Sie sind auf Seite 1von 13

JDM Vol. 6, No.

1, 2014, pp: 84-96

Jurnal Dinamika Manajemen


http://jdm.unnes.ac.id

STRATEGI PENGELOLAAN NON PERFORMING LOAN BANK UMUM YANG


GO PUBLIC

Selamet Riyadi, Muhammad Iqbal, Novia Lauren 

Fakultas Bisnis, Perbanas Institute, Jakarta, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel:
Diterima Januari 2015 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh capital adequacy ratio, total
Disetujui Januari 2015 aset, loan to deposit ratio, kualitas aktiva produktif dan biaya operasional terhadap
Diterbitkan Maret 2015 pendapatan operasional terhadap non performing loan pada Bank Umum di Bursa Efek
Keywords: Indonesia periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2014. Sampel yang digunakan
non-performing loans; dalam penelitian ini adalah 10 Bank Umum di BEI. Penelitian ini menggunakan
capital adequacy ratio; metode regresi data panel dengan efek random. Hasil penelitian menyimpulkan
loan to deposit ratio;
bahwa capital adequacy ratio, loan to deposit ratio, kualitas aktiva produktif dan biaya
panel random effects
operasional terhadap pendapatan operasional berpengaruh signifikan terhadap non
performing loan, sedangkan variabel total aset tidak berpengaruh signifikan terhadap
non performing loan. Model efek random layak digunakan untuk mengestimasi
pengaruh capital adequacy ratio, total aset, loan to deposit ratio, kualitas aktiva produktif
dan biaya operasional terhadap pendapatan operasional terhadap non performing loan.

MANAGING THE NON PERFORMING LOAN OF LISTED BANKS

Abstract
This study aimed to analyze the effect of capital adequacy ratio, total asets, loan to deposit
ratio, asset quality and operating expenses to operating income on non-performing loans at
commercial banks in Indonesia Stock Exchange period 2007 to 2014. The sample used in this
study is the 10 commercial banks listed in IDX. This study uses panel data regression with
random effect. The study concluded that the capital adequacy ratio, loan to deposit ratio,
asset quality and operating expenses to operating income have a significant effect on non-
performing loans, while total asets variable has no significant effect on non-performing loans.
Random effects model was used to estimate the effect deserves its capital adequacy ratio, total
asets, and loan to deposit ratio, asset quality and operating expenses to operating income on
non-performing loans.

JEL Classification: G1, G11


Alamat korespondensi : ISSN
Jalan Perbanas, Karet Kuningan, Setiabudi, Jakarta 12940 Jalan Bukit Dago Utara No. 25 Bandung 2086-0668 (cetak)
E-mail: iqbal@perbanas.id 2337-5434 (online)
Telp. 021-5252533 Ext.5200
Selamet Riyadi, Muhammad Iqbal, Novia Lauren / Strategi Pengelolaan Non Performing Loan (NPL)...

PENDAHULUAN selain menghimpun dana dari masyarakat yang


memiliki kelebihan dana juga menyalurkan
Bank merupakan suatu badan usaha yang dana tersebut kepada masyarakat yang
tugas utamanya sebagai lembaga perantara membutuhkan dana dalam bentuk kredit atau
keuangan, yang menyalurkan dana dari pihak pembiayaan. Penyaluran dana dalam bentuk
yang berkelebihan dana kepada pihak yang kredit saat ini berkisar antara 78% sampai 98%
membutuhkan dana atau kekurangan dana pada (Bank Indonesia, 2013) dari jumlah dana
waktu yang ditentukan (Dendawijaya, 2009). masyarakat yang dihimpun bank. Setiap kredit
Bank menghimpun dana dari masyarakat dalam yang diberikan tidak lepas dari berbagai risiko
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada yang dapat mengancam kesehatan bank. Non
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk- Performing Loan (NPL) merupakan ukuran
bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan risiko kredit yang menjadi parameter tingkat
taraf hidup masyarakat banyak (UU No.7/92 kesehatan bank. Bank dinilai memiliki potensi
dan UU No.10/98). Pendapat lain menyatakan kesulitan yang membahayakan kelangsungan
bank adalah badan usaha yang menghimpun usahanya jika rasio kredit bermasalah (Non
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan Performing Loan) secara neto lebih dari 5% dari
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam total kredit (PBI15/2/PBI/2013). Jika melebihi
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya 5% maka akan mempengaruhi penilaian tingkat
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat kesehatan bank tersebut. Semakin besar tingkat
banyak (Loen & Ericson, 2007). Berdasarkan NPL maka bank tersebut tidak profesional dalam
pendapat diatas maka dapat disimpulkan pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan
bahwa bank merupakan lembaga keuangan indikasi bahwa tingkat risiko atas pemberian
yang menghimpun dana dari masyarakat dan kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah
menyalurkannya kepada masyarakat terutama dengan tingginya NPL (Riyadi, 2006).
dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa Meskipun rata-rata rasio NPL tidak
perbankan baik dalam maupun luar negeri. melebihi angka 5%, seperti terlihat pada
Terdapat dua jenis bank yaitu Bank Umum Gambar 1, tetapi nilainya relatif berfluktuasi.
dan Bank Perkreditan Rakyat (UU No.10/98). Hal ini menunjukkan bahwa NPL rentan sekali
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan mengalami perubahan yang tidak terduga.
kegiatan usaha secara konvensional dan Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi yang
atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam tepat dalam mengendalikan rasio NPL agar
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas kinerja Bank Umum yang go public jauh lebih
pembayaran. Kegiatan utama bank umum, baik sehingga mendorong investor tertarik

Gambar 1. Rata-rata NPL Bank Umum yang Go Public

85
Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 6, No. 1, 2015, pp: 85-97

berinvestasi. Salah satu cara pengendalian NPL pembayaran bunganya (Riyadi, 2006). Kredit
adalah dengan mengetahui faktor-faktor yang adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dominan mempengaruhi NPL. Diketahuinya dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
faktor-faktor yang memperngaruhi NPL kesepakatan pinjam meminjam antara pihak
diharapkan dapat menjadi masukan bagi bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
manajemen Bank Umum agar dapat menekan peminjam untuk melunasi hutangnya setelah
tingginya NPL, terutama pada kondisi-kondisi jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga
krisis ekonomi. (UU No.10/98). Pengertian lainnya, kredit
Dengan mengetahui rasio NPL suatu adalah penyediaan uang atau tagihan yang
bank, masyarakat dan Bank Indonesia dapat dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
mengambil langkah yang bijak dalam menyikapi persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
dan menghadapi bank tersebut. Peningkatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
atau penurunan rasio NPL pada suatu bank pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
internal bank, maupun secara makro. Secara bunga (Siamat, 2005). Dengan demikian kredit
kuantitatif, faktor-faktor yang mempengaruhi adalah pinjaman yang diberikan oleh bank
NPL dapat berupa capital adequacy ratio (CAR), kepada debiturnya.
total aset, loan to deposit ratio (LDR), kualitas Kualitas kredit dikelompokan menjadi
aktiva produktif (KAP), biaya operasional 5, yaitu: lancar (L), dalam perhatian khusus
terhadap pendapatan operasional (BOPO), (DPK), kurang lancar (KL), diragukan (D)
jumlah pembiayaan/kredit dan profitabilitas dan macet (M) (Dendawijaya, 2009). Oleh
bank. Selain itu, ada juga faktor lain yang karena itu, kualitas kredit harus diperhatikan
menyebabkan terjadinya kredit bermasalah, karena jika terjadi banyak kredit bermasalah
seperti: proses analisis kredit yang buruk, maka akan merugikan bank itu sendiri. Kredit
produk gagal yang ditawarkan kepada nasabah, bermasalah (Riyadi, 2006) merupakan kredit
pinjaman berdasarkan kekuatan neraca yang digolongkan ke dalam kolektibilitas
bukan berdasarkan pinjaman arus kas, bank Kurang Lancar (KL), Diragukan (D) dan Macet
mengambil terlalu banyak kenyamanan dalam (M). Kredit bermasalah atau risiko kredit dapat
keamanan, asimetri informasi yang mengarah diketahui dari rasio non performing loan (NPL).
ke moral hazard, lingkungan ekonomi dan NPL dihitung berdasarkan perbandingan
pengaruh politik (Chikoko et al., 2012; Hapsari, antara jumlah kredit yang diberikan dengan
2012). Secara makro ekonomi, penyebab utama kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan
tingginya tingkat NPL adalah perlambatan macet dibandingkan dengan total kredit
ekonomi, yang terlihat dari koefisien yang (Riyadi, 2006). Besar kecilnya jumlah kredit
signifikan secara statistik dan ekonomi yang yang diberikan bank akan mempengaruhi
besar pada PDB, pengangguran dan tingkat penyaluran NPL di suatu bank. Besarnya rasio
inflasi (Skarica, 2014). NPL dapat dihitung dengan rumus (Riyadi,
2006):
Kajian Pustaka
kredit yang diberikan
Kredit adalah pinjaman yang diberikan dengan kal 3s
d5
PPAP 3sd5
oleh bank atau penyediaan uang atau tagihan yang NPL = x 100%
total kredit yang diberikan
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam Rasio capital adequacy ratio (CAR)
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan memperlihatkan kecukupan modal yang
penerima pinjaman (debitur) untuk melunasi dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan mengandung risiko, misalnya kredit yang
86
Selamet Riyadi, Muhammad Iqbal, Novia Lauren / Strategi Pengelolaan Non Performing Loan (NPL)...

diberikan (Dendawijaya, 2009). Rasio CAR terhadap NPL (Diyanti & Widyarti, 2012;
diperoleh dari perbandingan antara modal yang Abedalfattah & Faris, 2013; Polodoo et al.,
dimiliki dengan Aktiva Tertimbang menurut 2015). Berdasarkan uraian diatas maka dapat
Risiko (ATMR) (Riyadi, 2006). Besarnya disusun hipotesis berikut:
nilai rasio CAR dapat dihitung dengan rumus H2: Total aset berpengaruh signifikan
(Dendawijaya, 2009): terhadap non performing loan
Modal Bank
CAR = Besarnya jumlah kredit yang disalurkan
Aktiva Tertimbang dapat diketahui dari rasio loan to deposit ratio
Menurut Risiko (ATMR) (LDR) sebuah bank, karena LDR merupakan rasio
Penurunan jumlah CAR merupakan antara jumlah kredit yang diberikan bank dengan
akibat dari menurunnya jumlah modal bank jumlah dana pihak ketiga yang diterima oleh
atau meningkatnya jumlah Aktiva Tertimbang bank. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank
Menurut Risiko (ATMR). CAR mempunyai dalam membayar kembali penarikan dana yang
pengaruh negatif terhadap NPL (Soebagio, 2005), dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit
(Diyanti & Widyarti, 2012) dan (Makri et al., yang diberikan sebagai sumber pendapatannya.
2014). Semakin tinggi CAR maka akan semakin Menurut ketentuan Bank Indonesia maksimal
kecil NPL. Penelitian Wardoyo dan Rusdiyanti LDR yang diperkenankan saat ini adalah sebesar
(2009), Jusmansyah dan Sriyanto (2013) dan 92%. Rasio LDR dapat dirumuskan sebagai
Vatansever dan Hepsen (2015) mengungkapkan berikut (Riyadi, 2006):
bahwa CAR berpengaruh positif terhadap NPL.
Semakin tinggi CAR maka akan semakin tinggi Total Kredit
pula NPL. Berdasarkan uraian diatas maka dapat yang Diberikan
LDR = x 100%
disusun hipotesis berikut: Total DPK
H1: Capital adequacy ratio berpengaruh
signifikan terhadap non performing loan Penyaluran kredit merupakan kegiatan
utama bank, oleh karena itu sumber pendapatan
Aset disebut juga aktiva, sisi aktiva pada utama bank berasal dari kredit. Semakin besar
bank menunjukkan strategi dan kegiatan kredit yang salurkan dibandingkan dengan
manajemen yang berkaitan dengan tempat simpanan masyarakat pada suatu bank
pengumpulan dana meliputi kas, rekening pada membawa konsekuensi bahwa semakin besar
bank sentral, pinjaman jangka pendek dan risiko yang harus ditanggung oleh bank yang
jangka panjang, dan aktiva tetap. Total Aset bersangkutan (Diyanti & Widyarti, 2012;
suatu bank dapat menggambarkan jumlah kredit Jayanti & Haryanto, 2013; Abedalfattah &
yang dapat disalurkan. Bank dengan aset yang Faris, 2013; Akinlo & Emmanuel, 2014).
besar mampu menghasilkan keuntungan lebih Bertentangan dengan hasil penelitian Soebagio
besar apabila diikuti dengan hasil dari aktivitas (2005) bahwa LDR memiliki pengaruh negatif
operasional bank tersebut (Jayanti & Haryanto, terhadap NPL. Berdasarkan uraian diatas maka
2013). Ukuran bank yang diproksikan total aset dapat disusun hipotesis berikut:
berpengaruh positif terhadap NPL (Zaib et al., H3: Loan to deposit ratio berpengaruh signifikan
2014). Semakin besar kredit yang disalurkan terhadap non performing loan
maka dapat berdampak pada meningkatnya
kredit bermasalah (Jayanti & Haryanto, 2013). Guna mengetahui probabilitas kegagalan
Besarnya aktiva atau asset yang dimiliki suatu kredit maka perlu diketahui kualitas aktiva
bank menunjukan volume kredit yang dapat produktif (KAP). KAP merupakan rasio
disalurkan oleh bank tersebut, ukuran bank antara aktiva produktif yang diklasifikasikan
yang diproksikan total aset berpengaruh negatif (APYD) terhadap total aktiva produktif. APYD
87
Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 6, No. 1, 2015, pp: 85-97

terdiri dari kredit dalam perhatian khusus, operasionalnya. Besarnya rasio BOPO yang dapat
kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan ditolerir oleh perbankan di Indonesia adalah sebesar
kredit macet (Riyadi, 2006). Rasio KAP dapat 93, 52%. BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut
dirumuskan sebagai berikut: (Loen & Ericson, 2007).
Aktifa Produktif Menurut Jayanti dan Haryanto (2013),
yang Dikalrifikasikan kemungkinan gagal bayar dari debitur dapat
KAP = x 100% menimbulkan biaya tambahan atas penagihan
Aktifa Produktif yang dikategorikan sebagai kerugian. Penelitian
Meningkatnya rasio KAP dipengaruhi Ngadlan dan Riadi (2010) mengatakan bahwa
oleh meningkatnya APYD atau menurunnya biaya operasional terhadap pendapatan operasional
total aktiva produktif. Jika APYD meningkat (BOPO) digunakan untuk mengukur efisiensi
artinya kredit dalam perhatian khusus, kredit dan efektivitas operasional suatu perusahaan.
kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit Semakin kecil rasio BOPO berarti semakin efisien
macet juga meningkat. Dengan demikian, jika biaya operasional yang dikeluarkan bank sehingga
rasio KAP tinggi berarti tingkat kredit macet kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah
atau bermasalah juga tinggi. Hal tersebut semakin kecil. Hal ini sejalan dengan penelitian
didukung penelitian yang dilakukan Soebagio yang dilakukan oleh (Jayanti dan Haryanto (2013)
(2005) dan Jayanti dan Haryanto (2013) dan Wardoyo dan Rusdiyanti (2009) bahwa BOPO
bahwa KAP berpengaruh positif terhadap NPL. berpengaruh positif terhadap NPL. Sedangkan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disusun Vatansever dan Hepsen (2015) berpengaruh
hipotesis berikut: negatif terhadap NPL. Berdasarkan uraian diatas,
H4: Kualitas aktiva produktif berpengaruh maka dapat disusun hipotesis berikut:
signifikan terhadap non performing loan H5: BOPO berpengaruh signifikan terhadap
non performing loan
BOPO adalah rasio perbandingan
antara Biaya Operasional dengan Pendapatan Variabel pengamatan meliputi Capital
Operasional (Riyadi, 2006). Rasio BOPO Adequacy Ratio (CAR), Total Aset, Loan
disebut sebagai rasio efisiensi yang digunakan to Deposit Ratio (LDR), Kualitas Aktiva
untuk mengukur kemampuan manajemen Produktif (KAP), Biaya Operasional terhadap
bank dalam mengendalikan biaya operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Non
terhadap pendapatan operasional dalam kegiatan Performing Loan (NPL). Ada dua tujuan

CAR
H1

Total Asset H2

H3
LDR NPL
H4

KAP H5

BOPO

Gambar 2. Kerangka Berpikir

88
Selamet Riyadi, Muhammad Iqbal, Novia Lauren / Strategi Pengelolaan Non Performing Loan (NPL)...

yang akan dicapai. Pertama, memahami dan ditanggung sendiri tanpa melibatkan nasabah
menganalisis pengaruh CAR, Total Aset, LDR, sehingga membuat Bank Umum lebih rentan
KAP, dan BOPO terhadap NPL dan strategi terkena kredit bermasalah. Bank umum di Bursa
pengelolaannya pada bank umum. Kedua, Efek Indonesia adalah bank yang melaksanakan
mencari peran CAR, Total aset, LDR, KAP, kegiatan usaha menghimpun dana masyarakat
dan BOPO dalam model yang layak guna dan menyalurkan dana kepada masyarakat
menjelaskan strategi pengelolaan NPL pada dalam bentuk kredit serta memberikan jasa
Bank Umum. dalam lalu lintas pembayaran dan bank tersebut
menjual sebagian sahamnya kepada publik di
METODE Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah regresi data panel karena data yang digunakan
penelitian kuantitatif dengan metode asosiatif. berupa data panel. Data panel adalah gabungan
Menurut Kuncoro (2009) uji asosiatif data cross section dan time series. Penelitian
merupakan penelitian yang pada dasarnya ini menggunakan data panel karena objek
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penelitiannya terdiri dari 10 bank umum di
dua variabel atau lebih, serta korelasi yang ada di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2014
antara variabel yang di teliti. Menurut Sugiyono dalam bentuk laporan triwulan publikasi. Pada
(2009) menyatakan data kuantitatif adalah data penelitian ini, peneliti melakukan pengolahan
yang berbentuk angka atau data kualitatif yang data dan perhitungan dengan menggunakan
diangkakan. bantuan software alat pengolahan data
Populasi yang digunakan sebagai sampel kuantitatif berupa program Microsoft Excel versi
dalam penelitian ini adalah 33 Bank Umum 2010 dan Eviews versi 8.0.
di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2014. Estimasi regresi data panel terdapat tiga
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian model yaitu common effect, fixed effect dan random
ini dengan metode purposive sampling, yaitu effect. Penelitian Nachrowi dan Usman (2006)
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan menjelaskan bahwa teknik common effect hanya
atau kriteria tertentu (Sugiyono, 2013). Metode dengan mengkombinasi data cross section atau
pengambilan sampel dengan menggunakan time series. Dalam data panel, sebelum membuat
metode pengambilan purposive sampling regresi ada keharusan menggabungkan data
tujuannya agar peneliti mendapatkan sampel cross section dengan time series atau dapat disebut
yang sesuai dengan yang diinginkan peneliti, dengan pool data. Kemudian data gabungan ini
sehingga mudah untuk dilakukan penelitiannya. diperlukan sebagai suatu kesatuan pengamatan
Kriteria yang digunakan dalam penentuan yang digunakan untuk estimasi model dengan
sampel penelitian meliputi: Bank Umum di Bursa metode ordinary least square.
Efek Indonesia periode 2007-2014. Bank Umum Penggunaan variabel dummy untuk
di Bursa Efek Indonesia yang dalam laporan menangkap adanya perbedaan intersep
keuangannya terdapat rasio yang dibutuhkan merupakan teknik pendekatan fixed effect. Hal
dalam penelitian periode 2007-2014. Sepuluh tersebut didasarkan adanya perbedaan intersep
Bank Umum yang mempunyai asset terbesar dan antar perusahaan namun intersepnya sama antar
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. waktu. Selain itu, terdapat juga asumsi koefisien
Salah satu alasan penggunaan objek regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar
penelitian Bank Umum yang ada di Bursa Efek waktu dalam model pendekatan ini. Model
Indonesia karena sumber utama pendapatan random effect menggambarkan perbedaan
Bank Umum adalah berasal dari kredit dan karakteristik individu dan waktu dengan error
pendanaan terhadap kerugian akibat risiko model (Nachrowi dan Usman, 2006). Karena
yang timbul dari kredit sepenuhnya harus ada dua komponen yang mempunyai kontribusi
89
Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 6, No. 1, 2015, pp: 85-97

pada pembentukan error, yaitu individu dan terlebih dahulu. Setelah itu model yang terpilih
waktu, maka random error pada metode efek dapat digunakan untuk mengintepretasikan
random juga perlu diurai menjadi error untuk pengaruh variabel-variabel CAR, Total aset,
komponen individu, error komponen waktu LDR, KAP, dan BOPO terhadap NPL, sehingga
dan error gabungan. Pemilihan model terbaik pengelolaan terhadap kredit macet dapat
ditentukan dengan melakukan uji Chow, dilakukan dengan strategi yang tepat. Berikut
uji Lagrange Multiplier dan uji Hausman akan diuraikan hasil dari ketiga model estimasi
(Widarjono, 2013). tersebut.
Analisis kelayakan model regresi data Hasil estimasi model regresi dengan
panel meliputi uji koefisien regresi (uji t), menggunakan pendekatan ordinary least
uji keterandalan model (uji F) dan analisis square atau common effect disajikan pada Tabel
koefisien determinasi (adjusted R2). Uji t atau uji 2. Model common effect hanya memiliki nilai
signifikansi parsial digunakan untuk mengetahui adjusted R2 sebesar 0,4642. Pada model common
pengaruh variabel independen secara parsial effect koefisien determinasi yang diukur dengan
terhadap variabel dependen. Sedangkan Uji adjusted R2 ini tidaklah besar nilainya. Hal ini
F atau uji simultan digunakan untuk menguji mengindikasikan bahwa variasi pengaruh Capital
pengaruh variabel independen secara bersama- Adequacy Ratio (CAR), Total aset (TA), Loan to
sama terhadap variabel dependen (Priyatno, Deposit Ratio (LDR), Kualitas Aktiva produktif
2011). Analisis koefisien determinasi digunakan (KAP), dan Biaya Operasional Pendapatan
untuk melihat persentase pengaruh variabel Operasional (BOPO) terhadap Non Performing
independen terhadap variabel dependen. Loan (NPL) tidak lebih dari setengahnya, hanya
Koefisien determinasi untuk regresi dengan 46,42%. Artinya model dengan pendekatan
lebih dari dua variabel bebas disarankan untuk common effect tidak cukup menjelaskan proporsi
menggunakan adjusted R2. pengaruh variabel-variabel bebas terhadap
variabel terikat NPL. Meskipun demikian, jika
HASIL DAN PEMBAHASAN dilihat dari uji kelayakan model (Uji F), model
tersebut tetap dikategorikan layak menjelaskan
Terdapat tiga model estimasi regresi data pengaruh variabel-variabel bebas terhadap
panel yaitu common effect, fixed effect, dan random variabel terikatnya. Hal ini terlihat dari nilai
effect. Untuk mengetahui model mana yang probabilitas F hitung yang lebih kecil dari
dipakai, maka dilakukan beberapa pengujian tingkat error 0,05 pada Tabel 1.

Tabel 1. Model Common Effect

Variabel Dependen: NPL


Variabel Independen Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
CAR 0,072402 0,016882 4,288738 0,0000
TA -0,429073 0,251301 -1,707407 0,0888
LDR 0,005222 0,003557 1,468399 0,1430
KAP 0,331937 0,045354 7,318829 0,0000
BOPO 0,037870 0,008488 4,461677 0,0000
C -0,494689 2,814358 -0,175773 0,8606
Adjusted R-squared 0,464178
F-statistic 54,53671
Prob(F-statistic) 0,000000
Sumber: data yang diolah (2015)
90
Selamet Riyadi, Muhammad Iqbal, Novia Lauren / Strategi Pengelolaan Non Performing Loan (NPL)...
Capital Adequacy Ratio (CAR), Kualitas mengganggap bahwa semua bank memiliki
Aktiva produktif (KAP), dan Biaya Operasional. karakteristik yang sama padahal sangat
Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki dimungkinkan bahwa bank yang menjadi
nilai probabilitas t hitung yang lebih kecil dari sampel memiliki karakteristik yang berbeda.
tingkat error 0,05 sehingga dapat dikatakan Oleh karena itu diajukan dua model alternatif
bahwa ketiganya berpengaruh signifikan terhadap yang berbeda, yaitu model fixed effect dan model
NPL. Ketiganya juga memiliki pengaruh searah random effect. Keduanya memperhitungkan
terhadap NPL, sebagaimana ditunjukkan oleh adanya keunikan dari masing-masing bank yang
nilai koefisien dari ketiga variabel yang positif. Pada menjadi sampel penelitian.
saat CAR mengalami peningkatan maka NPL Hasil estimasi model fixed effect (efek
akan ikut meningkat dan sebaliknya, pada saat tetap) sebagaimana yang ditampilkan pada Tabel
CAR menurun maka NPL juga akan menurun. 2 menunjukkan nilai koefisien determinasi yang
Pada saat KAP naik maka NPL juga naik dan pada lebih besar dari nilai koefisien determinasi model
saat KAP turun maka NPL juga turun. Pada saat common effect. Nilai adjusted R2 mencapai 0,6654.
BOPO berkurang maka NPL juga akan berkurang Ini artinya CAR, TA, LDR, KAP dan BOPO
dan sebaliknya, pada saat BOPO bertambah maka memiliki variasi pengaruh sebesar 66,54%
NPL juga akan bertambah. terhadap NPL, sedangkan 33,46% lainnya
Berbeda dengan ketiga variabel di atas, dipengaruhi oleh variasi variabel lain yang tidak
variabel Total aset (TA) dan Loan to Deposit Ratio diidentifikasi pada model fixed effect. Koefisien
(LDR) yang tidak berpengaruh signifikan terhadap determinasi model fixed effect yang lebih besar
NPL. Nilai probabilitas t hitung keduanya lebih besar dari model common effect mengindikasikan bahwa
dari tingkat error 0,05. Pada saat TA bertambah atau sesungguhnya terdapat perbedaan karakteristik
berkurang maka NPL relatif tidak akan mengalami NPL pada setiap bank umum yang Go Public.
perubahan yang berarti. Begitu pula dengan Dengan kata lain, perbedaan karakteristik bank
perubahan nilai LDR juga tidak akan mempengaruhi ikut memberikan kontribusi terhadap semakin
kenaikan atau penurunan rasio NPL. kuatnya pengaruh variabel-variabel bebas
Model common effect mengabaikan terhadap variabel terikatnya.
adanya keunikan dari data panel yang berasal Nilai probabilitas F hitung yang lebih kecil
dari beberapa bank, tidak hanya dari beberapa dari nilai alpha 0,05 mengindikasikan bahwa model
waktu yang berbeda. Model common effect fixed effect layak digunakan untuk menjelaskan
Tabel 2. Model Fixed Effect

Variabel Dependen: NPL


Variabel Independen Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
CAR 0,068699 0,015547 4,418741 0,0000
TA -0,313166 0,284573 -1,100477 0,2720
LDR -0,015683 0,005732 -2,735780 0,0066
KAP 0,187156 0,046236 4,047841 0,0001
BOPO 0,038323 0,008776 4,366962 0,0000
C 0,636432 2,668600 0,238489 0,8117
Adjusted R-squared 0,663586
F-statistic 44,88944
Prob(F-statistic) 0,000000
Sumber: data yang diolah (2015)

91
Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 6, No. 1, 2015, pp: 85-97

pengaruh variabel CAR, TA, LDR, KAP dan BOPO random effect selain dapat diidentifikasi adanya
terhadap NPL. Sehingga model fixed effect dapat pengaruh dari perbedaan karakteristik bank,
dijadikan alternatif pilihan pada regresi data panel. juga dapat diidentifikasi pengaruh variabel lain
Berbeda dengan model common effect, pada di luar model yang signifikan. Seperti dengan
model fixed effect variabel yang berpengaruh model common effect dan fixed effect, hasil uji
signifikan terhadap NPL ada empat, yaitu F model random effect juga mengindikasikan
Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit bahwa model layak digunakan untuk
Ratio (LDR), Kualitas Aktiva Produktif (KAP), menjelaskan pengaruh variabel-variabel bebas
dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional CAR, TA, LDR, KAP dan BOPO terhadap
(BOPO). Hanya satu yang tidak berpengaruh variabel terikat NPL. Nilai probabilitas F hitung
signifikan, yaitu variabel Total aset (TA). lebih kecil dari alpha 0,05.
Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas Berdasarkan nilai probabilitas t hitung,
dari t hitung untuk CAR, LDR, KAP dan pada model random effect variabel yang
BOPO yang lebih kecil dari 0,05. Sedangkan pengaruhnya signifikan adalah Capital Adequacy
probabilitas t hitung TA lebih besar dari 0,05. Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR),
LDR yang pada model common effect tidak Kualitas Aktiva produktif (KAP), dan Biaya
berpengaruh signifikan, pada model fixed Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
effect berpengaruh signifikan. Pengaruh LDR karena nilainya probabilitasnya lebih kecil dari
terhadap NPL berlawanan arah. Artinya, pada alpha 0,05. Sedangkan untuk variabel Total
saat LDR meningkat maka NPL akan menurun aset (TA) tidak berpengaruh signifikan. Hasil
dan sebaliknya. Sama halnya pada model ini sama dengan yang diperoleh pada model
common effect, pengaruh CAR, KAP dan BOPO fixed effect, baik dari segi jumlah variabel yang
pada model fixed effect searah. signifikan maupun dari segi arah pengaruhnya.
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat hasil Meskipun demikian, besar pengaruh setiap
adjusted R2 pada model random effect (efek variabel bebas terhadap variabel terikat tetaplah
random) lebih rendah dari common effect dan berbeda antar model fixed effect dengan model
fixed effect, yaitu sebesar 0,37899. Meskipun random effect.
demikian, model random effect memiliki tingkat Berdasarkan hasil uji Chow dapat dilihat
kompleksitas yang lebih jika dibandingkan hasil F-hitung dan chi-square-nya yang lebih
dengan kedua model sebelumnya. Pada model kecil dari nilai α (0,05) maka dapat disimpulkan

Tabel 3. Model Random Effect

Variabel Dependen: NPL


Variabel Independen Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
CAR 0,069160 0,015460 4,473452 0,0000
TA -0,401629 0,270085 -1,487050 0,1380
LDR -0,012243 0,005242 -2,335420 0,0202
KAP 0,192488 0,045605 4,220796 0,0000
BOPO 0,039945 0,008538 4,678267 0,0000
C 0,929434 2,636543 0,352520 0,7247
Adjusted R-squared 0,378990
F-statistic 38,71526
Prob(F-statistic) 0,000000
Sumber: data yang diolah (2015)

92
Selamet Riyadi, Muhammad Iqbal, Novia Lauren / Strategi Pengelolaan Non Performing Loan (NPL)...

bahwa penggunaan model fixed effect lebih CAR, TA, LDR, KAP, dan BOPO berpengaruh
baik dalam mengestimasi regresi data panel terhadap NPL sebesar 37,9% dan sisanya
dibandingkan dengan model ordinary least yaitu sebesar 62,1% dipengaruhi oleh variabel
square atau common effect. lain diluar model penelitian. Penilaian layak
Pada Tabel 5 dapat dilihat nilai tidaknya model regresi data panel dengan
probabilitas dari chi-square sebesar 0,6447 lebih pendekatan efek random dalam menjelaskan
besar dari nilai α (0,05) maka dapat disimpulkan pengaruh variabel-variabel bebas CAR, TA,
bahwa model random effect lebih baik digunakan LDR, KAP, dan BOPO terhadap variabel terikat
dalam mengestimasi data panel dibandingkan NPL dilihat dari nilai probabilitas F-stat. Nilai
dengan model fixed effect. probabilitas F-stat yang lebih kecil dari tingkat
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kesalahan 5% menunjukkan bahwa model
kedua uji Chow dan uji Hausman pada Tabel 4 tersebut layak digunakan untuk menjelaskan
dan Tabel 5 dalam memilih model regresi data pengaruh variabel bebas terhadap variabel
panel maka dapat disimpulkan bahwa model terikatnya.
random effect adalah metode estimasi regresi Rasio kecukupan modal yang diproksi
data panel terbaik dalam penelitian ini. Karena oleh CAR memiliki pengaruh yang signifikan
random effect menggunakan metode GLS maka terhadap kredit macet yang diproksi oleh NPL.
tidak perlu melakukan uji heteroskedastisitas. Semakin tinggi rasio kecukupan modal, maka
Berdasarkan Tabel 3 diperoleh persamaan akan semakin meningkatkan NPL. Sebaliknya,
regresi data penelitian dengan pendekatan efek semakin rendah rasio kecukupan modal,
random adalah sebagai berikut: maka NPL juga akan semakin kecil. Setiap
peningkatan 1% CAR maka akan meningkatkan
NPL = 0,9294 + 0,0692CAR - 0,4016AT - NPL sebesar 0,06%. Hal ini dikuatkan oleh
0,0122LDR + 0,1925KAP + 0,0399BOPO penelitian Wardoyo dan Rusdiyanti (2009)
serta Jusmansyah dan Sriyanto (2013) yang
Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai mengungkapkan bahwa CAR berpengaruh
adjusted R2 adalah sebesar 0,378990. Hal ini positif terhadap NPL. Pengendalian kredit
dapat diartikan bahwa variabel-variabel bebas macet dapat dimulai dari pengendalian rasio
Tabel 4. Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests


Equation: FE
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 21,311096 (9 ; 295) 0,0000
Cross-section Chi-square 155,272094 9 0,0000
Sumber: data yang diolah (2015)
Tabel 5. Hausman Test

Correlated Random Effects - Hausman Test


Equation: RE
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 3.360017 5 0,6447
Sumber: data yang diolah (2015)

93
Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 6, No. 1, 2015, pp: 85-97

kecukupan modal. Apabila Bank Umum ingin yang ditunjukkan oleh semakin kecil nilai
menurunkan kredit macet yang dimilikinya, BOPO, maka semakin kecil pula NPL Bank
dapat dilakukan dengan cara menekan rasio Umum tersebut. Setiap kali Bank Umum
kecukupan modalnya. dapat meningkatkan efisiensinya sebesar
Tinggi rendahnya aset yang dimiliki 1% maka secara otomatis akan menurunkan
oleh Bank Umum tidak akan mempengaruhi nilai kredit macet 0,0399%. Hal ini juga
kredit macetnya. Artinya besar kecil aset suatu mengindikasikan kegagalan Bank Umum dalam
Bank Umum tidak akan menyebabkan NPL mengefisiensikan kegiatan operasionalnya
Bank Umum tersebut menjadi bertambah atau akan mengakibatkan tumbuhnya kredit atau
berkurang. Hal ini juga mengindikasikan, bahwa pembiayaan bermasalah.
ukuran bank (Bank Size) tidak menentukan Sebagaimana yang dipaparkan oleh Jayanti
kemampuan Bank Umum dalam mengelola dan Haryanto (2013), kemungkinan gagal bayar
kualitas kreditnya. dari debitur dapat menimbulkan biaya tambahan
Besarnya jumlah kredit yang disalurkan atas penagihan yang dikategorikan sebagai
(LDR) berpengaruh negatif terhadap kredit kerugian. Hal ini juga didukung oleh Wardoyo
macet. Semakin tinggi kredit yang disalurkan dan Rusdiyanti (2009) serta Ngadlan dan Riadi
maka akan mendorong berkurangnya NPL (2010) yang mengatakan semakin kecil rasio
Bank Umum. Hasil ini dikuatkan oleh Soebagio BOPO berarti semakin efisien biaya operasional
(2005) yang menyatakan bahwa LDR memiliki yang dikeluarkan bank sehingga kemungkinan
pengaruh negatif terhadap NPL. Setiap bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
kenaikan 1% LDR maka akan menurunkan
NPL sebesar 0,0122%. Startegi meningkatkan SIMPULAN DAN SARAN
LDR tentunya dengan mendorong penyaluran
kredit. Menambah penyaluran kredit semakin Berdasarkan analisa dan pengolahan data
menurunkan kredit macet dan membuka yang telah dijelaskan mengenai analisis faktor
peluang untuk meningkatkan persentase yang memengaruhi NPL pada Bank Umum
kualitas kredit yang disalurkan. di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
Peningkatan kualitas aktiva produktif 2007 sampai dengan 2014, dapat disimpulkan
akan mendorong peningkatan NPL. Setiap beberapa hal sebagai berikut: (1) Capital
kenaikan 1% KAP akan mendorong peningkatan Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh
NPL sebesar 0,1925%. Sebaliknya, penurunan signifikan positif terhadap NPL pada Bank
1% KAP akan mendorong penurunan NPL Umum di Bursa Efek Indonesia; (2) Total aset
sebesar 0,1925%. Kualitas aktiva produktif tidak berpengaruh signifikan terhadap NPL
dipengaruhi oleh APYD dan atau total aktiva pada Bank Umum di Bursa Efek Indonesia;
produktif. Penurunan APYD dapat dilakukan (3) Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh
apabila Bank Umum ingin menekan kredit signifikan negatif terhadap NPLpada Bank
macetnya. Hal lain yang dapat dilakukan adalah Umum di Bursa Efek Indonesia; (4) Kualitas
meningkatkan kualitas aktiva produktifnya.Hal Aktiva Produktif (KAP) memiliki pengaruh
tersebut didukung Soebagio (2005) dan Jayanti signifikan positif terhadap NPL pada Bank
dan Haryanto (2013) bahwa KAP berpengaruh Umum di Bursa Efek Indonesia dan (5) Biaya
positif terhadap NPL. Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Kemampuan manajemen bank dalam berpengaruh signifikan positif terhadap NPL
mengendalikan biaya operasional terhadap pada Bank Umum di Bursa Efek Indonesia.
pendapatan operasional dalam kegiatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat
operasionalnya berpengaruh signifikan terhadap memberikan informasi mengenai faktor-faktor
penurunan kredit macet. Semakin efisien yang dapat mempengaruhi NPL dan cara
Bank Umum dalam kegiatan operasionalnya, mengendalikan NPL sehingga perbankan dapat
94
Selamet Riyadi, Muhammad Iqbal, Novia Lauren / Strategi Pengelolaan Non Performing Loan (NPL)...

menjaga rasio NPL net agar tetap dibawah Jayanti, K. D & Haryanto, A. M. 2013. Analisis
5%, hal ini untuk mempertahankan kondisi Faktor-Faktor yang mempengaruhi Non-
tingkat kesehatan bank tersebut. Selanjutnya, Performing Loan Studi pada Bank Umum
bagi investor yang akan melakukan investasi Konvensional yang Go Public di Indonesia
dananya melalui Bursa Efek Indonesia di sektor periode 2008-2012). Diponegoro Journal of
Management. 2 (3): 140-150.
perbankan, selain melihat faktor-faktor yang
Jusmansyah, M & Sriyanto, A. 2013. Analisis
mempengaruhi NPL sebaiknya juga melihat Pengaruh CAR, BOPO dan ROA terhadap
informasi lain yang tercantum pada laporan Non Performance Loan. Jurnal Akuntansi dan
keuangan bank tersebut untuk mengetahui Keuangan. 2 (1): 46-65.
kondisi suatu bank, sehingga dapat dijadikan Kuncoro, M. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan
pertimbangan bagi investor untuk membuat Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
keputusan dalam memilih bank tempat Loen, B & Ericson, S. 2007. Manajemen Aktiva Pasiva
menyimpan kelebihan dana yang dimiliki Bank Non Devisa. Jakarta: PT Grasindo
Jakarta.
investor atau nasabah. Penelitian ini diharapkan
Makri, V., Tsagkanos, A & Bellas, A. 2014.
dapat dijadikan acuan untuk penulis berikutnya Determinants of Non-Performing Loans:
serta dapat meneliti faktor-faktor lain yang The Case of Eurozone. Panoeconomicus. 61
mempengaruhi NPL pada bank umum di Bursa (2) : 193-206.
Efek Indonesia Nachrowi, D. N & Usman, H. 2006. Penggunaan
Teknik Ekonometrika. Jakarta: PT Raja
DAFTAR PUSTAKA Grafindo Persada.
Ngadlan & Riadi, R.M. 2010. Pengaruh CAMEL
Abedalfattah, Z. A & Faris, N. A. 2013. Analysis the terhadap Size pada Bank yang Listing pada
Determinants of Credit Risk in Jordanian Bursa Efek Indonesia. Pekbis Jurnal. 2 (3):
Banking: An Empirical Study. Management 382-390.
Research and Practice. 5 (3) : 21-30. Polodoo, V., Seetanah, B., Sannassee, R. V., Seetah, K
Akinlo, O & Emmanuel, M. 2014. Determinants of & Padachi, K. 2015. An Econometric Analysis
Non-Performing Loans in Nigeria. Accounting Regarding the Path of Non Performing
Loans- a Panel Data Analysis from Mauritian
& Taxation. 6 (2): 21-28.
Banks and Implications for the Banking
Bank Indonesia. 2013. Laporan Tahunan Bank
Industry. The Journal of Developing Areas. 49
Indonesia Tahun 2013. Bank Indonesia.
(1): 53-64.
_____. 15 Oktober 2014. Data Emiten . hlm. 16
Priyatno, D. 2011. Buku Saku Analisis Statistik Data
Chikoko, L, Mutambanadzo, T & Vhimisai, T. 2012.
SPSS. Yogyakarta: Mediakom.
Insights on Non-Performing Loans: Evidence
Riyadi, S. 2006. Banking Assets and Liability
from Zimbabwean Commercial Banks in
Management. Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga
a Dollarised Environment (2009-2012). Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Journal of Emerging Trends in Economics and Indonesia.
Management Sciences. 3 (6): 882-886. Siamat, D. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan.
Dendawijaya, L. 2009. Manajemen Perbankan. Edisi Edisi Kelima. Jakarta:Lembaga Penerbit
Kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Diyanti, A & Widyarti, E. T. 2012. Analisis Pengaruh Skarica, B. 2014. Determinants of non-performing
Faktor Internal dan Eksternal terhadap loans in Central and Eastern European
terjadinya Non-Performing Loan (Studi countries. Financial Theory and Practice. 38
Kasus pada Bank Umum Konvensional yang (1): 37-59.
Menyediakan Layanan Kredit Pemilikan Soebagio, H. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang
Rumah Periode 2008-2011). Diponegoro Mempengaruhi terjadinya Non-Performing
Journal of Management. 1 (4) : 290-299. Loan (NPL) pada Bank Umum Konvensional.
Hapsari, E. 2012. Kekuatan Rasio Keuangan dalam Tesis Tidak Dipublikasi. Semarang: Program
memprediksi kinerja keuangan. Jurnal Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Dinamika Manajemen. 3 (2). Semarang.

95
Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 6, No. 1, 2015, pp: 85-97

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi. Semarang. Jurnal Dinamika Sosbud. 11 (2):
Edisi Revisi. Bandung: Penerbit Alfabet. 127-139.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi. Widarjono, A. 2013. Ekonometrika Pengantar dan
Bandung: Penerbit Alfabet. Aplikasinya. Edisi Keempat. Yogyakarta:
Vatansever, M & Hepsen, A. 2015. Determining UPP STIM YKPN.
Impacts on Non-Performing Loan Ratio Zaib, A., Farid, F & Khan, M. K. 2014.
in Turkey. Journal of Applied Finance and Macroeconomic and Bank-Specific
Banking. 5 (1): 1-11. Determinants of Non-Performing Loans in
Wardoyo, P & Rusdiyanti, E. 2009. Faktor-Faktor the Banking Sector in Pakistan. International
yang mempengaruhi Non Performing Loan Journal of Information, Business and
Bank Perkreditan Rakyat di Eks Karesidenan Management. 6 (2): 53-81.

96

Das könnte Ihnen auch gefallen