Sie sind auf Seite 1von 137

1

KEGIATAN PROSES PERANCANGAN LANSKAP UNTUK


PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI PT IdeA

CAROLINE PUSPITA DEWI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
ABSTRACT

Natural landscape is need to be preserved. Looking to urban communities


needs to the receration in the form of natural attraction, therefore some natural
landscapes which provide nature tourim such as National Park and Training and
Education Forest are need to be considered the quality, the ecology, and the
aesthetic, because natural landscape have high sensitivity to human activity.
Landscape design projects for nature tourism development had process that
student followed during the internship programme. Internship programme was
followed at PT Innovative Development for eco Awareness (IdeA). PT IdeA is a
landscape consultant who delivered landscape planning, landscape design, and
landscape management service especially in conservation areas, another sensitive
areas, and urban region. During the internship, student contributed actively in site
visit and studio activities. The Mount Halimun Salak National Park, Jampang
Tengah and Rumpin Training and Education Forest projects which owned by PT.
IdeA had been followed and learned by student during the internship programme.
Internship activities aimed to get variety practical knowledge, experience,and
improved soft skills within the field of landscape architecture proffesionalism.
Internship activities carried out interviews, direct observatory, analysis, literature
study, and every following steps as PT IdeA methode for handling landscape
project, especially to know the right design implementation in natural landscape.

Keywords: Internship, Landcsape Design Process, Nature Tourism


i

RINGKASAN

Caroline Puspita Dewi. A44070015. Kegiatan Proses Perancangan Lanskap


untuk Pengembangan Wisata Alam di PT IdeA Dibimbing oleh Aris
Munandar dan Akhmad Arifin Hadi.

Kejenuhan yang ditimbulkan oleh kepadatan aktivitas kota membuat


masyarakat lebih menuntut kegiatan wisata alam karena dibutuhkannya suasana
baru yang alami dengan kesegaran dengan suasana berbeda dari nuansa kota.
Wisata alam merupakan salah satu alternatif kegiatan yang disediakan untuk
menunjang kebutuhan rekreasi pengunjung yang berarti juga mengharmonisasikan
aktivitas manusia dengan keberlanjutan lingkungan alam, tumbuhan, dan hewan.
Perancangan lanskap untuk pengembangan wisata alam dilakukan guna
menghasilkan lanskap yang dapat menunjang kebutuhan manusia akan wisata.
Proses perancangan lanskap yang dilaksanakan harus dilakukan dengan tepat dan
terarah, sehingga produk yang dihasilkan tersebut dapat bekerja secara fungsional
dan estetik untuk memberi pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap
penggunanya.
Pelaksanaan kegiatan magang dilakukan di PT Innovative Development
for eco Awareness (IdeA) dengan mengikuti berbagai proses kerja yang berkaitan
dengan pendalaman proses perancangan lanskap. Maka, kegiatan magang ini akan
menjadi bagian penting yang dapat dipelajari guna meningkatkan pengetahuan,
wawasan, dan keterampilan bagi seorang calon arsitek lanskap, baik pada kegiatan
studio maupun pada kegiatan lapang, khususnya dalam mempelajari proses
perancangan lanskap untuk pengembangan wisata yang tepat. Perusahaan ini
memiliki studio proyek perusahaan berlokasi di Kompleks Perumahan Dosen
Kampus IPB Dramaga, Jalan Cempaka No.3 Bogor.
Tujuan dari kegiatan magang yang dilaksanakan di PT IdeA dalam bidang
perancangan lanskap, yaitu mempelajari, menambah wawasan dan meningkatkan
keterampilan dalam keprofesian arsitektur lanskap, serta mempelajari proses
manajemen proyek perusahaan.
Metode magang yang digunakan adalah berpartipasi aktif dalam kegiatan
studio ataupun kegiatan lapang, wawancara pihak terkait, dan studi pustaka terkait
proses perencanaan dan perancangan lanskap dengan bahasan proyek penyediaan
lanskap wisata alam di Hutan Diklat Jampang Tengah, dan Hutan Diklat Rumpin,
dan zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Batasan kegiatan
magang berada pada ruang lingkup struktural internal manajemen PT IdeA dan
kegiatan proses perancangan lanskap perusahaan.
Proyek yang berlokasi di zona pemanfataan Taman Nasional Gunung
Halimun Salak (TNGHS) tepatnya di Kecamatan Cidahu bertujuan untuk
melakukan penataan lanskap untuk dijadikan kawasan yang menyediakan
kegiatan wisata alam dengan nilai intrinsik lingkungan melalui eksplorasi,
pendidikan, dan apresiasi terhadap alam yang akan menghadirkan kesadaran
publik terhadap lanskap alami. Ruang lingkup penataan lanskap tersebut meliputi
proses perancangan dan pembuatan design guidelines berisi pengembangan
persyaratan dan ketentuan fasilitas untuk diberikan kepada Pengusaha Pariwisata
Alam (PPA) yang berminat membangun area wisata di kawasan tersebut.
ii

Sedangkan tujuan dari proyek di Hutan Diklat Jampang Tengah dan Hutan Diklat
Rumpin adalah (1) mengoptimalkan potensi kawasan Hutan Diklat Jampang
Tengah dan Hutan Diklat Rumpin, pengunjung, dan pengelola; (2) mendukung
pengembangan rencana pengelolaaan untuk perlindungan Hutan Diklat; (3)
mengembangkan program dan manajemen yang tepat dari kegiatan wisata alam
berupa wisata edukasi bidang kehutanan, sosial, dan dasar ekonomi; (4)
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat di sekitar kawasan
yang bergantung pada perkembangan itu sendiri.
Setiap proyek yang dikerjakan melalui tahapan yang berbeda-beda karena
dikondisikan dengan deadline proyek dan kondisi tapak. Kegiatan survai lapang
yang dilakukan PT IdeA didukung dengan fasilitas seperti meteran, GPS, dan
kamera. Sedangkan dalam kegiatan studio untuk melakukan strategi penghematan
waktu dan biaya adalah menggabungkan teknik freehand dan komputerisasi.
Proses perancangan lanskap perusahaan telah didukung dengan teknologi dan
fasilitas yang baik sehingga dapat menghasilkan produk yang optimal, fungsional,
dapat memuaskan kebutuhan klien dan perusahaan, serta menjaga kualitas
lingkungan.
Kendala yang ditemui dalam proses perancangan di TNGHS, Hutan Diklat
Jampang Tengah dan Hutan Diklat Rumpin adalah (1) deadline proyek yang
singkat; (2) kondisi tapak yang rentan dan sensitif.
Mengikuti dan mengamati kegiatan proses perancangan lanskap di PT
IdeA, khususnya dalam proyek pengembangan wisata alam di lanskap alami telah
mendapat tambahan pengetahuan dan wawasan. Salah satunya adalah mengenai
regulasi atau peraturan pemerintah dalam mengatur dan mengawasi penataan
lanskap melalui perancangan lanskap. Selain itu, mengenai arsitektural fasilitas
kawasan dan infrastruktur yang dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna dalam
melakukan kegiatan wisata alam dengan memberikan dampak negatif seminimal
mungkin bagi kawasan.

Kata Kunci : Kegiatan Magang, Proses Perancangan Lanskap, Wisata Alam


1

KEGIATAN PROSES PERANCANGAN LANSKAP UNTUK


PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI PT IdeA

CAROLINE PUSPITA DEWI

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departenen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
i

Judul Skripsi : Kegiatan Proses Perancangan Lanskap untuk


Pengembangan Wisata Alam di PT IdeA
Nama Mahasiswa : Caroline Puspita Dewi
NRP : A44070015

Disetujui,

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Dr. Ir. Aris Munandar, MS. Akhmad Arifin Hadi, SP., MALA.
NIP. 19561778 198303 1 003 NIP. 19810330 200501 1 004

Diketahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA.


NIP.19480912 197412 2 001

Tanggal Lulus :
ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “Kegiatan Proses Perancangan


Lanskap untuk Pengembangan Wisata Alam di PT IdeA” adalah karya saya
dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.

Bogor, April 2012

Penulis
i

© Hak Milik Cipta IPB, Tahun 2012


Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh hasil karya ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar bagi IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.
1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis sampaikan kepada Tuhan YME atas ridho-Nya
sehingga pnulis dapat menyelesaikan skripsi magang ini dengan baik. Skripsi
dengan judul “Kegiatan Proses Perancangan Lanskap untuk Pengembangan
Wisata Alam di PT IdeA” merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kegiatan magang untuk skripsi ini dilaksanakan di konsultan arsitektur lanskap
PT IdeA.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Dr. Ir. Aris Munandar, MS. dan Bapak Akhmad Arifin Hadi,
SP., MALA. serta kepada PT IdeA. Ungkapan terima kasih juga Penulis
sampaikan kepada pihak-pihak lain yang telah membantu, khususnya kepada
keluarga dan teman-teman tercinta yang selalu mendukung Penulis.
Pada akhirnya, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi
manfaat bagi pembaca dan dapat menjadi referensi bagi penelitian di masa yang
akan datang, khususnya mengenai perancangan pengembangan wisata alam di
kawasan konservasi. Tuhan memberkati.

Bogor, April 2012

Penulis
1

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 April 1989. Penulis


merupakan anak kedua dari empat bersaudara dalam keluarga Agustinus Bambang
Wisanggeni dan Herwidiastuti.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2001 di sekolah
swasta katolik Bunda Maria, Depok, Jawa Barat. Dilanjutkan pendidikan
menengah pada tahun 2004 di sekolah swasta katolik Bunda Maria, Depok, Jawa
Barat dan selanjutnya di Sekolah Menegah Atas Negeri (SMAN) 105 Jakarta pada
tahun 2007.
Pada tahun 2007 Penulis diterima menjadi mahasiswa di Institur Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun
2008, penulis masuk menjadi mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap,
Fakultas Pertanian IPB. Selain mengambil program mayor, penulis juga
mengambil program supporting course (SC) manajemen pemasaran, manajemen
sumber daya manusia, rekreasi alam dan ekowisata, dan analisis spasial
lingkungan.
Penulis semasa menjadi mahasiswa aktif dalam kegiatan berorganisasi
sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP). Selain
itu, mahasiswa juga ikut dalam kepanitiaan acara-acara himpunan profesi lanskap
seperti The 1st Student National Workshop Landscape Architecture dalam divisi
sponsorship dan divisi logistik dan transportasi. Penulis juga menjadi asisten
mahasiswa pada mata kuliah Tanaman dalam Lanskap tahun ajaran 2011-2012.
Penulis melakukan kegiatan magang skripsi di PT IdeA selama 3,5 bulan,
dimulai pada tanggal 3 Maret 2011 sampai dengan 18 Juni 2011.
i

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ . xvii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Magang............................................................................................. 2
1.3 Manfaat Magang .......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
2.1 Wisata Alam dan Ekowisata ........................................................................ 3
2.2 Bumi Perkemahan ........................................................................................ 4
2.3 Hutan Diklat ................................................................................................. 6
2.4 Perancangan Lanskap ................................................................................... 9
2.5 Proses Perancangan Lanskap ....................................................................... 10
2.6 Kegiatan Magang ......................................................................................... 12
2.7 Konsultan Lanskap ....................................................................................... 13
2.8 Manajemen Proyek Lanskap ....................................................................... 14
BAB III METODOLOGI....................................................................................... 15
3.1 Lokasi dan Waktu Magang .......................................................................... 15
3.2 Metode Magang ............................................................................................ 16
3.3 Tahapan Kegiatan ......................................................................................... 17
3.4 Batasan Magang ........................................................................................... 18
BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG DAN PEMBAHASAN .................... 19
4.1 Manajemen PT IdeA .................................................................................... 19
4.1.1 Profil Umum dan Ruang Lingkup Kerja PT IdeA ............................ 19
4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ......................................................... 20
4.1.3 Penerimaan Proyek ............................................................................. 22
4.1.4 Tahapan Proses Perancangan Lanskap Perusahaan .......................... 23
4.1.5 Teknologi dan Fasilitas Kerja Studio Gambar .................................. 25
4.2 Analisis Manajemen Perusahaan ................................................................ 26
ii

4.3 Proyek Perancangan Lanskap ...................................................................... 30


4.3.1 Kajian Terapan Desain Tapak Zona Pemanfaatan
di Resort PTNW Kawah Ratu Taman Nasional Gunung
Halimun Salak, Kecamatan Cidahu ................................................... 30
4.3.1.1 Tujuan dan Sasaran Proyek .................................................. 30
4.3.1.2 Tahapan Kegiatan Perancangan ............................................ 31
4.3.2 Review Management Plan Hutan Diklat Jampang Tengah,
Sukabumi dan Review Management Plan Hutan Diklat Rumpin,
Bogor .................................................................................................. 59
4.3.2.1 Tujuan dan Sasaran Proyek .................................................. 60
4.3.2.2 Tahapan Perancangan Hutan Diklat Jampang
Tengah, Sukabumi ................................................................. 60
4.3.2.3 Tahapan Perancangan Review Management Plan
Hutan Diklat Rumpin, Bogor................................................ 72
4.4 Analisis Proses Perancangan Lanskap dalam Proyek ................................ 83
4.4.1 Proyek Perancangan Tapak Zona Pemanfaatan TNGH,
Resort PTNW Kawah Ratu, Kecamatan Cidahu ............................. 85
4.4.2 Proyek Perancangan Tapak Hutan Diklat Jampang Tengah
dan Hutan Diklat Rumpin .................................................................. 90
4.5 Pencapaian Kegiatan Magang...................................................................... 94
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 99
5.1 Simpulan ....................................................................................................... 99
5.2 Saran............................................................................................................ 100
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 101
LAMPIRAN ........................................................................................................... 104
xiii

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 Kriteria Evaluasi Lahan untuk Tempat Berkemah
(Hardjowigeno, 1985) ............................................................................. 6
Tabel 2 Tujuan Tipe-Tipe Pemanfaatan Lahan untuk Hutan
(Soemarno, 2002) ................................................................................... 7
Tabel 3 Kriteria Setiap Tipe Pemanfaatan Lahan Hutan (Soemarno, 2002) ..... 7
Tabel 4 Jadwal Kegiatan Magang ........................................................................ 16
Tabel 5 Nama Proyek, Waktu Proyek, Tahapan Perancangan,
dan Penghasilan Produk yang Diikuti Mahasiswa ................................ 16
Tabel 6 Jenis, Bentuk, Sumber, dan Cara Pengambilan Data Proyek Magang 17
Tabel 7 Teknologi Berupa Software yang Digunakan dalam Pengerjaan
Proyek Perusahaan ................................................................................. 25
Tabel 8 Fasilitas yang Digunakan dalam Pengerjaan Proyek Perusahaan ....... 25
Tabel 9 Kondisi Eksisting Keempat Zona dalam Tapak TNGHS ..................... 33
Tabel 10 Hubungan Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas ............................................ 48
Tabel 11 Kelas Kemiringan Lahan dan Luasnya di Hutan Latihan
Jampang Tegah ........................................................................................ 66
Tabel 12 Hubungan Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas Hutan Diklat
Jampang Tengah ...................................................................................... 81
Tabel 13 Kesesuaian Chalets dengan Ecolodges............................................. 98
xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 Lokasi Tempat Magang (Perumahan Dosen Jl. Cempaka No.3)....... 15
Gambar 2 Tahapan Kegiatan Magang................................................................ 18
Gambar 3 Skema Konsep Pandangan Kerja PT IdeA........................................ 19
Gambar 4 Bagan Struktur Organisasi PT IdeA.................................................. 22
Gambar 5 Tahapan Perancangan Lanskap dalam Pengerjaan Proyek TNGHS. 31
Gambar 6 GPSmap 60CSx................................................................................. 32
Gambar 8 Peta Dasar Pembagian Zona Resort PTNW Kawah Ratu................. 34
Gambar 7 Peta Dasar Pembagian Zona Resort PTNW Kawah Ratu................ 34
Gambar 9 Sumber Air dalam Tapak ; Air Terjun 1 (a)
Penampang Air Terjun 2 (b) Air Terjun 3 (c)
Air Terjun 4 (d) Air Terjun 5 (e) Air Terjun 6 (f)
Aliran AirTerjun Menuju Sungai (g) View Sungai(h)..................... 36
Gambar 10 Peta Kontur Resort PTNW Kawah Ratu......................................... 37
Gambar 11 Vegetasi dan Satwa yang Terdapat di TNGHS ;
Dominansi Damar pada Blok Perkemahan (a)
Damar Sebagai Pembatas Blok Perkemahan (b)
Kombinasi Pohon, Semak, dan Ground Cover Pada Tapak (c)
Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) (d) Owa Jawa (Hylobates moloch) (e)
Macan Tutul Jawa (Panthera pardus) (f)...................................... 38
Gambar 12 Peta Kondisi Eksisting dan Analisis Resort PTNW Kawah Ratu... 44
Gambar 13 Konsep Ruang Pada Tapak.............................................................. 45
Gambar 14 Konsep Sirkulasi dalam Tapak........................................................ 47
Gambar 15 Ilustrasi Blok Perkemahan (a) Chalet 1 (b)
Tree House Berupa Chalet (c) Ilustrasi Shelter (d)......................... 49
Gambar 16 Bubble Diagram Resort PTNw Kawah Ratu.................................. 50
Gambar 17 Material fasilitas Terbangun Menyerupai
Dahan Pohon Damar (a) Model Rumah Panggung yang
Diadaptasi (b) Kayu Lapis Pernis (c)
Siklus Konsep Eco-Design (d)........................................................ 51
xv

Gambar 18 Ilustrasi Welcome Sign Board TNGHS, Kecamatan Cidahu;


Sebelum Adanya Welcome Sign Board (a)
Setelah Adanya Welcome Sign Board (b)
Welcome Sign Board Tampak Depan (c)....................................... 52
Gambar 19 Ilustrasi Zona Pelayanan Dilengkapi Fasilitasnya (a)
Zona Pelayanan Sebelum Perancangan (b)
Zona Pelayanan Sesudah Proses Perancangan............................... 53
Gambar 20 Interpretation Board untuk Vegetasi dan Satwa (a)
Interpretation Board untuk Peta Kawasan dan Jalur (b)
Signage Berupa Petunjuk Arah (c)................................................. 54
Gambar 21 Ilustrasi Eco-Toilet Dalam Zona Petualangan;
Kondisi Eksisting Toilet (a) Toilet Menjadi Eco-Toilet (b)
Eco Toilet Tampak Atas (c)............................................................ 55
Gambar 22 Ilustrasi ShelterEksisting Blok Perkemahan 3A (a)
Blok Perkemahan 3A Dilengkapi Fasilitas Shelter (b)................... 56
Gambar 23 Ilustrasi Desain Chalet;
Penempatan Chalet Pada Hutan Damar (a) Chalet Tampak Atas (b) 57
Gambar 24 Ilustrasi Gazebo, Warung, Bangku, dan Signage
dalam Blok Kemah 3A.................................................................... 58
Gambar 25 Stainless Steel untuk Material Hand Railing (a)
Batu Andesit untuk Alas Tangga Loop Trail Menuju Air Terjun (b)................ 59
Gambar 26 Tahapan Perancangan Lanskap dalam Pengerjaan
Proyek Hutan Diklat Jampang Tengah.......................................... 60
Gambar 27 Peta Kondisi Eksisting di Hutan Diklat Jampang Tengah.............. 62
Gambar 28 Peta Tutupan Vegetasi Hutan Diklat Jampang Tengah................... 66
Gambar 29 Konsep Ruang Hutan Diklat Jampang Tengah............................... 70
Gambar 30 Alternatif Pintu Masuk; Pola dengan Tiga Pintu Masuk (a)
Pola Cul De Sac (b)......................................................................... 71
Gambar 31 Tahapan Perancangan Lanskap dalam Pengerjaan Proyek
Hutan Diklat Rumpin...................................................................... 72
Gambar 32 Peta Kondisi Eksisting Hutan Diklat Rumpin................................. 74
Gambar 33 Persebaran Satwa pada Kawasan Hutan Pendidikan Rumpin......... 75
xvi

Gambar 34 Kontur pada Kawasan Hutan Pendidikan Rumpin.......................... 76


Gambar 35 Konsep Ruang Hutan Diklat Rumpin.............................................. 80
Gambar 36 Material Utama bambu untuk Fasilitas seperti Hand Rail
dan Papan Informasi........................................................................ 81
Gambar 37 Konsep Sirkulasi Hutan Diklat Rumpin.......................................... 83
Gambar 38 Proses Perancangan Lanskap Menurut Booth (1983) dan PT IdeA. 84
Gambar 39 Ilustrasi Welcome Gate dan Signage;
Welcome Gate Hutan Diklat Jampang Tengah (a)
Welcome Gate Hutan Diklat Rumpin (b)
Papan Titik Blok Hutan Diklat Jampang Tengah (c).................... 96
Gambar 40 Ilustrasi Bambu Sebagai Pengarah Jalan
di Hutan Diklat Rumpin (a) Ilustrasi Cendana Sebagai
Pengarah Jalan Hutan Diklat Jampang Tengah (b).......................... 96
Gambar 41 Hasil Analisis Lokasi Hutan Diklat Jampang Tengah
Dengan Teknik Hand Drawing........................................................ 118
Gambar 42 Konsep Pembagian Ruang dan Sirkulasi Hutan
Diklat Jampang Tengah Dengan Teknik Hand Drawing................. 118
Gambar 43 Konsep Pembagian Ruang Hutan Diklat Rumpin
Dengan Teknik Hand Drawing........................................................ 119
Gambar 44 Konsep Pembagian Sirkulasi Hutan Diklat Rumpin Dengan
Teknik Hand Drawing..................................................................... 119
Gambar 45 Sketsa Pagar Sebagai Border Kawasan yang Ditumbuhi
Tanaman Rambat.............................................................................. 120
Gambar 46 Sketsa Chalet Dari Bambu Untuk Hutan Diklat Rumpin................ 120
Gambar 47 Sketsa Rumah Penangkaran Kupu-Kupu dan Bangku dari
Elemen Bambu Hutan Diklat Rumpin.............................................. 120
xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Proses Tender ................................................................................... 105
Lampiran 2 Spesifikasi dan Penggunaan GPS ................................................... 106
Lampiran 3 Tabel Hubungan Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas dalam
Hutan Diklat Jampang Tengah......................................................... 107
Lampiran 4 Rapat Non Formal Bersama Seluruh Tim Proyek
Resort PTNW Kawah Ratu .............................................................. 110
Lampiran 5 Arahan Teknis Dari Main Designer,
Lembar Jadwal dan Pembagian Tugas Proyek Resort
PTNW Kawah Ratu .......................................................................... 112
Lampiran 6 Hasil Arahan Pada Tahap Analisis Sampai Pengembangan
Konsep ............................................................................................... 118
Lampiran 7 Sketsa Alternatif Desain Fasilitas di Hutan Diklat
Jampang Tengah dan Hutan Diklat Rumpin ................................... 120
1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kejenuhan yang ditimbulkan oleh kepadatan aktivitas kota membuat
masyarakat lebih menuntut kegiatan wisata alam karena membutuhkan suasana
baru yang alami dengan kesegaran berbeda dari nuansa kota. Wisata alam
merupakan salah satu alternatif kegiatan yang disediakan untuk menunjang
kebutuhan rekreasi pengunjung yang berarti juga mengharmonisasikan aktivitas
manusia dengan keberlanjutan lingkungan alam, tumbuhan, dan hewan
(McHarg,1995).
Perancangan lanskap untuk pengembangan wisata alam dilakukan guna
menghasilkan lanskap yang dapat menunjang kebutuhan manusia akan wisata.
Proses perancangan lanskap yang dilaksanakan harus dilakukan dengan tepat dan
terarah, sehingga produk yang dihasilkan tersebut dapat bekerja secara fungsional
dan estetik untuk memberi pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap
penggunanya (Simonds, 1983).
PT IdeA sebagai salah satu konsultan lanskap telah memiliki pengalaman
dalam perencanaan dan perancangan lanskap, khususnya perencanaan dan
perancangan lanskap alami, seperti Taman Nasional dan Hutan Diklat. Selain itu,
PT IdeA juga memiliki hubungan kerja sama dalam kaitannya dengan
perencanaan, perancangan, dan pengelolaan lanskap alam, dengan pihak
pemerintah seperti Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA), Direktorat
Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung
(PJLKKHL) dan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Taman Nasional, Balai Diklat
Kehutanan Bogor, serta pihak swasta seperti Pengusaha Pariwisata Alam (PPA).
Pelaksanaan kegiatan magang dilakukan di konsultan tersebut dengan mengikuti
berbagai proses kerja yang berkaitan dengan pendalaman proses perancangan
lanskap. Maka, kegiatan magang ini akan menjadi bagian penting yang dapat
dipelajari guna meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan bagi
seorang calon arsitek lanskap, baik pada kegiatan studio maupun pada kegiatan
lapang, khususnya dalam mempelajari proses perancangan lanskap untuk
pengembangan wisata yang tepat.
2

1.2 Tujuan Magang


Tujuan dari kegiatan magang yang dilaksanakan di PT IdeA dalam bidang
perancangan lanskap, yaitu :
a. Mendiskripsikan dan menganilis proses perancangan untuk pengembangan
kegiatan wisata alam, yaitu survai, analisis-sintesis, penentuan konsep,
perencanaan dan perancangan dalam menciptakan karakter ruang, serta
memahami fungsi peralatan dan bahan yang digunakan dalam proses
perancangan.
b. Menganalisis permasalahan dan kendala yang terjadi selama proses
perancangan, serta cara yang tepat untuk memecahkan masalah pada
pengembangan lanskap.
c. Menganalisis manajemen proyek PT IdeA dalam melaksanakan pekerjaan
perencanaan dan perancangan suatu lanskap beserta sarana yang dibutuhkan
dalam menyediakan kegiatan wisata alam.

1.3 Manfaat Magang


Manfaat yang diperoleh pada kegiatan magang ini selain dalam bidang
akademik, bagi mahasiswa dan perusahaan tempat magang.
Beberapa manfaat yang dirasakan mahasiswa antara lain :
1. Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam bidang perencanaan
dan perancangan wisata alam baik di lapang maupun di studio.
2. Meningkatkan pengalaman mengenai dunia kerja di bidang Arsitektur
Lanskap.
Beberapa manfaat bagi perusahaan tempat magang :
1. Terbantu secara aktif dalam pelaksanaan proyek, khususnya proyek
perancangan untuk pengembangan wisata alam.
2. Mendapatkan alternatif desain yang berguna berdasarkan ilmu yang
diperoleh diperkuliahan.
3. Menjadi media pertukaran informasi, ilmu dan teknologi dalam arsitektur
lanskap antara mahasiswa, Departemen Arsitektur Lanskap IPB dan
perusahaan tempat magang.
3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wisata Alam dan Ekowisata


Wisata alam merupakan salah satu jenis rekreasi dengan mengadakan
kegiatan perjalanan atau sebagian kegiatan tersebut bersifat sementara untuk
menikmati gejala keunikan dan keindahan alam melalui terminologi ekoturisme
(Ceballos-Lascurain, 1987 yang diacu oleh Kohdyat, 1997). Kegiatan wisata alam
sering kali disediakan di lanskap alami seperti zona pemanfaatan Taman Nasional
oleh Pengusaha Pariwisata Alam (PPA) yang diawasi dan diarahkan sesuai
dengan PP No. 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona
Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam yang
telah diperbaharui menjadi PP No. 36 Tahun 2010 Tentang Pengusahaan
Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan
Taman Wisata Alam. Selain itu, dalam penetapan kawasan wisata di lanksap
alami juga diarahkan dan ditetapkan melalui Peraturan Dirjen PHKA No. P.3/IV-
SET/2011 tentang Pedoman Penyusunan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata
Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman
Wisata Alam, sehingga kelestarian kawasan tersebut tetap terjaga.
Salah satu bentuk konsep dari wisata alam adalah ekowisata. Ekowisata
merupakan pengembangan dan operasi dari aktivitas wisata dalam melindungi
lingkungan dengan meningkatkan keterlibatan komunitas lokal secara aktif dalam
menghasilkan operasi dan pengelolaan wisata, menciptakan produk wisata berupa
pembelajaran, nilai edukasi dan wisata yang meminimalisir dampak negatif dan
menghasilkan kontribusi positif dalam perkembangan ekonomi lokal
(Sekartjakrarini dan Legoh, 2004). Dalam pengembangan sarana dan prasarana
fisik di kawasan konservasi perlu mempertimbangkan (WAPJL,2003):
a. Aspek ekologi; dengan memperhatikan konsep ramah lingkungan, tidak
memotong jalur satwa, memperhatikan garis sempadan pantai/sungai.
b. Aspek fisik; memperhatikan tekstur dan jenis tanah serta topografi.
Model pengembangan berdasarkan pelaku pengembangan menurut
Sukandi (2000) terdapat empat model pengembangan ekoturisme, yaitu :
a. Home Grown
4

Model ini merupakan suatu pengembangan pariwisata atas usaha usaha


masyarakat setempat dengan memanfaatkan potensi pariwisata lokal. Sebagai
contoh, penduduk setempat menyediakan penginapan-penginapan sederhana bagi
turis mancanegara atau lokal.
b. Imported-Private Sector Led
Pelaku pengembangan terutama tenaga terdidik berasal dari luar masyarakat
setempat dalam model ini. Saat ini model Imported-Private Sector Led banyak
diterapkan untuk mengelola obyek-obyek wisata alam, baik di Indonesia
ataupun di negara-negara lain. Perusahaan biasanya menyewa suatu kawasan
wisata untuk jangka waktu tertentu.
c. Imported-Government Led
Pemerintah mengembangkan kegiatan pariwisata untuk membantu
meningkatkan pertumbuhan pariwisata. Biasanya jika sudah berjalan lancar,
dilakukan swastanisasi dalam pengoperasiannya.
d. Home Grown-with Outside Influences
Penduduk setempat menyediakan suatu obyek wisata kemudian dibantu oleh
pihak luar masyarakat setempat, seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
penyandang dana internasional, dan pihak swasta. Motif kegiatan dapat berupa
konservasi, pengembangan masyarakat, dan komersial. Peranan pihak luar
adalah untuk menstimulasi agar suatu kegiatan kepariwisataan yang dimiliki
dan dioperasikan oleh masyarakat setempat dapat berhasil dalam mencapai
tujuannya.

2.2 Bumi Perkemahan


Bumi perkemahan adalah sebidang lahan yang memenuhi persyaratan
mendirikan tenda untuk berteduh atau menyelenggarakan kegiatan berkemah.
Melalui bumi perkemahan, kegiatan menikmati alam, serta mengembangkan bakat
dan keterampilan dapat dilakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut dikembangkan
melalui fungsi konservasi, pendidikan, dan pariwisata untuk kawasan lanskap
seperti taman nasional.
Prinsip-prinsip pembangunan bumi perkemahan menurut PHPA (1986)
untuk memenuhi fungsi konservasi adalah sebagai berikut :
5

1. Layout bumi perkemahan harus seminimal mungkin mengubah alam


lingkungan.
2. Penyebaran areal tidak terlalu luas agar dapat dikendalikan secara efektif.
3. Pembangunan dan pemanfaatannya tidak akan menimbulkan kerusakan
atau menurunkan potensi ekosistem lingkungan.
4. Harus mampu memberikan perlindungan dan keamanan yang cukup
terhadap areal bumi perkemahan.
5. Mempunyai fasilitas dan akomodasi yang memadai bagi kepuasan
pengguna areal bumi perkemahan.
6. Mudah dikelola tanpa memerlukan biaya tinggi oleh pihak pengelola.
Jenis bumi perkemahan menurut Sriyanto dkk. (1988), dibedakan sebagai berikut:
1. Bumi perkemahan sederhana dengan ciri pengelolaan ekstensif, luas 0,25
ha, dikembangkan secara terbatas, suasana alami untuk petualangan,
modifikasi sumberdaya alam minimal dan memberi kenyamanan bagi
pengguna. Fasilitas yang tersedia adalah areal perkemahan, sarana sanitasi,
jalan setapak, pos jaga, dan gudang.
2. Bumi perkemahan sedang dengan pengelolaan semi intensif dengan luas
1-2 ha, dikembangkan secara terbatas, modifikasi sumberdaya
secukupnya, dan memberi kenyamanan bagi pekemah. Fasilitas yang
tersedia adalah areal perkemahan, areal api unggun, areal upacara, dapur
umum, jalan setapak, reservoir air, pondok jaga, dan gudang.
3. Bumi perkemahan lengkap dengan ciri pemeliharaan intensif, luas 2-3 ha,
modifikasi sumberdaya secukupnya. Fasilitas yang tersedia terdiri dari
sarana akomodasi, areal perkemahan, arena api unggun, arena
ketangkasan, sarana sanitasi, reservoir air, jalan setapak, jalan mobil, area
parkir, pintu gerbang, dapur umum, pusat informasi, pondok jaga,
amphitheatre, dan pusat pertolongan pertama pada kecelakaan.
Tempat berkemah adalah tempat untuk menginap dengan menggunakan
tenda, beserta kendaraan kemah dan segenap aktivitas di luar perkemahan outdoor
living. Dalam kondisi seperti ini tanah harus dapat dilewati berulang kali oleh
manusia atau secara terbatas oleh kendaraan. Kriteria evaluasi lahan untuk tempat
berkemah disajikan dalam Tabel 1.
6

Tabel 1 Kriteria Evaluasi Lahan untuk Tempat Berkemah (Hardjowigeno, 1985)


Sifat tanah Kesesuaian lahan

Baik Sedang Buruk


Drainase*) c, ac,b,ab ab, aj. aj, j, sj.
Air tanah > 75 cm Air tanah > 50 cm Air tanah < 50 cm
Banjir Tanpa musim kemah Tanpa dalam musim Banjir dalam musim
kemah kemah
Permeabilitas Sangat cepat, Agak lambat, Sangat lambat
sedang lambat
Kemiringan 0-8% 8-15% > 15%
Tekstur tanah **) lp,lph,lpsh, lli,lip, lip,lid,
permukaan l, ld lid, pl, p pasir lepas
(bukan pasir (mudah ter-
lepas) bang),organik
Kerikil dan 0-20% 20-50% > 50%
Kerakal
Batu 0-0.1% 0.1 - 3% > 3%
*) c = cepat; ac = agak cepat; b = baik; ab = agak baik; aj = agak jelek; j = jelek;
sj = sangat jelek.
**) lp= lempung berpasir; lph= lempung berpasir halus; lpsh= lempung berpasir
sangat halus; l= lempung; ld= lempung berdebu; lli= lempung liat; llip= liat
berpasir; llid= liat berdebu; pl= pasir berlempung; p= pasir.

Kebutuhan area setiap orang untuk aktivitas berkemah yaitu seluas 84,3
m², termasuk area parkir. Sedangkan hasil studi yang dilakukan oleh Arifin
(1990), kebutuhan ruang per orang adalah 22,5 m², yang mencakup areal tenda,
bermain, penyangga, dan bangunan MCK.

2.3 Hutan Diklat


Hutan Diklat adalah Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK)
untuk pendidikan dan pelatihan tanpa merubah fungsi hutan tersebut. Suatu Hutan
Diklat dapat memenuhi dan menampung berbagai tujuan khusus melalui tipe
pemanfaataan lahan didalamnya. Berbagai tipe pemanfaatan lahan untuk hutan
mempunyai spesifikasi yang jelas mengenai tujuan pengelolaannya. Berbagai tipe
pemanfaatan lahan beserta tujuannya dalam suatu hutan dijelaskan pada Tabel 2
dan beberapa kriteria bagi setiap tipe pemanfaatan lahan hutan disajikan dalam
Tabel 3.
7

Tabel 2 Tujuan Tipe-Tipe Pemanfaatan Lahan untuk Hutan (Soemarno, 2002)


No. Tipe Pemanfaatan Tujuan
1. Hutan lindung tetap Konservasi hutan alam pegunungan sebagai sumber plasma
pendidikan nutfah dan untuk kepentingan penelitian dan pendidikan
2. Hutan konservasi air Pengamanan kesinambungan suplai air, untuk pertanian dan
alamiah domestik.
3. Hutan konservasi Konservasi tanah terhadap erosi dalam rangka untuk
tanah alamiah mencegah kerusakan mekanik dan sedimentasi pada sistem
penampung dan penyaluran air, sangat penting ada lereng
yang curam dan mudah longsor.
4. Hutan produksi Produksi kayu gergajian dan hasil kayu tambahan di hutan
alamiah dengan alam pegunungan dengan tingkat produksi rendah
pengelolaan ekstensif
5. Hutan produksi Produksi kayu gergajian dan kayu lain dengan produktivitas
alamiah yang intensif medium, dengan preservasi fisiognomi hutan.
6. Hutan tanaman kayu Produksi kayu gergajian untuk kebutuhan lokal dan ekspor.
timber
7. Hutan tanaman kayu Produksi kayu pulp sangat fleksibel dengan biaya murah.
pulp
8. Hutan tanaman Produksi kayu bakar dengan biaya murah
kayu bakar
9. Hutan bambu Produksi material multiguna &sekaligus untuk konservasi
tanah
10. Hutan rakyat Produksi kayu campuran di sekitar wilayah desa
11. Agro-hutani/ Sistem hutan tanaman dengan ternak dan budidaya tanaman
Wanatani pertanian menggunakan sistem rotasi yang terkendali
12. Hutan tanaman Vegetasi penutup tanah di daerah yang sangat peka erosi
konservasi dalam rangka untuk mengamankan daerah di bawahnya
13. Hutan wisata Menciptakan fasilitas wisata di kawasan hutan.

Tabel 3 Kriteria Setiap Tipe Pemanfaatan Lahan Hutan (Soemarno, 2002)


No. Tipe Pemanfaatan Kriteria
Lahan
1. Hutan lindung Tipe-tipe vegetasi alamiah yang relatif tidak terganggu, luas
tetap minimum setiap tipe vegetasi 50-100 ha, lokasi dan deskripsi tipe-
tipe vegetasi, teknologi tradisional, taraf pengelolaan medium,
perlindungan terhadap gangguan, petak observasi permanen,
pemantauan perkembangan vegetasi, latihan dan pendidikan.
2. Hutan konservasi Distribusi hutan seimbang per Sub DAS, air alamiah , luas total
minimum 7000 ha; data setiap sub-DAS tentang
kekurangan/kelebihan air dan debit air di batas hutan.
taraf pengelolaan medium, pengalaman dalam konservasi air dan
pemantauan perkembangan hutan, konservasi tajuk dan
perakaran, perlindungan terhadap gangguan, pemantauan curah
hujan dan debit air di batas hutan.
3. Hutan alam untuk Komposisi vegetasi, klasifikasi erodibilitas DAS, taraf
konservasi tanah pengelolaan medium, pemantauan curah hujan, sedimentasi dan
perkembangan vegetasi, stimulasi tajuk, topsoil yang strukturnya
bagus dan perakaran yang dalam, perlindungan terhadap
gangguan, ada perencanaan jalan dan metode pemanenan.
8

4. Hutan produksi Data tentang komposisi dan dimensi vegetasi, estimasi tebang
alamiah yang pilih; satuan-satuan hutan > 5 ha pada kemiringan > 100%, data
ekstensif tentang kelas lereng, akses dari desa terdekat, taraf pengelolaan
rendah hingga medium, pemantauan perkembangan hutan,
perencanaan, perlakuan silvikultur, perlindungan terhadap
gangguan, pengetahuan metode panen dan konservasi, pelatihan
personil.
5. Hutan produksi Data tentang komposisi dan dimensi vegetasi, estimasi tebang
alamiah yang pilih; satuan-satuan hutan > 25 ha pada lereng <70%, data tentang
intensif kelas kemiringan, sistem jalan yang terencana dengan
aksesibilitas potensial yang bagus, taraf pengelolaan tinggi,
perencanaan perlakuan silvikultur, perlindungan terhadap
gangguan, pengetahuan tentang metode pembangunan jalan dan
pemanenan, pelatihan personil.
6. Hutan tanaman Data komposisi spesies, potensial dan dimensi silvikultur, syarat
kayu timber tumbuh spesies tentang iklim, tanah dan hidrologi; tergantung
pada teknologi yang digunakan pada kemiringan hingga 50% atau
70%, sebaiknya pada permukaan lahan yang tidak kasar dan
aksesibilitasnya baik, taraf pengelolaan medium atau tinggi,
perencanaan yang intensif terhadap perlakuan silvikultur dan
operasi panen, supervisi yang bagus dan intensif, fasilitas transpor
yang baik, pelatihan personil.
7. Hutan tanaman Data komposisi dan dimensi spesies; pada slope > 50% tidak peka
kayu pulp terhadap erosi, potensi produktivitasnya baik, aksesibilitasnya
baik dan permukaan tanah tidak kasar; unit-unit minimum > 5 ha,
skala usaha > 500 ha, taraf pengelolaan medium hingga tinggi,
perencanaan yang baik dan intensif terhadap perlakuan silvikultur
dan operasi pemanenan, fasilitas transportasi yang baik, pelatihan
personil.
8. Hutan tanaman Data tentang komposisi spesies dan potensial hasil; pada slope<
kayu bakar 50% pada wilayah di dekat desa, tingkat pengelolaan rendah atau
medium, pada areal yang dapat tererosi operasi pemanenan lebih
ekstensif.
9. Hutan tanaman Data komposisi spesies dan potensial hasil; sebaiknya padatanah-
bambu tanah yang subur, taraf pengelolaan rendah hingga medium,
penelitian tentang sistem pengelolaan dan potensial hasil.
10. Hutan rakyat Data tentang komposisi spesies, potensi dan dimensi silvikultur;
pada slope hingga 50%; Di sekitar wilayah desa, taraf
pengelolaan medium, perencanaan dan implementasinya di bawah
supervisi lembaga kehutanan.
11. Agro-hutani Data tentang kompoisi spesies, potensial, dimensi dan hasil
tanaman hutan dan tanaman pertanian, pengetahuan tentang
kompetisi antara spesies pohon dan tanaman pertanian; pada
tanah-tanah yang tingkat kesuburannya moderat dan peka erosi;
pada slope < 30%; aksesibilitas internal dan eksternalnya baik,
taraf pengelolaan medium atau tinggi, perencanaan yang baik dan
intensif terhadap penggunaan lahan ini, termasuk sistem
penelitian dan pengelolaannya.
12. Hutan tanaman Data komposisi spesies, potensi dan dimensi silvikultur,data
konserva si tanah penutupan tajuk dan penutupan permukaan tanah; pada areal
yang sangat peka erosi, dengan slope > 70%, taraf pengelolaan
medium, pengetahuan tentang perlakuan silvikultur dan
konservasi tanah.
9

13. Hutan wisata Komposisi vegetasi yang sesuai, berselang- seling dengan tempat
terbuka; kondisi iklim yang nyaman, lokasi camping atau slope
<15%, aksesibilitas eksternal dan internal yang bagus, fasilitas
rekreasi yang memadai, taraf pengelolaan medium hingga tinggi,
pengetahuan tentang pemanfaatan kawasan hutan untuk wisata.

2.4 Perancangan Lanskap


Menurut Simonds (1983), perancangan secara umum adalah proses kreatif
yang mengintegrasikan aspek teknologi, sosial, ekonomi, dan biologi, serta efek
psikologis dan fisik yang ditimbulkan dari bentuk, bahan, warna, dan ruang,
tekstur, dan kualitas lainnya.
Terdapat enam prinsip desain menurut Ingles (2004) yang dapat diterapkan dalam
perancangan suatu lanskap, yaitu :
1. Balance ( keseimbangan )
Merupakan sesuatu yang baik dilihat dan apabila tidak seimbang maka
secara fisik akan terlihat tidak nyaman.
2. Focal point (pusat perhatian)
Focal point dalam lanskap dalam diciptakan dengan menggunakan elemen
lunak, elemen keras, warna, pergerakan tekstur, dan atau kombinasi dari
beberapa fitur. Elemen atau komposisi yang dihasilkan tersebut memiliki
karakter yang kuat, sehingga dapat menarik dan mengambil perhatian
pengunjung.
3. Simplicity (kesederhanaan)
Tujuan dari prinsip desain ini adalah memberikan kenyamanan bagi
pengunjung dengan meminimalisasi penggunaan elemen yang terlalu
banyak.
4. Rhythm and line (ritme dan garis)
Ritme sebagai prinsip desain merupakan hasil yang diberikan dari
pergerakan suatu objek dengan suatu interval dan standar jarak diantara
pengulangan objek tersebut. Garis tercipta ketika material yang berbeda
bertemu. Kesatuan dari dua batas suatu material juga akan membentuk
garis.
10

5. Proportion (proporsi)
Proporsi terpusat pada hubungan ukuran antara semua elemen lanskap
termasuk hubungan vertikal dan horizontal.
6. Unity (kesatuan)
Kesatuan diukur ketika kelima prinsip desain lainnya telah dimasukkan
dalam lanskap. Kesatuan juga memiliki kontribusi dalam mengkreasikan
desain secara keseluruhan.

2.5 Proses Perancangan Lanskap


Menghasilkan suatu rencana dan rancangan areal rekreasi yang baik,
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, dipelajari dan dianalisis. Nurisjah
dan Pramukanto (1995) menyebutkan yaitu potensi dan kendala tersedia, potensi
pengunjung, kebijakan dan peraturan yang terkait dengan sumberdaya dan
penggunannya, alternatif dan dampak dari perencanaan dan pelaksanaan ulang
yang dilakukan dan pemantauan hasil perencanaan dan perancangan.
Nurisjah dan Pramukanto (1995) menambahkan, terdapat hal-hal penting yang
perlu diperhatikan dalam perencanaan suatu kawasan di antaranya sebagai berikut:
1. Mempelajari hubungan antara kawasan tersebut dengan lingkungan

sekitar.

2. Memperhatikan keharmonisan antara daerah sekitarnya dengan kawasan


yang akan direncanakan.

3. Menjadikan sebagai objek (wisata) yang menarik.

4. Merencanakan kawasan tersebut sehingga dapat menghasilkan suatu

kawasan yang dapat menampilkan kesan masa lalunya.

Perancangan lanskap kawasan wisata, terutama wisata alam adalah


merencanakan suatu bentuk penyesuaian program rekreasi dengan suatu lanskap
untuk menjaga kelestariannya. Program wisata alam dibuat untuk menciptakan
lingkungan fisik luar atau bentang alam yang dapat mendukung tindakan dan
aktivitas rekreasi manusia yang menunjang keinginan, kepuasan dan
kenyamanannya, dimana proses perencanaan dan perancangan dimulai dari
pemahaman sifat dan karakter serta kebijakan manusianya dalam menggunakan
tapak untuk kawasan wisata (Knudson, 1980).
11

Menurut Booth (1983), proses perancangan sampai pada konstruksi harus


memberikan pemikiran yang logis dan kerja tim yang baik dalam menciptakan
sebuah desain, memberikan informasi yang jelas tentang desain, memberikan
solusi alternatif yang terbaik, serta menjelaskan solusi tersebut kepada klien.
Perancangan lanskap untuk pengembangan wisata alam akan menghasilkan
sebuah desain yang menarik yang berbasis ramah lingkungan, sehingga fungsi
dari kawasan tersebut dapat berjalan dengan baik dengan mengikuti tahapan
proses desain yang ada. Proses desain tersebut, yaitu:
1. Penerimaan proyek (Project acceptance)
2. Riset dan analisis (Research and analysis)
a. Persiapan peta dasar
b. Inventarisasi dan analisis
c. Wawancara dengan klien
d. Pengembagan program
3. Desain/perancangan (Design)
a. Diagram fungsi
b. Diagram hubungan tapak
c. Concept plan
d. Studi bentuk perancangan
e. Preliminary design
f. Schematic plan
g. Master plan
h. Design development
4. Gambar-gambar konstruksi (Construction Drawings)
a. Layout plan
b. Grading plan
c. Planting plan
d. Construction details
5. Pelaksanaan (Implementation)
6. Evaluasi setelah konstruksi (Post-Contruction Evaluation Maintenance)
7. Pengelolaan (Maintenance)
12

Simonds (1983) juga mengatakan dasar proses perencanaan dan


perancangan meliputi enam tahap, yaitu :
1. Tahap commission, tahap ini merupakan langkah awal untuk mendapatkan
sebuah proyek melalui sebuah persetujuan kontrak dengan klien dalam
bentuk tertulis sebagai dasar pegangan pelaksanaan tugas.
2. Tahap research, adalah kegiatan pengumpulan berbagai informasi melalui
survai, pengumpulan data, atau wawancara.
3. Tahap analysis, pada tahap ini dilakukan analisis terhadap tapak dengan
identifikasi potensi dan kendala pada tapak.
4. Tahap synthesis, pada tahap ini dilakukan pemecahan setiap masalah dan
pemanfaatan potensi.
5. Tahap construction, persiapan dokumen secara detail meliputi
perancangan gambar detail, spesifikasi dan perkiraan biaya.
6. Tahap operation, adalah tahap proses dan pelaksanaan kegiatan
pengembangan dan pembangunan kegiatan wisata alam sesuai dengan
rencana desain, serta pemeliharaan yang telah dibuat terhadap proyek
yang telah dikerjakan.
Proses pengerjaan suatu taman lanskap hal yang sangat penting untuk
dilakukan adalah pengawasan dan evaluasi yang kontinyu dan fleksibel, serta
peka terhadap penyempurnaan waktu dan dana yang disediakan.

2.6 Kegiatan Magang


Kegiatan magang merupakan pelaksanaan dari salah satu Tri Dharma
Perguruan Tinggi untuk memfasilitasi pegawai, mahasiswa, siswa, dan
masyarakat umum dalam mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh selama
perkuliahan ke dalam dunia kerja. Fakta seringkali menunjukkan bahwa fresh
graduate belum mampu bekerja secara optimal karena belum memiliki
pengalaman kerja. Pembekalan diri dengan pengalaman kerja dapat diperoleh
melalui kegiatan magang mahasiswa. Kegiatan magang merupakan sarana latihan
kerja bagi mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan
keterampilan di bidang keilmuan tertentu. Kegiatan magang sifatnya hanya
mengikuti secara teknis kegiatan dan rutinitas yang dilaksanakan oleh institusi
yang menjadi tempat magang.
13

Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa


dalam ilmu pengetahuan serta upaya dalam membentuk sikap profesionalisme
dalam bekerja. Kegiatan magang berarti melaksanakan apa yang menjadi fungsi,
tugas, kewajiban, dan pekerjaan pokok dari institusi tempat magang yang relevan
dengan bidang keilmuan yang terkait.

2.7 Konsultan Lanskap


Menurut Gold (1980), konsultan lanskap adalah pengembang swasta yang
memiliki tanggung jawab moral dalam hal penyediaan ruang dan fasilitas rekreasi
dalam kota. Perencana kota dan arsitektur lanskap berperan penting dalam
kegiatan preservasi, perancangan ruang terbuka, pembangunan fasilitas rekreasi,
dan program sosial sebagai pelayanan kebutuhan rekreasi bagi manusia.
Konsultasi memiliki beberapa kelebihan di antaranya:
1. Kemampuan profesional, yaitu memiliki kompetensi secara teknis berupa
kemampuan dari segi perancangan yang dapat dilihat dari proyek desain
yang telah dikerjakan.
2. Penyediaan pelayanan, dimana kualitas pelayanan jasa yang telah
dikerjakan dapat dievaluasi dari referensi klien sebelumnya.
3. Kemampuan untuk menyediakan staf tim perencanaan degan latar
belakang pengalaman dan pengetahuan yang cukup baik untuk
mengerjakan suatu proyek dan menyelesaikannya dalam jangka waktu
yang telah ditentukan.
4. Kemampuan untuk menyewa staf ahli tambahan yang dibutuhkan sesuai
beban kerja yang dibutuhkan.
5. Memiliki latar belakang pengalaman, alat-alat dan pengetahuan langsung
yang berkaitan dengan situasi dan proyek yang beragam.
6. Hasil kerja yang objektif dan profesional.
7. Sistem kerja berdasarkan pada jadwal kerja yang telah dibuat.
Pemilihan konsultan yang profesional, perlu diperhatikan hal-hal berikut
ini: (1) pengalaman dan reputasi, (2) latar belakang dari setiap staf yang ada, (3)
kemampuan tingkat muatan kerja, (4) ketersediaan pakar ahli dalam setiap bidang
disiplin ilmu, (5) tanggung jawab secara profesional, (6) tanggung jawab sosial.
14

2.8 Manajemen Proyek Lanskap


Menurut Oberlender (1993), manajemen proyek adalah sebuah ilmu yang
dan seni yang mengatur sumberdaya manusia, peralatan, bahan, dana, dan waktu
untuk menyelesaikan suatu pelaksanaan dengan waktu dan biaya yan optimal.
Berbagai disiplin ilmu memiliki keterkaitan dengan manajemen proyek yang
terfokus menorganisasi semua kebutuhan dalam pelaksanaan.
Menurut Stoner dan Freeman (1992), manajemen memiliki proses yang
mencakup empat fungsi utama, yaitu:
a. Perencanaan (planning), merupakan konsep dasar dari suatu manajemen,
dimana tugas-tugas manajemen disusun dan tujuan serta sasaran
ditetapkan.
b. Pengorganisasian (organizing), adalah suatu proses pengaturan dan
diferensiasi kerja, wewenang, dan sumberdaya dalam anggota organisasi,
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
c. Pengarahan (directing), mencakup tahap mengarahkan, mempengaruhi,
dan memotivasi karyawan untuk bekerja dan menjalankan tugasnya
dengan baik.
d. Pengendalian (controlling), ditujukan untuk penetapan standar kerja,
mengukur kinerja yang sedang berjalan, membandingkan kinerja ini
dengan standar yang telah ditetapkan.
15

BAB III METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Magang


Kegiatan magang dilaksanakan di PT IdeA yang merupakan perusahaan
konsultan perencanaan, perancangan, dan pengelolaan lanskap dengan basis
lingkungan dan ekologis. Konsultan lanskap tersebut bekerja cukup
berpengalaman di bidang penyediaan lanskap untuk pariwisata dalam lanskap
alami dengan konsep ekowisata. Perusahaan ini memiliki studio perancangan
yang berlokasi di Kompleks Perumahan Dosen Kampus IPB Dramaga, Jalan
Cempaka No.3 Bogor. Kegiatan magang ini berlangsung kurang lebih selama 3,5
bulan yaitu mulai bulan Maret 2011 sampai bulan Juni 2011 seperti yang disajikan
pada Tabel 4.

690 m

(Keterangan tanpa skala)

Gambar 1 Lokasi Tempat Magang (Perumahan Dosen Jl. Cempaka No.3)


(Sumber : http://www.ipb.ac.id/tour/index.html)
16

Tabel 4 Jadwal Kegiatan Magang


Kegiatan Magang Waktu
Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4
Kegiatan Studio
Proses Perancangan
Kegiatan Pendukung
Persiapan
Orientasi perusahaan
Evaluasi Hasil Magang
Penyusunan Laporan

3.2 Metode Magang


Metode magang untuk kegiatan pengembangan wisata alam di bawah
bimbingan PT IdeA dilakukan dengan cara :
1. Partisipasi aktif dalam proses perancangan lanskap berkaitan dengan
pengembangan wisata alam yang berlangsung di dalam perusahaan, baik
kegiatan lapang maupun studio. Proyek yang diikuti selama kegiatan magang
berlangsung dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Nama Proyek, Waktu Proyek, Tahapan Perancangan, dan
Penghasilan Produk yang Diikuti Mahasiswa
No. Nama Proyek Waktu Tahapan Produk
Perancangan
1. Kajian Terapan 15-24 Juni 2011 Survai dan Analisis- x Peta Kontur (A0; skala
Desain Tapak Zona Desain konsep- 1:2500)
Pemanfaatan di Pengembangan x Peta eksisting dan analisis
Resort PTNW Desain (A0; skala 1:2500)
Kawah Ratu x Master plan (A0; skala
Taman Nasional 1:2500)
Gunung Halimun x Ilustrasi desain suasana tapak
Salak, Kecamatan x Ilustrasi fasilitas dalam tapak
Cidahu
2. Review 5 Maret-5 Juli Survai x Peta eksisting (A0, skala
Management Plan 2011 Analisis-Sintesis- 1:5000)
Hutan Diklat Desain konsep- x Ilustrasi pengembangan
Jampang Tengah, Tahap desain konsep
Sukabumi Pengembangan x Ilustrasi desain suasana tapak
Desain

3. Review 5 Maret-5 Juli Survai x Peta eksisting (A0, skala


Management Plan 2011 Analisis-Sintesis- 1:5000)
Hutan Diklat Desain konsep- x Ilustrasi pengembangan
Rumpin, Bogor Tahap desain konsep
Pengembangan x Ilustrasi desain suasana tapak
Desain
17

2. Melakukan pengamatan dan pekerjaan langsung di lapang pada proyek yang


sedang dikerjakan secara aktif dengan menggunakan kamera sebagai
perekaman kondisi eksisting pada lokasi proyek dan GPS (Global Positioning
System) untuk cek jalur atau plot. Pada kegiatan studio melakukan pengerjaan
proyek sesuai dengan sistem kerja perusahaan, serta arahan dari pimpinan
perusahan dan pimpinan proyek.
3. Mewawancara staf perusahaan dan penanggung jawab proyek dan kawasan.
4. Melakukan studi pustaka dalam pengumpulan data pada proses perancangan
lanskap, baik melalui buku maupun website terkait.

Data Magang
Data yang dikumpulkan selama kegiatan magang berlangsung
dikategorikan menjadi data teks, gambar, tabel, dan bagan. Keempat bentuk data
tersebut merupakan bentuk data dari kondisi umum perusahaan dan data yang
berkaitan dengan proyek perancangan lanskap yang sedang berjalan. Data
dikumpulkan dengan metode wawancara dan studi pustaka melalui library
perusahaan, buku, dan website terkait. Jenis, bentuk, dan sumber data dari kondisi
umum perusahaan dan semua aspek perancangan lanskap yang berkaitan akan
ditampilkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Jenis, Bentuk, Sumber, dan Cara Pengambilan Data Proyek Magang
No. Jenis Data Bentuk Sumber
1. Kondisi Umum Perusahaan
Sejarah perusahaan Teks Wawancara dan studi
pustaka
Struktur organisasi Teks dan bagan Wawancara
Sistem kerja Teks dan bagan Wawancara
Bahan, alat, dan Teks dan tabel Wawancara
metode kerja
2. Proyek Perancangan Lanskap
Lokasi Wawancara, studi
Tujuan proyek Teks, gambar, pustaka, dokumentasi,
Proses perancangan lanskap tabel, dan bagan dan survai lapang
Pasca proses perancangan

3.3 Tahapan Kegiatan


Kegiatan magang yang dilakukan di PT IdeA dilakukan mulai dari tahap
persiapan, orientasi perusahaan, dan kegiatan perancangan lanskap dalam
perusahaan. Setelah selesai pada tahap kegiatan perancangan maka akan
18

dilakukan evaluasi hasil serta penyusunan laporan pasca kegiatan magang.


Tahapan kegiatan dan waktu magang digambarkan pada Gambar 5.
Penyerahan proposal dan
Persiapan pengurusan administrasi kepada
Penyusunan proposal magang dan proses perusahaan magang
administrasi perusahaan
Pra Magang

1. Pengenalan karyawan
Orientasi Perusahaan
2. Mempelajari struktur organisasi
Mengenal kelembagaan perusahaan dan
perusahaan
pembelajaran ilmu perancangan lanskap
3. Mempelajari alat, bahan, dan
teknik dalam perusahaan untuk
perancangan lanskap
Kegiatan Perancangan Partisipasi aktif dalam kegiatan
Mempelajari proses perancangan perancangan, seperti survai,
lanskap perusahaan untuk mengetahui inventarisasi, analisis, perancangan,
bagaimana menghasilkan produk dan pelaksanaan di bawah
lanskap yang tepat bimbingan konsultan.
Kegiatan Magang

Evaluasi Hasil Evaluasi perusahaan dan evaluasi


Review seluruh kegiatan yang telah proyek untuk rekap data magang
dilaksanakan dalam proses seleksi data
yang dibutuhkan sesuai dengan rencana
awal kegiatan magang

Penyusunan Laporan
Pasca Magang

Gambar 2 Tahapan Kegiatan Magang

3.4 Batasan Magang


Ruang lingkup kegiatan magang difokuskan pada proses perancangan
lanskap pada pengerjaan proyek perancangan lanskap dalam perusahaan sampai
pada tahap design development. Pembahasan proyek dan manajemen perusahaan
hanya dilakukan sesuai pada tahap yang diikuti selama pengerjaan proyek
perancangan pengembangan wisata alam kawasan. Hal tersebut dikarenakan
keterbatasan waktu magang yang dimiliki.
19

BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG DAN PEMBAHASAN

4.1 Manajemen PT IdeA


4.1.1 Profil Umum dan Ruang Lingkup Kerja PT IdeA
PT Innovative Development for eco Awareness (IdeA) merupakan salah
satu konsultan lanskap yang berlokasi di Kompleks Perumahan Dosen Kampus
IPB Dramaga, Jalan Cempaka No.3 Bogor. Ruang lingkup kerja dari PT IdeA
mencakup penyediaan jasa di bidang arsitektur lanskap, seperti perencaanaan,
perancangan, dan rencana pengelolaan lanskap pada sektor privat, sektor
pemerintah, dan sektor umum dengan cakupan layanan land use planning dan
master planning.
Dalam penyediaan jasa arsitektur lanskap yang bertanggung jawab dan
memuaskan, PT IdeA memiliki pandangan untuk bertindak dan berpikir inovatif
dalam mencari metode pendekatan kebutuhan klien dan kebutuhan lingkungan
sehingga dapat menemukan kebutuhan yang tepat bagi klien, lanskap yang
ditangani, serta kebutuhan perusahaan. Perusahaan juga berusaha
mengembangkan pertumbuhan sosio-ekonomi lokal ke arah yang positif tanpa
merusak sistem ekologis dan sosial yang ada. Implementasi eco-planning, eco-
design, eco-technology, dan eco-activity untuk mengacu kepada pengembangan
yang ekologis, serta memiliki kesadaran untuk merubah sikap dan pendekatan
dalam meningkatkan kualitas hidup lokal yang berkelanjutan.
PERLINDUNGAN

Tempat tujuan yang


merefleksikan
keseimbangan
ekologi-sosial budaya-
keberlanjutan ekonomi

PEMANFAATAN PELESTARIAN
Gambar 3 Skema Konsep Pandangan Kerja PT IdeA
Sumber : PT IdeA (2011)
20

PT IdeA menitikberatkan pada pelayanan bidang desain, masterplan, dan


perencanaan lingkungan dan ekologi untuk hasil yang bertanggung jawab,
berkelanjutan, dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang
tinggal di dalamnya dan pengguna tapak. Layanan bidang arsitektur lanskap yang
dimiliki PT IdeA memiliki sumber daya dan kemampuan untuk memandu suatu
proyek dari langkah yang paling awal yaitu tahap inventarisasi hingga tahap
administration construction sampai tahap akhir evaluasi dan konsultasi
konstruksi.
PT IdeA telah menangani beberapa proyek perancangan lanskap sejak tahun
2004. Beberapa proyek yang telah dikerjakan oleh PT IdeA antara lain:
1. Site Plan and Detail Design of Bintangur Area, Giam Siak Kecil-Bukit Batu
Biosphere Reserve tahun 2011
2. Site Plan and Architectural Design Four Priority Sites in Karimun Jawa
National Park tahun 2011
3. Site Plan and Detail Design of Tekelan Eco Camp, Betung Kerihun National
Park tahun 2010
4. Eco Friendly Parking Area Site Plan, Indonesia Safari Park tahun 2006
5. Sukamade and Bande Meru Betiri National Park Site Plan tahun 2006
6. Bukit Dua Belas National Park Site Plan tahun 2006
7. Berbak National Park Tourism Development Plan, Jambi pada tahun 2004
PT IdeA juga turut berperan aktif dalam beberapa kompetisi desain lanskap
dan memperoleh beberapa penghargaan desain. Penghargaan yang pernah didapat
perusahan ini antara lain:
1. Memenangkan Juara Pertama pada Sayembara Desain Kebun Raya Bogor
yang diadakan oleh Departemen Pekerjaan Umum, Lembaga Bahasa dan
Ilmu Pengetahuan Indonesia, Asosiasi Arsitek Indonesia.
2. Mengembangkan Caravan Camping Ground Pertama di Asia Untuk Taman
Safari Indonesia

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan


PT IdeA memiliki struktur organisasi yang sederhana untuk mengatur dan
mengarahkan hubungan kerja perusahaannya. Struktur organisasi yang ada juga
bertujuan untuk memberikan diferensiasi pekerjaan bagi para pekerjanya sesuai
21

dengan keahlian masing-masing pekerja sehingga dapat meningkatkan kinerja dan


efesiensi kerja, serta produktivitas kerja di dalam perusahaan sehingga berjalan
dan berkembang dengan baik. Terdapat tiga divisi dalam perusahaan ini, yaitu
divisi produksi, manajemen, pemasaran dan sumber daya manusia. Dalam
penanganan suatu proyek pimpinan perusahaan yang juga berstatus pemilik
perusahaan yaitu Ir. Soehartini Sekartjakrarini, M.Sc, Ph.D memiliki peran
penting dalam memberikan arahan dan melakukan pengawasan terhadap ketiga
divisi tersebut.
Divisi produksi meliputi pekerjaan di bidang perencanaan dan
perancangan lanskap. Tim ahli yang tergabung di dalam divisi ini memiliki peran
dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan teknis yang berkaitan dengan proses
perencanaan dan perancangan lanskap sesuai arahan manajer produksi. Tim
desain yang ada terdiri dari berbagai bidang disiplin ilmu, seperti arsitektur,
arsitektur lanskap, teknik sipil, spesialis grafis dan 3D. Pekerjaan teknis yang
dimaksud meliputi pekerjaan awal seperti inventarisasi atau pengumpulan data
primer dan sekunder kondisi tapak, lalu analisis dan sintesis, penentuan ide
konseptual, perancangan lanskap, sampai pada mengemas dan mempresentasikan
produk akhir kepada klien dengan baik. Pekerjaan-pekerjaan tersebut akan
dilakukan di bawah pengawasan langsung pimpinan perusahaan dan project
leader.
Divisi manajemen bertugas mengerjakan pekerjaan yang berhubungan
dengan kegiatan administrasi perusahaan seperti urusan perpajakan yang menjadi
kewajiban perusahaan, menyiapkan dan membuat kontrak proyek, membuat
rancangan anggaran biaya (RAB), dan mengarsipkan dokumen-dokumen
perusahaan. Selain itu, divisi ini juga bertugas mengelola kebutuhan studio proyek
perusahaan, perekrutan tenaga kerja dengan proses seleksi, dan tim pendukung
seperti drafter dan operator GIS. Divisi manajemen memerlukan ketelitian yang
tinggi dalam pembuatan kontrak proyek dan perhitungan rencana angaran biaya
sehingga tidak menimbulkan kerugian pada pihak klien ataupun PT IdeA.
Divisi pemasaran dan sumberdaya manusia merupakan divisi yang
bertugas mengawasi kegiatan perusahaan serta mengelola sumber daya manusia
22

yang terdapat di dalam perusahaan, serta memasarkan penyediaan jasa perusahaan


melalui berbagai media khusunya melalui situs resmi perusahaan.
Komunikasi internal yang dilakukan oleh pekerja perusahaan dilakukan
secara dua arah sehingga dapat meminimalisir kesalahan komunikasi dalam
penanganan suatu proyek lanskap sehingga pekerjaan proyek dapat diselesaikan
sesuai target atau deadline. Komunikasi eksternal juga dilakukan secara dua arah
oleh direktur setiap divisi produksi dan Direktur Eksekutif (pimpinan perusahaan)
dengan klien. Bagan struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Gambar 7.

Direktur Eksekutif PT IdeA


Ir. Soehartini Sekartjakrarini M.Sc, Ph.D

Produksi Manajemen Pemasaran & SDM

Manajer Manajer Manajer


Produksi Pengelola Pemasaran & SDM

Tenaga Ahli :
- Regional Studio :
and Urban - Drafter
Planner - GIS Operator
- Tourism - Perpajakan &
Planner Administrasi
- Landscape
Architect
- Architect

Keterangan : Alur struktur organisasi perusahaan


Alur komunikasi dalam perusahaan

Gambar 4 Bagan Struktur Organisasi PT IdeA


Sumber : PT IdeA (2011)

4.1.3 Penerimaan Proyek


Proyek yang ditangani oleh PT IdeA baik proyek mengenai perencanaan,
perancangan, maupun pengelolaan lanskap diperoleh melalui tiga cara, yaitu :
23

1. Penunjukkan langsung dari klien


Beberapa proyek yang telah ditangani oleh PT IdeA merupakan proyek
yang langsung diberikan oleh klien tanpa pengajuan penawaran dari pihak
perusahaan. Klien yang dimaksud merupakan klien baru maupun klien
yang telah mempercayakan proyeknya dan sudah berlangganan jasa PT
IdeA.
2. Kerjasama dengan lembaga
PT IdeA juga melakukan kerjasama dengan berbagai lembaga baik
lembaga swasta maupun lembaga pemerintahan dalam mendapatkan
proyek. Dinas pemerintahan yang dimaksud contohnya Dinas Pertamanan
dan Pemakaman, Dinas Kehutanan dan lainnya di beberapa daerah di
Indonesia, sedangkan pihak swasta adalah perusahaan-perusahaan atau
kantor non pemerintah.
3. Mengajukan penawaran (tender) pada pihak-pihak tertentu
Pengajuan penawaran yang dilakukan oleh PT IdeA kepada penyelengara
proyek merupakan rancangan proyek yang akan dilaksanakan beserta
dengan rencana kerja dan syarat (RKS) dan rancangan anggaran biaya
(RAB). Penyerahan proyek kepada PT IdeA sebagai pemenang tender
dilakukan melalui proses penilaian kesesuaian dengan nilai proyek dan
berdasarkan penilaian-penilaian teknis lainnya. Tahapan proses lelang
dengan jenis pengadaan jasa sesuai nilai kontrak proyek diuraikan pada
Lampiran 1.

4.1.4 Tahapan Proses Perancangan Lanskap Perusahaan


PT IdeA memiliki standar proses penanganan dan pengerjaan proyek
lanskap khususnya proyek perancangan lanskap. Namun, proses setiap proyek
berbeda-beda sesuai dengan kesepakatan awal dengan klien. Standar proses yang
telah ditetapkan oleh PT IdeA meliputi kegiatan tahap persiapan, tahap
inventarisasi dan analisis, tahap desain konseptual, tahap pengembangan desain,
tahap pembuatan gambar kerja, dan pelaksanaan. Pengembangan selanjutnya
dapat muncul pada masing-masing tahapan proyek berdasarkan kebutuhan klien
dan kondisi lapang. Pengembangan tersebut sering kali membutuhkan waktu yang
lebih lama sehinga dapat menyebabkan bergesernya perubahan jadwal target yang
24

diharapkan. Hal tersebut terjadi karena munculnya beberapa kendala yang berasal
dari perusahaan sendiri maupun pihak luar sehingga membuat tahapan yang ada
dikerjakan berulang-ulang dan keluar dari jadwal.
Tahapan kerja yang dilakukan oleh PT IdeA dalam perancangan lanskap
adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan (Inception), diawali penyusunan proposal dan penawaran
rancangan proyek, serta pertemuan dengan klien untuk kesepakatan dan
penyerahan proyek.
2. Tahap Inventarisasi dan Analisis (Inventaritation and Analysis), meliputi
kegiatan pengumpulan informasi dan data kondisi tapak, baik data primer
ataupun data sekunder, kemudian dianalisis guna mengidentifikasi potensi
dan kendala tapak. Pada tahap ini dilakukan diskusi bersama di dalam
perusahaan untuk menemukan solusi terbaik.
3. Tahap Desain konseptual (Conceptual Design), meliputi penentuan ide
secara konseptual, pembuatan masterplan dan gambar ilustrasi. Penentuan
tema utnuk konsep dilakukan dengan mempertimbangkan keinginan dari
klien.
4. Tahap Pengembangan Desain (Design Development), pada tahap ini
pembuatan gambar ilustrasi dilakukan untuk mendukung konsep yang
telah dibuat guna membantu dalam planning application, dan gambar detil
secara general layout.
5. Tahap Pembuatan Gambar Kerja (Documentation Production), produk
akhir berupa gambar kerja detil rancangan dan zonasi tapak, pembuatan
gambar teknis beserta penggunaan hardscape dan softscape, detil
konstruksi, dan informasi lainnya yang mendukung dalam pelaksanaan.
6. Tahap Pelaksanaan (Implemetation), implementasi hasil akhir dari
perencanaan dan perancangan ke dalam tapak.
7. Tahap Evaluasi (Evaluation), dilakukan setelah tahap pelaksanaan untuk
mengetahui hasil akhir dari produktivitas dan produk kerja. Tahap ini juga
sebagai penuntun untuk menyusun rencana pemeliharaan lanskap yang
telah didesain dan dibnagun agar kualitasnya dapat terjaga.
25

4.1.5 Teknologi dan Fasilitas Kerja Studio Gambar


PT IdeA memiliki fasilitas peralatan kerja yang cukup lengkap dalam
membantu pengerjaan proyek-proyek yang dikerjakan. Fasilitas berupa peralatan
kerja yang digunakan perusahaan antara lain berupa perlengkapan sebagai berikut,
yaitu : (1) Alat gambar (marker, spidol, drawing pen, rapido dengan berbagai
ukuran ketebalan), serta pensil dengan berbagai ukuran ketebalan); (2) Meja
tracing; (3) Tracing paper dan kertas kalkir; (4) Kertas ukuran A3 dan A4; (5)
Meja dan kursi kerja; (6) Berbagai buku sumber (perencanaan, perancangan dan
manajemen) yang ada di perusahaan sebagai library dan referensi dalam
pengerjaan proyek lanskap. Kegiatan studio PT IdeA juga didukung dengan
berbagai perangkat lunak (software) dan aplikasi berikut ini (Tabel 7).
Tabel 7 Teknologi Berupa Software yang Digunakan dalam Pengerjaan Proyek
Perusahaan
No. Software yang digunakan Kegunaan

1. AutoCAD 2004, 2007 CAD Drawing


2. Google Sketch Up 7 3D Rendering, Animasi
3. Adobe Photoshop CS3 3D Rendering
4. 3D Studio Max Animasi dan 3D Rendering
5. Google Earth Mengetahui bentuk tapak sebelum site visit
dilakukan dan juga untuk mengetahui lokasi proyek
yang berlangsung, kondisi fisik.
6. MS. Office 2007 Terkait untuk presentasi kepada klien, daftar RAB,
list material (Document Publishing)

Sumber : PT IdeA (2011)

Terdapat juga fasilitas kerja lainnya yang ikut mendukung dalam pengerjaan
proyek. Fasilitas kerja yang terdapat di PT IdeA dapat terlihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Fasilitas yang Digunakan dalam Pengerjaan Proyek Perusahaan


No. Fasilitas Kegunaan
1. PC, komputer Pengerjaan grafis dan 3D animasi
2. Printer A3 dan A4 Mencetak produk kerja seperti laporan dan gambar-
gambar kerja
3. Scanner A4 Mendapatkan images reference untuk proyek dari
sumber berupa hardcopy
26

4. Mesin fax dan telepon Berkomunikasi dengan klien ataupun kontraktor,


memudahkan dalam hal pengiriman data atupun
informasi
5. Harddisk Penyimpanan data
6. LCD Projector Untuk rapat intern PT. Idea Consultant

7. Wifi Penghubung satu sama lainnnya (antar staf) dan klien


memudahkan dalam penyelesaian suatu proyek,
searching materi yang berhubungan dengan proyek
(ide,referensi,dll), serta sarana berkomunikasi dengan
klien.
Sumber : PT IdeA (2011)

Produk yang dihasilkan oleh perusahaan berkualitas baik dengan


memanfaatkan fasilitas dan teknologi tersebut. Oleh karena itu, setiap fasilitas
yang ada dijaga dengan baik dan kualitasnya juga terus ditingkatkan dengan
sistem upgrade. Perusahaan juga selalu update dengan fasilitas dan teknologi
yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja perusahaan. Sistem
kerja pada perusahaan ini dalam pengerjaan proyek diketahui oleh seluruh staf
dengan dilakukannya briefing terlebih dahulu untuk mendapatkan penjelasan dari
pimpinan perusahaan. Suatu proyek dikerjakan dengan cara teamwork. Setiap
proyek memiliki project leader yang bertanggung jawab untuk mengatur
pelaksanaan proses pembagian kerja dalam tim. Pimpinan perusahaan
menjelaskan mengenai proyek tersebut kepada project leader kemudian project
leader menyampaikan, berdisikusi dan mengerjakan bersama dengan tim. Setelah
itu, project leader bersama dengan pimpinan perusahaan akan mempresentasikan
hasil kerja tim kepada klien.

4.2 Analisis Manajemen Perusahaan


PT IdeA sebagai sebuah konsultan yang bekerja di bidang arsitektur
lanskap bertugas dalam memberikan barang dan jasa kepada klien. Perusahaan
berupaya memberikan barang berupa produk-produk lanskap dan jasa yang
terbaik bagi perusahaan, klien, maupun lingkungan, khususnya yang terkait
dengan proses perancangan.
Menurut Stoner dan Freeman (1992), fungsi manajemen operasi PT IdeA
dalam menghasilkan produk memiliki faktor pendukung dan penghambat sebagai
berikut :
27

1. Faktor pendukung dalam menghasilkan produk antara lain :


a. Manajemen Kerja
Pembagian kerja yang jelas dalam manajemen studio dan manajemen
administrasi. Manajer tiap divisi dan pimpinan perusahaan berperan
langsung dalam mengatur, memberikan motivasi, arahan, serta mengawasi
kerja staf. Hal tersebut mengharapkan kerja staf dalam menghasilkan
produk desain lanskap dan administrasi sesuai dengan tujuan proyek.
Sebelum pengerjaan proyek perancangan lanskap dimulai project leader
membentuk tim kerja pengerjaan proyek sehingga proyek yang dikerjakan
dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Manajemen kerja yang
dilakukan juga melalui pengelolaan waktu atau jadwal proyek yang
meliputi identifikasi kegiatan, penyusunan kegiatan, dan perkiraan kurun
waktu pengerjaan proyek. Tersusunnya jadwal kerja dalam proyek telah
berhasil menuntun tim proyek perancangan dalam perusahaan untuk tetap
fokus pada pembagian tugas masing-masing anggota.
b. Struktur Organisasi
Pengelolaan sumber daya manusia perusahaan terlihat dalam pembagian
kerja melalui stuktur organisasi perusahaan telah memberikan diferensiasi
pekerjaan bagi pegawai sesuai dengan spesialisasi masing-masing
sehingga dapat menghasilkan kualitas produk yang baik. Pengelolaan ini
meliputi penyusunan organisasi, pembentukan tim, serta mempraktekan
cara kepemimpinan yang sesuai dengan tuntutan kegiatan proyek. Tim
dalam pengerjaan setiap proyek juga memiliki struktur yang dipimpin
langsung oleh ecotourism plan expert sebagai team leader, arsitek lanskap
senior sebagai main designer, dan tim drafter. Setiap bagian sudah
memiliki bagian kerjanya masing-masing yang telah ditetapkan oleh
project leader. Dalam tim juga memungkinkan tambahan anggota seperti
tenaga ahli yang dapat membantu kelancaran pengerjaan proyek.
c. Fasilitas Kerja
Pengerjaan proyek lanskap didukung oleh fasilitas dan peralatan berupa
hardware dan software yang terkait dengan perancangan lanskap.
Kelengkapan hardware berupa komputer kurang memadai. Komputer
28

kurang memadai secara kuantitas karena jumlahnya lebih kecil dari jumlah
staf yang bekerja sehingga staf harus membawa hardware tersendiri
(laptop) untuk kegiatan kerja. Hal tersebut tidak menghambat
belangsungnya proses kerja. Namun, produktivitas akan meningkat dengan
kuantitas komputer yang memadai.
d. Pendekatan dalam Proses Perancangan Lanskap
Perusahaan bersikap terbuka terhadap metode baru dan memberi perhatian
khusus kepada isu-isu strategis yang ada dalam proyek. Project leader atau
tim dapat mengusulkan metode baru dan pendekatan strategis tersebut
untuk didiskusikan bersama. Metode yang digunakan umumnya yang
dapat meningkatkan efesiensi kerja dan waktu. Selain itu, perhatian juga
diberikan oleh pihak manajerial PT IdeA guna melihat peluang dan
menempatkan posisi perusahaan di dalam proyek.
e. Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja yang selalu ditingkatkan selain dengan motivasi,
arahan, dan fasilitas yang diberikan perusahaan, penghematan strategis
terhadap waktu dan biaya juga dilakukan. Penghematan tersebut dilakukan
dengan menggunakan teknik hand drawing dalam proses analisis sampai
pada tahap pengembangan desain dan dan revisi dari klien dalam beberapa
proyek. Melalui teknik tersebut penghematan waktu seperti saat di lapang
untuk menggambarkan konsep dapat lebih cepat dibandingkan dengan
menggunakan teknik komputerisasi. Mahasiswa magang turut
mengembangkan keterampilannya dalam bagian tersebut.
f. Suasana Kerja
Pengerjaan proyek dalam studio juga didukung dengan suasana yang
nyaman. Selama mahasiswa melakukan kegiatan magang, pimpinan
perusahaan berencana melakukan perpindahan studio ke ruang yang lebih
luas, memadai, dan nyaman. Hal ini menunjukkan perhatian perusahaan
yang tinggi akan suasana dan kualitas lingkungan kerja.
2. Faktor penghambat dalam menghasilkan produk antara lain :
a. Waktu Pengerjaan Proyek
29

Sebelum memulai pengerjaan proyek, tim produksi menyusun jadwal dan


pembagian kerja untuk tim. Namun, jadwal kerja yang telah dibuat
perusahaan dapat berubah karena adanya deadline proyek yang singkat
sehingga kerja lembur juga dilakukan pegawai jika mendekati deadline
proyek, sehingga waktu kerja diperpanjang pada saat kerja lembur. Faktor
lainnya yang dapat mempengaruhi waktu kerja adalah tapak yang
dikerjakan kurang memiliki informasi eksisiting yang lengkap seperti data
sekunder, sehingga kegiatan inventarisasi dapat dilakukan lebih lama dari
waktu yang diperkirakan untuk memperoleh seluruh data yang dibutuhkan
dalam kegiatan perancangan.
b. Kondisi Tapak yang Rentan dan Sensitif
Situasi dan kondisi tapak sebagai lanskap konservasi merupakan lanskap
yang rapuh dan sensitif terhadap kegiatan pengembangan tapak dan
aktivitas manusia. Maka diperlukan perhatian khusus untuk menghadapi
hal tersebut, seperti diperlukannya tenaga ahli yang sesuai dengan
kebutuhan tapak. Tapak yang memiliki sedikit informasi akan
menghambat kerja perusahaan dengan munculnya kebutuhan tenaga ahli
secara tiba-tiba, seperti tenaga ahli raptor yang dibutuhkan di lokasi
proyek Loji Salak 1.

PT IdeA telah menunjukkan eksistensi perusahaan selama tujuh tahun. Hal


tersebut dibuktikan dengan kelebihan PT IdeA sebagai konsultan dalam bidang
arsitektur lankap menurut Gold (1980), antara lain :
1. Banyaknya proyek yang diperoleh dan ditangani oleh PT IdeA dengan
penunjukkan langsung dari klien, melalui proses lelang dan kerja sama dengan
lembaga membuktikan bahwa konsultan tersebut mampu menunjukkan kualitas
perusahaan dan dipercaya oleh berbagai kalangan klien.
2. Layanan terhadap klien diberikan secara maksimal oleh PT IdeA. PT IdeA
berhak menerima masukan dari klien sehingga dapat didiskusikan dan
diperbaiki. Komunikasi yang dijaga dengan klienpun bertujuan agar klien dan
perusahaan dapat menemukan kepuasan bersama terhadap produk yang
dihasilkan.
30

3. Fasilitas berupa teknologi dan peralatan yang dimiliki oleh PT IdeA dikelola
dan digunakan dengan baik untuk mendukung pengerjaan proyek.
4. Perusahaan memiliki sumber daya manusia yang telah diproses secara selektif
dengan melihat keterampilan dan pengalaman kerja yang dimiliki tenaga
tersebut. Selain itu, kemampuan perusahaan dalam menyediakan tenaga
tambahan berupa staf ahli juga dimiliki PT IdeA. Sering kali perusahaan
mendapatkan proyek yang berkaitan dengan konservasi maka diperlukan pula
ahli di bidang khusus, seperti tenaga ahli GIS, ahli animasi dan desain, ahli
burung, ahli geologi, dan sebagainya untuk memenuhi muatan kerja.
Mendatangkan tenaga ahli GIS sering dilakukan dalam proyek pengembangan
lanskap di kawasan konservasi, seperti pada proyek di Resort PTNW Kawah
Ratu dan Hutan Diklat Jampang Tengah, dan Hutan Diklat Rumpin.
5. Produk yang objektif dan profesional selalu diberikan PT IdeA kepada
kliennya. Melalui berbagai pertimbangan dari klien, perusahaan, lingkungan,
dan isu-isu strategis lainnya, PT IdeA berhasil menemukan solusi terbaik.
Solusi tersebut membantu perusahaan dalam menghasilkan kualitas produk
yang memuaskan klien dan tetap menjaga lingkungan dan tidak merusaknya.
Hal tersebut juga didukung oleh pengalaman dan fasilitas yang dimiliki
perusahaan.
6. Jadwal kerja yang telah dibuat perusahaan berfungsi mengatur sistem kerja
perusahaan. Sistem kerja dilaksanakan dengan baik oleh staf perusahaan sesuai
dengan jadwal kerja yang telah dibuat.

4.3 Proyek Perancangan Lanskap


4.3.1 Kajian Terapan Desain Tapak Zona Pemanfaatan di Resort PTNW
Kawah Ratu Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Kecamatan
Cidahu
4.3.1.1 Tujuan dan Sasaran Proyek
Proyek ini bertujuan untuk melakukan penataan lanskap pada lokasi
proyek menjadi kawasan yang menyediakan kegiatan wisata alam dengan nilai
intrinsik lingkungan melalui eksplorasi, pendidikan, dan apresiasi terhadap alam
yang akan menghadirkan kesadaran publik terhadap lanskap alami. Ruang lingkup
penataan lanskap tersebut meliputi proses perancangan dan pembuatan design
31

guidelines berisi pengembangan persyaratan dan ketentuan fasilitas. Beberapa


sasaran dari PT IdeA pada lokasi proyek adalah 1) menawarkan eko-
pembangunan melalui wisata yang berkelanjutan; 2) melestarikan serta
melindungi sumber daya alami dan atraksi di TNGHS; 3) memberikan
pengunjung pengalaman yang berbeda di TNGHS; 4) memberikan tujuan
tambahan nilai ekonomi melalui ekowisata.

4.3.1.2 Tahapan Kegiatan Perancangan


Proyek penataan lanskap bersama dengan PJLKHHL dan Balai TNGHS
pada zona pemanfataan Taman Nasional Halimun Salak, Kecamatan Cidahu, Saat
kegiatan magang berlangsung, proyek berada pada tahap awal perancangan
sehingga tahapan perancangan yang dikerjakan hanya sampai tahap
pengembangan desain. Produk yang dihasilkan berupa conceptual landscape plan,
bubble diagram, ilustrasi suasana dengan fasilitas pada zona-zona dalam kawasan
yang mendukung konsep. Proyek pengembangan wisata alam di PTNW Resort
Kawah Ratu dikerjakan melalui tahapan kegiatan seperti terlihat pada Gambar 5.

Persiapan Inventarisasi dan Analisis Desain


konseptual

Pengembangan
Desain

Gambar 5 Tahapan Perancangan Lanskap dalam Pengerjaan Proyek TNGHS

a. Tahap Persiapan
Klien pada proyek ini adalah Balai TNGHS dan PJLKKHL menunjuk
langsung PT IdeA untuk menangani tapak yang akan dikerjakan. Klien
menginginkan adanya penataan lanskap kembali untuk pengembangan kegiatan
wisata alam dan edukasi di zona pemanfaatan TNGHS, Kecamatan Cidahu, Bogor
sehingga menjadi lebih tertata dan dapat menunjang kebutuhan wisata alam bagi
pengunjung.
b. Tahap Inventarisasi
Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) merupakan taman
nasional yang terdapat di Gunung Halimun Salak. Gunung Halimun salak
32

merupakan pegunungan yang masih berstatus aktif dan pemilik hutan hujan tropis
terluas di Pulau Jawa. Sebelumnya pihak balai TNGHS telah melakukan survai
dan pemetaan pada lokasi dan memberikan peta dasar untuk PT IdeA.
Kegiatan survai dan inventarisasi yang dilakukan meliputi pengambilan
foto, cek plot jalur atau trek dengan alat GPS, dan pengumpulan data sekunder
dengan cara studi pustaka dari berbagai sumber. Penggunaan dan spesifikasi GPS
yang digunakan dijabarkan pada Lampiran 2. Luas total keseluruhan kawasan
adalah ±75 Ha.

Gambar 6 GPSmap 60CSx


Sumber : PT IdeA (2011)

Peta dasar yang diperoleh PT IdeA dari Balai TNGHS telah terbagi
menjadi zona sarana publik, zona petualangan, zona akomodasi, dan zona wisata
tirta, seperti yang terlihat pada Gambar 7. Hal tersebut dilakukan untuk
memudahkan proses inventarisasi dan proses analisis selanjutnya. Kunjungan
lapang tetap dilakukan pada sekitar zona yang menjadi lokasi proyek, walaupun
telah mendapat peta dasar. Pembagian zona dengan kondisi eksisting zona-zona
tersebut untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 9. Kondisi eksisting tapak
berdasarkan perekaman trek jalur dengan GPS dan pengambilan foto terlihat pada
Gambar. Data yang telah diperoleh dimasukkan dan diolah dengan sistem
komputerisasi dengan menggunakan software Arc Gis 9.3, Auto Cad Land
Development 2009, Auto Cad 2004, dan Garmin Map Source 5.0. Data tersebut
diolah bersama tim ahli Balai TNGHS.
33

Tabel 9 Kondisi Eksisting Keempat Zona dalam Tapak TNGHS


No. Zona Luas Kondisi Eksisting Tapak
1. Sarana Publik 2,2 Ha welcome area dengan fasilitas berupa visitor
center, guest house, mushola, MCK, areal parkir,
dan jalan utama. Areal ini didominasi oleh hutan
damar pada kiri dan kanan jalan, serta terdapat
sarana berkemah yaitu blok 1A dan 1B seluas
1699 m² dan 2355 m²
2. Sarana Petualangan 36,25 Ha Terdapat 7 blok untuk perkemahan yaitu blok 2A,
2B, 2C, 2D, 2E, 3A, dan 3B, masing-masing blok
perkemahan dengan luas 2128 m², 1601 m², 7566
m², 4382 m², 1767 m², 7285 m², 5571 m² dan
terdapat warung-warung liar di beberapa spot.
Kondisi fasilitas sanitasi tidak berfungsi dengan
baik
3. Sarana Akomodasi 5, 9 Ha Resort berupa Wisma Cangkuang dan blok
perkemahan Cangkuang, keadaan bangunan dan
blok perkemahan cenderung rusak dan tidak
terawat
4. Sarana Tirta 1,3 Ha Air terjun dan sungai, warung-warung liar, MCK,
belum ada penataan lanskapnya, didominasi oleh
bebatuan, rumput dan pohon penaung
5. Sekitar tapak Enclave berupa Javana Spa Resort yang hanya
dapat diakses melalui pintu gerbang zona
pemanfaatan di Cidahu; terdapat objek wisata
berupa hutan damar, 6 potensial air terjun dan
Kawah Ratu

Bentuk sarana yang disediakan dalam kawasan terbagi menjadi sarana


rekreasi pasif dan sarana rekreasi aktif. Zona dengan sarana publik, sarana
petualangan, dan sarana tirta merupakan sarana dengan fasilitas yang mendukung
berbagai kegiatan rekreasi pengunjung bersifat aktif, seperti visitor centre untuk
briefing kepada pengunjung mengenai kawasan, lahan berkemah dan lahan untuk
outbound. Namun terdapat juga sarana pasif dalam zona sarana tirta dan
petualangan seperti chalet, bangku, dan shelter. Sarana akomodasi merupakan
sarana rekreasi yang bersifat pasif karena aset berupa vila masih berstatus milik
perhutani sehingga tidak dapat diganggu oleh pihak TNGHS sendiri.
34

Gambar 8 Peta Dasar Pembagian Zona Resort PTNW Kawah Ratu


Sumber : PT IdeA (2011)
35

Hidrologi
Tapak kawasan wisata alam Cidahu memiliki sumber air dari 6 air terjun
yang terdapat di sisi timur kawasan. Air terjun 1 merupakan air terjun dengan
ketinggian paling tinggi dan lanjutkan ke posisi yang lebih rendah oleh air terjun
2, 3, 4, 5, 6. Keenam air terjun tersebut secara garis besar memiliki debit air yang
cukup besar dengan penampang yang cukup luas dan airnya yang terus mengalir
menuju sungai. Selain itu ada dua air terjun dekat dengan blok 3A tetapi dengan
debit dan penampang air yang lebih kecil.
Debit aliran air pada beberapa air terjun dan sungai cukup deras. Hal ini
diperoleh melalui pengukuran dengan teknik sederhana, yaitu :
x Mengukur luas penampang sungai yang ada (A) dengan cara mengasumsikan
setiap bentuk penampang adalah persegi dan mengukur lebar dan panjang
penampang sungai, serta mengukur ketinggian air terjun. Luas yang diperoleh
dimasukkan ke dalam rumus berikut :
A= ∑ kotak yang terisi air/ ∑ kotak per 1 m²
∑ kotak yang terisi lebih dari setengah air dihitung dengan melakukan
pembulatan ke atas.
x Mengitung kecepetan (V) aliran air terjun dengan menggunakan metode benda
apung (misal : daun). Daun dilepaskan pada jarak 1,5 m lalu hitung lama waktu
tempuhnya dengan menggunakan stopwatch. Pengukuran dilakukan sebanyak
5 kali dan dirata-rata. Satuannya dikonversi menjadi m/detik dari sekian detik
per 1,5m.
x Setelah luas penampang (A) dan kecepatan (V) diperoleh, lalu dimasukkan ke
dalam rumus :
Q=K (V.A)
K= 850 untuk musim kering/kemarau
K=900 untuk musim hujan
Hitungan :
Luas Penampang sungai (A) : Lebar = 5 m =27/16=1,7 m²
Kecepatan aliran sungai (V) : 1,46m /detik (hasil pengukuran rata-rata)
Debit sungai (Q)=K(V.A) =850 (1,46 x 1,7)=2109,7 l/detik
36

(a) (b) (c) (d)

(e) (f) (g) (h)


Gambar 9 Sumber Air dalam Tapak ;
Air Terjun 1 (a) Penampang Air Terjun 2 (b) Air Terjun 3 (c) Air Terjun 4 (d) Air
Terjun 5 (e) Air Terjun 6 (f) Aliran Air Terjun Menuju Sungai (g) View Sungai(h)
Sumber : PT IdeA (2011)

Topografi
Tapak berada pada ketinggian ±785 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Kondisi topografi setiap blok perkemahan yang terdapat secara garis besar
memiliki kemiringan 0-8%. Berikut merupakan peta kontur yang diambil
berdasarkan trek jalur dengan menggunakan GPS.
37

Skala 1 : 7500

Gambar 10 Peta Kontur Resort PTNW Kawah Ratu


Sumber : PT IdeA (2011)
38

Vegetasi dan Satwa


Vegetasi yang ada dalam dan sekitar tapak adalah pepohonan dan semak
berciri khas hutan hujan tropis. Tapak dikelilingi oleh dominasi pohon Damar
(Agathis damara) dengan kerapatan cukup tinggi, khususnya pada blok
perkemahan 1A dan 1B. Namun pohon tidak terlalu rapat pada blok-blok
perkemahan lainnya dengan penutupan vegetasi ±30% dari luas tiap blok.
Vegetasi berupa pohon-pohon tinggi seringkali menjadi habitat atau
tempat singgah untuk satwa jenis burung, seperti Elang Jawa (Nisaetus bartelsi).
Elang Jawa merupakan salah satu dari tiga spesies satwa kunci di TNGHS. Selain
itu terdapat Macan Tutul Jawa (Panthera pardus) dan Owa Jawa (Hylobates
moloch). Ketiga spesies tersebut merupakan jenis satwa langka yang dilindungi.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)


Gambar 11 Vegetasi dan Satwa yang Terdapat di TNGHS ;
Dominansi Damar pada Blok Perkemahan (a) Damar Sebagai Pembatas Blok
Perkemahan (b) Kombinasi Pohon, Semak, dan Ground Cover Pada Tapak (c)
Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) (d) Owa Jawa (Hylobates moloch) (e) Macan Tutul
Jawa (Panthera pardus) (f)

Aksesibilitas
Tapak Cidahu memiliki aksesibilitas yang relatif cukup mudah dengan
pintu masuk dari Parung Kuda (Sukabumi) dan jalan potong dari Cicurug. Kedua
jalur tersebut dapat diakses dengan menggunakan kendaraan roda empat berupa
mobil atau kendaraan roda dua. Hal tersebut membuat tapak Cidahu sering
39

mengalami lonjakan pengunjung yang tidak terkendali. Oleh karena itu,


diperlukan panduan untuk pembatasan jumlah pengunjung sehingga pengelolaan
kawasan dapat lebih terkendali. Selain itu, pengunjung yang datang ke tapak
sering kali tidak terdata karena kawasan memiliki dua pintu masuk yang minim
pengawasan.

Karakteristik Pengunjung
Perilaku dan aktivitas pengunjung di kawasan ini pada umumnya adalah
berkemah (sebagai wisata minat khusus, bukan untuk wisata masal), outbound,
pengamatan satwa, bermalam di Javana Spa Resort, mendaki menuju Kawah
Ratu, penelitian, dan lain lain.
Rata-rata jumlah pengunjung adalah 400-800 penunjung per bulan. Resort
PTNW Kawah Ratu dapat menampung maksimal 1000 pengunjung per bulan. Hal
tersebut terjadi karena obyek wisata Kawah Ratu yang sebagai obyek wisata dan
harga tiket masuk yang relatif terjangkau. Pengunjung kawasan seringkali belum
ada kesadaran mengenai manfaat pelestarian Taman Nasional sehingga masih
banyak sisa berkemah berupa sampah yang ditemukan di tapak.

Penduduk Setempat
Mata pencaharian penduduk desa setempat adalah bertani. Namun
seringkali beberapa penduduk terutama anak muda yang menjadi volunteer atau
menawarkan diri untuk menjadi guide bagi para pengunjung, akan tetapi hal
tersebut hanya sebagai pekerjaan sampingan selain bertani. Selain itu, ada juga
masyarakat yang mencari nafkah dengan mendirikan warung-warung liar di blok-
blok perkemahan dalam tapak.
Penyadapan getah damar oleh masyarakat secara ilegal sebagai sumber
penghasilan juga sering dilakukan. Hal tersebut mengakibatkan beberapa
permasalahan dengan masyarakat lokal. Oleh karena itu, penyuluhan dan
pendidikan umum secara khusus mengenai lanskap konservasi. Sehingga
masyarakat dapat menjadi lebih peduli untuk menjaga kelestarian kawasan
lanskap konservasi.
40

c. Tahap Analisis
Selanjutnya tahap analisis tapak dilakukan untuk mengetahui potensi dan
kendala yang ada di tapak. Secara keseluruhan kendala pada tapak ditimbulkan
akibat gejala-gejala erupsi Gunung Halimun Salak, seperti gempa dan tanah yang
berpotensi untuk longsor, serta vandalisme di beberapa fasilitas wisata dalam
tapak. Munculnya warung-warung liar pada zona petualangan menjadi kendala
dalam mengatur kesesuaian tapak dengan kepentingan ekonomi masyarakat lokal.
Kurangnya signage sebagai informasi mengenai kawasan sangat minim, maka
dari itu pengunjung kurang bisa mengeksplor kawasan.
Berdasarkan hasil inventarisasi tapak yang dilakukan pada tahap
sebelumnya, maka perusahaan menganalisis kondisi eksisting tapak pada zona
yang telah terbagi. Proses analisis ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif.
Dari data pembagian zona yang ada, yaitu :
1. Zona Sarana Publik dengan kondisi eksisting topografi yang cukup landai
dan relatif datar dengan kemiringan 0-12% cukup menunjang kebutuhan
fasilitas berupa guest house dan visitor center yang berperan sebagai tempat
peristirahatan dan peroleh informasi kawasan bagi pengunjung. Selain itu
terdapat kendala MCK dan mushola yang terpisah dan tidak terawat, serta
penempatan warung liar yang kurang tepat menjadi pengurangan nilai estetik
kawasan, area parkir yang ada berdasarkan pengalaman tidak mencukupi
kebutuhan parkir untuk pengunjung. Oleh karena itu, dibutuhkan perluasan
area parkir dan penentuan penempatan warung agar lebih tertata. Kebutuhan
ruang lapangan parkir dengan asumsi ukuran kendaraan roda empat 3mx6m
dan motor 1mx2m, maka dibutuhkan areal parkir seluas 55mx20m yaitu
seluas 1100 m² ( dengan batasan parkir untuk 20 motor, 10 mobil dan 4 bus),
serta efesiensi pengelolaan MCK, mushola, dan visitor center menjadi satu,
serta perlunya identitas kawasan berupa sign board sebagai signage. Pada
zona ini juga terdapat blok perkemahan 1A dan 1B. Kedua blok tersebut
merupakan blok perkemahan yang hanya digunakan untuk bermalam jika
terdapat pendaki Kawah Ratu yang datang saat pintu kawasan Cidahu tutup.
Selain itu, lahannya yang berbatu dan lebar lahan kurang dari 3 m tidak
memiliki cukup ruang untuk mendirikan tenda dan jarang sekali digunakan
41

untuk berkemah, maka dari itu blok ini tidak akan digunakan lagi sebagai
blok perkemahan.
2. Zona Sarana Petualangan memiliki kondisi eksisting dengan tujuh blok
perkemahan memilliki kualitas yang baik sebagai obyek wisata. Secara garis
besar blok-blok perkemahan tersebut dikelilingi oleh dominasi tegakan damar
(Agathis damara) sebagai penaung dan keasrian alam, open view yang
menarik, seperti pemandangan ke Gunun Gede Pangrango, kemiringan lahan
0-8%, memiliki air terjun di sekitar blok sebagai sumber air bersih, dan sudah
memiliki fasilitas sanitasi. Kendala berupa warung-warung liar terdapat di
setiap bloknya. Pada blok 2A, 2B, dan 2C terletak di sebelah kanan jalan
dengan potensi good view yang luar biasa menarik dengan iklim mikro yang
menyejukkan pada ketinggiannya. Sedangkan pada blok 2D dan 2E memiliki
lahan cenderung lebih sempit untuk mendirikan tenda minim view. Namun
blok 2D masih dapat digunakan sebagai blok perkemahan. Sementara blok 2E
dengan luasan yang lebih kecil dan kerapatan pohon yang tinggi maka blok
tersebut tidak akan digunakan lagi untuk berkemah. Blok perkemahan yang
paling diminati oleh pengunjung adalah blok 3A dan 3B karena memiliki
lahan yang paling luas dengan toporafi datar, serta memiliki good view yang
terbuka mengarah ke Gunung Pangrango. Posisi blok 3A dan 3B terletak pada
ketinggian ±387 mdpl, maka dari itu suasana sejuk dan pemandangan yang
luas dapat dirasakan dan dilihat dari blok tersebut. Selain itu, blok 3A
memiliki daya tarik tersendiri berupa dua objek wisata air terjun. Namun, di
blok 3A terdapat saluran air kering sebagai penyalur air hujan yang dipenuhi
banyak sampah dan bekas pembuangan orang berkemah. Signage pun sebagai
penunjuk arah, papan interpretasi, dan titik lokasi pun tidak ada di zona ini.
Menyadari pentingnya informasi yang dibutuhkan oleh pengunjung mengnai
zona tersebut.
Fasilitas sanitasi yang dibutuhkan berupa kamar mandi dan toilet, tempat
mencuci, tempat penampungan air bersih dan tempat pembuangan sampah
dan fasilitas sanitasi yang dimiliki setiap blok perkemahan tersebut termasuk
buruk dan tidak memadai yang memenuhi kebutuhan sanitasi. Dengan asumsi
pengunjung 80 orang per harinya maka membutuhkan sedikitnya 2 kamar
42

mandi, 2 WC, dan 1 area untuk mencuci. Oleh karena itu, diperlukan
pengadaan dan perbaikan fasilitas sanitasi. Fasilitas lain yang diperlukan
untuk kebutuhan rekreasi di zona petualangan adalah gazebo untuk
kepentingan ruang evakuasi jika terjadi badai atau hujan deras. Bangku,
tempat duduk, jembatan, shelter, signage, dan lain-lain untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas rekreasi seperti bersantai, photo hunting, menikmati
pemandangan, penelitian di Kawah Ratu dan pendidikan hutan hujan tropis
sebagai the last tropical rain forest in Java, serta pengamatan wildlife tourism
pada tiga spesies kunci yaitu Macan Tutul Jawa, Owa Jawa, dan Elang Jawa.
3. Zona Sarana Akomodasi adalah lanskap berupa Wisma Cangkuang dan
perkemahan Cangkuang yang sudah cukup lama ditinggalkan sehingga
kurang tertata. Wisma Cangkuang adalah milik atau asset Perum Perhutani,
dulu dibangun karena ada aktivitas wisata di daerah Cidahu. Sebelumnya
kawasan Cidahu merupakan kawasan hutan produksi dan kawasan hutan
lindung yang dikelola Perum Perhutani. Akan tetapi pada tahun 2003,
tepatnya dengan keluarnya SK Menhut No. 175/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni
2003 tentang Alih Fungsi Hutan Produksi Tetap, Hutan Produksi Terbatas
dan Hutan Lindung di Kelompok Gunung Halimun dan Gunung Salak yang
dikelola Perum Perhutani menjadi TN Gunung Halimun Salak, maka
pengelolaannya diambil alih oleh Balai TNGHS. Didalamnya termasuk serah
terima kawasan, pengelolaan dan asset yang dimiliki Perum Perhutani kepada
Balai TNGHS. Serah terima kawasan dan pengelolaan telah diselesaikan
dalam proses yang cukup lama sekitar 6 tahun (2003-2009), tetapi masalah
asset tidak dapat diselesaikan karena asset Perum Perhutani telah terdaftar di
Kementerian BUMN. Proses serah terima yang dilakukan cukup sulit dan
berbelit-belit, termasuk status Wisma Cangkuang sekarang masih milik
Perum Perhutani. Asset tersebut menjadi tidak terawat dan dalam kondisi
yang sangat rusak sehingga tidak dapat dimanfaatkan dan terbengkalai begitu
saja, begitu pula dengan lanskapnya.
Melalui Wisma Cangkuang terdapat jalan potong jalur pendakian menuju
Kawah Ratu dan menuju jalur belakang guest house. Pada jalur tersebut
memiliki potensi pengamatan wildlife tourism pada spesies kunci TNGHS.
43

Jalur tersebut memiliki topografi mencapai 8-15% sehingga cukup berbahaya


namun memiliki ketertarikan tersendiri bagi petualang atau pendaki untuk
melalui jalur tersebut. Alternatif yang diberikan adalah perlu disediakannya
railing hand sebagai penuntun pengguna dan pembuatan anak tangga pada
jalur yang curam. Di jalur tersebut juga terdapat area pembibitan yang
berpotensi untuk wisata edukasi.
4. Zona Sarana Tirta dan Zona Sekitar Tapak memiliki daya tarik wisata
berupa 6 air terjun dengan ketinggian yang berbeda dan pemandangan
lanskap yang indah, 4 diantaranya dimanfaatkan oleh Javana Spa Resort
untuk wisata terapi dan alam. Air terjun dan sungai yang ada dapat
dimanfaatkan sebagai sumber air bersih dalam perkemahan. Fasilitas menuju
air terjun merupakan loop trail yang difasilitasi tangga dan hand railing,
tetapi tangga yang tersedia telah tertutupi oleh lumut sehingga sangat licin
ketika dipijak dan kondisi hand railing dari besi yang berkarat maka untuk
tutupan anak tangga akan menggunakan batuan andesit lapis propan stone
care untuk mencegah lumut dan hand railing akan menggunakan stainless
steel anti karat. Sedangkan untuk loop trail yang ada kurang bisa menopang
tubuh seseorang karena tidak diaplikasikan dengan baik. Selain itu, juga
terdapat sungai dengan ruang terbuka dan jembatan yang cukup baik
kondisinya. Berdasarkan informasi penduduk dan pengelola, air terjun belum
pernah mengalami kekeringan kecuali sungai pada musim kemarau. Karena
jarak sungai yang cukup jauh, maka dibutuhkan aliran yang deras dari air
terjun untuk memenuhi penampang sungai. Selain sebagai sumber air,
gemericik dan suara air terjun juga dapat dinikmati dalam menciptakan
suasana alami pegunungan. Area dekat sungai tersebut juga memerlukan
pengendalian terhadap warung-warung liar dan pengadaan toilet bersih yang
berfungsi dengan baik. Potensi lainnya berupa panorama alam juga menarik
untuk dinikmati di tapak. Potensi untuk dibangunnya chalet sebagai sarana
alternatif bermalam terdapat di hutan tegakan damar menempati ruang eks
warung yang sudah tidak berfungsi lagi yang didukung dengan panorama
indah mengarah ke Gunung Gede Pangrango.
44

Skala 1 : 7500

Gambar 12 Peta Kondisi Eksisting dan Analisis Resort PTNW Kawah Ratu
Sumber : PT IdeA (2011)
45

d. Tahap Desain konseptual


Pengembangan fasilitas rekreasi yang akan dilakukan hanya seluas 10%
dari total luas tapak yang dikembangkan, yaitu 7.500 m. Proses perancangan
dilakukan dilakukan secara manual dan grafik. Tahap perancangan dimulai
dengan menggunakan sketsa kasar pembagian ruang. Dilanjutkan dengan sistem
komputerisasi untuk memperhalus gambar. Keikutsertaan yang dilakukan dalam
pengerjaan kedua jenis produk yang dihasilkan, yaitu :
(1) Conceptual landscape plan
Menyajikan gambar pembagian ruang atau zonasi pada tapak. Konsep
dasar dari pembagian ruang yang telah dilakukan dengan mengangkat keberadaan
tiga spesies kunci dan hutan hujan tropis TNGHS dengan tema “The Gate of
Three Javana Endangered Species”. Tema tersebut diajukan dari diskusi PT IdeA
kepada Balai TNGHS dan PJLKKHL dengan tujuan menjadikan tapak Cidahu
sebagai gerbang untuk mengenal tiga spesies yang dilindungi yaitu Elang Jawa,
Owa Jawa, dan Macan Tutul Jawa dalam kawasan konservasi dengan kegiatan
penelitian, edukasi, dan rekreasi dengan pendekatan ekowisata sehingga tetap
menjadikan kawasan terjaga secara ekologis dan memiliki peran dalam
membangun perekonomian masyarakat lokal.
Konsep Ruang

Zona Alami

Sub Zona Sub Zona Wisata Sub Zona Wisata Sub Zona
Wisata Alam- Alam-Wisma Alam-Bumi Wisata Alam-
Penelitian Perkemahan Tirta

Sub Zona Sub Zona


Wisata Alam- Wisata Alam-
Edukasi Zona Wisata Wisata
Alam WismaTirta

Zona Pelayanan

Keterangan
Zona Alami sebagai pembatas dan penyangga
Gambar 13 Konsep Ruang Pada Tapak
Sumber : PT IdeA (2011)
46

Pembagian zona tersebut dilakukan berdasarkan fungsi dan aktivitas yang


akan dilakukan dalam tapak. Diagram konsep ruang seperti yang terlihat pada
Gambar membagi ruang dalam tapak menjadi 3 zona, yaitu :
x Zona Pelayanan berperan sebagai ruang publik berupa welcome area untuk
menyambut pengunjung dengan berbagai informasi dan arahan yang
dibutuhkan pengunjung sebelum melakukan kegiatan wisata alam dalam tapak.
Zona pelayanan memiliki bentuk terpusat dengan fasilitas visitor center,
information center, toilet, mushola, lapangan parkir, guest house, signage,
papan interpretasi dan toko souvenir.
x Zona Wisata Alam terbagi menjadi beberapa sub zona yaitu sub zona
perkemahan, sub zona wisma dan tirta, sub zona wisata tirta, sub zona
penelitian, dan sub zona edukasi. Pembagian tersebut dibagi berdasarkan
fungsi tiap sub zona dengan memperhatikan aktivitas yang dapat dilakukan.
Tiap sub zona juga saling mendukung kebutuhan wisata satu sama lain
khususnya untuk mengenal dan mempelajari unsur alami TNGHS. Unsur alami
yang dapat dipelajari salah satunya adalah jenis satwa dalam TNGHS.
Pengunjung dapat mengenali perilaku satwa melalui jejak yang ditinggalkan
satwa pada zona ini.
x Zona Alami merupakan zona yang berperan untuk konservasi hutan alami yang
ada dalam tapak berupa hutan hujan tropis juga sebagai habitat satwa kunci
TNGHS. Zona ini juga berperan dalam mengkonservasi tanah dan air dalam
tapak sehingga zona ini diminimalisasikan aktivitas manusianya. Sebelumnya
zona dengan zona wisata alam dibatasi oleh adanya enclave dari Javana Spa
Resort yang berfungsi sebagai pembatasan aktivitas perusakan dari zona wisata
alam ke zona alami.
Diantara ketiga zona tersebut juga terdapat pembatas dan penyangga
berupa hutan alami dengan tujuan preservasi tiap zona sehingga menjauhkan dari
dampak negatif alami seperti erosi. Selain itu, untuk menjaga keragaman vegetasi
dalam tapak dan meningkatkan kualitas iklim mikro tapak.
47

Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi dalam Zona Pemanfaatan TNGHS, Kecamatan Cidahu
memiliki pola cul de sac dengan pintu masuk sama dengan pintu keluarnya.
Sistem sirkulasi yang ada dalam tapak terbagi menjadi sirkulasi primer yang dapat
diakses oleh kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua dengan arus dua arah
yang menghubungkan langsung ruang a, b, c, dan h. Sedangkan sirkulasi
sekunder tidak dapat diakses oleh kendaraan karena merupakan jalan setapak dari
tanah dan atau dari bebatuan yang hanya dapat diakses oleh pejalan kaki.
Sirkulasi Primer
h
Sirkulasi Sekunder
d
Pintu Masuk dan Keluar
g Pengunjung
a. Zona Pelayanan
b. Sub Zona Perkemahan
c. b. c. Sub Zona Wisma
d. Sub Zona Penelitian
f e. Sub Zona Edukasi
f. Sub Zona Tirta
e g. Sub Zona Wisma dan
a Tirta
h. Pembatas berupa enclave

Gambar 14 Konsep Sirkulasi dalam Tapak


Sumber : PT IdeA (2011)

Konsep Fasilitas
Fasilitas yang akan disediakan dalam tapak akan ditata dan didesain
sedemikian rupa dengan menyesuaikan pada ruang, fungsi, serta akivitas yang
akan dilakukan pengguna tapak. Fasilitas yang akan disediakan menggunakan
konsep hemat energi dan ramah lingkungan karena untuk meminimalisir dampak
negatif bagi lingkungan alami disekitarnya. Material yang akan digunakan pada
fasilitas merupakan material yang menyesuaikan dengan warna pohon damar
(Agathis damara) yang merupakan dominansi jenis pohon dalam tapak dan
material bambu sebagai cermin tanaman khas Jawa Barat karena posisi TNGHS
terletak di kota Bogor, Jawa Barat.
48

Hubungan antara ruang atau zona, aktivitas, dan fasilitas akan


diperlihatkan dalam Tabel 10.
Tabel 10 Hubungan Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas
Zona Sub Zona Aktivitas Fasilitas
Pelayanan x Pengelola x Memberikan informasi dan Visitor center,
arahan, menjaga pintu shelter, bak
x Pengunjung masuk sampah, toilet,
x Mencari informasi, buang mushola,
air besar/kecil, sholat, lapangan parkir,
parkir, belanja souvenir guest house,
toko souvenir
dan kantin, sign
board dan
interpretation
board, bangku,
pos jaga, saluran
drainase
Wisata Alam x Bumi x Tidur, memasak, mencuci, Areal tenda,
Perkemahan interpretasi alam, bermain, shelter, wc,
dll kamar mandi,
x Wisma x Bermalam, memasak, bangku, bak
mencuci, interpretasi sampah,
alam,dll signage, gazebo,
x Penelitian x Meneliti Kawah Ratu (gejala tree house
erupsi Gunung Halimun (chalet), stasiun
Salak, interpretasi alam, penelitian, areal
pengamatan satwa liar, bertanam,
pendakian saluran
x Edukasi x Bertanam, outbond, drainase,
pengamatan satwa liar, dll jembatan
x Tirta x Bermain, duduk-duduk,
interpretasi alam,dll

Alami x Enclave Javana Bermalam, beristirahat, dll Bio retaining


Spa wall
x Konservasi Interpretasi alam
Sumber : PT IdeA (2011)

(2) Illustration image


Konsep awal desain yang dikerjakan oleh perusahaan didukung dengan
penambahan image yang diperoleh dari berbagai sumber. Image yang diberikan
guna memberikan gambaran yang lebih nyata kepada pihak klien mengenai
konsep yang diajukan. Bahan image yang digunakan berasal dari
perbendaharaan library perusahaan dan dokumentasi di berbagai lokasi yang
pernah dikunjungi. Seluruh image yang diberikan mencakup elemen lanskap
yang menggambarkan suasana lokasi yang diinginkan.
49

Ilustration image yang dihasilkan menggambarkan suasana dari bumi


perkemahan untuk menciptakan citra ekslusif seperti pada Gambar 17 yang
dilengkapi dengan fasilitas shelter, sanitasi, dll. Selain itu penyediaan tree
house berupa chalet juga akan dikembangkan merunut pada illustration image.

(a)

(b) (c) (d)


Gambar 15 Ilustrasi Blok Perkemahan (a) Chalet 1 (b) Tree House Berupa Chalet
(c) Ilustrasi Shelter (d)
Sumber : PT IdeA (2011)

(3) Bubble Diagram


Setelah menemukan konsep final maka dibuatlah bubble diagram untuk
memberikan gambaran secara garis besar pengembangan tapak TNGHS,
Kecamatan Cidahu dengan wilayah sekitarnya. Bubble diagram yang
dihasilkan berisi final pembagian ruang perkemahan, rencana peletakan posisi
fasilitas pada tiap zona, seperti WC dan eco-toilet, shelter, gazebo, visitor
center, guest house, tree house (chalet), sirkulasi, warung, signage, dan tempat
sampah.
50

.000
Ska la 1 : 2010.000

Skala 1 : 7500

[Type a quote from the document or the summary of an interesting point. You can
position the text box anywhere in the document. Use the Text Box Tools tab to change
the formatting of the pull quote text box.]

Gambar 16 Bubble Diagram Resort PTNw Kawah Ratu


Sumber : PT IdeA (2011)
51

e. Tahap Pengembangan Desain


Pada tahap ini dibuat beberapa alternatif desain untuk menampilkan
kesatuan material dalam tapak yang menyesuaikan dengan konsep awal. Proses
menghasilkan produk yang diinginkan pun melewati beberapa kali revisi dari
klien.
Pendekatan desain fasilitas, seperti visitor center, guest house, warung dan
toko souvenir, tree house berupa chalet, shelter, signage, bak sampah, bangku,
eco toilet, dan gazebo adalah dengan desain ramah lingkungan dan mengikuti tata
letak penanaman pada tapak. Hal tersebut ditujukan agar fasilitas tetap terlihat
natural dengan lingkungan sekitar dan memberikan dampak negatif seminimal
mungkin bagi lingkungan. Desain arsitektur bangunan dibuat dengan model
panggung sehingga tidak mengganggu jalur lintas satwa dan tidak secara langsung
menghancurkan kondisi fisik dan mikroba tanah.

(a) (b) (c)

(d)
Gambar 17 Material fasilitas Terbangun Menyerupai Dahan Pohon Damar (a)
Model Rumah Panggung yang Diadaptasi (b) Kayu Lapis Pernis (c) Siklus
Konsep Eco-Design (d)
(Sumber : http://beterworld.wordpress.com/page/2/ dan
http://global.epson.com/SR/environment/lifecycle/)
52

Berikut ilustrasi dari ketiga zona yang dirancang, yaitu Zona Pelayanan, Zona
Wisata Alam, dan Zona Alami :
x Zona pelayanan
Zona yang berfungsi sebagai welcome area akan menyambut pengunjung
dengan sign board kawasan. Sign board yang akan disediakan memiliki
keterangan dalam dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris untuk
memudahkan pengunjung lokal dan mancanegara. Material utama dengan
menggunakan kayu beserta atap sebagaii penaung. Atap berwarna hijau untuk
menciptakan kesan atraktif, namun tetap menyatu dengan kawasan sehingga
gerbang dapat langsung terlihat pengunjung dari jarak 300-500 m. Desain
tersebut terlihat pada Gambar 17.

(a) (b)

(c)

Gambar 18 Ilustrasi Welcome Sign Board TNGHS, Kecamatan Cidahu; Sebelum


Adanya Welcome Sign Board (a) Setelah Adanya Welcome Sign Board (b)
Welcome Sign Board Tampak Depan (c)
Sumber : PT IdeA (2011)
(Digambar oleh Caroline Puspita Dewi)

Fasilitas guest house, penempatan dan pengembangan visitor center,


mushola, toilet, interpretation board, serta penempatan warung, dan perluasan
53

areal parkir. Visitor center, mushola, dan toilet dijadikan satu bangunan dan
dipindahkan dekat dengan lapangan parkir sehingga mudah dicapai pengunjung.
Luasan dari visitor center tersebut adalah 10mx8m agar memuat pengunjung
massal dan pengelola lebih leluasa dalam memberikan arahan dalam melakukan
kegiatan wisata di dalam tapak. Desain dibuat agar lebih hemat energi dengan
desain transparansi dari kaca sehingga cahaya dapat masuk dan banyak udara
segar yang dapat dinikmati. Tinggi bangunan yang didesain adalah 6m. Dasar
bangunan tidak langsung menyentuh tanah untuk menghindari gangguan lintas
hewan dan mengantisipasi kerusakan tanah jika bangunan akan dipindahkan atau
dihancurkan.
Sementara itu, sirkulasi untuk pejalan kaki mencapai visitor center,
souvenir shop, dan warung/kantin dilengkapi dengan fasilitas tangga. Tangga
tersebut dimulai dari areal parkir sampai ke objek masing-masing dengan
mengikuti kontur tapak. Alas tangga terbuat dari susunan bebatuan sedangkan
penguat tangga menggunakan kayu.

(a) (b)
Gambar 19 Ilustrasi Zona Pelayanan Dilengkapi Fasilitasnya (a) Zona Pelayanan
Sebelum Perancangan (b) Zona Pelayanan Sesudah Proses Perancangan
Sumber : PT IdeA (2011)
(Digambar oleh Caroline Puspita Dewi)

Fasilitas lainnya yang ada adalah interpretation board. Melalui


interpretation board tersebut pengunjung dapat memperoleh informasi jalur,
ruang, dan pengetahuan mengenai vegetasi dan satwa yang ada di dalam tapak.
Interpretation Board untuk vegetasi dan satwa didesain dengan tinggi 1,5
m sedangkan interpretation board untuk peta dan jalur didesain dengan tinggi 2,5
m. Material yang digunakan untuk kedua interpretation board sama, yaitu kayu
yang telah dipelitur agar lebih terjaga kualitasnya. Selain itu, warna akan lebih
54

terang dari warna damar agar lebih atraktif untuk mendapat perhatian pengunjung.
Signage lainnya berupa petunjuk arah terdapat di zona pelayanan dan zona wisata
alam dengan tinggi 2 m.

(a)

(b) (c)
Gambar 20 Interpretation Board untuk Vegetasi dan Satwa (a) Interpretation
Board untuk Peta Kawasan dan Jalur (b) Signage Berupa Petunjuk Arah (c)
Sumber : PT IdeA (2011)
(Digambar oleh Caroline Puspita Dewi)

x Zona Wisata Alam


Zona wisata alam menyediakan bumi perkemahan dengan fasilitas
perkemahan dan wisata alam berupa area tenda, MCK, warung, saluran
pembuangan sampah, saluran air, shelter, chalet, signage, dan gazebo.
Ilustrasi dari eco toilet dengan luasan 4mx4m termasuk dua WC dan dua
kamar mandi didalamnya. Hal tersebut dilakukan untuk menghemat area yang
akan dibangun. Desain eco-toilet dengan model semi terbuka dapat
memberikan aliran angin yang baik dan dengan atap tembus pandang sehingga
55

toilet mendapat pencahayaan langsung untuk menghemat energi pada siang


hari. Elemen berupa material yang akan digunakan pada eco toilet akan
menggunakan material kayu dengan warna dan tekstur menyerupai batang
pohon damar dan dilapisi dengan pernis sehingga bisa tahan terhadap rayap
dan iklim. Atap bermodel datar dengan transparency glass untuk mendukung
penerimaan cahaya di dalam ruang toilet. Hal tersebut ditujukan untuk
penghematan energi pada siang hari.

(a)

(b) (c)
Gambar 21 Ilustrasi Eco-Toilet Dalam Zona Petualangan; Kondisi Eksisting
Toilet (a) Toilet Menjadi Eco-Toilet (b) Eco Toilet Tampak Atas (c)
Sumber : PT IdeA (2011)
(Digambar oleh Caroline Puspita Dewi)

Shelter yang disediakan pada zona wisata alam diletakkan di titik-titik


potensial dengan good view. Penyediaan shelter tersebut bertujuan
memfasilitasi pengunjung dalam interpretasi alam dan pengamatan satwa liar.
Shelter akan dikembangkan dengan ukuran 5mx5m dan berdiri diatas tebing
dengan topangan kayu lapis pernis dan dikuatkan dengan pondasi yang
56

menempel pada tebing sehingga pemandangan terbuka dapat langsung diterima


pengunjung ketika berada di shelter.

(a) (b)

Gambar 22 Ilustrasi ShelterEksisting Blok Perkemahan 3A (a) Blok Perkemahan


3A Dilengkapi Fasilitas Shelter (b)
Sumber : PT IdeA (2011)
(Digambar oleh Caroline Puspita Dewi)

Fasilitas lainnya yang akan disediakan adalah tree house berupa chalet.
Chalet yang akan dikembangkan tidak akan menempel langsung pada pohon
karena pohon pasti akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hal
tersebut dilakukan untuk menghindari kerusakan chalet dari pertumbuhan
cabang pohon dan kerukan pohon itu sendiri. Luasan dari chalet adalah 5mx5m
dilengkapi dengan tangga dan transisi tangga berukuran 4mx4m sehingga total
ukuran chalet dan tangga adalah 9mx9m. Chalet yang akan dikembangkan
hanya ada dua. Mengingat hanya terdapat dua lokasi yang memenuhi dan
mendukung luasan chalet.

(a)
57

(b)
Gambar 23 Ilustrasi Desain Chalet; Penempatan Chalet Pada Hutan Damar (a)
Chalet Tampak Atas (b)
Sumber : PT IdeA (2011)
(Digambar oleh Caroline Puspita Dewi)

Fasilitas berupa gazebo akan disediakan di dua blok perkemahan yaitu di


blok 2C dan blok 3A. Peletakkan gazebo pada kedua blok tersebut memperhatikan
posisi strategis yang dapat dicapai pengunjung dari setiap blok kemah, blok
perkemahan 2C dan 3A memilki luas lahan yang paling besar dan dapat
memenuhi pendirian gazebo di lahan datar. Tujuan membangun gazebo pada
kedua blok tersebut adalah untuk antisipasi hujan badai sehingga pengunjung
dapat dievakuasi sementara di gazebo. Gazebo yang dilengkapi dengan pos
pemantauan memiliki luasan 8mx8m=64m². Gazebo memiliki pondasi panggung
agar tidak mengganggu jalur lintas satwa dan menggunakan material kayu dengan
warna dan tekstur menyerupai batang pohon damar dan dilapisi dengan pernis.
Bangku dan warung juga disediakan pada blok perkemahan untuk memenuhi
kebutuhan kemah pengunjung.
58

Gambar 24 Ilustrasi Gazebo, Warung, Bangku, dan Signage dalam Blok Kemah
3A
Sumber : PT IdeA (2011)
(Digambar oleh Caroline Puspita Dewi)

Loop trail menuju sub zona wisata tirta berupa tangga difasilitasi dengan
jalur tapak dari batuan alam dan hand railing dari stainless steel, sepanjang 2k m
dengan lebar 1 m, asumsi yang dibutuhkan 2000mx1m=2000m². Batu Andesit,
Batu ini juga terbentuk dari pendinginan lava saat gunung meletus. Batu ini
berwarna abu-abu, dan pori-porinya sangat sedikit. Kekerasan dan kepadatannya,
membuat batu andesit sulit tergores, serta lebih tahan cuaca. Antisipasi lumut
pada batuan maka dilapisi Propan Stone Care, adalah pelapis batu alam yang
59

terbuat dari bahan acrylic solvent based, mempunyai tampilan akhir yang
mengkilap. Cat ini melekat kuat pada batu alam dan tahan cuaca, serta cocok
digunakan pada batu yang berwarna tua dan gelap, seperti andesit, atau batu
pacitoroso. Propan Stone Care membuat guratan dan warna batu lebih indah dan
menonjol. Selain loop trail akan disediakan fasiitas berupa canopy trail di atas
loop trail yang terhubung diantara pepohonan. Memperhatikan adanya kehidupan
yang berjalan sebesar 60% di dalam hutan maka canopy trail akan disediakan
pada 30-40 m diatas permukaan tanah. Canopy trail tentunya akan memberikan
pemandangan yang berbeda. Fasilitas ini disediakan bagi pengunjung yang ingin
melakukan eksplorasi dengan tambahan pandangan sekilas dari satwa Elang Jawa,
Owa Jawa, dan Surili.

(a) (b)

Gambar 25 Stainless Steel untuk Material Hand Railing (a) Batu Andesit untuk
Alas Tangga Loop Trail Menuju Air Terjun (b)
(Sumber : http://www.boiler-tubes.com/Stainless-Steel-Pipe/316-Tube-SS-
Tubing.html dan http://www.indonetwork.co.id/stonemart/2273715/batu-andesit-
bakar.html)

4.3.2 Review Management Plan Hutan Diklat Jampang Tengah, Sukabumi


dan Review Management Plan Hutan Diklat Rumpin, Bogor
Klien kedua proyek ini adalah Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan
Jampang Tengah dan Rumpin menyampaikan keinginannya untuk pengembangan
Hutan Diklat Jampang Tengah dan Hutan Diklat Rumpin agar dapat didiskusikan
bersama dengan PT. Idea Consultant sehingga menghasilkan tujuan dan sasaran
proyek sebagai pedoman pengerjaan proyek. Kedua proyek tersebut akan dibahas
sisi perancangan lanskapnya beserta fasilitas dalam pengembangan lanskap wisata
edukasi untuk menyusun rencana pengelolaan tapak melalui Review Management
Plan pada kedua Hutan Diklat.
60

4.3.2.1 Tujuan dan Sasaran Proyek


Kedua proyek bertujuan untuk :
x Mendapatkan efek optimal untuk fungsi Hutan Diklat Jampang Tengah dan
Hutan Diklat Rumpin, pengunjung, dan pengelola.
x Mendukung pengembangan database untuk perlindungan Hutan Diklat.
x Mengembangkan program dan manajemen yang tepat dari kegiatan wisata
alam berupa wisata edukasi bidang kehutanan, sosial, dan dasar ekonomi.
x Meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat di sekitar
kawasan yang berantung pada perkembangan itu sendiri.
Sejalan dengan Undang-Undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun
2004 tentang Perencanaan Kehutanan, pengelolaan Hutan Diklat Jampang Tengah
dan Rumpin harus didasarkan atas perencanaan jangka panjang yang
kemudian dijabarkan ke dalam rencana jangka pendek yang terintegrasi melalui
perancangan lanskap Hutan Diklat dan mengakomodasikan aspirasi publik.
Selain itu perencanaan jangka panjang tersebut harus dapat mengakomodir
tujuan pengelolaan Hutan Diklat yaitu sebagai sarana dan prasarana praktek
lapangan peserta Diklat.

4.3.2.2 Tahapan Perancangan Hutan Diklat Jampang Tengah, Sukabumi


Kegiatan perancangan yang dilakukan pada lokasi proyek di Jampang
Tengah memiliki alir proses seperti pada Gambar 25.

Persiapan Inventarisasi dan analisis Desain


konseptual

Desain konsep Rencana Strategi


Akhir

Gambar 26 Tahapan Perancangan Lanskap dalam Pengerjaan Proyek Hutan


Diklat Jampang Tengah
61

a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan PT IdeA melakukan persamaan persepsi dengan
pengelola dan untuk mengetahui metode survai yang akan digunakan. Tahap
perancangan awal dari kedua proyek yang sempat diikuti hanya sampai pada tahap
pengembangan desain berupa desain sarana dan prasarana yang akan disediakan
dalam tapak. Hasil dari perancangan lanskap, seperti pemanfaatan potensi
lanskap, penatagunaan lahan, desain sarana dan prasarana, sampai pada
pemberdayaan masyarakat akan dimasukkan dalam rencana strategi untuk
program pengelolaan Hutan Diklat Jampang Tengah dan Hutan Diklat Rumpin.

b. Tahap Inventarisasi dan Analisis


Secara administratif Hutan Diklat Jampang Tengah terletak di Kampung
Ciareuy, Desa Sindang Resmi Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi
Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Hutan Diklat Jampang Tengah terletak
diantara 106047’48” - 106048’54” BT dan 7 01’42” - 702’12” LS, dengan batas-
batas di bagian Utara dengan Kampung Ciburial, sebelah Selatan dengan
Kampung Ciareuy dan Perkebunan Panumbangan, sebelah Timur dengan
Kampung Bojongwaru dan sebelah Barat berbatasan dengan jalan raya
Bojonglopang-Sukabumi. Total luas kawasan hutan adalah 45,539 Ha dengan
sistem manajemen untuk lebih mengoptimalkan pengelolaan kawasan Hutan Diklat
yang diimplementasikan ke dalam sistem pembagian petak untuk kepentingan diklat dan
pemanfaatan lainnya.Hutan Diklat Jampang Tengah terbagi atas 10 (sepuluh ) petak
yaitu petak A s/d petak J sesuai pada peta eksisting yang terlihat pada Gambar 26.
Metode survai yang digunakan adalah dengan perekaman jalur trek dengan
menggunakan GPS dan perekaman kondisi tapak dengan menggunakan kamera.
Kegiatan survai didampingi langsung oleh pihak Balai Hutan Diklat Jampang
Tengah. Pada tahap inventarisasi, perusahaan menyediakan tenaga ahli GIS untuk
membuat dan mengolah peta kondisi eksisting, peta persebaran flora dan fauna,
peta kontur, peta kondisi di sekitar kawasan, dan peta fasilitas terbangun di dalam
kawasan.
62

D
B
C
A

I
H

J E
G F

0 90 180 270M

Gambar 27 Peta Kondisi Eksisting di Hutan Diklat Jampang Tengah


Sumber : PT IdeA (2011)

x Blok A adalah Jalur Hijau seluas 1,116 Ha dibuat sepanjang tepi hutan diklat,
yang berbatasan dengan jalan raya bojong lopang selebar 20-25 m. Kemiringan
areal ini langsung berbatasan dengan jalan utama yang disertai dengan
vegetasi, seperti pohon jati, kaliandra, dan akasia yang berperan sebagai jalur
hijau, serta border blok A. Blok ini akan tetap dipertahankan. Jenis-jenis
tanaman yang ada selain jati, kaliandra, dan akasia, ada pula mahoni, suren,
midi, lantoro, nangka, petai, dan sengon. Tanaman-tanaman terus akan
dikembangkan menjadi green belt di seluruh kawasan dengan mengelilingi
kawasan. Di blok ini juga terdapat pagar yang berfungsi sebagai border, namun
telah mengalami kondisi yang tidak layak. Sebagai alternatif akan dibuat pagar
setinggi 1,75 m yang dililit tanaman rambat yang berfungsi sebagai rekayasa
pagar.
x Blok B adalah Petak Contoh Persemaian seluas 1 ha dengan kondisi relatif
datar kelerengan 4%-12%. Kondisi petak persemaian saat ini tidak terpelihara,
bedengan rusak dan didominasi bibit yang telah membesar karena terlambat
63

dipindahkan, sumber air tidak ada, gubuk kerja rusak dan telah dibongkar.
Dengan kondisi bedengan yang tidak layak dan gubuk kerja yang telah
dibongkar akan diperbaiki kembali untuk mengoptimalkan fungsi demplot
persemaian.
x Blok C adalah Petak Contoh Teras Gulud Luas petak 3,258 ha dengan
kelerangan 5-10%. Teras gulud dibangun dengan jarak antar guludan 10 m, dan
diberi tanaman penguat kaliandra. Teras gulud dilengkapi saluran pembuangan
air dan terjunan bambu dan batu. Kondisi teras gulud saat ini sudah tidak
tampak guludan tanah dan saluran air, terjunan bambu serta batu telah rusak.
Blok ini telah berubah fungsi menjadi kebun garapan masyarakat yang tidak
memiliki izin resmi dari pengelola kawasan. Hal ini menyebabkan banyak
terjadinya penebangan pada pohon penguat tanah oleh masyarakat untuk
memperluas lahan garapan. Oleh karena itu, blok ini akan dikembangkan
dengan penyediaan bangunan pengawas agar dapat mengontrol aktivitas dalam
Blok B. Selain itu, pohon cendana akan ditanam kembali pada setiap lipatan
teras untuk memperkuat tanah yang membentuk teras gulud. Teras gulud yang
ada akan ditanami tanaman palawija untuk dikerjasamakan dengan masyarakat
dalam pengelolaannya.
x Blok D adalah Petak Contoh Hutan Rakyat membentang searah jalur jalan raya
propinsi antara Sukabumi dan Surade seluas 11,513 ha. Petak contoh ini berada
di lokasi yang memiliki solum tanah dangkal bahkan berupa tumpukan batuan
dengan kelerangan 5-35% dan dibagi dalam pola : tumpang sari dan hutan
rakyat. Akar pohon yang kuat telah tertanam pada pori-pori bebatuan dan
memecahkannya, sehingga memberikan ruang lebih untuk terjadinya infiltrasi
(penyerapan air hujan yang mengalir di permukaan tanah).
x Blok E adalah Lahan Praktek Peserta Diklat kehutanan seluas 16,197 Ha.
Petak lahan diklat yang merupakan areal ini merupakan lahan kosong untuk
kegiatan praktek lapangan, saat ini petak praktek telah tertutupi pohon mahoni
dan kaliandra yang awalnya dibuat sebagai sekat bakar. Pada petak ini terdapat
menara pengawas kebakaran hutan yang saat ini kondisinya sudah rusak.
Model lahan praktek ini kurang terawasi dan terkontrol dan terdapat bangunan
yang sudah tidak layak. Selain itu, kegiatan pemberdayaan lahan tersebut pun
64

tidak optimal. Lahan ini berpotensi untuk menjadi area penelitian dan
pendidikan tanaman kehutanan.
x Blok F adalah enclave seluas 1,00 ha. Enclave yang terdapat yaitu berbentuk
wisma dari rumah masyarakat dan bangunan percontohan cek DAM yang
sudah tidak terpakai. Lahan di Blok F ini memiliki cukup lawn area yang dapat
dikembangkan menjadi rest area. Bangunan DAM pun akan dikonstruksikan
menjadi wisma.
x Blok G adalah wilayah perlindungan mata air seluas 1,971 ha. Petak ini
dimaksudkan melindungi mata air Cikompa, petak ini banyak ditumbuhi
berbagai tanaman seperti mahoni, jati, laban, sungkai dan bambu. Blok G
berpotensi sebagai area konservasi tanah dan air. Selain itu, mata air yang ada
berfungsi sebagai sarana irigasi untuk petak-petak contoh yang ada dalam
kawasan. Menara pandang yang ada didalamnya dengan kondisi yang tidak
layak di dalam blok ini akan dipertahankan dan dikembangkan menjadi rest
area.
x Blok H adalah Petak Teras Bangku dengan luas petak contoh 6,1 Ha dengan
kelerangan 5%-35%. Pada petak ini dibangun teras bangku dengan vertikal
interval 50-75 cm, lebar 4 m dan lebar bidang olah 3,5 m. Tanaman penguat
teras pada awal pembangunannya adalah kaliandra, rumput dan murbei.
Dilengkapi dengan saluran pembuangan air, terjunan batu dan bambu. Kondisi
saat ini petak contoh teras bangku telah terbagi dalam beberapa lahan garapan
oleh masyarakat setempat. Masyarakat mengolah dan menanami lokasi tersebut
dengan tanaman semusim. Tanaman penguat teras sudah rusak, bangunan teras,
saluran air dan terjunan batu telah hancur. Semua telah diratakan oleh
masyarakat penggarap dengan alasan untuk memperluas bidang garapan.
Akibatnya bidang garapan yang dibangun pada areal yang miring sangat rawan
erosi dan mempercepat pemiskinan hara tanah. Pemanfaatan liar hampir
menguasai 20% area. Pengembangan Blok H akan dilakukan dengan
pembangunan kebun benih dan teras bangku yang dapat dimanfaatkan
masyarakat untuk penelitian, pengenalan tanaman kehutanan, dan area
penanaman palawija.
65

x Blok I adalah Sarana Kampus seluas 2,016 Ha. Sarana kampus yang tersedia
meupakan sarana kampus wirawana Lokasi ini merupakan pusat kegiatan
wirawana yang berisi bangunan ruang kelas, perpustakaan, asrama, dapur,
ruang makan, lapangan upacara dan olah raga, dll. Kondisinya saat ini
mengalami rusak berat. Base Camp juga tersedia di petak ini yang merupakan
pusat kegiatan pendidikan dan pelatihan yang didalamnya berisi sarana
prasarana kegiatan diklat seperti : bangunan kelas, rumah karyawan, dapur,
ruang makan, dan asrama.
x Blok J adalah Petak Kebun Koleksi. Lokasi seluas 0,284 Ha ini merupakan
tempat penanaman berbagai macam tanaman penghijauan holtikultura dan
buah-buahan. Kebun koleksi juga merupakan tempat penanaman berbagai
macam jenis buah-buahan seperti lengkeng, melinjo, nam-nam, jeruk, dan
sawo kecik. Luas lahan yang ada pada Blok J tidak cukup luas sebagai area
pendidikan pengenalan tanaman hortikultura dan tanaman hutan. Oleh karena
itu. Blok J akan dikembangkan dengan memperluas kawasan dan mengambil
lahan praktek hutan diklat dengan tujuan dapat menanam tanaman contoh yang
lebih banyak untuk dipelajari dan dikonservasi.

Vegetasi dan Satwa


Jenis vegetasi yang ada di hutan Diklat Jampang Tengah antara lain adalah
a. Rerumputan dan perdu. Jenis dominan : alang-alang dan gelagah. Jenis lain :
harendong, saliara, dan kirinyuh
b. Tanaman berkayu : jenis dominan : akasia, kaliandara dan mahoni dan jenis
lain : randu, albisia, lamtoro gung, puspa, jati, tanaman buah-buahan,
sonokeling, merbau, kuku, salam dan pinus.
Jenis fauna yang dapat ditemukan adalah : kelelawar, biawak, burung, kupu-kupu,
puyuh, ular, trenggiling, musang, dan kera.
66

0 90 180 270M

Gambar 28 Peta Tutupan Vegetasi Hutan Diklat Jampang Tengah


(Sumber : PT IdeA (2011)

Iklim dan Topografi


Curah hujan dalam tapak Hutan Diklat Jampang Tengah sebesar 3.000
mm/th. Bulan basah terjadi selama tujuh sampai sembilan bulan dalam satu tahun.
Sedangkan ketinggian Hutan Diklat Jampang Tengah yaitu 490-600 mdpl.
Topografi yang ada dalam tapak secara garis besar memiliki kontur bergelombang
dengan kemiringan lapangan antara 51-152 m.
Tabel 11Kelas Kemiringan Lahan dan Luasnya di Hutan Latihan Jampang Tegah
No Kelas kemiringan Luas (Ha) Prosentase (%)
1 0-5 0,572 1,3
2 5-10 17,860 29,6
3 10-15 13,629 31,4
4 15-35 10,744 24,7
5 >35 5,664 13,0
JUMLAH 43,469 100
Sumber : PT IdeA (2011)
67

Hutan Diklat Jampang Tengah memiliki potensi sebagai berikut :


1. Terletak di jalan Provinsi Sukabumi – Surade dan merupakan jalur lintas
tempat wisata laut atau pantai Ujung Genteng dan tempat peneluran penyu
di Pangumbahan. Jarak dari Hutan Diklat Jampang Tengah–Ujung
Genteng/Pangumbahan sekitar 100 km dengan kondisi jalan mulus. Obyek
wisata lainnya adalah pantai Pelabuhan Ratu yang berjarak sekitar 60 km.
2. Hutan Diklat Jampang Tengah dapat menjadi percontohan rehabilitasi lahan
kritis di wilayah Kabupaten Sukabumi yang memiliki karakteristik alam
relatif sama. Mengingat upaya rehabilitasi & penanaman di Hutan Diklat
Jampang Tengah pada beberapa lokasi cukup berhasil dengan tingkat
penutupan lahan yang cukup rapat.
3. Hutan Diklat Jampang Tengah ditumbuhi pepohonan yang menciptakan
iklim mikro yang sejuk dan menjaga tata air bagi lingkungan sekitarnya.
4. Hutan Diklat menyimpan potensi berbagai jenis pohon langka dan bernilai
ekonomi tinggi diantaranya cendana, sono keling, salam, mahoni, jati,
akasia, ebony, aquilaria (gaharu), dan lain-lain.
5. Di sekitar lokasi Hutan Diklat Jampang Tengah sekitar 2 km terdapat obyek
wisata Curug Pareang dan Goa Lalay. Kedua lokasi tersebut telah menjadi
obyek wisata daerah Kabupaten Sukabumi.
6. Obyek wisata lainnya yang dekat dengan Hutan Diklat Jampang Tengah
adalah wisata arung jeram di Sungai Cimandiri yang berjarak 5 km, dan
Sungai Citarik yang berjarak sekitar 50 km.
7. Sarana prasaran hutan diklat Jampang Tengah sering dimanfaatkan untuk
kegiatan rapat pemerintah daerah, serta kegiatan kepramukaan lingkup
Kabupaten Sukabumi.

Kendala utama Hutan Diklat Jampang Tengah diantaranya :


1. Terdapat 33 penggarapan lahan Hutan Diklat Jampang Tengah di petak teras
gulud dan petak teras bangku. Penggarap kurang memelihara tanaman
pokok kehutanan dan cenderung menghilangkan tanaman pokok, serta
bangunan konservasi tanah pada areal garapan. Hal tersebut dikarenakan
kurangnya pengawasan dan pembinaan dari petugas, masyarakat tidak
merasa memiliki terhadap tanaman pokok dan hanya memikirkan
68

kelangsungan tanaman tumpang sari yang merupakan mata pencaharian


utama masyarakat.
2. Penggembalaan liar ternak kambing, khususnya di musim kemarau sangat
mengganggu anakan pohon yang baru tumbuh.
3. Pengambilan kayu bakar, kadangkala mayarakat meneres pohon yang sehat
hingga mati dan selanjutnya ditebang untuk kayu bakar.
4. Ketidaktegasan pengelola Hutan Diklat Jampang Tengah terhadap para
penggarap yang seringkali lalai dalam pemeliharaan tanaman hutan.
5. Adanya kebiasaan masyarakat sekitar Hutan Diklat yang membersihkan
lahan untuk pertanian lahan kering dengan melakukan pembakaran. Api
dari kegiatan tersebut seringkali masuk ke dalam kawasan.
6. Adanya perburuan burung yang banyak dijumpai di Hutan Diklat Jampang
Tengah.

Proyeksi kawasan untuk masa depan adalah sebagai berikut :


1. Hutan Diklat Jampang Tengah sebagai wahana praktek diklat aparatur
kehutanan dan menjadi tempat pelatihan masyarakat seperti mahasiswa,
murid sekolah dan guru untuk pendidikan lingkungan.
2. Tanaman cendana rencana perlu dibuat blok atau petak tersendiri agar dalam
perkembangan dan penyebarannya dapat tumbuh secara optimal.
3. Penataan lokasi petak teras bangku dengan tanaman keras kehutanan
sebagai kebun benih.
4. Perlunya pengkayaan tanaman untuk meningkatkan keragaman jenis di
petak Hutan Rakyat.
5. Untuk mendukung pendidikan lingkungan perlu penataan dan penyesuaian
fungsi sarana prasarana yang ada di Hutan Diklat Jampang Tengah. Seperti :
pusat informasi hutan diklat, trek jalan hutan, jalur interpretasi, menara
pengamatan dan shelter.
Pengembangan model wisata alam/wisata pendidikan akan dikembangkan
mengitari Blok I berupa jalur interpretasi kawasan. Jalur ini akan dimanfaatkan
oleh pengguna kawasan untuk mengelilingi Blok A sampai Blok J dalam kegiatan
pelatihan dan pendidikan tanaman kehutanan dan tanaman hortikultura dimana
69

kawasan memiliki langit yang biru dsan banyak pepohonan rimbun yang dapat
mengoptimalkan fungsi jalur interpretasi ini. Selain itu, rest area yang akan
dikembangkan di Blok F akan menjadi salah satu objek wisata alam berupa camp
area dan shelter yang didukung oleh panorama alam didalamnya.
Produk interpretasi dalam kawasan memiliki keunggulan untuk menjadi
sarana pendidikan dan pelatihan tanaman kehutanan dan tanaman hortikultur yang
ada di dalam kawasan. Hal tersebut juga tujuan peruntukkan untuk mengembangkan
camp area di Blok F. Pengembangan produk interpretasi dan camp area ini
berlandaskan pada :
x Mendorong terciptanya obyek wisata alam dengan introduksi interpretasi yang
memiliki cakupan luas;
x Menyajikan program interpretasi dan camp area memiliki 1) nilai penafsiran; 2)
nilai pembelajaran; 3) nilai rekreasi;
x Kelayakan secara finansial, agar manfaat terkembalikan ke konservasi.

b. Tahap Desain konseptual


Pada tahap ini dilakukan proses pembagian ruang dengan menggunakan sketsa
kasar. Keterlibatan dalam menghasilkan produk pada tahap ini adalah sebagai
berikut :
a) Conceptual landscape plan
Ruang dalam kawasan Hutan Diklat Jampang Tengah sebagai hutan
pendidikan dan pelatihan akan dikembangkan berdasarkan prinsip pemanfaatan
secara lestari dan ditentukan berdasarkan pendekatan integrated enviromental
mapping. Pendekatan ini tertuang dalam desain tapak. Keseluruhan rencana tapak
memiliki sistem organization space yang kuat sehingga memiliki kesatuan tema
dalam ruang yang ada dalam kawasan. Tema “GREENEDUFORESTRY” diangkat
untuk pengembangan Hutan Diklat Jampang Tengah menjadi salah satu hutan
berwawasan pendidikan hutan dan lingkungan di kawasan urban melalui kegiatan
wisata edukasi berupa pelatihan dan pendidikan yang akan dikembangkan bagi
pengunjung dan pengelola. Kombinasi ragam tanaman hutan dan pertanian akan
menjadi pendukung dalam aktivitas dalam tapak, serta guna melestarikan
lingkungan melalui konservasi tanah dan air.
70

Konsep Ruang

Zona Penyangga Petak Contoh


Hutan Rakyat
Petak Persemaian
Area penelitian
Teras Gulud
Petak Contoh
Sarana Kampus Teras Bangku
dan Administrasi
Petak Kebun Benih
Area Penerimaan
Petak Kebun Koleksi
Petak
perlindungan Petak Camp
mata air dan rest dan Shelter
area
Petak Lahan
Diklat
Gambar 29 Konsep Ruang Hutan Diklat Jampang Tengah
Sumber : PT IdeA (2011)

Konsep Sirkulasi
Pada pintu masuk memiliki dua alternatif rencana, yaitu 1) membuat pintu
masuk pola cul de sac (pengguna kawasan hanya dapat keluar masuk kawasan
melalui satu pintu masuk saja) denga tujuan untuk lebih mudah mengontrol dan
mengawasi siapa dan apa aktivitas yang dilakukan pengguna dalam kawasan; 2)
Pola pintu masuk terbagi menjadi 3 dengan satu gerbang utama. Pintu masuk 2 dan
3 dapat diakses langsung oleh masyarakat dengan syarat pengawasan pada pintu
masuk tersebut.
Sirkulasi antar ruang dalam kawasan memiliki keterkaitan akses langsung
dan tidak langsung dimana akses langsung ke setiap ruang dimiliki oleh Blok
Sarana Kampus dan Gedung Administrasi agar lebih mudah mengawasi dan
mengontrol kegiatan kawasan. Sementara akses tidak langsung dimiliki ruang yang
tidak berhubungan langsung, seperti antara petak teras gulud dan kebun benih. Jalur
sirkulasi pada kawasan berupa jalur kendaraan, jalan setapak, dan jalur interpretasi.
Jalur utama merupakan jalur yang dapat diakses oleh kendaraan, sedangkan jalur
dalam ruang merupakan jalur berupa jalan setapak yang hanya dapat diakses oleh
manusia. Sementara jalur interpretasi dapat diakses manusia untuk interpretasi alam
dengan mengelilingi ruang tiap ruang dalam tapak.
71

A. Zona Penyangga
D A B. Petak Persemaian
B C C. Petak Teras
Gulud
D. Petak Contoh
Hutan Rakyat
L K J E
I A E. Petak penelitian
F. Petak Lahan
Diklat
G. Petak Shelter dan
H G F Camp
A
H. Petak
A Perlindungan
Mata Air dan
(a) Rest Area
I. Petak Kebun
Benih
J. Petak Kebun
Koleksi
B C D K. Sarana Kampus
dan Administrasi
L. Area Penerimaan
Sirkulasi Utama
L K J E
I Sirkulasi Antar
Ruang
A Akses Masuk dan
Keluar
H G F

(b)

Gambar 30 Alternatif Pintu Masuk; Pola dengan Tiga Pintu Masuk )a) Pola Cul
De Sac (b)
Sumber : PT IdeA (2011)

Konsep Fasilitas
Menerapkan etika eco-design dalam pembangunan fasilitas pengembangan kegiatan
dan utilitas dikemas untuk :
x Membangun kesadaran dan meningkatkan apresiasi pengguna kawasan terhadap
pelestarian lingkungan dan pengelolaan konservasi;
x Menyediakan area untuk rekreasi di alam terbuka, pendidikan, pelatihan,
penelitian, dan konservasi yang berkaitan dengan status kawasan.
Hubungan antara ruang, aktivitas dan fasilitas dapat dilihat pada Lampiran 3.
72

Konsep Vegetasi
Pohon Cendana akan digunakan sebagai tanaman pengarah sepanjang jalur
pedestrian menuju ke berbagai blok dalam tapak, sedangkan pohon jati akan
digunakan sebagai buffer. Pada Kebun koleksi akan dibuat seperti kolom sebagai
plot ragam jenis vegetasi. Pada Blok Teras Gulud akan juga akan ditanami pohon
cendana pada tiap lipatan teras sebagai penguat tanah, sedangkan pada Blok Teras
Bangku akan ditanami kaliandra sebagai penguat tanah sesuai dengan fungsinya
pada awal pembentukan blok tersebut.

4.3.2.3 Tahapan Perancangan Review Management Plan Hutan Diklat


Rumpin, Bogor
Kegiatan perancangan yang dilakukan pada lokasi proyek di Rumpin
memiliki alir proses sama dengan alur tahapan kegiatan perancangan lasnkap di
Hutan Diklat Jampang Tengah seperti yang digambarkan pada Gambar 30.

Persiapan Inventarisasi dan analisis Desain


konseptual

Desain konsep Rencana Strategi


Akhir

Gambar 31 Tahapan Perancangan Lanskap dalam Pengerjaan Proyek Hutan


Diklat Rumpin

a. Tahap Persiapan
Hutan Diklat Rumpin terletak di Desa Rumpin, Kecamatan Rumpin,
Kabupaten Bogor. Secara geografis terletak antara 106º38’50” Bujur Timur dan
6º26’30” sampai dengan 6º26’50” Lintang Selatan dengan ketinggian ±80 m
sampai 100 m dpl. Kawasan hutan diklat berbatasan sebelah Utara dengan
Kampung Pagutan, sebelah Selatan dengan Kampung Lembur Sawah, sebelah
barat dengan Kampung Janala dan sebelah Timur dengan Kampung Lio. Total
luas kawasan hutan adalah 66,80 Ha terdiri dari :
x Blok I : seluas 10 ha dijadikan areal pemakaman rimbawan oleh Kementerian
kehuanan dan sisanya digarap oleh masyarakat. Tanamannya didominasi
tanaman singkong. Pada blok ini terdapat plot konservasi tanah dan air (teras
73

bangku 2 Ha) dan saat ini sudah tidak terpelihara. Pertimbangan dipilihnya
lokasi ini sebagai demplot konservasi tanah dan air (KTA) karena akses jalan
dekat, sudah ada penggarap dan kemiringan lahannya sesuai. Kondisi lahan
saat memerlukan penanganan khusus, kemudian kepada penggarap dilakukan
pembinaan atau perlu fasilitasi berupa Pemberdayaan masyarakat dengan
contoh kegiatan antara lainnya : beternak dan budidaya rumput gajah.
Karakteristik wilayah dengan topografi, sebagian bergelombang dengan
kondisi awal bekas perkebunan karet yang tidak produktif, sebagain lahan
digarap oleh masyarakat dan sebagian di dominasi oleh alang-alang.
Demplot Konservasi Tanah dan Air (KTA) dan demplot perlindungan
merupakan potensi yang dimiliki blok ini. Alasan dijadikannya demplot
perlindungan adalah sesuai dengan kondisi lapangannya yang curam dan
bergelombang. Demplot KTA sebenarnya sudah ada tetapi tidak terpelihara
sehingga untuk kedepannya ini dapat di lakukan rehabilitasi kembali.
x Blok II : seluas 2,90 Ha dengan kondisi saat ini masih didominasi oleh alang-
alang dan sebagian kecil aeral ditanami dengan jenis tanaman Gmelina, johar,
puspa manglid, shorea, sungkai, rasamala, mahoni, merbau, pulaim Hopea sp
dengan diameter bervariasi antara 5 -15 cm., tanaman shorea dan Hopea sp
lebih dominan.(20 % yang ad tanaman). perlu penananan pada aeral yang
masih kosong (alang-alang ). Blok II memiliki potensi untuk dijadikan blok
/zona pemanfaatan wisata alam, pendidikan konservasi/lingkungan karena
sudah ada tanaman dengan jenis, akses ke jalan utama dekat, dan ada sumber
air
x Blok III : seluas 42,90 Ha sudah ditanami dengan Acasia mangium,
Eucalyptus, dan Acasia oocarpa dan sebagian lainnya ditanami buah-buahan.
Tanaman ini dimulai tahun 1998 dan saat telah membentuk ekosistem baru
yang ditandai dengan munculnya berbgai jenis burung, dan satwa lain seperti
biawak, musang, monyet, dan terbentuk iklim mikro yang ditandai dengan
udara yang segar. Jadi fungsi ekosistem di Blok III sebagai habitat flora dan
fauna. Hal ini dapat difungsikan sebagai tempat kegiatan pendidikan
lingkungan, wisata pendidikan dan sarana praktek bagi peserta diklat. tetap
74

dipertahankan peruntukannya, untuk kantor, perumahan pegawai, dan lain-


lainnya.
x Blok IV : seluas 10,30 Ha memiliki kerjasama antara BDK dengan Dinas
Kehutanan Kab Bogor tahun 2005 dimana lahan tsb dijadikan areal
GERHAN. Jenis yang ditanam adalah mahoni, sengon, gmelina, dan buah-
buahan seperti rambutan, sukun, papaya. Kondisi tanaman saat ini diameter
antara 5 -10 cm, dan masih digarap oleh para penggerap. Permasalahan yang
ada pada blok IV yaitu : pola kerja samanya harus ditinjau ulang sesuai
dengan fungsi kawasan Hutan Diklat dijadikan demplot percontohan
agroforestry karena ada lahan yang telah digarap masyarakat dengan sistem
tumpang sari dan dengan jenis tanaman yang dapat ditentukan kemudian.
Lahan yang masih ditumbuhi alang-alang dan dijadikan demplot sumber
benih dengan jenis tanaman : akasia, sengon, jati dan jabon dan demplot
hutan rakyat.

Blok I

Blok II
Blok III

Blok IV
0 90 180 270M

Gambar 32 Peta Kondisi Eksisting Hutan Diklat Rumpin


Sumber : PT IdeA (2011)
75

Vegetasi dan Satwa


Jenis flora yang ada dihutan Diklat Rumpin antara lain adalah A. mangium,
A. carpa, Eucalyptus, Albizia, karet, benuang, jati, meranti, mahoni, kenari, pulai,
puspa, manglid, shorea, sungkai, rasamala, kayu merbau, gmelina, ketapang,
beringin, ki putri, kemiri, ki hujan, salam, mindi, pinus, secang, tanaman buah-
buahan, tanaman obat-obatan, dan bambu. Data flora di Blok III secara rinci
sebagai berikut : 1) Blok Acasia Mangium tahun tanam 1998 dengan diameter
pohon 90 cm, 90 cm, 110 cm, 68 cm, 88 cm, 88 cm, 55 cm, 88 cm, 97 cm dan
110 cm, 2) Areal Arboretum dengan jenis tanaman dan diameter sebagai berikut
meranti 85 cm, gmelina 115 cm, mahoni 90 cm, kenari 21 cm, 3) Blok
Eucalyptus, tahun tanam 1999 dengan diameter : 109 cm, 90 cm, 36 cm, 71 cm,
86 cm, 56 cm, 65 cm, 52 cm, 62cm, 100 cm, 4) Blok Acasia Aucarpa dengan
diameter : 141 cm, 123 cm, 82 cm, 65 cm, 82 cm, 80 cm, 74 cm, 105 cm 80 cm
dan 52 cm, 5) Blok Sengon (tanaman sudah mati dan diganti dengan rumput
gajah, pisang) dan 6) Blok Sengon Buto dengan diameter 265 cm dan 170 cm.
Jenis fauna yang dapat ditemukan adalah : kelelawar, biawak, burung (3
jenis), kupu-kupu (12 jenis), kelinci hutan, puyuh, ular (4 jenis), trenggiling,
musang, dan kera.

0 90 180 M

Gambar 33 Persebaran Satwa pada Kawasan Hutan Pendidikan Rumpin


Sumber : PT IdeA (2011)
76

Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson, kawasan hutan
Diklat Rumpin termasuk ke dalam tipe iklim A ( Q > 16 %), rata-rata bulan basah
pertahun 10 bulan dengan curah hujan tahunan di atas 2.500 mm. suhu udara
antara 25,4 ºC – 27,1ºC dengan rata-rata kelembaban udara 81,3%

Topografi
Topografi kawasan sebagian besar landai dengan kemiringan lereng antara
0 % sampai dengan 24 %. Areal Blok I di beberapa tempat terutama bagian Utara
dan bagian Barat berbatasan langsung dengan tebing dan tebing sungai,
sedangkan bagian Selatan terdapat tebing curam akibat penggalian pasir.

0 90 180 270M

Gambar 34 Kontur pada Kawasan Hutan Pendidikan Rumpin


Sumber : PT IdeA (2011)

Hidrologi
Hutan diklat di sebelah Timur dan Utara sungai Cisadane, sebelah selatan
Barat sungai Cipinang dan sungarang Cikarang yang berbatasan langsung dengan
blok IV dan sebagai sumber air bagi masyarakat sekitar terutama pada musim
kemarau. Selain itu ada 500 sumur pompa, 70 sumur galian dan 5 mata air . Pada
saat musim hujan masyaakat menggunakan sumur pompa dan sumur galian
77

sedangkan pada musim kemarau sebagai besar masyarakat menggunakan sungai


untuk kebutuhan MCK. Sedangkan kebutuhan air bersih/minum dipenuhi dari air
sumur. Hutan Diklat Rumpin dalam perspektif pembangunan daerah berpotensi
sebagai :
1. Hutan kota (ruang terbuka hijau)
2. Rekreasi/ wisata pendidikan
3. Pusat Pendidikan Konservasi/ Pendidikan Lingkungan
4. Pusat Penelitian dan pengembangan Teknologi Kehutanan
5. Tempat Olah raga
6. Peningkatan ekonomi masyarakat lokal, sektor jasa (transportasi, penginapan,
makanan, dan lain-lainnya).

Permasalahan dan isu stategis terkait kawasan antara lain :


1. Belum sesuainya luas berdasarkan SK Menhut dengan hasil pengukuran
2. Masih ada lahan yang digarap masyarakat dan belum ada pembaharuan
kontrak
3. Masih banyak lahan kosong yang belum di kelola secara optimal
4. Masih ada lahan hutan diklat seluas 1,00 Ha ada bangunan Puskesmas
5. Sekitar 0,50 ha di Blok IV, ada bangunan Puskesmas dan sekolah
6. Masih ada masyarakat yang menggarap lahan di Blok I dan Blok IV

Berdasarkan potensi kawasan maka beberapa kegiatan yang dapat dikembangkan


antara lain membuat demplot-demplot sebagai berikut :
1. Demplot Persemaian
Demplot persemaian merupakan salah satu demplot yang berlokasi di blok
III. Luas demplot adalah 0,50 Ha demplot ini akan tetap dipertahankan. Jenis-jenis
tanaman persemaian yang ada adalah : mahoni, sengon, kemiri, ki hujan,
nyamplung, myopsis, beringin, mindi, salam, kiputri, pinus, dan tanaman buah-
buahan.
2. Demplot Tanaman Obat
Demplot tanaman obat terletak pada Blok III yang sudah ada, tetap
dipertahankan dan lebih dikembangkan lagi. Luas demplot : 0,50 Ha. Jenis
tanaman yang telah ada adalah kumis kucing, morinda, jahe. Demplot ini akan
78

dikembangkan menjadi model pemanfaatan tanaman obat. Pengembangan


demplot ini kedepan diarahkan untuk menyiapkan sumber bahan baku obat yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Rencana jenis yang akan dikembangkan 10 jenis
3. Demplot Sumber Benih
Sumber benih adalah suatu tegakan hutan, baik berupa hutan alam maupun
hutan tanaman yang ditunjuk atau dibangun khusus untuk dikelola guna
memproduksi benih. Kelas sumber benih yang akan dikelola dan dikembangkan
pada Hutan Diklat Rumpin disesuaikan dengan Standar Nasional Indonesia antara
lain adalah : Tegakan Benih Teridentifikasi untuk bebeberapa jenis, Tegakan
Benih Terseleksi dan Areal Produksi Benih. Demplot ini sudah ada di Blok III.
Jenis yang dapat dijadikan sumber benih antara lain, Jabon, Auriculi carpa,
akasia, melina, eucaliptus, dan kayu afrika.
4. Petak Contoh Hutan Rakyat
Demplot hutan rakyat akan dikembangkan di blok IV dengan alasan
penggarap/kelompok tani di blok ini aktif , mudah di jangkau karena dekat dengan
jalan kabupaten. Seluas 3 ha.
5. Model Silvopastural
Model silvopastural (berternak di kawasan hutan) dapat dikembangkan di
Blok I. Pengembangan model ini sejalan dengan kegiatan pemberdayaan
masyarakat khususnya dalam upaya peningkatan pendapatan dan pembukaan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar hutan. Jenis ternak yang akan
dikembangkan adalah ternak domba atau kambing.
6. Demplot Bambu
Demplot tanaman bambu dapat dibangun di Blok IV karena disini tersedia
banyak bambu dan merupakan batas dengan lahan penduduk. Luas demplot
bambu yang dapat dibangun sekitar 1,00 Ha. Demplot tanaman bambu ini
dikembangkan dengan tujuan melestarikan tanaman bambu yang semakin langka.
Demplot ini kedepannya akan dikembangkan menjadi areal sumber benih bambu
serta lokasi untuk penelitian dan pengembangan bambu.
7. Arboretum
Arboretum merupakan salah satu demplot yang berada di Blok III, dengan
luas 0,50 Ha. Jenis-jenis tanaman yang sekarang terdapat pada arboretum antara
79

lain adalah 35 jenis antara lain jenis-jenis meranti, dahu, gmelina, buni, mahoni,
kenari, hopea, cendana, jati, eboni, kayu putih, kiputri, bintaro, dan buah-buahan.
Untuk kedepannya akan ditambahkan lagi seluas 1,00 ha dengan jenis eksotik.
Lokasi Arboretum dikembangkan menjadi lokasi sarana pendidikan lingkungan.
Pada lokasi ini nantinya dapat dibangun sarana out bound, koleksi tanaman langka
dari jenis exotic species dan indiginous species dan sebagai tempat kegiatan
pendidikan lingkungan atau pendidikan konservasi.
8. Pengembangan wisata alam/wisata pendidikan
Pengembangan model wisata alam /wisata pendidikan akan dikembangkan
pada Blok II karena lokasi ini dengan luas 2,90 Ha mempunyai potensi untuk
dibangun berbagai atraksi wisata. Selain lokasi dekat dengan jalan, juga
mempunyai sumber air. Pengembangan model wisata alam /wisata pendidikan ini
sejalan dengan pengembangan dan pengelolaan sarana prasarana lainnya seperti
sarana dan fasilitas out bound dan camping ground dan fasilitas yang menunjang
kegiatan wisata alam.

b. Tahap Desain konseptual


Pengembangan zona kawasan hutan Diklat Rumpin memfokuskan pada
konsep rekreasi alam dan pendidikan pembelajaran mengenai ekosistem hutan dan
tanaman-tanaman kehutanan, mulai dari keterkaitan ruang di dalam kawasan,
vegetasi, sirkulasi bangunan dan alam, serta manusia sebagai penggunanya.
Kawasan Hutan Diklat Rumpin yang terdiri dari beberapa area yang terpisah
memerlukan kesatuan tema sehingga dapat memberikan karakter setiap area yang
merupakan kawasan Hutan Diklat Rumpin. Oleh karena itu, potensi tanaman
bambu-bambu yang tumbuh subur di sekitar kawasan dapat digunakan sebagai
material utama untuk bangunan dan signage pada kawasan agar tercipta kesatuan
tema dan karakter kawasan.

(1) Conceptual Landscape Plan


Ruang dalam kawasan Hutan Diklat Rumpin sebagai hutan pendidikan dan
pelatihan akan dikembangkan berdasarkan prinsip pemanfaatan secara lestari dan
ditentukan berdasarkan pendekatan integrated enviromental mapping. Pendekatan
ini tertuang dalam desain tapak. Keseluruhan rencana tapak memiliki sistem
80

organization space yang kuat sehingga memiliki kesatuan tema dalam ruang yang
ada dalam kawasan. Tema “Bambu” diangkat untuk pengembangan Hutan Diklat
Rumpin sebagai ciri kawasan tersebut karena dominansi kawasan ditumbuhi ragam
tanaman bambu. menjadi salah satu hutan berwawasan pendidikan hutan dan
lingkungan di kawasan urban melalui kegiatan wisata edukasi berupa pelatihan dan
pendidikan yang akan dikembangkan bagi pengunjung dan pengelola.

Konsep Ruang
Berdasarkan potensi yang terdapat pada kawasan serta konsep pengembangan
kawasan sebagai area rekreasi alam dan pendidikan pembelajaran mengenai
ekosistem hutan, maka masing-masing area dalam ruang terpisah pada kawasan ini
akan ditetapkan sebagai simpul-simpul pelayanan antar area untuk mendapatkan
struktur ruang.
Area-Area tersebut adalah :
A. Area Konservasi Hutan
A
B. Area Utama
C. Area Pemanfaatan
Masyarakat lokal

C B

Gambar 35 Konsep Ruang Hutan Diklat Rumpin


Sumber : PT IdeA (2011)

x Area Konservasi Hutan


Area ini adalah area pada Blok I dan Blok II Hutan Diklat Rumpin yang
merupakan area perlindungan serta area konservasi tanah dan air.
x Area Utama
Area utama kawasan Hutan Diklat Rumpin adalah Blok III yang merupakan
area perkantoran, perumahan pegawai, area praktek pendidikan dan latihan
81

kehutanan, serta area rekreasi alam, penangkapan kupu kupu, arboretum,


kebun campuran, kawasan rehat, kebun mpts, kebun karet, kawasan
pesemaian dan lain-lainnya. Pada area ini terdapat pintu masuk utama
kawasan Hutan Diklat Rumpin.
x Area Pemanfaatan Masyarakat lokal
Area ini adalah area Blok IV merupakan kawasan Hutan Diklat Rumpin yang
dapat dimanfaatkan masyarakat sehingga dapat menambah penghasilan
masyarakat. Untuk itu, area ini dialokasikan sebagai area model
agrosilvopasture yaitu area hutan yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian
dan peternakan, sehingga masyarakat dapat beternak dan bertani pada
kawasan ini.

Konsep Fasilitas
Fasilitas yang akan dikembangkan dalam kawasan akan mengusung material
dari bambu yang mencerminkan tema yang diajukan. Material tersebut diusung
karena memanfaatkan potensi kawasan yang memiliki dominansi vegetasi bambu.
Salah satu aplikasi material bambu dalam fasilitas kawasan adalah pada rangka
interpretation board dan hand railing sebagai pelengkap tangga di beberapa area
yang curam sebagai pengaman untuk pejalan kaki. Aplikasi tersebut dapat terlihat
pada gambar 35. Ruang, aktivitas, dan fasilitas akan dikembangkan dalam tapak
memiliki konektivitas. Hubungan antara ruang, aktivitas, dan fasilitas dalam tapak
disajikan pada tabel 12.

Gambar 36 Material Utama bambu untuk Fasilitas seperti Hand Rail dan Papan
Informasi
Sumber : PT IdeA (2011)
82

Tabel 12 Hubungan Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas Hutan Diklat Jampang Tengah
Area Kegiatan yang
Lingkup Area Fasilitas
Pengembangan Dikembangkan
Area konservasi Area pada Blok I ƒ Penanaman tanaman ƒ Kantor pengelola
bambu untuk demplot kawasan
hutan dan Blok II
bambu pada blok I ƒ Gerbang dan
ƒ Penggarapan tanah pembatas kawasan
kembali pada area ƒ Jalan setapak dalam
konservasi tanah dan air kawasan
pada blok I dan II ƒ Signage
ƒ Penambahan penanaman
pohon jati pada blok II
ƒ Pengawasan dan
pengelolaan untuk
kawasan blok I dan blok II
Area utama Area pada Blok III ƒ Praktek pendidikan dan ƒ Kantor pengelola
pelatihan kehutanan kawasan
ƒ Camping dan outbond ƒ Gerbang masuk utama
ƒ Penelitian untuk para dan pembatas
peneliti kawasan
ƒ Pengawasan dan ƒ Jalan setapak dalam
pengelolaan Hutan Diklat kawasan
ƒ Penangkaran kupu-kupu ƒ Guest house
ƒ Persemaian ƒ Shelter dan gazebo
ƒ Pengelolaan dan produksi ƒ Rumah penangkaran
benih untuk tanaman kupu-kupu
tegakan hutan ƒ Signage
ƒ Penanaman tanaman obat ƒ Sarana outbond
untuk pengembangan
demplot tanaman obat
ƒ Rest area
Area pemanfaatan Area pada Blok IV ƒ Penggarapan lahan ƒ Kantor pengelola
pertanian oleh masyarakat kawasan
masyarakat lokal
lokal ƒ Gerbang dan
ƒ Kegiatan peternakan pembatas kawasan
ƒ Tempat tinggal ƒ Jalan setapak dalam
masyarakat sekitar kawasan
ƒ Gudang alat pertanian
dan peternakan
ƒ Guest house
ƒ Kandang unutk hewan
ternak
Sumber : PT IdeA (2011

Konsep Sirkulasi
Pintu gerbang atau akses masuk terletak pada Blok III yang berperan sebagai
welcome area. Akses ini dibuat sehingga setiap pengunjung dapat diawasi dari
ruang admministrasi dan pengawas pada Blok III. Jalan utama hanya dapat diakses
oleh kendaraan bermotor, sedanngkan jalan setapak hanya dapat dilalui oleh
manusia karena hanya memiliki lebar jalan 1,5 m.
83

Jalan Utama
Jalan Setapak
Gambar 37 Konsep Sirkulasi Hutan Diklat Rumpin
Sumber : PT IdeA (2011)

4.4 Analisis Proses Perancangan Lanskap dalam Proyek


Secara umum tahapan kegiatan perancangan lanskap pada beberapa
proyek yang dilakukan PT IdeA mulai dari persiapan (penerimaan proyek),
inventarisasi dan analisis, proses desain, pelaksanaan, sampai pada pemeliharaan,
sesuai dan mendekati dengan proses perancangan yang dikemukakan oleh Booth
(1983). Proses perancangan lanskap yang dikemukakan Booth (1983) dimulai dari
penerimaan proyek, riset dan analisis, proses desain, pelaksanaan, evaluasi setelah
konstruksi dan pemeliharaan. Perbandingan proses perancangan lanskap PT IdeA
dan Booth (1983) diperlihatkan pada Gambar 40.
84

Proses Perancangan Menurut Booth (1983)

Penerimaan Proyek Desain Evaluasi

Riset dan Analisa Gambar-Gambar Pelaksanaan


Konstruksi Pemeliharaan

Proses Perancangan PT IdeA

Persiapan Desain
Penerimaan Proyek Desain konsep
Pengembangan Pelaksanaan Evaluasi
Desain
Inventarisasi dan Pemeliharaan
Analisa Gambar-Gambar
Konstruksi

Gambar 38 Proses Perancangan Lanskap Menurut Booth (1983) dan PT IdeA

Pada ketiga proyek pengembangan wisata alam di Resort PTNW Kawah


Ratu, Hutan Diklat Jampang Tengah dan Hutan Diklat Rumpin tidak melalui
tahapan atau proses sesuai dengan Booth (1983) karena menyesuaikan dengan
waktu deadline dan kondisi tapak dalam proyek.
Rancangan yang baik adalah rancangan yang dapat digunakan
penggunanya dan dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan (Dahl dan Molnar,
2003). Maka dari itu, rancangan yang harus dibuat seoptimal mungkin untuk
memenuhi nilai fungsional dan estetika tapak, serta kepuasan dan kenyamanan
bagi penggunanya. Dalam proses perancangan lanskap untuk penyediaan jasa
pengembangan wisata alam di kawasan konservasi, perusahaan masih memiliki
beberapa kekurangan dan ketidaksesuaian dengan melewatkan tahapan standar
dalam proses perancangan lanskap menurut Booth (1983), yaitu seperti
pembuatan produk pada tahap desain konsep dalam proyek di Resort PTNW
Kawah Ratu, Hutan Diklat Jampang Tengah, dan Hutan Diklat Rumpin dan belum
memenuhi produk sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh klien berupa
dalam bidang keilmuan arsitektur lanskap. Hal tersebut dapat membuat klien
menganggap perusahaan tidak memenuhi volume pekerjaan karena melewati
85

tahapan tersebut dan dapat membuat hal rancu kepada klien ketika pengerjaan
proyek selanjutnya perusahaan menggunakan tahapan yang berbeda-beda.

4.4.1 Proyek Perancangan Tapak Zona Pemanfaatan TNGH, Resort PTNW


Kawah Ratu, Kecamatan Cidahu
Proyek ini memiliki dua lokasi proyek yaitu di Resort PTNW Kawah Ratu
dan Loji Salak 1. Akan tetapi, proyek Loji Salak 1 hanya sampai pada tahap
inventarisasi karena kurangnya tenaga ahli raptor untuk kawasan dengan melihat
satwa kunci di dalam kawasan adalah jenis Elang Jawa. Maka lokasi proyek yang
dibahas hanya pada lokasi proyek Resort PTNW Kawah Ratu, Kecamatan Cidahu.
Proses perancangan pada lokasi tersebut selama kegiatan magang hanya sampai
pada tahap persiapan sampai pada tahap pengembangan desain selama lima hari.
Pendekatan perancangan kawasan konservasi melalui ekowisata pada tahap
analisis dan desain konseptual yang dilakukan PT IdeA memperhatikan isu-isu
strategis berupa peluang yang ada di kawasan sekitarnya dan kebijakan
pemerintah mengenai penataan kawasan konservasi dengan tujuan agar tapak
dapat dikembangkan secara optimal tanpa merusak lingkungan. Tenaga ahli
perusahaan dalam pengerjaan proyek ini yaitu tourism planner yang memilik
posisi sebagai project leader, serta arsitek lanskap sebagai main designer. Dalam
pengerjaan proyek, tim teknis digantikan posisinya oleh mahasiswa magang.
Dalam pengerjaan proyek ini mahasiswa magang melakukan beberapa kegiatan
sesuai dengan jadwal dan pembagian kerja yang telah ditetapkan project leader.
Tenaga ahli untuk GIS juga direkrut perusahaan sebagai tim proyek. Struktur tim
proyek ini juga terdapat staf lapang dari pihak Balai TNGHS sebagai pendamping
dan staf dari PJLKKHL sebagai pengawas proyek. Analisis tahapan kegiatan
perancangan lanskap pada proyek ini ada sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Tim kerja dari perusahaan melakukan pengumpulan data sekunder dari
berbagai sumber sebelum proyek dimulai untuk mengetahui gambaran lokasi
proyek. Pertemuan pertama antara pemilik perusahaan dan klien terjadi pada tahap
ini. Pertemuan tersebut menghasilkan persetujuan syarat administrasi, nilai
kontrak proyek, dan output dari pengerjaan proyek, serta penyerahan proyek
kepada pihak perusahaan dari pihak klien. Jadwal dan pembagian kerja dalam
86

proyek yang telah ditetapkan menjadi panduan untuk mengerjakan proyek. Hal
tersebut membantu tim untuk tetap fokus dengan pembagian tugas masin-masing
dan tujuan proyek.
2. Tahap Inventarisasi dan Analisis
Peta dasar pembagian zona lokasi proyek telah diperoleh perusahaan dari
pihak klien untuk mempermudah dan mempersingkat waktu pengerjaan proyek,
mengingat deadline proyek yang sangat singkat. Perekaman kembali kondisi
eksisting tapak dengan GPS dan kamera dilakukan tim proyek selama dua hari.
Penentuan batas tapak, perekaman objek daya tarik wisata, dan penentuan lokasi-
lokasi untuk peletakkan fasilitas wisata alam dilakukan pada saat survai lapang.
Survai lapang tidak hanya pada zona yang telah terbai dalam peta dasar tetapi
zona disekitar tapak juga dilalui untuk melihat potensi yang dapat mendukung
kegiatan wisata alam. Setelah dilakukan pengumpulan data primer dan sekunder
maka dilanjutkan identifikasi potensi dan kendala melalui tahap analisis.
Penetapan bagian sebagai blok perkemahan pada zona wisata alam sub
zona wisata kemah oleh perusahaan menunjukkan kebutuhan ruang areal tenda
harus berada di area relatif datar (kemiringan <8%). Hal ini untuk menghindari
adanya genangan air (drainase buruk) yang akan mengganggu aktivitas berkemah.
Apabila diasumsikan nilai TOF (Turn Over Factor) untuk areal tenda sama
dengan satu kebutuhan ruang per orang adalah 8,9 m² (Samosir dalam Aniaty,
1995), dengan kapasitas tampung 80 orang per hari maka kebutuhan ruangnya
adalah 712 m². Dengan demikian dapat dikatakan areal tenda pada blok 2A, 2B,
2C, 2D, 3A, dan 3E dengan kemiringan 0-8% dan masing-masing luas 2128 m²,
1601 m², 7566 m², 4382 m², 7285 m², 5571 m² sudah memenuhi standar
kelayakan. Nilai TOF adalah nilai yang menunjukkan frekuensi pemakaian area
atau fasilitas rekreasi dalam satu hari. Selain itu, Menurut PHPA (1986),
kebutuhan air bagi para pekemah adalah 230 l/orang/hari. Dengan debit air ±300 l
maka kebutuhan air untuk blok perkemahan dapat terpenuhi dari air sungai yang
ada. Pada blok kemah 1A dan 1B tidak akan digunakan lagi sebagai blok kemah
karena hanya digunakan bermalam saat pekemah datang ke kawasan pada malam
hari. Pekemah yang datang setelah lokasi tutup akan dialihkan untuk bermalam di
rumah warga sehingga dapat membantu meningkatkan ekonomi masyarakat lokal.
87

Penentuan area blok perkemahan tersebut telah memperhatikan kondisi


kemiringan lahan dari peta kontur dan potensi, serta kendala yang terlihat pada
peta eksisting dan analisis kawasan. Memperhatikan bahwa kondisi tapak yang
dikkerjakan sangat rentan terhadap aktivitas manusia maka diperlukan identifikasi
potensi dan kendala yang lebih mendetail untuk menghindari hal yang dapat
memberikan dampak negatif dalam tapak di masa mendatang. Metode analisis
yang digunakan pada proyek ini adalah dengan metode quick analyze, yaitu
dengan menganalisis langsung dan cepat di lapang saat tahap inventarisasi
kemudian langsung digambarkan di studio. Namun, hasil dari analisis tersebut
tidak digambarkan secara detail spasial oleh perusahaan. Analisis yang dihasilkan
perusahaan dengan melihat peta kondisi eksisting tapak dan peta topografi untuk
melihat kesesuaian lahan yang dibutuhkan.
Produk yang dihasilkan pada tahap ini adalah peta kontur dan peta
eksisting dan analisis tapak. Peta eksisting dan analisis tapak menggambarkan
kondisi eksisiting tapak dan area atau obyek yang dapat menjadi potensi dan
kendala dalam tapak. Peta kontur yang dihasilkan disertakan juga bagian enclave
berupa Javana Spa Resort karena kegiatan survai dilakukan sampai pada air terjun
yang hanya dapat dicapai melalui enclave tersebut. Peta kontur bertujuan untuk
menggambarkan kemiringan sampai pada air terjun-air terjun tersebut untuk
melihat potensinyza sebagai sumber air bersih dan sarana interpretasi alam.
Kawasan enclave juga terdapat pada peta eksisting dan analisis kawasan untuk
menggambarkan potensi air terjun yang terletak pada jalur enclave.
3. Tahap Desain konseptual
Pada penetapan konsep ruang pengembangan fasilitas wisata alam seluas
10% dari total luas tapak yang dikembangkan, yaitu 7.500 m telah disesuaikan
dengan Peraturan Dirjen PHKA No. P.3/IV-SET/2011 tentang Pedoman
Penyusunan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa,
Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Penentuan desain
konsep untuk rencana tata ruang memperhatikan pada tiga spesies satwa kunci
TNGHS yang terancam keberadaannya. Selain itu, keberadaan obyek daya tarik
wisata kawasan dan kondisi kawasan menjadi pertimbangan dalam rencana tata
ruang.
88

Desain konsep yang diajukan oleh project leader telah didiskusikan dan
disepakati bersama dengan teamwork dan klien. Produk yang dihasilkan pada
tahap ini adalah bubble diagram kawasan dengan zona pelayanan, zona wisata
alam, dan zona alami dilengkapi dengan penentuan letak fasilitas wisata alam
dalam kawasan. Penataan letak fasilitas telah diposisikan pada bubble diagram.
Namun, penggambaran tersebut tidak berupa area hanya berupa simbol dalam
titik-titik yang telah ditentukan. Dalam pengerjaan proyek ini tidak dibuat siteplan
detail secara keseluruhan. Tidak tersedianya produk site plan dikarenakan
deadline proyek yang sangat singkat. Hal ini perlu dievaluasi oleh perusahaan,
karena pembuatan site plan secara detail keseluruhan sangat diperlukan untuk
membantu klien dalam memahami desain dari tapak yang dibuat perusahaan.
Pengembangan fasilitas dalam kawasan mengusung studi arsitektur lokal
yaitu rumah panggung pada fasilitas terbangun seperti chalet, gazebo, dan visitor
centre dengan pondasi umpak. Hal ini bertujuan agar bangunan tahan gempa,
mendapatkan cahaya matahari yang cukup sehingga dapat melakukan
penghematan energi pada siang hari dengan kemiringan atap 20q, tidak
mengganggu jalur lalu lintas satwa, serta dapat direcycle ketika bangunan akan
dipindahkan atau dihancurkan.
4. Tahap Pengembangan Desain
Pada perancangan fasilitas tiap zona yang telah terbagi seperti chalet,
signage, bangku, eco-toilet, visitor centre, gazebo, shelter dan tempat sampah
memiliki konsep eco-design dengan elemen arsitektural menyerupai tekstur dan
warna kulit batang pohon damar untuk memberi kesan menyatu dengan alam
disekitar PTNW Resort Kawah Ratu. Harmonisasi arsitektural dengan alam yang
telah didesain pada fasilitas wisata alam di kawasan Resort Kawah Ratu
merupakan repetisi yang diciptakan dari elemen batang pohon damar. Pola atap
arsitektural chalet, warung, dan visitor centre memiliki repetisi bentuk dengan
kemiringan 20q. Hal tersebut sesuai dengan ”the law of the similar” menurut
Simonds (1983). Pola kemiringan atap pada fasilitas telah disesuaikan dengan
kondisi iklim dan arah cahaya matahari sehingga sirkulasi udara dan cahaya yang
diterima di dalam sarana dapat diperoleh secara optimal. Hal tersebut bertujuan
dalam penghematan energi pada siang hari. Prinsip yang telah diterapkan pada
89

fasilitas dalam kawasan telah sesuai dengan etika eco-design menurut Walker
(2008), yaitu 1) menggunakan material lingkungan setempat dan ramah
lingkugnan; 2) terletak pada daerah alami dan mendukung kegiatan konservasi
kawasan melalui kegiatan wisata alam yang disediakan; 3) meminimalisasi
penggunaan energi dan pembuangan limbah. Penyediaan fasilitas wisata alam
didiskusikan langsung bersama dengan pihak balai TNGHS dan PJLKKHL
mengenai jenis sarana yang dibutuhkan pengunjung.
Pada fasilitas seperti eco-toilet terjadi ketidaksesuaian dengan penyediaan
toilet melalui model arsitektur dengan standar penyediaan toilet di Indonesia,
yaitu dari penyediaan fasilitas sirkulasi udara melalui open half door. Hal ini
kurang sesuai dengan budaya warga setempat karena secara psikologis dapat
memberikan rasa ketidaknyamanan dan rasa takut ketika menggunakan toilet
dengan akses yang terlalu terbuka. Perusahaan perlu mereview kembali model
fasilitas yang akan dikembangkan dalam kawasan sehingga dapat membuat design
guidelines untuk diberikan kepada klien yang sesuai standar dengan
memperhatikan kebutuhan pengguna dan tapak.
Proses perancangan dilakukan langsung bersama dengan tim ahli Balai
TNGHS sehingga revisi dan masukan dari klien dapat langsung diaplikasikan
dalam produk. Hal ini telah meningkatkan efektifitas kerja dan efisiensi waktu
mengingat deadline proyek yang cukup singkat. Selain itu, untuk menambah
efektifitas kerja dilakukan hand drawing berupa sketsa kasar untuk pembagian
ruang dalam tahap desain konseptual. Produk yang dihasilkan diperhalus dengan
menggunakan sistem komputerisasi berupa Auto CAD, Garmin, Land
Development, Sketch Up, dan Adobe Photoshop sehingga dapat dihasilkan
gambar yang berkualitas.
5. Tahap Presentasi Produk
Proyek ini diikuti mahasiswa sampai pada presentasi produk kepada klien
dengan bantuan Microsoft Power Point. Produk yang dipresentasikan merupakan
peta inventarisasi dan analisis, dan conceptual landscape plan berupa desain
konsep pengembangan tapak dan bubble diagram, dan ilustrasi suasana dan
fasilitas tapak beserta dengan perkiraan kasar harga per fasilitas yang akan
90

dikembangkan. Hasil rapat non formal bersama Balai TNGHS dan PJLKKHL
selama proyek berlangsung dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tahap pembuatan gambar-gambar konstruksi tidak diikuti oleh mahasiswa
karena terbatasnya waktu magang yang dimiliki. Tahap pelaksanaan tidak
dilakukan oleh perusahaan karena tahap ini akan dilakukan oleh PPA yang
nantinya akan mengembangkan tapak tersebut sesuai dengan standar yang telah
diberikan. Namun, perusahaan akan siap membantu PJLKKHL dalam
pengawasan pelaksanaannya. Sementara, tahap evaluasi dilakukan oleh
perusahaan secara intern dalam proses perancangan lanskap yang telah dilakukan
dalam proyek.

4.4.2 Proyek Perancangan Tapak Hutan Diklat Jampang Tengah dan


Hutan Diklat Rumpin
Proses perancangan pada kedua lokasi proyek melalui alur proses
perancangan lanskap yang sama yaitu tahap persiapan, tahap inventarisasi dan
analisis, tahap desain konseptual melalui proyeksi kawasan untuk penentuan
rencana strategis sampai pada tahap desain konsep akhir. Analisis tahapan
kegiatan perancangan lanskap pada kedua proyek sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Pertemuan pertama pemimpin perusahaan dengan klien terjadi pada bulan
Oktober 2010 dalam proyek penyusunan management plan kedua lokasi proyek.
Kemudian dilakukan review management plan pada lokasi proyek pada bulan
Februari 2011. Proyek review management plan merupakan proyek dimana
mahasiswa terlibat didalamnya. Pihak klien menyampaikan tujuan dan sasaran
proyek melalui persetujuan syarat administrasi, nilai kontrak proyek, dan
penyerahan proyek kepada perusahaan. Klien juga menginginkan sususan booklet
dari Review Managemen Plan Hutan Diklat Jampang Tengah dan Review
Management Plan Hutan Diklat.
2. Tahap Inventarisasi dan Analisis
Pada tahap inventarisasi lapang yang dilakukan pada proyek ini
didampingi langsung oleh staf dari Hutan Diklat Jampang Tengah dan Hutan
Diklat Rumpin. Namun, mahasiswa tidak mengikuti tahap ini karena dimulainya
waktu magang saat tahap inventarisasi telah selesai.
91

Selanjutnya tahap analisis dilakukan langsung sampai pada tahap desain


konseptual dan rencana tata ruang. Mahasiswa magang terlibat langsung pada
tahap tersebut. Mahasiswa bersama tim kerja melakukan analisis untuk
mengidentifikasi potensi dan kendala dalam kawasan dengan dibimbing oleh
project leader dan main designer dalam tim. Mendekati waktu deadline kedua
proyek maka dilakukan penghematan strategis untuk efisiensi waktu dan biaya
yaitu dengan menggunakan teknik hand drawing berupa sketsa kasar dalam
analisis tapak. Analisis potensi dan kendala dalam tapak dilakukan dengan
melihat kondisi kemiringan lahan serta persebaran flora dan fauna yang dapat
menjadi obyek daya tarik wisata.
3. Tahap Desain Konseptual
Keterlibatan langsung mahasiswa magang juga terjadi pada tahap ini.
Mahasiswa ikut belajar mengenai pembagian ruang dalam Hutan Diklat yang
tepat dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki kawasan. Perusahaan
melakukan proyeksi kawasan di masa mendatang sebagai penuntun pendekatan
untuk pengelolaan jangka panjang dalam kawasan.
Tema yang diangkat pada Hutan Diklat Jampang Tengah disesuaikan
dengan kondisi eksisting lingkungan dan mengandalkan keanekaragaman jenis
vegetasi didalamnya, seperti pohon kaliandra, jati, dan akasia yang diproyeksi
pada pengembangan konsep vegetasi. Sedangkan pada Hutan Diklat Rumpin
mengangkat tema vegetasi bambu karena bambu merupakan vegetasi dominan
dari Hutan Diklat Rumpin. Hutan Diklat Jampang Tengah dan Hutan Diklat
Rumpin memiliki berbagai tipe blok dalam hutan.
Tahap perancangan lanskap dan rencana strategi yang dilakukan PT IdeA
pada kedua lokasi proyek dalam melihat proyeksi kawasan untuk masa mendatang
sehingga rencana tersebut dapat dijadikan penuntun dalam menyusun rencana
pengelolaan jangka panjang kawasan. Memperhatikan kebutuhan pengguna tapak
untuk beraktivitas dalam pendidikan dan pelatihan hutan maka tapak
dikembangkan dan didukung dengan pengembangan konsep wisata edukasi yang
berkaitan dengan alam berupa hutan.
Seluruh pengembangan perencanaan dan perancangan tapak dilakukan
berdasarkan tujuan dan kriteria hutan dalam meningkatkan kualitas tapak sesuai
92

dengan kriteria lahan dan implikasi pengelolaannya menurut Soemarno (2002).


Pengembangan wisata edukasi pada Hutan Diklat Jampang Tengah
memperhatikan berbagai fungsi didalamnya sehinggga dapat ditata dengan baik
dan optimal. Fungsi konservasi tanah yang pada blok teras gulud dan teras bangku
akan ditanam pohon cendana pada tiap lipatan teras. Pohon cendana digunakan
karena memiliki perakaran yang dalam dan memiliki fungsi sebagai penguat
tanah. Pada blok hutan rakyat akan diposisikan dekat dengan desa sekitar
sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat denan supervisi dari lembaga
kehutanan. Sementara, pada Hutan Diklat Rumpin diciptakan karakter bambu
sebagai ciri khas kawasan.
Bagi kenyamanan pengunjung maka konsep fasilitas yang dikembangkan
bertujuan untuk mendukung kegiatan wisata edukasi berupa pendidikan
lingkungan hidup, seperti jalur interpretasi, signage sebagai titik lokasi, signage
nama tanaman dalam kawasan, wisma, camping area, dan lain lain di dalam Hutan
Diklat dengen menggunakan prinsip eco-design. Hal tersebut dikembangkan agar
kualitas kawasan dapat tetap terjaga secara fungsional dan estetika sehingga
kepuasan bagi penggunannya pun dapat diberikan.
Keseluruhan desain dan rencana tata ruang pada tapak yang telah dibuat
bertujuan untuk menuntun klien dalam pengelolaan kawasan yang disajikan dalam
Review Management Plan Hutan Diklat Jampang Tengah dan Review
Management Plan Hutan Diklat Rumpin pada tahap pelaksanaan. Mahasiswa
magang pun ikut membantu dalam penyusunan laporan dan penuntun
management plan tersebut.
Namun, pembuatan produk seperti siteplan belum dilakukan karena
konsep masih dalam bentuk proposed kepada klien. Maka perusahaan membuat
produk pengembangan fasilitas dalam kawasan hanya sebagai gambaran kepada
klien mengenai fasilitas yang akan dikembangkan sehingga dapat mengakomodasi
kebutuhan pengguna tapak.

Selama kegiatan magang berlangsung, mahasiswa magang berpartisipasi


aktif dalam berbagai proyek yang sedang dilaksanakan oleh PT IdeA. Mahasiswa
magang ditempatkan dalam divisi produksi dan berpartisipasi aktif untuk
93

menghasilkan produk perancangan lanskap, khususnya dalam ketiga proyek


perancangan lanskap yang telah dibahas.
Produk yang dihasilkan menggunakan dua metode yaitu dengan hand
drawing dan sistem komputerisasi. Mahasiswa magang lebih dominan terlibat
menhasilkan produk dengan menggunakan sistem komputerisasi, yaitu dengan
menggunakan Adobe Photoshop CS3, Auto CAD, dan Sketch Up Pro 7.
Keterlibatan mahasiswa magang dalam proses perancangan lanskap selama
kegiatan magang berlangsung di PT IdeA adalah sebagai berikut :
1. Kajian Terapan Desain Wisata Alam di Taman Nasional Gunung Halimun
Salak, Kecamatan Cidahu
Mahasiswa magang mengikuti tahapan proses perancangan dari tahap
inventarisasi sampai pada tahap pengembangan desain. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap inventarisasi adalah perekaman kondisi eksisting
dengan menggunakan kamera selama mengikuti jalur yang ada dalam tapak.
Mahasiswa magang juga terlibat secara aktif dalam tahap analisis. Selain itu,
mahasiswa magang mengerjakan ilustrasi fasilitas dan suasana dengan
menggunakan Adobe Photoshop dan Sketch Up Pro 7. Ilustrasi yang dibuat
berdasarkan pada konsep dan masukan dari klien. Pada presentasi produk
mahasiswa magang juga ikut hadir untuk mengetahui pendapat klien dari
hasil keseluruhan sampai pada tahap pengembangan desain. Pada presentasi
produk mahasiswa memiliki tugas sebagai notulis untuk perusahaan.
2. Pengembangan Lanskap Wisata Edukasi di Hutan Diklat Jampang Tengah,
Kecamatan Sukabumi dan Hutan Diklat Rumpin, Bogor
Proyek ini berada pada tahap analisis ketika kegiatan magang berlangsung.
Kemudian hasil akan diperhalus dengan sistem komputerisasi. Mahasiswa
magang lebih terlibat aktif dalam desain konseptual. Mahasiswa Magang juga
ikut membantu dalamm penyusunan booklet Review Management Plan
dengan menggunakan Microsoft Office Word.
3. Mahasiswa magang bekerja sebagai drafter pada proyek-proyek perusahaan
lainnya, seperti proyek dengan klien Sinar Mas Forestry. Pada Proyek
tersebut terdapat empat area pengembangan. Mahasiswa memberikan
beberapa alternatif desain untuk pengembangan fasilitas, maka mahasiswa
94

membuat ilustrasi fasilitas dan suasana dalam ketiga lokasi proyek.


Mahasiswa diberikan kesempatan untuk membuat alternatif desain chalet
untuk proyek wisata alam di kawasan pantai.
Kegiatan magang yang berlangsung selama 3,5 bulan di PT IdeA
menyebabkan terjadinya pertukaran informasi dan pengetahuan yang dilakukan
antara PT. Idea Consultant dan mahasiswa magang. Pengetahuan dan pengalaman
yang diberikan oleh PT IdeA kepada mahasiswa berupa proses perancangan
lanskap khususnya di lanskap alami, teknik komputerisasi, seperti penggunaan
software, peningkatan teknik hand drawing, sikap dan cara berkomunikasi saat
berhadapan dengan klien dan bekerja dalam tim, serta teknik presentasi produk
kepada klien. PT IdeA juga menerima informasi dari pengetahuan mahasiswa
magang yang diperoleh saat perkuliahan.
Kerja lembur juga dialami mahasiswa magang ketika menyelesaikan
proyek yangg sudah mendekati tenggat waktu. Hal tersebut terjadi karena
kurangnya sumber daya yang tersedia.

4.5 Pencapaian Kegiatan Magang


Kegiatan magang yang dilakukan di PT IdeA bertepatan dengan padatnya
waktu dan banyaknya proyek yang sedang dikerjakan. Waktu magang bertepatan
dengan dimulainya proses perancangan lanskap dari tahap inventarisasi sampai
pada tahap pengembangan desain pada proyek Kajian Terapan Desain Tapak
Zona Pemanfaatan di Resort PTNW Kawah Ratu Taman Nasional Gunung
Halimun Salak, serta pada tahap analisis sampai pada tahap desain konsep akhir
dan mengedit booklet review management plan pada proyek Review Management
Plan Hutan Diklat Jampang Tengah, Sukabumi dan Review Management Plan
Hutan Diklat Rumpin, Bogor. Pada proyek Hutan Diklat Jampang Tengah dan
Hutan Diklat Rumpin penentuan konsep desain dan desain fasilitas kawasan
ditujukan untuk membuat design guidelines dan penuntun dalam membuat
rencana pengelolaan kawasan kepada klien
Mahasiswa magang sangat terlibat dalam proyek di TNGHS, pada tahap
inventarisasi mahasiswa ikut melakukan survai lapang selama dua hari dengan
menggunakan GPS untuk perekaman trek, pengukuran debit air terjun dengan
meteran dan stopwatch, serta perekaman kondisi tapak dengan kamera. Pada tahap
95

analisis dan desain konseptual, mahasiswa magang bersama dengan tim ahli dari
perusahaan, serta tim ahli dari Balai TNGHS melakukan diskusi. Pembuatan peta
kondisi eksisting dan analisis mahasiswa ikut membantu memilih foto yang dapat
menggambarkan situasi tapak dalam peta. Pada tahap pengembangan desain
berupa pembuatan alternatif desain, dilakukan pengembangan pada zona yang
telah terbagi. Mahasiswa magang dilibatkan dalam pengembangan desain dengan
membuat ilustrasi suasana tapak dengan fasilitasnya untuk memberikan gambaran
lebih jelas kepada klien. Kegiatan pengembangan desain tersebut digunakan
untuk mempermudah pekerjaan desain PT IdeA karena dikerjakan langsung di
lapang dengan masukan yang diberikan dari perusahaan dan Balai TNGHS.
Seluruh kegiatan perancangan pada proyek ini sepenuhnya melalui arahan dari
arsitek lanskap senior (main designer) dan team leader. Masukan dan arahan
mengenai fasilitas wisata disampaikan langsung oleh main designer kepada
mahasiswa. Mahasiswa juga ikut hadir dalam presentasi dengan klien pada proyek
ini. Pada presentasi produk mahasiswa memiliki tugas sebagai notulis berupa
catatan rapat untuk perusahaan. Arahan, pembagian dan jadwal kerja dari arsitek
senior (main designer) dan team leader dalam proyek ini dapat dilihat pada
Lampiran 5. Mahasiswa mendapatkan ilmu baru yang tidak diperoleh selama
perkuliahan, yaitu penggunaan GPS dan memasukkan data tersebut ke dalam GIS,
pemahaman regulasi mengenai penataan lanskap taman nasional, pengetahuan
dasar mengenai konstruksi rumah panggung, dan cara berkomunikasi dengan
rekan kerja juga klien.
Pada proyek Hutan Diklat Jampang Tengah dan Rumpin, mahasiswa mulai
mengikuti proses perancangan lanskap dari tahap analisis, desain konseptual,
sampai pada desain konsep akhir. Mahasiswa bersama dengan mahasiswa magang
lainnya diminta untuk menganalisis dan menentukan konsep untuk tapak dengan
bimbingan dari pimpinan proyek dan pimpinan perusahaan. Hasil darri analisis
dan sintesis, serta pembuatan konsep dalam tapak dengan menggunakan sketsa
kasar digambarkan pada Lampiran 6. Pada proyek ini mahasiswa mendapatkan
pengetahuan bagaimana menjaga konservasi tanah dan air, menyediakan ruang
untuk wisata edukasi bagi peserta diklat dan pengunjung, teknik pembuatan
ilustrasi menggunakan marker, serta regulasi penataan hutan diklat.
96

Selain itu, mahasiswa magang juga diminta untuk membuat alternatif


desain fasilitas untuk menggambarkan konsep yang telah dibuat. Ilustrasi berupa
welcome gate dan signage. Ilustrasi suasana jalan setapak juga dibuat mahasiswa
yang dapat mendukung penggambaran desain konsep yang telah dibuat untuk
kawasan.

(a)

(b) (c)

Gambar 39 Ilustrasi Welcome Gate dan Signage; Welcome Gate Hutan Diklat
Jampang Tengah (a) Welcome Gate Hutan Diklat Rumpin (b) Papan Titik Blok
Hutan Diklat Jampang Tengah (c)
(Digambar oleh Caroline Puspita Dewi)

(a) (b)
Gambar 40 Ilustrasi Bambu Sebagai Pengarah Jalan di Hutan Diklat Rumpin (a)
Ilustrasi Cendana Sebagai Pengarah Jalan Hutan Diklat Jampang Tengah (b)
(Digambar Oleh Caroline Puspita Dewi)
97

Desain fasilitas kawasan menampilkan repetisi dari penggunaan material


bambu sebagai material utama untuk fasilitas. Pada Hutan Diklat Rumpin dari
welcoming gate sampai pada pengarah jalan akan menggunakan material utama
yaitu bambu. Sementara pada Hutan Diklat Jampang Tengah yang digunakan
adalah material bambu dan pengarah jalan dalam tapak adalah pohon cendana.
Hal tersebut tidak mencerminkan “The Law of The Similar” yang dikemukakan
oleh Simond (1983) karena tidak ada kesatuan material atau elemen yang
menunjukkan harmonisasi elemen lanskap. Perusahaan seharusnya dapat lebih
teliti dalam menilai hasil desain yang akan diajukan kepada klien untuk
menyesuaikan dengan konsep yang telah dibuat. Ilustrasi fasilitas lainnya yang
telah dibuat oleh mahasiswa magang untuk kedua kawasan juga dapat dilihat pada
lampiran 7. Kemampuan dan cara berkomunikasi dengan klien dan rekan kerja
telah dipelajari mahasiswa dalam pengerjaan setiap proyek sehingga tujuan dari
proyek dapat tercapai. Tambahan wawasan dan pengetahuan lainnya yang
diperoleh mahasiswa selama kegiatan magang adalah melakukan pendekatan studi
mengenai ekowisata dan kebijakan pengembangan kawasan untuk pariwisata
dengan jenis wisata alam di kawasan alami khususnya konservasi dan
perlindungan kawasannya pada proyek-proyek yang dikerjakan. Studi dilakukan
dengan pencarian kebijakan pengembangan kawasan alami dan referensi gambar-
gambar dari internet, studi pustaka, serta library milik perusahaan. Pengetahuan
mengenai pariwisata dan eco-tourism di Indonesia juga dipelajari dalam
komunitas Selain itu, pengerjaan proyek dalam skala besar dan berlokasi pada
kawasan konservasi merupakan tantangan baru untuk mempelajarinya.
Pengetahuan mengenai pariwisata dan konsep eco-tourism yang diperoleh
berasal dari berbagai bidang ilmu, seperti arsitektur lanskap, arsitektur, teknik
sipil, bisnis perhotelan, dan kepariwisataan. Konsep eco-tourism dengan
gabungan prinsip konservasi telah diterapkan perusahaan pada lokasi proyek
kawasan konservasi. Hal tersebut menunjukkan hubungan antara perlindungan
lingkungan dengan pariwisata harus menghasilkan hubungan yang harmonis
sehingga dapat tercipta wisata dan lingkungan yang berkelanjutan. Melalui konsep
eco-tourism, implementasi wisata ke dalam lingkungan dapat terwujud tanpa
melupakan kepentingan pelestarian kawasan, kepentingan ekonomi masyarakat
98

lokal di sekitar kawasan, kepentingan pelayanan terhadap wisatawan, dan


kepentingan kelayakan pengembangan wisata, dalam sebuah hubungan timbal
balik yang bergantung dan saling mempengaruhi.
Hal yang diberikan dalam konsep ekowisata dalam desain fasilitas pada
ketiga proyek adalah kesesuaian kriteria chalets dengan prinsip ecolodges yang
terlihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Kesesuaian Kriteria Chalets dengan Prinsip Ecolodges
No. Ecolodges Chalets
1. Merupakan bangunan kecil Merupakan bangunan dengan 1 kamar.
kurang dari 30 kamar.
2. Menerapkan prinsip arsitektur Menerapkan prinsip arsitektur tradisional dan
tradisional dan penggunaan penggunaan material dari lingkungan setempat
material dari lingkungan yaitu penerapan filosofi dan penggunan material
setempat. arsitektur lokal rumah Baduy.
3. Terletak pada daerah alami dan Terletak pada salah zona pemanfaatan TNGHS
mendukung konservasi alam yang merupakan daerah alami dan juga
lingkungan setempat. merupakan kawasan konservasi sehingga
mendukung konservasi lingkungan setempat.
4. Meminimalkan penggunaan Desain kemiringan atap 20o dan penggunaan
energi dan pengelolaan limbah. material kasa dapat memaksimalkan arus
sirkulasi udara dan cahaya matahari sehingga
dapat menghemat energi. Adanya ecotoilet yang
menggunakan sistem biofil merupakan bentuk
aplikasi penggunaan teknologi dalam
pengelolaan limbah.
Selain itu aktivitas wisata alam yang ada di dalam ketiga tapak mengajak kerja
sama masyarakat guna menaikkan ekonomi masyarakat lokal dan pengetahuan
mengenai konservasi.
99

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil kegiatan magang selama 3,5 bulan di PT IdeA,
mahasiswa magang mendapat tambahan wawasan dan pengetahuan tahap kegiatan
perancangan lanskap sampai pada tahap pengembangan desain. Wawasan dan
pengetahuan yang diperoleh antara lain mempelajari desain arsitektural bagi
pengembangan fasilitas untuk wisata alam, memahami alat dan bahan seperti
pengambilan data dengan GPS kemudian diolah dengan sistem komputerisasi,
serta mengasah kemampuan teknik hand drawing dengan marker, pensil, dan
pensil warna. Selain itu, wawasan kemampuan berkomunikasi dengan klien dan
rekan kerja juga diperoleh.
Selama mengikuti kegiatan proses perancangan pengembangan wisata
alam di PT IdeA mahasiswa meningkatkan kemampuan dalam menganalisis
potensi dan kendala suatu tapak, khususnya dalam pengembangan wisata alam di
lanskap alami. Cara pemecahan masalah dalam pengembangan lanskap yang
dipelajari terkait dengan melakukan studi pendekatan prinsip konservasi, prinsip
eco-design, prinsip ekowisata, dan pembelajaran regulasi atau peraturan mengenai
penataan lanskap alami.
Mahasiswa magang juga mengetahui bahwa PT IdeA sebagai konsultan
arsitektur lanskap dalam penyediaan jasa pengembangan wisata alam di kawasan
konservasi masih memiliki beberapa kekurangan dan ketidaksesuaian dengan
melewatkan tahapan standar dalam proses perancangan lanskap menurut Booth
(1983), yaitu seperti pembuatan produk pada tahap desain konsep dalam proyek di
Resort PTNW Kawah Ratu, Hutan Diklat Jampang Tengah, dan Hutan Diklat
Rumpin. Memperhatikan bahwa pentingnya presentasi produk berupa siteplan
dapat membantu klien untuk memahami penataan ruang dan pengembangan
fasilitas kawasan seharusnya menjadi pertimbangan utama perusahaan dalam
menyediakan produk tersebut. Penerapan pendekatan dan metode yang dilakukan
pada proses perancangan untuk pengembangan wisata alam di lanskap alami
dengan perhatian terhadap kondisi eksisting dan regulasi, serta penerapan prinsip
eco-design sehingga menciptakan lanskap berkelanjutan yang baik secara
100

fungsional dan estetika telah dilakukan dengan baik. Namun, masih memiliki
kekurangan dalam perhatian penyediaan fasilitas sesuai dengan budaya
masyarakat di sekitar kawasan. Pengerjaan proyek perancangan lanskap tersebut
dilakukan dengan teknik hand drawing dan komputerisasi yang didukung dengan
alat dan bahan yang berfungsi dengan baik. Namun, kuantitas dari alat pendukung
berupa komputer masih kurang untuk membantu meningkatkan produktivitas
pengerjaan proyek. Beberapa proyek harus menyesuaikan dengan kondisi proyek
yang berkaitan dengan deadline proyek yang singkat dan kondisi tapak.
Secara garis besar, kegiatan magang sangat bermanfaat bagi mahasiswa.
Hal tersebut dibuktikan dengan diperolehnya pengetahuan dan informasi baru
yang tidak didapat sebelumnya dalam bangku perkuliahan.

5.2 Saran
Sistem manajemen dalam PT IdeA dapat terus dipertahankan dan terus
ditingkatkan. Bentuk manajemen tersebut seperti sistem komunikasi yang sudah
ada dalam perusahaan sebaiknya tetap dipertahankan untuk menjaga hubungan
internal dan hubungan dengan klien, bahkan pihak-pihak yang berkaitan dengan
arsitektur lanskap untuk meminimalisir kesalahpahaman dalam proyek dan
mengembangkan jaringan kerja. Sehingga kepercayaan klien dan kualitas produk
dapat terus meningkat. Eksistensi perusahaan diharapkan dapat terus
dipertahankan dengan cara tersebut.
Dalam pengerjaan proyek ini tidak dibuat siteplan detail secara
keseluruhan. Hal ini perlu dievaluasi oleh perusahaan, karena pembuatan siteplan
secara detail keseluruhan sangat diperlukan untuk membantu klien dalam
memahami desain dari tapak yang dibuat perusahaan. Selain itu perhatian
terhadap kesesuaian dengan budaya dan standar penyediaan fasilitas di sekitar
kawasan juga perlu menjadi perhatian sehingga dapat menghasilkan produk yang
lebih baik lagi.
Fasilitas studio berupa komputer perlu ditambahkan sehingga dapat
menambah produktivitas kerja pegawai dalam pengerjaan proyek. Fasilitas
lainnya berupa ruang kerja studio perlu diperluas untuk menambah kenyamanan
dalam bekerja.
101

DAFTAR PUSTAKA

Aniaty, Y. 1995. Perencanaan Tapak Bumi Perkemahan Selabintana di Kawasan


Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa barat. [Thesis]. Jurusan
Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 102p.
Tidak dipublikasikan.

Arifin, H.S. Studi Potensi Pengembangan Bumi Perkemahan di Taman Nasional


Gunnung Gede Pangrango dan Sekitarnya. [Thesis]. Ilmu Pengelolaan
Sumber Daya Alam. Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
185p. Tidak dipublikasikan.

Booth, N.K. 1983. Basic Element of Landscape Architecture Design. Waveland


Press. New York.

Gold, S.M. 1980. Recreation Planning and Design. McGraw-Hill Company. New
York.

Hardjowigeno, S. 1985. Kesesuaian Lahan Bagi Pengembangan Pertanian dan


Non Pertanian. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 146p.
Tidak dipublikasikan.

Ingles, J.E. 2004. Landscaping Principles & Practices 6th Edition. New York:
Delmar Learning, Inc.Thomson Learning™.

Kohdyat, H. 1997. Hakekat dan Perkembangan Wisata Alternatif. Di dalam :


Gunawan, MP,editor. Proceedings Pelatihan dan Lokakarya Perencanaan
Pariwisata Berkelanjutan. Bandung : ITB.

Knudson, D.M.1980. Outdoor Recreation. Macmillan. University of Minnesota.

McHarg, Ian L. 1995. Design with Nature. San Veil, Inc. New York.

Nurisjah, S dan Pramukanto, Q. 1995. Pengantar Praktikum Perencanaan


Lanskap. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.
102

[PHKA] Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2011.


Kawasan Konservasi Indonesia. Kerjasama Dephut-Lestari Hutan
Indonesia-JICA. Bogor : PIKA.

[PHPA] Dirjen Perlindungan dan Pengawetan Alam. 1986. Pedoman Bumi


Perkemahan Taman Nasional. Proyek Pembangunan Taman Nasional
Pusat 1985-1986. Departemen Kehutanan. Direktorat Taman Nasional dan
Hutan Wisata. Bogor : PIKA

[PIKA] Pusat Informasi Konservasi Alam. Rencana Pengelolaan Taman Nasional


Gunung Halimun Salak Periode 2007-2026. Bogor : PIKA Bogor.

Oberlender, GD. 1993. Project Management for Engineering and Construction.


McGraw-Hill Book Company. New York.

Sekartjakrarini, S dan Legoh, N.K. 2004. Rencana Strategis Ekowisata Nasional.


Penerbit : Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Jakarta.

Simonds, J. O. 1983. Landskcape Architecture : A Manual of Site Planning and


Design. McGraw-Hill Company. New York.

Stoner, J. A and Freeman, R.E. 1992. Management. Prentice Hall-International.

Sukandi, T. 2000. Meningkatkan Peran Serta Masyarakat dalam Pengembangan


Pariwisata Alam yang berkelanjutan. Di dalam : Santoso O, editor.
Pariwisata Indonesia Menghadapi Abad XII. Bandung : Pusat Penelitian
Kepariwisataan Lembaga Penelitian IPB.

Soemarno. 2002. Sumber Daya Lahan : Karakteristik dan Implikasi


Pengelolaannya. [Disertasi]. Departemen Ilmu Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya Malang.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18. 1994. Pengusahaan


Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan
Raya, dan Taman Wisata Alam.
103

Sriyanto, A., T. Fathoni, T. Darsono, dan M. Munandar.1988. Pedoman Umum


Pengelolaan Taman Nasional. Proyek Pembangunan Taman Nasional
Pusat 1987-1988. Departemen Kehutanan. Dirjen PHPA. Direktorat taman
Nasional dan Hutan Wisata. Bogor : PIKA

Walker, S. 2008. Extant Objects : Designing Thing As they Are. International


Journal of Sustainable Design Vol.1, No.1. P : 4-12.

[WJPAL] Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan. 2003.


Pedoman Rencana Pengembangan Pariwisata Alam Nasional di Kawasan
Hutan. Jakarta : Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa
Lingkungan
104

LAMPIRAN
105

Lampiran 1 Proses Tender

Tahap proses lelang untuk proyek pemerintah dijelaskan sebagai berikut:


a. Tahap awal penetapan proyek
Judul proyek yang telah ditetapkan dalam DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran) serta produk yang akan dihasilkan dari proyek tersebut dikeluarkan
sebelum proses lelang dimulai. Anggaran yang ditetapkan untuk suatu proyek
berasal dari dana APBD atau APBN. Setelah penetapan judul dan anggaran
proyek, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akan memutuskan untuk dilakukan
proses lelang. Setelah itu pihak panitia lelang membuat Term of Reference
(TOR) untuk lelang tersebut.
b. Tanggapan terhadap TOR
Dalam proses lelang tersebut, setiap perusahaan yang mengikuti kegiatan
lelang membuat usulan teknis sesuai dengan TOR yang telah dibuat panitia
lelang. Usulan teknis dari proyek tersebut yang diajukan perusahaan berisi
tawaran yang logis dan obyektif, biasanya dengan penajuan anggaran lebih
rendah dari anggaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Usulan teknis
berisi tahapan-tahapan yang akan dilakukan oleh perusahaan serta hasil produk
yang dibutuhkan untuk proyek tersebut. Setiap perusahaan membuat anggaran
untuk pelaksanaan proyek tersebut.
c. Proses lelang
Peraturan lelang perusahaan swasta tidak mengikuti peraturan lelang
yang dilakukan oleh pemerintah. Peraturan lelang pemerintah hanya berlaku
untuk kalangan lembaga pemerintahan, BUMN dan BUMD. Setiap perusahaan
yang mengikuti proses lelang berkewajiban memenuhi syarat administrasi dari
klien.

Tabel 1. Jenis dan Nilai Kontrak Lelang


Nilai Kontrak (rupiah) Metode Pengadaan Jasa

0 – 50 juta Penunjukan langsung

50 – 125 juta Lelang diikuti oleh tiga perusahaan

Lebih dari 125 juta Lelang diikuti oleh lima perusahaan


Sumber : PT IdeA (2011)

Penggunaan jasa pada proyek pemerintah yang bernilai lebih dari 125 juta rupiah
dilakukan dengan perbandingan 70 : 30, yang dijelaskan sebagai berikut:
- Biaya sebesar 70% merupakan biaya yang digunakan langsung dalam
pengerjaan proyek seperti membayar tenaga ahli untuk pelaksanaan pengerjaan
proyek tersebut.
- Biaya sebesar 30% merupakan biaya yang digunakan untuk melakukan
kegiatan survey, meeting ataupun kegiatan FGD (Forum Group Discusion)
lainnya
106

Lampiran 2 Spesifikasi dan Penggunaan GPS

Spesifikasi Fisik
Ukuran : 6,1”Hx2.4”Wx13D
Berat : 7,5 ons (213 g) w/ baterai terpasang
Tampilan : 1.5 “W x 2.2” H, 256 warna resolusi tinggi
Transreflective (160 x 240 piksel) dengan cahaya latar belakang
Rentang temperatur : 5-158qF (-15-70qC)
Kekuatan baterai : Hingga 18 jam (penggunaan khusus)
Akurasi ketepatan : GPS <10 meter (33 kaki) 95%

Pengorepasian Dasar
GPSMAP 60CSX dapat menciptakan dan menggunakan titik arah dengan cara
membuat trek atau rute.
1. Hidupkan alat dengan menekan tombol Power, lalu alat akan mengumpulkan
sinyal-sinyal satelit. Setelah itu akan muncul layar MAIN MENU yang akan
menampilkan sejumlah menu pilihan fungsi yang akan digunakan. Untuk
membuat rute atau WAYPOINT arahkan kursor pada menu ROUTES dan
tekan ENTER yang akan menampilkan sejumlah keterangan tentang posisi saat
itu.

2. Untuk menyimpan data selanjutnya adalah membuat WAYPOINT. Gunakan


tombol MARK untuk menagkap dengan cepat lokasi penguna yang berarti
menjadi lokasi waypoint yang baru. Setelah menerima waypoint dan
memasukkan nama pada posisi tersebut (misal WF untuk Water Fall) dan telah
menjadi default informasi pilih OK, dan tekan ENTER. Cara ini dilanjutkan
pada titik-titik lokasi selanjutnya.

3. Setelah semua titik disimpan maka dapat juga menampilkan gambar berupa
jalur trek yang telah dilalui.
107

Lampiran 3 Tabel Hubungan Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas dalam Hutan Diklat
Jampang Tengah

Area Lingkup Area Kegiatan yang Dipertahankan dan Fasilitas yang Dibutuhkan
Pengembangan DIkembangkan
Zona Di sekeliling kawasan Pengelolaan vegetasi dan utilitas Pagar sebagai border
penyangga yang ada denganl tinggi 1,75 m
Penanaman rimbunan vegetasi dilengkapi tanaman
terutama cendana sebagai border merambat sebagai
kawasan rekayasa pagar

Area Datang dan perginya pengunjung, Tempat parkir untuk truk


Penerimaan peserta diklat, masyarakat, dan dan kendaraan
(Gerbang pengelola pribadi,papan informasi,
Utama) Penerimaan pengguna kawasan gerbang utama dilengkapi
penanda kawasan

Area Sarana Pengunjung dan pengguna tapak Kantor pengelola dan


Kampus dan lainnya datang dan pergi ke dalam perpustakaan, uang
Administrasi kawasan sebaguna untuk kelas,
Pemberian informasi dan information cente, papan
bimbingan mengenai hutan diklat interpretasi, ruang tunggu,
dan wisata alam kepada pengguna entrance, eksplorasi
kawasan kawasan, penunjang :
Aktivitas administrasi pengelola toilet umum dan area
kawasan KHDTK Jampang Tengah parkir, lapangan olahraga
Aktivitas peserta diklat dalam
belajar dan mengajar
Petak Contoh Penanaman tanaman palawija dan Petak teras gulud,
Teras Gulud kehutanan oleh pengunjung tumpuan batuan dan
Bekerja sama dengan masyarakat bambu untuk membentuk
untuk mengelola dan dan memperkuat tanah,
memanfaatkannya saluran irigasi (sumber
Pengawasan dan pengontrolan air). saluran pembuangan,
kegiatan yang berlangsung bangunan pengawas
Konservasi tanah dan air dengan etika eco-design,
sirkulasi dalam tapak yang
tidak licin dan dilengkapi
dengan railing
Petak Contoh Penanaman tanaman palawija dan Petak teras bangku,
Teras Bangku kehutanan oleh pengunjung tumpuan batuan dan
Bekerja sama dengan masyarakat bambu untuk membentuk
untuk mengelola dan dan memperkuat tanah,
memanfaatkannya saluran irigasi (sumber
Pengawasan dan pengontrolan air), saluran pembuangan,
kegiatan yang berlangsung bangunan pengawas
Konservasi tanah dan air dengan etika eco-design,
sirkulasi dalam tapak yang
tidak licin dan dilengkapi
dengan railing
108

Petak Contoh Penanaman tanaman palawija dan Saluran irigasi (sumber


Hutan Rakyat kehutanan oleh pengunjung air), saluran pembuangan,
Bekerja sama dengan masyarakat bangunan pengawas
untuk mengelola dan dengan etika eco-design,
memanfaatkannya sirkulasi dalam tapak yang
Pengawasan dan pengontrolan tidak licin dan dilengkapi
kegiatan yang berlangsung dengan railin, akses
Pemanfaatan tanaman hutan langsung dari jalan utama
dengan melakukan penebangan oleh masyarakat dengan
ramah lingkungan pengontrolan masyarakat

Petak Contoh Penanaman tanaman palawija dan Saluran irigasi (sumber


Persemaian kehutanan oleh pengunjung air), saluran pembuangan,
Bekerja sama dengan masyarakat bangunan pengawas
untuk mengelola dan dengan etika eco-design,
memanfaatkannya sirkulasi dalam tapak yang
Pengawasan dan pengontrolan tidak licin dan dilengkapi
kegiatan yang berlangsung dengan railing, pembuatan
bedengan yang eco-design
dan memiliki daya tahan
yang lama
Area Kebun Pengenalan tanaman hutan dan Saluran irigasi (sumber
Benih tanaman hortikultura kepada air)
pengunjung dan peserta diklat Saluran pembuangan
Penanaman tanaman hortikultur Bangunan pengawas
dan tanaman hutan sebagai sample dengan etika eco-design
Pemberian papan nama pada Sirkulasi dalam tapak yang
tanaman yang ada untuk tidak licin dan dilengkapi
pembelajaran dengan railing
Memepelajari budidaya tanaman Bangunan penyimpanan
hutan melalui budidaya benih benih

Area Kebun Pengenalan tanaman hutan dan Saluran irigasi (sumber


Koleksi tanaman hortikultura kepada air)
pengunjung dan peserta diklat Saluran pembuangan
Penanaman tanaman hortikultur Bangunan pengawas
dan tanaman hutan sebagai sample dengan etika eco-design
Pemberian papan nama pada sirkulasi dalam tapak yang
tanaman yang ada untuk tidak licin dan dilengkapi
pembelajaran dengan railing
Identifikasi tumbuhan yang ada Papan nama untuk
oleh pengunjung tanaman yang ada
Konservasi dan preservasi tanaman Kebijakan mengenai
hutan dan hortikultur konservasi
Area Penelitian Pengenalan tanaman hutan dan Kebijakan konservasi
tanaman hortikultura kepada Jalur sirkulasi yang jelas
pengunjung dan peserta diklat dallam tapak, tidak licin
Penanaman tanaman hortikultur dan dilengkapi railing
dan tanaman hutan sebagai sample Mini Lab dan fasilitas
Konservasi dan preservasi tanaman penunjangnya
hutan dan hortikultur
Penelitian pengembangan tanaman
hutan untuk pembelajaran
Pengunjung dapat melakukan
eksperimen-eksperimen biologi
kecil dengan fasilitas lab
109

Wilayah Konservasi tanah dan air Saluran pembuangan


perlindungan Preservasi sumber mata air yang SaLuran penampang untuk
mata air ada mata air
Treking Modifikasi menara
Perbaikan menara pengawas pengawas hutan dengan
Pengunjung dapat beristirahat dan rest area dengan etika eco-
melakukan interpretasi alam di design
menara pengawas Jalur sirkulasi yang
mengelilingi vegetasi

Lahan Praktek Pembelajaran terhadap konservasi Lahan luas untuk praktek


Peserta DIklat kepada pengunjung dan peserta Gudang peralatan
diklat Bangunan pengawas
Pengenalan tanaman hutan kepada
pengunjung dan peserta diklat
Pesera diklat menanam tanaman
hutan dalam kelompok
Jalur Identifikasi tumbuhan dan satwa Papan nama
Interpretasi dengan mengelilingi jalur Jalur Sirkulasi yang
interpretasi kawasan mengelilingi kawasan dan
Untuk siswa sekolah dapat melalui berbagai vegetasi
dilakukan pemberian papan nama semaksimal mungkin
pada tumbuhan, pengamatan Pos-pos pengamatan.
burung dan kupu-kupu, penelitian Beberapa pos dapat berupa
umur tumbuhan, dan sebagainya rumah pohon
Kegiatan dilakukan dalam
kelompok dan diarahkan oleh
pembimbing
Camp Area dan Pengunjung dapat melakukan Lahan terbuka yang cukup
Shelter wisata alam berupa camping Saluran pembuangan
Pengunjung dapat langsung Shelter untuk beristirahat
melakukan interpretasi alam Ruang serbaguna untuk
Pengunjung dapat beristirahat di workshop
area ini Penunjang : toilet umum
Pengunjung dapat melakukan
aktivitas seni, seperti menggambar,
menempel, atau handicrat
110

Lampiran 4 Rapat Non Formal Bersama Seluruh Tim Proyek Resort PTNW
Kawah Ratu
111

Lampiran 5. Lanjutan
112

Lampiran 5 Arahan Teknis Dari Main Designer, Lembar Jadwal dan Pembagian
Tugas Proyek Resort PTNW Kawah Ratu
113

Lampiran 5. Lanjutan
114

Lampiran 5. Lanjutan
115

Lampiran 5. Lanjutan
116

Lampiran 5. Lanjutan
117

Lampiran 5. Lanjutan
118

Lampiran 6 Hasil Arahan Pada Tahap Analisis Sampai Pengembangan Konsep


Pada Hutan Diklat Jampang Tengah dan Hutan Diklat Rumpin

Gambar 41 Hasil Analisis Lokasi Hutan Diklat Jampang Tengah Dengan Teknik
Hand Drawing

Gambar 42 Konsep Pembagian Ruang dan Sirkulasi Hutan Diklat Jampang


Tengah Dengan Teknik Hand Drawing
119

Lampiran 6. Lanjutan

Gambar 43 Konsep Pembagian Ruang Hutan Diklat Rumpin Dengan Teknik Hand
Drawing

Gambar 44 Konsep Pembagian Sirkulasi Hutan Diklat Rumpin Dengan Teknik


Hand Drawing
120

Lampiran 7 Sketsa Alternatif Desain Fasilitas di Hutan Diklat Jampang Tengah


dan Hutan Diklat Rumpin

Gambar 45 Sketsa Pagar Sebagai Border Kawasan yang Ditumbuhi Tanaman


Rambat

Gambar 46 Sketsa Chalet Dari Bambu Untuk Hutan Diklat Rumpin

Gambar 47 Sketsa Rumah Penangkaran Kupu-Kupu dan Bangku dari Elemen


Bambu Hutan Diklat Rumpin

Das könnte Ihnen auch gefallen