Sie sind auf Seite 1von 17

ANALISIS KEBIJAKAN KOPI ROBUSTA DALAM UPAYA

MENINGKATKAN
DAYA SAING DAN PENGUATAN REVITALISASI PERKEBUNAN

Anik Suwandari dan Soetriono


Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember

ABSTRACT

The research concerning Robusta coffee policy has been carried out in Sidomulyo Village, Silo
District, Jember Regency. The resylt of the research shows that : (1). The people’s coffee
farming has competitive and comparative excellence; (2). The government’s policy to the
tradable input has positive impact whereas to the non tradable input has negative impact; (3).
The increasing of import tariff in 10 % and 15 % can cause the in creasing of domestic price of
coffee, while the decreasing of import tariff in 5 % causes the decreasibg of domestic price of
coffee, so this condition has negative impact for the people’s coffee farming and positive impact
for coffee industries; (4). The higer the value of rupiahs (in 10 % ang 15 %) becomes the lower
the price of tradable social input and tradable coffee output has, as a result the comparative
excellence of poople coffee farming tends to be lower; (5). The lowers the value of rupiahs (in 5
%) becomes the higher the price of tradable social input and tradable coffee output has, as a
result the comparative excellence of people’s coffee farming tends to be higher; (6). The
plantation revitalization especially Robusta coffee farming and agribusness can be done by
looking for special market, inventing new business, changing the rules by using information
technology, and revitalizing agribusiness institution especially cooperation. So that is way the
government has to decide a flexible policy of import tariff of coffee.

Key words : Policy; Competitive; Revitalization.

PENDAHULUAN bahan baku industri, penciptaan lapangan


Agroindustri sebagai motor penggerak kerja dan pengembangan wilayah (Dirjen
pembangunan sektor pertanian diharapkan Perkebunan, 2006). Kopi robusta di
mampu memainkan peranan penting dalam Indonesia pada tahun 2005 mengekspor
kegiatan pembangunan nasional baik dalam sebesar 4.847 ribu karung atau 17,25% dari
susunan pertumbuhan, pemerataan maupun ekspor kopi robusta dunia. Namun beberapa
stabilitas. Besar harapan ditumpukan pada tahun terakhir, yaitu sejak tahun 1988 telah
agroindustri namun harapan besar tersebut tergeser oleh Vietnam, yang pada tahun
tentunya lebih melekat pada potensi yang 2005 pangsa pasar kopi robustanya telah
ada. Perkembangan agroindustri dapat mencapai lebih dari 50% dari perdagangan
terjadi apabila komoditas pertanian kopi robusta dunia sebesar 14.642 ribu
didasarkan atas faktor-faktor daya saing, karung sehingga Indonesia tergeser pada
diantaranya: keunggulan komparatif, posisi ke empat setelah Brazil, Vietnam dan
keunggulan kompetitif, memenuhi skala Columbia.
ekonomi, mampu mengendalikan produk Tingkat produktivitas di Indonesia
secara kontinyu, kebijakan pemerintah dan saat ini mencapai rata-rata sebesar 700 kg
mempunyai efek ganda. Salah satu dari biji kering per hektar per tahun, baru
berbagai komoditas yang dapat menangkap mencapai 60% dari potensi produkstivitas
efek ganda adalah komoditas kopi. yang dimilikinya. Tingkat produktivitas
Kopi merupakan salah satu komoditas tanaman kopi Indonesia juga lebih rendah
andalan perkebunan yang mempunyai jika dibandingkan dengan Negara produsen
kontribusi cukup nyata dalam perekonomian utama kopi dunia lainnya, seperti Vietnam
Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa (1.540 kg/ha/th), Columbia (1.220
ekspor, sumber pendapatan petani, penghasil kg/ha/thn) dan Brazil (1.000 kg/ha/th).

60 J-SEP Vol 4 No. 3 November 2010


Dilain sisi sebagian besar komoditas baru kebun (individu atau kelompok) itu sendiri
diolah pada tingkat primer, yaitu berbentuk dengan menawarkan teknologi,
biji kopi kering, sedangkan pengolahan produktivitas, “peningkatan daya saing” dan
produk hilirnya belum banyak dilakukan, revitalisasi perkopian yang dapat
padahal produk olahan tersebut sangat memperbaiki kesejahteraan keluarga
berpotensi dalam memberikan nilai tambah pekebun.
yang tinggi maupun dalam menciptakan Guna mendorong keberlanjutan
lapangan pekerjaan. perkopian nasional yang tangguh di masa
Tingkat produktivitas dan produksi di mendatang maka diperlukan kegiatan
Indonesia yang rendah disebabkan karena penelitian dan pengembangan yang dapat
sekitar 96 persen areal tanaman kopi menghasilkan strategi pencapaian daya saing
merupakan perkebunan rakyat yang dan penguatan revitalisasi agribisnis kopi.
sebagian besar diusahakan secara Daya saing tersebut tidak hanya
monokultur dan belum menerapkan kultur mengandalkan aspek-aspek keunggulan
tehnis yang sesuai anjuran dari Pusat komparatif yang inklusif terdapat dalam
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. komoditas tersebut namun harus dipandang
Kesadaran petani akan benih unggul secara holistik keunggulan komparatif,
berkualitas masih rendah, sebagian tanaman keunggulan kompetitif dan kebijakan
kopi sudah rusak/tua serta meningkatnya pemerintah dalam pengusahaan agibisnis
serangan hama/penyakit tanaman. Kondisi kopi robusta dengan penerapan daya saing
seperti ini menyebabkan penghasilan yang “three five”. Dari hasil kajian terdahulu
diperoleh petani juga rendah, sehingga para menyatakan bahwa analisis hanya
petani umumnya tidak memiliki modal yang didasarkan kepada daya saing yang
cukup untuk memelihara kebunnya secara menggunakan beberapa variabel BSD saja
intensif apalagi menggarap lahan dan selanjutnya membahas bagaimana daya
perkebunannya secara optimal (Puslit Kokau saing di kaji dengan menggunakan konsep
Indonesia, 2006). “Three Five”
Arah kebijakan umum pengembangan Dilain sisi revitalisasi merupakan
kopi tidak terlepas dari kebijakan umum suatu proses mendorong pertumbuhan
pembangunan perkebunan, yaitu organisasi dengan mengkaitkan dan
memberdayakan di hulu dan memperkuat di mengharmoniskan tubuh organisasi ke
hilir guna menciptakan peningkatan nilai dalam lingkungannya. Revitalisasi
tambah dan daya saing komoditi kopi, menurutnya dapat dilakukan dengan tiga hal,
dengan memberikan intensif, penciptaan yaitu: mencari fokus pasar, menemukan
iklim usaha yang kondusif dan peningkatan bisnis baru, merubah aturan-aturan melalui
partisipasi seluruh stakeholder serta teknologi informasi, dan implikasi
penerepan organisasi modern yang revitalisasi agribisnis kopi (Gouillart dan
berlandaskan pada penerapan IPTEK (Dirjen Kelly, 1995). Dalam kaitannya tersebut,
Perkebunan, 2006). Selanjutnya Suryana maka yang menjadi pokok perhatian dalam
(2006) mengatakan bahwa arah penelitian kajian ini adalah bagaimana menguatkan
dan pengembangan perkopian ditujukan kelembagaan khususnya kebijakan
kepada pekebun miskin dimana pemerintah yang dapat memberikan
terbangunnya landasan penelitian dan dorongan terhadap daya saing demi
pengembangan perkopian yang berbasis menguatkan revitalisasi komoditas kopi
kepada masyarakat kebun adalah masyarakat robusta.

J-SEP Vol 4 No. 3 November 2010 61


Pengembangan Komoditas Potensi Wilayah
Kopi Robusta Pertanian

Kopi Robusta

Kebijakan

Faktor Produksi Produksi Agroindustri

Kopi Bubuk

Impor Kebijakan Impor PasarDomestik Harga Domestik


Impor

Daya Saing
PAM Three Five

Pendapatan Petani

Sensitivitas Daya Saing Tinggi

Rekomendasi Strategi Penguatan Revitalisasi

Gambar 1: Kerangka Pikir dan Prosedur Kerja

Tujuan Penelitian menguatkan revitalisasi perkebunan


Penelitian ini bertujuan untuk khususnya kopi robusta.
mempelajari, meramalkan dan merumuskan
kebijakan pemerintah dan daya saing Manfaat Penelitian
komoditas kopi robusta yang dilandasi Penelitian ini bermanfaat sebagai
dengan konsep daya saing three five bahan masukan dan informasi dalam
sehingga diharapkan akan memperoleh menentukan model strategi daya saing kopi
keselarasan langkah sebagai upaya rakyat robusta dipasar domestik dan
mengatasi masalah-masalah yang berkaitan internasional, serta dampak kebijakan. Dan
dengan berbagai kesenjangan baik dari juga sebagai bahan kebijakan pemerintah
aspek produksi, permintaan input output, guna memperkuat revitalisasi perkebunan
agroindustri, pemasaran dan kebijakan (kopi robusta). Bagi petani kopi kopi
pemerintah di masa akan datang yang dapat robusta, diharapkan dapat dipakai sebagai

62 J-SEP Vol 4 No. 3 November 2010


sumber informasi dalam rangka ditinjau dari kebijakan impor. Beberapa
memperbaiki usahataninya sehingga jenis skenario (sensitivitas) analisis
produksi dan pendapatan kopi meningkat. sehubungan dengan teknik analisis di atas
dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan
METODOLOGI PENELITIAN implikasi dan rekomendasi kebijakan
Daerah penelitian ditentukan dengan pemerintah terhadap komoditas kopi agar
(purposive) (Nasir, 1989) Kecamatan Silo supaya diketahui percepatan daya saing di
Kabupaten Jember berdasarkan pertimbang- tingkat regional maupun internasional.
an bahwa Kecamatan Silo mempunyai Penelitian ini terdiri dari atas beberapa
Kelompok Tani Sidomulyo II yang analisis yaitu: analisis produksi, analisis
merupakan wilayah produksi terbesar di daya saing, analisis kebijakan dan analisis
Kabupaten Jember. Penelitian ini mengguna- sensitivitas. Adapun analisis tersebut akan
kan pendekatan metode survei diskriptif dijelaskan pada beberapa sub bab di bawah
komparatif. Data yang dikumpulkan dalam ini.
studi ini adalah meliputi jenis data primer
dan data sekunder yang berkenaan dengan Analisis Daya Saing dan Kebijakan
daerah penelitian, pada bulan Juni sampai Analisis ini dilakukan dengan
dengan Agustus 2007. Data primer diperoleh pendekatan keunggulan komparatif dan
dari hasil wawancara dengan menggunakan keunggulan kompetitif di daerah penelitian
daftar pertanyaan kepada petani kopi robusta dengan menggunakan konsep dari Tsakok
pada musim panen tahun 2006. Data (1990) yang dikombinasikan dengan Model
sekunder yang merupakan basis data untuk PAM (Monke dan Pearson, 1989). Untuk
analisis tentang waktu (time series) bagi menganalisis kebijakan pemerintah
sumberdaya komoditas kopi dan menggunakan analisis PAM. Metode ini
agroindustri kopi di wilayah penelitian yang digunakan karena dalam suatu penelitian,
di peroleh dari instansi-instansi yang terkait, alternatif model yang dapat menguatkan
seperti, Dinas Perindustrian dan kesimpulan. Model ini berupa suatu matrik
Perdagangan, Dinas Perkebunan dan yang disusun dengan memasukkan komponen-
Kehutanan, Dinas Koperasi Pengusaha Kecil komponen utamanya penerimaan, biaya dan
dan Menengah, serta Badan Pusat Statistik. profit. PAM disusun untuk mempelajari
Analisis data dilakukan beberapa masing-masing sistem produksi pertanian dan
tahap sesuai dengan skema daya saing tree agroindustri dengan mempergunakan data
five, selanjutnya analisis yang digunakan usahatani, pemasaran dari petani ke pengolah,
untuk mengetahui daya saing komoditas pengolahan dan pemasaran dari pengolah ke
kopi robusta menggunakan konsep Pearson pedagang. Selanjutnya dapat ditaksir dampak
(1976), Tsakok (1990) dan Monke dan kebijaksanaan komoditas secara finansial dan
Pearson (1989). PAM dipakai untuk ekonomi, secara garis besar pendekatan PAM
menganalisis kebijakan dan intervensi dapat dijabarkan dalam tabel berikut (Monke
pemerintah terhadap komoditas kopi baik dan Pearson, 1989).
dalam usahatani dan agroindustri maupun

Tabel 1. Matriks Analisis Kebijakan


Biaya
Uraian Input Input non
Revenue Profit
Tradeable Tradeable
Harga Pasar A B C D1
Harga Sosial E F G H2
Pengaruh Divergensi dan
I3 J4 K5 L6
Kebijakan Efisien
keterangan : 4. Transfer faktor (K) =C-G
1. Profit individual (D) =A-B-C 5. Transfer input(J) =B-F
2. Profit sosial (H) =E-F-G 6. Transfer bersih (L) =D-H=I-J–K
3. Transfer output (I) =A-E

J-SEP Vol 4 No. 3 November 2010 63


Beberapa analisis dapat dilakukan dari matriks Kriteria pengambilan keputusan:
PAM adalah: Nilai KBSDaktual dan KBSDsosial < 1,
7. Rasio Biaya Privat (PCR) atau KBSDaktual menunjukkan keunggulan kompetitif dan
Biaya Input Non Tradable Privat (C) keunggulan komparatif
PCR = Penerimaan -Penerimaan Input Tradable Nilai KBSDaktual dan KBSDsosial > 1,
Privat (A) Privat (B) menunjukkan tidak adanya keunggulan
kompetitif dan keunggulan komparatif
8. Rasio Biaya Sumberdaya Domestik atau Sedangkan untuk melihat dampak kebijakan
KBSDsosial pemerintah dilihat dari indikator-indikator
Biaya Input non Tradable Sosial (G)
sebagai berikut.
BSD =
Penerimaan - Biaya Input Tradable
Sosial (E) Sosial (F) Kebijakan Pemerintah Terhadap Output
Kebijakan ini dapat diterangkan
9. Koefisien Proteksi Output Nominal (NPCO) dengan Nominal Protection Coefficient on
Penerimaan Privat (A) Output (NPCO), Nominal Protection Rate
NPCO = on Output (NPRO) dan Output Transfer
Penerimaan Sosial (E) (OT). Nilai NPCO menunjukkan dampak
insensif dari kebijakan pemerintah yang
10. Koefisien Proteksi Input Nominal (NPCI) menyebabkan terjadinya perbedaan nilai
Biaya Input Tradable Privat (B)
output yang diukur dengan harga privat dan
NPCI =
Biaya Input Tradable Sosial (F) harga sosial. Nilai NPCO juga merupakan
indikasi dari transfer output, dimana NPCO
11. Koefisien Proteksi Efektif (EPC) lebih kecil dari 1 menunjukkan adanya
Penerimaan - Biaya Input Tradable kebijakan pemerintah yang menyebabkan
Privat (A) Privat (B) harga privat lebih kecil dari harga di pasar
EPC = dunia atau dengan kata lain ada kebijakan
Penerimaan - Biaya Input Tradable pemerintah yang menghambat ekspor
Sosial (E) Sosial (F) output.
12. Koefisien Keuntungan (PC)
Kebijakan Pemerintah Terhadap Input
Keuntungan Privat (D)
PC = Tradable
Digunakan untuk mengetahui seberapa
Keuntungan Sosial (H) besar campur tangan pemerintah terhadap
petani /agroindustri juga untuk melihat
13. Ratio Subsidi bagi Produsen (SRP)
seberapa besar subsidi yang diberikan
Transfer Bersih (L)
SRP =
pemerintah baik secara langsung maupun
Penerimaan Sosial (E) tidak langsung dalam usahatani dan
agroindustri kopi. Indikator yang digunakan
Keunggulan komparatif dari komoditas adalah Transfer Input (IT) dan Nominal
kopi digunakan kriteria BSDsosial. Kriteria ini Protection Coefficient Input (NPCI) serta
menyatakan nilai biaya sumberdaya dalam Nominal Protection Rate on Input (NPRI).
negeri yang diperlukan untuk meningkatkan Nilai NPCI merupakan ratio harga
hasil produksi yang menghemat atau privat dari input yang diperdagangkan secara
menghasilkan satu satuan devisa. Semakin internasional dengan harga sosialnya. Nilai
kecil nilai koefisien BSDsosial maka semakin NPCI lebih besar dari satu menunjukkan
efisien aktifitas ekonomi yang dianalisis, adanya proteksi terhadap produsen input
ditinjau dari efisiensi pemanfaatan sedang sektor yang mempergunakan input
sumberdaya domestik. tersebut dirugikan dengan tingginya biaya
Untuk mengetahui kemampuan daya produksi.
saing komoditas dan agroindustri kopi
digunakan kriteria BSDaktual atau Private Kebijakan Pemerintah Terhadap Input
Cost Ratio (PCR) yang menunjukkan daya non Tradable
saing petani pelaksana agroindustri kopi. Untuk mengetahui perbedaan harga
sosial dan harga privat yang diterima

64 J-SEP Vol 4 No. 3 November 2010


agroindustri kopi, terutama untuk input berperanan dalam meningkatkan biaya
produksi yang tidak diperdagangkan pada produksi.
pasar internasional (Input Domestik) Analisis Alternatif Kebijakan
digunakan indikator Transfer Faktor (TF). Untuk mengetahui seberapa jauh
Apabila nilai transfer faktor bernilai positif perubahan harga output, harga input, upah
berarti biaya usahatani untuk barang-barang tenaga kerja, tingkat produktivitas, nisbah
domestik dibayar dengan harga yang lebih konversi dan bea masuk (protektif) pada
mahal dari harga riil. Selain itu digunakan komoditas kopi mempengaruhi keunggulan
indikator Net Policy Transfer yang bila kompetitif dan keunggulan komparatif di
memberikan nilai negatif berarti kebijakan gunakan analisis sensitivitas. Analisis
pemerintah tersebut belum memberi nilai sensitivitas keunggulan komparatif diguna-
tambah pada pengembangan agroindustri kan untuk menguji pengaruh perubahan pada
kopi. Nilai transfer bersih dapat menunjuk- harga sosial upah tenaga kerja, produktivitas
kan tingkat ketidak efisienan dalam sistem kopi pada nilai BSDsosial dan BSDaktual serta
pertanian/agroindustri yang disebabkan oleh Koefisien BSD, dikarenakan pada kedua hal
adanya kebijaksanaan pemerintah. tersebut sering mengalami perubahan.
Untuk melihat kebijakan pemerintah Skenario yang dilakukan dengan merubah
yang dapat meningkatkan daya saing guna variable tarif impor dan nilai tukar rupiah.
mendorong kegiatan agroindustri dapat Perubahan tersebut dengan menaikkan tarif
digunakan Effective Protection Coefficient impor dan nilai tukar rupiah terhadap
(EPC), EPC merupakan indikator yang komodite kopi robusta sebesar 10 persen dan
memberikan nilai tambah terhadap 15 persen serta menurunkan sebesar 5
komoditas kopi. Bila EPC bernilai lebih persen.
kecil atau sama dengan satu berarti insentif
pemerintah tidak efektif atau tidak ada HASIL DAN PEMBAHASAN
insentif pemerintah. Efisiensi Ekonomi dan Finansial
Nilai Profitability Coefficient (PC) Efisiensi usahatani kopi di Jember
digunakan untuk mengukur pengaruh menunjukkan faktor-faktor produksi yang
insentif dari seluruh kebijakan pemerintah. berupa input tradable dan input non
PC menunjukkan perbedaan tingkat tradable (faktor domestik) dikelola secara
keuntungan privat dan keuntungan sosial. optimal sehingga mendapatkan output
Ratio ini menunjukkan pengaruh produksi yang usahatani kopi di Kabupaten
keseluruhan dari kebijakan yang Jember (desa Sidomulyo) dalam Policy
menyebabkan keuntungan privat berbeda Analysis Matrix dapat diketahui dari
dengan keuntungan sosial. indikator profitabilitas. Profitabilitas privat
Nilai Subsidy Ratio to Producers merupakan perbedaan antara penerimaan
(SRP) merupakan ratio antara transfer bersih dan biaya produksi yang dihitung
dengan penerimaan sosial (nilai output tanpa berdasarkan harga privat atau harga yang
adanya gangguan kegagalan pasar atau diterima produsen, sedangkan profitabilitas
kebijakan pemerintah). SRP memberikan sosial merupakan perbedaan antara
indikasi tentang seberapa besar kebijakan penerimaan dan biaya produksi yang
pemerintah meningkatkan/mengurangi biaya dihitung berdasarkan harga sosial atau harga
produksi. Nilai SRP yang bertanda positif di tingkat dunia. Nilai profitabilitas privat
menunjukkan kebijakan pemerintah dan profitabilitas sosial pada usahatani kopi
robusta rakyat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Nilai Profitabilitas Usahatani Kopi Rakyat di Sidomulyo,


Silo, Jember (per 1 Ton kopi)
Output Input Tradable Faktor Domestik Profit
Privat 24.973.000 1.070.377 5.330.363 18.572.258
Sosial 25.434.017 1.858.191 4.841.649 18.734.176
Divergensi -438.983 -212.186 488.714 -838.082
Sumber: Data primer diolah Tahun 2007.

J-SEP Vol 4 No. 3 November 2010 65


Hasil analisis menunjukkan bahwa yaitu keunggulan komparatif dan
nilai profitabilitas privat usahatani kopi keunggulan kompetitif. Keunggulan
rakyat sebesar Rp 18.572.258. Nilai ini komparatif dan keunggulan kompetitif
menunjukkan bahwa keuntungan yang usahatani kopi rakyat dianalisis
diterima oleh petani kopi di Sidomulyo menggunakan matrik analisis kebijakan
adalah sebesar Rp 18.572.258 per ton kopi. (PAM), pada matrik analisis kebijakan nilai
Dalam analisis PAM efisiensi ekonomi dari keunggulan kompetitif dan komparatif dapat
suatu usahatani secara langsung dicerminkan diketahui dari koefisien PCR (Private Cost
dari profitabilitas sosialnya, yaitu Ratio) dan DRC (Domestic Resource Cost).
profitabilitas yang dinilai berdasarkan harga
sosial dimana tidak ada campur tangan Keunggulan Kompetitif Agribisnis Kopi
pemerintah didalamnya. Nilai profitabilitas di Jawa Timur
sosial pada usahatani kopi robusta sebesar Keunggulan kompetitif mengukur
Rp 18.734.176 per ton kopi, yang berarti daya saing pada usahatani kopi berdasarkan
bahwa keuntungan petani yang dihitung harga yang diterima produsen (harga privat)
berdasarkan harga sosial atau keuntungan atau harga pada kondisi pasar yang berlaku
yang seharusnya diterima petani pada tanpa mempermasalahkan ada tidaknya
usahatani kopi di Sidomulyo sebesar Rp distorsi pasar. Keunggulan kompetitif pada
18.734.176 per ton kopi, karena nilai usahatani kopi diketahui dari nilai PCR
profitabilitas sosial bernilai positif, maka (Privat Cost Ratio) pada tabel matrik
dapat dikatakan bahwa usahatani kopi rakyat analisis kebijakan. Pada matrik analisis
robusta memiliki efisiensi ekonomi. kebijakan (PAM) dapat dilihat dua nilai
Usahatani kopi rakyat di lokasi penelitian keunggulan kompetitif, yaitu keunggulan
memiliki efisiensi ekonomi lebih tinggi kompetitif dengan menggunakan input dan
dibandingkan dengan efisiensi secara privat, output pada harga privat yang diterima
hal ini menandakan bahwa tanpa adanya petani kopi dan keunggulan kompetitif
kebijakan pemerintah usahatani kopi robusta dengan menggunakan input dan output
sebenarnya lebih menguntungkan. Efisiensi produksi pada penyesuaian harga privat
ekonomi meliputi efisiensi teknis dan impor (privat impor parity).
efisiensi harga. Efisiensi teknis akan tercapai Keunggulan kompetitif usahatani kopi
apabila produsen mampu mengalokasikan robusta rakyat dapat ditunjukkan dari nilai
faktor produksi secara efisien sehingga hasil koefisien PCR. PCR merupakan rasio antara
yang dicapai tinggi, sedangkan efisiensi biaya faktor domestik dengan nilai tambah
harga akan tercapai apabila produsen output dari biaya faktor domestik yang
mendapatkan keuntungan yang besar karena diperdagangkan pada harga di tingkat
pengaruh harga. produsen. Nilai PCR menunjukkan bahwa
jika PCR lebih kecil dari satu berarti
Analisis Daya Saing Kopi Robusta usahatani kopi rakyat memiliki keunggulan
Daya saing suatu produk pada kompetitif, dapat diketahui pada tabel
umumnya dapat diukur dengan dua cara berikut.

Tabel 3. Hasil Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Kopi Rakyat di Sidomulyo,


Silo, Jember (per 1 Ton Kopi)
Output Input Tradable Faktor Domestik Profit
Privat 24.973.000 1.070.377 5.330.363 18.572.258
Sosial 25.434.017 1.858.191 4.841.649 18.734.176
Divergensi -438.983 -212.186 488.714 -838.082
PCR=0,223
Sumber: Data primer diolah Tahun 2007.

Hasil analisis PAM yang disajikan pada nilai ini menunjukkan bahwa usahatani kopi
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai PCR rakyat memiliki keunggulan kompetitif.
usahatani kopi rakyat lebih kecil dari satu, Nilai PCR yang diperoleh dari analisis PAM

66 J-SEP Vol 4 No. 3 November 2010


adalah sebesar 0,223 yang berarti bahwa Keunggulan Komparatif Usahatani Kopi
untuk menghasilkan satu-satuan nilai Robusta
tambah output pada harga privat hanya Keunggulan komparatif merupakan
diperlukan korbanan sumberdaya domestik keunggulan yang dimiliki oleh usahatani
sebesar 0,223 pada usahatani kopi rakyat kopi karena rendahnya biaya sumberdaya
robusta atau dengan kata lain untuk domestik. Keunggulan komparatif mengukur
menghasilkan nilai tambah satu satuan (1 US daya saing pada usahatani kopi berdasarkan
$) atau untuk mendapatkan tambahan harga sosial atau harga pada kondisi pasar
keuntungan 1 US $ dengan nilai tukar resmi persaingan sempurna. Keunggulan
(Rp/$) pada Bulan Mei 2005 s/d Agustus komparatif pada usahatani kopi dapat
2006 sebesar Rp 9.130/US $ diperlukan Rp diketahui dari nilai DRC (Domestic
7.094 biaya input domestik pada usahatani Resources Cost). DRC merupakan rasio
kopi rakyat. Nilai PCR ini juga antara biaya faktor domestik dengan nilai
menunjukkan bahwa jumlah biaya yang tambah output dari biaya faktor domestik
harus dikorbankan akibat pemakaian yang diperdagangkan pada harga sosial.
sumberdaya pada harga pasar nilainya lebih Nilai DRC menunjukkan bahwa jika DRC
rendah daripada keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari satu berarti usahatani kopi
produsen untuk setiap satu-satuan mata uang memiliki keunggulan komparatif, yang
(rupiah). berarti bahwa memproduksi kopi dilokasi
Keunggulan kompetitif usahatani kopi penelitian efisien dipandang dari segi
rakyat disebabkan penggunaan faktor penggunaan sumberdaya domestik, dengan
domestik pada usahatani kopi yang cukup kata lain secara ekonomi memproduksi kopi
efisien dengan pengelolaan kopi yang dalam negeri lebih efisien dan
optimal, selain itu harga „kopi ose‟ yang menguntungkan daripada melakukan impor,
diterima petani mampu menutupi biaya dan sebaliknya jika nilai DRC lebih besar
produksi dan menghasilkan keuntungan bagi dari satu, berarti memproduksi kopi tidak
petani. Petani kopi menerima harga kopi efisien dipandang dari segi penggunaan
berdasarkan harga pasar dan ditampung oleh sumberdaya domestik. Hasil analisis PAM yang
koperasi. Faktor lain yang menyebabkan menunjukkan nilai keunggulan komparatif
usahatani kopi rakyat memiliki keunggulan usahatani kopi rakyat terdapat dalam Tabel
kompetitif yaitu permintaan pasar dalam hal berikut.
ini permintaan kopi dari eksportir kopi
cukup besar.

Tabel 4. Hasil Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Kopi Rakyat di Sidomulyo,


Silo, Jember (per 1 Ton Kopi)
Output Input Tradable Faktor Domestik Profit
Privat 24.973.000 1.070.377 5.330.363 18.572.258
Sosial 25.434.017 1.858.191 4.841.649 18.734.176
Divergensi -438.983 -212.186 488.714 -838.082
DRC=0,205
Sumber: Data primer diolah Tahun 2007.

Hasil analisis PAM yang disajikan menggunakan sumberdaya domestik, karena


pada Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai untuk menghasilkan devisa sebesar satu-
DRC usahatani kopi lebih kecil dari satu satuan hanya dibutuhkan biaya faktor
yaitu 0,205, nilai ini menunjukkan bahwa domestik sekitar 0,205 satuan, atau dengan
usahatani kopi rakyat memiliki keunggulan kata lain untuk menghemat satu satuan
komparatif, dan membuktikan bahwa devisa (1 US $) dengan harga sosial/harga
agribisnis kopi (usahatani kopi rakyat) bayangan nilai tukar resmi (SER) (Rp/$)
memiliki keunggulan komparatif. Nilai DRC pada Bulan Mei 2005 s/d Agustus 2006
sebesar 0,205 menunjukkan bahwa usahatani sebesar Rp 9.242/US $ diperlukan sumber
kopi rakyat dari segi ekonomi efisien dalam daya domestik 0,205 US $ atau sebesar Rp

J-SEP Vol 4 No. 3 November 2010 67


7.347. Nilai DRC ini juga menunjukkan Mei 2005 s/d Agustus 2006 rata-rata sebesar
bahwa biaya memproduksi kopi hanya Rp 9.3130/US $. Harga bayangan nilai tukar
sebesar 20,5% dari biaya impor, sehingga rupiah (shadow exchange rate) dihitung
apabila pemenuhan permintaan kopi dengan membagi nilai tukar rupiah (NTR)
dilakukan dari produksi dalam negeri maka dengan faktor konversi baku (SCF), dari
akan mampu menghemat devisa sebesar hasil perhitungan diperoleh harga bayangan
79,5% dari besarnya biaya impor yang nilai tukar rupiah sebesar Rp 9.242/US $.
diperlukan, atau akan mampu menghemat Harga bayangan untuk output tradable
biaya sebesar Rp7.347. usahatani yaitu kopi didasarkan dari harga
Keunggulan komparatif pada analisis sosial kopi yang nantinya dikonversikan
PAM dianalisis menggunakan biaya input menjadi kopi, karena produk yang
tradable dan faktor domestik pada kondisi diperdagangkan di pasar internasional
pasar persaingan sempurna (harga sosial). adalah kopi, harga bayangan kopi dihitung
Komponen biaya sumberdaya domestik pada berdasarkan harga FOB karena di Indonesia
usahatani kopi rakyat meliputi biaya tenaga kopi merupakan produk ekspor. Input
kerja, modal, dan biaya lahan. Perhitungan Tradable pada usahatani kopi rakyat
harga sosial untuk faktor domestik, output meliputi, bibit, pupuk, dan obat-obatan.
dan input tradable dicerminkan dengan Harga bayangan bibit ditaksir sama dengan
harga bayangan (shadow price) atau harga yang berlaku di pasar karena bibit
berdasarkan pada estimasi the social yang digunakan untuk usahatani kopi rakyat
oppurtunity cost, harga bayangan tersebut diasumsikan berasal dari pembibitan dalam
dipakai untuk menyesuaikan terhadap harga negeri. Harga bayangan input tradable
pasar internasional. Untuk faktor domestik pupuk ZA, SP-36, dan KCL dihitung
yang tidak dapat diperdagangkan secara berdasarkan harga CIF, karena pupuk ZA,
internasional seperti tenaga kerja, modal dan SP-36, dan KCL termasuk produk impor,
lahan harga bayangannya ditaksir dengan sedangkan untuk harga bayangan input
berbagai asumsi-asumsi yang telah tradable pestisida dan herbisida dalam
digunakan dalam penelitian PAM perhitungannya diasumsikan sebesar 0.8 dari
sebelumnya, pendugaan harga banyangan harga yang berlaku di tingkat petani.
untuk harga tenaga kerja usahatani kopi
diasumsikan sebagai tenaga kerja tak terlatih Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap
sehingga untuk menghitung tingkat upah Usahatani Kopi Robusta Rakyat
sosialnya digunakan kebijakan pemerintah Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap
berupa tingkat upah minimum dan Output
digunakan konversi sebesar 0,8 dari tingkat Dampak kebijakan harga output dan
upah yang sebenarnya. Harga bayangan mekanisme pasar akan berpengaruh positif
bunga modal diperoleh dari tingkat suku terhadap harga output di tingkat petani dan
bunga Bank Indonesia, yaitu rata-rata industri kopi apabila penerimaan finansial
tingkat suku bunga Bank Indonesia yang (privat) usahatani kopi dan industri kopi
berlaku pada bulan Mei 2005 s/d Agustus lebih besar daripada penerimaan
2006 sebesar 7,809%, dan harga bayangan ekonominya, sehingga daya saing usahatani
untuk lahan menurut world bank ditaksir kopi akan bertambah baik, dan sebaliknya
85% dari sewa lahan yang berlaku dengan dampak kebijakan harga ouput dan
asumsi sewa lahan finansial lebih tinggi mekanisme pasar akan berpengaruh negatif
daripada nilai ekonomi. terhadap penerimaan usahatani kopi dan
Harga bayangan untuk output dan industri kopi apabila harga sosial kopi lebih
input tradable dihitung berdasarkan harga di tinggi daripada harga kopi domestik,
pasaran dunia, untuk produk yang diimpor sehingga penerimaan finansial usahatani
digunakan harga CIF (Cost Insurance and kopi dan industri kopi akan lebih kecil
Freight), dan untuk produk yang diekspor daripada penerimaan ekonominya, dan akan
digunakan harga FOB (Free on Board), menurunkan daya saing kopi domestik.
harga dunia tersebut dikonversikan dalam Rasio yang dingunakan untuk
mata uang domestik (Rp). Nilai tukar rupiah mengukur dampak kebijakan output (output
(NTR) terhadap US $ yang berlaku bulan transfer) dalam analisis PAM adalah

68 J-SEP Vol 4 No. 3 November 2010


Nominal Protection Coefficient on Output pemerintah, dan apabila NPCO lebih kecil
(NPCO), rasio ini menunjukkan seberapa dari satu, berarti harga domestik lebih
besar harga domestik (harga privat) berbeda rendah dari harga dunia yang berarti bahwa
dengan harga sosial, apabila NPCO lebih harga domestik di disproteksi. Hasil analisis
besar dari satu berarti harga domestik lebih PAM yang menunjukkan nilai NPCO pada
tinggi dari harga sosial yang berarti bahwa usahatani kopi rakyat terdapat dalam tabel
usahatani kopi menerima proteksi dari berikut.

Tabel 5.Transfer Output Produksi Kopi pada Usahatani Kopi Rakyat di Sidomulyo,
Silo, Jember Tahun 2007 (per Ton Kopi)
Output NPCO
Privat 24.973.000
Sosial 25.434.017 0,982
Divergensi -438.983
Sumber: Data Skunder Diolah Tahun 2007.

Hasil analisis PAM pada Tabel di atas Protection Coefficient on Input (NPCI).
menunjukkan bahwa nilai NPCO lebih kecil Rasio NPCI menunjukkan seberapa besar
dari satu yaitu 0,982, yang berarti bahwa harga domestik dari input tradable berbeda
usahatani kopi rakyat menerima proteksi dengan harga sosialnya, apabila NPCI lebih
ouput dari pemerintah atau dapat dikatakan besar dari satu, biaya domestik input
usahatani kopi rakyat menerima dampak tradable lebih mahal dari biaya input pada
positif dari kebijakan pemerintah dan tingkat harga dunia, dengan kata lain sistem
mekanisme pasar output yang berlaku pada seolah-olah dibebani pajak oleh kebijakan
tahun 2005/2006, hal ini membuktikan yang ada, dan apabila nilai NPCI lebih kecil
kebijakan pemerintah memberikan dampak dari satu, harga domestik input tradable
positif terhadap agribisnis kopi (usahatani lebih rendah dari harga dunia, dan sistem
kopi rakyat). Nilai NPCO sebesar 0,982 seolah-olah disubsidi oleh kebijakan yang
berarti kebijakan pemerintah terhadap ada. Bentuk kebijakan pada input tradable
output, membuat harga output 9,8% lebih dapat berupa kebijakan perdagangan, subsidi
tinggi daripada harga sosialnya. Kebijakan dan pajak, sedangkan bentuk divergensi
pemerintah terhadap output usahatani kopi lainnya disebabkan adanya distorsi pasar.
antara lain kebijakan tarif impor. Hasil analisis PAM pada usahatani kopi
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa rakyat yang menunjukkan nilai Nominal
penerimaan yang diterima petani pada harga Protection Coefficient on Input (NPCI)
privat lebih kecil dibandingkan dengan menunjukkan koefisien sebesar 0,576 yang
penerimaan yang dihitung dengan harga berarti bahwa harga domestik input tradable
sosial, hal ini berarti petani kopi dilokasi lebih rendah dari harga sosialnya, dengan
penelitian memperoleh dampak negatif dari kata lain usahatani kopi rakyat di Jawa
kebijakan ouput yang ditetapkan pemerintah. Timur menerima proteksi input dari
Output transfer pada usahatani kopi rakyat pemerintah atau dapat dikatakan usahatani
yang disebabkan oleh proteksi ouput dari kopi rakyat menerima dampak positif dari
kebijakan pemerintah adalah sebesar Rp - kebijakan pemerintah dan mekanisme pasar
461.017/ton kopi output yang berlaku pada tahun 2005/2006.
Nilai NPCI sebesar 0,576 berarti bahwa
Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap kebijakan pemerintah terhadap input
Input Tradable dan Faktor Domestik tradable menyebabkan harga input tradable
Dampak kebijakan pemerintah pada usahatani kopi rakyat hanya 57,6% dari
terhadap input tradable pada analisis PAM harga sosialnya pada tabel berikut.
ditunjukkan oleh nilai koefisien Nominal

J-SEP Vol 4 No. 3 November 2010 69


Tabel 6. Hasil Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Kopi Rakyat di Sidomulyo,
Silo, Jember (per 1 Ton Kopi)
Faktor
Output Input Tradable Profit
Domestik
Privat 24.973.000 1.070.377 5.330.363 18.572.258
Sosial 25.434.017 1.858.191 4.841.649 18.734.176
Divergensi -438.983 -212.186 488.714 -838.082
NPCL = 0,576
Sumber: Data primer diolah Tahun 2007.

Kebijakan pemerintah terhadap input impor, sehingga diasumsikan harga privat


tradable dan adanya distorsi pasar bibit sudah menunjukkan harga sosialnya.
menyebabkan harga privat input tradable
berbeda dengan harga di tingkat dunia. Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap
Kebijakan pemerintah terhadap input Input Output
tradable pada usahatani kopi rakyat salah Kebijakan output dan input pada
satunya adalah kebijakan subsidi pupuk, usahatani kopi dan industri kopi di
pupuk yang mendapatkan subsidi pada Sidomulyo secara keseluruhan dapat
usahatani kopi rakyat pada tahun 2005/2006 diketahui dari indikator-indikator antara lain
adalah pupuk ZA sebesar 40%, dan pupuk Efective Protection Coeficient (EPC), Net
SP-36 sebesar 25%, adanya subsidi ini Protection Transfer (NPT), Profitability
menyebakan harga privat pupuk ZA dan SP- Coeficient (PC) dan Subsidy Ratio to
36 lebih rendah daripada harga sosialnya, Producer (SRP). EPC merupakan indikator
sedangkan untuk pupuk KCL tidak untuk mengetahui efek transfer gabungan
mendapatkan subsidi, tetapi harga pupuk yang disebabkan oleh kebijakan, baik
KCL lebih rendah daripada harga sosialnya transfer output tradabel maupun transfer
perbedaan harga ini disebabkan karena input tradable. NPT menggambarkan
adanya distorsi pasar yang terjadi pada tambahan surplus produsen atau berkurang-
perdagangan pupuk tersebut. Harga privat nya surplus produsen yang diakibatkan oleh
untuk input tradable pestisida dan herbisida kebijakan pemerintah. PC merupakan rasio
pada usahatani kopi rakyat lebih mahal antara keuntungan privat dan keuntungan
daripada harga sosialnya, perbedaan harga sosial, yang menunjukkan pengaruh dari
ini disebabkan karena tidak adanya proteksi kebijakan pemerintah yang menyebabkan
pemerintah berupa subsidi, input tersebut keuntungan privat berbeda dengan ke-
dibebani pajak oleh pemerintah berupa pajak untungan sosial, sedangkan SRP merupakan
pertambahan nilai (PPN) sebesar 10%. perbandingan antara tranfer bersih dengan
Harga privat untuk input tradable bibit sama nilai ouput pada tingkat harga dunia. Hasil
dengan harga sosialnya, hal ini dikarenakan analisis PAM menunjukkan dampak
bibit yang digunakan oleh petani kopi kebijakan pemerintah terhadap input ouput
berasal dari pembibitan yang dilakukan di usahatani kopi rakyat dilihat pada tabel
dalam negeri dan bukan merupakan bibit berikut.
Tabel 7. Hasil Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Kopi Rakyat di Sidomulyo,
Silo, Jember (per 1 Ton Kopi)
Faktor
Output Input Tradable Profit
Domestik
Privat 24.973.000 1.070.377 5.330.363 18.572.258
Sosial 25.434.017 1.858.191 4.841.649 18.734.176
Divergensi -438.983 -212.186 488.714 -838.082
PC=0,991
SRP= -0,006
EPC = 1,014 NPT = -161.918
Sumber: Data primer diolah Tahun 2007.

70 J-SEP Vol 4 No. 3 November 2010


Hasil analisis PAM pada Tabel di atas perlindungan bagi petani kopi untuk
menunjukkan bahwa nilai Net Protection mengembangkan usahanya, sebaliknya
Transfer (NPT) pada usahatani kopi rakyat apabila nilai EPC lebih kecil dari satu maka
sebesar Rp -161.918 per ton kopi, nilai NPT dampak bersih kebijakan pemerintah
tersebut menunjukkan telah terjadi tersebut menimbulkan disinsentif terhadap
pengalihan surplus dari produsen ke pihak pengembangan usahatani kopi. Hasil analisis
lain. Kehilangan surplus tersebut sebesar Rp PAM yang menunjukkan nilai EPC pada
161.918/ton kopi, artinya pada usahatani usahatani kopi rakyat sebesar 1,014. Nilai
kopi rakyat telah terjadi pengalihan EPC lebih besar dari satu menunjukkan
keuntungan dari pihak petani ke pihak di bahwa ada perlindungan atau proteksi
luar usahatani kopi rakyat. Nilai Profitability pemerintah terhadap input dan ouput
Coeficient (PC) dari hasil analisis PAM tradable usahatani kopi, atau dapat
menunjukkan nilai lebih kecil dari satu yaitu dikatakan nilai tambah yang diterima petani
sebesar 0,991, hal ini menunjukkan bahwa kopi lebih besar dari nilai tambah sosialnya,
kebijakan pemerintah yang ada pada sehingga petani tidak harus membayar
usahatani kopi rakyat mengurangi transfer kepada produsen input tradabel dan
penerimaan petani sebesar 9,9% dari yang konsumen kopi. Nilai EPC sebesar 1,014
seharusya diterima petani, sehingga petani berarti bahwa adanya kebijakan pemerintah
kopi memperoleh keuntungan lebih rendah terhadap input dan ouput tradable
dari seharusnya atau dapat dikatakan menyebabkan nilai tambah yang diterima
kebijakan pemerintah terhadap input output petani kopi 10,1% lebih tinggi dibandingkan
secara keseluruhan berdampak negatif tanpa adanya kebijakan.
terhadap usahatani kopi rakyat.
Nilai Subsidy Ratio to Producer (SRP) Implikasi Kebijakan
pada analisis PAM diperoleh nilai yang Usahatani kopi rakyat menunjukkan
negatif yaitu sebesar-0,006. Nilai tersebut memiliki keunggulan kompetitif dan
menunjukkan bahwa pengaruh dari adanya komparatif, yang menggambarkan adanya
kebijakan pemerintah berdampak kepada daya saing yang dimiliki oleh usahatani kopi
petani kopi yang membayar biaya produksi rakyat. Keunggulan kompetitif ini
lebih besar dari biaya sosialnya, atau berarti menunjukkan bahwa usahatani kopi rakyat
bahwa pengaruh dari kebijakan pemerintah menguntungkan untuk diusahakan bagi
dan mekanisme pasar pada saat penelitian petani kopi dan produsen kopi, karena
berdampak negatif terhadap stuktur biaya jumlah biaya yang harus dikorbankan akibat
produksi usahatani kopi rakyat. Nilai SRP pemakaian sumberdaya pada harga pasar
sebesar -0,006 berarti bahwa dampak nilainya lebih rendah daripada keuntungan
kebijakan pemerintah meningkatkan biaya yang diperoleh produsen untuk setiap satu-
produksi kopi sebesar Rp 0,006/ton kopi, satuan mata uang (rupiah). Usahatani kopi
atau dengan kata lain kebijakan pemerintah rakyat juga memiliki keunggulan komparatif
menyebabkan petani kopi menanggung yang menunjukkan bahwa usahatani kopi
biaya produksi lebih besar 0,06% dari biaya rakyat dari segi ekonomi efisien dalam
yang seharusnya dikeluarkan dalam menggunakan sumberdaya domestik.
usahatani kopi rakyat. Kebijakan pemerintah terhadap input
Dampak dari keseluruhan kebijakan dan output tradable yang dijalankan pada
pemerintah dan mekanisme pasar terhadap saat penelitian yang berupa pajak, subsidi,
input dan output tradable pada usahatani tarif bea masuk, dan kebijakan harga
kopi dianalisis dengan menggunakan memberikan dampak positif bagi usahatani
koefisien proteksi efektif/Effective kopi rakyat tetapi secara bersama-sama
Profitability Coefficient (EPC), apabila nilai kebijakan input dan output terhadap
EPC lebih besar dari satu maka dampak usahatani kopi rakyat memberikan dampak
bersih kebijakan pemerintah dalam yang negatif, ini ditunjukan dengan nilai
pembentukan harga dan mekanisme pasar Profitability Coefficient (PC) yang lebih
komoditi telah memberikan insentif atau kecil dari satu yaitu sebesar 0,991, nilai Net

J-SEP Vol 4 No. 3 November 2010 71


Protection Transfer (NPT) yaitu sebesar Rp meningkatkan keunggulan kompetitif usaha-
–161.918/ton kopi dan nilai Subsidy Ratio to tani kopi rakyat dan industri kopi, dan
Producer (SRP) yang negatif yaitu sebesar - meningkatkan proteksi pemerintah terhadap
0,006, kebijakan pemerintah yang masih harga kopi domestik, sehingga dapat
memberikan dampak yang negatif terhadap dikatakan bahwa kenaikan tarif impor kopi
usahatani kopi rakyat adalah kebijakan dapat memberikan dampak positif terhadap
pemerintah terhadap input non tradable atau output tradable usahatani kopi rakyat dan
faktor domestik yaitu tenaga kerja, lahan, industri kopi. Penurunan tarif impor kopi
dan modal, dimana harga privat yang sebesar 5% dapat menyebabkan harga kopi
dibayarkan oleh petani kopi lebih mahal domestik semakin menurun, sehingga
dibandingkan dengan harga sosialnya, tetapi penurunan tarif impor kopi, dan dari hasil
untuk kebijakan input dan output tradable analisis menunjukkan bahwa penurunan tarif
yang ditetapkan pemerintah sudah impor kopi sebesar 5% memberikan dampak
memberikan dampak yang positif terhadap negatif terhadap usahatani kopi rakyat dan
usahatani kopi rakyat yang ditunjukkan industri kopi kecil tetapi tetap memberikan
dengan nilai EPC yang lebih dari satu yaitu dampak positif terhadap industri kopi.
sebesar 1,014. Nilai tukar rupiah sangat berpengaruh
Kebijakan pemerintah terhadap terhadap kegiatan perdagangan khususnya
usahatani kopi diharapkan benar-benar untuk produk ekspor dan impor, perubahan
mampu melindungi daya saing produksi nilai tukar rupiah yaitu kenaikan dan
kopi domestik dan lebih meningkatkan penurunan nilai tukar rupiah dapat
perkembangan usahatani kopi dan industri menyebabkan perubahan keunggulan
kopi sehingga permintaan kopi dalam negeri komparatif, dan perubahan dampak
dapat dipenuhi dari produksi kopi domestik kebijakan pemerintah terhadap input output
dan dapat menjadi negara yang usahatani kopi rakyat dan industri kopi.
berswasembada kopi. Dilihat dari hasil Kenaikan atau menguatnya nilai tukar rupiah
analisis sensitivitas menunjukkan bahwa sebesar 10% dan 15% menyebabkan harga
kebijakan pemerintah yang berlaku pada saat sosial input tradable dan output tradable
penelitian belum cukup untuk melindungi (kopi) semakin menurun, sehingga
daya saing produksi kopi domestik, karena menyebabkan menurunnya keunggulan
perubahan kebijakan pemerintah yaitu komparatif usahatani kopi rakyat dan
kenaikan dan penurunan tarif impor kopi industri kopi. Harga sosial output tradable
serta kenaikan dan penurunan nilai tukar (kopi) yang semakin menurun menyebabkan
rupiah masih dapat menurunkan daya saing meningkatnya insentif pemerintah terhadap
usahatani kopi rakyat, dan dapat output tradable, sedangkan harga sosial
menyebabkan dampak negatif terhadap input tradable yang semakin menurun
usahatani kopi rakyat dan industri kopi di menyebabkan menurunnya insentif
wilayah penelitian bahkan di wilayah Jawa pemerintah terhadap input tradable, serta
Timur. dampak kenaikan nilai tukar rupiah sebesar
Kebijakan pemerintah menetapkan 10% dan 15% menyebabkan kebijakan
tarif impor kopi akan mengakibatkan surplus pemerintah terhadap input output secara
terhadap produsen meningkat, pertambahan bersama-sama berpengaruh positif terhadap
penghasilan pemerintah, dan menyebabkan usahatani kopi rakyat . Penurunan atau
surplus konsumen menurun, karena melemahnya nilai tukar rupiah sebesar 5%
pembebanan tarif impor kopi dapat menyebabkan harga sosial input tradable
menyebabkan harga kopi semakin tinggi. dan output tradable (kopi) semakin
Perubahan tarif impor kopi yaitu kenaikan meningkat, sehingga menyebabkan
dan penurunan tarif impor kopi dapat meningkatnya keunggulan komparatif
menyebabkan perubahan harga kopi impor usahatani kopi. Harga sosial output tradable
yang juga berpengaruh terhadap harga kopi (kopi) yang semakin meningkat dapat
domestik. Kenaikan tarif impor kopi sebesar menyebabkan menurunnya insentif
10% dan 15% dapat menyebabkan harga pemerintah terhadap output tradable (kopi),
kopi domestik ikut meningkat, sehingga sedangkan harga sosial input tradable yang
dampak kenaikan tarif impor kopi ini dapat semakin meningkat dapat menyebabkan

72 J-SEP Vol 4 No. 3 November 2010


meningkatnya insentif pemerintah terhadap komparatif (kopi rakyat merupakan kopi
input tradable, serta dampak penurunan nilai robusta).
tukar rupiah sebesar 5% menyebabkan 2. Kebijakan pemerintah terhadap input dan
kebijakan pemerintah terhadap input output output tradable berupa pajak, subsidi,
secara bersama-sama tetap memberikan tarif bea masuk, dan kebijakan harga
dampak positif pada industri kopi besar memberikan dampak positif bagi
tetapi memberikan dampak negatif pada usahatani kopi rakyat..
usahatani kopi rakyat. 3. Kebijakan pemerintah yang masih
Melihat dampak perubahan tarif impor memberikan dampak negatif terhadap
kopi dan nilai tukar rupiah, dimana usahatani kopi rakyat adalah kebijakan
melemahnya nilai tukar rupiah dapat pemerintah terhadap input non tradable
meningkatkan keunggulan komparatif atau faktor domestik yaitu tenaga kerja,
usahatani kopi dan industri kopi dan lahan, dan modal, dimana harga privat
menguatnya nilai tukar rupiah justru yang dibayarkan oleh petani kopi lebih
berdampak pada menurunnya keunggulan mahal dibandingkan dengan harga
komparatif usahatani kopi, pemerintah harus sosialnya.
dapat menetapkan kebijakan yang saling 4. Kenaikan tarif impor kopi sebesar 10%
mendukung antara instrumen-instrumen dan 15% dapat menyebabkan harga kopi
kebijakan yang berpengaruh terhadap daya domestik ikut meningkat, sehingga
saing usahatani dan industri kopi domestik. dampak kenaikan tarif impor kopi ini
Salah satunya pemerintah harus dapat dapat meningkatkan keunggulan
menetapkan kebijakan tarif impor kopi yang kompetitif usahatani kopi rakyat dan
lebih fleksibel, yaitu tarif impor kopi dapat industri kopi, dan meningkatkan
dinaikkan pada saat harga kopi dunia murah proteksi pemerintah terhadap harga kopi
dan nilai tukar rupiah mengguat, dan tarif domestik, sehingga dapat dikatakan
impor kopi dapat diturunkan pada saat bahwa kenaikan tarif impor kopi dapat
harga kopi dunia sangat mahal dan nilai memberikan dampak positif terhadap
tukar rupiah melemah, sehingga harga kopi output tradable usahatani kopi rakyat
impor dan harga kopi domestik dapat dan industri kopi. 5. Penurunan tarif
bersaing dengan sehat, dan produksi kopi impor kopi sebesar 5% dapat
domestik tetap memiliki keunggulan menyebabkan harga kopi domestik
komparatif dan keunggulan kompetitif. semakin menurun, sehingga penurunan
tarif impor kopi sebesar 5% memberikan
Revitalisasi dampak negatif terhadap usahatani kopi
Setelah memperhatikan secara rakyat dan industri kopi kecil, tetapi
seksama uraian daya saing, kebijakan tetap memberikan dampak positif
pemerintah dan dampak kebijakan di atas terhadap industri kopi.
maka, perlu revitalisasi guna 6. Kenaikan atau menguatnya nilai tukar
mengembangkan kegiatan agribisnis kopi di rupiah sebesar 10% dan 15%
wilayah penelitian. Revitalisasi merupakan menyebabkan harga sosial input
suatu proses mendorong pertumbuhan tradable dan output tradable (kopi)
organisasi dengan mengkaitkan dan semakin menurun, sehingga
mengharmoniskan tubuh organisasi ke menyebabkan menurunnya keunggulan
dalam lingkungannya. Revitalisasi dalam komparatif usahatani kopi rakyat dan
usahatani dan agribisnis dapat dilakukan industri kopi.
dengan tiga hal, yaitu: mencari fokus pasar, 7. Penurunan atau melemahnya nilai tukar
menemukan bisnis baru, merubah aturan- rupiah sebesar 5% menyebabkan harga
aturan melalui teknologi informasi, dan sosial input tradable dan output tradable
implikasi revitalisasi koperasi agribisnis. (kopi) semakin meningkat, sehingga
menyebabkan meningkatnya keunggulan
SIMPULAN DAN SARAN komparatif usahatani kopi rakyat.
Simpulan 8. Revitalisasi perkebunan khususnya dalam
1. Usahatani kopi rakyat menunjukkan usahatani kopi robusta dan agribisnis
memiliki keunggulan kompetitif dan dapat dilakukan dengan mencari fokus

J-SEP Vol 4 No. 3 November 2010 73


pasar, menemukan bisnis baru, merubah Gouillart, F. J. dan J. N. Kelly, 1995.
aturan-aturan melalui teknologi Transforming the Organization.
informasi, dan implikasi revitalisasi New York, McGraw-Hill Inc.
kelembagaan (koperasi) agribisnis.
Hammel, Gary dan Prahalad, C.K., 1994,
Saran Competing For The Future, United
Salah satunya pemerintah harus dapat States of America : Harvard
menetapkan kebijakan tarif impor kopi yang Business School Press.
lebih fleksibel, yaitu tarif impor kopi dapat
dinaikkan pada saat harga kopi dunia murah Santoso, Kabul, T. Sutikto, I.
dan nilai tukar rupiah mengguat, dan tarif Haryanto.A.Wibowo, Liakip,
impor kopi dapat diturunkan pada saat Rijanto, Tri Ardaniah, Soetriono,
harga kopi dunia sangat mahal dan nilai Sunarsih, Irchanaudin, Soedarmo,
tukar rupiah melemah, sehingga harga kopi Raffael, Syafi‟I, 1997, Laporan
impor dan harga kopi domestik dapat Action Research Pengembangan
bersaing dengan sehat, dan produksi kopi KUD Mandiri Inti Berdasarkan
domestik tetap memiliki keunggulan Sentra Pertumbuhan Agribisnis,
komparatif dan keunggulan kompetitif, Kerjasama Kanwil Koperasi dan
sehingga revitalisasi guna mengembangkan PKM Jawa Timur dengan
kegiatan agribisnis kopi robusta di wilayah Universitas Jember, Jember, Tidak
penelitian terwujud. dipublikasikan

UCAPAN TERIMAKASIH Soetriono, 2004, Model Pengembangan


Penulis menyampaikan terimakasih kepada Koperasi Yang Berorentasi Pada
Universitas Jember yang telah memberikan Usaha yang Kuat, Koperasi Dalam
dana sehingga penelitian ini dapat Perspektif Masa Depan, Infokop,
terlaksana. No:24 Tahun XX 2004,
Kementerian Koperasi Usaha Kecil
DAFTAR PUSTAKA dan Menengah, Deputi Bidang
Pengkajian Sumberdaya UKMK
Aaker, David A., 1995, Developing Business
Strategies, Canada: John Wiley and Soetriono, 2005, Revitalisasi Pertanian:
Son, Fourth Edition. Pengembangan Koperasi Pertanian,
Makalah Disampaikan Pada Diskusi
Bruno.M, 1972, Domestic Resource Cost Terbatas, Revitalisasi Pertanian:
and Effektive Protection : Arah, Fokus dan Pencapaian di
Clarification and syntesis. Journal of Fakultas Pertanian Universitas
Political Economy Brawijaya Malang, 19 Februari
2005.
Cho, Dong Sung, 1994, From Adam smith to
Michael Porter (Evolusi Teori Daya D‟Aveni, Richard A, 1992, Hyper
Saing), Salemba Empat, Jakarta Competition: Managing The
Dynaimics of Strategic
Darajad, I, 2001, Analisis Keunggulan Maneuvening. New York, The Free
Komparatif dan Kompetitif Bawang Press
Merah, Tesis pada Fakultas Pasca
Sarjana Universitas Brawijaya, tidak Departemen Pertanian RI. 2000. Politik
Diterbitkan Perkopian: Haruskah Monopoli
Impor Dikembalikan Kepada Bulog
David, Fred R.,1995, Strategic Management, / Jakarta.
Fifth Edition, United States of
America: Prentice Hall Inc. Direktorat Jendral Perkebunan, Deptan RI,
2006, Arah Kebijakan

74 J-SEP Vol 4 No. 3 November 2010


Pengembangan Kopi di Indonesia, Moon, H, Chang, Alan M. Rugman dan
Simposium Kopi, Surabaya Alain Verbeke, 1998, A Generalized
Doble Diamond Approach to the
Dillon, J.L dan Scandizzo, P.L, 1976, Risk lobal Competitiveness of Korea and
Attitudes of Subsistence in Northeast Singapure. International Business
Brazil : Sampling Approch. Review, 7 : 135-150
American Journal of Agricultural
Economics, Vol 60. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,
2006, Arah Kebijakan Perkebunan,
Dong-Sung Cho dan Hwy-Chang Moon, Departemen Pertanian Republik
2003, From Adam Smith to Michael Indonesia, Makalah Simposium
Porter, Evolusi Teori Daya Saing, Kopi tahun , 2006
Salemba Empat, Jakarta
Rizal, 2000, Analisis Kebijaksanaan Harga
Edizal, 1998, Analisis Ekonomi Lada Putih dan Tarif Impor Terhadap Daya
Muntok dan Perdagangan Saing Produksi Gula di Indonesia,
Internasional dalam Peningkatan Program Pascasarjana, Universitas
Dayasaing Indonesia, Disertasi Brawijaya, Malang (tidak
Tidak Dipublikasikan, IPB, Bogor dipublikasikan)

Gonzales, L.A, F. Kasryno, ND Perez, and Santoso, Kabul, 1992, Studi Analisa
Rosegrant, 1993, Economics Kebijakan Pertanian Untuk
Incentives and Comparative Menunjang Pengembangan
Advantage in Industri Food Crop Agroindustri, Lembaga Penelitian
Production, Research Report, Universitas Jember, Jember (tidak
Internatioanl Food Policy Tesearh dipublikasikan)
Intitut, Washington DC , USA
Suryana, Acmad, 2006, Arah Penelitian dan
M. Nasir, 1989, Metode Penelitian, Ghalia Pengembangan Pertanian Dalam
Indonesia, Jakarta Mendorong Perkopian nasional
yang Tangguh, Simposium Kopi,
Monke, Eric A dan Scott R Person, 1989, Surabaya.
The Policy Analisys Matrix. A
manual for Practitioner, Office of Soetriono, 2005, Dayasaing Pertanian
Policy Development and Program Tinjauan Analisis, Bayu Media,
Review Burau for Program and Malang
Policy Coordination U.S Agency for
International Development. Soetriono, 2006, Daya Saing Agrobisnis
Washington DC Tinjauan Makro Mikro Ekonomi
Pertanian, Pidato Pengukuhan Guru
Monke, Eric A dan Scott R Person, 1989, Besar, 31 Mei 2006, Universitas
The Policy Analisys Matrix for Jember, Jember
Agricultural Development, Cornel
University Press. Tsakok Isabela, 1990, Agriculture Price
Policy. A Practitioner”s Guide to
Moon, H, Chang, Alan M. Rugman dan Partial – Equilibrium Analysis,
Alain Verbeke, 1995, A Generalized Cornel university Press, Ithaca and
Doble Diamond Approach to the London.
International Competitiveness.
Dalam Alan M. Rugman, Editor Wahyudi, Teguh, dkk, 2006, Revitalisasi
Research in Global Strategic Perkopian Nasional Melalui
Management: A Research Annual, Peningkatan Produktivitas dan
5: 97-114 Mutu, Diversifikasi Produk serta

J-SEP Vol 4 No. 3 November 2010 75


Perluasan Pasar, Simposium Kopi, rupiah sebesar 5% menyebabkan harga
Surabaya sosial input tradable dan output tradable
(kopi) semakin meningkat, sehingga
B. SINOPSIS PENELITIAN menyebabkan meningkatnya keunggulan
LANJUTAN komparatif usahatani kopi rakyat. (8).
Revitalisasi perkebunan khususnya dalam
Kebijakan pemerintah dan daya saing usahatani kopi robusta dan agribisnis dapat
dalam penguatan revitalisasi kopi robusta dilakukan dengan mencari fokus pasar,
merupakan arahan kepada bagaimana menemukan bisnis baru, merubah aturan-
kebijakan pemerintah yang ada sekarang aturan melalui teknologi informasi, dan
baik di sektor hulu maupun sektor hilir. implikasi revitalisasi kelembagaan
Hasil penelitian di Sidomulyo, kecamatan (koperasi) agribisnis.
Silo, Kabupaten Jember diperoleh bahwa : Hasil penelitian ini perlu dikaji dan
(1). Usahatani kopi rakyat memiliki dikembangkan lebih lanjut agar dapat
keunggulan kompetitif dan komparatif (kopi menemukan beberapa faktor produksi
rakyat merupakan kopi robusta). (2). dominan yang dapat meningkatkan
Kebijakan pemerintah terhadap input dan produktivitas sampai dengan pasar baik
output tradable berupa pajak, subsidi, tarif nasional maupun internasional. Dengan
bea masuk, dan kebijakan harga demikian, dapat meningkatkan pendapatan
memberikan dampak positif bagi usahatani baik petani sebagai pelaku proses produksi
kopi rakyat. (3). Kebijakan pemerintah yang dan petani sebagai pedagang, dan juga dapat
masih memberikan dampak yang negatif meningkatkan pendapatan daerah maupun
terhadap usahatani kopi rakyat adalah devisa negara. Penelitian yang perlu
kebijakan pemerintah terhadap input non dilakukan adalah mengkaji beberapa faktor
tradable atau faktor domestik yaitu tenaga produksi dan pendapatan terhadap petani
kerja, lahan, dan modal, dimana harga privat kopi robusta, permintaan dan penawaran
yang dibayarkan oleh petani kopi lebih kopi robusta, karakteristik penyebaran
mahal dibandingkan dengan harga sosialnya. tanaman kopi robusta, serta kontribusi
(4). Kenaikan tarif impor kopi sebesar 10% komoditas kopi robusta jika dibanding
dan 15% dapat menyebabkan harga kopi dengan sektor-sektor lain dalam menunjang
domestik ikut meningkat, sehingga dampak ekonomi wilayah.
kenaikan tarif impor kopi ini dapat
meningkatkan keunggulan kompetitif
usahatani kopi rakyat dan industri kopi, dan
meningkatkan proteksi pemerintah terhadap
harga kopi domestik, sehingga dapat
dikatakan bahwa kenaikan tarif impor kopi
dapat memberikan dampak positif terhadap
output tradable usahatani kopi rakyat dan
industri kopi. (5). Penurunan tarif impor
kopi sebesar 5% dapat menyebabkan harga
kopi domestik semakin menurun, sehingga
penurunan tarif impor kopi sebesar 5%
memberikan dampak negatif terhadap
usahatani kopi rakyat dan industri kopi kecil,
tetapi tetap memberikan dampak positif
terhadap industri kopi. (6). Kenaikan atau
menguatnya nilai tukar rupiah sebesar 10%
dan 15% menyebabkan harga sosial input
tradable dan output tradable (kopi) semakin
menurun, sehingga menyebabkan
menurunnya keunggulan komparatif
usahatani kopi rakyat dan industri kopi. (7).
Penurunan atau melemahnya nilai tukar

76 J-SEP Vol 4 No. 3 November 2010

Das könnte Ihnen auch gefallen