekonomi, sosial budaya, kajian lingkungan, produktivitas lembaga.
dan demografi yang dimaksudkan untuk Penelitian ini menggunakan pendekatan
mendapatkan lebih lengkap tentang deskriptif analitis, dengan memfokuskan pada
karakteristik petani tembakau. Untuk lebih kajian-kajian tentang yang komprehensif
memperdalam kajian, maka dilakukan kajian dalam upaya mengembangkan pasar
tentang model pemberdayaan bagi petani tradisional menjadi pasar sehat. Berbagai
tembakau. kajian difokuskan pada empat variabel, yaitu
variabel kajian organisasi dan SDM, variabel
Pendekatan Penelitian kajian hukum, variabel kajian stakeholders,
Penelitian ini merupakan penelitian dan variabel benchmarking.
yang bersifat action research yang Adapun metode dan teknik penelitian
menekankan pada action atau tindakan. yang digunakan adalah penggabungan
Peneliti melakukan tindakan atau antara studi literatur, observasi responden,
eksperimen yang secara khusus diamati metode wawancara dengan pengelola
secara terus menerus, dilihat kelebihan pasar, pedagang, pembeli, dan asosiasi
dan kekurangannya, kemudian diadakan pedagang secara terstruktur dan wawancara
pengubahan terkontrol sampai pada upaya mendalam (indeep interview). Keseluruhan
maksimal dalam bentuk tindakan yang metode tersebut akan dibantu dengan
paling tepat (Suharsini, 2009). Ciri paling software Statistical Program for Sosial
penting dalam action research adalah bahwa Analysis (SPSS) untuk mempermudah

Petani
Tembakau

Kajian Sosial
Kajian Kajian
Budaya
Ekonomi Demografi

EFEKTIVITAS

MODAL SOSIAL

Gambar 2
KERANGKA PENELITIAN

8 EKOBIS Vol.15, No.1, Januari 2014 : 1 - 16


dalam menganalisis data. angka, internet, teksbook, jurnal, data-data
dari kecamatan, Bappeda, dan Dinas-dinas
Variabel Penelitian terkait.
Dalam penelitian ini menggunakan
variabel penelitian antara lain: profil petani Metode Analisis
tembakau, kajian ekonomi, kajian sosial Analisis yang digunakan dalam penelitian
budaya, kajian demografi, dan modal sosial ini adalah analisis kuantitatif dan kualitatif.
(kompetensi SDM, manajemen sosial, Analisis kuantitatif digunakan untuk
organisasi sosial, dan kepemimpinan). menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi,
tingkat pendapatan masyarakat, pendidikan,
Populasi dan Sampel dan usia. Sementara analisis kualitatif
Populasi merupakan sekelompok digunakan untuk mengetahui secara lebih
obyek yang akan diteliti, dan dapat berupa mendalam tentang kondisi sosial budaya
orang, benda, kegiatan, kelompok dll. masyarakat, perilaku masyarakat, kajian
Sementara sampel merupakan bagian dari lingkungan. Pendekatan kualitatif dilakukan
populasi. Sampel yang diambil hendaknya setelah mendapatkan data dari interview
memenuhi syarat accuracy dan precision. yang mendalam terhadap responden,
Sampel yang akurat diindikasikan dengan observasi terlibat, dokumentasi tertulis, dan
pengambilan sampel dengan jumlah yang focus group discussion (FGD). Data indepth
tepat, artinya tidak terlalu banyak dan tidak interview terdiri atas kutipan langsung
terlalu sedikit. Sedangkan syarat precision mengenai pengalaman, opini, perasaan, dan
dimaksudkan bahwa sampel yang diambil pengetahuan subyek. Data observasi terdiri
nantinya dapat mewakili populasi sebagai dari uraian rinci aktivitas penelitian atau
fungsi generalisasi populasi. Jumlah sampel program, perilaku partisipan, dan interaksi
sebanyak 104 orang, yang terdiri dari 80 antar manusia yang dapat menjadi bagian
petani tembakau, 16 tokoh masyarakat, dari pengalaman-pengalaman penelitian.
16 perangkat desa, dan 2 orang perangkat Analisis dokumen menghasilkan kutipan,
kecamatan. Adapun sampel diambil dari korespondensi, dan laporan-laporan.
delapan desa yang ada di Kecamatan
Kertek, Kabupaten Wonosobo. Ke delapan HASIL DAN PEMBAHASAN
desa tersebut adalah: Desa Tlogomulyo, Gambaran Umum Responden
Damar Kasian, Pagerejo, Candimulyo, Dalam penelitian ini responden
Purbosono, Candiyasan, Kapencar, dan penelitian terdiri dari: petani tembakau,
Reco. aparat kecamatan, aparat desa, dan tokoh
masyarakat. Para responden berasal
Jenis Data dari delapan desa di Kecamatan Kertek,
Dalam penelitian ini menggunakan Kabupaten Wonosobo. Kedelapan desa
data primer dan data skunder. Data meliputi: desa Tlogomulyo, Damar Kasian,
primer merupakan data yang langsung Pagerejo, Candimulyo, Purbosono,
diperoleh dari sumber pertama (first hand). Candiyasan, Kapencar dan Reco. Sementara
Sedangkan data skunder merupakan data itu komposisi responden terdiri dari: petani
yang diperoleh dari tangan kedua (second tembakau berjumlah 80 orang, aparat desa
hand). Data primer terdiri dari data yang berjumlah 16 orang, tokoh masyarakat 16
diperoleh dari responden (petani tembakau, orang, dan pemerintah kecamatan dua orang
observasi langsung, wawancara mendalam, (Camat dan Sekretaris Camat). Berbagai
dan focus group discussion. Sementara data modal sosial yang diidentifikasi meliputi:
skunder diperoleh dari sumber yang telah Badan Perwakilan Desa (BPD), Lembaga
dipublikasikan, misalnya: Wonosobo dalam Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD),

Peran Modal Sosial Dalam Peningkatan………. (Budhi Cahyono) 9


Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Nilai-nilai kepercayaan dan daya tanggap
Koperasi, Kelompok tani, Pendidikan di antara anggota akan menimbulkan
Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan Badan kerjasama dan solidaritas. Nilai kepercayaan
Usaha Milik Desa (BUMDes). diantara anggota dan keuntungan bersama
Modal sosial di pedesaan merupakan akan menciptakan jaringan dan kebijakan.
salah satu sarana yang dapat digunakan Sementara daya tanggap dan keuntungan
oleh masyarakat pedesaan untuk bersama akan menciptakan persaingan dan
meningkatkan peran mereka dalam keberlangsungan usaha.
berbagai kegiatan, khususnya di bidang
pertanian dan perkebunan. Berbagai sarana Modal Sosial dan Produktivitas
modal sosial yang ada sebenarnya telah Sebagai keunggulan dalam pengelolaan
memberikan media bagi masyarakat desa modal sosial di Kecamatan Kertek adalah
untuk bergabung dalam rangka memikirkan frekwensi pertemuan dari para anggota
peningkatan kesejahteraan. Hasil penelitian cenderung rutin, yaitu setiap sebulan
menunjukkan bahwa rata-rata frekwensi sekali. Tingkat kehadiran masyarakat desa
pertemuan warga desa di Kecamatan Kertek juga sangat tinggi, setiap pertemuan rata-
adalah 35 hari sekali atau selapanan, untuk rata dihadiri oleh 44 orang, dengan jumlah
kelompok modal sosial BPD, Koperasi, terbesar yang hadir pada modal sosial
Kelompok tani, PKK, dan BUMDes. Walaupun Gapoktan, koperasi, dan BPD. Adapun
demikian ada beberapa modal sosial yang materi pertemuan dan diskusi untuk
frekwensi pertemuannya tiga bulan sekali, masing-masing kelompok modal sosial
misalnya pertemuan LKMD dan Gapoktan. berbeda-beda. Badan Perwakilan Desa
Frekwensi pertemuan yang cenderung rutin dalam pertemuannya lebih menekankan
setiap bulannya mengindikasikan bahwa permasalahan pada tingkat desa, misalnya:
modal sosial yang ada di Kecamatan pertanian, peternakan, pembuatan pupuk
Kertek sebenarnya merupakan modal yang organik, harga tanaman pada tingkat
kuat bagi masyarakat pedesaan sebagai petani, kesuburan tanaman tembakau,
bentuk kepercayaan diantara warga desa. cara menanam tembakau, cara memupuk
Menurut Pranaji (2006), terbentuknya tembakau, perkembangan pemerintahan
saling percaya adalah hasil interaksi yang desa, membahas kemajuan pembangunan
melibatkan anggota masyarakat dalam desa. Sementara untuk Gapoktan diskusi
suatu kelompok ketetanggaan, asosiasi difokuskan pada: peningkatan produktivitas
tingkat dukuh, organisasi tingkat desa, pertanian dan peternakan, pemanfaatan
dan berkembangnya sistem jaringan pupuk organik dan pupuk caik, pengadaan
sosial hingga melintasi batas desa, dan benih, pupuk, perawatan pembibitan jagung,
berkembangnya sistem jaringan sosial pengolahan limbah atau kotoran sapi,
hingga melintasi batas desa. Pada suatu penyuluhan bidang pertanian, perkebunan,
masyarakat ketetanggaan atau dukuh yang dan peternakan, manajemen panen,
mengandung kontradiksi sosial relatif tinggi, pemasaran hasil pertanian, peningaktan
maka jaringan kepercayaan yang terbentuk produksi, dan evaluasi pinjaman. Dalam
umumnya relatif sempit hingga pada tingkat modal sosial LKMD, menekankan pada
hubungan yang bersifat personal dan pembicaraan tentang pembangunan jalan,
persaudaraan yang lebih banyak diwarnai prioritas pembangunan di desa, peningkatan
nilai-nilai primordial atau askriptif. Saling kompetensi SDM desa, membahas program
percaya diantara anggota organisasi sebagai pembangunan desa, rencana kerja desa,
dasar untuk menciptakan daya tangga dan evaluasi kerja pembangunan desa.
diantara anggota, dan juga dalam upaya Pada tataran ibu-ibu, di desa telah ada
untuk meningkatkan keuntungan bersama. PKK yang memfokuskan pada bagaimana

10 EKOBIS Vol.15, No.1, Januari 2014 : 1 - 16


meningkatkan kesejahteraan keluarga. Modal manusia menggunakan tiga faktor,
Sebagai modal sosial di desa, kegiatan yaitu level pendidikan, self efficacy, dan
PKK dilakukukan setiap bulan sekali, pengalaman, sementara variabel sosial
dengan kegiatan meliputi: penyuluhan pola capital menggunakan indikator kepercayaan,
hidup sehat dan bersih, bersih lingkungan, join nilai atau norma, dan sumberdaya sosial
membaca yasin dan tahlil, posyandu, yang mendukung struktur sosial.
mengatasi gizi buruk, dan peningkatan Modal sosial dalam masyarakat
ketrampilan ibu dan anak. hendaknya dipahami bahwa di dalam
Modal sosial dalam suatu negara suatu komunitas terdapat keragaman
merupakan penentu utama dalam (agama, budaya, kepentingan, status sosial,
komposisi dan pertumbuhan dari output pendidikan, pendapatan, keahlian, gender)
dan ekspor negara. Sebagai contoh: dari anggotanya, sehingga perlu adanya
kesehatan dan makanan yang cukup pemahaman yang mendalam terhadap
akan dapat meningkatkan produktivitas keragaman tersebut. Sementara itu
pekerja, masyarakat pedesaan. Dalam pemahaman nilai-nilai, norma menjadi hal
bidang pertanian terbukti bahwa terdapat yang penting. Unsur-unsur penting dalam
dampak positif modal sosial terhadap modal sosial antara lain; rasa memiliki
produktivitas diantara para petani yang diantara anggota, jaringan kerjasama, rasa
menggunakan teknologi modern, dibanding kepercayaan dan jaminan keamanan para
dengan penggunaan metode tradisional. anggota, saling memberi satu sama lain,
Di Thailand, petani yang menempuh saling berpartisipasi, dan bersikap proaktif.
pendidikan empat tahun atau lebih memiliki
tiga kali kemungkinan mengadopsi dapat Modal sosial dan Pertumbuhan Ekonomi
mengadopsi input-input modern dibanding Berbagai modal sosial yang ada
dengan yang berpendidikan rendah di pedesaan disinyalir telah mampu
(Birdsall, 1993). Modal sosial juga sangat memberikan kontribusi bagi masyarakat
penting kontribusinya terhadap kapasitas pedesaan dengan mendasarkan pada
teknologi dan perubahan teknis dalam prinsip kepercayaan, saling mendukung,
industri. Ottoson and Klyver (2010), dalam dan keuntungan bersama. Ketiga prinsip
penelitiannya tentang dampak modal ini pada dasarnya sudah dimiliki oleh
manusia terhadap modal sosial dengan masyarakat desa sebagai modal sosial.
responden para enterpreneur menunjukkan Namun demikian untuk mencapai dan
bahwa keduanya saling menciptakan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
kerjasama yang produktf, dan peningkatan di pedesaan, keberadaan modal sosial
peningkatan kualitas human capital akan masih perlu ditingkatkan perannya dengan
meningkatkan pula level sosial capital melibatkan masyarakat desa secara proaktif.
dengan seketika. Becker (1993) menyatakan Masyarakat telah merasakan manfaat
bahwa konsep modal manusia (level adanya modal sosial, seperti: bertambahnya
pendidikan, self efficacy, dan pengalaman) wawasan, pengalaman, kerukunan,
mengacu pada sebuah investasi sehingga swadaya masyarakat semakin meningkat,
seseorang mengharapkan pengembalian kelestarian lingkungan, kesehatan balita,
secara ekonomi. Modal manusia merupakan persatuan antara warga, tukar pengalaman,
sebuah terminologi ekonomi yang digunakan kekompakan, silaturahmi, kesinambungan
untuk menggambarkan atribut-atribut program, meningkatkan komunikasi, aspirasi
produktif dari seseorang. Kajian tentang masyarakat tertampung, dan kesejahteraan
human capital telah banyak dilakukan, dan masyarakat meningkat.
implikasinya dalam bentuk pendidikan, Fukuyama (2000) menyatakan bahwa
manajemen, industri, dan enterpreneurship. modal sosial ditransmisikan melalui

Peran Modal Sosial Dalam Peningkatan………. (Budhi Cahyono) 11


mekanisme-mekanisme cultural seperti human capital. Sosial capital merupakan
agama, tradisi, atau kebiasaan sejarah. sebuah norma informal yang mengandalkan
Modal sosial lebih menekankan pada kerjasama diantara anggotanya, dan
komunitas moral dengan mengadopsi nilai- dapat memperkaya pemahaman orang-
nilai kebajikan seperti: kesetiaan, kejujuran, orang terhadap dirinya sendiri dan dunia.
dan dependability. Easterling (2009) Sosial capital dapat memperbaiki kualitas
menyatakan bahwa masyarakat dengan hidup dan mengarah pada keuntungan
tingkat modal sosial tinggi akan memiliki sosial yang lebih luas kepada individu
kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, dan masyarakat. Sosial capital mampu
ekonomi lebih kuat, dan system lebih baik meningkatkan produktivitas, kreativitas,
untuk pendidikan dan kepedulian kepada dan mempromosikan entrepreneurship dan
anak muda. Berbagai bukti empirik bahwa keunggulan teknologi, yang pada akhirnya
masyarakat dengan level sosial capital yang berperan dalam keamanan ekonomi
lebih tinggi akan menciptakan berbagai dan sosial dalam memperbaiki distribusi
keuntungan. Pencapaian peningkatan yang pendapatan. Semenjak abad-19 investasi
signifikan dalam sosial capital membutuhkan yang sistematis pada human capital sudah
dukungan sikap, perilaku, struktur, norma, bukan pertimbangan penting di beberapa
dan budaya. Untuk mewujudkannya perlu Negara. Pembiayaan untuk pendidikan, on-
pemahaman terhadap dua permasalahan the-job training, dan bentuk-bentuk lain dari
penting, pertama tentang strategi apa investasi sudah mendapatkan perhatian
yang akan digunakan untuk meningkatkan yang kecil. Selanjutnya pada abad-20 sudah
peran sosial capital. Kedua siapa yang terhadi perubahan yang radikal dengan
akan memerankan sebagai pemimpin. mengaplikasikan ilmu untuk pengembangan
Konsep community foundation leadership produk-produk baru dan metode-metode
team (CFLT) memiliki peran besar dalam produksi yang efisien. Sejak abad-21, sosial
kepemimpinan masyarakat, melalui capital, keahlian, dan akuisisi pengetahuan
tiga asset: pertama memiliki misi yang menjadi penentu penting dari produktivitas
berhubungan langsung dengan perbaikan perorangan maupun nasional (Ali dkk, 2011).
masyarakat yang lebih besar. Kedua
kelompok masyarakat memiliki knowledge Modal sosial dan Kesejahteraan Sosial
dalam pemecahan berbagai masalah di Kesejahteraan sosial dan masyarakat
masyarakat. Ketiga kelompok masyarakat sebagai indikator kesuksesan pembangunan
secara umum memiliki kredibilitas diantara di pedesaan menjadi tolok ukur utama
anggotanya. Kombinasi antara misi, dalam keberhasilan pembangunan. Modal
knowledge, dan kredibilitas berdampak sosial sebagai wahana dalam pencapaian
pada posisi kelompok masyarakat dapat kesejahteraan sosial hendaknya bukan
memobilisasi masyarakat lokal. hanya merupakan kegiatan rutinitas bagi
Abdullah dkk (2011), menyatakan bahwa para warga, namun juga harus mampu
kepercayaan dan kerjasama memediasi menampung berbagai permasalahan
hubungan antara kontrak psikologikal dan dan melakukan pemecahan masalah.
sharing knowledge. Ali dkk (2011), konsep Permasalahan-permasalahan utama di
sosial capital sebagai penentu penting pedesaan kecamatan Kertek, kabupaten
dalam pengembangan ekonomi dan menjadi Wonosobo dapat dibagi menjadi tiga
daya tarik para ekonom. Sosial capital juga masalah, yaitu: masalah alam, masalah
sebagai factor dasar dalam pembangunan. sumber daya manusia, dan masalah
Tidak ada negara di dunia ini yang dapat manajemen. Masalah yang terkait dengan
mencapai keberlangsungan ekspansi alam di Kabupaten Wonosobo yang memiliki
ekonomi tanpa melakukan investasi dalam dampak langsung terhadap para petani

12 EKOBIS Vol.15, No.1, Januari 2014 : 1 - 16


tembakau adalah masalah cuaca yang (Suharto, 2008). Indonesia dalam IPM
kadang kurang mendukung, masalah hama tertinggal jauh dari Negara-negara Asean,
perusak tanaman (jangkrik, belalang, keong, misalnya: Singapura (peringkat 25), Brunei
dan penyakit), busuk akar. Sementara itu Darussalam (30), Malaysia (63), Thailand
masalah sumber daya manusia (SDM) (78), dan Filipina (90). Capaian dalam
terkait dengan kurangnya tingkat ketrampilan IPM sangat berkorelasi dengan dimensi
warga desa, kurangnya partisipasi dan kesejahteraan, mengingat indikator pokok
kesadaran masyarakat dalam mengikuti IPM menggambarkan tingkat kualitas hidup
pertemuan-pertemuan, kurangnya disiplin dan kemampuan manusia, yang tercermin
dalam pengembalian pinjaman, rendahnya antara lain pada tingkat kualitas hidup, angka
pendidikan masyarakat, kehadiran warga harapan hidup (dimensi umur panjang dan
kurang dalam mengikuti pertemuan di desa. sehat), indicator angka melek huruf (dimensi
Permasalahan manajemen juga menjadi pengetahuan), indicator kemampuan daya
masalah yang sangat serius di kecamatan beli (dimensi layak hidup). Daya saing
Kertek. Seperti manajemen permodalan sumber daya manusia (SDM) Indonesia
yang digunakan untuk penanaman secara umum masih berada di peringkat
tembakau, manajemen pemasaran hasil bawah. Laporan World competitiveness
pertanian, anggaran kegiatan PKK yang yearbook menyatakan bahwa sebelum krisis
sangat minim. ekonomi (tahun 1997), Indonesia berada
Untuk menanggulangi berbagai pada urutan ke-39. sementara pada awal
permasalahan yang ada dalam kaitannya abad ke-21, justru posisi Indonesia merosot
dengan peningkatan kesejahteraan pada urutan ke-46. Fukuyama (1995),
masyarakat pedesaan tentunya perlu menyatakan bahwa modal sosial memiliki
keterlibatan berbagai pihak, mulai dari kekuatan untuk mempengaruhi prinsip-
pemerintah kecamatan, kabupaten, prinsip yang melandasi kemajuan ekonomi
maupun pemerintah propinsi dan pusat. dan kesejahteraan sosial suatu Negara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Negara-negara yang memiliki high trust
terdapat berbagai cara untuk meningkatkan societies, cenderung memiliki keberhasilan
optimalisasi modal sosial. Cara pertama ekonomi yang mengagumkan, sebaliknya
adalah dengan memberikan pembinaan low trust societies cenderung memiliki
kepada masyarakat pedesaan sesuai kemajuan dan perilaku ekonomi yang lebih
dengan kebutuhannya. Perlu juga dilakukan lamban dan inferior.
bimbingan dalam pemasaran hasil produksi, Fukuyama (1995, 1999) mendefinisikan
pelatihan-pelatihan teknis bertani dan modal sosial sebagai seperangkat norma
bercocok tanam yang efektif, bantuan atau nilai informal yang dimiliki bersama
sarana dan prasarana (pupuk, alat rajang oleh para anggota suatu kelompok yang
tembakau, obat-obatan), dan pelatihan memungkinkan terjalinnya kerjasama
terkait dengan akses modal bagi para petani. diantara mereka. Kunci keberhasilan modal
Menurut laporan UNDP tentang Indeks sosial adalah trust, dengan trust orang-orang
Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2007- dapat bekerjasama dengan baik, dan tercipta
2008 menunjukkan bahwa kemajuan prinsip bahwa adanya kesediaan diantara
dalam pembangunan manusia (human mereka untuk menempatkan kepentingan
development) di Indonesia semakin bersama di atas kepentingan pribadi. Trust
menunjukkan kemajuan. Pada tahun 1995 merupakan energi yang dapat membuat
IPM mencapai 0,670, dan pada tahun 2005 kelompok masyarakat atau organisasi
menunjukkan peningkatan menjadi 0,728. bertahan. Modal sosial dapat bersifat ekslusif,
Sementara itu peringkat IPM Indonesia tahun yaitu hanya berlaku untuk kelompoknya
2007 berada di urutan 107 dari 177 negara saja, atau dapat bersifat inklusif, berlaku

Peran Modal Sosial Dalam Peningkatan………. (Budhi Cahyono) 13


bagi kelompok lain yang lebih luas. Kedua lembaga sosial dengan memfokuskan
sifat tersebut berbeda antara satu kelompok pada penguatan aspek kepercayaan,
masyarakat dengan masyarakan lainnya. mutual respect, dan mutual benefit, serta
Fukuyama menyatakan sedikitnya ada dua memperhatikan faktor budaya dan nilai-nilai
kontribusi utama modal sosial terhadap yang berlaku.
pembangunan, yaitu sebagai fungsi sosial Dimensi inti telaah dari modal sosial
dan fungsi politik. Secara ekonomi, fungsi terletak pada bagaimana kemampuan
modal sosial adalah untuk mengurangi biaya masyarakat (bangsa) untuk bekerjasama
transaksi dikaitkan dengan mekanisme membangun suatu jaringan guna mencapai
koordinasi formal, seperti kontrak, hirarki, tujuan bersama, dimana kerjasama ini
aturan birokrasi, dan kepentingan. Secara diwarnai oleh suatu pola inter-relasi yang
politik, modal sosial dapat mendorong imbal balik dan saling menguntungkan
demokrasi yang diwujudkan dalam dinamika serta dibangun diatas kepercayaan yang
civil society yang beroperasi di dalam sikap ditopang oleh norma-norma dan nilai-
saling percaya antar sesame warga, serta nilai sosial yang positif dan kuat. Adapun
antara warga dan negara. Dalam Islam, kekuatan kerjasama ini akan maksimal
menurut Mintarti (2003) terdapat kontrak jika didukung oleh semangat proaktif
sosial dan norma yang telah disepakati membuat jalinan hubungan diatas prinsip-
bersama, dan dibangun atas dasar prinsip sikap yang partisipatif, sikap yang
ta’awun (tolong menolong), fakaful (saling saling memperhatikan, saling memberi dan
menanggung), dan tadhomun (memiliki menerima, saling percaya mempercayai,
solidaritas). Fukuyama (1999), negara dan diperkuat oleh nilai-nilai dan norma-
atau pemerintah memiliki peran penting norma yang mendukungnya.
dalam mendorong penciptaan modal sosial Implikasinya bahwa perlu adanya
melalui penyediaan public goods yang keragaman program-program yang
penting, seperti pendidikan dan kesehatan. dengan mengutamakan pada peningkatan
Pelayanan kesehatan dan pendidikan tidak kemampuan human capital dan sosial
hanya merupakan instrument yang bias kapital masyarakat. Implikasi untuk
mengeneralisasi modal sisial, melainkan enterpreneurship dalam kegiatan bisnis
pula mencerminkan adanya good dapat dilakukan dengan menciptakan
governance dan trust diantara Negara dan situasi dan mengkondisikan bahwa human
warga negara. Negara memberikan jaminan capital dan sosial capital saling mendukung
sosial kepada warganya sebagai timbal balik terhadap produktivitas dan kesejahteraan.
atas kepercayaan warga kepada negaranya Upaya peningkatan kesejahteraan
dalam membayar pajak. masyarakat pedesaan melalui optimalisasi
modal sosial harusnya didukung dengan
PENUTUP kepemimpinan transformasional yang
Tingkat kesejahteraan dan pengurangan mampu mempengaruhi anggota masyarakat
kemiskinan dapat dilakukan tidak hanya melalui perubahan status quo, meningkatkan
melalui pemberdayaan ekonomi, namun kreativitas individual, memberikan inspirasi
juga melalui penguatan modal sosial, dan dan motivasi, serta memiliki idealisme.
community development. Penguatan sosial Modal sosial hendaknya didukung pula oleh
dapat dilakukan dengan mengembangkan human capital yang mampu memberikan
skema-skema penguatan modal sosial, inovasi-inovasi para anggota masyarakat.
seperti peningkatan fungsi BPD, LKMD, Program pendampingan merupakan
Gapoktan, PKK, BUMDes, dan Koperasi. faktor penting untuk meningkatkan
Penguatan sosial kapital dilakukan kompetensi masyarakat pedesaan dengan
dengan memaksimalkan peran lembaga- meningkatkan ketrampilan bertani, dan

14 EKOBIS Vol.15, No.1, Januari 2014 : 1 - 16


meningkatkan diversivikasi pertanian.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Hamzah, Arshad (2011), Psychological contact and knowledge sharing among
academicians: Mediating role of relational sosial capital. International business research,
vol. 4, No. 4 October 2011
Ali, Naseem, and Farooq (2011), Sosial capital impact on economic development (A theoretical
perspective). International Journal Business
Ali, Naseem, dan Farooq (2011), Sosial capital impact on economic development (a theoritical
perspective).
Arikunto, Suharsimi (2009), Prosedur Penelitian; Suatu pendekatan praktek; PT Bina Aksara,
Jakarta.
Asmadi Alsa (2006), Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian
Psikologi; Pustaka Pelajar Yogyakarta.
Becker, G. S. (1993). Human Capital: A Theoretical and Empirical Analysis, with SpecialReference
to Education, Chicago, University of Chicago Press.
BPS (2006), Tingkat kemiskinan di Indonesia Tahun 2005-2006. Berita resmi statistic BPS No.
47/IX/1 September 2006
Budhi dan Ardian (2009), Penyusunan Pedoman dan Pola Tetap (Blue Print); Pemberdayaan
Petani Tembakau Menuju Kemandirian dan Kesejahteraan di Kabupaten Wonosobo
Budhi dan Ardian A. (2009), Kajian Potensi Sumber Daya Petani Tembakau di Kabupaten
Wonosobo. Laporan penelitian Kerjasama FE Unissula dengan Pemerintah Kabupaten
Wonosobo.
Callois and Aubert (2007), Towards indicators of sosial capital for regional development issue:
The case of French rural areas. Regional studies, Vol 41.6, August 2007
Cohen, S., Prusak L. (2001), In Good Company: How Sosial Capital Makes Organization
Coleman, J (1999), Sosial Capital in the Creation of Human Capital. Cambridge Mass:
Darwin MM (2005), Memanusiakan rakyat, penanggulangan kemiskinan sebagai arus utama
pembangunan. Benang Merah Yogyakarta.
Easterling D (2009), The leadership role of community foundations in building sosial capital.
National civic review. DOI: 10.1002/nrc.232. Winter 2008
Esterling D. (2009), The leadership role of community foundations in building sosial capital.
National Civic Review, winter 2009.
Fukuyama, Francis (1995), Trust: The sosial virtues and the creation of prosperity. New York:
the Free Press
Javed, Kalid, and Arshad (2011), Islamic concept of sosial welfare. Interdisciplinary journal of
contemporary research in business. Vol 3, No.2 June 2011
Javed, Khalid, and Arshad (2011), Islamic concept of sosial welfare. Interdisciplinary Journal of
Contemporary Research in Business. Vol. 3, No.2 June 2011
Misbahul dkk. (2007), Model-model kesejahteraan sosial Islam: Perspektif normative, filosofis,
dan praktis. PT LIiS Pelangi Aksara, Bantul Yogyakarta
Ottoson and Klyver (2010), The effect of human capital on sosial capital among entrepreneurs.
Journal of enterprising culture. Vol 18, No.4 (December 2010)
Paper, WP/00/74, 1-8. In Elinor Ostrom and T.K. Ahn. (2003), Foundation of Sosial Capital.
Massachusetts: Edward Elgar Publishing Limited.
Pemerintah Kabupaten Wonosobo (2006), Rencana pembangunan jangka menengah
Kabupaten Wonosobo Tahun 2006-2010
Pemerintah Kabupaten Wonosobo (2006), Strategi penanggulangan kemiskinan daerah

Peran Modal Sosial Dalam Peningkatan………. (Budhi Cahyono) 15


(SPKD) Kabupaten Wonosobo.
Pranaji (2006), Penguatan modal sosial untuk pemberdayaan masyarakat pedesaan dalam
pengelolaan agroekosistem lahan kering. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 24, No. 2,
Oktober 2006
Prawiranegara (2009), Kajian model potensi ekonomi industri masyarakat berbasis agro
technopark (ATP): Studi kasus daerah transmigrasi local Koleberes, Kecamatan Cikadu,
Kabupaten Cianjur.
Quillian and Redd (2006), Can sosial capital explain persistent racial poverty gaps ? National
poverty center working paper series. June 2006
Solow, R. M. (1999), Notes Sosial Capital and Economic Performance. In Partha D., Ismail S.,
Suharto E (2005), Analisis kebijakan publik, panduan praktis mengkaji masalah dan kebijakan
sosial. Alfabeta Bandung.
Suharto E (2005), Pembangunan, kebijakan sosial, dan pekerjaan sosial. Spectrum Pemikiran,
Bandung.
Suharto E. (2008), Islam, modal sosial dan pengentasan kemiskinan. Indonesia sosial economic
outlook, Dompet Dhuafa, Jakarta 8 Januari 2008
Supriono, Flassy dan Rais (2008). Modal sosial: definisi, dimensi, dan tipologi
Yazdani and Yaghoubi (2011), The relationship between sosial capital and organizational
justice. Europan journal of economics, finance and administrative science. ISSN 1450-
2275 issue 30
Yoon and Wang (2011), The role of citizenship behaviors and sosial capital in virtual communities.
Journal of computer information systems. Fall 2011

16 EKOBIS Vol.15, No.1, Januari 2014 : 1 - 16

Das könnte Ihnen auch gefallen