Sie sind auf Seite 1von 4

Pemurnian Bioetanol Hasil Fermentasi Nira Nipah Menggunakan Proses Destilasi-

Adsorpsi pada Variasi Rasio Adsorben dengan Modifikasi

Yuliana 1), Chairul 2), Silvia Reni Yenti 2)


1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, 2)Dosen Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Riau
Kampus Binawidya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru 28293
dona.yuliana42@gmail.com

ABSTRACT
Bioethanol is used in the fuel mixture to the vehicle must be anhydrous so as not to cause corrosion in the
engine, so that bioethanol should have a grade of 99% -100%. One of the main problems in the process of
making bioetanol is the process of separation water with ethanol to get ethanol dry ( 99,95 % ). Purification of
ethanol is usually done by distillation, but the distillation process has the disadvantage because of the azeotrope
so hard to get dry ethanol. One method that is cheaper and easier is by distillation-adsorption using porous
media. This study aims to obtain bioethanol from nypa using distillation purification process-adsorption using
bentonite pellets, to obtain comparative data on the adsorption ability of bentonite pellets and data additions
optimum starch and characterize the physical properties of bioethanol and qualitative test with GC. This
research was conducted in several stages of the preparation of bioethanol, activation of bentonite, bioethanol
purification by distillation-adsorption process, and product analysis. Variations of ratio adsorbent: bioethanol
1: 2, 1: 3, and 1: 4, and variations of the addition of starch varied namely 30, 35, 40 and 45% of the weight of
bentonite, process temperature 78 °C, the activation of bentonite in physics. From the research results, obtained
by the process of distillation-optimum adsorption with activated bentonite adsorbent physics with the addition of
35% starch with a ratio of 1: 2. Ethanol levels increased from 96% to 99.8% volume.

Keywords: Bentonite, bioethanol, distilation- adsorption process, nypa, starch

1. Pendahuluan ton/ tahun. Kabupaten Bengkalis yang telah


Bioetanol merupakan salah satu memulai pemanfaatan mangrove nipah
bentuk energi alternatif yang perlu terus untuk dijadikan bioetanol memiliki luas izin
dikaji baik dari segi sumber bahan baku, pemanfaatan hasil hutan non kayu yaitu 26
proses fermentasi maupun proses ha dari luas keseluruhan ±100 Ha.
pemurniannya. Salah satu bahan baku yang Bioetanol yang digunakan pada
digunakan untuk fermentasi etanol adalah campuran bahan bakar untuk kendaraan
nira nipah. Provinsi Riau merupakan salah harus bersifat anhydrous agar tidak
satu daerah penghasil nira nipah di menyebabkan korosi pada mesin, sehingga
Indonesia. Penggunaan tanaman nipah bioetanol harus mempunyai grade sebesar
sebagai bahan baku bioetanol tidak akan 99%-100%. Salah satu permasalahan utama
menimbulkan konflik kepentingan seperti pada proses pembuatan bioetanol adalah
tanaman pangan pada umumnya.Total proses pemisahan air dengan etanol untuk
komposisi kimia nira nipah adalah 19,5 % mendapatkan etanol kering (99,95%).
berat, terutama terdiri dari Sukrosa, glukosa Pemurnian etanol biasanya dilakukan
dan fruktosa [Tamunaidu et al., 2013]. dengan destilasi, namun proses destilasi
Tamunaidu et al [2013] juga memiliki kelemahan karena adanya
menginformasikan bahwa potensi pohon azeotrop sehingga sulit untuk mendapatkan
nipah dapat menghasilkan 0,4 sampai 1,2 L etanol kering. Salah satu metode yang lebih
nira nipah per pohon per hari. murah dan mudah adalah dengan destilasi-
Berdasarkan data dari Ditjen adsorpsi menggunakan media berpori.
Perkebunan tahun 2009 total area tanaman Salah satu media berpori yang cukup
nipah di seluruh Indonesia mencapai 558 potensial adalah bentonit. Cadangan bahan
Ha dengan produksi nira nipah sebesar 116 galian bentonit terbesar di Riau berada di

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 1


daerah Desa Gema, Kecamatan Kampar ditambahkan pati (tepung terigu) sebanyak
Kiri Hulu, Kabupaten Kampar sebanyak 30%, 35%, 40%, dan 45% dari berat
3.733.135 M3. Bahan galian bentonit Desa bentonit dan air sebanyak 100 ml. campuran
Gema adalah jenis Na-bentonit, karena kemudian diaduk sampai homogen,
kadar Na lebih besar dari kadar Ca [Dinas kemudian dipanaskan pada suhu 100 0C
Pertambangan dan Energi Propinsi Riau, sampai terbentuk gelatin.Campuran
2004]. kemudian dicetak sesuai ukuran. Pelet
Kelemahan bentonit alam yaitu masih bentonit kemudian dikeringkan dalam oven.
mengandung pengotor dan luas area Bentonit pelet siap untuk digunakan pada
permukaannya rendah dan modifikasi proses destilasi-adsorpsi sebagai adsorben
bentonit sampai saat ini belum banyak untuk meningkatkan kadar bioetanol
dilakukan sehingga nilai jualnya masih [Ma’ruf, 2012].
rendah dan belum dapat dimanfaatkan
secara optimal, sehingga perlu diaktivasi 2.3 Tahap Destilasi-Adsorpsi
agar kemampuan adsorpsinya meningkat. Pemurnian lanjutan yaitu
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan penghilangan air atau dikenal dengan proses
menghasilkan bioetanol fuel grade dehidrasi, pada penelitian ini digunakan
menggunakan metode destilasi-adsorpsi dan proses destilasi-adsorpsi dengan variasi
memperoleh penambahan pati optimum modifikasi adsorben dan rasio adsorben:
terhadap kemampuan jerap bentonit pada etanol. Rangkaian penelitian ini adalah
proses destilasi-adsorpsi. sebagai berikut, labu didih diisi dengan
etanol kadar 96% sebanyak 250 ml. Pada
2. Metode Penelitian kolom adsorpsi yang dihubungkan dengan
2.1 Tahap Persiapan Bioetanol labu didih dimasukkan pelet bentonit sesuai
Tahap persiapan bioetanol diawali rasio adsorben:bioetanol (1:2, 1:3, 1:4).
dengan pengukuran kadar etanol hasil Etanol dipanaskan dalam mantel untuk
fermentasi nira nipah menggunakan menguapkan etanol dan air pada suhu 78
alkoholmeter. Etanol dimurnikan 0
C. Uap etanol kemudian dialirkan ke
menggunakan proses pembuatan etanol-air kondensor dan kondensatnya ditampung
pada kondisi azeotrop yaitu kondisi dimana dalam erlenmeyer bersih. Panas dihentikan
air tidak dapat dipisahkan lagi. Alat yang jika tidak ada kondensat menetes lagi di
digunakan pada proses ini adalah erlenmeyer.
serangkaian alat destilasi. Pemurnian
dilakukan secara berulang-ulang hingga 2.4 Analisa Produk
campuran etanol-air tidak dapat dipisahkan Parameter bioetanol hasil proses
lagi atau telah mencapai kadar 96%. destilasi-adsorpsi yang dianalisis yaitu;
kadar bioetanol menggunakan gas
2.2 Tahap Persiapan Adsorben chromatography, viskositas menggunakan
Tahap persiapan meliputi persiapan viskometer oswald, densitas diukur
aktivasi dan karakterisasi bentonit sebagai menggunakan piknometer, dan pH
adsorben serta pembuatan pelet bentonit. menggunakan pH meter
Pada tahap persiapan bentonit teraktivasi
fisika yaitu bentonit 200 mesh dipanaskan 3. Hasil dan Pembahasan
dalam furnace pada suhu 600 0C selama 1 3.1 Pengaruh Penambahan Pati Terhadap
jam [Jassim et al., 2012]. Setelah itu Kadar Etanol
bentonit teraktivasi maupun tanpa aktivasi Dehidrasi etanol merupakan proses
ditentukan luas permukaannya pemurnian etanol sehingga didapatkan
menggunakan metode adsorpsi methilen etanol dengan kadar diatas titik azeotrop.
blue. Selanjutnya pembuatan pelet bentonit, Dehidrasi yang dilakukan yaitu dengan cara
sebanyak 100 gram bentonit teraktivasi destilasi-adsorpsi menggunakan bentonit

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 2


teraktivasi fisika dengan penambahan pati [Ma’ruf, 2012]. Tetapi pada penambahan
(tepung terigu) dan rasio adsorben:bioetanol pati 40% hingga 45% kadar bioetanol
yaitu 1:2, 1:3, dan 1:4. Kadar etanol hasil menurun, hal ini menunjukkan bahwa
destilasi-adsorpsi ditentukan menggunakan komposisi pati yang hampir setengah dari
analisa GC pada. Kadar etanol sebelum dan bentonit akan mengganggu proses
setelah proses destilasi-adsorpsi dapat penjerapan, dimana pada komposisi ini pati
dilihat pada Tabel 1 berikut. akan lebihh menyelimuti permukaan
bentonit sehingga luas permukaan adsorben
Tabel 1 Perolehan Kadar Bioetanol pada akan berkurang, yang mengakibatkan
Proses Destilasi-Adsorpsi berkurangnya daerah berpori adsorben
Kadar Kadar untuk menyerap air.
Rasio
N Rasio Etanol Etanol
Adsorben Seperti yang terlihat pada Gambar 1,
o Penambaha Sebelum Setelah
: fuel grade ethanol hasil destilasi-adsorpsi
. n Pati (%) Adsorpsi Adsorpsi
Bioetanol menggunakan pelet bentonit diperoleh pada
(% v) (% v)
1 1:2 30 98,1 pada rasio adsorben:bioetanol 1:2 sebesar
35 99,8 99,8%. Hal ini menunjukkan bahwa
40 98,4 semakin banyak jumlah adsorben yang ada
45 98,2
2 1:3 30 99,2
dalam kolom akan memperbesar kontak
35 99,5 antara adsorben dan bioetanol sehingga
96 kadar bioetanol yang dimurnikan juga akan
40 98,8
45 98,0 semakin tinggi [Rahman, 2012].
3 1:4 30 97,0
35 99,2 3.2 Karakteristik Sifat Fisika Bioetanol
40 97,7 Karakteristik sifat fisika bioetanol
45 97,6
hasil pemurnian dengan proses destilasi-
Hubungan antara kadar bioetanol terhadap adsorpsi meliputi densitas, viskositas, dan
penambahan pati dapat dilihat pada Gambar pH.
1. 3.2.1 Densitas, Viskositas, dan pH
Bioetanol
Hasil uji densitas, viskositas, dan pH
bioetanol dari proses destilasi-adsorpsi
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Densitas, Viskositas, dan pH


Bioetanol Hasil Proses Distilasi-
Adsorpsi
ρ π
pH
Bioetanol (g/ml) (Cp)
H S H S H S
1:2 ;30%
Gambar 1 Pengaruh Penambahan Pati Pati
0,803 1,107 6,6
Terhadap Kadar Bioetanol 1:2 ; 35%
0,812 1,109 6,7
Pati
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa 1:2 ; 40%
0,783 1,005 6,5
dengan penambahan pati 35% pada setiap Pati
rasio adsorben:bioetanol (1:2, 1:3, 1:4) 1:2 ; 45% 6-
0,790 0,798 0,976 1,17 6,5
Pati 9,5
merupakan penambahan pati optimum. 1:3 ; 30%
Pada penelitian ini, dengan penambahan 0,798 1,008 6,6
Pati
pati 30 % hingga 35% kadar bioetanol 1:3 ; 35%
0,805 1,052 6,8
meningkat, hal ini menunjukkan bahwa Pati
semakin meningkatnya kadar pati maka 1:3 ; 40%
0,805 1,042 6.7
Pati
kapasitas adsorpsi pelet akan semakin baik

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 3


Tabel 2 Densitas, Viskositas, dan pH Dra.silvia Reni Yenti, M.Si yang telah
Bioetanol Hasil Proses Distilasi- membimbing dan memberikan ilmu-ilmu
Adsorpsi (Lanjutan) yang bermanfaat kepada penulis dalam
ρ π menyelesaikan penelitian ini. Keluarga
pH
Bioetanol (g/ml) (Cp) tercinta, terimakasih atas doa dan
H S H S H S
semangatnya selama ini, dan laboratorium
1:3 ; 45%
Pati
0,789 0,987 6,6 Teknologi Bioproses serta teman – teman
1:4 ; 30% atas segala bantuan selama penelitian
0,792 1,009 6.5
Pati hingga penyelesaian laporan.
1:4 ; 35% 6-
0,799 0,798 1,044 1,17 6,7
Pati 9,5 Daftar Pustaka
1:4 ; 40%
Pati
0,790 0,956 6,6 Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi
1:4 ; 45% Riau. (2004). Laporan Akhir
0,788 0,961 6,5 Penyelidikan Bahan Galian
Pati
Bentonit, Batu Gamping, Dan
Keterangan : Timah Di Kabupaten Singingi dan
H : Hail Uji Kampar Propinsi Riau. PT. Riodila
S : Standar Bumi Persada Konsultan Teknik,
Densitas, viskositas, dan pH bioetanol hasil Pekanbaru.
proses destilasi-adsorpsi mendekati nilai Ditjen Perkebunan. (2009). Total Area
densitas, viskositas, dan pH standar yang Tanaman Nipah di Seluruh
sesuai dengan SNI-7390 tahun 2008 Indonesia. Jakarta
bioetanol yang dapat digunakan sebagai Jassim, A.S., Ruba, A., dan Anwar, S.I.
bioetanol untuk campuran bahan bakar (2012). Activation of Iraqi
(gasohol) [SNI, 2008]. Bentonite-Part (II): Thermal
Activation. Chemical and
4. Kesimpulan Petrochemical Research Centre,
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Commision for Research and
1. Kemurnian bioetanol dari nira nipah Industrial Development, Ministry of
dapat ditingkatkan menggunakan Industry and Minerals, Baghdad.
proses destilasi-adsorpsi hingga 99,8%. Ma’ruf, A. (2012). Pembuatan Zeolit Pelet
2. Pelet bentonit teraktivasi fisika dengan Sebagai Adsorben pada Pembuatan
penambahan 35% pati berpotensi Bioetanol. Laporan Penelitian,
digunakan sebagai adsorben pemurnian Program Studi Teknik Kimia, UMP,
bioetanol. Purwokerto.
3. Kualitas bioetanol yang dihasilkan Rahman, N.A. (2012). Peningkatan Kadar
memenuhi syarat sebagai bioetanol Bioetanol dari Kulit Nanas
untuk bahan bakar sesuai standar SNI. Menggunakan Zeolit Alam dan Batu
Kapur. Skripsi, Institut Teknologi
5. Saran Nasional, Malang.
Pada destilasi-adsorpsi bioetanol dari SNI 7390-2008. Standar Nasional Indonesia
nira nipah selanjutnya, direkomendasikan Kualitas Bioetanol. Badan
untuk melakukan aktivasi adsorben secara Standarisasi Nasional (BSN).
kimia dan analisis luas permukaan dan Tamunaidu, P., Naohiro, M., Yasuki, O.,
ukuran pori adsorben menggunakan metode dan Shiro, S. (2013). Nipa (Nypa
BET (Brunaeur-Emmet-Teller). fruticans) sap as a potential
feedstock for ethanol Production.
6. Ucapan Terimakasih J.BiomBioe,52, 96-102
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Chairul,ST.,MT dan Ibu

JOM FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari 2015 4

Das könnte Ihnen auch gefallen