Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
RINGKASAN
Sedangkan tujuan dari proyek di Hutan Diklat Jampang Tengah dan Hutan Diklat
Rumpin adalah (1) mengoptimalkan potensi kawasan Hutan Diklat Jampang
Tengah dan Hutan Diklat Rumpin, pengunjung, dan pengelola; (2) mendukung
pengembangan rencana pengelolaaan untuk perlindungan Hutan Diklat; (3)
mengembangkan program dan manajemen yang tepat dari kegiatan wisata alam
berupa wisata edukasi bidang kehutanan, sosial, dan dasar ekonomi; (4)
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat di sekitar kawasan
yang bergantung pada perkembangan itu sendiri.
Setiap proyek yang dikerjakan melalui tahapan yang berbeda-beda karena
dikondisikan dengan deadline proyek dan kondisi tapak. Kegiatan survai lapang
yang dilakukan PT IdeA didukung dengan fasilitas seperti meteran, GPS, dan
kamera. Sedangkan dalam kegiatan studio untuk melakukan strategi penghematan
waktu dan biaya adalah menggabungkan teknik freehand dan komputerisasi.
Proses perancangan lanskap perusahaan telah didukung dengan teknologi dan
fasilitas yang baik sehingga dapat menghasilkan produk yang optimal, fungsional,
dapat memuaskan kebutuhan klien dan perusahaan, serta menjaga kualitas
lingkungan.
Kendala yang ditemui dalam proses perancangan di TNGHS, Hutan Diklat
Jampang Tengah dan Hutan Diklat Rumpin adalah (1) deadline proyek yang
singkat; (2) kondisi tapak yang rentan dan sensitif.
Mengikuti dan mengamati kegiatan proses perancangan lanskap di PT
IdeA, khususnya dalam proyek pengembangan wisata alam di lanskap alami telah
mendapat tambahan pengetahuan dan wawasan. Salah satunya adalah mengenai
regulasi atau peraturan pemerintah dalam mengatur dan mengawasi penataan
lanskap melalui perancangan lanskap. Selain itu, mengenai arsitektural fasilitas
kawasan dan infrastruktur yang dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna dalam
melakukan kegiatan wisata alam dengan memberikan dampak negatif seminimal
mungkin bagi kawasan.
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departenen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Disetujui,
Dr. Ir. Aris Munandar, MS. Akhmad Arifin Hadi, SP., MALA.
NIP. 19561778 198303 1 003 NIP. 19810330 200501 1 004
Diketahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Tanggal Lulus :
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Penulis
i
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh hasil karya ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar bagi IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis sampaikan kepada Tuhan YME atas ridho-Nya
sehingga pnulis dapat menyelesaikan skripsi magang ini dengan baik. Skripsi
dengan judul “Kegiatan Proses Perancangan Lanskap untuk Pengembangan
Wisata Alam di PT IdeA” merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kegiatan magang untuk skripsi ini dilaksanakan di konsultan arsitektur lanskap
PT IdeA.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Dr. Ir. Aris Munandar, MS. dan Bapak Akhmad Arifin Hadi,
SP., MALA. serta kepada PT IdeA. Ungkapan terima kasih juga Penulis
sampaikan kepada pihak-pihak lain yang telah membantu, khususnya kepada
keluarga dan teman-teman tercinta yang selalu mendukung Penulis.
Pada akhirnya, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi
manfaat bagi pembaca dan dapat menjadi referensi bagi penelitian di masa yang
akan datang, khususnya mengenai perancangan pengembangan wisata alam di
kawasan konservasi. Tuhan memberkati.
Penulis
1
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ . xvii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Magang............................................................................................. 2
1.3 Manfaat Magang .......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
2.1 Wisata Alam dan Ekowisata ........................................................................ 3
2.2 Bumi Perkemahan ........................................................................................ 4
2.3 Hutan Diklat ................................................................................................. 6
2.4 Perancangan Lanskap ................................................................................... 9
2.5 Proses Perancangan Lanskap ....................................................................... 10
2.6 Kegiatan Magang ......................................................................................... 12
2.7 Konsultan Lanskap ....................................................................................... 13
2.8 Manajemen Proyek Lanskap ....................................................................... 14
BAB III METODOLOGI....................................................................................... 15
3.1 Lokasi dan Waktu Magang .......................................................................... 15
3.2 Metode Magang ............................................................................................ 16
3.3 Tahapan Kegiatan ......................................................................................... 17
3.4 Batasan Magang ........................................................................................... 18
BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG DAN PEMBAHASAN .................... 19
4.1 Manajemen PT IdeA .................................................................................... 19
4.1.1 Profil Umum dan Ruang Lingkup Kerja PT IdeA ............................ 19
4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ......................................................... 20
4.1.3 Penerimaan Proyek ............................................................................. 22
4.1.4 Tahapan Proses Perancangan Lanskap Perusahaan .......................... 23
4.1.5 Teknologi dan Fasilitas Kerja Studio Gambar .................................. 25
4.2 Analisis Manajemen Perusahaan ................................................................ 26
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Kriteria Evaluasi Lahan untuk Tempat Berkemah
(Hardjowigeno, 1985) ............................................................................. 6
Tabel 2 Tujuan Tipe-Tipe Pemanfaatan Lahan untuk Hutan
(Soemarno, 2002) ................................................................................... 7
Tabel 3 Kriteria Setiap Tipe Pemanfaatan Lahan Hutan (Soemarno, 2002) ..... 7
Tabel 4 Jadwal Kegiatan Magang ........................................................................ 16
Tabel 5 Nama Proyek, Waktu Proyek, Tahapan Perancangan,
dan Penghasilan Produk yang Diikuti Mahasiswa ................................ 16
Tabel 6 Jenis, Bentuk, Sumber, dan Cara Pengambilan Data Proyek Magang 17
Tabel 7 Teknologi Berupa Software yang Digunakan dalam Pengerjaan
Proyek Perusahaan ................................................................................. 25
Tabel 8 Fasilitas yang Digunakan dalam Pengerjaan Proyek Perusahaan ....... 25
Tabel 9 Kondisi Eksisting Keempat Zona dalam Tapak TNGHS ..................... 33
Tabel 10 Hubungan Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas ............................................ 48
Tabel 11 Kelas Kemiringan Lahan dan Luasnya di Hutan Latihan
Jampang Tegah ........................................................................................ 66
Tabel 12 Hubungan Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas Hutan Diklat
Jampang Tengah ...................................................................................... 81
Tabel 13 Kesesuaian Chalets dengan Ecolodges............................................. 98
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Lokasi Tempat Magang (Perumahan Dosen Jl. Cempaka No.3)....... 15
Gambar 2 Tahapan Kegiatan Magang................................................................ 18
Gambar 3 Skema Konsep Pandangan Kerja PT IdeA........................................ 19
Gambar 4 Bagan Struktur Organisasi PT IdeA.................................................. 22
Gambar 5 Tahapan Perancangan Lanskap dalam Pengerjaan Proyek TNGHS. 31
Gambar 6 GPSmap 60CSx................................................................................. 32
Gambar 8 Peta Dasar Pembagian Zona Resort PTNW Kawah Ratu................. 34
Gambar 7 Peta Dasar Pembagian Zona Resort PTNW Kawah Ratu................ 34
Gambar 9 Sumber Air dalam Tapak ; Air Terjun 1 (a)
Penampang Air Terjun 2 (b) Air Terjun 3 (c)
Air Terjun 4 (d) Air Terjun 5 (e) Air Terjun 6 (f)
Aliran AirTerjun Menuju Sungai (g) View Sungai(h)..................... 36
Gambar 10 Peta Kontur Resort PTNW Kawah Ratu......................................... 37
Gambar 11 Vegetasi dan Satwa yang Terdapat di TNGHS ;
Dominansi Damar pada Blok Perkemahan (a)
Damar Sebagai Pembatas Blok Perkemahan (b)
Kombinasi Pohon, Semak, dan Ground Cover Pada Tapak (c)
Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) (d) Owa Jawa (Hylobates moloch) (e)
Macan Tutul Jawa (Panthera pardus) (f)...................................... 38
Gambar 12 Peta Kondisi Eksisting dan Analisis Resort PTNW Kawah Ratu... 44
Gambar 13 Konsep Ruang Pada Tapak.............................................................. 45
Gambar 14 Konsep Sirkulasi dalam Tapak........................................................ 47
Gambar 15 Ilustrasi Blok Perkemahan (a) Chalet 1 (b)
Tree House Berupa Chalet (c) Ilustrasi Shelter (d)......................... 49
Gambar 16 Bubble Diagram Resort PTNw Kawah Ratu.................................. 50
Gambar 17 Material fasilitas Terbangun Menyerupai
Dahan Pohon Damar (a) Model Rumah Panggung yang
Diadaptasi (b) Kayu Lapis Pernis (c)
Siklus Konsep Eco-Design (d)........................................................ 51
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Proses Tender ................................................................................... 105
Lampiran 2 Spesifikasi dan Penggunaan GPS ................................................... 106
Lampiran 3 Tabel Hubungan Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas dalam
Hutan Diklat Jampang Tengah......................................................... 107
Lampiran 4 Rapat Non Formal Bersama Seluruh Tim Proyek
Resort PTNW Kawah Ratu .............................................................. 110
Lampiran 5 Arahan Teknis Dari Main Designer,
Lembar Jadwal dan Pembagian Tugas Proyek Resort
PTNW Kawah Ratu .......................................................................... 112
Lampiran 6 Hasil Arahan Pada Tahap Analisis Sampai Pengembangan
Konsep ............................................................................................... 118
Lampiran 7 Sketsa Alternatif Desain Fasilitas di Hutan Diklat
Jampang Tengah dan Hutan Diklat Rumpin ................................... 120
1
BAB I PENDAHULUAN
Kebutuhan area setiap orang untuk aktivitas berkemah yaitu seluas 84,3
m², termasuk area parkir. Sedangkan hasil studi yang dilakukan oleh Arifin
(1990), kebutuhan ruang per orang adalah 22,5 m², yang mencakup areal tenda,
bermain, penyangga, dan bangunan MCK.
4. Hutan produksi Data tentang komposisi dan dimensi vegetasi, estimasi tebang
alamiah yang pilih; satuan-satuan hutan > 5 ha pada kemiringan > 100%, data
ekstensif tentang kelas lereng, akses dari desa terdekat, taraf pengelolaan
rendah hingga medium, pemantauan perkembangan hutan,
perencanaan, perlakuan silvikultur, perlindungan terhadap
gangguan, pengetahuan metode panen dan konservasi, pelatihan
personil.
5. Hutan produksi Data tentang komposisi dan dimensi vegetasi, estimasi tebang
alamiah yang pilih; satuan-satuan hutan > 25 ha pada lereng <70%, data tentang
intensif kelas kemiringan, sistem jalan yang terencana dengan
aksesibilitas potensial yang bagus, taraf pengelolaan tinggi,
perencanaan perlakuan silvikultur, perlindungan terhadap
gangguan, pengetahuan tentang metode pembangunan jalan dan
pemanenan, pelatihan personil.
6. Hutan tanaman Data komposisi spesies, potensial dan dimensi silvikultur, syarat
kayu timber tumbuh spesies tentang iklim, tanah dan hidrologi; tergantung
pada teknologi yang digunakan pada kemiringan hingga 50% atau
70%, sebaiknya pada permukaan lahan yang tidak kasar dan
aksesibilitasnya baik, taraf pengelolaan medium atau tinggi,
perencanaan yang intensif terhadap perlakuan silvikultur dan
operasi panen, supervisi yang bagus dan intensif, fasilitas transpor
yang baik, pelatihan personil.
7. Hutan tanaman Data komposisi dan dimensi spesies; pada slope > 50% tidak peka
kayu pulp terhadap erosi, potensi produktivitasnya baik, aksesibilitasnya
baik dan permukaan tanah tidak kasar; unit-unit minimum > 5 ha,
skala usaha > 500 ha, taraf pengelolaan medium hingga tinggi,
perencanaan yang baik dan intensif terhadap perlakuan silvikultur
dan operasi pemanenan, fasilitas transportasi yang baik, pelatihan
personil.
8. Hutan tanaman Data tentang komposisi spesies dan potensial hasil; pada slope<
kayu bakar 50% pada wilayah di dekat desa, tingkat pengelolaan rendah atau
medium, pada areal yang dapat tererosi operasi pemanenan lebih
ekstensif.
9. Hutan tanaman Data komposisi spesies dan potensial hasil; sebaiknya padatanah-
bambu tanah yang subur, taraf pengelolaan rendah hingga medium,
penelitian tentang sistem pengelolaan dan potensial hasil.
10. Hutan rakyat Data tentang komposisi spesies, potensi dan dimensi silvikultur;
pada slope hingga 50%; Di sekitar wilayah desa, taraf
pengelolaan medium, perencanaan dan implementasinya di bawah
supervisi lembaga kehutanan.
11. Agro-hutani Data tentang kompoisi spesies, potensial, dimensi dan hasil
tanaman hutan dan tanaman pertanian, pengetahuan tentang
kompetisi antara spesies pohon dan tanaman pertanian; pada
tanah-tanah yang tingkat kesuburannya moderat dan peka erosi;
pada slope < 30%; aksesibilitas internal dan eksternalnya baik,
taraf pengelolaan medium atau tinggi, perencanaan yang baik dan
intensif terhadap penggunaan lahan ini, termasuk sistem
penelitian dan pengelolaannya.
12. Hutan tanaman Data komposisi spesies, potensi dan dimensi silvikultur,data
konserva si tanah penutupan tajuk dan penutupan permukaan tanah; pada areal
yang sangat peka erosi, dengan slope > 70%, taraf pengelolaan
medium, pengetahuan tentang perlakuan silvikultur dan
konservasi tanah.
9
13. Hutan wisata Komposisi vegetasi yang sesuai, berselang- seling dengan tempat
terbuka; kondisi iklim yang nyaman, lokasi camping atau slope
<15%, aksesibilitas eksternal dan internal yang bagus, fasilitas
rekreasi yang memadai, taraf pengelolaan medium hingga tinggi,
pengetahuan tentang pemanfaatan kawasan hutan untuk wisata.
5. Proportion (proporsi)
Proporsi terpusat pada hubungan ukuran antara semua elemen lanskap
termasuk hubungan vertikal dan horizontal.
6. Unity (kesatuan)
Kesatuan diukur ketika kelima prinsip desain lainnya telah dimasukkan
dalam lanskap. Kesatuan juga memiliki kontribusi dalam mengkreasikan
desain secara keseluruhan.
sekitar.
690 m
Data Magang
Data yang dikumpulkan selama kegiatan magang berlangsung
dikategorikan menjadi data teks, gambar, tabel, dan bagan. Keempat bentuk data
tersebut merupakan bentuk data dari kondisi umum perusahaan dan data yang
berkaitan dengan proyek perancangan lanskap yang sedang berjalan. Data
dikumpulkan dengan metode wawancara dan studi pustaka melalui library
perusahaan, buku, dan website terkait. Jenis, bentuk, dan sumber data dari kondisi
umum perusahaan dan semua aspek perancangan lanskap yang berkaitan akan
ditampilkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Jenis, Bentuk, Sumber, dan Cara Pengambilan Data Proyek Magang
No. Jenis Data Bentuk Sumber
1. Kondisi Umum Perusahaan
Sejarah perusahaan Teks Wawancara dan studi
pustaka
Struktur organisasi Teks dan bagan Wawancara
Sistem kerja Teks dan bagan Wawancara
Bahan, alat, dan Teks dan tabel Wawancara
metode kerja
2. Proyek Perancangan Lanskap
Lokasi Wawancara, studi
Tujuan proyek Teks, gambar, pustaka, dokumentasi,
Proses perancangan lanskap tabel, dan bagan dan survai lapang
Pasca proses perancangan
1. Pengenalan karyawan
Orientasi Perusahaan
2. Mempelajari struktur organisasi
Mengenal kelembagaan perusahaan dan
perusahaan
pembelajaran ilmu perancangan lanskap
3. Mempelajari alat, bahan, dan
teknik dalam perusahaan untuk
perancangan lanskap
Kegiatan Perancangan Partisipasi aktif dalam kegiatan
Mempelajari proses perancangan perancangan, seperti survai,
lanskap perusahaan untuk mengetahui inventarisasi, analisis, perancangan,
bagaimana menghasilkan produk dan pelaksanaan di bawah
lanskap yang tepat bimbingan konsultan.
Kegiatan Magang
Penyusunan Laporan
Pasca Magang
PEMANFAATAN PELESTARIAN
Gambar 3 Skema Konsep Pandangan Kerja PT IdeA
Sumber : PT IdeA (2011)
20
Tenaga Ahli :
- Regional Studio :
and Urban - Drafter
Planner - GIS Operator
- Tourism - Perpajakan &
Planner Administrasi
- Landscape
Architect
- Architect
diharapkan. Hal tersebut terjadi karena munculnya beberapa kendala yang berasal
dari perusahaan sendiri maupun pihak luar sehingga membuat tahapan yang ada
dikerjakan berulang-ulang dan keluar dari jadwal.
Tahapan kerja yang dilakukan oleh PT IdeA dalam perancangan lanskap
adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan (Inception), diawali penyusunan proposal dan penawaran
rancangan proyek, serta pertemuan dengan klien untuk kesepakatan dan
penyerahan proyek.
2. Tahap Inventarisasi dan Analisis (Inventaritation and Analysis), meliputi
kegiatan pengumpulan informasi dan data kondisi tapak, baik data primer
ataupun data sekunder, kemudian dianalisis guna mengidentifikasi potensi
dan kendala tapak. Pada tahap ini dilakukan diskusi bersama di dalam
perusahaan untuk menemukan solusi terbaik.
3. Tahap Desain konseptual (Conceptual Design), meliputi penentuan ide
secara konseptual, pembuatan masterplan dan gambar ilustrasi. Penentuan
tema utnuk konsep dilakukan dengan mempertimbangkan keinginan dari
klien.
4. Tahap Pengembangan Desain (Design Development), pada tahap ini
pembuatan gambar ilustrasi dilakukan untuk mendukung konsep yang
telah dibuat guna membantu dalam planning application, dan gambar detil
secara general layout.
5. Tahap Pembuatan Gambar Kerja (Documentation Production), produk
akhir berupa gambar kerja detil rancangan dan zonasi tapak, pembuatan
gambar teknis beserta penggunaan hardscape dan softscape, detil
konstruksi, dan informasi lainnya yang mendukung dalam pelaksanaan.
6. Tahap Pelaksanaan (Implemetation), implementasi hasil akhir dari
perencanaan dan perancangan ke dalam tapak.
7. Tahap Evaluasi (Evaluation), dilakukan setelah tahap pelaksanaan untuk
mengetahui hasil akhir dari produktivitas dan produk kerja. Tahap ini juga
sebagai penuntun untuk menyusun rencana pemeliharaan lanskap yang
telah didesain dan dibnagun agar kualitasnya dapat terjaga.
25
Terdapat juga fasilitas kerja lainnya yang ikut mendukung dalam pengerjaan
proyek. Fasilitas kerja yang terdapat di PT IdeA dapat terlihat pada Tabel 8.
kurang memadai secara kuantitas karena jumlahnya lebih kecil dari jumlah
staf yang bekerja sehingga staf harus membawa hardware tersendiri
(laptop) untuk kegiatan kerja. Hal tersebut tidak menghambat
belangsungnya proses kerja. Namun, produktivitas akan meningkat dengan
kuantitas komputer yang memadai.
d. Pendekatan dalam Proses Perancangan Lanskap
Perusahaan bersikap terbuka terhadap metode baru dan memberi perhatian
khusus kepada isu-isu strategis yang ada dalam proyek. Project leader atau
tim dapat mengusulkan metode baru dan pendekatan strategis tersebut
untuk didiskusikan bersama. Metode yang digunakan umumnya yang
dapat meningkatkan efesiensi kerja dan waktu. Selain itu, perhatian juga
diberikan oleh pihak manajerial PT IdeA guna melihat peluang dan
menempatkan posisi perusahaan di dalam proyek.
e. Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja yang selalu ditingkatkan selain dengan motivasi,
arahan, dan fasilitas yang diberikan perusahaan, penghematan strategis
terhadap waktu dan biaya juga dilakukan. Penghematan tersebut dilakukan
dengan menggunakan teknik hand drawing dalam proses analisis sampai
pada tahap pengembangan desain dan dan revisi dari klien dalam beberapa
proyek. Melalui teknik tersebut penghematan waktu seperti saat di lapang
untuk menggambarkan konsep dapat lebih cepat dibandingkan dengan
menggunakan teknik komputerisasi. Mahasiswa magang turut
mengembangkan keterampilannya dalam bagian tersebut.
f. Suasana Kerja
Pengerjaan proyek dalam studio juga didukung dengan suasana yang
nyaman. Selama mahasiswa melakukan kegiatan magang, pimpinan
perusahaan berencana melakukan perpindahan studio ke ruang yang lebih
luas, memadai, dan nyaman. Hal ini menunjukkan perhatian perusahaan
yang tinggi akan suasana dan kualitas lingkungan kerja.
2. Faktor penghambat dalam menghasilkan produk antara lain :
a. Waktu Pengerjaan Proyek
29
3. Fasilitas berupa teknologi dan peralatan yang dimiliki oleh PT IdeA dikelola
dan digunakan dengan baik untuk mendukung pengerjaan proyek.
4. Perusahaan memiliki sumber daya manusia yang telah diproses secara selektif
dengan melihat keterampilan dan pengalaman kerja yang dimiliki tenaga
tersebut. Selain itu, kemampuan perusahaan dalam menyediakan tenaga
tambahan berupa staf ahli juga dimiliki PT IdeA. Sering kali perusahaan
mendapatkan proyek yang berkaitan dengan konservasi maka diperlukan pula
ahli di bidang khusus, seperti tenaga ahli GIS, ahli animasi dan desain, ahli
burung, ahli geologi, dan sebagainya untuk memenuhi muatan kerja.
Mendatangkan tenaga ahli GIS sering dilakukan dalam proyek pengembangan
lanskap di kawasan konservasi, seperti pada proyek di Resort PTNW Kawah
Ratu dan Hutan Diklat Jampang Tengah, dan Hutan Diklat Rumpin.
5. Produk yang objektif dan profesional selalu diberikan PT IdeA kepada
kliennya. Melalui berbagai pertimbangan dari klien, perusahaan, lingkungan,
dan isu-isu strategis lainnya, PT IdeA berhasil menemukan solusi terbaik.
Solusi tersebut membantu perusahaan dalam menghasilkan kualitas produk
yang memuaskan klien dan tetap menjaga lingkungan dan tidak merusaknya.
Hal tersebut juga didukung oleh pengalaman dan fasilitas yang dimiliki
perusahaan.
6. Jadwal kerja yang telah dibuat perusahaan berfungsi mengatur sistem kerja
perusahaan. Sistem kerja dilaksanakan dengan baik oleh staf perusahaan sesuai
dengan jadwal kerja yang telah dibuat.
Pengembangan
Desain
a. Tahap Persiapan
Klien pada proyek ini adalah Balai TNGHS dan PJLKKHL menunjuk
langsung PT IdeA untuk menangani tapak yang akan dikerjakan. Klien
menginginkan adanya penataan lanskap kembali untuk pengembangan kegiatan
wisata alam dan edukasi di zona pemanfaatan TNGHS, Kecamatan Cidahu, Bogor
sehingga menjadi lebih tertata dan dapat menunjang kebutuhan wisata alam bagi
pengunjung.
b. Tahap Inventarisasi
Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) merupakan taman
nasional yang terdapat di Gunung Halimun Salak. Gunung Halimun salak
32
merupakan pegunungan yang masih berstatus aktif dan pemilik hutan hujan tropis
terluas di Pulau Jawa. Sebelumnya pihak balai TNGHS telah melakukan survai
dan pemetaan pada lokasi dan memberikan peta dasar untuk PT IdeA.
Kegiatan survai dan inventarisasi yang dilakukan meliputi pengambilan
foto, cek plot jalur atau trek dengan alat GPS, dan pengumpulan data sekunder
dengan cara studi pustaka dari berbagai sumber. Penggunaan dan spesifikasi GPS
yang digunakan dijabarkan pada Lampiran 2. Luas total keseluruhan kawasan
adalah ±75 Ha.
Peta dasar yang diperoleh PT IdeA dari Balai TNGHS telah terbagi
menjadi zona sarana publik, zona petualangan, zona akomodasi, dan zona wisata
tirta, seperti yang terlihat pada Gambar 7. Hal tersebut dilakukan untuk
memudahkan proses inventarisasi dan proses analisis selanjutnya. Kunjungan
lapang tetap dilakukan pada sekitar zona yang menjadi lokasi proyek, walaupun
telah mendapat peta dasar. Pembagian zona dengan kondisi eksisting zona-zona
tersebut untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 9. Kondisi eksisting tapak
berdasarkan perekaman trek jalur dengan GPS dan pengambilan foto terlihat pada
Gambar. Data yang telah diperoleh dimasukkan dan diolah dengan sistem
komputerisasi dengan menggunakan software Arc Gis 9.3, Auto Cad Land
Development 2009, Auto Cad 2004, dan Garmin Map Source 5.0. Data tersebut
diolah bersama tim ahli Balai TNGHS.
33
Hidrologi
Tapak kawasan wisata alam Cidahu memiliki sumber air dari 6 air terjun
yang terdapat di sisi timur kawasan. Air terjun 1 merupakan air terjun dengan
ketinggian paling tinggi dan lanjutkan ke posisi yang lebih rendah oleh air terjun
2, 3, 4, 5, 6. Keenam air terjun tersebut secara garis besar memiliki debit air yang
cukup besar dengan penampang yang cukup luas dan airnya yang terus mengalir
menuju sungai. Selain itu ada dua air terjun dekat dengan blok 3A tetapi dengan
debit dan penampang air yang lebih kecil.
Debit aliran air pada beberapa air terjun dan sungai cukup deras. Hal ini
diperoleh melalui pengukuran dengan teknik sederhana, yaitu :
x Mengukur luas penampang sungai yang ada (A) dengan cara mengasumsikan
setiap bentuk penampang adalah persegi dan mengukur lebar dan panjang
penampang sungai, serta mengukur ketinggian air terjun. Luas yang diperoleh
dimasukkan ke dalam rumus berikut :
A= ∑ kotak yang terisi air/ ∑ kotak per 1 m²
∑ kotak yang terisi lebih dari setengah air dihitung dengan melakukan
pembulatan ke atas.
x Mengitung kecepetan (V) aliran air terjun dengan menggunakan metode benda
apung (misal : daun). Daun dilepaskan pada jarak 1,5 m lalu hitung lama waktu
tempuhnya dengan menggunakan stopwatch. Pengukuran dilakukan sebanyak
5 kali dan dirata-rata. Satuannya dikonversi menjadi m/detik dari sekian detik
per 1,5m.
x Setelah luas penampang (A) dan kecepatan (V) diperoleh, lalu dimasukkan ke
dalam rumus :
Q=K (V.A)
K= 850 untuk musim kering/kemarau
K=900 untuk musim hujan
Hitungan :
Luas Penampang sungai (A) : Lebar = 5 m =27/16=1,7 m²
Kecepatan aliran sungai (V) : 1,46m /detik (hasil pengukuran rata-rata)
Debit sungai (Q)=K(V.A) =850 (1,46 x 1,7)=2109,7 l/detik
36
Topografi
Tapak berada pada ketinggian ±785 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Kondisi topografi setiap blok perkemahan yang terdapat secara garis besar
memiliki kemiringan 0-8%. Berikut merupakan peta kontur yang diambil
berdasarkan trek jalur dengan menggunakan GPS.
37
Skala 1 : 7500
Aksesibilitas
Tapak Cidahu memiliki aksesibilitas yang relatif cukup mudah dengan
pintu masuk dari Parung Kuda (Sukabumi) dan jalan potong dari Cicurug. Kedua
jalur tersebut dapat diakses dengan menggunakan kendaraan roda empat berupa
mobil atau kendaraan roda dua. Hal tersebut membuat tapak Cidahu sering
39
Karakteristik Pengunjung
Perilaku dan aktivitas pengunjung di kawasan ini pada umumnya adalah
berkemah (sebagai wisata minat khusus, bukan untuk wisata masal), outbound,
pengamatan satwa, bermalam di Javana Spa Resort, mendaki menuju Kawah
Ratu, penelitian, dan lain lain.
Rata-rata jumlah pengunjung adalah 400-800 penunjung per bulan. Resort
PTNW Kawah Ratu dapat menampung maksimal 1000 pengunjung per bulan. Hal
tersebut terjadi karena obyek wisata Kawah Ratu yang sebagai obyek wisata dan
harga tiket masuk yang relatif terjangkau. Pengunjung kawasan seringkali belum
ada kesadaran mengenai manfaat pelestarian Taman Nasional sehingga masih
banyak sisa berkemah berupa sampah yang ditemukan di tapak.
Penduduk Setempat
Mata pencaharian penduduk desa setempat adalah bertani. Namun
seringkali beberapa penduduk terutama anak muda yang menjadi volunteer atau
menawarkan diri untuk menjadi guide bagi para pengunjung, akan tetapi hal
tersebut hanya sebagai pekerjaan sampingan selain bertani. Selain itu, ada juga
masyarakat yang mencari nafkah dengan mendirikan warung-warung liar di blok-
blok perkemahan dalam tapak.
Penyadapan getah damar oleh masyarakat secara ilegal sebagai sumber
penghasilan juga sering dilakukan. Hal tersebut mengakibatkan beberapa
permasalahan dengan masyarakat lokal. Oleh karena itu, penyuluhan dan
pendidikan umum secara khusus mengenai lanskap konservasi. Sehingga
masyarakat dapat menjadi lebih peduli untuk menjaga kelestarian kawasan
lanskap konservasi.
40
c. Tahap Analisis
Selanjutnya tahap analisis tapak dilakukan untuk mengetahui potensi dan
kendala yang ada di tapak. Secara keseluruhan kendala pada tapak ditimbulkan
akibat gejala-gejala erupsi Gunung Halimun Salak, seperti gempa dan tanah yang
berpotensi untuk longsor, serta vandalisme di beberapa fasilitas wisata dalam
tapak. Munculnya warung-warung liar pada zona petualangan menjadi kendala
dalam mengatur kesesuaian tapak dengan kepentingan ekonomi masyarakat lokal.
Kurangnya signage sebagai informasi mengenai kawasan sangat minim, maka
dari itu pengunjung kurang bisa mengeksplor kawasan.
Berdasarkan hasil inventarisasi tapak yang dilakukan pada tahap
sebelumnya, maka perusahaan menganalisis kondisi eksisting tapak pada zona
yang telah terbagi. Proses analisis ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif.
Dari data pembagian zona yang ada, yaitu :
1. Zona Sarana Publik dengan kondisi eksisting topografi yang cukup landai
dan relatif datar dengan kemiringan 0-12% cukup menunjang kebutuhan
fasilitas berupa guest house dan visitor center yang berperan sebagai tempat
peristirahatan dan peroleh informasi kawasan bagi pengunjung. Selain itu
terdapat kendala MCK dan mushola yang terpisah dan tidak terawat, serta
penempatan warung liar yang kurang tepat menjadi pengurangan nilai estetik
kawasan, area parkir yang ada berdasarkan pengalaman tidak mencukupi
kebutuhan parkir untuk pengunjung. Oleh karena itu, dibutuhkan perluasan
area parkir dan penentuan penempatan warung agar lebih tertata. Kebutuhan
ruang lapangan parkir dengan asumsi ukuran kendaraan roda empat 3mx6m
dan motor 1mx2m, maka dibutuhkan areal parkir seluas 55mx20m yaitu
seluas 1100 m² ( dengan batasan parkir untuk 20 motor, 10 mobil dan 4 bus),
serta efesiensi pengelolaan MCK, mushola, dan visitor center menjadi satu,
serta perlunya identitas kawasan berupa sign board sebagai signage. Pada
zona ini juga terdapat blok perkemahan 1A dan 1B. Kedua blok tersebut
merupakan blok perkemahan yang hanya digunakan untuk bermalam jika
terdapat pendaki Kawah Ratu yang datang saat pintu kawasan Cidahu tutup.
Selain itu, lahannya yang berbatu dan lebar lahan kurang dari 3 m tidak
memiliki cukup ruang untuk mendirikan tenda dan jarang sekali digunakan
41
untuk berkemah, maka dari itu blok ini tidak akan digunakan lagi sebagai
blok perkemahan.
2. Zona Sarana Petualangan memiliki kondisi eksisting dengan tujuh blok
perkemahan memilliki kualitas yang baik sebagai obyek wisata. Secara garis
besar blok-blok perkemahan tersebut dikelilingi oleh dominasi tegakan damar
(Agathis damara) sebagai penaung dan keasrian alam, open view yang
menarik, seperti pemandangan ke Gunun Gede Pangrango, kemiringan lahan
0-8%, memiliki air terjun di sekitar blok sebagai sumber air bersih, dan sudah
memiliki fasilitas sanitasi. Kendala berupa warung-warung liar terdapat di
setiap bloknya. Pada blok 2A, 2B, dan 2C terletak di sebelah kanan jalan
dengan potensi good view yang luar biasa menarik dengan iklim mikro yang
menyejukkan pada ketinggiannya. Sedangkan pada blok 2D dan 2E memiliki
lahan cenderung lebih sempit untuk mendirikan tenda minim view. Namun
blok 2D masih dapat digunakan sebagai blok perkemahan. Sementara blok 2E
dengan luasan yang lebih kecil dan kerapatan pohon yang tinggi maka blok
tersebut tidak akan digunakan lagi untuk berkemah. Blok perkemahan yang
paling diminati oleh pengunjung adalah blok 3A dan 3B karena memiliki
lahan yang paling luas dengan toporafi datar, serta memiliki good view yang
terbuka mengarah ke Gunung Pangrango. Posisi blok 3A dan 3B terletak pada
ketinggian ±387 mdpl, maka dari itu suasana sejuk dan pemandangan yang
luas dapat dirasakan dan dilihat dari blok tersebut. Selain itu, blok 3A
memiliki daya tarik tersendiri berupa dua objek wisata air terjun. Namun, di
blok 3A terdapat saluran air kering sebagai penyalur air hujan yang dipenuhi
banyak sampah dan bekas pembuangan orang berkemah. Signage pun sebagai
penunjuk arah, papan interpretasi, dan titik lokasi pun tidak ada di zona ini.
Menyadari pentingnya informasi yang dibutuhkan oleh pengunjung mengnai
zona tersebut.
Fasilitas sanitasi yang dibutuhkan berupa kamar mandi dan toilet, tempat
mencuci, tempat penampungan air bersih dan tempat pembuangan sampah
dan fasilitas sanitasi yang dimiliki setiap blok perkemahan tersebut termasuk
buruk dan tidak memadai yang memenuhi kebutuhan sanitasi. Dengan asumsi
pengunjung 80 orang per harinya maka membutuhkan sedikitnya 2 kamar
42
mandi, 2 WC, dan 1 area untuk mencuci. Oleh karena itu, diperlukan
pengadaan dan perbaikan fasilitas sanitasi. Fasilitas lain yang diperlukan
untuk kebutuhan rekreasi di zona petualangan adalah gazebo untuk
kepentingan ruang evakuasi jika terjadi badai atau hujan deras. Bangku,
tempat duduk, jembatan, shelter, signage, dan lain-lain untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas rekreasi seperti bersantai, photo hunting, menikmati
pemandangan, penelitian di Kawah Ratu dan pendidikan hutan hujan tropis
sebagai the last tropical rain forest in Java, serta pengamatan wildlife tourism
pada tiga spesies kunci yaitu Macan Tutul Jawa, Owa Jawa, dan Elang Jawa.
3. Zona Sarana Akomodasi adalah lanskap berupa Wisma Cangkuang dan
perkemahan Cangkuang yang sudah cukup lama ditinggalkan sehingga
kurang tertata. Wisma Cangkuang adalah milik atau asset Perum Perhutani,
dulu dibangun karena ada aktivitas wisata di daerah Cidahu. Sebelumnya
kawasan Cidahu merupakan kawasan hutan produksi dan kawasan hutan
lindung yang dikelola Perum Perhutani. Akan tetapi pada tahun 2003,
tepatnya dengan keluarnya SK Menhut No. 175/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni
2003 tentang Alih Fungsi Hutan Produksi Tetap, Hutan Produksi Terbatas
dan Hutan Lindung di Kelompok Gunung Halimun dan Gunung Salak yang
dikelola Perum Perhutani menjadi TN Gunung Halimun Salak, maka
pengelolaannya diambil alih oleh Balai TNGHS. Didalamnya termasuk serah
terima kawasan, pengelolaan dan asset yang dimiliki Perum Perhutani kepada
Balai TNGHS. Serah terima kawasan dan pengelolaan telah diselesaikan
dalam proses yang cukup lama sekitar 6 tahun (2003-2009), tetapi masalah
asset tidak dapat diselesaikan karena asset Perum Perhutani telah terdaftar di
Kementerian BUMN. Proses serah terima yang dilakukan cukup sulit dan
berbelit-belit, termasuk status Wisma Cangkuang sekarang masih milik
Perum Perhutani. Asset tersebut menjadi tidak terawat dan dalam kondisi
yang sangat rusak sehingga tidak dapat dimanfaatkan dan terbengkalai begitu
saja, begitu pula dengan lanskapnya.
Melalui Wisma Cangkuang terdapat jalan potong jalur pendakian menuju
Kawah Ratu dan menuju jalur belakang guest house. Pada jalur tersebut
memiliki potensi pengamatan wildlife tourism pada spesies kunci TNGHS.
43
Skala 1 : 7500
Gambar 12 Peta Kondisi Eksisting dan Analisis Resort PTNW Kawah Ratu
Sumber : PT IdeA (2011)
45
Zona Alami
Sub Zona Sub Zona Wisata Sub Zona Wisata Sub Zona
Wisata Alam- Alam-Wisma Alam-Bumi Wisata Alam-
Penelitian Perkemahan Tirta
Zona Pelayanan
Keterangan
Zona Alami sebagai pembatas dan penyangga
Gambar 13 Konsep Ruang Pada Tapak
Sumber : PT IdeA (2011)
46
Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi dalam Zona Pemanfaatan TNGHS, Kecamatan Cidahu
memiliki pola cul de sac dengan pintu masuk sama dengan pintu keluarnya.
Sistem sirkulasi yang ada dalam tapak terbagi menjadi sirkulasi primer yang dapat
diakses oleh kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua dengan arus dua arah
yang menghubungkan langsung ruang a, b, c, dan h. Sedangkan sirkulasi
sekunder tidak dapat diakses oleh kendaraan karena merupakan jalan setapak dari
tanah dan atau dari bebatuan yang hanya dapat diakses oleh pejalan kaki.
Sirkulasi Primer
h
Sirkulasi Sekunder
d
Pintu Masuk dan Keluar
g Pengunjung
a. Zona Pelayanan
b. Sub Zona Perkemahan
c. b. c. Sub Zona Wisma
d. Sub Zona Penelitian
f e. Sub Zona Edukasi
f. Sub Zona Tirta
e g. Sub Zona Wisma dan
a Tirta
h. Pembatas berupa enclave
Konsep Fasilitas
Fasilitas yang akan disediakan dalam tapak akan ditata dan didesain
sedemikian rupa dengan menyesuaikan pada ruang, fungsi, serta akivitas yang
akan dilakukan pengguna tapak. Fasilitas yang akan disediakan menggunakan
konsep hemat energi dan ramah lingkungan karena untuk meminimalisir dampak
negatif bagi lingkungan alami disekitarnya. Material yang akan digunakan pada
fasilitas merupakan material yang menyesuaikan dengan warna pohon damar
(Agathis damara) yang merupakan dominansi jenis pohon dalam tapak dan
material bambu sebagai cermin tanaman khas Jawa Barat karena posisi TNGHS
terletak di kota Bogor, Jawa Barat.
48
(a)
.000
Ska la 1 : 2010.000
Skala 1 : 7500
[Type a quote from the document or the summary of an interesting point. You can
position the text box anywhere in the document. Use the Text Box Tools tab to change
the formatting of the pull quote text box.]
(d)
Gambar 17 Material fasilitas Terbangun Menyerupai Dahan Pohon Damar (a)
Model Rumah Panggung yang Diadaptasi (b) Kayu Lapis Pernis (c) Siklus
Konsep Eco-Design (d)
(Sumber : http://beterworld.wordpress.com/page/2/ dan
http://global.epson.com/SR/environment/lifecycle/)
52
Berikut ilustrasi dari ketiga zona yang dirancang, yaitu Zona Pelayanan, Zona
Wisata Alam, dan Zona Alami :
x Zona pelayanan
Zona yang berfungsi sebagai welcome area akan menyambut pengunjung
dengan sign board kawasan. Sign board yang akan disediakan memiliki
keterangan dalam dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris untuk
memudahkan pengunjung lokal dan mancanegara. Material utama dengan
menggunakan kayu beserta atap sebagaii penaung. Atap berwarna hijau untuk
menciptakan kesan atraktif, namun tetap menyatu dengan kawasan sehingga
gerbang dapat langsung terlihat pengunjung dari jarak 300-500 m. Desain
tersebut terlihat pada Gambar 17.
(a) (b)
(c)
areal parkir. Visitor center, mushola, dan toilet dijadikan satu bangunan dan
dipindahkan dekat dengan lapangan parkir sehingga mudah dicapai pengunjung.
Luasan dari visitor center tersebut adalah 10mx8m agar memuat pengunjung
massal dan pengelola lebih leluasa dalam memberikan arahan dalam melakukan
kegiatan wisata di dalam tapak. Desain dibuat agar lebih hemat energi dengan
desain transparansi dari kaca sehingga cahaya dapat masuk dan banyak udara
segar yang dapat dinikmati. Tinggi bangunan yang didesain adalah 6m. Dasar
bangunan tidak langsung menyentuh tanah untuk menghindari gangguan lintas
hewan dan mengantisipasi kerusakan tanah jika bangunan akan dipindahkan atau
dihancurkan.
Sementara itu, sirkulasi untuk pejalan kaki mencapai visitor center,
souvenir shop, dan warung/kantin dilengkapi dengan fasilitas tangga. Tangga
tersebut dimulai dari areal parkir sampai ke objek masing-masing dengan
mengikuti kontur tapak. Alas tangga terbuat dari susunan bebatuan sedangkan
penguat tangga menggunakan kayu.
(a) (b)
Gambar 19 Ilustrasi Zona Pelayanan Dilengkapi Fasilitasnya (a) Zona Pelayanan
Sebelum Perancangan (b) Zona Pelayanan Sesudah Proses Perancangan
Sumber : PT IdeA (2011)
(Digambar oleh Caroline Puspita Dewi)
terang dari warna damar agar lebih atraktif untuk mendapat perhatian pengunjung.
Signage lainnya berupa petunjuk arah terdapat di zona pelayanan dan zona wisata
alam dengan tinggi 2 m.
(a)
(b) (c)
Gambar 20 Interpretation Board untuk Vegetasi dan Satwa (a) Interpretation
Board untuk Peta Kawasan dan Jalur (b) Signage Berupa Petunjuk Arah (c)
Sumber : PT IdeA (2011)
(Digambar oleh Caroline Puspita Dewi)
(a)
(b) (c)
Gambar 21 Ilustrasi Eco-Toilet Dalam Zona Petualangan; Kondisi Eksisting
Toilet (a) Toilet Menjadi Eco-Toilet (b) Eco Toilet Tampak Atas (c)
Sumber : PT IdeA (2011)
(Digambar oleh Caroline Puspita Dewi)
(a) (b)
Fasilitas lainnya yang akan disediakan adalah tree house berupa chalet.
Chalet yang akan dikembangkan tidak akan menempel langsung pada pohon
karena pohon pasti akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hal
tersebut dilakukan untuk menghindari kerusakan chalet dari pertumbuhan
cabang pohon dan kerukan pohon itu sendiri. Luasan dari chalet adalah 5mx5m
dilengkapi dengan tangga dan transisi tangga berukuran 4mx4m sehingga total
ukuran chalet dan tangga adalah 9mx9m. Chalet yang akan dikembangkan
hanya ada dua. Mengingat hanya terdapat dua lokasi yang memenuhi dan
mendukung luasan chalet.
(a)
57
(b)
Gambar 23 Ilustrasi Desain Chalet; Penempatan Chalet Pada Hutan Damar (a)
Chalet Tampak Atas (b)
Sumber : PT IdeA (2011)
(Digambar oleh Caroline Puspita Dewi)
Gambar 24 Ilustrasi Gazebo, Warung, Bangku, dan Signage dalam Blok Kemah
3A
Sumber : PT IdeA (2011)
(Digambar oleh Caroline Puspita Dewi)
Loop trail menuju sub zona wisata tirta berupa tangga difasilitasi dengan
jalur tapak dari batuan alam dan hand railing dari stainless steel, sepanjang 2k m
dengan lebar 1 m, asumsi yang dibutuhkan 2000mx1m=2000m². Batu Andesit,
Batu ini juga terbentuk dari pendinginan lava saat gunung meletus. Batu ini
berwarna abu-abu, dan pori-porinya sangat sedikit. Kekerasan dan kepadatannya,
membuat batu andesit sulit tergores, serta lebih tahan cuaca. Antisipasi lumut
pada batuan maka dilapisi Propan Stone Care, adalah pelapis batu alam yang
59
terbuat dari bahan acrylic solvent based, mempunyai tampilan akhir yang
mengkilap. Cat ini melekat kuat pada batu alam dan tahan cuaca, serta cocok
digunakan pada batu yang berwarna tua dan gelap, seperti andesit, atau batu
pacitoroso. Propan Stone Care membuat guratan dan warna batu lebih indah dan
menonjol. Selain loop trail akan disediakan fasiitas berupa canopy trail di atas
loop trail yang terhubung diantara pepohonan. Memperhatikan adanya kehidupan
yang berjalan sebesar 60% di dalam hutan maka canopy trail akan disediakan
pada 30-40 m diatas permukaan tanah. Canopy trail tentunya akan memberikan
pemandangan yang berbeda. Fasilitas ini disediakan bagi pengunjung yang ingin
melakukan eksplorasi dengan tambahan pandangan sekilas dari satwa Elang Jawa,
Owa Jawa, dan Surili.
(a) (b)
Gambar 25 Stainless Steel untuk Material Hand Railing (a) Batu Andesit untuk
Alas Tangga Loop Trail Menuju Air Terjun (b)
(Sumber : http://www.boiler-tubes.com/Stainless-Steel-Pipe/316-Tube-SS-
Tubing.html dan http://www.indonetwork.co.id/stonemart/2273715/batu-andesit-
bakar.html)
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan PT IdeA melakukan persamaan persepsi dengan
pengelola dan untuk mengetahui metode survai yang akan digunakan. Tahap
perancangan awal dari kedua proyek yang sempat diikuti hanya sampai pada tahap
pengembangan desain berupa desain sarana dan prasarana yang akan disediakan
dalam tapak. Hasil dari perancangan lanskap, seperti pemanfaatan potensi
lanskap, penatagunaan lahan, desain sarana dan prasarana, sampai pada
pemberdayaan masyarakat akan dimasukkan dalam rencana strategi untuk
program pengelolaan Hutan Diklat Jampang Tengah dan Hutan Diklat Rumpin.
D
B
C
A
I
H
J E
G F
0 90 180 270M
x Blok A adalah Jalur Hijau seluas 1,116 Ha dibuat sepanjang tepi hutan diklat,
yang berbatasan dengan jalan raya bojong lopang selebar 20-25 m. Kemiringan
areal ini langsung berbatasan dengan jalan utama yang disertai dengan
vegetasi, seperti pohon jati, kaliandra, dan akasia yang berperan sebagai jalur
hijau, serta border blok A. Blok ini akan tetap dipertahankan. Jenis-jenis
tanaman yang ada selain jati, kaliandra, dan akasia, ada pula mahoni, suren,
midi, lantoro, nangka, petai, dan sengon. Tanaman-tanaman terus akan
dikembangkan menjadi green belt di seluruh kawasan dengan mengelilingi
kawasan. Di blok ini juga terdapat pagar yang berfungsi sebagai border, namun
telah mengalami kondisi yang tidak layak. Sebagai alternatif akan dibuat pagar
setinggi 1,75 m yang dililit tanaman rambat yang berfungsi sebagai rekayasa
pagar.
x Blok B adalah Petak Contoh Persemaian seluas 1 ha dengan kondisi relatif
datar kelerengan 4%-12%. Kondisi petak persemaian saat ini tidak terpelihara,
bedengan rusak dan didominasi bibit yang telah membesar karena terlambat
63
dipindahkan, sumber air tidak ada, gubuk kerja rusak dan telah dibongkar.
Dengan kondisi bedengan yang tidak layak dan gubuk kerja yang telah
dibongkar akan diperbaiki kembali untuk mengoptimalkan fungsi demplot
persemaian.
x Blok C adalah Petak Contoh Teras Gulud Luas petak 3,258 ha dengan
kelerangan 5-10%. Teras gulud dibangun dengan jarak antar guludan 10 m, dan
diberi tanaman penguat kaliandra. Teras gulud dilengkapi saluran pembuangan
air dan terjunan bambu dan batu. Kondisi teras gulud saat ini sudah tidak
tampak guludan tanah dan saluran air, terjunan bambu serta batu telah rusak.
Blok ini telah berubah fungsi menjadi kebun garapan masyarakat yang tidak
memiliki izin resmi dari pengelola kawasan. Hal ini menyebabkan banyak
terjadinya penebangan pada pohon penguat tanah oleh masyarakat untuk
memperluas lahan garapan. Oleh karena itu, blok ini akan dikembangkan
dengan penyediaan bangunan pengawas agar dapat mengontrol aktivitas dalam
Blok B. Selain itu, pohon cendana akan ditanam kembali pada setiap lipatan
teras untuk memperkuat tanah yang membentuk teras gulud. Teras gulud yang
ada akan ditanami tanaman palawija untuk dikerjasamakan dengan masyarakat
dalam pengelolaannya.
x Blok D adalah Petak Contoh Hutan Rakyat membentang searah jalur jalan raya
propinsi antara Sukabumi dan Surade seluas 11,513 ha. Petak contoh ini berada
di lokasi yang memiliki solum tanah dangkal bahkan berupa tumpukan batuan
dengan kelerangan 5-35% dan dibagi dalam pola : tumpang sari dan hutan
rakyat. Akar pohon yang kuat telah tertanam pada pori-pori bebatuan dan
memecahkannya, sehingga memberikan ruang lebih untuk terjadinya infiltrasi
(penyerapan air hujan yang mengalir di permukaan tanah).
x Blok E adalah Lahan Praktek Peserta Diklat kehutanan seluas 16,197 Ha.
Petak lahan diklat yang merupakan areal ini merupakan lahan kosong untuk
kegiatan praktek lapangan, saat ini petak praktek telah tertutupi pohon mahoni
dan kaliandra yang awalnya dibuat sebagai sekat bakar. Pada petak ini terdapat
menara pengawas kebakaran hutan yang saat ini kondisinya sudah rusak.
Model lahan praktek ini kurang terawasi dan terkontrol dan terdapat bangunan
yang sudah tidak layak. Selain itu, kegiatan pemberdayaan lahan tersebut pun
64
tidak optimal. Lahan ini berpotensi untuk menjadi area penelitian dan
pendidikan tanaman kehutanan.
x Blok F adalah enclave seluas 1,00 ha. Enclave yang terdapat yaitu berbentuk
wisma dari rumah masyarakat dan bangunan percontohan cek DAM yang
sudah tidak terpakai. Lahan di Blok F ini memiliki cukup lawn area yang dapat
dikembangkan menjadi rest area. Bangunan DAM pun akan dikonstruksikan
menjadi wisma.
x Blok G adalah wilayah perlindungan mata air seluas 1,971 ha. Petak ini
dimaksudkan melindungi mata air Cikompa, petak ini banyak ditumbuhi
berbagai tanaman seperti mahoni, jati, laban, sungkai dan bambu. Blok G
berpotensi sebagai area konservasi tanah dan air. Selain itu, mata air yang ada
berfungsi sebagai sarana irigasi untuk petak-petak contoh yang ada dalam
kawasan. Menara pandang yang ada didalamnya dengan kondisi yang tidak
layak di dalam blok ini akan dipertahankan dan dikembangkan menjadi rest
area.
x Blok H adalah Petak Teras Bangku dengan luas petak contoh 6,1 Ha dengan
kelerangan 5%-35%. Pada petak ini dibangun teras bangku dengan vertikal
interval 50-75 cm, lebar 4 m dan lebar bidang olah 3,5 m. Tanaman penguat
teras pada awal pembangunannya adalah kaliandra, rumput dan murbei.
Dilengkapi dengan saluran pembuangan air, terjunan batu dan bambu. Kondisi
saat ini petak contoh teras bangku telah terbagi dalam beberapa lahan garapan
oleh masyarakat setempat. Masyarakat mengolah dan menanami lokasi tersebut
dengan tanaman semusim. Tanaman penguat teras sudah rusak, bangunan teras,
saluran air dan terjunan batu telah hancur. Semua telah diratakan oleh
masyarakat penggarap dengan alasan untuk memperluas bidang garapan.
Akibatnya bidang garapan yang dibangun pada areal yang miring sangat rawan
erosi dan mempercepat pemiskinan hara tanah. Pemanfaatan liar hampir
menguasai 20% area. Pengembangan Blok H akan dilakukan dengan
pembangunan kebun benih dan teras bangku yang dapat dimanfaatkan
masyarakat untuk penelitian, pengenalan tanaman kehutanan, dan area
penanaman palawija.
65
x Blok I adalah Sarana Kampus seluas 2,016 Ha. Sarana kampus yang tersedia
meupakan sarana kampus wirawana Lokasi ini merupakan pusat kegiatan
wirawana yang berisi bangunan ruang kelas, perpustakaan, asrama, dapur,
ruang makan, lapangan upacara dan olah raga, dll. Kondisinya saat ini
mengalami rusak berat. Base Camp juga tersedia di petak ini yang merupakan
pusat kegiatan pendidikan dan pelatihan yang didalamnya berisi sarana
prasarana kegiatan diklat seperti : bangunan kelas, rumah karyawan, dapur,
ruang makan, dan asrama.
x Blok J adalah Petak Kebun Koleksi. Lokasi seluas 0,284 Ha ini merupakan
tempat penanaman berbagai macam tanaman penghijauan holtikultura dan
buah-buahan. Kebun koleksi juga merupakan tempat penanaman berbagai
macam jenis buah-buahan seperti lengkeng, melinjo, nam-nam, jeruk, dan
sawo kecik. Luas lahan yang ada pada Blok J tidak cukup luas sebagai area
pendidikan pengenalan tanaman hortikultura dan tanaman hutan. Oleh karena
itu. Blok J akan dikembangkan dengan memperluas kawasan dan mengambil
lahan praktek hutan diklat dengan tujuan dapat menanam tanaman contoh yang
lebih banyak untuk dipelajari dan dikonservasi.
0 90 180 270M
kawasan memiliki langit yang biru dsan banyak pepohonan rimbun yang dapat
mengoptimalkan fungsi jalur interpretasi ini. Selain itu, rest area yang akan
dikembangkan di Blok F akan menjadi salah satu objek wisata alam berupa camp
area dan shelter yang didukung oleh panorama alam didalamnya.
Produk interpretasi dalam kawasan memiliki keunggulan untuk menjadi
sarana pendidikan dan pelatihan tanaman kehutanan dan tanaman hortikultur yang
ada di dalam kawasan. Hal tersebut juga tujuan peruntukkan untuk mengembangkan
camp area di Blok F. Pengembangan produk interpretasi dan camp area ini
berlandaskan pada :
x Mendorong terciptanya obyek wisata alam dengan introduksi interpretasi yang
memiliki cakupan luas;
x Menyajikan program interpretasi dan camp area memiliki 1) nilai penafsiran; 2)
nilai pembelajaran; 3) nilai rekreasi;
x Kelayakan secara finansial, agar manfaat terkembalikan ke konservasi.
Konsep Ruang
Konsep Sirkulasi
Pada pintu masuk memiliki dua alternatif rencana, yaitu 1) membuat pintu
masuk pola cul de sac (pengguna kawasan hanya dapat keluar masuk kawasan
melalui satu pintu masuk saja) denga tujuan untuk lebih mudah mengontrol dan
mengawasi siapa dan apa aktivitas yang dilakukan pengguna dalam kawasan; 2)
Pola pintu masuk terbagi menjadi 3 dengan satu gerbang utama. Pintu masuk 2 dan
3 dapat diakses langsung oleh masyarakat dengan syarat pengawasan pada pintu
masuk tersebut.
Sirkulasi antar ruang dalam kawasan memiliki keterkaitan akses langsung
dan tidak langsung dimana akses langsung ke setiap ruang dimiliki oleh Blok
Sarana Kampus dan Gedung Administrasi agar lebih mudah mengawasi dan
mengontrol kegiatan kawasan. Sementara akses tidak langsung dimiliki ruang yang
tidak berhubungan langsung, seperti antara petak teras gulud dan kebun benih. Jalur
sirkulasi pada kawasan berupa jalur kendaraan, jalan setapak, dan jalur interpretasi.
Jalur utama merupakan jalur yang dapat diakses oleh kendaraan, sedangkan jalur
dalam ruang merupakan jalur berupa jalan setapak yang hanya dapat diakses oleh
manusia. Sementara jalur interpretasi dapat diakses manusia untuk interpretasi alam
dengan mengelilingi ruang tiap ruang dalam tapak.
71
A. Zona Penyangga
D A B. Petak Persemaian
B C C. Petak Teras
Gulud
D. Petak Contoh
Hutan Rakyat
L K J E
I A E. Petak penelitian
F. Petak Lahan
Diklat
G. Petak Shelter dan
H G F Camp
A
H. Petak
A Perlindungan
Mata Air dan
(a) Rest Area
I. Petak Kebun
Benih
J. Petak Kebun
Koleksi
B C D K. Sarana Kampus
dan Administrasi
L. Area Penerimaan
Sirkulasi Utama
L K J E
I Sirkulasi Antar
Ruang
A Akses Masuk dan
Keluar
H G F
(b)
Gambar 30 Alternatif Pintu Masuk; Pola dengan Tiga Pintu Masuk )a) Pola Cul
De Sac (b)
Sumber : PT IdeA (2011)
Konsep Fasilitas
Menerapkan etika eco-design dalam pembangunan fasilitas pengembangan kegiatan
dan utilitas dikemas untuk :
x Membangun kesadaran dan meningkatkan apresiasi pengguna kawasan terhadap
pelestarian lingkungan dan pengelolaan konservasi;
x Menyediakan area untuk rekreasi di alam terbuka, pendidikan, pelatihan,
penelitian, dan konservasi yang berkaitan dengan status kawasan.
Hubungan antara ruang, aktivitas dan fasilitas dapat dilihat pada Lampiran 3.
72
Konsep Vegetasi
Pohon Cendana akan digunakan sebagai tanaman pengarah sepanjang jalur
pedestrian menuju ke berbagai blok dalam tapak, sedangkan pohon jati akan
digunakan sebagai buffer. Pada Kebun koleksi akan dibuat seperti kolom sebagai
plot ragam jenis vegetasi. Pada Blok Teras Gulud akan juga akan ditanami pohon
cendana pada tiap lipatan teras sebagai penguat tanah, sedangkan pada Blok Teras
Bangku akan ditanami kaliandra sebagai penguat tanah sesuai dengan fungsinya
pada awal pembentukan blok tersebut.
a. Tahap Persiapan
Hutan Diklat Rumpin terletak di Desa Rumpin, Kecamatan Rumpin,
Kabupaten Bogor. Secara geografis terletak antara 106º38’50” Bujur Timur dan
6º26’30” sampai dengan 6º26’50” Lintang Selatan dengan ketinggian ±80 m
sampai 100 m dpl. Kawasan hutan diklat berbatasan sebelah Utara dengan
Kampung Pagutan, sebelah Selatan dengan Kampung Lembur Sawah, sebelah
barat dengan Kampung Janala dan sebelah Timur dengan Kampung Lio. Total
luas kawasan hutan adalah 66,80 Ha terdiri dari :
x Blok I : seluas 10 ha dijadikan areal pemakaman rimbawan oleh Kementerian
kehuanan dan sisanya digarap oleh masyarakat. Tanamannya didominasi
tanaman singkong. Pada blok ini terdapat plot konservasi tanah dan air (teras
73
bangku 2 Ha) dan saat ini sudah tidak terpelihara. Pertimbangan dipilihnya
lokasi ini sebagai demplot konservasi tanah dan air (KTA) karena akses jalan
dekat, sudah ada penggarap dan kemiringan lahannya sesuai. Kondisi lahan
saat memerlukan penanganan khusus, kemudian kepada penggarap dilakukan
pembinaan atau perlu fasilitasi berupa Pemberdayaan masyarakat dengan
contoh kegiatan antara lainnya : beternak dan budidaya rumput gajah.
Karakteristik wilayah dengan topografi, sebagian bergelombang dengan
kondisi awal bekas perkebunan karet yang tidak produktif, sebagain lahan
digarap oleh masyarakat dan sebagian di dominasi oleh alang-alang.
Demplot Konservasi Tanah dan Air (KTA) dan demplot perlindungan
merupakan potensi yang dimiliki blok ini. Alasan dijadikannya demplot
perlindungan adalah sesuai dengan kondisi lapangannya yang curam dan
bergelombang. Demplot KTA sebenarnya sudah ada tetapi tidak terpelihara
sehingga untuk kedepannya ini dapat di lakukan rehabilitasi kembali.
x Blok II : seluas 2,90 Ha dengan kondisi saat ini masih didominasi oleh alang-
alang dan sebagian kecil aeral ditanami dengan jenis tanaman Gmelina, johar,
puspa manglid, shorea, sungkai, rasamala, mahoni, merbau, pulaim Hopea sp
dengan diameter bervariasi antara 5 -15 cm., tanaman shorea dan Hopea sp
lebih dominan.(20 % yang ad tanaman). perlu penananan pada aeral yang
masih kosong (alang-alang ). Blok II memiliki potensi untuk dijadikan blok
/zona pemanfaatan wisata alam, pendidikan konservasi/lingkungan karena
sudah ada tanaman dengan jenis, akses ke jalan utama dekat, dan ada sumber
air
x Blok III : seluas 42,90 Ha sudah ditanami dengan Acasia mangium,
Eucalyptus, dan Acasia oocarpa dan sebagian lainnya ditanami buah-buahan.
Tanaman ini dimulai tahun 1998 dan saat telah membentuk ekosistem baru
yang ditandai dengan munculnya berbgai jenis burung, dan satwa lain seperti
biawak, musang, monyet, dan terbentuk iklim mikro yang ditandai dengan
udara yang segar. Jadi fungsi ekosistem di Blok III sebagai habitat flora dan
fauna. Hal ini dapat difungsikan sebagai tempat kegiatan pendidikan
lingkungan, wisata pendidikan dan sarana praktek bagi peserta diklat. tetap
74
Blok I
Blok II
Blok III
Blok IV
0 90 180 270M
0 90 180 M
Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson, kawasan hutan
Diklat Rumpin termasuk ke dalam tipe iklim A ( Q > 16 %), rata-rata bulan basah
pertahun 10 bulan dengan curah hujan tahunan di atas 2.500 mm. suhu udara
antara 25,4 ºC – 27,1ºC dengan rata-rata kelembaban udara 81,3%
Topografi
Topografi kawasan sebagian besar landai dengan kemiringan lereng antara
0 % sampai dengan 24 %. Areal Blok I di beberapa tempat terutama bagian Utara
dan bagian Barat berbatasan langsung dengan tebing dan tebing sungai,
sedangkan bagian Selatan terdapat tebing curam akibat penggalian pasir.
0 90 180 270M
Hidrologi
Hutan diklat di sebelah Timur dan Utara sungai Cisadane, sebelah selatan
Barat sungai Cipinang dan sungarang Cikarang yang berbatasan langsung dengan
blok IV dan sebagai sumber air bagi masyarakat sekitar terutama pada musim
kemarau. Selain itu ada 500 sumur pompa, 70 sumur galian dan 5 mata air . Pada
saat musim hujan masyaakat menggunakan sumur pompa dan sumur galian
77
lain adalah 35 jenis antara lain jenis-jenis meranti, dahu, gmelina, buni, mahoni,
kenari, hopea, cendana, jati, eboni, kayu putih, kiputri, bintaro, dan buah-buahan.
Untuk kedepannya akan ditambahkan lagi seluas 1,00 ha dengan jenis eksotik.
Lokasi Arboretum dikembangkan menjadi lokasi sarana pendidikan lingkungan.
Pada lokasi ini nantinya dapat dibangun sarana out bound, koleksi tanaman langka
dari jenis exotic species dan indiginous species dan sebagai tempat kegiatan
pendidikan lingkungan atau pendidikan konservasi.
8. Pengembangan wisata alam/wisata pendidikan
Pengembangan model wisata alam /wisata pendidikan akan dikembangkan
pada Blok II karena lokasi ini dengan luas 2,90 Ha mempunyai potensi untuk
dibangun berbagai atraksi wisata. Selain lokasi dekat dengan jalan, juga
mempunyai sumber air. Pengembangan model wisata alam /wisata pendidikan ini
sejalan dengan pengembangan dan pengelolaan sarana prasarana lainnya seperti
sarana dan fasilitas out bound dan camping ground dan fasilitas yang menunjang
kegiatan wisata alam.
organization space yang kuat sehingga memiliki kesatuan tema dalam ruang yang
ada dalam kawasan. Tema “Bambu” diangkat untuk pengembangan Hutan Diklat
Rumpin sebagai ciri kawasan tersebut karena dominansi kawasan ditumbuhi ragam
tanaman bambu. menjadi salah satu hutan berwawasan pendidikan hutan dan
lingkungan di kawasan urban melalui kegiatan wisata edukasi berupa pelatihan dan
pendidikan yang akan dikembangkan bagi pengunjung dan pengelola.
Konsep Ruang
Berdasarkan potensi yang terdapat pada kawasan serta konsep pengembangan
kawasan sebagai area rekreasi alam dan pendidikan pembelajaran mengenai
ekosistem hutan, maka masing-masing area dalam ruang terpisah pada kawasan ini
akan ditetapkan sebagai simpul-simpul pelayanan antar area untuk mendapatkan
struktur ruang.
Area-Area tersebut adalah :
A. Area Konservasi Hutan
A
B. Area Utama
C. Area Pemanfaatan
Masyarakat lokal
C B
Konsep Fasilitas
Fasilitas yang akan dikembangkan dalam kawasan akan mengusung material
dari bambu yang mencerminkan tema yang diajukan. Material tersebut diusung
karena memanfaatkan potensi kawasan yang memiliki dominansi vegetasi bambu.
Salah satu aplikasi material bambu dalam fasilitas kawasan adalah pada rangka
interpretation board dan hand railing sebagai pelengkap tangga di beberapa area
yang curam sebagai pengaman untuk pejalan kaki. Aplikasi tersebut dapat terlihat
pada gambar 35. Ruang, aktivitas, dan fasilitas akan dikembangkan dalam tapak
memiliki konektivitas. Hubungan antara ruang, aktivitas, dan fasilitas dalam tapak
disajikan pada tabel 12.
Gambar 36 Material Utama bambu untuk Fasilitas seperti Hand Rail dan Papan
Informasi
Sumber : PT IdeA (2011)
82
Tabel 12 Hubungan Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas Hutan Diklat Jampang Tengah
Area Kegiatan yang
Lingkup Area Fasilitas
Pengembangan Dikembangkan
Area konservasi Area pada Blok I Penanaman tanaman Kantor pengelola
bambu untuk demplot kawasan
hutan dan Blok II
bambu pada blok I Gerbang dan
Penggarapan tanah pembatas kawasan
kembali pada area Jalan setapak dalam
konservasi tanah dan air kawasan
pada blok I dan II Signage
Penambahan penanaman
pohon jati pada blok II
Pengawasan dan
pengelolaan untuk
kawasan blok I dan blok II
Area utama Area pada Blok III Praktek pendidikan dan Kantor pengelola
pelatihan kehutanan kawasan
Camping dan outbond Gerbang masuk utama
Penelitian untuk para dan pembatas
peneliti kawasan
Pengawasan dan Jalan setapak dalam
pengelolaan Hutan Diklat kawasan
Penangkaran kupu-kupu Guest house
Persemaian Shelter dan gazebo
Pengelolaan dan produksi Rumah penangkaran
benih untuk tanaman kupu-kupu
tegakan hutan Signage
Penanaman tanaman obat Sarana outbond
untuk pengembangan
demplot tanaman obat
Rest area
Area pemanfaatan Area pada Blok IV Penggarapan lahan Kantor pengelola
pertanian oleh masyarakat kawasan
masyarakat lokal
lokal Gerbang dan
Kegiatan peternakan pembatas kawasan
Tempat tinggal Jalan setapak dalam
masyarakat sekitar kawasan
Gudang alat pertanian
dan peternakan
Guest house
Kandang unutk hewan
ternak
Sumber : PT IdeA (2011
Konsep Sirkulasi
Pintu gerbang atau akses masuk terletak pada Blok III yang berperan sebagai
welcome area. Akses ini dibuat sehingga setiap pengunjung dapat diawasi dari
ruang admministrasi dan pengawas pada Blok III. Jalan utama hanya dapat diakses
oleh kendaraan bermotor, sedanngkan jalan setapak hanya dapat dilalui oleh
manusia karena hanya memiliki lebar jalan 1,5 m.
83
Jalan Utama
Jalan Setapak
Gambar 37 Konsep Sirkulasi Hutan Diklat Rumpin
Sumber : PT IdeA (2011)
Persiapan Desain
Penerimaan Proyek Desain konsep
Pengembangan Pelaksanaan Evaluasi
Desain
Inventarisasi dan Pemeliharaan
Analisa Gambar-Gambar
Konstruksi
tahapan tersebut dan dapat membuat hal rancu kepada klien ketika pengerjaan
proyek selanjutnya perusahaan menggunakan tahapan yang berbeda-beda.
proyek yang telah ditetapkan menjadi panduan untuk mengerjakan proyek. Hal
tersebut membantu tim untuk tetap fokus dengan pembagian tugas masin-masing
dan tujuan proyek.
2. Tahap Inventarisasi dan Analisis
Peta dasar pembagian zona lokasi proyek telah diperoleh perusahaan dari
pihak klien untuk mempermudah dan mempersingkat waktu pengerjaan proyek,
mengingat deadline proyek yang sangat singkat. Perekaman kembali kondisi
eksisting tapak dengan GPS dan kamera dilakukan tim proyek selama dua hari.
Penentuan batas tapak, perekaman objek daya tarik wisata, dan penentuan lokasi-
lokasi untuk peletakkan fasilitas wisata alam dilakukan pada saat survai lapang.
Survai lapang tidak hanya pada zona yang telah terbai dalam peta dasar tetapi
zona disekitar tapak juga dilalui untuk melihat potensi yang dapat mendukung
kegiatan wisata alam. Setelah dilakukan pengumpulan data primer dan sekunder
maka dilanjutkan identifikasi potensi dan kendala melalui tahap analisis.
Penetapan bagian sebagai blok perkemahan pada zona wisata alam sub
zona wisata kemah oleh perusahaan menunjukkan kebutuhan ruang areal tenda
harus berada di area relatif datar (kemiringan <8%). Hal ini untuk menghindari
adanya genangan air (drainase buruk) yang akan mengganggu aktivitas berkemah.
Apabila diasumsikan nilai TOF (Turn Over Factor) untuk areal tenda sama
dengan satu kebutuhan ruang per orang adalah 8,9 m² (Samosir dalam Aniaty,
1995), dengan kapasitas tampung 80 orang per hari maka kebutuhan ruangnya
adalah 712 m². Dengan demikian dapat dikatakan areal tenda pada blok 2A, 2B,
2C, 2D, 3A, dan 3E dengan kemiringan 0-8% dan masing-masing luas 2128 m²,
1601 m², 7566 m², 4382 m², 7285 m², 5571 m² sudah memenuhi standar
kelayakan. Nilai TOF adalah nilai yang menunjukkan frekuensi pemakaian area
atau fasilitas rekreasi dalam satu hari. Selain itu, Menurut PHPA (1986),
kebutuhan air bagi para pekemah adalah 230 l/orang/hari. Dengan debit air ±300 l
maka kebutuhan air untuk blok perkemahan dapat terpenuhi dari air sungai yang
ada. Pada blok kemah 1A dan 1B tidak akan digunakan lagi sebagai blok kemah
karena hanya digunakan bermalam saat pekemah datang ke kawasan pada malam
hari. Pekemah yang datang setelah lokasi tutup akan dialihkan untuk bermalam di
rumah warga sehingga dapat membantu meningkatkan ekonomi masyarakat lokal.
87
Desain konsep yang diajukan oleh project leader telah didiskusikan dan
disepakati bersama dengan teamwork dan klien. Produk yang dihasilkan pada
tahap ini adalah bubble diagram kawasan dengan zona pelayanan, zona wisata
alam, dan zona alami dilengkapi dengan penentuan letak fasilitas wisata alam
dalam kawasan. Penataan letak fasilitas telah diposisikan pada bubble diagram.
Namun, penggambaran tersebut tidak berupa area hanya berupa simbol dalam
titik-titik yang telah ditentukan. Dalam pengerjaan proyek ini tidak dibuat siteplan
detail secara keseluruhan. Tidak tersedianya produk site plan dikarenakan
deadline proyek yang sangat singkat. Hal ini perlu dievaluasi oleh perusahaan,
karena pembuatan site plan secara detail keseluruhan sangat diperlukan untuk
membantu klien dalam memahami desain dari tapak yang dibuat perusahaan.
Pengembangan fasilitas dalam kawasan mengusung studi arsitektur lokal
yaitu rumah panggung pada fasilitas terbangun seperti chalet, gazebo, dan visitor
centre dengan pondasi umpak. Hal ini bertujuan agar bangunan tahan gempa,
mendapatkan cahaya matahari yang cukup sehingga dapat melakukan
penghematan energi pada siang hari dengan kemiringan atap 20q, tidak
mengganggu jalur lalu lintas satwa, serta dapat direcycle ketika bangunan akan
dipindahkan atau dihancurkan.
4. Tahap Pengembangan Desain
Pada perancangan fasilitas tiap zona yang telah terbagi seperti chalet,
signage, bangku, eco-toilet, visitor centre, gazebo, shelter dan tempat sampah
memiliki konsep eco-design dengan elemen arsitektural menyerupai tekstur dan
warna kulit batang pohon damar untuk memberi kesan menyatu dengan alam
disekitar PTNW Resort Kawah Ratu. Harmonisasi arsitektural dengan alam yang
telah didesain pada fasilitas wisata alam di kawasan Resort Kawah Ratu
merupakan repetisi yang diciptakan dari elemen batang pohon damar. Pola atap
arsitektural chalet, warung, dan visitor centre memiliki repetisi bentuk dengan
kemiringan 20q. Hal tersebut sesuai dengan ”the law of the similar” menurut
Simonds (1983). Pola kemiringan atap pada fasilitas telah disesuaikan dengan
kondisi iklim dan arah cahaya matahari sehingga sirkulasi udara dan cahaya yang
diterima di dalam sarana dapat diperoleh secara optimal. Hal tersebut bertujuan
dalam penghematan energi pada siang hari. Prinsip yang telah diterapkan pada
89
fasilitas dalam kawasan telah sesuai dengan etika eco-design menurut Walker
(2008), yaitu 1) menggunakan material lingkungan setempat dan ramah
lingkugnan; 2) terletak pada daerah alami dan mendukung kegiatan konservasi
kawasan melalui kegiatan wisata alam yang disediakan; 3) meminimalisasi
penggunaan energi dan pembuangan limbah. Penyediaan fasilitas wisata alam
didiskusikan langsung bersama dengan pihak balai TNGHS dan PJLKKHL
mengenai jenis sarana yang dibutuhkan pengunjung.
Pada fasilitas seperti eco-toilet terjadi ketidaksesuaian dengan penyediaan
toilet melalui model arsitektur dengan standar penyediaan toilet di Indonesia,
yaitu dari penyediaan fasilitas sirkulasi udara melalui open half door. Hal ini
kurang sesuai dengan budaya warga setempat karena secara psikologis dapat
memberikan rasa ketidaknyamanan dan rasa takut ketika menggunakan toilet
dengan akses yang terlalu terbuka. Perusahaan perlu mereview kembali model
fasilitas yang akan dikembangkan dalam kawasan sehingga dapat membuat design
guidelines untuk diberikan kepada klien yang sesuai standar dengan
memperhatikan kebutuhan pengguna dan tapak.
Proses perancangan dilakukan langsung bersama dengan tim ahli Balai
TNGHS sehingga revisi dan masukan dari klien dapat langsung diaplikasikan
dalam produk. Hal ini telah meningkatkan efektifitas kerja dan efisiensi waktu
mengingat deadline proyek yang cukup singkat. Selain itu, untuk menambah
efektifitas kerja dilakukan hand drawing berupa sketsa kasar untuk pembagian
ruang dalam tahap desain konseptual. Produk yang dihasilkan diperhalus dengan
menggunakan sistem komputerisasi berupa Auto CAD, Garmin, Land
Development, Sketch Up, dan Adobe Photoshop sehingga dapat dihasilkan
gambar yang berkualitas.
5. Tahap Presentasi Produk
Proyek ini diikuti mahasiswa sampai pada presentasi produk kepada klien
dengan bantuan Microsoft Power Point. Produk yang dipresentasikan merupakan
peta inventarisasi dan analisis, dan conceptual landscape plan berupa desain
konsep pengembangan tapak dan bubble diagram, dan ilustrasi suasana dan
fasilitas tapak beserta dengan perkiraan kasar harga per fasilitas yang akan
90
dikembangkan. Hasil rapat non formal bersama Balai TNGHS dan PJLKKHL
selama proyek berlangsung dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tahap pembuatan gambar-gambar konstruksi tidak diikuti oleh mahasiswa
karena terbatasnya waktu magang yang dimiliki. Tahap pelaksanaan tidak
dilakukan oleh perusahaan karena tahap ini akan dilakukan oleh PPA yang
nantinya akan mengembangkan tapak tersebut sesuai dengan standar yang telah
diberikan. Namun, perusahaan akan siap membantu PJLKKHL dalam
pengawasan pelaksanaannya. Sementara, tahap evaluasi dilakukan oleh
perusahaan secara intern dalam proses perancangan lanskap yang telah dilakukan
dalam proyek.
analisis dan desain konseptual, mahasiswa magang bersama dengan tim ahli dari
perusahaan, serta tim ahli dari Balai TNGHS melakukan diskusi. Pembuatan peta
kondisi eksisting dan analisis mahasiswa ikut membantu memilih foto yang dapat
menggambarkan situasi tapak dalam peta. Pada tahap pengembangan desain
berupa pembuatan alternatif desain, dilakukan pengembangan pada zona yang
telah terbagi. Mahasiswa magang dilibatkan dalam pengembangan desain dengan
membuat ilustrasi suasana tapak dengan fasilitasnya untuk memberikan gambaran
lebih jelas kepada klien. Kegiatan pengembangan desain tersebut digunakan
untuk mempermudah pekerjaan desain PT IdeA karena dikerjakan langsung di
lapang dengan masukan yang diberikan dari perusahaan dan Balai TNGHS.
Seluruh kegiatan perancangan pada proyek ini sepenuhnya melalui arahan dari
arsitek lanskap senior (main designer) dan team leader. Masukan dan arahan
mengenai fasilitas wisata disampaikan langsung oleh main designer kepada
mahasiswa. Mahasiswa juga ikut hadir dalam presentasi dengan klien pada proyek
ini. Pada presentasi produk mahasiswa memiliki tugas sebagai notulis berupa
catatan rapat untuk perusahaan. Arahan, pembagian dan jadwal kerja dari arsitek
senior (main designer) dan team leader dalam proyek ini dapat dilihat pada
Lampiran 5. Mahasiswa mendapatkan ilmu baru yang tidak diperoleh selama
perkuliahan, yaitu penggunaan GPS dan memasukkan data tersebut ke dalam GIS,
pemahaman regulasi mengenai penataan lanskap taman nasional, pengetahuan
dasar mengenai konstruksi rumah panggung, dan cara berkomunikasi dengan
rekan kerja juga klien.
Pada proyek Hutan Diklat Jampang Tengah dan Rumpin, mahasiswa mulai
mengikuti proses perancangan lanskap dari tahap analisis, desain konseptual,
sampai pada desain konsep akhir. Mahasiswa bersama dengan mahasiswa magang
lainnya diminta untuk menganalisis dan menentukan konsep untuk tapak dengan
bimbingan dari pimpinan proyek dan pimpinan perusahaan. Hasil darri analisis
dan sintesis, serta pembuatan konsep dalam tapak dengan menggunakan sketsa
kasar digambarkan pada Lampiran 6. Pada proyek ini mahasiswa mendapatkan
pengetahuan bagaimana menjaga konservasi tanah dan air, menyediakan ruang
untuk wisata edukasi bagi peserta diklat dan pengunjung, teknik pembuatan
ilustrasi menggunakan marker, serta regulasi penataan hutan diklat.
96
(a)
(b) (c)
Gambar 39 Ilustrasi Welcome Gate dan Signage; Welcome Gate Hutan Diklat
Jampang Tengah (a) Welcome Gate Hutan Diklat Rumpin (b) Papan Titik Blok
Hutan Diklat Jampang Tengah (c)
(Digambar oleh Caroline Puspita Dewi)
(a) (b)
Gambar 40 Ilustrasi Bambu Sebagai Pengarah Jalan di Hutan Diklat Rumpin (a)
Ilustrasi Cendana Sebagai Pengarah Jalan Hutan Diklat Jampang Tengah (b)
(Digambar Oleh Caroline Puspita Dewi)
97
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil kegiatan magang selama 3,5 bulan di PT IdeA,
mahasiswa magang mendapat tambahan wawasan dan pengetahuan tahap kegiatan
perancangan lanskap sampai pada tahap pengembangan desain. Wawasan dan
pengetahuan yang diperoleh antara lain mempelajari desain arsitektural bagi
pengembangan fasilitas untuk wisata alam, memahami alat dan bahan seperti
pengambilan data dengan GPS kemudian diolah dengan sistem komputerisasi,
serta mengasah kemampuan teknik hand drawing dengan marker, pensil, dan
pensil warna. Selain itu, wawasan kemampuan berkomunikasi dengan klien dan
rekan kerja juga diperoleh.
Selama mengikuti kegiatan proses perancangan pengembangan wisata
alam di PT IdeA mahasiswa meningkatkan kemampuan dalam menganalisis
potensi dan kendala suatu tapak, khususnya dalam pengembangan wisata alam di
lanskap alami. Cara pemecahan masalah dalam pengembangan lanskap yang
dipelajari terkait dengan melakukan studi pendekatan prinsip konservasi, prinsip
eco-design, prinsip ekowisata, dan pembelajaran regulasi atau peraturan mengenai
penataan lanskap alami.
Mahasiswa magang juga mengetahui bahwa PT IdeA sebagai konsultan
arsitektur lanskap dalam penyediaan jasa pengembangan wisata alam di kawasan
konservasi masih memiliki beberapa kekurangan dan ketidaksesuaian dengan
melewatkan tahapan standar dalam proses perancangan lanskap menurut Booth
(1983), yaitu seperti pembuatan produk pada tahap desain konsep dalam proyek di
Resort PTNW Kawah Ratu, Hutan Diklat Jampang Tengah, dan Hutan Diklat
Rumpin. Memperhatikan bahwa pentingnya presentasi produk berupa siteplan
dapat membantu klien untuk memahami penataan ruang dan pengembangan
fasilitas kawasan seharusnya menjadi pertimbangan utama perusahaan dalam
menyediakan produk tersebut. Penerapan pendekatan dan metode yang dilakukan
pada proses perancangan untuk pengembangan wisata alam di lanskap alami
dengan perhatian terhadap kondisi eksisting dan regulasi, serta penerapan prinsip
eco-design sehingga menciptakan lanskap berkelanjutan yang baik secara
100
fungsional dan estetika telah dilakukan dengan baik. Namun, masih memiliki
kekurangan dalam perhatian penyediaan fasilitas sesuai dengan budaya
masyarakat di sekitar kawasan. Pengerjaan proyek perancangan lanskap tersebut
dilakukan dengan teknik hand drawing dan komputerisasi yang didukung dengan
alat dan bahan yang berfungsi dengan baik. Namun, kuantitas dari alat pendukung
berupa komputer masih kurang untuk membantu meningkatkan produktivitas
pengerjaan proyek. Beberapa proyek harus menyesuaikan dengan kondisi proyek
yang berkaitan dengan deadline proyek yang singkat dan kondisi tapak.
Secara garis besar, kegiatan magang sangat bermanfaat bagi mahasiswa.
Hal tersebut dibuktikan dengan diperolehnya pengetahuan dan informasi baru
yang tidak didapat sebelumnya dalam bangku perkuliahan.
5.2 Saran
Sistem manajemen dalam PT IdeA dapat terus dipertahankan dan terus
ditingkatkan. Bentuk manajemen tersebut seperti sistem komunikasi yang sudah
ada dalam perusahaan sebaiknya tetap dipertahankan untuk menjaga hubungan
internal dan hubungan dengan klien, bahkan pihak-pihak yang berkaitan dengan
arsitektur lanskap untuk meminimalisir kesalahpahaman dalam proyek dan
mengembangkan jaringan kerja. Sehingga kepercayaan klien dan kualitas produk
dapat terus meningkat. Eksistensi perusahaan diharapkan dapat terus
dipertahankan dengan cara tersebut.
Dalam pengerjaan proyek ini tidak dibuat siteplan detail secara
keseluruhan. Hal ini perlu dievaluasi oleh perusahaan, karena pembuatan siteplan
secara detail keseluruhan sangat diperlukan untuk membantu klien dalam
memahami desain dari tapak yang dibuat perusahaan. Selain itu perhatian
terhadap kesesuaian dengan budaya dan standar penyediaan fasilitas di sekitar
kawasan juga perlu menjadi perhatian sehingga dapat menghasilkan produk yang
lebih baik lagi.
Fasilitas studio berupa komputer perlu ditambahkan sehingga dapat
menambah produktivitas kerja pegawai dalam pengerjaan proyek. Fasilitas
lainnya berupa ruang kerja studio perlu diperluas untuk menambah kenyamanan
dalam bekerja.
101
DAFTAR PUSTAKA
Gold, S.M. 1980. Recreation Planning and Design. McGraw-Hill Company. New
York.
Ingles, J.E. 2004. Landscaping Principles & Practices 6th Edition. New York:
Delmar Learning, Inc.Thomson Learning™.
McHarg, Ian L. 1995. Design with Nature. San Veil, Inc. New York.
LAMPIRAN
105
Penggunaan jasa pada proyek pemerintah yang bernilai lebih dari 125 juta rupiah
dilakukan dengan perbandingan 70 : 30, yang dijelaskan sebagai berikut:
- Biaya sebesar 70% merupakan biaya yang digunakan langsung dalam
pengerjaan proyek seperti membayar tenaga ahli untuk pelaksanaan pengerjaan
proyek tersebut.
- Biaya sebesar 30% merupakan biaya yang digunakan untuk melakukan
kegiatan survey, meeting ataupun kegiatan FGD (Forum Group Discusion)
lainnya
106
Spesifikasi Fisik
Ukuran : 6,1”Hx2.4”Wx13D
Berat : 7,5 ons (213 g) w/ baterai terpasang
Tampilan : 1.5 “W x 2.2” H, 256 warna resolusi tinggi
Transreflective (160 x 240 piksel) dengan cahaya latar belakang
Rentang temperatur : 5-158qF (-15-70qC)
Kekuatan baterai : Hingga 18 jam (penggunaan khusus)
Akurasi ketepatan : GPS <10 meter (33 kaki) 95%
Pengorepasian Dasar
GPSMAP 60CSX dapat menciptakan dan menggunakan titik arah dengan cara
membuat trek atau rute.
1. Hidupkan alat dengan menekan tombol Power, lalu alat akan mengumpulkan
sinyal-sinyal satelit. Setelah itu akan muncul layar MAIN MENU yang akan
menampilkan sejumlah menu pilihan fungsi yang akan digunakan. Untuk
membuat rute atau WAYPOINT arahkan kursor pada menu ROUTES dan
tekan ENTER yang akan menampilkan sejumlah keterangan tentang posisi saat
itu.
3. Setelah semua titik disimpan maka dapat juga menampilkan gambar berupa
jalur trek yang telah dilalui.
107
Lampiran 3 Tabel Hubungan Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas dalam Hutan Diklat
Jampang Tengah
Area Lingkup Area Kegiatan yang Dipertahankan dan Fasilitas yang Dibutuhkan
Pengembangan DIkembangkan
Zona Di sekeliling kawasan Pengelolaan vegetasi dan utilitas Pagar sebagai border
penyangga yang ada denganl tinggi 1,75 m
Penanaman rimbunan vegetasi dilengkapi tanaman
terutama cendana sebagai border merambat sebagai
kawasan rekayasa pagar
Lampiran 4 Rapat Non Formal Bersama Seluruh Tim Proyek Resort PTNW
Kawah Ratu
111
Lampiran 5. Lanjutan
112
Lampiran 5 Arahan Teknis Dari Main Designer, Lembar Jadwal dan Pembagian
Tugas Proyek Resort PTNW Kawah Ratu
113
Lampiran 5. Lanjutan
114
Lampiran 5. Lanjutan
115
Lampiran 5. Lanjutan
116
Lampiran 5. Lanjutan
117
Lampiran 5. Lanjutan
118
Gambar 41 Hasil Analisis Lokasi Hutan Diklat Jampang Tengah Dengan Teknik
Hand Drawing
Lampiran 6. Lanjutan
Gambar 43 Konsep Pembagian Ruang Hutan Diklat Rumpin Dengan Teknik Hand
Drawing