Sie sind auf Seite 1von 12

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK

BLOK BIOETHICS AND HUMANITIES


Why Bioethics?

Oleh :
Kelompok 2

Annisa Mardianti Sukmara G1A017017


Ananda Siti Fatimah G1A017038
Aqurisma Sikapisca Fitri G1A017050
Annisa Sekar Salsabila G1A017057
Ari Mirna Madani G1A017073
Arif Nur Aziz G1A017083
Anindita Adzani G1A017086
Amelinda Rifdah Aqiilah G1A017099
Ardya GS Nirwana G1A017112
Aribah Mascahya Kusuma G1A017117

Tutor:
dr. Muhammad Fakih, MM.

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN UMUM
PURWOKERTO
2018
Where Do We Learn Bioethics and Avenues for Bioethics Education
pp. 25-32 in Proceedings of the UNESCO International Bioethics Committee
Sixth Session, Volume II (Paris: UNESCO, 2000).
Institute of Author: Darryl R. J. Macer
Biological Sciences, University of Tsukuba,
Tsukuba Science City, Ibaraki 305-8572, Japan
Fax: Int+81-298-53-6614
Tel: Int+81-298-53-4662
Email: Macer@biol.tsukuba.ac.jp
Eubios Ethics Institute <http://eubios.info/index.html>
Paper presented at UNESCO IBC 7th session

The first bioethical lesson I learnt was arguably the moment my umbilical cord
was cut and I had to fend for myself. Suddenly I was an autonomous unit, and
ever since I have been thinking of my life and survival. The second lesson came a
few minutes later when I suckled my mother's breast, realizing my dependence
upon others. A family is a unit of society, and we are not really independent, at
least until much later. The next lesson may have been when I drank the substitute
mother's milk formula from the bottle. We need to depend on others in the broader
society.

Of course some philosophers would claim that the very "I" or "me", did not
develop until a year or two after this. My point is that bioethics education starts
with our birth and its effectiveness is relayed to when our eyes and ears are open.
This is certainly earlier when I, as a teacher of bioethics, first meet a student. It is
earlier than when I, as a father, first told my two year old daughter what I do and
what I value, and when she could first say the word "bioethics"- though actually
she says it better in Japanese.
Let us consider what you may more readily think of as a bioethics education. I
will talk about the international teaching of bioethics to others. How do we form a
mature society full of well informed and balanced persons? This is what I have
called "bioethical maturity". Bioethically mature means a person, or a society that
can balance the benefits and risks of alternative options, and make well-
considered decisions.

The decisions do not need to be same every time, but well considered. A "good"
decision for many issues of bioethics is not simply YES or NO. For example,
should a fetus with a severe disease, like Tay Sach's disease, be aborted or not?
This question that mothers face, with the support of their husbands, and may be
others, can not be said to be YES or NO. Whatever the law is, or religious
guidance, this decision to have an end of the life of your fetus because of
considering the very life of the fetus, is not one which can ever be dogmatically
said to be keep the fetus or abort the fetus.

Education of bioethics is to empower people to face moral dilemmas. Moral


dilemmas come to everyone, we need not teach people that life has dilemmas.
However we need to teach people that they will have less regrets if they consider
the different sides before the decision is made.

Life cannot be just left to fate, because that choice, is itself is one moral choice.
The mother who says I cannot decide so I leave it to God, is moral choice. The
counselor, be they physician or priest, who says leave it to nature is making a
moral choice.

Human beings as a moral animal, have to make these types of choices, once we
have the knowledge. Some may say it is better not to know. This I would refute.
Human beings are not passive stones in the river of life, moral agents. If we can
make the life of another better, we have an obligation from love to do so. It is an
obligation we must not escape.
Some would say that the dilemmas over abortion of a handicapped fetus is better
not to give it to mother. The old fashioned paternalism found in all our societies,
would try to insulate the people from facing such trauma of decision. However,
the cruel fact is that if the knowledge is left until birth, the baby who is now a
human in being and without argument a person, is often abandoned.Bioethics
education aims to make society mature so that no child will be abandoned or
neglected. It also aims to make a society tolerant to respect diversity of persons,
and diversity of decisions. Prenatal diagnosis gives us knowledge that should be
used by the mother to prepare or abort at an early stage, for the best interests of
the person the fetus would become.

Questions:
1. What does the author mean by an “autonomous unit”?
2. What is the difference between autonomous and independent?
3. Do you agree with the claim that a “person” (the authour referes here as
“I” or “me”) does not develop until a few years of age after birth? What is
the difference between a human being and a person? Please give your
arguments on this!
4. Do you think our society is “bioethically mature”? Why or why not? Give
some examples to support your opinion!
5. What does the author mean by “moral choice” and “moral agents”?
6. Why does the author refer human beings as a moral animal?
7. If you were expecting a child, would you or would you not prefer to have a
prenatal diagnosis of your fetus?
1. What does the author mean by an “autonomous unit”?
Kata “otonomi” diambil dari bahasa Yunani, “Autos’ berarti
sendiri dan “Nomos” berartiaturan. Jadi otonomi dapat diartikan membuat
aturan sendiri. Dalam konteks ini, otonomimasih dibatasi oleh aturan dan
hak-hak orang lain. Masih ada batasan-batasan yang dipatuhidalam
otonomi.
Autonomos adalah orang yang autonom yang membuat
keputusan sendiri daripada dipengaruhi oleh orang lain, atau bisa disebut
orang tersebut bebas berpikir atau bertindak tanpa dipengaruhi orang lain.
Mandiri dan memiliki kekuatan untuk membuat keputusan sendiri
(independent and having the power to make your own decisions)
(Cambridge Dictionary, 2017).
Unit otonom adalah orang yang dapat membuat keputusan
sendiri tanpa pengaruh eksternal, juga dapat berarti orang yang memliki
otonomi terhadap dirinya sendiri namun dibatasi otonomi orang lain
(KBBI, 2008).
Sebagai contoh, kita mengambil kasus perokok dan non-
perokok. Kita dapat mengamati batasan-batasan yang harus dipatuhi dalam
otonomi. Perokok memiliki otonomi terhadap dirinya sendiri untuk
merokok. Begitu pula halnya dengan non-perokok. Walaupun mereka
memiliki otonominya masing-masing, mereka tetap harus saling
menghormati otonomi orang lain. Perokok tidak boleh sembarangan
merokok di tempat umum karena dapat mengganggu kesehatan non-
perokok. Non-perokok juga tidak punya hak melarang perokok untuk
berhenti merokok.
Pada kutipan kalimat Suddenly I was an autonomous unit, and
ever since I have been thinking of my life and survival, artinya bayi sudah
merupakan suatu unit yang utuh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
jika lapar dia akan mencari makanan dengan menangis dan saat diberi ASI
maka bayi akan berhenti menangis, bayi tidak tergantung secara langsung
dengan orang lain namun masih memiliki ketergantungan secara tidak
langsung terhadap sang Ibu.
2. What is the difference between autonomous and independent?
Autonomous adalah suatu ajektiva Bahasa Inggris yang dalam
Bahasa Indonesia berarti swatantra. Sedangkan kata swatantra sendiri
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pemerintahan sendiri atau
otonomi. Kata otonomi sering digunakan dalam membentuk frase otonomi
daerah yang berarti hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Oxford, 2014).
Independen adalah sikap atau tingkah laku yang tidak
tergantung, tidak bergantung atau tergantung pada sesuatu yang lain atau
bisa dikatankan bebas. Contoh dalam kalimat seperti, saat ini calon
walikota dan wakil walikota independen belum familiar (Oxford, 2014).
Autonomous berarti dapat membuat keputusan yang didasarkan
dari diri sendiri, namun bukan berarti tidak bergantung sama sekali dengan
orang lain walaupun sudah bisa membuat keputusan sendiri. Sedangkan
independence berarti bebas kontrol dari luar, tidak dipengaruhi orang lain,
tidak terikat satu sama lain, bisa berdiri sendiri (Allen, 2015).

3. Do you agree with the claim that a “person” (the authour referes here
as “I” or “me”) does not develop until a few years of age after birth?
What is the difference between a human being and a person? Please
give your arguments on this!
Setuju does not develop after birth, BAYI masih bergantung
pada ibunya, beberapa tahun setelah kelahiran dapat mengatakan
keinginan dan sudah otonomi.
Human being mengandung makna biologis, yaitu manusia
sebagai makhluk (creature) dengan segala perbedaannya dengan makhluk
lain. Sedangkan person mengandung makna yang lebih sosial. Dimana
setiap orang lahir memiliki personality masing-masing (UNESCO, 2008).
Human being mengarah kepada mansuai yang memiliki sifat
dasar humanity dan moral, tanpa karakter atau sifat yang berbeda dengan
manusia lainnya.
Sedangkan person merupakan kelanjutan dari sifat dasar
manusia, dimana seseorang sudah memiliki karakter yang beragam
(UNESCO, 2008).
Menurut Peter Singer, person adalah makhluk yang memiliki
kapasitas untuk pengalaman menyenangkan, berinteraksi dengan orang
lain dan memiliki preferensi tentang kehidupan yang berkelanjutan. Bagi
John Harris seseorang adalah makhluk yang mampu menilai hidup mereka
sendiri. Sedangkan untuk person sendiri menurut Oxford Dictionary
memiliki makna:
1. A human being regarded as an individual.
2. An individual charactericed by a preference or liking for specified thing.

4. Do you think our society is “bioethically mature”? Why or why not?


Give some examples to support your opinion!
Kematangan bioetik adalah kemampuan seseorang atau
masyarakat yang bisa memilih sesuatu berdasarkan keuntungan dan
kelemahan. Kematangan bioetika adalah ketika seseorang dapat memilih
suatu pilihan dengan konsekuensi yang ada, dimana masyarakat saat ini
dipandang belum matang mengenai “bioethically mature” seperti
contohnya pemerintah sedang gencar gencarnya untuk menerapkan sistem
transportasi umum seperti busway yang dibuatkan jalur tertentu agar
mangurangi kemacetan, namun tidak sedikit dari masyarakat yang
memanfaatkan jalur busway tersebut seperti jalur pengendara pada
umumnya, yang pastinya menganggu perjalanan busway dan melanggar
aturan yang sudah berlaku. Contoh lainnya pada kasus Freeport yang
berada di Papua, seperti kita tahu bahwa kontrak dari perusahaan tambang
tersebut akan berakhir pada tahun 2021. Pada kasus ini masyarakat
menunggu keputusan yang diambil oleh pemerintah, dimana jika kontrak
dengan perusahaan tersebut diteruskan akan merugikan negara Indonesia
sendiri karena hasil tambang yang dihasilkan tidak untuk negara kita
sendiri melainkan untuk negara lain yang memiliki pembagian saham yang
besar, dan juga jika kekayaan alam kita ditambang secara terus menerus
akan menyebabkan kerusakan alam yang lebih parah lagi. Namun jika
pemerintah tidak melanjutkan kontrak dengan perusahaan tersebut, maka
akan banyak sekali pengangguran yang ada di Indonesia, mengingat
dengan sudah adanya perusahaan tersebut pula angka pengangguran di
Indonesia masih tinggi. Contoh lainnya banyak saat ini masyarakat yang
hanya mengikuti keputusan yang diambil oleh orang lain tanpa dipikirkan
terlebih dahulu apakah hal tersebut baik untuk dirinya sendiri atau hanya
baik bagi orang lain, mengingat saat ini era digital sudah semakin maju
yang mengakibatkan mudah sekali untuk memprofokatori orang. Seperti
halnya mengenai kasus aborsi, banyak sekali remaja yang salah dalam hal
pergaulan sehingga mereka sampai bisa hamil terlebih dahulu sebelum
mereka menikah, karena kurangnya kematangan kepribadian dari orang-
orang yang melakukan aborsi sehingga mereaka tidak mengetahui apakah
yang mereka lakukan benar atau tidak, kebanyakan dari mereka tidak
mengetahui bahwa hal tersebut dapat membahayakan baik untuk diri
mereka sendiri atau bagi janin yang nantinya akan digugurkan.

Contoh lainnya bahaya merokok, bahwasannya setiap individu


yang sudah menginjak masa remaja sudah mengetahui apa bahaya dari
rokok tersebut, bahkan di kemasan rokok juga sudah ditampilkan gambar
mengenai penyakit yang ditimbulkan dari merokok dan sudah adanya
larangan pula pada kemasan rokok tersebut. Anak-anak juga saat ini sudah
banyak yang mulai mengenal rokok, namun orang yang lebih dewasa
justru tidak mengingatkan mengenai dampak bahaya dari rokok itu sendiri,
baik dari segi kesehatan maupun cibiran dari masyarakat disekitar.
Kemudian contoh lainnya pada saat berkendara, dan melihat ada orang
yang menerobos lampu merah tetapi orang lain yang melihat hanya diam
dan acuh saja sampai ada petugas dari kepolisian yang menangani.
Dimana seharusnya masyarakat lebih perduli dengan sesamanya, apalagi
menyangkut dengan keselamatan orang lain.

5. What does the author mean by “moral choice” and “moral agents”?
1) Moral choice
a. Pilihan yang didasari oleh moral.
b. Pilihan yang didasari baik atau tidak perilaku tersebut, yang
sudah di anggap oleh masyarakat sekitarnya. Lalu dari semua
aspek tersebut ditarik kesimpulan yang paling mungkin.
2) Moral agent
Moral agent adalah manusia yang memiliki kemampuan
untuk bertindak secara moral yang didasari akal budi dan
kebebasan, dan hanya manusialah yang dapat bertanggung jawab
terhadap pilihan tadi. Moral agent merupakan pelaku dari moral
choice. (UNESCO, 2008)

6. Why does the author refer human beings as a moral animal?


Pada dasarnya manusia dan binatang memiliki tingkat
taksonomi yang sama yaitu kingdom animalia. Dikatakan bermoral karena
manusia dapat mengambil keputusan dan menentukan tujuan dalam setiap
tindakan yang dilakukan. Namun, manusia tetap memiliki derajat yang
lebih tinggi. Manusia memiliki akal sebagai landasan untuk melakukan
suatu tindakan.Tidak hanya akal,manusia memiliki moral. Maka dari itu,
kata yang pantas adalah “Moral Human”.Contohnya binatang simpanse
yang mengetik tidak mengerti tujuannya,berbeda dengan manusia.
Manusia merupakan “binatang” yang memiliki moral, karena
manusia dan hewan memang memiliki banyak kesamaan yaitu sama-sama
makhluk hidup yang memiliki insting untuk selalu tumbuh dan
berkembang (dapat bergerak, makan, bereproduksi maupun beradaptasi).
Namun perbedaannya adalah manusia memiliki akal yang lebih tinggi dan
bermoral dibanding hewan. Manusia bermoral yaitu manusia dapat
mengetahui baik buruknya suatu perbuatan yang dilakukan yang dianut
oleh suatu golongan atau masyarakat, dan mengetahui akan hak dan
kewajiban seseorang dan juga manusia lebih memikirkan risiko dan
benefitnya saat ia akan melakukan suatu perbuatan, sedangkan hewan
tidak.
Contoh: Monyet yang lapar dan ingin makan, lalu melihat buah
milik pak tani. Monyet tersebut mengambil buah untuk dimakan dengan
cara mencuri namun tanpa memikirkan risiko yang akan dia dapatkan dari
mencuri buah tersebut sedangkan manusia jika ingin mendapatkan sesuatu
yang bukan haknya ia akan berpikir terlebih dahulu terhadap apa yang
akan ia dapatkan setelah ia melakukan suatu tindakan.
7. If you were expecting a child, would you or would you not prefer to
have a prenatal diagnosis of your fetus?
Ya, saya akan melakukan prenatal diagnosis. Karena apabila
didapati kelainan pada fetus maka kita sebagai orang tua bisa menyiapkan
mental dan juga segala macam kebutuhan. Hal itu jika orang tersebut
benar-benar ingin memiliki seorang anak.
Tes diagnosis dapat mengidentifikasi kondisi dan sangat akurat.
Tes diagnosis yang invasif misalnya Sampling Villus Chorionic dan
Amniocentesis yang meningkatkan risiko keguguran. Inilah mengapa tes
diagnosis tidak rutin diberikan kepada semua wanita. Sebagai gantinya ada
tes yang diberikan dalam dua tahap. Semua wanita bisa diberikan tes
screening yang tidak memberikan risiko keguguran atau membahayakan
bagi bayi. Tes ini kebanyakan untuk mengidentifikasi bayi yang memiliki
risiko tinggi terhadap Down Syndrome. Tes diagnosis kemudian diberikan
kepada wanita dengan risiko yang tinggi. Ultrasonik juga merupakan tes
diagnosis tetapi tidak invasif. Ini menandakan bahwa memberikan risiko
terhadap ibu atau bayi (Department of Health, 2016).
Prenatal berarti kapan saja waktunya selama kehamilan. Tes
prenatal mengecek kesehatan bayi selama kehamilan. Beberapa kondisi
tidak dapat dideteksi dengan tes prenatal. Tes ini penting bagi ibu yang
sadar terhadap pilihan yang ada. Jika ibu tidak ingin menggugurkan
kehamilannya maka ketahui bahwa bayi membutuhkan pertolongan
khusus untuk dipersiapkan. Ibu mungkin memerlukan perawatan antenatal
spesialis atau buku ke rumah sakit tersier untuk melahirkan (Department
of Health, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Allen,Ronald J.2015.Moral Choices,Moral Truth,And The Eighth Amendment, Harvard


Journal of Law &amp; Public Polic: Vol 31 hal 25-34

Departemen of Health Government of Western Australia. Tersedia pada:


http://www.health.wa.gov.au/docreg/Education/Prevention/Genetics/HP3131_pre
natal.pdf

Oxford Advanced Learner’s Dictionary. 2010. Oxford : Oxford University press.


The Principles Of Biomedical Ethics. (1994) . Medical Ethics.

UNESCO. Bioethics Core Curriculum. UNESCO, 2008.


Available at: http://unesdoc.unesco.org/images/0016/001636/163613e.pdf

Das könnte Ihnen auch gefallen